MAGNETOSTATIKA
Persamaan hukum Coulomb tersebut dengan asumsi bahwa kesua muatan dalam keadaan diam.
Jika kedua muatan bergerak bersama-sama dengan kecepatan v dan v1, maka ada tambahan gaya
magnet Fm yang diusahakan pada q dan q1.
𝑞𝑞1 𝑟̅
Fm = 4𝜋0 𝑣̅ 𝑥 (𝑣
̅̅̅x
1 𝑟)
𝑟2
0 1
tetapan yang fungsinya sama dengan 4𝜋𝜀 dalam elektrostatiska, yatu dengan yang diperrlukan
4𝜋 0
untuk membuat hukum eksperimen dapat digabungkan dengan seperangkat satuan 4𝜋0 = 10-7
NS2/C2 . seperti hal nya kasus gaya elektrostatika, tetapan tersebut adalah
menguntungkan/memudahkan untuk membayangkan adanya “muatan uji” dengan
mendefinisikan medan magnet. Namun dalam kasus ini tidak hanya muatan uji q, tetapi juga
kecepatan 𝑣̅ harus difaktorkan keluar, sehingga persamaan 9.2 menjadi
Fm = 𝑞𝑣̅ 𝑥 𝐵̅
Dengan 𝐵̅ induksi magnet yaitu :
0 𝑞𝑞1 𝑟̅
𝐵̅ = 𝑣̅ 𝑥
4𝜋 𝑟 2 𝑟
𝑁𝑆
Satuan 𝐵̅ adalah 𝐶𝑚 = tesla (T)
berdasarkan persamaan 9.10 maka kecepaan sudut tidak bergantung dari kecepaan linier, tetapi
tergantug dari q/m dan B. Persamaan 9.10 tersebut menunjukan besarnya saja. Di dalam
mekanika telah dinyatakan bahwa percepatan suatu benda yang bergerak melingkar dapat
̅ 𝑥 𝑣̅ , dan gaya yang dialami benda itu 𝐹̅ = 𝑚𝑎̅ . berdasarkan
dituliskan secara vektor, 𝑎̅ = ϖ
pernyataan tersebut, maka diperoleh hubungan sebagai berikut :
𝐹̅ = 𝑞𝑣̅ 𝑥 𝐵̅
𝑚ϖ ̅
̅ 𝑥 v̅ = 𝑞v̅ 𝑥 B
𝑞
ϖ ̅𝑥v̅
̅ 𝑥 v̅ = −(𝑚) B
𝑞
ϖ ̅
̅ = −(𝑚) B 9.11
Persamaan 9.11 menunjukan besar dan arah dari keepatan sudut suatu muatan yang bergerak
melingkar dalam medan magnet. Tanda (-) bahwa arah ω berlawanan dengan B untuk muatan
psitif dan sama dengan arah B untuk muatan negative ω pada persamaan 9.11 disebut Frekuensi
Cyclotron.
Jika R merupakan jari-jari pada saat kecepatan ion maksimum (Vmaks) maka
persamaan 9.9 dinyatakan
𝑚𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠
R = 𝑞𝐵
𝑞
𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐵𝑅
𝑚
Sedangkan energy kinetic yang dimiliki ion pada saa kecepatannya mencapai
harga maksimum adalah
𝑞
Ek = ½ mv2 = 1/2q(𝑚)B2R2
Beda tegangan V yang diperlukan untuk menimbulkan gaya energy kinetic
sebesar itu (pers 9.12) adalah :
½ mv2 = q V
Atau
V = ½ (q/m) B2R2
2. Selector Kecepatan
Seektor kecepatan adalah alat untuk menyeleksi partikel bermuatan yang
memiliki kecepatan tertentu saja yang dapat diteruskan. Alat ini terdiri dari atas
kapassitorlompeng dan kumparan yang dipasang sedemikian sehingga medan listrik dan
medan magnetnya saling tegak lurus. Bila seberkas partikel bermuatan mempunyai
berbagai kecepatan, maka partikel bermuaan itu tidak semuanya dapat dieruskan
melewati selektor kecepatan ini. Uraian dibawah ini akan menjelaskan partikel bermuatan
mana yang dapat diteruskan melewati selekor kecepatan.
Daerah dibawah celah tersebu merupkan medan magnet yang arahnya ke atas
meninggalkan bidang gamba ion yang telah meninggalkan celah S2 tersebut akan
membuat orbit lingkaran dalah satu daerah tertentu. Setelah melukiskan setengan
lingkaran ion jatuh pada plat fotografi P dan “meninggalkan tanda”. Jari-jari
lintasan ion dapat ditentukan berdasarkan persamaan 9.9 yaitu r = (mv/qB).
Dengan persamaan 9.9 ini, kecepatan ion dapat ditentukan, yaitu :
𝑞
V = 𝑚Br
Kombinasi persamaan 9.15 dan 9.15 untuk mengeliminer v, maka
diperoleh persamaan
𝑞 2𝑉
= 9.17
𝑚 𝐵2 𝑟 2
Jadi spectrometer massa ini dapat digunakan untuk mencari perbandingan
harga muatan (q) dengan massa (m). harga q/m tergantung dari besaran-besaran
V,B dan r dimana besaran tersebut dapat mudah diukur . Didalam teknik,
persamaan tersebut dapat digunakan untuk electron, proton dan partikel
bermuatan lainnya. Dengan mengetahui harga q, maka dapat ditentukan massa
pertikel bermuatan.
Bila electron yang dipancarkan leh sinar katoda (C) memiliki kecepatan v masuk
dalam medan listrik, maka lintasan electron akan menyimpang mengikuti linasan ABC. Electron
tersebut sudah melewati medan lintasannya lurus.
Gaya yang dialami electron dalam medan listrik adalah F = eE dan percepaan
elektron tersebut konstan, yatu a = (qE/m) serta lintasan para bola. Persamaan lintasannya
tersebut adalah sebagai berikut. Gerak para bola pada dasarnya merupakan perpaduan gerak
searah sumbu X dan gerak searah sumbu Y, sehingga persamaan gerak masing-masing :
X = v t dan
Y = (1/2) a t2, karena a = (eE/m) maka
Y = (1/2) (q/m) E t2
Dengan mengeliminir t, maka diperoleh persamaan lintasan, menjadi
1 𝑞 𝐸
Y = 2 𝑚 𝑣2 𝑥 2 (memenuhi persamaan parabola) (9.18)
jika layar S diletakkan sejauh L, maka partikel yang bergerak dengan kecepatan v akan sampai di
C (pada layar tersebut pada layar nampak ada bintik terang). Karena pergeseran vertical (OC = d)
dan sangat kecil bila dibandingkan dengan L, maka tgα = d/L sehingga didapat persamaan:
𝑞𝐸𝑙
d/L = (9.20)
𝑚𝑣 2
Gerak electron menuju layar tersebut melalui medan magnet dan medan listrik, sehingga electron
akan mendapat gaya listrik sebesar qE yang arahnya ke atas (q bermuatan negative) dan gaya
magnet sebesar qvB yang arahnya ke bawah (arah medan magnet masuk tegak lurus bidang
gambar). Dengan mengatur B seperlunya maka akan didapat qe = qvB, sehingga v = E/B dan
bintik terang akan kembali ke O. dengan demikian diperoleh:
𝑞𝐸𝑙
d/L = 𝑚𝐸2 𝑙 𝐵2
Jadi
𝐸𝑑
q/m = (9.21)
𝐿𝐵2 𝑙
5. Efek Hall
Efek hall adalah suatu gejala bila penghantar berarus diletakkan tegak lurus terhadap
medan magnet B akan timbul beda potensial. Isalnya suatu penghantar yang tebalnya a
dan lebarnya b dialiri arus I yang tegak lurus medan magnet B (lihat digambar).
Jika arah arus I ke x dan medan B kea rah z, maka electron dalam penghantar itu akan
mengalami gaya magnet sebesar evB kea rah y, yang menimbulkan perbedaan rapat
electron beda potensial Hall V dan medan listrik Hall E = V/b yang menarik electron
bebas ke arah y. Dalam keadaan seimbang gaya magnet sama dengan gaya listrik.
eE = evB v = E/B
Sedangkan rapat arus dalam penghantar adalah J = n e v = I/A = I/ab, maka v = I / neab.
Karena E = V/d, maka diperoleh hubungan sebagai beritut:
I/neab = V/Bb
𝐵𝐼
v= 𝑛𝑒𝑎 (9.22)
dimana
J = rapat arus
V = beda potensial Hall, n = jumlah electron bebas persatuan vlume (juga jumlah electron
bebas per atom). Untuk Cu, Na, K, Ag adalah kurang lebih satu). Mengapa ?
Untuk bahan semikonduktor, jumlah electron bebas per atom sangat kecil ataupun
negative yang menimbulkan gagasan bahwa muatan bebas bergerak dalam
semikonduktor dapat berupa “lubang positif” bermuatan +e. adanya efek Hall, rapat
pengangkut muatan tidak tergantung pada suhu. Efek Hall dapat dipakai dalam berbagai
alat ukur, misalnya alat pengukur medan magnet B.
𝐹̅ = ∫𝑣𝑜𝑙 𝐽 ̅ x 𝐵̅ dV (9.27)
Gambar dibawah adalah suatu penghantar yang dialiri arus listrik dan benda dalam
medan magnet.
Elemen volume dV dinyatakan dengan dV = A dl. Berdasarkan persamaan (9.27), maka besarnya
gaya magnetnya adalah:
𝐹̅ = ∫ 𝐽 ̅ x 𝐵̅ Adl (9.28)
Dalam hal ini 𝐽 ̅ = J 𝑢̂𝑇 , dimana 𝑢̂𝑟 = vektor satuan. Dengan demikian persamaan (9.28) menjadi
F = ∫(𝐽 𝑢̂𝑇 )x 𝐵̅ Adl
= ∫(𝐽𝐴) 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ Adl
Sedang JA = I, maka
𝐹̅ = I ∫ 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ dl (9.29)
Sebagai contoh, sebuah kawat penghantar lurus berada dalam medan magnet (lihat gambar
dibawah ini).
Berdasarkan persamaan (9.29) dapat ditentukan gaya magnetnya yaitu:
𝐹̅ = ∫ 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ dl
= I 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ ∫ 𝑑𝑙
𝑢̂𝑇 dan 𝐵̅ konstan, maka
𝐹 = I 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ L
= I L𝑢̂𝑇 x 𝐵̅
F = I L B sin θ (9.30)
Medan magnet ⃗𝑩
⃗ oleh karna arus I pada setiap titik di I’ adalah:
⃗⃗ = -𝝁𝟎 𝑰 𝝁
𝑩 ̂ 0 maka gaya F’ pada I’ adalah
𝟐𝝅𝑹
⃗⃗⃗ ⃗ dl ,dimana
𝑭 ’ = I’ ʃ 𝑢̂𝑻 x 𝐵
⃗ dl = - 𝑢̂𝑅 x B,
𝑢̂𝑻 x 𝐵 𝑢̂𝑟 adalah vektor satuan dari I ke I’.
Dengan demikian,
⃗⃗⃗ 𝝁𝟎 𝑰
𝑭 ’ = I’ ʃ - 𝑢̂𝑅 (𝟐𝝅𝑹 ) dl’
= - 𝑢̂𝑅 (𝝁𝟐𝝅𝑹
𝟎 𝑰𝑰′
) dl’
= - 𝑢̂𝑅 (𝝁𝟐𝝅𝑹
𝟎 𝑰𝑰′
) L’ (9,40)
Persamaan 9.40 menunjukkan bahwa kawat berarus I tarik-menarik dengan kawat berarus I’.
Dengan cara perhitungan yang sama, maka gaya (F) pada I yang dihasilkan oleh I’,hasilnya
adalah sama hanya tandanya (+).
Bentuk persamaan (9.37) Hukum Ampere Laplace dapat dinyatakan dalam bentuk:
⃗ = 𝝁𝟎 I 𝑢̂𝒕 𝒙2𝑢̂𝒓 dl
d𝐵 (9.41)
𝟒𝝅 𝑟
dengan melihat gambar (9.13) dapat diketahui bahwa 𝑢̂𝒕 ⊥ 𝑢̂𝒓 , oleh karena itu persamaan (9.41)
dapat diubah menjadi:
𝐼
dB = 𝝁𝟒𝝅𝟎 dl (9.42)
𝑟𝟐
Persamaan (9,42) menunjukkan besarnya medan magnet di titik P oleh elemen panjang
dalam medan magnet tersebut tegak lurus terhadap bidang PAA’. Dengan menguraikan d𝐵 ⃗
menjadi d𝐵⃗ // yang sejajar sumbu lingkaran dan komponen d𝐵 ⃗ ⊥ yang tegak lurus terhadap
sumbu tersebut, dapat diketahui bahwa jika diambil integrasi sepanjang lingkaran, maka untuk
elemen panjang yang simetri dengan dl, akan diperoleh harga dB ⊥ lain yang arahnya
berlawanan ( saling meniadakan). Oleh karena itu medan magnet (𝐵 ⃗ ) yang dihasilkan oleh arus
melingkar adalah jumlah dari d𝐵 ⃗ // yang bekerja pada titik P dan sejajar terhadap sumbu.
Besarnya dB// adalah:
dB// = dB cos ∝
𝑑𝑙
karena cos ∝ = 𝑎𝑟, dB = 𝝁𝟒𝝅
𝟎𝑰
𝑟𝟐
𝝁𝟎 𝑰
maka dB// = 𝑎𝑟 ( 𝟒𝝅𝒓𝟐 )𝑑𝑙
𝝁𝟎 𝑰𝒂
= 𝟒𝝅𝒓𝟑
𝑑𝑙
Jarak r adalah konstan, maka besarnya medan magnet di titik P dapat dituliskan:
B = ∮ 𝑑𝐵// = 𝝁𝟒𝝅𝒓 𝟑 ∮ 𝑑𝑙, dimana ∮ 𝑑𝑙= 2𝜋𝑎
𝟎 𝑰𝒂
𝝁
𝟎 𝑰𝒂
Jadi B = 𝟒𝝅𝒓 𝟑 . 2𝜋𝑎
𝝁𝟎 𝑰2𝜋𝑎2
B= 𝟒𝝅𝒓𝟑
Dimana r = ( 𝑎2 + 𝑅 2 ) ½
Dengan demikian medan magnet di tiap titik yang terletak pada sumbu dari arus melingkar dapat
dituliskan:
𝝁
𝟎 𝑰𝑎 2
B = 2 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
(9.43)
Berdasarkan persamaan (9.33) telah ditentukan bahwa besarnya momen dipole magnet adalah M
= I.A. oleh karena itu persamaan (9.43) dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝝁 2𝜋
B = 2𝜋 (𝑎2𝟎+𝑅
𝑰𝑎
2) 3/2
→ 𝜋𝑎2 = A
𝟎 𝑰𝐴𝝁
B = 2𝜋 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
𝟎𝑴 𝝁
B = 2𝜋 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
(9.44)
Jika sirkuit sangat kecil, sehingga jari-jari (a) dapat diabaikan terhadap R (= dianggap a << R),
maka persamaan (9.44) dituliskan :
𝝁 𝝁
B = 2𝜋𝟎 𝑅𝑴3 = 4𝜋𝟎 𝟐𝑴 (9.45)
𝑅3
2𝑘𝑝
Bila dibandingkan medan dipol listrik ( ingat Er = ), dapat diketahui bahwa medan magnet
𝑟3
sepanjang sumbu dari arus kecil adalah identik dengan medan listrik berada sepanjang sumbu
𝝁 𝑝
kabel listrik jika harga 4𝜋𝟎 M dinyatakan dengan 4𝜋𝜀 , dengan berdasarkan persamaan pada dipole
0
listrik untuk dipole magnet, maka medan magnet di luar sumbu dipole magnetik dapat dihitung
sebagai berikut:
Persamaan (9.46) mempunyai bentuk sama dengan medan dipole listrik sebagai berikut;
cos 𝜃
Er = 2kp 𝑟3
𝑘𝑝 sin 𝜃
Eθ = 𝑟3
Bila N = jumlah lilitan,N/L = jumlah lilitan tiap satuan panjang, (N/L) dR = jumlah lilitan
tiap satuan panjang pada elemen dR, maka medan ,magnet di titik P yang disebabkan oleh lilitan
pada bagian dR dapat dihitung sebagai berikut:
𝟎 𝑰𝑎
𝝁 2 𝑁 𝝁𝟎 𝑰𝑁 𝒂𝟐 𝒅𝑹
dB = [2 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
] dR =
𝐿 2𝐿 (𝑎2 +𝑅 2 ) 3/2
dR = -a cosec2 𝛽𝑑𝛽
a2 + R2 = a2 cosec2𝛽
dan disubtitusikan dalam persamaan tersebut sehingga
𝝁𝟎 𝑰𝑁
dB = (- sin 𝛽𝑑𝛽)
2𝐿
untuk memperoleh resultan medan magnet, dengan jalan mengitegrasikan persamaan tersebut
dari 𝛽1 ke 𝛽2 maka
𝛽 𝝁𝟎 𝑰𝑵
B = ∫𝛽 2 (- sin 𝛽𝑑𝛽)
2 2𝐿
𝝁𝟎 𝑰𝑁
B= (cos 𝛽2 − 𝛽1 ) (9.47)
2𝐿
Jika selonoida sangat panjang maka untuk titik ditengah selonoida 𝛽1= 𝜋 dan 𝛽2 = 0, medan
listrik dititik itu:
𝝁𝟎 𝑰𝑁
B= (9.48)
𝐿
Sedang medan magnet suatu titik yang berada diujung selonoida, 𝛽1 = 𝜋/2 dan 𝛽2 = 0, atau
𝛽1 = 𝜋 dan 𝛽2 = 𝜋/2, maka:
𝝁𝟎 𝑰𝑁
B= (9.49)
2𝐿
Pertama kita anggap suatu arus lurus tak tentu I (lihat gambar).
Gambar 9.17 medan magnet disekitar kawat lurus berarus I
⃗ = 𝝁𝟎 𝑰 𝑢̂ o
𝐵 2𝜋𝑟
⃗ .d𝑙 =∮ 𝐵
˄𝐵 = ∮𝐿 𝐵 ⃗ .dl =B∮ 𝑑𝑙
𝐿 𝐿
∮𝐿 𝑑𝑙 = L = 2𝜋𝑟
𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 =BL = ( )(2𝜋𝑟)
2𝜋𝑟
⃗ .d𝑙 =𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 = ∮𝐿 𝐵 (9.50)
Sedangkan 𝑢̂o. 𝑑𝑙 adalah komponen 𝑑𝑙 dalam arah vektor satuan 𝑢̂o dan besarnya rd𝜃. Karena itu:
𝝁𝟎 𝑰 𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 = ∮𝐿 𝑑𝜃 = (2𝜋) = 𝝁𝟎 𝑰
2𝜋 2𝜋
Masing-masing arus memberikan sumbangan kepada perputaran dari medan magnet sepanjang
L. Berdasarkan ketentuan hukum ampere, maka perputaran dari medan magnet sepanjang garis
tertutup yang dilingkupi arus (merupakan mata rantai), I1,I2,I3 adalah
⃗ . 𝑑𝑙 = 𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 = ∮ 𝐵 (9.51)
Dimana I = I1 + I2 +I3 +.....
Catatan untuk persamaan (9.51). arus positif bila arus tersebut lewat menembus L dengan
keadaan sama dengan arah perputaran sekrup kekeadaan mengikuti arah lintasan L. Arus negatif
bila arahnya berlawanan dengan keadaan tersebut.
Catatan:
Arus positif, bila arah arus yang lewat (melingkupi) lintasan L sama dengan arah putaran
sekrup kekanan yang mengikuti arah lintasan tersebut.
Arus negatif, bila arah arus berlawanan dengan keadaan tersebut.
Dalam gambaran tersebut I1 dan I3 adalah positif dan I2 adalah negatif.
Hukum ampere ∮𝐿 𝐵 ⃗ .d𝑙 =𝝁𝟎 𝑰 dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial, yaitu dengan
menggunakan teorema stokes sebagai berikut:
∮ 𝐵⃗ .d𝑙 =𝝁𝟎 𝑰
𝐿
⃗ ), maka
Sedangkan (I = ∮𝑺 𝑗.d𝒂
⃗ = 𝝁𝟎 𝑗
∇𝑥𝐵 (9.52)
Persamaan (9.52) merupakan persamaan hukum ampere dalam bentuk diferensial. Berdasarkan
⃗ tidak nol (∇𝑥𝐵
persamaan tersebut dapat dilihat bahwa curl 𝐵 ⃗ ≠ 0) sebaliknya divergensi ∇. 𝐵
⃗ =
0 yang pembuktiannya sebagai berikut:
̂𝑡 X 𝑢
̂𝑟
⃗ = 𝝁𝟎 ∮
𝐵
𝐼𝑢
dl (9.53)
4𝜋 𝐿 𝑟2
̂𝑡 𝑑𝑙 X 𝑢
̂𝑟
⃗ = 𝝁𝟎 ∮ ∇.
∇∙𝐵
𝐼𝑢
4𝜋 𝐿 𝑟2
̂𝑟
⃗ = 𝝁𝟎 ∮ ∇.
∇∙𝐵
𝐼 𝑑𝑙 X 𝑢
4𝜋 𝐿 𝑟2
𝝁𝟎𝑰 ̂𝑟
𝑑𝑙 X 𝑢
⃗ =
∇∙𝐵 ∮𝐿 ∇.
4𝜋 𝑟2
̂𝑟
𝑢
Mengingat 𝑑𝑙 tidak mengandung (x,y,z) maka ∇𝑥𝑑𝑙 = 0, disamping itu ∇𝑥 =0
𝑟2
Maka
⃗ =0
∇∙𝐵 9.54
⃗ = ∇𝑥𝐴
𝐵 9.55
𝐴 disebut potensial vektor magnetik (weber/m). Sekarang akan ditentukan 𝐴 sebagai berikut :
⃗ adalah :
Berdasarkan hukum Biot-Savart, maka medan 𝐵
𝝁𝟎 ̂𝑡 X 𝑢
𝐼𝑢 ̂𝑟 𝝁𝟎 𝑰 ⃗⃗⃗⃗ ̂𝑟
𝑑𝑙 𝑥 𝑢
⃗ =
𝐵 ʃ 𝑑𝑙 = ʃ 9.56
4𝜋 𝑟2 4𝜋 𝑟2
Melalui identitas vektor dapat dinyatakan :
⃗⃗⃗⃗ 𝑥 𝑢
𝑑𝑙 ̂𝑟 1 ⃗⃗⃗⃗
∇ 𝑥 𝑑𝑙 ⃗⃗⃗⃗
∇ 𝑥 𝑑𝑙 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
⃗⃗⃗ 𝑥∇ ( ) = ∇𝑥 (
= −𝑑𝑙 )−( ) = ∇𝑥 ( 𝑟 ) 9.57
𝑟2 𝑟 𝑟 𝑟
⃗⃗⃗⃗ 𝑥 𝑢
𝑑𝑙 ̂𝑟 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
= ∇𝑥 ( 𝑟 )
𝑟2
𝝁𝟎 𝑰 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
⃗ =
𝐵 ʃ ∇𝑥 ( 𝑟 )
4𝜋
⃗⃗⃗⃗
⃗ = ∇𝑥 (𝝁𝟎 𝑰 ʃ 𝑑𝑙)
𝐵 9.58
4𝜋 𝑟
𝝁𝟎 𝑰 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
𝐴= ∮ 9.59
4𝜋 𝑟
Persamaan 9.59 adalah 𝐴 untuk arus filamen (kawat berarus). Bila distribusi arusnya volume
dan permukaan makan potensial vektor yang dihasilkan masing-masing adalah :
𝝁𝟎 𝑗
𝐴= ∫ 𝑑𝑣 9.60
4𝜋 𝑉 𝑟
𝝁𝟎 ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑘𝑑𝑎
𝐴= ∫ 9.61
4𝜋 𝑠 𝑟
Sementara itu potensial vektor yang dihasilkan oleh titik muatan yang bergereak adalah :
⃗
𝝁𝟎 𝒒𝑣
𝐴= 9.62
4𝜋𝑟
⃗ = ∇𝑥∇𝑥𝐴 = 𝜇0 𝑗
∇𝑥𝐵 9.63
∇ 𝑥 ∇ 𝑥 𝐴 = ∇(∇𝑥𝐴) − ∇2 𝐴
∇2 𝐴 = −𝜇0 𝑗 9.64
∇2 𝐴𝑥 = −𝜇0 𝐽x
∇2 𝐴𝑦 = −𝜇0 𝐽y
∇2 𝐴𝑧 = −𝜇0 𝐽z 9.65
Perlu diperhatikan bahwa penilaian potensial vektor pada titik tunggal adalah tidak bermanfaat,
sebab induksi magnet dapat diperoleh dengan diferensiasi. Prinsip penggunaan potensial vektor
adalah pada elektrodinamika dan masalah-masalah yang meliputi radiasi elektromagnet.
Misalnya, 𝑑𝑎 adalah vektor elemen luas suatu permukaan = S, 𝐵⃗ adalah vektor induksi
magnet pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis medan (garis gaya) atau fluks magnet (ϕ)
yang keluar dari permukaan S adalah :
⃗ . 𝑑𝑎
Φ = ∫𝑠 𝐵 9.70
Integral pada persamaan 9.70 merupkan integral permukaan. Persamaan 9.70 dapat dinyatakan
dalam bentuk :
⃗ . 𝑛̂ 𝑑𝑎
Φ = ∫𝑠 𝐵 9.71
Atau
⃗ 𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑠𝜃 = ∫ 𝐵𝑛 . 𝑑𝑎
Φ = ∫𝑠 𝐵 9.72
𝑠
Dimana 𝜃 adalah sudut antara 𝐵 ⃗ dan 𝑛̂, 𝐵𝑛 = 𝐵 cos 𝜃 merupakan komponen B pada arah normal.
Sehubungan dengan uraian diatas maka induksi magnet B dapat diartikan sebagai banyaknya
garis gaya tiap satuan luas, atau disebut rapat fluks (rapat garis gaya).
Fluks magnet yang melalui permukaan tertutup adalah nol, gunakan teorema divergensi,
sehingga
⃗ . 𝑛̂ 𝑑𝑎 = ∫ (∇ . 𝐵
∫𝑠 𝐵 ⃗ )𝑑𝑣 = 0 9.73
𝑣
Atau
⃗)=0
(∇. 𝐵 9.74
Satuan fluks magnetik adalah Weber. Satuan Weber disingkat W dan 1W menyatakan satu buah
garis gaya
Berdasarkan persamaan 9.70 maka satuan induksi magnet adalah W/m2 (dalam sistem mks).
W/ m2 = 1T
T = kg det-1C-1
Dalam sistem cgs satuan induksi magnet adalah gauss (G) dan satuan fluks magnetik adalah
Maxwell (M), jadi 1gauss = 1M cm-2
Dengan:
1 1
= 1
𝑅
(𝑟 2 +(𝑟 ′ )2 −2𝑟𝑟 ′ cos 𝜑 )2
1 𝑟′
= 𝑟 ∑∞ n
𝑛=0 ( 𝑟 ) Pn (cos𝜑)
Sehingga
𝜇 𝑑𝑙 𝜇0 𝑰 1
0𝑰
𝐴 = 4𝜋 ∮𝑅= ∑∞
𝑛=0 ∮(𝑟 1 )n Pn (cos 𝜑)𝑑𝑙
4𝜋 𝑟 𝑛+1
𝜇 1 1 1 3 1
0𝑰
𝐴 = 4𝜋 [𝑟 ∮ 𝑑𝑙 + 𝑟 2 ∮ 𝑟 1 cos 𝜑𝑑𝑙 + 𝑟 3 ∮(𝑟 1 )2 (2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜑 − 2) 𝑑𝑙 + ⋯] (9.75)
Sebagaimana ekspansi multipole dari V, maka dinyatakan dari suku pertama disebut monopole,
suku kedua disebut dipole, dan suku ketiga disebut quadrelpole.
Sementara itu untuk monopole magnet selalu nol, hal itu dapat ditampilkan dalam
integral vektor pergeseran mengelilingi loop tertutup yaitu
∮ 𝑑𝑙 = 0 (9.76)
Hal tersebut mencerminkan bahwa tidak ada monopole magnet dalam alam (sesuai dengan
⃗ = 0).
persamaan 9.54 yaitu ∇ ∙ 𝐵
Dengan tidak adanya sumbangan dari monopole, maka dipole merupakan suku dominan,
sehingga dapat dituliskan
0𝑰 𝜇 1 𝜇0 𝑰
𝐴𝑑𝑖𝑝 (𝑟) = 4𝜋𝑟 2 ∮ 𝑟 cos 𝜑𝑑𝑙 = ∮(𝑟̂ . 𝑟) 𝑑𝑙 (9.77)
4𝜋𝑟 2
Integral tersebut dapat diubah dengan melalui manipulasi tidak menarik berikut ini:
d⌊(𝑟̂ . 𝑟)𝑟 1 ⌋ = (𝑟̂ . 𝑑𝑟 1 )+(𝑟̂ . 𝑟 1 ) 𝑑𝑟 1
sehingga:
Dalam hal ini 𝑑𝑟 1 adalah vektor pergeseran yang sangat kecil dan disebut d𝑙 (lihat gambar 9.21)
1
∮(𝑟̂ . 𝑟 1 )𝑑𝑙 = - 2 𝑟̂ 𝑥 ∮(𝑟1 𝑥𝑑𝑙 ) (9.79)
Atau
⃗⃗⃗ 𝑥𝑟
𝜇 𝑚
𝐴𝑑𝑖𝑝 = 4𝜋0 (9.80)
𝑟2
1
⃗⃗ = − 2 𝐼 ∮(𝑟 1 𝑥𝑑𝑙 )
Dengan m=momen dipole magnet, 𝑚
1
Dalam kasus-kasus loop bidang datar, integral 2 (𝑟 1 𝑥𝑑𝑙 ) adalah luas bagian yang diarsir
(gambar 9.22). dengan demikian integral adalah luas dari daerah seluruh loop ,jadi
1
2
∮(𝑟 1 𝑥𝑑𝑙 ) = ∫ 𝑑𝐴 = 𝑛̂A (9.81)
Momen dipole magnet sebagai vektor yang tegak lurus terhadap bidang datar dan arahnya
ditentukan berdasarkan aturan tangan kanan. Untuk loop arus datar, maka momen dipolnya
sederhana yaitu hasil kali arus dan luas , yaitu sebagai berikut:
𝑚
⃗⃗ = I𝐴 = I 𝑛̂A (9.82)
Medan magnet dipole dapat dihitung dengan mudah jika momen dipole magnet berada di titik
asal dan arahnya sepanjang sumbu Z seperti gambar 9.23.
Gambar 9.23 perhitungan medan magnet dititik P dari dipole magnet
Berdasarkan persamaan (9.83) dapat dituliskan komponen medan magnet di titik P sebagai
berikut:
⃗ 𝑟 = 𝜇0 2𝑚 cos
𝐵 3
𝜃
𝑟̂ (9.85)
4𝜋 𝑟
⃗ 𝜃 = 𝜇0 2𝑚 cos
𝐵
𝜃
𝜃̂ (9.86)
4𝜋 𝑟3
Persamaan (9.85) dan (9.86) masing-masing merupakan medan magnet pada arah radikal dan
medan magnet pada arah singgung. Ternyata medan magnet dari dipole mempunyai susunan
sama dengan medan dari dipole listrik.
Contoh:
Carilah momen dipole magnetik dari bentuk kawat seperti gambar. Semua sisi panjangnya s dan
membawa arus I.
penyelesaian
Bentuk kawat tersebut dapat dianggap gabungan dari dua bidang datar/loop persegi seperti
gambar berikut: