Anda di halaman 1dari 27

BAB 9

MAGNETOSTATIKA

9.1 Definisi Induksi Magnet


Telah dibicarakan tentang gaya Coulomb antar dua muatan q dan q1 yaitu
1 𝑞𝑞
𝐹̅𝑐 = 𝑟̂
4𝜋𝜀0 𝑟 2

Persamaan hukum Coulomb tersebut dengan asumsi bahwa kesua muatan dalam keadaan diam.
Jika kedua muatan bergerak bersama-sama dengan kecepatan v dan v1, maka ada tambahan gaya
magnet Fm yang diusahakan pada q dan q1.
 𝑞𝑞1 𝑟̅
Fm = 4𝜋0 𝑣̅ 𝑥 (𝑣
̅̅̅x
1 𝑟)
𝑟2
0 1
tetapan yang fungsinya sama dengan 4𝜋𝜀 dalam elektrostatiska, yatu dengan yang diperrlukan
4𝜋 0

untuk membuat hukum eksperimen dapat digabungkan dengan seperangkat satuan 4𝜋0 = 10-7
NS2/C2 . seperti hal nya kasus gaya elektrostatika, tetapan tersebut adalah
menguntungkan/memudahkan untuk membayangkan adanya “muatan uji” dengan
mendefinisikan medan magnet. Namun dalam kasus ini tidak hanya muatan uji q, tetapi juga
kecepatan 𝑣̅ harus difaktorkan keluar, sehingga persamaan 9.2 menjadi
Fm = 𝑞𝑣̅ 𝑥 𝐵̅
Dengan 𝐵̅ induksi magnet yaitu :
0 𝑞𝑞1 𝑟̅
𝐵̅ = 𝑣̅ 𝑥
4𝜋 𝑟 2 𝑟
𝑁𝑆
Satuan 𝐵̅ adalah 𝐶𝑚 = tesla (T)

9.2 Gaya Magnet pada Muatan Bergerak


Berdasarkan eksperimen, bila suatu muatan diam berada dalam medan magnet maka muatan
tersebut tidak merasakan adanya interksi dengan medan magnet itu. Jka muatan tersebut
bergerak dalam medan magnet, maka muaan tersebut akan merasakanadanya interaksi dengan
medan magnet interaksi tersebut adalah adanya gaya yang dirasakan oleh muatan. Gaya itu
disebut gaya magnet atau gaya Lorentz, yang secara matematik dinyatakan dengan persamaan :
𝐹̅ Lorentz = 𝐹̅ electric + 𝐹̅ magnetic
= q𝐹̅ + q𝑣̅ 𝑥 𝐵̅
= q(𝐸̅ + 𝑣̅ 𝑥𝐵̅)
Bila muatan q yang bergerak dalam medan magnet 𝐵̅ mempunyai kecepaan 𝑣̅ , dan bila 𝐸̅ = 0,
maka besarnya gaya magnet yang drasakan muaan secara matematik dinyatakan sebagai :
𝐹̅ = q𝑣̅ 𝑥 𝐵̅
atau
F = q v B sin α

Dimana F = gaya magnet (newton)


q = muatan yang bergerak (coulomb)
v = kecepatan muatan (m/s)
B = induksi magnet (weber/m2)
α = sudut antara v dan B

bila α = π/2 = 90o , maka gaya F maksimum, sehingga


F=qvB
Bila α = 0o , atau 𝑣̅ // 𝐵̅ , maka F = 0

9.3 Gerak dari Muatan di dalam Medan Magnet


Missal sebuah muatan bergerak dengan arah tegak lurus terhadap medan magnet seba
sama maka lintasannya akan beruppa lingkaran karena gaya yang dialami muatan selalu tegak
lurus dengan arah kecepatan muatan. Arah kecepatan muatan berubah (merupakan arah garis
singgung dari lingkaran) tetapi besarnya tetap. Dengan demikian gaya magnet yang dialami
muatan adalah merupakan gaya sentripetal, sehingga :
Fc = Fm
𝑚𝑣 2
= qvB
𝑟
Atau
𝑚𝑣
r= 𝑞𝐵

r, merupakan jari-jari lingkaran dari lintasan muatan

karena v = ωr , maka persamaan 9.9 dapat dinyatakan dengan


𝑞
ϖ= 𝐵 9.10
𝑚

berdasarkan persamaan 9.10 maka kecepaan sudut tidak bergantung dari kecepaan linier, tetapi
tergantug dari q/m dan B. Persamaan 9.10 tersebut menunjukan besarnya saja. Di dalam
mekanika telah dinyatakan bahwa percepatan suatu benda yang bergerak melingkar dapat
̅ 𝑥 𝑣̅ , dan gaya yang dialami benda itu 𝐹̅ = 𝑚𝑎̅ . berdasarkan
dituliskan secara vektor, 𝑎̅ = ϖ
pernyataan tersebut, maka diperoleh hubungan sebagai berikut :
𝐹̅ = 𝑞𝑣̅ 𝑥 𝐵̅
𝑚ϖ ̅
̅ 𝑥 v̅ = 𝑞v̅ 𝑥 B
𝑞
ϖ ̅𝑥v̅
̅ 𝑥 v̅ = −(𝑚) B
𝑞
ϖ ̅
̅ = −(𝑚) B 9.11

Persamaan 9.11 menunjukan besar dan arah dari keepatan sudut suatu muatan yang bergerak
melingkar dalam medan magnet. Tanda (-) bahwa arah ω berlawanan dengan B untuk muatan
psitif dan sama dengan arah B untuk muatan negative ω pada persamaan 9.11 disebut Frekuensi
Cyclotron.

9.4 Contoh-contoh dati Gerak Partikel-partikel Bermuatan dalam Medan Magnet


1. Cyclotron
Cyclotron atau siklotron adalah alat yang digunakan untuk mempercepat partikel
bermuatan agar mempunyai energy sangat tinggi, yaitu yang dihasilkan oleh beda
potensial yang sangat tinggi (ratusan juta volt). Siklotron menggunakan medan
magnet yang tegak lurus bidang gerak partikel bermuatan. Alat ini dirakit
sedemikian rupa sehingga orbit partikel bermuatan dalam medan magnet berupa
lingkaran. Alat ii digunakan dalam penelitian fisika nuklir.
Siklotron ini dibuat oleh Ernerst O Lawrence dan M. Stanley Livingstone di
Universitas California pada tahun 1931.dan dioperasikan pada tahun 1932. Alat
terdisi atas silinder yang dibelah menjadi dua melalui garis tengahnya, belahan itu
D1 dan D2 dan diletakan dlam medan magnet yang sejajar dengan sumbu silier.
Suatu sumber ion S (biasanya digunakan nucleus inti bermuaan positif dari zat air
berat atau deuteron) ditempatkan dalam ruang dianara D1 dan D2 dekat titik pusat
D1 dan D2 dihubungkan dengan suatu rangkaian listrik bolak-balik dengan beda
potensial 104 V. missal suatu ion positif dipancarkan oleh sumber S pada saat D1
positif, maka ion akan dipercepat oleh medan listrik dalam celah anara D1 dan D2
dan masuk kedalam D2 jari r = mv/qB (pers 9.9) dan kecepatan ω = qB/m (pers
9.10)
Setelah partikel menempuh seengah lingkaran medan listrik itu membalik
sehingga arahnya kea rah D1 (D1 menjadi negative) ion akan dipercepat lagi ketika
melewati celah antara D1 dan D2 dan menuju ke D1 dengan kecepatan yang lebih
bear daripada semula, dengan demikian jari-jari lintasan juga menjadi lebih besar.
Oleh karena itu bila diamati linasan ion merupakan spiral yang terdiri atas
setengah lingkaran-setengah lingaran dengan jari-jari berangsur-angsur menjadi
lebih besar

Jika R merupakan jari-jari pada saat kecepatan ion maksimum (Vmaks) maka
persamaan 9.9 dinyatakan
𝑚𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠
R = 𝑞𝐵
𝑞
𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐵𝑅
𝑚
Sedangkan energy kinetic yang dimiliki ion pada saa kecepatannya mencapai
harga maksimum adalah
𝑞
Ek = ½ mv2 = 1/2q(𝑚)B2R2
Beda tegangan V yang diperlukan untuk menimbulkan gaya energy kinetic
sebesar itu (pers 9.12) adalah :
½ mv2 = q V
Atau
V = ½ (q/m) B2R2

2. Selector Kecepatan
Seektor kecepatan adalah alat untuk menyeleksi partikel bermuatan yang
memiliki kecepatan tertentu saja yang dapat diteruskan. Alat ini terdiri dari atas
kapassitorlompeng dan kumparan yang dipasang sedemikian sehingga medan listrik dan
medan magnetnya saling tegak lurus. Bila seberkas partikel bermuatan mempunyai
berbagai kecepatan, maka partikel bermuaan itu tidak semuanya dapat dieruskan
melewati selektor kecepatan ini. Uraian dibawah ini akan menjelaskan partikel bermuatan
mana yang dapat diteruskan melewati selekor kecepatan.

Jika partikel yang bergerak dalam kapasitor lempeng mempunyai kecepatan v,


maka kecepatan tersebut akan mendapat dua gaya yaitu gaya listrik FL dan gaya magnet
Fm . gaya llistrik tersebut arahnya kebawah dan gaya magnet arahnya ke atas. Agar
pertikel bermuatan tersebut terus bergerak lurus maka gaya lisrik harus sama dengan gaya
magnet sehingga resultan gaya pada artikel sama dengan no. dengan demikia diperleh
hubungan sebagai berikut.
FL = Fm
qE = q v B
v = E/B 9.14
persamaan 9.14 menunjukan bahwa partikel bermuatan yang diteruskan oleh
selector kecepatan adalh partikel yang memiliki kecepatan seperti ditunjukan oleh
persamaan itu.

3. Spektrometer Massa Dempster’s


Perhatikan gambar disamping. I adalah sumber ion, S1 dan S2 adalah dua buah
celah sempit yang meneruskan ion-ion yang lewat. Ion-ion yang tersebut akan
dipercepat dengan beda potensial anara S1 dan S2 adalah V., kecepatan ion yang
keluar dari celah S2 dapat dihitung dengan persamaan :
½ mv2 = qv
𝑞
v2 = 2 𝑚 𝑉

Daerah dibawah celah tersebu merupkan medan magnet yang arahnya ke atas
meninggalkan bidang gamba ion yang telah meninggalkan celah S2 tersebut akan
membuat orbit lingkaran dalah satu daerah tertentu. Setelah melukiskan setengan
lingkaran ion jatuh pada plat fotografi P dan “meninggalkan tanda”. Jari-jari
lintasan ion dapat ditentukan berdasarkan persamaan 9.9 yaitu r = (mv/qB).
Dengan persamaan 9.9 ini, kecepatan ion dapat ditentukan, yaitu :
𝑞
V = 𝑚Br
Kombinasi persamaan 9.15 dan 9.15 untuk mengeliminer v, maka
diperoleh persamaan
𝑞 2𝑉
= 9.17
𝑚 𝐵2 𝑟 2
Jadi spectrometer massa ini dapat digunakan untuk mencari perbandingan
harga muatan (q) dengan massa (m). harga q/m tergantung dari besaran-besaran
V,B dan r dimana besaran tersebut dapat mudah diukur . Didalam teknik,
persamaan tersebut dapat digunakan untuk electron, proton dan partikel
bermuatan lainnya. Dengan mengetahui harga q, maka dapat ditentukan massa
pertikel bermuatan.

4. Eksperimen Thomson’s untuk pengukuran q/m


Thomson’s dalam melakukan eksperimen ini dengan menggunakan tabung sinar
katoda. Didalam abung sinar katoda itu terdapat medan listrik dari kapasitor
lompeng yang arahnya tegak lurus dengan medan magnet. Medan listrik dan
medan magnet tersebut menyebabkan terjadi penyimpangan arah gerak muatan
yang melewati kedua medan itu. Penyimpangan itu dapat diamati pada layar
pendar dari tabung sinar katoda tersebut.

Bila electron yang dipancarkan leh sinar katoda (C) memiliki kecepatan v masuk
dalam medan listrik, maka lintasan electron akan menyimpang mengikuti linasan ABC. Electron
tersebut sudah melewati medan lintasannya lurus.

Gaya yang dialami electron dalam medan listrik adalah F = eE dan percepaan
elektron tersebut konstan, yatu a = (qE/m) serta lintasan para bola. Persamaan lintasannya
tersebut adalah sebagai berikut. Gerak para bola pada dasarnya merupakan perpaduan gerak
searah sumbu X dan gerak searah sumbu Y, sehingga persamaan gerak masing-masing :
X = v t dan
Y = (1/2) a t2, karena a = (eE/m) maka
Y = (1/2) (q/m) E t2
Dengan mengeliminir t, maka diperoleh persamaan lintasan, menjadi
1 𝑞 𝐸
Y = 2 𝑚 𝑣2 𝑥 2 (memenuhi persamaan parabola) (9.18)

Penyimpangan electron dapat dihitung berdasarkan sudut kemiringan lintasan yaitu:


𝑑𝑦 𝑞𝐸𝑙
tgα =(𝑑𝑥 )𝑥=𝑙 = 𝑚𝑣2 (9.19)

jika layar S diletakkan sejauh L, maka partikel yang bergerak dengan kecepatan v akan sampai di
C (pada layar tersebut pada layar nampak ada bintik terang). Karena pergeseran vertical (OC = d)
dan sangat kecil bila dibandingkan dengan L, maka tgα = d/L sehingga didapat persamaan:
𝑞𝐸𝑙
d/L = (9.20)
𝑚𝑣 2

Gerak electron menuju layar tersebut melalui medan magnet dan medan listrik, sehingga electron
akan mendapat gaya listrik sebesar qE yang arahnya ke atas (q bermuatan negative) dan gaya
magnet sebesar qvB yang arahnya ke bawah (arah medan magnet masuk tegak lurus bidang
gambar). Dengan mengatur B seperlunya maka akan didapat qe = qvB, sehingga v = E/B dan
bintik terang akan kembali ke O. dengan demikian diperoleh:
𝑞𝐸𝑙
d/L = 𝑚𝐸2 𝑙 𝐵2

Jadi
𝐸𝑑
q/m = (9.21)
𝐿𝐵2 𝑙

5. Efek Hall
Efek hall adalah suatu gejala bila penghantar berarus diletakkan tegak lurus terhadap
medan magnet B akan timbul beda potensial. Isalnya suatu penghantar yang tebalnya a
dan lebarnya b dialiri arus I yang tegak lurus medan magnet B (lihat digambar).

Jika arah arus I ke x dan medan B kea rah z, maka electron dalam penghantar itu akan
mengalami gaya magnet sebesar evB kea rah y, yang menimbulkan perbedaan rapat
electron beda potensial Hall V dan medan listrik Hall E = V/b yang menarik electron
bebas ke arah y. Dalam keadaan seimbang gaya magnet sama dengan gaya listrik.
eE = evB v = E/B
Sedangkan rapat arus dalam penghantar adalah J = n e v = I/A = I/ab, maka v = I / neab.
Karena E = V/d, maka diperoleh hubungan sebagai beritut:
I/neab = V/Bb
𝐵𝐼
v= 𝑛𝑒𝑎 (9.22)

dimana
J = rapat arus
V = beda potensial Hall, n = jumlah electron bebas persatuan vlume (juga jumlah electron
bebas per atom). Untuk Cu, Na, K, Ag adalah kurang lebih satu). Mengapa ?
Untuk bahan semikonduktor, jumlah electron bebas per atom sangat kecil ataupun
negative yang menimbulkan gagasan bahwa muatan bebas bergerak dalam
semikonduktor dapat berupa “lubang positif” bermuatan +e. adanya efek Hall, rapat
pengangkut muatan tidak tergantung pada suhu. Efek Hall dapat dipakai dalam berbagai
alat ukur, misalnya alat pengukur medan magnet B.

9.5 Gaya Magnet pada Arus Listrik


Arus listrik adalah suatu aliran muatan-muatan listrik yang bergerak dalam ruang
hampa atau melalui penghantar. Besarnya arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya
muatan yang lewat tiap satuan waktu melalui suatu luasan dari penghantar. Misalnya
pada penampang lintang suatu penghantar dilalui muatan dengan kecepatan v. Jika n
adalah banyaknya partikel tiap satuan volume, jumlah total dari partikel-partikel yang
lewat melalui sataun luas tiap waktu adalah nv dan rapat arus ditentukan sebagai muatan
yang lewat pada suatu luasan tiap waktu, maka:
𝐽 ̅ = nq𝑣̅ (9.23)
Jika A adalah luas penampang penghantar dan tegak lurus J, maka arus listriknya;
I=JA=nqvA (9.24)
Seandainya penghantar dalam medan magnet, maka gaya pada masing-masing muatan
dapat ditentukan. Karena n adalah banyaknya partikel tiap satuan volume, maka gaya
magnet tiap volume adalah:
𝑓 ̅ = nq 𝑣̅ x 𝐵̅ = 𝐽 ̅ x 𝐵̅ (9.25)
Gaya total pada volume dV dari medium tersebut adalah:
d𝐹̅ =𝑓 ̅ dV = 𝐽 ̅ x 𝐵̅ dV (9.26)
sehingga

𝐹̅ = ∫𝑣𝑜𝑙 𝐽 ̅ x 𝐵̅ dV (9.27)

Gambar dibawah adalah suatu penghantar yang dialiri arus listrik dan benda dalam
medan magnet.

Elemen volume dV dinyatakan dengan dV = A dl. Berdasarkan persamaan (9.27), maka besarnya
gaya magnetnya adalah:
𝐹̅ = ∫ 𝐽 ̅ x 𝐵̅ Adl (9.28)
Dalam hal ini 𝐽 ̅ = J 𝑢̂𝑇 , dimana 𝑢̂𝑟 = vektor satuan. Dengan demikian persamaan (9.28) menjadi
F = ∫(𝐽 𝑢̂𝑇 )x 𝐵̅ Adl
= ∫(𝐽𝐴) 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ Adl

Sedang JA = I, maka
𝐹̅ = I ∫ 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ dl (9.29)

Sebagai contoh, sebuah kawat penghantar lurus berada dalam medan magnet (lihat gambar
dibawah ini).
Berdasarkan persamaan (9.29) dapat ditentukan gaya magnetnya yaitu:
𝐹̅ = ∫ 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ dl
= I 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ ∫ 𝑑𝑙
𝑢̂𝑇 dan 𝐵̅ konstan, maka
𝐹 = I 𝑢̂𝑇 x 𝐵̅ L
= I L𝑢̂𝑇 x 𝐵̅
F = I L B sin θ (9.30)

Gaya F = 0, jika kawat konduktor parallel dengan medan magnet (

9.9 GAYA-GAYA ANTARA DUA ARUS


Misal dua buah kawat lurus yang disusun paralel dialiri arus masing-masing I dan I’
dalam arah yang sama. Jarak antar kedua kawat adalah R ( lihat gambar dibawah).

Gambar 9.12 gaya magnet antar dua kawat berarus

Medan magnet ⃗𝑩
⃗ oleh karna arus I pada setiap titik di I’ adalah:

⃗⃗ = -𝝁𝟎 𝑰 𝝁
𝑩 ̂ 0 maka gaya F’ pada I’ adalah
𝟐𝝅𝑹

⃗⃗⃗ ⃗ dl ,dimana
𝑭 ’ = I’ ʃ 𝑢̂𝑻 x 𝐵
⃗ dl = - 𝑢̂𝑅 x B,
𝑢̂𝑻 x 𝐵 𝑢̂𝑟 adalah vektor satuan dari I ke I’.
Dengan demikian,
⃗⃗⃗ 𝝁𝟎 𝑰
𝑭 ’ = I’ ʃ - 𝑢̂𝑅 (𝟐𝝅𝑹 ) dl’

= - 𝑢̂𝑅 (𝝁𝟐𝝅𝑹
𝟎 𝑰𝑰′
) dl’

= - 𝑢̂𝑅 (𝝁𝟐𝝅𝑹
𝟎 𝑰𝑰′
) L’ (9,40)

Persamaan 9.40 menunjukkan bahwa kawat berarus I tarik-menarik dengan kawat berarus I’.
Dengan cara perhitungan yang sama, maka gaya (F) pada I yang dihasilkan oleh I’,hasilnya
adalah sama hanya tandanya (+).

9.10 MEDAN MAGNET DARI ARUS MELINGKAR


Misal suatu arus melingkar dengan jari-jari a. Suatu titik sembarang (misal titik P)
berada di samping sumbu dari arus melingkar (lihat gambar). Medan magnet di titik P yang
disebabkan oleh arus melingkar dapat ditentukan sebagai berikut:
Perhitungan medan magnet di titik P tersebut dengan berdasar persamaan hukum ampere-laplace.

gambar 9.13 medan magnet oleh arus melingkar

Bentuk persamaan (9.37) Hukum Ampere Laplace dapat dinyatakan dalam bentuk:

⃗ = 𝝁𝟎 I 𝑢̂𝒕 𝒙2𝑢̂𝒓 dl
d𝐵 (9.41)
𝟒𝝅 𝑟

dengan melihat gambar (9.13) dapat diketahui bahwa 𝑢̂𝒕 ⊥ 𝑢̂𝒓 , oleh karena itu persamaan (9.41)
dapat diubah menjadi:
𝐼
dB = 𝝁𝟒𝝅𝟎 dl (9.42)
𝑟𝟐

Persamaan (9,42) menunjukkan besarnya medan magnet di titik P oleh elemen panjang
dalam medan magnet tersebut tegak lurus terhadap bidang PAA’. Dengan menguraikan d𝐵 ⃗
menjadi d𝐵⃗ // yang sejajar sumbu lingkaran dan komponen d𝐵 ⃗ ⊥ yang tegak lurus terhadap
sumbu tersebut, dapat diketahui bahwa jika diambil integrasi sepanjang lingkaran, maka untuk
elemen panjang yang simetri dengan dl, akan diperoleh harga dB ⊥ lain yang arahnya
berlawanan ( saling meniadakan). Oleh karena itu medan magnet (𝐵 ⃗ ) yang dihasilkan oleh arus
melingkar adalah jumlah dari d𝐵 ⃗ // yang bekerja pada titik P dan sejajar terhadap sumbu.
Besarnya dB// adalah:
dB// = dB cos ∝
𝑑𝑙
karena cos ∝ = 𝑎𝑟, dB = 𝝁𝟒𝝅
𝟎𝑰
𝑟𝟐
𝝁𝟎 𝑰
maka dB// = 𝑎𝑟 ( 𝟒𝝅𝒓𝟐 )𝑑𝑙

𝝁𝟎 𝑰𝒂
= 𝟒𝝅𝒓𝟑
𝑑𝑙

Jarak r adalah konstan, maka besarnya medan magnet di titik P dapat dituliskan:
B = ∮ 𝑑𝐵// = 𝝁𝟒𝝅𝒓 𝟑 ∮ 𝑑𝑙, dimana ∮ 𝑑𝑙= 2𝜋𝑎
𝟎 𝑰𝒂

𝝁
𝟎 𝑰𝒂
Jadi B = 𝟒𝝅𝒓 𝟑 . 2𝜋𝑎

𝝁𝟎 𝑰2𝜋𝑎2
B= 𝟒𝝅𝒓𝟑

Dimana r = ( 𝑎2 + 𝑅 2 ) ½
Dengan demikian medan magnet di tiap titik yang terletak pada sumbu dari arus melingkar dapat
dituliskan:
𝝁
𝟎 𝑰𝑎 2
B = 2 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
(9.43)

Berdasarkan persamaan (9.33) telah ditentukan bahwa besarnya momen dipole magnet adalah M
= I.A. oleh karena itu persamaan (9.43) dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝝁 2𝜋
B = 2𝜋 (𝑎2𝟎+𝑅
𝑰𝑎
2) 3/2
→ 𝜋𝑎2 = A

𝟎 𝑰𝐴𝝁
B = 2𝜋 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2

𝟎𝑴 𝝁
B = 2𝜋 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
(9.44)

Medan magnet dari arus melingkar digambarkan sebagai berikut:


Gambar 9.14 arah medan magnet oleh arus melingkar

Jika sirkuit sangat kecil, sehingga jari-jari (a) dapat diabaikan terhadap R (= dianggap a << R),
maka persamaan (9.44) dituliskan :
𝝁 𝝁
B = 2𝜋𝟎 𝑅𝑴3 = 4𝜋𝟎 𝟐𝑴 (9.45)
𝑅3
2𝑘𝑝
Bila dibandingkan medan dipol listrik ( ingat Er = ), dapat diketahui bahwa medan magnet
𝑟3
sepanjang sumbu dari arus kecil adalah identik dengan medan listrik berada sepanjang sumbu
𝝁 𝑝
kabel listrik jika harga 4𝜋𝟎 M dinyatakan dengan 4𝜋𝜀 , dengan berdasarkan persamaan pada dipole
0
listrik untuk dipole magnet, maka medan magnet di luar sumbu dipole magnetik dapat dihitung
sebagai berikut:

Gambar 9.15 medan magnet diluar sumbu dipole magnet


𝝁 2𝑀 cos 𝜃
Br = 4𝜋𝟎 𝑟3
𝝁 𝑀 cos 𝜃
Bθ = 4𝜋𝟎 (9.46)
𝑟3

Persamaan (9.46) mempunyai bentuk sama dengan medan dipole listrik sebagai berikut;
cos 𝜃
Er = 2kp 𝑟3
𝑘𝑝 sin 𝜃
Eθ = 𝑟3

9.11 MEDAN MAGNET DARI KUMPARAN BERARUS (solenoide)


Solenoide berarus adalah tersusun dari beberapa loop lingkaran sesumbu dengan jari-jari
sama yang membawa arus sama. Medan magnet yang disebabkan oleh selenoide berarus ini
dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan medan magnet yang dihasilkan oleh masing-masing
komponen lingkaran berarus.
Induksi magnet (medan magnet) yang disebabkan oleh selenoide berarus pada titik yang
terletak disumbu selenoide dapat ditentukan sebagai berikut:

Gambar 9.16 medan magnet oleh selonoida berarus

Bila N = jumlah lilitan,N/L = jumlah lilitan tiap satuan panjang, (N/L) dR = jumlah lilitan
tiap satuan panjang pada elemen dR, maka medan ,magnet di titik P yang disebabkan oleh lilitan
pada bagian dR dapat dihitung sebagai berikut:

𝟎 𝑰𝑎
𝝁 2 𝑁 𝝁𝟎 𝑰𝑁 𝒂𝟐 𝒅𝑹
dB = [2 (𝑎2 +𝑅 2) 3/2
] dR =
𝐿 2𝐿 (𝑎2 +𝑅 2 ) 3/2

dalam hal ini:


R = a cotg 𝛽
𝒂
sin 𝛽 = (𝑎2 +𝑅 2 ) 1/2

dR = -a cosec2 𝛽𝑑𝛽
a2 + R2 = a2 cosec2𝛽
dan disubtitusikan dalam persamaan tersebut sehingga
𝝁𝟎 𝑰𝑁
dB = (- sin 𝛽𝑑𝛽)
2𝐿

untuk memperoleh resultan medan magnet, dengan jalan mengitegrasikan persamaan tersebut
dari 𝛽1 ke 𝛽2 maka
𝛽 𝝁𝟎 𝑰𝑵
B = ∫𝛽 2 (- sin 𝛽𝑑𝛽)
2 2𝐿

𝝁𝟎 𝑰𝑁
B= (cos 𝛽2 − 𝛽1 ) (9.47)
2𝐿

Jika selonoida sangat panjang maka untuk titik ditengah selonoida 𝛽1= 𝜋 dan 𝛽2 = 0, medan
listrik dititik itu:
𝝁𝟎 𝑰𝑁
B= (9.48)
𝐿

Sedang medan magnet suatu titik yang berada diujung selonoida, 𝛽1 = 𝜋/2 dan 𝛽2 = 0, atau
𝛽1 = 𝜋 dan 𝛽2 = 𝜋/2, maka:
𝝁𝟎 𝑰𝑁
B= (9.49)
2𝐿

9.12 HUKUM AMPERE UNTUK MEDAN MAGNET

Pertama kita anggap suatu arus lurus tak tentu I (lihat gambar).
Gambar 9.17 medan magnet disekitar kawat lurus berarus I

⃗ di titik A adalah tegak lurus terhadap OA, yang dinyatakan dengan


Medan magnet 𝐵
persamaan

⃗ = 𝝁𝟎 𝑰 𝑢̂ o
𝐵 2𝜋𝑟

⃗ sekeliling lintasan melingkar yang berjari-jari r. Medan


Marilah kita hitung perputaran dari 𝐵
magnet 𝐵 ⃗ merupakan garis singgung terhadap lintasan, sehingga = 𝐵⃗ .d𝑙 = B=Bdl dan besarnya
konstan. Oleh karena itu perputaran magnetik (magnetic circulation / gaya magnetomotif) yang
didistribusikan dengan ˄𝐵 adalah:

⃗ .d𝑙 =∮ 𝐵
˄𝐵 = ∮𝐿 𝐵 ⃗ .dl =B∮ 𝑑𝑙
𝐿 𝐿

∮𝐿 𝑑𝑙 = L = 2𝜋𝑟
𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 =BL = ( )(2𝜋𝑟)
2𝜋𝑟

⃗ .d𝑙 =𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 = ∮𝐿 𝐵 (9.50)

Dan persamaan (9.50) disebut hukum ampere.


Berdasarkan persamaan (9.50) nampak bahwa perputaran magnet adalah sebanding dengan kuat
arus I dan tidak tergantung dari jari-jari lintasan. Oleh karena itu, pada sekitar arus I
digambarkan ada beberapa lingkaran L1, L2, L3, (lihat gambar) maka perputaran magnet di
seluruh sekitar dari kawat adalah sama yaitu 𝝁𝟎 𝑰 .
Gambar 9.18 Lintasan-lintasan medan magnet mengelilingi arus

Lintasan tertutup sembarang (L) mengelilingi arus I ( gambar 9.19).

Gambar 9.19 perputaran magnetik sepanjang lintasan L

Perputaran magnetik sepanjang L adalah:

⃗ .𝑑𝑙 = (𝝁𝟎 𝑰 ) ∮ 𝑢̂o.𝑑𝑙


˄𝐵 =∮𝐿 𝐵 2𝜋 𝑟

Sedangkan 𝑢̂o. 𝑑𝑙 adalah komponen 𝑑𝑙 dalam arah vektor satuan 𝑢̂o dan besarnya rd𝜃. Karena itu:
𝝁𝟎 𝑰 𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 = ∮𝐿 𝑑𝜃 = (2𝜋) = 𝝁𝟎 𝑰
2𝜋 2𝜋

Sebab total sudut sekitar titik adalah 2𝜋.


Hasil tersebut sesuai dengan yang ditunjukkan pada persamaan (9.50), hal itu menunjukkan
bahwa persamaan (9.50) sesuai untuk lintasan tertutup yang mengelilingi arus lurus, dengan tak
mengandalkan posisi arus relatif terhadap lintasan.
Persamaan (9.50) dapat digunakan untuk berbagai bentuk arus, artinya tidak hanya khusus untuk
arus lurus saja. Misalnya ada beberapa arus I1, I2, I3,.... membentuk mata rantai dengan menutup
lintasan L (lihat gambar 9.20).

Masing-masing arus memberikan sumbangan kepada perputaran dari medan magnet sepanjang
L. Berdasarkan ketentuan hukum ampere, maka perputaran dari medan magnet sepanjang garis
tertutup yang dilingkupi arus (merupakan mata rantai), I1,I2,I3 adalah
⃗ . 𝑑𝑙 = 𝝁𝟎 𝑰
˄𝐵 = ∮ 𝐵 (9.51)
Dimana I = I1 + I2 +I3 +.....
Catatan untuk persamaan (9.51). arus positif bila arus tersebut lewat menembus L dengan
keadaan sama dengan arah perputaran sekrup kekeadaan mengikuti arah lintasan L. Arus negatif
bila arahnya berlawanan dengan keadaan tersebut.
Catatan:
 Arus positif, bila arah arus yang lewat (melingkupi) lintasan L sama dengan arah putaran
sekrup kekanan yang mengikuti arah lintasan tersebut.
 Arus negatif, bila arah arus berlawanan dengan keadaan tersebut.
 Dalam gambaran tersebut I1 dan I3 adalah positif dan I2 adalah negatif.
Hukum ampere ∮𝐿 𝐵 ⃗ .d𝑙 =𝝁𝟎 𝑰 dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial, yaitu dengan
menggunakan teorema stokes sebagai berikut:
∮ 𝐵⃗ .d𝑙 =𝝁𝟎 𝑰
𝐿

⃗ .)d𝑎 =𝝁𝟎 𝑰 ∮ 𝑗.d𝒂


∮𝑆 ( ∇𝑥𝐵 ⃗
𝑺

⃗ ), maka
Sedangkan (I = ∮𝑺 𝑗.d𝒂

⃗ = 𝝁𝟎 𝑗
∇𝑥𝐵 (9.52)
Persamaan (9.52) merupakan persamaan hukum ampere dalam bentuk diferensial. Berdasarkan
⃗ tidak nol (∇𝑥𝐵
persamaan tersebut dapat dilihat bahwa curl 𝐵 ⃗ ≠ 0) sebaliknya divergensi ∇. 𝐵
⃗ =
0 yang pembuktiannya sebagai berikut:

̂𝑡 X 𝑢
̂𝑟
⃗ = 𝝁𝟎 ∮
𝐵
𝐼𝑢
dl (9.53)
4𝜋 𝐿 𝑟2

̂𝑡 𝑑𝑙 X 𝑢
̂𝑟
⃗ = 𝝁𝟎 ∮ ∇.
∇∙𝐵
𝐼𝑢
4𝜋 𝐿 𝑟2

̂𝑟
⃗ = 𝝁𝟎 ∮ ∇.
∇∙𝐵
𝐼 𝑑𝑙 X 𝑢
4𝜋 𝐿 𝑟2

𝝁𝟎𝑰 ̂𝑟
𝑑𝑙 X 𝑢
⃗ =
∇∙𝐵 ∮𝐿 ∇.
4𝜋 𝑟2

Sementara itu berdasarkan sifat identitas vektor dapat dinyatakan bahwa


̂𝑟
𝑢 ̂
𝑢 ̂
𝑢
∇ ∙ [𝑑𝑙 𝑥 ] = (𝑟 2𝑟 ).(∇ 𝑥𝑑𝑙̂) - d𝑙̂. [∇ 𝑥 (𝑟 2𝑟 )]
𝑟2

̂𝑟
𝑢
Mengingat 𝑑𝑙 tidak mengandung (x,y,z) maka ∇𝑥𝑑𝑙 = 0, disamping itu ∇𝑥 =0
𝑟2

Maka

⃗ =0
∇∙𝐵 9.54

9.13 POTENSIAL VEKTOR

Perhitungan medan listrik telah dapat disederhanakan dengan memperkenalkan potensial


skalar elektrostatik (E = -∇V). Penyederhanaan tersebut juga hasil dari curl ∇𝑥𝐸⃗ = 0.
Sedangkan untuk medan magnet ∇𝑥𝐵 ⃗ = 𝜇0 𝑗 , tetapi ∇ ∙ 𝐵
⃗ = 0. Kerena divergensi dari suatu curl
adalah nol, maka dengan alasan tersebut dapat diasumsikan bahwa medan magnet dapat di
tuliskan :

⃗ = ∇𝑥𝐴
𝐵 9.55

𝐴 disebut potensial vektor magnetik (weber/m). Sekarang akan ditentukan 𝐴 sebagai berikut :

⃗ adalah :
Berdasarkan hukum Biot-Savart, maka medan 𝐵

𝝁𝟎 ̂𝑡 X 𝑢
𝐼𝑢 ̂𝑟 𝝁𝟎 𝑰 ⃗⃗⃗⃗ ̂𝑟
𝑑𝑙 𝑥 𝑢
⃗ =
𝐵 ʃ 𝑑𝑙 = ʃ 9.56
4𝜋 𝑟2 4𝜋 𝑟2
Melalui identitas vektor dapat dinyatakan :

⃗⃗⃗⃗ 𝑥 𝑢
𝑑𝑙 ̂𝑟 1 ⃗⃗⃗⃗
∇ 𝑥 𝑑𝑙 ⃗⃗⃗⃗
∇ 𝑥 𝑑𝑙 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
⃗⃗⃗ 𝑥∇ ( ) = ∇𝑥 (
= −𝑑𝑙 )−( ) = ∇𝑥 ( 𝑟 ) 9.57
𝑟2 𝑟 𝑟 𝑟

⃗⃗⃗ = 0, maka persamaan 9.57 menjadi


Karena ∇𝑥𝑑𝑙

⃗⃗⃗⃗ 𝑥 𝑢
𝑑𝑙 ̂𝑟 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
= ∇𝑥 ( 𝑟 )
𝑟2

⃗ dapat dinyatakan dengan,


Sehingga 𝐵

𝝁𝟎 𝑰 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
⃗ =
𝐵 ʃ ∇𝑥 ( 𝑟 )
4𝜋

⃗⃗⃗⃗
⃗ = ∇𝑥 (𝝁𝟎 𝑰 ʃ 𝑑𝑙)
𝐵 9.58
4𝜋 𝑟

Dari persamaan 9.57 dan 9.58 dapat dituliskan bahwa :

𝝁𝟎 𝑰 ⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑙
𝐴= ∮ 9.59
4𝜋 𝑟

Persamaan 9.59 adalah 𝐴 untuk arus filamen (kawat berarus). Bila distribusi arusnya volume
dan permukaan makan potensial vektor yang dihasilkan masing-masing adalah :

𝝁𝟎 𝑗
𝐴= ∫ 𝑑𝑣 9.60
4𝜋 𝑉 𝑟

𝝁𝟎 ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑘𝑑𝑎
𝐴= ∫ 9.61
4𝜋 𝑠 𝑟

Sementara itu potensial vektor yang dihasilkan oleh titik muatan yang bergereak adalah :


𝝁𝟎 𝒒𝑣
𝐴= 9.62
4𝜋𝑟

⃗ = ∇𝑥𝐴 , maka hukum Ampere dapat dinyatakan sebagai berikut:


Dengan mengingat bahwa 𝐵

⃗ = ∇𝑥∇𝑥𝐴 = 𝜇0 𝑗
∇𝑥𝐵 9.63

Dengan menggunakan identitas vektor dapat diperoleh

∇ 𝑥 ∇ 𝑥 𝐴 = ∇(∇𝑥𝐴) − ∇2 𝐴

Dapat dibuktikan bahwa ∇. 𝐴 = 0, maka


⃗ = ∇ 𝑥 ∇ 𝑥 𝐴 = ∇(∇. 𝐴) − ∇2 𝐴 = 𝜇0 𝑗
∇𝑥𝐵

∇2 𝐴 = −𝜇0 𝑗 9.64

Yang memiliki komponen x,y,zsebagai berikut

∇2 𝐴𝑥 = −𝜇0 𝐽x

∇2 𝐴𝑦 = −𝜇0 𝐽y

∇2 𝐴𝑧 = −𝜇0 𝐽z 9.65
Perlu diperhatikan bahwa penilaian potensial vektor pada titik tunggal adalah tidak bermanfaat,
sebab induksi magnet dapat diperoleh dengan diferensiasi. Prinsip penggunaan potensial vektor
adalah pada elektrodinamika dan masalah-masalah yang meliputi radiasi elektromagnet.

9.14 FLUKS MAGNET


Dalam bagian listrik telah diuraikan bahwa medan listrik adalah merupakan medan
vektor. Disamping itu medan listrik dapat digamberkan dengan suatu garis medan listrik (garis
gaya listrik). Seperti halnya pengertian tersebut, maka medan magnet juga merupakan suatu
medan vektor dan dapat dinyatakan dengan garis medan.

Misalnya, 𝑑𝑎 adalah vektor elemen luas suatu permukaan = S, 𝐵⃗ adalah vektor induksi
magnet pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis medan (garis gaya) atau fluks magnet (ϕ)
yang keluar dari permukaan S adalah :

⃗ . 𝑑𝑎
Φ = ∫𝑠 𝐵 9.70

Integral pada persamaan 9.70 merupkan integral permukaan. Persamaan 9.70 dapat dinyatakan
dalam bentuk :

⃗ . 𝑛̂ 𝑑𝑎
Φ = ∫𝑠 𝐵 9.71

Atau

⃗ 𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑠𝜃 = ∫ 𝐵𝑛 . 𝑑𝑎
Φ = ∫𝑠 𝐵 9.72
𝑠

Dimana 𝜃 adalah sudut antara 𝐵 ⃗ dan 𝑛̂, 𝐵𝑛 = 𝐵 cos 𝜃 merupakan komponen B pada arah normal.
Sehubungan dengan uraian diatas maka induksi magnet B dapat diartikan sebagai banyaknya
garis gaya tiap satuan luas, atau disebut rapat fluks (rapat garis gaya).
Fluks magnet yang melalui permukaan tertutup adalah nol, gunakan teorema divergensi,
sehingga
⃗ . 𝑛̂ 𝑑𝑎 = ∫ (∇ . 𝐵
∫𝑠 𝐵 ⃗ )𝑑𝑣 = 0 9.73
𝑣

Atau
⃗)=0
(∇. 𝐵 9.74

Satuan fluks magnetik adalah Weber. Satuan Weber disingkat W dan 1W menyatakan satu buah
garis gaya
Berdasarkan persamaan 9.70 maka satuan induksi magnet adalah W/m2 (dalam sistem mks).
W/ m2 = 1T
T = kg det-1C-1
Dalam sistem cgs satuan induksi magnet adalah gauss (G) dan satuan fluks magnetik adalah
Maxwell (M), jadi 1gauss = 1M cm-2

9.15 MULTIPOLE POTENSIAL


Rumusan potensial vektor dari distribusi arus di titik-titik jauh yang berlaku dapat di
dekati dengan ekspansi multipole. Misalnya distribusi arus seperti gambar 9.21

Gambar 9.21 potensial vektor di P

Potensial vektor di titik P dapat dinyatakan berdasarkan persamaan (9.59)


0𝑰 𝜇 𝑑𝑙
𝐴 = 4𝜋 ∮𝑅

Dengan:
1 1
= 1
𝑅
(𝑟 2 +(𝑟 ′ )2 −2𝑟𝑟 ′ cos 𝜑 )2

1 𝑟′
= 𝑟 ∑∞ n
𝑛=0 ( 𝑟 ) Pn (cos𝜑)
Sehingga
𝜇 𝑑𝑙 𝜇0 𝑰 1
0𝑰
𝐴 = 4𝜋 ∮𝑅= ∑∞
𝑛=0 ∮(𝑟 1 )n Pn (cos 𝜑)𝑑𝑙
4𝜋 𝑟 𝑛+1

𝜇 1 1 1 3 1
0𝑰
𝐴 = 4𝜋 [𝑟 ∮ 𝑑𝑙 + 𝑟 2 ∮ 𝑟 1 cos 𝜑𝑑𝑙 + 𝑟 3 ∮(𝑟 1 )2 (2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜑 − 2) 𝑑𝑙 + ⋯] (9.75)

Sebagaimana ekspansi multipole dari V, maka dinyatakan dari suku pertama disebut monopole,
suku kedua disebut dipole, dan suku ketiga disebut quadrelpole.
Sementara itu untuk monopole magnet selalu nol, hal itu dapat ditampilkan dalam
integral vektor pergeseran mengelilingi loop tertutup yaitu

∮ 𝑑𝑙 = 0 (9.76)
Hal tersebut mencerminkan bahwa tidak ada monopole magnet dalam alam (sesuai dengan
⃗ = 0).
persamaan 9.54 yaitu ∇ ∙ 𝐵
Dengan tidak adanya sumbangan dari monopole, maka dipole merupakan suku dominan,
sehingga dapat dituliskan
0𝑰 𝜇 1 𝜇0 𝑰
𝐴𝑑𝑖𝑝 (𝑟) = 4𝜋𝑟 2 ∮ 𝑟 cos 𝜑𝑑𝑙 = ∮(𝑟̂ . 𝑟) 𝑑𝑙 (9.77)
4𝜋𝑟 2

Integral tersebut dapat diubah dengan melalui manipulasi tidak menarik berikut ini:
d⌊(𝑟̂ . 𝑟)𝑟 1 ⌋ = (𝑟̂ . 𝑑𝑟 1 )+(𝑟̂ . 𝑟 1 ) 𝑑𝑟 1
sehingga:

∮[(𝑟̂ . 𝑑𝑟 1 )𝑟1 + (𝑟̂ . 𝑟 1 )𝑑𝑟]=∮ 𝑑 [(𝑟̂ . 𝑑𝑟 1 )𝑟 1 ]= 0


(total perubahan dalam ⌊(𝑟̂ . 𝑟)𝑟 1 ⌋ sekitar loop tertutup adalah nol), dengan demikian:

∮(𝑟̂ . 𝑑𝑟 1 )𝑟1 = - ∮(𝑟̂ . 𝑟 1 )𝑟 1 (9.78)


Selanjutnya, dengan menggunakan sifat identitas
𝑟̂ 𝑥 ∮ 𝑟 1 𝑥 𝑑𝑟 1 = ∮[𝑟(𝑟̂ . 𝑑𝑟 1 ) − 𝑑𝑟 1 (𝑟̂ . 𝑟 1 )]=-2∮(𝑟̂ . 𝑟 1 )𝑑 𝑟 1

Dalam hal ini 𝑑𝑟 1 adalah vektor pergeseran yang sangat kecil dan disebut d𝑙 (lihat gambar 9.21)
1
∮(𝑟̂ . 𝑟 1 )𝑑𝑙 = - 2 𝑟̂ 𝑥 ∮(𝑟1 𝑥𝑑𝑙 ) (9.79)

Potensial dipole persamaan (9.77) sekarang menjadi


𝜇 1
0𝑰
𝐴𝑑𝑖𝑝 (𝑟) = 4𝜋𝑟 2 [− 2 𝑟̂ 𝑥 ∮
(𝑟 1 𝑥𝑑𝑙) ]

Atau
⃗⃗⃗ 𝑥𝑟
𝜇 𝑚
𝐴𝑑𝑖𝑝 = 4𝜋0 (9.80)
𝑟2
1
⃗⃗ = − 2 𝐼 ∮(𝑟 1 𝑥𝑑𝑙 )
Dengan m=momen dipole magnet, 𝑚
1
Dalam kasus-kasus loop bidang datar, integral 2 (𝑟 1 𝑥𝑑𝑙 ) adalah luas bagian yang diarsir
(gambar 9.22). dengan demikian integral adalah luas dari daerah seluruh loop ,jadi
1
2
∮(𝑟 1 𝑥𝑑𝑙 ) = ∫ 𝑑𝐴 = 𝑛̂A (9.81)

Momen dipole magnet sebagai vektor yang tegak lurus terhadap bidang datar dan arahnya
ditentukan berdasarkan aturan tangan kanan. Untuk loop arus datar, maka momen dipolnya
sederhana yaitu hasil kali arus dan luas , yaitu sebagai berikut:

𝑚
⃗⃗ = I𝐴 = I 𝑛̂A (9.82)
Medan magnet dipole dapat dihitung dengan mudah jika momen dipole magnet berada di titik
asal dan arahnya sepanjang sumbu Z seperti gambar 9.23.
Gambar 9.23 perhitungan medan magnet dititik P dari dipole magnet

Potensial vektor dititik P (r,𝜃, 𝜙) adalah


⃗⃗⃗ 𝑥𝑟
𝜇 𝑚
𝐴 = 4𝜋0 𝜙
𝑟2
𝜇 𝑚 sin 𝜃
= 4𝜋0 (9.83)
𝑟2

Dengan 𝜃 sudut antara 𝑚


⃗⃗ 𝑑𝑎𝑛 𝑟 . oleh karena itu medan magnetnya adalah
⃗ = ∇ x 𝐴 = 𝜇0 𝑚3 (2cos 𝜃𝑟̂ + sin 𝜃𝜃̂)
𝐵 (9.84)
4𝜋 𝑟

Berdasarkan persamaan (9.83) dapat dituliskan komponen medan magnet di titik P sebagai
berikut:

⃗ 𝑟 = 𝜇0 2𝑚 cos
𝐵 3
𝜃
𝑟̂ (9.85)
4𝜋 𝑟

⃗ 𝜃 = 𝜇0 2𝑚 cos
𝐵
𝜃
𝜃̂ (9.86)
4𝜋 𝑟3

Persamaan (9.85) dan (9.86) masing-masing merupakan medan magnet pada arah radikal dan
medan magnet pada arah singgung. Ternyata medan magnet dari dipole mempunyai susunan
sama dengan medan dari dipole listrik.

Contoh:

Carilah momen dipole magnetik dari bentuk kawat seperti gambar. Semua sisi panjangnya s dan
membawa arus I.
penyelesaian

Bentuk kawat tersebut dapat dianggap gabungan dari dua bidang datar/loop persegi seperti
gambar berikut:

Anda mungkin juga menyukai

  • Osiloskop
    Osiloskop
    Dokumen14 halaman
    Osiloskop
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASANFIX
    PEMBAHASANFIX
    Dokumen3 halaman
    PEMBAHASANFIX
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • BATU BARA
    BATU BARA
    Dokumen12 halaman
    BATU BARA
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Dokumen18 halaman
    LAPORAN
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Efaluasi 1
    Efaluasi 1
    Dokumen32 halaman
    Efaluasi 1
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen3 halaman
    Pembahasan
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Efaluasi 1
    Efaluasi 1
    Dokumen32 halaman
    Efaluasi 1
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Efaluasi 1
    Efaluasi 1
    Dokumen32 halaman
    Efaluasi 1
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Minat Belajar Fisika
    Minat Belajar Fisika
    Dokumen29 halaman
    Minat Belajar Fisika
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Soal Nomor 1
    Jawaban Soal Nomor 1
    Dokumen2 halaman
    Jawaban Soal Nomor 1
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Efek Fotolistrik
    Aplikasi Efek Fotolistrik
    Dokumen5 halaman
    Aplikasi Efek Fotolistrik
    sillfia manatar
    Belum ada peringkat
  • Translate
    Translate
    Dokumen1 halaman
    Translate
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • PPD Kel4
    PPD Kel4
    Dokumen5 halaman
    PPD Kel4
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Translate
    Translate
    Dokumen1 halaman
    Translate
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Kelompok
    Kelompok
    Dokumen28 halaman
    Kelompok
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Kelompok
    Kelompok
    Dokumen28 halaman
    Kelompok
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan Ppembelajaran Fisika
    Perencanaan Ppembelajaran Fisika
    Dokumen1 halaman
    Perencanaan Ppembelajaran Fisika
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen3 halaman
    Pembahasan
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Program Tindak Lanjut
    Program Tindak Lanjut
    Dokumen10 halaman
    Program Tindak Lanjut
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • RPP Gerak Melingkar Beraturan
    RPP Gerak Melingkar Beraturan
    Dokumen11 halaman
    RPP Gerak Melingkar Beraturan
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • BKDanKonseling
    BKDanKonseling
    Dokumen16 halaman
    BKDanKonseling
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Program Tindak Lanjut
    Program Tindak Lanjut
    Dokumen10 halaman
    Program Tindak Lanjut
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • 1 Listrik Statis
    1 Listrik Statis
    Dokumen11 halaman
    1 Listrik Statis
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Program Tindak Lanjut
    Program Tindak Lanjut
    Dokumen10 halaman
    Program Tindak Lanjut
    Steefani Sumilat
    Belum ada peringkat
  • Bimbingan Konseling
    Bimbingan Konseling
    Dokumen20 halaman
    Bimbingan Konseling
    Steefani Sumilat
    100% (1)