BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Swabakar (penyalaan api spontan) batu bara pada tambang batu bara bawah tanah
adalah salah satu bencana tambang batu bara yang paling mengerikan. Kalau terlambat
menemukannya atau salah mengambil tindakan yang tepat, swabakar akan menyebar luas
di dalam tambang bawah tanah, sehingga dapat terjadi situasi yang paling buruk, seperti
penyekatan (penutupan rapat) atau pembanjiran tambang. Hal ini, bukan saja
mengakibatkan terbenam dan terlepasnya sumber daya batu bara yang besar dan mesin-
mesin tambang, tetapi berhentinya kegiatan produksi dalam waktu yang panjang akan
menekan pengusahaan tambang batu bara, bahkan bisa berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup tambang batu bara tersebut. Disamping itu pula, swabakar di dalam
tambang bawah tanah, menimbulkan asap yang berasal dari nyala api, keracunan gas,
korban kehabisan napas, bahkan kadang kala dapat memicu ledakan gas dan debu batu
bara, sehingga kerugian terhadap manusia dan materi sangat besar.
Pada umumnya, zona ekstraksi di dalam tambang bawah tanah senantiasa berpindah ke
bagian yang makin dalam dan makin jauh dari tahun ke tahun. Seiring dengan hal ini, kondisi
yang tidak diharapkan dari segi pencegahan swabakar akan bertambah, misalnya
peningkatan panas bumi, peningkatan tekanan batuan di sekitar lubang bukaan dan
kebocoran udara akibat penguatan daya ventilasi. Oleh karena itu, petugas keselamatan
tambang bawah tanah (underground safety foreman) harus memahami betul mekanisme
terjadinya swabakar, untuk dapat melaksanakan tindakan pencegahan secara tepat, dan
selalu berusaha menemukan tanda-tanda atau gejala swabakar, serta membiasakan diri
dengan hal-hal yang berhubungan dengan gejala terjadinya swabakar, sehingga apabila
ternyata terjadi swabakar, dapat melakukan tindakan pemadaman api secara cepat dan
tepat.
II. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas tentang terjadinya swabakar (penyalaan api spontan
batubara) pada tambang batubara bawah tanah serta tindakan pencegahan dan
penanganannya yang meliputi; pengertian swabakar, penyebab terjadinya swabakar, gejala
dan pendeteksian secara dini swabakar, tindakan pencegahan swabakar dan penanganan
serta penanggulangan terhadap terjadinya bencana swabakar.
Hal. 1 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Hal. 2 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
BAB II
PENGERTIAN DASAR SWABAKAR BATUBARA
Hal. 3 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Gambar 1
Proses Terjadinya Swabakar Pada Batubara
Berikut ini akan dijelaskan proses perkembangan swabakar pada tambang batubara
bawah tanah (Undergruond spontaneous combustion of coal), yaitu :
1) Peristiwa oksidasi terjadi secara perlahan-lahan pada bagian sisi atau dinding batubara
(coal wall) atau batubara sisa, di jalan tambang (roadway) yang terventilasi. Dalam
kondisi ini tidak ada tanda-tanda terjadinya perobahan temperatur yang signifikan,
karena panas tersebut dapat larut oleh aliran udara (air flow).
2) Ketika kondisi panas yang larut dalam aliran udara itu tidak besar, maka temperatur
batubara akan naik lebih panas dari udara di sekelilingnya. Gejala ini dapat terlihat dari
adanya fatamorgana tipis di atas batubara sisa tersebut.
Hal. 4 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
3) Jika tidak terjadi pemancaran panas (lepasnya panas oleh aliran udara), maka
temperatur batubara akan naik mencapai antara 60 0C sampai 1500C, yakni pada
tempratur pertama (T1). Tingginya temperatur adalah karena adanya kombinasi panas
dari hasil oksidasi (oxidation) dengan panas hasil serapan oksigen (oxygen absorption).
4) Jika kondisi pemanasan seperti tersebut di atas berlangsung terus, maka temperatur
akan naik secara lebih cepat dan pada satu saat akan mencapai titik pengapian (ignition
point) dan untuk selanjutnya terjadilah kebakaran (combustion) pada posisi temperatur
(T2), yakni antara 2000C sampai 4000C. Jarak antara T1 dan T2 dikenal sebagai
temperatur pemanasan awal (initial heating stage) yang dapat dilihat dari adanya gas-
gas keluar dari lapisan batubara itu. Jika temperatur telah melewati T 2, maka sudah
terjadi keterlambatan dalam mendeteksi swabakar.
Gambar 2
Proses Perkembangan Swabakar Berdasarkan Peningkatan Temperatur
Hal. 5 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Gambar 3
Lokasi yang mudah terjadi swabakar pada tambang batubara bawah tanah
Hal. 6 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
BAB III
PENCEGAHAN SWABAKAR BATUBARA
1. Sifat Batubara
Batubara merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari hasil akumulasi sisa-sisa
tanaman yang terendapkan dalam waktu jutaan tahun yang lalu dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) di bawah pengaruh tekanan dan temperatur serta perubahan
kondisi geologi.
Tabel 1
Persentase Serapan Oksigen dan Kadar Karbon Batubara
Tipe Batubara Peat Lignit Bituminous Antrasit
Oksigen (%) 35,3 26,5 10,6 03,0
Karbon (%) 57,0 67,0 83,0 93,0
Hal. 7 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Dari tabel tersebut memperlihatkan bahwa semakin halus ukuran butir partikel
batubara, makin rendah temperatur dimana proses oksidasi terjadi. Dengan demikian
maka batubara yang memiliki pertikel butir yang halus lebih memungkinkan terjadinya
swabakar.
Gambar 4
Sifat-sifat batubara yang dapat menimbulkan swabakar
Hal. 9 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Hal. 10 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
sisa. Dengan demikian makin curam kedudukan lapisan batubara, semakin besar
kemungkinan terjadinya swabakar.
Gambar 5
Lokasi patahan yang mudah terjadi swabakar
Hal. 11 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
pengotor juga semakin besar dengan adanya sifat penghantar panas yang
ditimbulkannya sehingga mempercepat terjadinya swabakar.
3. Metode Penambangan
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya swabakar batubara adalah
cara atau metoda penambangannya. Hampir semua peristiwa swabakar terjadi pada
batubara sisa penggalian atau di daerah bekas penggalian (goaf area). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan metoda penambangan ini adalah batubara sisa dan
kebocoran udara.
Hal. 12 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
5. Sistem Peranginan
Ventilasi berfungsi sebagai sarana pengaliran udara segar ke dalam ruangan
(terowongan) dan pengaliran udara kotor ke luar. Kesalahan dalam menerapkan sistem
ventilasi akan dapat membahayakan kondisi lingkungan tambang seperti terjadinya
swabakar.
Pada umumnya, kecenderungan awal dari swabakar adalah batu bara menyerap
oksigen dari luar, sehingga oksidasi berkembang. Terutama di lokasi tekanan negatif yang
tinggi di sekitar kipas angin, akan terjadi penyuplaian oksigen sampai ke retakan yang
lumayan dalam. Pada saat itu, mudah terjadi fenomena akumulasi panas, akibat berulang-
ulangnya proses oksidasi dan akumulasi panas karena perubahan tekanan negatif.
Hal. 13 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Kemudian, perubahan ventilasi dalam jangka pendek, terutama perubahan dari udara
buang ke udara masuk, akan mengurangi kelembapan di sekeliling lorong dan di bagian
dalam retakan akibat perubahan kelembapan, yang mana menghilangkan efek pendinginan,
sehingga akan berubah menjadi keadaan yang semakin mudah teroksidasi.
Akan tetapi, apabila dilakukan ventilasi dengan jumlah udara, tahanan ventilasi dan
penampang lorong yang tepat, maka bukan percepatan oksidasi yang terjadi, justru efek
pendinginannya menjadi besar, sehingga efektif untuk mencegah swabakar.
Tabel 3
Tanda-tanda Swabakar
b. Pendeteksian dini
Untuk dapat mengetahui secara dini adanya peristiwa swabakar dapat dilakukan
berbagai pengukuran atau pengamatan, antara lain:
Pengukuran konsentrasi gas methan (CH4)
Pengukuran konsentrasi gas karbon monoksida (CO)
Pengukuran konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2)
Pengukuran temperatur
Pengukuran kelembaban udara (humidity)
Pemeriksaan adanya bau-bauan yang merupakan indikator swabakar
Melihat adanya asap putih atau nyala api.
2. Metode Penambangan
Pencegahan swabakar dapat juga dilakukan dengan melihat metoda penambangan
yang diterapkan.
a. Pilih metoda penambangan yang paling aman sesuai dengan kondisi lapisan batubara
untuk mencegah terjadinya kebocoran udara dari dan ke daerah yang sudah
ditinggalkan, agar proses oksidasi dapat dicegah sedini mungkin. Dalam hal ini system
penambangan mundur dinilai lebih aman disbanding system penambangan maju.
b. Kecepatan kerja penambangan pada mining front harus secepat mungkin
c. Menerapkan metoda penambangan panel. Pada saat penambangan telah dilakukan,
seluruh peralatan tambang harus segera dipindahkan ke jalur keluar tambang (mined out
area) dan melakukan penutupan pada daerah bekas tambang (sealing) dengan rapat.
d. Usahakan pemindahan batubara dari area penambangan tidak terdapat batubara yang
tersisa pada daerah jalan keluar tambang.
Hal. 15 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
e. Untuk lapisan batubara tebal atau berlapis-lapis (multiple seams) sebaiknya dilakukan
penambangan sekaligus. Jika diperlukan penambangan dengan metode slicing (irisan),
lakukan pengirisan pada bagian atas (upper slicing) terlebih dahulu, selanjutnya lakukan
irisan pada bagian bawah lapisan (lower slicing).
Gambar 6
Metode penambangan dengan sistem udara ventilasi
4. Ventilasi
Prinsip dasar pencegahan swabakar yang dilihat dari segi ventilasi adalah mencegah
kebocoran udara ke lokasi yang tidak perlu, di mana dalam hal ini perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Pembentukan metode ventilasi aliran cabang independen berdasarkan zona
Pada metode ventilasi sistem diagonal, lebih mudah dilakukan pencegahan udara
bocor dan ventilasi aliran cabang independen berdasarkan zona, dari pada metode ventilasi
sistem terpusat. Metode ventilasi aliran cabang independen berdasarkan zona ini
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
Hal. 16 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
1). Dapat segera melakukan pemutusan ventilasi yang disesuaikan dengan kemajuan
permuka kerja ekstraksi.
2). Pada waktu terjadi swabakar, pengaturan ventilasi dapat dilakukan dengan mudah, untuk
tidak membiarkan udara buang dari lokasi bersangkutan mengalir masuk ke permuka
kerja lain, sehingga dapat melakukan tindakan dengan mudah karena tidak diselubungi
oleh gas berbahaya.
5. Penutupan (sealing)
Penutupan (sealing) dimaksudkan untuk menutup secara rapat daerah jalan keluar
tambang (mined out area) sehingga mencegah udara masuk atau juga untuk tujuan lainnya
yaitu untuk perlindungan terhadap jalan-jalan tambang dari peledakan atau pencegahan
kebcran udara secara permanent atau sementara.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam rangka pemilihan lokasi
penutupan lobang bekas tambang (sealing location) adalah:
a. Pilih lokasi yang mudah untuk penempatan ventilasi local
b. Pilih lokasi yang kecil kemungkinan kejadian kebocoran udara (cirinya: atapnya baik,
tidak ada rekahan, tekanan pada atap terowongan terkecil)
Hal. 17 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
c. Pilih lokasi yang ada ruang (space) untuk penempatan penutup tambahan (additional
seals)
d. Pilih lokasi yang memungkinkan dan mudah dalam lalu lintas membawa bahan-bahan
penutup dan memungkinkan pula pembuatan kisi-kisi ruang sekecil mungkin.
Pilar batu bara sisa setelah selesai penambangan, sebaiknya disekat (ditutup rapat), di
mana penyekatan dilakukan dengan mengalirkan material pengisi berupa fly ash dengan
patokan 2~4 bulan setelah selesai penambangan. Kemudian lorong yang tidak diperlukan
juga perlu disekat secara terencana, di mana rongga lama dan tambang bawah tanah lama
di bagian dalam penyekatan diisi dengan lumpur dari preparasi batu bara dan lain-lain.
Gambar 7
Konstruksi Penyekatan Lorong Bekas Penambangan
Hal. 18 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Gambar 8
Injeksi Belakang Penyangga dan Dinding Batubara
Hal. 19 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
BAB IV
PENANGGULANGAN BENCANA SWABAKAR BATUBARA
Hal. 20 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
a. Lakukan tindakan tepat dan segera bila indikasi menunjukkan potensi yang dapat
memungkinkan terjadinya bencana kebakaran melalui tindakan pemadam api secara
langsung pada sumber nyala api untuk mencegah kebakaran yang lebih luas.
Pemadaman api pada tahap awal bila lokasi sumber nyala api bisa didekati ini dapat
dilakukan secara langsung tanpa membuang waktu bila situasi yang terjadi seperti
berikut ini :
Nyala api tahap awal, dengan taraf baru mulai mengeluarkan asap.
Area swabakar relatif kecil dan sumber api dekat dengan lorong (jalur evakuasi
terjamin).
Gas mudah nyalanya sedikit, sehingga tidak ada bahaya ledakan.
Walaupun apinya membesar, tidak ada kekhawatiran menyebar ke zona lain.
Tidak ada bahaya lepas kontrol akibat ambrukan dan lain-lain pada saat
menyingkirkan sumber api.
Namun apabila lokasi sumber nyala api tidak bisa didekati misalnya di area bekas
penambangan (gob area), sehingga sulit untuk memadamkan api secara langsung maka
perlu diambil tindakan seperti berikut ini :
Menentukan zona peringatan dan memperhatikan tindakan terhadap bawah angin.
Menentukan posisi serta metode pengamatan dan pengukuran untuk mengetahui
kondisi dan perubahan secara rinci.
Menyiapkan material dan tenaga kerja dengan asumsi situasi memburuk.
Melakukan tindakan pencegahan udara bocor (membentang papan, penyekatan,
injeksi fly ash dan cement milk)
Mengambil tindakan pemutusan suplai udara dan pendinginan, melalui penyekatan,
injeksi air dan lain-lain.
b. Segera umumkan perintah pengosongan lokasi tambang, yakni pengungsian seluruh
pekerja tambang, kecuali petugas penyelamat atau penolong keadaan darurat.
c. Mempersiapkan jalur evakuasi ke tempat pengungsian sementara atau pembukaan
pintu-pintu jalur keluar tambang untuk penyelamatan pekerja, pengaliran air untuk
penyiraman atau tindakan penting lainnya.
Hal. 21 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Menjaga jalur evakuasi jangan sampai terputus pada waktu nyala api tiba-tiba
membesar.
Dijaga agar tidak ada bahaya ambruk dan lain-lain yang menyertai kegiatan
pemadaman api.
Perlu diketahui, bahwa api bisa juga menyerbu ke atas angin (windward)
Hal. 23 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Merentang film plastik untuk mencegah udara bocor, dan celah-celahnya ditutup
dengan lempung atau mortar. Karena akan diikuti oleh penyekatan permanen,
sebaiknya dipasang sedekat mungkin ke sumber api.
2) Kantong udara
Kantong udara yang disimpan di tambang bawah tanah, diset pada posisi yang
direncanakan, kemudian dikembangkan dengan udara tekan untuk menutup
seluruh lorong, hingga dapat memutus ventilasi. Pemasangannya dapat dilakukan
oleh sedikit orang, tingkat terkena bahaya juga rendah, kekedapan udaranya juga
tinggi tergantung dari cara pencegahan kebocoran udara, dan ketahanan
terhadap tekanan juga lumayan, sehingga akhir-akhir ini digunakan secara luas
dengan hasil yang baik.
b. Pemadaman api dengan pembanjiran
Merupakan cara yang paling pasti untuk mengendalikan api yaitu apabila
seluruh sumber api pada saat kebakaran tambang bawah tanah dan swabakar
dibanjiri air. Pada waktu api tidak bisa dipadamkan dengan berbagai cara lain,
pembanjiran dilakukan sebagai cara darurat.
Apabila sumber api berada di lokasi terendah pada zona tersebut, jumlah air
yang diperlukan juga sedikit, waktu yang diperlukan juga singkat dan kerugian yang
ditimbulkan juga sedikit, namun kebanyakan sumber api meliputi daerah yang luas.
Sehingga kerusakan lokasi pembanjiran menjadi besar, di mana pemulihannya
sangat sulit dan memerlukan biaya yang amat besar, bahkan dalam keadaan yang
paling parah adakalanya tambang terpaksa ditutup.
Oleh karena itu, apabila menemukan sumber nyala api, yang penting adalah
mencurahkan segala kemampuan pada penanganan dini, yaitu berusaha melakukan
pemadaman api langsung dan pemadaman api dengan penyekatan.
Hal. 24 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Pencegahan Swabakar Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
DAFTAR PUSTAKA
Hal. 25 – 25
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah MicroTeaching
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara