TAMBANG BATUBARA
Lalu, dampak yang ditimbulkan secara tidak langsung adalah asap dari
terjadinya pembakaran batubara tersebut tertiup oleh angin dan menuju
pemukiman masyarakat, dimana asap tersebut dapat menimbulkan sesak
nafas, pusing dan dllnya. Tentu saja hal itu sangat merugikan kesehatan
masyarakat yang berada disekitar area tambang batubara
1. Lamanya Penimbunan
Semakin lama batubara tertimbun akan semakin banyak panas yang
tersimpan di dalam timbunan, karena volume udara yang terkandung
dalam timbunan semakin besar, sehingga kecepatan oksidasi menjadi
semakin tinggi. Maka, tim mine rescue berhak untuk mengintruksikan
melakukan penyiraman berkala terhadap timbunan batubara yang
bertujuan untuk mengurangi suhu pada timbunan tersebut dan juga
Tim Mine Rescue berhak menganjurkan melakukan manajemen FIFO
(First In First Out) untuk mecegah terjadinya lamanya penimbunan.
2. Metode Penimbunan
Dalam timbunan batubara perlu mendapatkan pemadatan. Dengan
adanya pemadatan ini akan dapat menghambat proses terjadinya
swabakar batubara, karena ruang antar butir diantara material batubara
berkurang. Maka bila pada timbunan batubara tersebut kurang
terpadatkan yang menyebabkan mudahnya terjadi oksidasi batubara
terhadap udara sehingga terjadinya swabaka. Tim Mine Rescue berhak
untuk mengintruksikan dilakukannya pemadatan agar tidak terjadinya
swabakar dan adapun alat yang digunakan untuk pemadatan adalah
track dozer atau excavator.
3. Kondisi Penimbunan
Pengaruh kondisi penimbunan terhadap proses swabakar batubara,
yaitu :
a. Tinggi timbunan
Tinggi timbunan yang terlalu tinggi akan menyebabkan semakin
banyak panas yang terserap, hal ini dikarenakan sisi miring yang
terbentuk akan semakin panjang, sehingga daerah yang tak
terpadatkan akan semakin luas dan akan mengakibatkan permukaan
yang teroksidasi semakin besar. Untuk batubara bituminuous yang
ditimbun lebih dari 30 hari sebaiknya tinggi timbunan maksimum 6
meter. Sedangkan untuk timbunan batubara lignite lebih dari 14
hari tinggi timbunan maksimum 4 meter. Maka, Tim Mine Rescu
wajib melakukan pengecekan terhadap tinggi penimbunan dengan
jenis batubara pada tambang tersebut, bilamana tinggi timbunan
melebihi batas yang dianjurkan sesuai dengan jenis batubaranya,
maka Tim Mine Rescue berhak untuk mengintruksikan mengurangi
ketinggian dari timbunan tersebut.
b. Sudut Timbunan
Sudut yang dibentuk dari suatu tumpukan pada timbunan
(stockpile) batubara sebaiknya lebih kecil dari angle of repose
timbunan batubara. Pada umumnya material berukuran kasar
memiliki angle of repose lebih besar dibandingkan material
berukuran halus. Kemiringan timbunan batubara yang cukup ideal
yaitu 35. Maka disini Tim Mine Rescue wajib melakukan evaluasi
atau pengecekan terhadap sudut yang dibentuk dari timbunan,
apabila tidak sesuai dengan ketentuan maka Tim Mine Rescue
berhak mengintruksikan untuk melakukan perubahan sudut sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Ukuran Butir
Pada dasarnya semakin besar luas permukaan yang berhubungan
langsung dengan udara luar, semakin cepat proses pembakaran
dengan sendirinya berlangsung. Ukuran butir batubara juga
mempengaruhi kecepatan dari proses oksidasi. Semakin seragam
besar ukuran butir dalam suatu timbunan batubara, semakin besar
pula porositas yang dihasilkan dan akibatnya semakin besar
permeabilitas udara luar untuk dapat beredar di dalam timbunan
batubara. Maka Tim Mine Rescue wajib melakukan evaluasi atau
pengecekan ukuran butir didalam timbunan dan apabila timbunan
memiliki ukuran butir yang seragam maka Tim Mine Rescue
berhak untuk menganjurkan melakukan pencampuran ukuran butir
dalam kegiatan penimbunan.
4. Pengaruh Angin
Swabakar terjadi karena adanya proses oksidasi yaitu kontak antara
udara dan panas, angin salah satunya yang menjadi faktor pemicu
timbulnya hal tersebut. Angin membawa udara di dalam
pergerakannya, jadi apabila arah angin tersebut menghadap
berhadapan dengan tumpukan stockpile, ini akan memicu cepat
timbulnya potensi swabakar. Maka Tim Mine Rescue wajib untuk
melakukan evaluasi atau pengecekan kembali terhadap letak posisi
desain stockpile terhadap arah mata angin dan jika letak posisi dari
desain stockpile tersebut menghadap berhadapan dengan arah angin
maka Tim Mine Rescue berhak untuk menganjurkan dilakukannya
perubahan letak posisi desain dari stockpile itu sendiri.
5. Saluran Air (drainase) Yang Kurang Optimal
Saluran air berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari area
stockpile baik dari air bawaan batubara, air tanah serapan, maupun air
hujan. Air yang melewati tumpukan batubara akan melarutkan
batubara halus dari tumpukan batubara, sehingga partikel batubara
yang halus tersebut akan terbawa oleh aliran air. Maka Tim Mine
Rescue wajib untuk melaksanakan evaluasi atau pengecekan kembali
terhadap fungsi dari saluran air tersebut dan jika saluran air di
stockpile tersebut tidak memenuhi standar ketentuan, maka air-air
tersebut akan terjebak dalam tumpukan tersebut yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan humiditas dalam tumpukan batubara tersebut
yang dalam jangka panjang akan memicu terjadinya self heating atau
menjadi akselerator pada saat batubara bagian atas mengalami
kenaikan temperatur yang dapat mempengaruhi timbulnya potensi
swabakar. Bila kurang optimalnya saluran air (drainase) ini berfungsi
sehingga sebagai penyebab dari terjadinya swabakar, maka Tim Mine
Rescue berhak untuk melakukan pembenahan pada saluran air ini agar
dapat berfungsi secara optimal.
B. Menyelamatkan Korban
Bila dari kejadian bencana ini menimbulkan korban, Tim Mine Rescue
berkewajiban untuk menolong korban dan mengevakuasi korban dari
tempat bencana ke tempat yang aman. Dan, memberikan pertolongan
terhadap korban sembari melakukan pengecekan terhadap luka yang
diderita korban. Bila korban mengalami luka ringan dan bisa diobati dan
dirawat pada lokasi tambang maka Tim Mine Rescue wajib untuk merawat
korban hingga sembuh. Dan, jika luka yang diderita korban merupakan
luka serius/berat maka Tim Mine Rescue berhak membawa korban ke
Rumah Sakit terdekat untuk menjamin keselamatan dan kesehatan korban.
C. Mencegah Meluasnya Bencana
1. Penanganan Swabakar Dengan Kompaksi Alat Mekanis
Penanganan swabakar dengan cara kompaksi ini dapat dilakukan oleh
alat alat mekanis yang sering dijumpai pada proses penambangan
biasanya yaitu berupa bulldozer ataupun Power Crawler seperti
backhoe. Adapun proses kerja dari penanganan swabakar dengan cara
kompaksi alat mekanis ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
a. Pembongkaran timbunan
Pembongkaran dilakukan pada batubara yang terbakar, adapun
kegiatan pembongkaran ini bertujuan untuk menurunkan suhu dan
setelah suhu batubara normal kembali, batubara dipisahkan dari
tumpukan sebelumnya. Dengan menggunakan alat mekanis
dilakukan penggalian terhadap batubara yang telah mengalami
swabakar (spontaneous combustion).
b. Pemisahan
Pemisahan dilakukan dengan memindahkan atau mengalokasikan
batubara yang telah terjadi swabakar dengan batubara yang belum
terbakar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
swabakar yang lebih besar lagi pada tumpukan batubara yang lain.
Selain itu, dilakukan juga pembuangan abu yang terdapat pada
temporary stockpile akibat dari terbakarnya batubara tersebut.
c. Pemadatan
Setelah batubara yang telah terbakar di stockpile dilakukan
evakuasi dan dibuang, batubara yang belum terbakar pada
temporary stockpile tersebut dilakukan pemadatan (compaction).
Setelah dilakukan proses pendinginan pada batubara hasil swabakar
yang telah dipadatkan, batubara dapat langsung didistribusi ataupun
dikembalikan kembali pada tempat awalnya dengan dilakukan
kembali proses kompaksi lanjutan.
a. Wetting type
Wetting type biasanya mengandung surfactan yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan antara batubara dan air, sehingga
air dapat membasahi partikel batubara dan mencegah debu
berterbangan ke udara. Additive jenis ini biasanya juga ditambah
zat polimer sebagai pengikat partikel halus menjadi partikel yang
lebih besar sehingga density nya juga menjadi lebih besar. Zat ini
berfungsi pada saat air yang membasahi batubara sudah mengering
dengan penguapan. Jadi zat ini mencegah disintegrasi kembali
partikel yang halus pada saat partikel tersebut mengering.
b. Coating type
Jenis ini biasanya mengandung polimer yang berfungsi sebagai
pelindung. Additive jenis ini pada saat disemprotkan ke permukaan
batubara adalah cair, namun beberapa saat setelah berada di
permukaan batubara polimer ini mengering dan membentuk lapisan
pelindung yang menyeruai plastik. Lapisan polimer ini berfungsi
untuk mengikat partikel halus menjadi partikel yang lebih besar,
juga berfungsi sebagai oxygen shield atau menahan kontak antara
oksigen dan batubara sehingga oksidasi dapat dicegah. Additive
jenis ini juga sering digunakan pada stockpile dimana
penyemprotan dilakukan pada saat tumpukan batubara telah
mengalami proses trimming.
Hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah longsoran tumpukan dan
juga berfungsi sebagai pelindung slope yang diterpa angin dan
mengurangi penetrasi oksigen kedalam tumpukan batubara. Pada saat
pengunaan additive ini yang perlu diperhatikan adalah sistem
sprayingnya. Karena efektifitas additve ini juga tergantung baik
buruknya sistem penyemprotannya. Intinya adalah additive tersebut
harus mengenai semua partikel batubara, terlebih lagi mengenai
partikel batubara yang halus.