Anda di halaman 1dari 4

self combustion atau Spontaneouse combustion atau disebut juga Swabakar adalah

salah satu fenomena yang terjadi pada batubara pada waktu batubara tersebut disimpan di
storage / stockpile dalam jangka waktu tertentu. Swabakar pada stockpile merupakan hal yang
sering terjadi dan perlu mendapatkan perhatian khususnya pada timbunan batubara dalam
jumlah besar. Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu penambangan,
demikian pada saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus berlangsung. Akibat dari reaksi
oksidasi antara oksigen dengan gas-gas yang mudah terbakar dari komponen zat terbang akan
menghasilkan panas (Sukandarrumidi, 2006). Bila terjadi reaksi oksidasi secara terus-menerus,
maka panas yang dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga
akan mengalami peningkatan. Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh sirkulasi udara dan
panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan akan terakumulasi dan naik
sampai mencapai suhu titik pembakaran (self heating), yang akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya proses swabakar pada timbunan tersebut
Sebelum mengalami swabakar batubara akan mengalami proses oksidasi yang
merupakan proses inisiasi dari swabakar apabila proses oksidasi ini diikuti dengan
meningkatnya temperatur terus menerus yang akhirnya mengakibatkan terjadinya pembakaran
spontan. Batubara akan bereaksi dengan oksigen di udara segera setelah batubara tersebut
tersingkap selama penambangan. Kecepatan reaksi ini lebih besar terutama pada batubara
golongan rendah seperti lignite dan sub-bituminus, sedangkan pada golongan batubara
bituminus keatas atau, oksidasi ini baru akan tampak apabila batubara tersebut sudah
tersingkap dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila temperatur batubara terus meningkat
yang disebabkan oleh self heating, maka ini perlu ditangani dengan serius karena ini akan
berpengaruh terhadap nilai komersial batubara tersebut, selain itu akan mengakibatkan
pembakaran spontan batubara yang sangat tidak diinginkan karena akan merugikan.
2.2 Proses Keterjadian swabakar (Spontaneus Combustion)

Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi batubara di dalam udara. Batubara pada
kondisi terbuka di udara dapat menyerap oksigen dalam waktu lama dan perlahan-lahan akan
terjadi proses oksidasi yang menghasilkan proses panas. Apabila panas ini terakumulasi karena
tidak dilepas atau didinginkan, maka temperaturnya meningkat, yang akhirnya mencapai titik
nyala (ignition point) dan terbakar menimbulkan api. Oleh karena itu, swabakar tidak terjadi di
zona yang disekat (ditutup rapat) secara sempurna, karena proses oksidasi batu bara di sini tidak
berlanjut. Sebaliknya, di tempat yang dilewati angin yang banyak, walaupun batu bara
teroksidasi, panas yang timbul akan dilepas dan didinginkan, sehingga tidak sampai terbakar.
Bila panas swabakar itu sebelum mencapai titik nyala, menimbulkan awan debu batubara
dan terdapat pula gas methan yang teremisi ke udara di sekitarnya, maka swabakar
itu dapat diiringi dengan terjadinya ledakan yang cukup dahsyat.

a. Tinggi timbunan
Tinggi timbunan yang terlalu tinggi akan menyebabkan semakin banyak panas yang
terserap, hal ini dikarenakan sisi miring yang terbentuk akan semakin panjang, sehingga
daerah yang tak terpadatkan akan semakin luas dan akan mengakibatkan permukaan yang
teroksidasi semakin besar. Untuk batubara bituminuous yang ditimbun lebih dari 30 hari
sebaiknya tinggi timbunan maksimum 6 meter. Sedangkan untuk timbunan batubara lignite
lebih dari 14 hari tinggi timbunan maksimum 4 meter.
b. Sudut Timbunan
Sudut yang dibentuk dari suatu tumpukan pada timbunan (stockpile) batubara sebaiknya
lebih kecil dari angle of repose timbunan batubara. Pada umumnya material berukuran kasar
memiliki angle of repose lebih besar dibandingkan material berukuran halus. Kemiringan
timbunan batubara yang cukup ideal yaitu 35°.
c. Ukuran butir
Pada dasarnya semakin besar luas permukaan yang berhubungan langsung dengan udara
luar, semakin cepat proses pembakaran dengan sendirinya berlangsung. Sebaliknya semakin
besar ukuran bongkah batubara, semakin lambat proses swabakar. Ukuran butir batubara juga
mempengaruhi kecepatan dari proses oksidasi. Semakin seragam besar ukuran butir dalam
suatu timbunan batubara, semakin besar pula porositas yang dihasilkan dan akibatnya
semakin besar permeabilitas udara luar untuk dapat beredar di dalam timbunan batubara.
d. Parameter Batubara
Parameter dari batubara mempengaruhi proses terjadinya swabakar adalah seperti
dijelaskan pada awal dasar teori ini. Tingkat oksidasi yang mempengaruhi gejala swabakar
semakin meningkat seiring turunnya peringkat batubara.
swabakar semakin meningkat seiring turunnya peringkat batubara.
e. Suhu Swabakar
Semua jenis batubara mempunyai kemampuan untuk terjadinya proses swabakar, tetapi
waktu yang diperlukan dan besarnya suhu yang dibutuhkan untuk proses swabakar
batubara ini tidak sama. Untuk batubara yang mempunyai rank rendah memerlukan
waktu yang lebih pendek dan suhu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan batubara yang
mempunyai rank yang tinggi. Perkembangan panas batubara yang disebabkan oleh proses
oksidasi yang dapat mengakibatkan proses swabakar dapat diringkas sebagai berikut :
1 Batubara dalam timbunan mulai teroksidasi secara perlahan-lahan sampai suhu
timbunan 50°C.
2 Proses oksidasi akan meningkat sesuai kecepatan kenaikan suhu batubara hingga suhu
100°C - 140°C.
3 Karbon dioksida dan uap air akan terurai pada suhu 140°C.
4 Karbon dioksida akan terurai dengan cepat sampai dicapai suhu 230°C dimana halcini
untuk tahap swabakar terjadi.
5 Suhu diatas 350°C, batubara akan menyala dan terjadi proses swabakar
Batubara Secara umum suhu kritis batubara untuk rank rendah di tempat
penimbunan/penyimpanan berkisar ±50°C.
f. Pengaruh angin dan cuaca
Swabakar terjadi karena adanya proses oksidasi yaitu kontak antara udara dan panas, angin
salah satunya yang menjadi faktor pemicu timbulnya hal tersebut. Angin membawa
udara di dalam pergerakannya, jadi apabila arah angin tersebut menghadap berhadapan
dengan tumpukan stockpile, ini akan memicu cepat timbulnya potensi swabakar
ditambah dengan cuaca di sekitar lingkungan tersebut. Apabila cuaca di daerah tersebut
panas, maka akan menjadi faktor pemicu semakin cepatnya penyebaran swabakar karena
kalor yang dihasilkannya.
g. Saluran air (drainase) yang kurang baik
Saluran air berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari area stockpile baik dari air
bawaan batubara, air tanah serapan, maupun air hujan. Air yang melewati tumpukan
batubara akan melarutkan batubara halus dari tumpukan batubara, sehingga partikel
batubara yang halus tersebut akan terbawa oleh aliran air. Jadi, jika saluran air di
stockpile tersebut tidak memenuhi standar ketentuan, maka air-air tersebut akan air
terjebak dalam tumpukan tersebut yang mengakibatkan terjadinya perbedaan humiditas
dalam tumpukan batubara tersebut yang dalam jangka panjang akan memicu terjadinya self
heating atau menjadi akselerator pada saat batubara bagian atas mengalami kenaikan
temperatur yang dapat mempengaruhi timbulnya potensi swabakar.

Anda mungkin juga menyukai