I. PENDAHULUAN
1. Teori Pyrite
2. Teori “coal oxygen” atau teori kompleks
3. Teori Humidity
4. Teori Bakteri.
1
II.1 Teori Pyrite
Besi disulfida (FeS2) berada didalam batubara dalam dua bentuk yaitu ; cubic
yellow pyrite (density 5.2) dan rhombic marcasite (density sekitar 4.8)
(coward, 1957). Marcasite diketahui lebih reaktif terhadap oksigen dibanding
dengan pyrite. Meskipun kemudian Li dan Parr (1926) menemukan bahwa
kedua bentuk pyrite tersebut memiliki rate oksidasi yang relatif sama. Pyrite
memberikan kontribusi pada terjadinya oksidasi batubara lebih besar dalam
bentuk partikel kecil, sedangkan pada partikel yang relatif lebih besar rate
oksidasinya lakan ebih rendah.(Bowes, 1954). Nilai panas dari oksidasi pyrite
ini ditentukan oleh Lamplough and Hill (1912 –13) yang menemukan nilai
rata-rata 13.8 J per ml oksigen yang dikonsumsi.
Meskipun terdapat beberapa perbedaan mengenai peran pyrite didalam
spontaneous combustion, namun sekarang dapat diterima secara umum
bahwa;
3
II.3 Teori Humiditas
4
Carbon % dmmf Turun
Hydrogen % dmmf Turun
Oxygen % dmmf Naik
Yield of Pyrolysis Tar Turun
Vitrinite reflectance Naik
Mean Size Turun
Volatile matter % dmmf* Turun
Crucible Swelling Number* Turun
5. SPONTANEOUS COMBUSTION
5
Type batubara
Size distribusi batubara
Kadar moisture dalam batubara
System penyimpanan batubara
Cuaca
Lamanya penyimpanan batubara
6
6. APPENDIKS
Permukaan Hydrophilic
Radikal Radikal
7
hydrophilic hydrophobic
Gambar- 3 Pembasahan batubara dengan air Gambar-4 Pembasahan batubara dengan air
8
partikel partikel fine coal beterbangan kembali dan menimbulkan
masalah debu kembali. Jadi fungsi humectant adalah sebagai
pengontrol penguapan sekaligus untuk mendukung efek dan fungsi
surfactant. Selain itu dikarenakan oleh lapisan air yang dihasilkan oleh
larutan tersebut, maka oksidasi pada temperatur rendah dan
penguapan air dapat terkontrol.
tidak larut dalam air pada waktu membentuk lapisa mantel oleh pengeringan
diudara. Lihat gambar . 5
9
Gambar. 5 Model adhesi powder batubara (fine coal)
Dengan melihat fungsi dari larutan PIC , jelas sekali bahwa larutan tersebut
membantu dalam penanggulangan masalah debu dan juga menghambat
terjadinya oksidasi pada suhu rendah yang merupakan inisial dari terjadinya
pemanasan sendiri ( self heating ) yang juga merupakan initial dari
spontaneous combustion. Namun demikian bagaimanapun juga PIC
dilarutkan dengan air, sehingga apabila dalam penyimpanan batubara di
stockpile kena hujan dan panas dalam kurun waktu yang lama fungsi dari PIC
ini lama kelamaan akan berkurang bahkan hilang sama sekali. Oleh karena
itu penyemprotan kembali distockpile perlu dilakukan secara reguler apabila
batubara tersebut disimpan dalam jangka waktu lama.
Dengan melihat fungsi dari PIC, kita juga menjadi tahu bahwa fungsi larutan
tersebut adalah sebagai preventor atau pencegah bukan penaggulangan.
Dengan demikian PIC akan tidak berguna apabila digunakan pada batubara
yang sudah terbakar atau sebagai pemadam api. Jadi yang harus dilakukan
apabila batubara sudah terbakar adalah :
Matikan api dengan air (bukan dengan larutan PIC), kemudian batubara yang
terbakar tersebut di pisahkan dan dibuang. Batubara disekitar yang terbakar
yang suhunya mulai naik, ditebarkan (untuk cooling) dan direstockpiling atau
ditumpuk kembali, setelah itu tumpukan yang suhunya sudah turun baru
disemprot dengan larutan PIC.
10
11