Anda di halaman 1dari 7

Dorie Kartika – PET2018026

Spontaneous Combustion in Coal

Disusun oleh:

DORIE KARTIKA
PET2018026
PT Bukit Asam Tbk Unit Dermaga
Kertapati
Dorie Kartika – PET2018026

Swabakar (Spontaneous Combustion)

Swabakar atau Spontaneous combustion atau disebut juga self


combustion adalah salah satu fenomena yang terjadi pada batubara pada waktu
batubara tersebut disimpan atau di storage / stockpile dalam jangka waktu
tertentu. Swabakar pada stockpile merupakan hal yang sering terjadi dan perlu
mendapatkan perhatian khususnya pada timbunan batubara dalam jumlah besar.
Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu penambangan,
demikian pada saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus berlanjut.
Akibat dari reaksi oksidasi antara oksigen dengan gas-gas yang mudah terbakar
dari komponen zat terbang akan menghasilkan panas.
Bila reaksi oksidasi berlangsung terus-menerus, maka panas yang
dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga akan
mengalami peningkatan. Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh sirkulasi
udara dan panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan
akan terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik pembakaran (self
heating), yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya proses swabakar pada
timbunan tersebut.
Sebelum mengalami swabakar batubara akan mengalami proses
oksidasi yang merupakan proses inisiasi dari swabakar apabila proses oksidasi
ini diikuti dengan meningkatnya temperatur terus menerus yang akhirnya
mengakibatkan terjadinya pembakaran spontan. Batubara akan bereaksi dengan
oksigen di udara segera setelah batubara tersebut tersingkap selama
penambangan. Kecepatan reaksi ini lebih besar terutama pada batubara
golongan rendah seperti lignite dan sub-bituminus, sedangkan pada golongan
batubara bituminus keatas atau, oksidasi ini baru akan tampak apabila batubara
tersebut sudah tersingkap dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila
temperatur batubara terus meningkat yang disebabkan oleh self heating, maka
ini perlu ditangani dengan serius karena ini akan berpengaruh terhadap nilai
komersial batubara tersebut, selain itu akan mengakibatkan pembakaran
spontan batubara yang sangat tidak diinginkan karena akan merugikan.
Dorie Kartika – PET2018026

Pada temperatur normal kecepatan oksidasi ini kecil sekali, bahkan


cenderung menurun selang dengan waktu, dengan demikian resiko penurunan
kualitas karena oksidasi ini masih bisa diterima dalam periode waktu
pengiriman (8 jam – 8 minggu). Oksidasi yang dimaksud diatas adalah oksidasi
yang tidak diikiuti dengan pembakaran spontan atau oksidasi pada temperatur
rendah, akan tetapi apabila disimpan dalam jangka waktu lama di stockpile
penurunan kualitas akibat ini biasanya tidak dapat diterima. Karena selain
penurunan kualitas secara kimia juga terjadi penurunan kualitas secara fisik
terutama terjadi pada batubara golongan rendah atau low rank coal.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa penyebab awal terjadinya
pembakaran spontan adalah reaksi oksidasi yang terjadi dengan sendirinya
dalam batubara, yang mengakibatkan pemanasan dengan sendirinya yang
selanjutnya akan mengakibatkan pembakaran spontan apabila tidak terkontrol.
Pembakaran spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga disebut
pembakaran sendiri (self combustion). Hal ini disebabkan terjadinya reaksi zat
organik dengan oksigen dari udara. Kecepatan reaksi oksidasi sangat bervariasi
antara suatu zat dengan yang lainnya. Batubara akan mengalami pemanasan
dengan sendirinya kapan pun dan dimana pun apabila batubara tersebut
disimpan dalam bentuk bulk (tumpukan dalam jumlah besar) di stockpile. Self
heating disebabkan oleh oksidasi pada permukaan batubara yang kontak dengan
oksigen di udara. Sebenarnya panas yang dihasilkan dapat terhilangkan dengan
distribusi panas keseluruh batubara atau ke udara dengan penguapan moisture
batubara tersebut.
Pembakaran akan terjadi apabila :
- Adanya bahan bakar (fuel)
- Adanya oksidan (udara / oksigen)
- Adanya panas (heat)
Dorie Kartika – PET2018026

FIRE TRIANGLE

Untuk mencegah terjadinya kebakaran harus meniadakan sedikitnya satu dari


komponen diatas. Batubara sebagai zat organik yang mengandung gas methan,
mudah terbakar karena beroksidasi dengan oxygen dari udara. Pembakaran
spontan ini dapat dikontrol apabila ditangani secara benar.

Maintenance pada swabakar dapat dibagi menjadi 2 :


A. Tindakan Preventive
Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya self
combustion/terbakar dengan sendirinya. Tindakan tersebut adalah :
1. Batubara tersebut dibentuk seperti kerucut.
Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan terjadinya longsor. Apabila bentuk
setengah kerucut yang berarti ada bagian yang rata diatas tumpukan batubara
maka apabila terjadi hujan dapat membuat genangan air dan akhirnya batubara
akan terkikis dan menjadi longsor karena aliran air hujan.
2. Bagian tepi dipadatkan menggunakan bucket excavator.
Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi ruang kosong yang timbul
dalam tumpukan batubara karena celah antar batubara. Dengan memadatkan
berarti batubara akan memiliki lebih sedikit ruang kosong yang berisi
udara/oksigen/O2 dimana terjadinya kebakaran salah satu faktornya adalah
Oksigen (O2). Apabila tidak memiliki ruang kosong maka hawa panas yang
keluar dari batubara akan relative stabil dan tertahan didalam dengan tidak
menimbulkan kebakaran.
Dorie Kartika – PET2018026

3. Menggunakan cairan kimia


Cairan yang dimaksud adalah produk untuk coal treatment yang memiliki fungsi
berbeda – beda :
a. Outodust/Vinasol
Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 21 hari
b. Focustcoat
Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 60 hari
c. Hydrosol
Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 75 hari
d. Suppressol
Produk ini adalah untuk dust control atau mencegah debu/ash yang muncul dari
batubara

4. Pemeriksaan temperature rutin


Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengukur suhu panas permukaan
batubara. Apabila kita menemukan titi permukaan yang terasa panas maka akan
dibuatkan lobang dengan menggunakan pipa besi sedalam ± 1 meter untuk
mengeluarkan hawa panas batubara. Lobang tersebut dibiarkan selama ± 1 jam
dan akan ditutup dan padatkan kembali.
Proses pembuatan lobang ini dilakukan pada sore hari disaat matahari sudah
tidak menyengat atau pada malam hari apabila samapi pada sore hari matahari
masih bersinar.
5. Volcano Trap
Istilah ini dipakai untuk membuang asap yang muncul dari dalam tumpukan
batubara. Tidak semua asap yang keluar dari tumpukan batubara adalah karena
telah terjadi self combustion tetapi lebih karena suhu di dalam tumpukan
batubara yang panas tetapi lapisan luar tumpukan batubara dingin karena
terjadinya hujan, atau karena embun. Asap yang keluar dapat kita cium dari
banunya untuk mengindikasi apakah terjadi karena terbakar ataukan karena
hawa panas. Apabila asap yang keluar berbau belerang dan menyengat serta
Dorie Kartika – PET2018026

berwarna putih pekat maka berarti telah terjadi batubara yang terbakar, tetapi
apabila asap yang muncul tidak berbau menyengat dan berwarna putih
transparan maka hanya terjadi karena hawa panas.
Apabila asap karena hawa panas maka yang dilakukan hampir sama dengan
point 4. Hanya saja dibuatkan lubang di sumber asap keluar sedalam sekitar 50
cm untuk mengeluarkan hawa panas tersebut dan dibiarkan selama sekitar 1 jam
kemudaian ditutup dan padatkan kembali. Apabila asap karena terjadi
kebakaran, pada point B akan kita bahas lebih detail.
6. Pembuatan Parit
Dilakukan pada sekitar tumpukan batubara dengan kedalaman ± 1 meter dan
kita alirkan pada saluran pembuangan yang menuju settling pond. Hal tersebut
bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang terdapat dalam tumpukan batubara
yang terjadi karena hujan akan mengalir ke parit dari batubara ataupun melewat
celah-celah tanah. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk mengurangi kadar TM
(Total Moisture)

B. Tindakan Burnout
Tindakah yang diambil untuk memadamkan batubara yang sudah terbakar
karena self combustion. Batubara yang terbakar memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Asap berwarna putih pekat, berbau belerang dan menyengat. Hal ini terjadi
apabila batubara yang terbakar belum menycapai permukaan dan masih
terjadi di dalam tumpukan batubara
2. Permukaan berwarna kuning emas, berasap dan panas tentunya. Ini terjadi
apabila kebakaran sudah mencapai permukaan yang berarti kebakaran sudah
luas dan dalam.

Untuk tindakan pemadaman dilakukan dalam beberapa tahap agar tidak meluas.
Dorie Kartika – PET2018026

1. Pembuatan lobang
Hal ini dilakukan apabila kebakaran masih berupa asap sehingga kita akan
membuat lobang untuk mencari sumber api. Perlu diingat bahwa dalam
pembuatan lobang apabila ditemukan batubara yang berwarna kuning atau
sudah menjadi debu berwarna emas atau kuning tua maka itu harus dibuang jauh
dari tumpukan batubara karena dapat mengkontaminasi batubara lainnya
menjadi ikut terbakar.
2. Pembuangan debu
Hal ini dilakukan apabila kebakaran sudah terjadi sampai ke permukaan.
Pembuangan debu dari sisa batubara yang terbakar harus dilakukan pelan-pelan
agar tidak terbang dibawa angin dan akan mengkontaminasi batubara lainnya
sehingga akan memunculkan potensi terbakar. Pembuang debu sampai dengan
ditemukannya batubara yang sudah menjadi bara api
3. Pengambilan bara api
Setiap terjadinya kebaran pasti ada sumbernya yang berupa bara api. Langkan
awal adalah kita memadamkan adalah dengan mengambil dan membuang
sumber kebakaran yaitu batubara yang sudah berubah menjadi bara api tersebut
kita buang dengan menggunakan skop.
4. Penggunaan Detergent
Penggunaan detergent ini boleh apa saja yang penting dia berupa serbuk dan
berbusa. Detergent tersebut disebarkan dalam lubang yang sudah kita buat
kemudian kita semprot dengan air agar berbusa. Busa inilah yang akan
mendinginkan hawa panas (hampir sama fungsinya dengan foam pada APAR).

Anda mungkin juga menyukai