Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Pada kegiatan pertambangan yang akan dilaksanakan pada suatu
daerah yang luas, kegiatan pengukuran tidak bisa lagi dilakukan oleh
satu kelompok juru ukur. Pekerjaan pengukuran tersebut dibagikan
kepada beberapa kelompok, dengan arah pengerjaan bisa menyebar
atau memusat. Selanjutnya hasil pengukuran dari tiap kelompok ini
dikompilasi dalam rangka rencana pengembangan pertambangan.
Dengan demikian peta topografi serta data pengukuran lainnya
merupakan data yang sangat vital.

Penggabungan peta–peta memerlukan ketelitian agar tidak terjadi


perbedaan antara keadaan peta dengan keadaan di lapangan yang
sesungguhnya.

Sejak dari peninjauan permulaan hingga tahapan, pelaksanaan


proyek-proyek yang bersangkutan, pemetaan dan pengukuran adalah
sesuatu kegiatan yang tidak dapat dihindari. Jadi pemetaan dan
pengukuran adalah suatu unsur kegiatan yang tak dipisahkan dari
pekerjaan-pekerjaan teknik pertambangan, akan tetapi yang lebih
menarik pada kegiatan penggabungan peta ini adalah sering
terjadinya ketidak cocokan batas lokasi, fisik bumi, sistem koordinat,
dan skala.

Penggabungan peta-peta sub lokasi pada tambang terbuka tidak


sesulit untuk tambang bawah tanah, karena pada tambang bawah
tanah selain memperhitungkan arah horizontal, juga dipengaruhi oleh
penampang (arah vertikal). Kesalahan dapat disebabkan oleh
kesalahan pengukuran. Bila hal ini terjadi, maka harus dilakukan
pengukuran ulang, terutama pada titik-titik penggabungan.

1
Mata diklat ini menjelaskan tentang peta penampang dan tata cara
penggabungan beberapa buah peta sub lokasi menjadi 1 buah peta
lokasi, sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. Modul Kompilasi
Peta ini berisikan tentang konsep dan metode identifikasi, analisis para
penyurvei tambang untuk mendapatkan hasil sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Modul ini terdiri atas dua kegiatan pembelajaran, yaitu :
1. Kompilasi Peta Topografi
2. Kompilasi Peta Penampang

B. Prasyarat
Peserta diklat harus telah memiliki kemampuan awal berikut :
• memahami dan menerapkan proyeksi peta
• memahami dan menerapkan skala peta
• memahami dan menerapkan simbol-simbol peta
• memahami dan menerapkan sistem koordinat
• memahami bentuk fisik bumi

C. Petunjuk penggunaan modul


Petunjuk penggunaan modul yang dipersiapkan dalam unit ini tidaklah
bersifat wajib namun digunakan sebagai pedoman atau panduan.
1. Panduan bagi peserta diklat
a. Pelajari modul ini mulai dari kegiatan belajar 1 kemudian
kerjakan soal-soal yang disediakan dengan memperoleh hasil
minimal 80%, dan lanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya.
b. Periksa semua alat yang akan anda pergunakan.
c. Bila anda menemukan masalah, silahkan bertanya kepada
widyaiswara/instruktor/fasilitator.
d. Yakinkan diri anda telah menguasai modul ini, sebelum anda
mengikuti ujian.
e. Dan lain sebagainya.
2. Peran Widyaiswara
a. Membantu peserta diklat dalam merencanakan proses belajar.

2
b. Membimbing peserta diklat melalui tugas-tugas pelatihan yang
dijelaskan dalam tahap belajar.
c. Membantu peserta diklat dalam memahami konsep dan praktik
baru dan menjawab pertanyaan peserta diklat mengenai proses
belajar peserta diklat.
d. Membantu peserta diklat untukmenentukan dan mengakses
sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Merencanakan seorang ahli/pendamping widyaiswara dari tempat
kerja untuk membantu jika diperlukan.
g. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya.
h. Melaksanakan penilaian.
i. Menjelaskan kepada peserta diklat tentang sikap pengetahuan
dan keterampilan dari suatu kompetensi, yang perlu untuk
dibenahi dan merundingkan rencana pembelajaran selanjutnya.
j. Mancatat pencapaian kemajuan peserta diklat.

D. Tujuan Akhir
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu
menggabungkan peta-peta dari beberapa kelompok peta menjadi sebuah
peta penampang sesuai dengan standar prosedur operasi dan rencana
yang telah ditetapkan.

E. Standar Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja


Standar kompetensi/elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja terdapat
pada tabel berikut :
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

Mengompilasi peta penampang (profile)


Mendesain peta penampang a. Skala horizontal dan vertikal ditentukan.
b. Dasar acuan tinggi ditentukan untuk ukuran peta
penampang.
c. Ukuran peta penampang ditentukan
d. Judul, letak judul, simbol dan keterangan peta
penampang dibuat.

3
F. Cek Kemampuan
No Kriteria Penilaian Kemampuan Ya Tidak
Dapat menentukan skala tegak dan skala
1 mendatar

Dapat menentukan acuan tinggi untuk ukuran


2 peta penampang

Dapat menentukan ukuran lembar peta


3 penampang

Dapat menentukan judul peta penampang


4
Dapat menentukan tata letak judul, simbol, dan
keterangan peta penampang sesuai dengan
5
pedoman kartografi

G. Pedoman Penilaian
Penilaian untuk modul ini dilaksanakan dengan ujian teori dan praktik
yang mempunyai bobot penilaian yang sama, yaitu masing-masing 50%.
Soal teori bisa berbentuk pilihan ganda, sebab akibat, pernyataan, dan
pilihan dengan jawaban YA atau TIDAK atau kombinasi dari tipe soal
tersebut. Sedangkan soal praktik bisa berbentuk essay, demonstrasi,
kasus, atau proyek. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan,
khususnya soal praktik, hendaknya Saudara melatih diri dengan
mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada setiap pembelajaran.

Klasifikasi tingkat penguasaan pada modul ini sebagai berikut:


80% - 100% = baik sekali
68% - 79% = baik
56% - 67% = cukup
45% - 55% = kurang
≤ 45% = gagal
Nilai kelulusan (passing grade) dapat dicapai apabila Saudara mampu
meraih nilai minimal 80 % dengan klasifikasi “baik sekali”.

4
BAB II
PEMBELAJARAN

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat :
1. Menentukan skala peta, proyeksi peta, dan datum untuk kompilasi
peta topografi
2. Mengetahui dan menentukan kesalahan kompilasi peta topografi
3. Menggabungkan peta topografi dari beberapa peta sub-lokasi
4. Menggambarkan peta hasil kompilasi peta topografi
5. Memahami cara penulisan judul, tata letak judul, simbol, dan
keterangan peta topografi

B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Dengan cara menggambarkan berbagai simbol dan keterangan,
sebuah peta mudah dibaca dan dimengerti secara cepat dan tepat.
Seluruh aktifitas di permukaan bumi, kondisi dan bentuk fisik bumi
dituangkan dalam sebuah peta sehingga sarana ini dapat mewakili
keadaan sebenarnya. Karena luasnya daerah yang dipetakan dan
terbatasnya surveyor yang melakukan kegiatan pemetaan, biasanya
pemetaan dilakukan oleh beberapa kelompok pengukuran. Hal yang
menjadi perhatian dalam pembuatan peta tersebut adalah prosedur
penggabungan beberapa peta yang telah dibuat oleh kelompok
pengukuran menjadi sebuah peta gabungan yang representatif.
a. Jenis peta
Seperti telah kita ketahui bahwa peta merupakan bentuk penyajian
data sebagian atau seluruh permukaan bumi di atas bidang datar
yang digambarkan dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta terdiri

5
atas beberapa jenis, sesuai dengan fungsinya antara lain adalah :
peta topografi, geologi, tambang, dan peta gabungan.
1). Peta Topografi (lihat modul Kartografi)
Contoh peta topografi adalah Peta Rupa Bumi terbitan Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) (lihat
gambar 1.1), Peta Topografi terbitan Direktorat Topografi
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan
peta-peta teknik untuk perencanaan teknik sipil.

Gambar 1.1 Peta Rupa Bumi Pamenang Kabupaten


Lombok Barat Skala 1 : 25.000 (Terbitan
Bakosurtanal, 1992)

2). Peta geologi


Secara umum peta geologi terdiri dari dua jenis yaitu :
• Peta geologi sistematik
• Peta geologi tematik

6
3). Peta Tambang
Peta tambang ini biasanya digambar dengan menggunakan
peta dasar yang berupa peta topografi (Gambar 1.2 dan 1.3).

Gambar 1.2 Contoh Peta Penambangan

Dalam peta tambang ini juga biasanya digambarkan letak atau


lokasi kolam pembuangan, lokasi penimbunan tanah pucuk
maupun overburden, jenjang, jalan tambang, dan sarana
pendukung lainnya.

7
Gambar 1.3 Peta Front Penambangan

4). Peta Gabungan (Composite Map)


Untuk keperluan tertentu, biasa juga di dalam sebuah peta
terdiri dari gabungan beberapa jenis peta contohnya
gabungan peta-peta topografi, geologi, dan tambang.

b. Skala Peta
1). Skala Horizontal dan Vertikal pada Peta
Penyajian skala peta dapat dinyatakan dalam tiga cara yaitu
secara : numeris, verbal atau secara grafis.
a). Skala Numeris
Salah satu cara penyajian skala peta dengan menuliskan
langsung besaran skala tersebut. Sebagai contoh skala

8
numeris 1 : 25.000 menyatakan bahwa 1 cm di peta sama
dengan 25.000 cm atau 2,5 km jarak sebenarnya di
lapangan.
Umumnya perbandingan tersebut dinyatakan dalam
bentuk angka 1 yang dibagi dengan angka tertentu di
belakangnya (merupakan bilangan dengan angka 1
sebagai pembilangnya).
b). Skala verbal
Jalan lain untuk penyajian skala peta , berapa cm di atas
peta yang sama dengan satu kilometer di atas permukaan
bumi. Misalkan 1 km sama dengan 4 cm, artinya jarak 1
km di lapangan sama dengan 4 cm di peta .
c). Skala Grafis (lihat Gambar 1.4)

Gambar 1.4 Skala Grafis

Keterangan: -2 cm, 0 , dan 5 cm : jarak di peta


-2 km, 0 , dan 5 km : jarak dilapangan

Pada gambar di atas, jarak 5 km digambarkan dengan


panjang garis 5 cm, sehingga antara keduanya terdapat
angka perbandingan 5 cm : 5 km sama dengan 5 cm :
500 .000 cm = 1 : 100. 000. Jadi skala grafis tersebut
adalah menyatakan skala 1: 100.000.

2). Besaran peta


Dikatakan pula tentang skala besar dan skala kecil. Dua
perkataan ini sering kali dibalik. Skala besar akan menyatakan
suatu daerah besar pula sedang dengan skala kecil daerah itu
digambar kecil pula. Maka skala 1 : 10.000 disebut skala yang

9
lebih besar daripada skala 1 : 25.000. Jadi nama skala (besar
atau kecil) adalah sebaliknya dengan penyebut skala itu.
Berdasarkan besaran skalanya, peta dapat dikelompokkan
kedalam tiga golongan yaitu:
a). Skala Besar
Peta skala besar digunakan untuk keperluan teknis seperti
perencanaan jaringan telepon, listrik, bangunan dll.
Kelompok peta skala besar ialah peta dengan skala
1:10.000, 1:5000, 1: 1000, 1: 500 dan skala yang lebih
besar.
b). Skala sedang
Kelompok peta skala sedang ialah : Peta skala 1: 25.000 ;
1: 100.000. Peta ini digunakan sebagai peta dasar
pembuatan peta peta topografi terutama untuk kerangka
geometrinya.
c). Skala kecil
Pada skala ini luas daerah atau kota sudah tidak
digambarkan secara rinci.
Contoh peta skala kecil ialah : 1:250.000 ; 1:500.000 ;
1:1000.000.

2. Penyesuaian Skala
Skala ini ditulis di bagian bawah peta yang bersangkutan, dengan
demikian bila suatu peta tanpa ditampilkan skalanya, peta tersebut
tidak ada artinya. Bila dari suatu peta diketahui skalanya dan tidak ada
keterangan lain yang diketahui tentang peta itu, maka telah didapatlah
dengan kasar bayangan peruntukan tentang isi peta itu.
Penentuan skala peta didasarkan pada:
- tujuan,
- tingkat ketelitian
- banyaknya informasi yang dibutuhkan mengenai keadaan
daerah yang dipetakan.

10
Gambar-gambar yang dimasukkan dalam peta perlu disesuaikan
dengan skala yang sudah ditetapkan supaya tidak terjadi salah
penafsiran dalam pembacaan peta. Untuk peta-peta yang dikerjakan
oleh beberapa kelompok pengukuran, sebelum peta-peta tersebut
digabungkan, skala peta perlu diseragamkan terlebih dahulu.
Contoh penyesuaian peta gabungan:
Tersedia peta geologi daerah penambangan berskala 1 : 10.000 dan
1 : 1.000.
Dibutuhkan peta geologi gabungan untuk daerah penambangan
dengan skala 1:1000, maka sesuaikan skala peta geologi menjadi
1 : 1.000.

3. Merancang Kompilasi Peta Topografi


Dalam kompilasi peta-peta menjadi sebuah peta yang terintegrasi dan
representatif, surveyor bisa memanfaatkan sifat-sifat kontur sebagai
acuan untuk penggabungan peta topografi (lihat Modul Kartografi).

Dalam penggabungan peta, perlu diperhatikan dan diteliti hal-hal


sebagai berikut:
a. Koordinat peta-peta yang akan digabungkan perlu dimengerti
dan diketahui secara jelas untuk disesuaikan sehingga tidak
terjadi perbedaan persepsi.
b. Bentuk fisik permukaan tanah harus diketahui secara jelas.
c. Supaya ditentukan ukuran lembar peta sesuai dengan cakupan
areal pengukuran, skala peta, simbol, ketelitian, instrumen,
bahan dan tujuan dari penggabungan peta topografi yang
dihasilkan.

Contoh perhitungan:
Diketahui: Luas daerah A = 600 m x 500 m skala 1 : 1000.
Luas daerah B = 1200 m x 1000 m skala 1 : 500.
Ditanya: Kebutuhan kertas peta gabungan A dan B pada skala
1:500

11
Penyelesaian:
Kebutuhan kertas lembar peta A sbb:
• Panjang = (600 m x 100 ) / 500 = 120 cm
• Lebar = (500 m x 100 ) / 500 = 100 cm
Kebutuhan kertas lembar peta B sbb:
• Panjang = (1200 m x 100 ) / 500 = 240 cm
• Lebar = (1000 m x 100 ) / 500 = 200 cm
Maka, kebutuhan kertas penggabungan adalah
Panjang = 120 cm + 240 cm + 20 cm = 380 cm ≈ 400 cm
Lebar = 100 cm +200 cm + 20 cm = 320 cm ≈ 350 cm

Pada penggabungan peta ada kemungkinan terjadinya perubahan


simbol yang akan ditampilkan sesuai dengan perubahan skala.
Dengan demikian perlu dirancang simbol dan komposisinya pada peta
gabungan.

Pada peta, bentuk-bentuk permukaan bumi yang perIu


digambarkan yang disesuaikan dengan maksud pembuatan peta
tersebut haruslah dipilih berdasarkan skala yang diminta dan
dinyatakan dalam bentuk gambar yang mudah dibaca serta mudah
dimengerti. Peraturan yang detail untuk penentuan gambar-
gambar dalam rangka pembuatan peta disebut simbol. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan
membuat komposisi simbol-simbol adalah sebagai berikut :
a. Rencana simbol-simbol untuk peta topografi
Hal-hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan simbol-
simbol untuk pembuatan peta adalah sebagai berikut:
1) perubahan bentuk simbol dari skala besar ke skala kecil.
Contoh: jalan dengan simbol dua garis pada skala 1:1.000
akan digambarkan dengan simbol satu garis pada skala
1:10.000.
2) terjadinya pergeseran (exageration) atau perubahan tata

12
letak karena perubahan skala
3) terjadinya generalisasi (generalitation) atau perubahan
bentuk simbol yang digabung karena perubahan skala.
Contoh: rumah-rumah yang disimbolkan dalam bentuk asli
pada skala 1:1.000 akan digambarkan berupa kampung
yang diblok pada skala 1:10.000.
4) nilai interval kontur akan berubah sesuai dengan
perubahan skala yang mengakibatkan adanya bentuk
morfologi yang hilang. Garis-garis kontur dengan interval
tertentu digambarkan berbeda ketebalannya untuk
mempermudah pembacaan.
5) Garis Grid atau kisi-kisi akan berubah sesuai dengan
perubahan skala. Contoh: pada skala 1:1000, jarak garis
grid 5 cm di peta = 50 m di lapangan, sedangkan pada
skala 1:10000, jarak 5 cm di peta = 500 m di lapangan.
6) Ukuran huruf dan garis harus disesuaikan dengan skala.
Pemakaian garis penuh dan garis putus-putus disesuaikan
dengan kaidah-kaidah pemetaan.
7) Semua keterangan penjelasan sebagai pedoman
penggunaan atau pembacaan peta ditempatkan pada tepi
masing-masing lembar peta.

b. Komposisi simbol pada peta topografi


Mengingat penggunaan peta topografi sangat luas, maka peta
haruslah dibuat seinformatif mungkin mengenai semua bentuk-
bentuk penting yang terdapat pada permukaan bumi. Supaya
tidak terjadi perbedaan persepsi diantara para aktifis
pertambangan dalam membaca dan mengintrepestasikan peta,
penggunaan simbol-simbol harus mengikuti standar yang
sudah baku, baik secara internasional maupun nasional (lihat
Gambar 1.5 dan 1.6). Penggunaan simbol lokal hanya bisa
dipegunakan untuk keperluan surveyor sendiri.

13
Timbunan
Proyeksi Kerangka Pelabuhan
Tempat penggalian
Bentuk-bentuk Front Penambangan
Planimetris Daerah Reklamasi
Tanggul
Kampung
Fasilitas Lalu Lintas
Batas - batas
Detail Garis Pantai, Sungai
Simbol Simbol lubang bukaan
Simbol bangunan
Simbol titik-titik pada tanah
Simbol Simbol titik kontrol
Simbol kedaan daerah
Simbol tanaman
Simbol daerah perairan
Simbol K3
Simbol Bahaya
Bentuk – bentuk Garis – garis countour permukaan
Topografis tanah yang tidak rata

Catatan Peta untuk perluasan daerah pembanding


Catatan untuk untuk keadaan linier
Catatan untuk kumpulan keadaan
Catatan untuk kedaan tempat
Garis Grid
Keterangan Index lembaran peta
Tambahan Skala
Catatan peta bagian administrasi
Deklinasi
Keterangan tambahan – nota penjelasan judul rencana

Gambar 1.5 Komponen Simbol

14
Gambar 1.6 Contoh simbol dan keterangan peta tambang

15
4. Prosedur kompilasi peta topografi
Prosedur penggabungan (kompilasi) peta topografi :
a. Alat dan bahan
1). Alat
- Mistar 1 meter
- Mistar segitiga 1 set
- Rapido 1 set
- Kalkulator
- Mistar skala
- Peta topografi
- Pemotong kertas (cutter)
2). Bahan
- ATK
- Tinta
- Kertas kalkir
b. Langkah kerja
1). Tentukan datum, ellipsoide dan sistem proyeksi yang akan
digunakan
2). Sesuaikan harga koordinat peta yang akan dikompilasi
3). Tentukan tinggi referensi
4). Tentukan ukuran lembar peta, interval grid, dan harga
koordinatnya
5). Sesuaikan simbol dan ukuran peta topografi yang akan digabung
6). Tempatkan judul, keterangan, legenda dan pengesahan.
c. Keselamatan kerja
1). Usahakan tempat kerja bersih dari debu, air, dan minyak
2). Gunakan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan alat.
3). Usahakan tempat kerja memenuhi persyaratan (meja yang rata,
ukuran yang sesuai, dan lain-lain)
4). Rapikan dan bersihkan peralatan setelah pekerjaan selesai

16
5. Finalisasi Kompilasi Peta Topografi
Prosedur kompilasi peta topografi adalah sebagai berikut:
a. Penggabungan peta sub lokasi.
Sebelum peta topografi digabungkan terlebih dahulu dilakukan
penyiapan peta sub lokasi. Pertama kali perlu disiapkan skala peta
berapa yang akan dipakai. Selanjutnya perlu disiapkan pula: notasi,
simbol, legenda dan warna yang akan dipakai dalam peta,
kemudian peta-peta sub lokasi digabungkan dengan
memperhatikan koordinat, kontur dan rute.
b. Penintaan manuskrip
Penintaan manuskrip peta diperlukan, jika manuskrip asli hasil
pengukuran harus diarsipkan atau disimpan, maka peta konsep
supaya langsung ditinta.
c. Pengalkiran
Pengalkiran dilakukan jika peta konsep yang tidak berwarna
untuk reproduksi diperoleh dari manuskrip asli hasil pengukuran
dalam gambar ukuran yang asli. Untuk ini agar diusahakan
kertas kalkir plastik yang sangat transparan (pamatrace atau
kodactrace), tetapi dengan koefisien muai-susut yang kecil.
Kertas kalkir tersebut langsung ditempatkan di atas manuskrip
asli dan semua gambar-gambar yang terdapat pada manuskrip
harus dipindahkan pada kertas kalkir tersebut.

Pengalkiran ini biasanya dilakukan untuk peta turunan.


Pengalkiran biasanya dikerjakan dengan pena gambar,
contohnya rapido buatan Jerman (merek Staedtler) dengan 9
macam ukuran pena (antara: 0,1 mm sampai dengan 1,2 mm).

Pada penggabungan peta topografi dapat terjadi kesalahan


akibat perbedaan skala, perbedaan proyeksi dalam skala
koordinat, dan bahan dasar peta yang berbeda. Kesalahan
tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam menyambungkan
koordinat, rute , dan kontur.

17
Jika kesalahan terjadi, harus dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
- Skala peta yang akan dikompilasi disamakan
- Sistem proyeksi disamakan
- Datum (titik awal koordinat) disamakan
- Bahan dasar untuk penggabungan peta turunan disamakan

Ketelitian yang disyaratkan dalam penggabungan peta untuk


daerah yang bertampalan (over lay) adalah ≤ 0,1 mm untuk
semua skala peta.

Penyimpangan penempatan bentuk-bentuk fisik bumi pada peta


untuk semua skala harus lebih kecil dari 0,5 mm.

Hubungan antara kesalahan peta yang diizinkan dan jarak


sesungguhnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Jarak sesungguhnya sesuai dengan kesalahan


yang diizinkan pada peta

Jarak Jarak
Skala Jarak peta Jarak peta
sesungguhnya sesungguhnya
1:500 ± 0,2 mm ± 1m ± 0,5 mm ± 2,5 m
1:10.000 ± 0,2 mm ±2m ± 0,5 mm ±5m
1:25.000 ± 0,2 mm ± 5m ± 0,5 mm ± 12,5 m
1:50.000 ± 0,2 mm ± 10 m ± 0,5 mm ± 25 m
1:200.000 ± 0,2 mm ± 40 m ± 0,5 mm ± 100 m

6. Prosedur finalisasi kompilasi peta topografi


a. Alat dan bahan
1). Alat
- Mistar 1 meter, mistar segitiga 1 set
- Mistar skala
- Rapido 1 set
- Kalkulator
- Maal 1 set
- Peta penampang

18
- Pemotong kertas
2). Bahan
- ATK
- Tinta
- Kertas kalkir
- Kertas gambar
b. Keselamatan Kerja
1). Usahakan tempat kerja bersih dari debu, air, dan minyak
2). Usahakan tempat kerja memenuhi persyaratan (meja yang rata,
ukuran yang sesuai, dan lain-lain)
3). Rapikan dan bersihkan peralatan setelah pekerjaan selesai
c. Langkah kerja
1). Siapkan peta sub lokasi
2). Gabungkan peta sub lokasi sesuai prosedur baik mengenai
sistem koordinat, simbol, judul, dan legenda.
3). Buat peta hasil gabungan (manuskrip)
4). Siapkan alat dan bahan gambar
5). Lakukan penintaan
6). Lakukan pengalkiran (gambar halus)

C. Rangkuman
Untuk memetakan daerah yang cukup luas biasanya dilakukan oleh
beberapa kelompok pengukuran. Yang menjadikan persoalan adalah
bagaimana caranya mengkompilasi peta, agar kesalahan dapat
ditekan sekecil mungkin. Untuk itu perlu pengetahuan dan
keterampilan yang dapat memecahkan persoalan tersebut,
diantaranya adalah :
• Bagaimana caranya menyeragamkan skala peta dari berbagai
sub loikasi pengukuran ,
• Mengetahui proyeksi peta, serta datum untuk kompilasi peta
topografi, sehingga surveyor terampil dalam menggabungkan
peta topografi dari beberapa peta sub-lokasi, tidak ada

19
keraguan dan silang pendapat. Selain itu seorang surveyor
pertambangan dituntut untuk mengetahui bentuk kesalahan dan
penyebabnya serta memecahkan persoalan tersebut secara
benar, sehingga peta hasil kompilasi peta topografi yang
representatif.

D. Tugas Pembelajaran 1
1. Kompilasikan peta topografi daerah I, II, III, dan IV pada Gambar 1.7
sampai 1.10 menjadi satu buah peta topografi dengan skala 1:1000.

4060
100 U

98
4040

96

94
4020 Ciherang

92

4000
4000 4020 4040 4060 4080 4100 4120

Skala 1:1000

KETERANGAN:
LOKASI DAERAH PENGUKURAN
4070
Garis kontur @ 2 meter

I II
4000
Jalan raya

III IV

Kampung 3920
4130

4260
4000

Gambar 1.7 Peta Topografi Daerah I

20
100
4060
U
98

4040

96

94
4020

92

90
4000
4140 4160 4180 4200 4220 4240

Skala 1:1000

KETERANGAN: LOKASI DAERAH PENGUKURAN

Garis kontur @ 2 meter 4070

I II

Jalan raya 4000

III IV

Kampung 3920
4130

4260
4000

Gambar 1.8 Peta Topografi Daerah II

21
92

3980
90 U

88
3960

86

3940

84

3920
4000 4020 4040 4060 4080 4100 4120

Skala 1:1000

KETERANGAN
: LOKASI DAERAH PENGUKURAN

4000
Garis kontur @ 2 meter

I II
3990
Jalan raya

III IV
3920
4130

4260
4000

Gambar 1.9 Peta Topografi Daerah Iii

22
3980

90

3960
88 U

86
3940

84

3920
4140 4160 4180 4200 4220 4240

Skala 1:1000

Keterangan: LOKASI DAERAH PENGUKURAN


4070

I II
4000
Garis kontur @ 2 meter

III IV
3920
4130

4260
4000

Gambar 1.10 Peta Topografi Daerah IV

23
E. Tes Formatif 1
1. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang dan lebar adalah 500m x
500m, bila ukuran kertas peta 50cm x 50cm, maka skala peta adalah:
A. 1:10000
B. 1:1000
C. 1:100
D. 1: 5000

2. Panjang dan lebar daerah pengukuran adalah 500 m x 500 m dengan


skala peta 1: 1000, maka ukuran kertas/peta yang diperlukan adalah:
A. 100 cm x 100 cm
B. 55 cm x 55 cm
C. 50 cm x 100 cm
D. 50 cm x 50 cm

3. Diketahui titik-titik koodinat:

Titik X Y
1 400 m 400 m
2 500 m 100 m
3 900 m 200 m
4 800 m 500 m

Maka pengeplotan titik-titik tersebut pada peta (skala 1:10000) adalah:

A. 300 400 600 800 1000

200
3

400 1

600

24
B. 300 400 600 800 1000
600

1
400

200
3

2
0

C. 1000 800 600 400 300

200 3

400
1

4
600

1000 800 600 400 300


D. 600

400 1

200
3

25
4. Diketahui data hasil pengukuran seperti tabel di bawah. Maka gambar
detail sungai dengan skala 1: 2000 adalah :
Titik Azimut Jarak Keterangan
Dari Ke Timur i
1 a 50o 60 m Sungai
b 100o 100 m Sungai
c 160O 120 m Sungai
d 190o 140 m Sungai
e 230o 90 m Sungai
f 2600 70 m Sungai

60 40 0 40 80
A. 40
a

0 1

b f

40

80

120 c

60 40 0 40 80
B. 40
a

0 1

b f

40
e

80

120 c

26
60 40 0 40 80
C. 40 a

1
0
f
b

40

e
80

c
120
d

60 40 0 40 80
D. 40
a

1
0
b
f

40

e
80

d
120 c

27
5. Hasil pengeplotan titik-titik ukur (seperti gambar di bawah) yang
mempunyai ketinggian dari muka air laut dengan interval kontur 2
meter adalah:

A.

125,6 120,7 124,8 130,2 135,7

119,4 126,6 127,6 136,4 139,7

125o4 130o4 135o7 140o8


145o9

Skala 1:4000

B.

125 o 6 120o7 124o8 130o2 135o7

119 o4 126o 6 127o6 136o4 139o7

125o4 130o4 135o7 140o8


145o9

Skala 1:4000

28
C.

125 o 6 120o7 124o8 130o2 135o7

119 o4 126o 6 127o6 136o4 139o7

125o4 130o4 135o7 140o8


145o9

Skala 1:4000

D.

125 o 6 120o7 124o8 130o2 135o7

119 o4 126o 6 127o6 136o4 139o7

125o4 130o4 135o7 140o8


145o9

Skala 1:4000

6. Perhatikan peta topografi di bawah ini, yang memperlihatkan tata


cara penulisan nama objek dan penarikan garis kontur yang sesuai
ketentuan peta topografi adalah:

29
A.

110

Karanganyar

100
K. B e n i n g

Karangan
90

1:10000

Kampung Sawah Sungai

Kontur interval a 5 m Jalan setapak

30
B.

90

Karanganyar

100
K. B e n i n g

Karangan
110

1:10000

Kampung Sawah Sungai

Kontur interval a 5 m Jalan setapak

31
C.

110

Karanganyar

100
K. B e n i n g

Karangan
90

1:10000

Kampung Sawah Sungai

Kontur interval a 5 m Jalan setapak

32
D.

110

Karanganyar

100
K. B e n i n g

Karangan
90

1:10000

Kampung Sawah Sungai

Kontur interval a 5 m Jalan setapak

33
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat :
1. Menentukan ukuran peta penampang
2. Menentukan skala peta penampang
3. Menentukan tinggi elevasi yang ditentukan (referensi tinggi)
4. Menggabungkan peta penampang
5. Memahami cara penulisan judul, tata letak judul, simbol, dan
keterangan peta penampang.

B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Peranan peta penampang sebagai landasan dasar pekerjaan
pengukuran adalah sangat penting. Dalam peta ini dibuat posisi
permukaan bumi secara vertikal, sehingga tinggi rendahnya bentuk
permukaan bumi, ketebalan lapisan batuan dan tanah penutup
dapat terlihat secara jelas.

Kegunaan utama dari peta ini hádala untuk menghitung volume


bahan galian yang akan dipergunakan dalam perencanaan
tambang dan kemajuan tambang.

Ketepatan untuk penggabungan peta penampang harus


dipertimbangkan hal-hal yang menyangkut efisiensi dan ketelitian.

2. Peta Penampang
a. Definisi peta penampang
Peta penampang merupakan bentuk potongan melintang dan
memanjang dari daerah jalur pengukuran terhadap elevasi
yang ditentukan.

34
Maksud pembuatan peta penampang adalah untuk perhitungan
volume baik bahan galian maupun tanah penutup.
b. Ketelitian Penggabungan peta penampang
- Referensi tinggi gabungan harus disamakan
- Ketinggian titik ukur antar seksi yang berhimpit harus sama
- Kesalahan tinggi harus memenuhi syarat toleransi (lihat
Modul Pengukuran Waterpas).
- Hasil pengukuran harus dari alat yang sejenis.

3. Membuat peta penampang dari peta topografi


a. Penampang peta topografi
Garis pada penampang topografi biasanya merupakan garis lurus
tetapi dapat pula terpatah-patah. Penampang mudah dibuat
dengan kertas milimeter.
Dalam penggunaan besarnya skala, sebaiknya dipergunakan skala
yang sama antara skala vertikal dengan skala horizontal namun
sering dilakukan pembesaran skala vertikal (beberapa kali skala
horizontal) supaya gejala-gejala topografinya keluar dengan baik.
b. Prosedur pembuatan penampang
Prosedur pembuatan penampang
1). Alat dan bahan
a). Alat
- Mistar 1 meter
- Mistar siku 1 set
- Rapido 1 set
- Kalkulator
- Mistar skala
- Peta topografi
- Pemotong kertas (cutter)
b). Bahan
- ATK
- Tinta
- Kertas kalkir

35
2). Langkah kerja
• Pilihlah titik awal (A) dan akhir (B) ketinggian (lihat Gambar
2.1 dan 2.2)
• Tarik garis AB
• Tentukan tinggi referensi
• Buat suatu garis datar (horisontal) sebagai garis referensi
• Gambarkan garis tegak (vertikal) dan garis datar (horisontal)
sesuai skala
• Tempatkan titik-titik ketinggian kontur pada kertas sepanjang
garis penampang
• Tempatkan titik-titik ketinggian kontur pada kertas sepanjang
garis vertikal
• Hubungkan titik-titik tersebut dan beri nama sesuai dngan
nama-nama geografi
• Beri judul penampang
• Beri keterangan skala horizontal dan skala vertikal yang
digunakan.
3). Keselamatan kerja
• Usahakan tempat kerja bersih dari debu, air, dan minyak
• Usahakan tempat kerja memenuhi persyaratan (meja yang
rata, ukuran yang sesuai, dan lain-lain)
• Rapikan dan bersihkan peralatan setelah pekerjaan selesai

36
Gambar 2.1 Penampang Melintang dari Peta Topografi

Gambar 2.2 Penampang dari Peta Geologi

37
4. Penggabungan peta penampang
Jika daerah jalur pengukuran dibagi dalam beberapa seksi, maka
penggabungan peta penampang harus dilakukan seperti pada cara
penggabungan peta topografi.

Penggabungan peta penampang diawali dengan penyeragaman skala


agar tidak terjadi kesalahan yang fatal. Proses penyeragaman skala
tersebut dilakukan dengan jalan membandingkan skala yang satu
dengan yang lainnya kemudian dipilih skala yang memenuhi
persyaratan.

Pengukuran yang digunakan untuk penyelidikan, perencanaan dan


pelaksanaan konstruksi bangunan bangunan tinier dinamakan
pengukuran rute. Dalam bab ini diterangkan pengukuran rute untuk
konstruksi jalan.

Pengukuran pendahuluan untuk konstruksi rute terdiri dari:


• Pengukuran beda tinggi jaring-iaring
• Sipat-datar memanjang dan melintang

a. Pengukuran beda tinggi jaring-iaring


Titik kontrol tambahan merupakan titik kontrol yang baru
ditambahkan dengan penempatan-penempatan kemudian
dilakukan dengan pengukuran-pengukuran posisi bidang datar dan
posisi vertikal (ketinggian), yang didasarkan pada titik-titik kontrol
yang sudah ada. Hal tersebut dilakukan jika titik kontrol yang sudah
ada belum mencukupi (kepadatannya masih kurang) untuk
pekerjaan-pekerjaan pengukuran selanjutnya yang lebih detail.

Kepadatan titik-titik kontrol untuk hal tertentu misalnya untuk sumur


uji (test pit) biasanya adalah sebuah titik untuk setiap 5 cm pada
kertas plotting peta. Hasil ukur dari titik kontrol tambahan untuk
memudahkan dalam penggabungan peta nantinya. Pengukuran
untuk pemasangan titik kontrol tambahan yang biasanya meliputi

38
pengukuran titik kontrol tambahan mekanis, di mana posisi serta
elevasinya diperoleh dengan pengukuran trianggulasi dan
pengukuran jaring-jaring yang kemudian diplot pada kertas plotting
dan pengukuran titik kontrol tambahan grafts yang diperoleh secara
grafts langsung pada saat dilakukan pengukuran meja lapangan.

Apabila kepadatan titik kontrol yang sudah ada masih sangat


kurang, maka digunakan cara mekanis, sedang apabila kepadatan
titik kontrol yang sudah ada cukup tinggi, maka digunakan cara
grafis.

b. Sipat-datar memanjang dan melintang


Setelah patok-patok nomor di tempat, tinggi masing-masing
patok nomor dan patok tambahan dan juga tinggi permukaan
tanah diukur dengan sipat-datar sepanjang garis sumbu. Di sini
rute sipat datar haruslah tertutup, yaitu sipat-datar tersebut
harus dimulai dari sebuah bench mark dan diakhiri dengan
bench mark yang sama. Untuk memperoleh ketinggian masing-
masing patok nomor, sipat-datar dapat dikerjakan dengan
metode yang ditunjukan dalam Gambar 2.3.

tbA tmA
tbB
tmB
A tb1
tm1
B

Gambar 2.3 Sipat-datar memanjang dari A ke B


Keterangan:
A adalah titik kontrol tinggi
B adalah titik yang akan ditentukan tingginya
tb adalah pembacaan benang tengah belakang
tm adalah pembacaan benang tengah muka

Setelah sipat-datar profil selesai, pada patok-patok nomor dan


patok-patok tambahan diukur tinggi tanah dan lain-lain agar

39
potongan melintang tegak lurus garis sumbu dan pengukuran ini
disebut sipat-datar potongan melintang. Lebar jangkauan
pengukuran tergantung dari lebar rencana jalan, topografi,
bangunan-bangunan di sekitarnya dan lain-lain.

c. Penggambaran potongan melintang


Skala vertikal dan horizontal yang digunakan untuk potongan
melintang adalah 1:100 dan 1:200.
Isi dari peta potongan melintang terdiri dari:
• Nomor-nomor titik pengukuran
• tinggi permukaan tanah
• garis referensi tinggi
• bagian yang direncana (lebar, kemiringan, panjang kemiringan)
• tinggi dan area timbunan dan galian
• garis batas tanah badan jalan

tba tma

a tb1
tm1

P1 b

Gambar 2.4 Potongan melintang di titik P1


Keterangan:
P1 adalah titik kontrol tinggi
a, b adalah titik yang akan ditentukan tingginya
tb adalah pembacaan benang tengah belakang
tm adalah pembacaan benang tengah muka

d. Penggambaran potongan memanjang


Skala vertikal dan horizontal yang digunakan untuk potongan
memanjang adalah 1:100 dan 1:200.
Isi dari peta potongan memanjang terdiri dari:
• Nomor-nomor titik pengukuran

40
• jarak antara titik-titik pengukuran
• tinggi permukaan tanah pada masing-masing patok sumbu
• tinggi rencana, galian dan timbunan
• kemiringan vertikal dan panjangnya
• letak dan panjang lengkung vertikal
• arah belokan dan sudut persilangan
• letak dan dimensi bangunan seperti misalnya terowongan dan
jembatan yang bergabung dengan jalan

5. Prosedur penggabungan (kompilasi) peta penampang


a. Alat dan bahan
1). Alat
- Mistar 1 meter, Mistar skala, Mistar segitiga 1 set
- Rapido 1 set
- Kalkulator
- Peta topografi
- Pemotong kertas (cutter)
2). Bahan
- ATK
- Tinta
- Kertas kalkir
b. Keselamatan kerja
1). Usahakan tempat kerja bersih dari debu, air, dan minyak
2). Usahakan tempat kerja memenuhi persyaratan (meja yang rata,
ukuran yang sesuai, dan lain-lain)
3). Rapikan dan bersihkan peralatan setelah pekerjaan selesai
c. Langkah kerja
• Tentukan tinggi referensi
• Tentukan skala horizontal, vertikal, dan ukuran lembar peta,
• Sesuaikan simbol dan ukuran peta penampang yang akan
digabung
• Tempatkan judul, keterangan, legenda dan pengesahan.

41
• Lakukan penggabungan peta penampang
• Lakukan pewarnaan sesuai dengan ketentuan
• Lakukan pengalkiran (penggambaran halus)

6. Finalisasi Kompilasi Peta Penampang


Prosedur finalisasi kompilasi peta penampang
a. Alat dan bahan
1). Alat
- Mistar 1 meter, mistar segitiga 1 set
- Mistar skala
- Rapido 1 set
- Kalkulator
- Maal 1 set
- Peta penampang
- Pemotong kertas
2). Bahan
- ATK
- Tinta
- Kertas kalkir
- Kertas gambar
b. Keselamatan Kerja
1). Usahakan tempat kerja bersih dari debu, air, dan minyak
2). Usahakan tempat kerja memenuhi persyaratan (meja yang rata,
ukuran yang sesuai, dan lain-lain)
3). Rapikan dan bersihkan peralatan setelah pekerjaan selesai
c. Langkah kerja
1). Tentukan skala vertikal dan horizontal
2). Tentukan ukuran kertas untuk kompilasi peta penampang
3). Tentukan judul, notasi, simbol, legenda
4). Lakukan penggabungan peta penampang
5). Lakukan pewarnaan sesuai dengan ketentuan
6). Lakukan pengalkiran (penggambaran halus)

42
C. Rangkuman
1. Pada peta penampang, posisi permukaan bumi dibuat secara
vertikal, sehingga tinggi rendahnya bentuk permukaan bumi,
ketebalan lapisan batuan dan tanah penutup dapat terlihat secara
jelas.
2. Kegunaan peta penampang terutama ádalah untuk menghitung
volume bahan galian, terutama akan dipergunakan dalam
perencanaan tambang dan kemajuan tambang.
3. Dalam kompilasi peta penampang, surveyor pertambangan dituntut
untuk mengetahui:
• ukuran peta penampang,
• skala peta penampang,
• tinggi elevasi yang ditentukan (referensi tinggi).
• tentang tata cara penulisan judul, tata letak judul, simbol, dan
keterangan peta penampang

D. Tugas Pembelajaran 2
Kompilasikan peta penampang daerah I, II, III, dan IV pada gambar-
gambar di bawah ini menjadi satu buah peta penampang dengan Skala
horisontal 1:1000 dan Skala vertikal 1:50.

43
716,500

716,000 2
3
1
715,500
4
715,000
0

714,500

714,000
0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Skala horisontal 1:1000


Skala vertikal 1:50

Lokasi Daerah Pengukuran

I II III IV

Gambar 2.5 Peta Penampang Daerah I

Keterangan: Titik 4 (daerah I) berimpit dengan titik 0 (daerah II)

716,500

716,000

4
715,500
0 1
715,000 3
2
714,500

714,000
0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Skala horisontal 1:1000


Skala vertikal 1:50

Lokasi Daerah Pengukuran

I II III IV

Gambar 2.6 Peta Penampang Daerah II


Keterangan: Titik 4 (daerah II) berimpit dengan titik 0 (daerah III)

44
716,500

716,000 1 2

715,500
0 3
715,000

714,500

714,000
0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Skala horisontal 1:1000


Skala vertikal 1:50

Lokasi Daerah Pengukuran

I II III IV

Gambar 2.7 Peta Penampang Daerah III


Keterangan: Titik 3 (daerah III) berimpit dengan titik 0 (daerah IV)

716,500

716,000

715,500
0
715,000 1

2 3
714,500

714,000

0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Skala horisontal 1:1000


Skala vertikal 1:50

Lokasi Daerah Pengukuran

I II III IV

Gambar 2.8 Peta Penampang Daerah IV


Keterangan: Titik 3 (daerah IV) berimpit dengan titik 0 (daerah I)

45
E. Tes Formatif 2
1. Sesuai dengan hasil pengukuran waterpass, diketahui panjang
Horizontal 1000,000 m dan tinggi dari dasar acuan sampai ke titik
tertinggi 100,000 m. Skala horizontal dan vertikal adalah 1:2000 dan
1:500. Maka panjang dan lebar kertas yang dibutuhkan untuk peta
penampang adalah:
A. 100 cm x 100 cm
B. 50 cm x 50 cm
C. 50 x 20 cm
D. 40 cm x 25 cm

2. Acuan ketinggian pada peta rencana kerja tambang selalu ditentukan,


hal ini bertujuan untuk:
A. Mengetahui perbedaan ketinggian antara setiap titik ukur dengan
dasar acuan
B. Mengetahui perbedaan ketinggian setiap titik ukur terhadap
permukaan air laut
C. Mengetahui perbedaan tinggi antar dasar acuan terhadap
permukaan air laut
D. Mengetahui ketinggian benang tengah terhadap permukaan air
laut dan dasar acuan

3. Diketahui: hasil pengukuran tinggi kelompok I dari titik poligon P0,..,P4.


kelompok II dari P0, .., P4. Data tinggi hasil pengukuran adalah sbb:

Kelompok I
Titik Tinggi (m)
P0 748,45
P1 739,25
P2 738,26
P3 737,80
P4 736,51

Kelompok II
Titik Tinggi (m)
P0 736,51
P1 736,45
P2 734,73
P3 738,50
P4 750,00

Titik P4 kelompok I berimpit dengan titik P0 kelompok II.

46
Tentukan tinggi titik referensi untuk gabungan dengan syarat bernilai
bulat positif puluhan.
A. 760 m
B. 750 m
C. 740 m
D. 730 m

4. Diketahui panjang dan ketinggian daerah pengukuran adalah


2000,000 m x 150,000 m, sedangkan panjang dan tinggi kertas pada
peta penampang adalah 50 cm x 20 cm. Maka skala horizontal dan
vertikalnya adalah:
A. 1:4000 dan 1:750
B. 1:2000 dan 1:500
C. 1:4000 dan 1:1000
D. 1:750 dan 1:4000

5. Diketahui panjang dan ketinggian daerah pengukuran kelompok I


adalah 1000,000 m x 100,000 m, sedangkan kelompok II 2000,000 m
x 150,000 m , kelompok III 1500,000 m x 200,000 m. Tentukan ukuran
kertas gabungan jika skala horizontal dan vertikalnya 1:10000 dan
1:2000
A. 22,5 cm x 11,25 cm
B. 45 cm x 22,5 cm
C. 45 cm x 11,25 cm
D. 22,5 cm x 45 cm

47
BAB III
EVALUASI AKHIR
A. Tes Sumatif
1. Diketahui Panjang dan ketinggian daerah pengukuran adalah
1000,000 m x 100,000 m, sedangkan panjang dan tinggi kertas
pada peta penampang adalah 50 cm x 20 cm. Maka skala
horizontal dan vertikalnya adalah:
A. 1:1000 dan 1:2000
B. 1:2000 dan 1:500
C. 1:500 dan 1:1000
D. 1:5000 dan 1:500

2. Nama judul pada peta harus selalu dicantumkan hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam pembuatan peta, yang bertujuan untuk:

A. Mengetahui aliran sungai dan kondisi topografinya yang


diharapkan dalam pemetaan
B. Mengetahui bentuk topografi daerah yang dipetakan dan pola
aliran airtanah
C. Mengetahui tinggi rendahnya keadaan medan dan morpologi
daerah yang dipetakan
D. Mengetahui informasi sumber daya khusus tentang keadaan
daerah yang dipetakan.

3. Diketahui jalur ukuran pada peta A yang berskala 1:12500, panjang


garis PQ = 16 cm, akan digabung dengan peta B, sedangkan
panjang garis PQ pada peta B = 4 cm. Maka skala peta B adalah :

A. 1:10000 B. 1:25000 C.1:50000 D. 1:100000

4. Diketahui: hasil pengukuran tinggi kelompok I dari titik poligon


P0,..,P4 kelompok II dari P0, .., P4. Data tinggi hasil pengukuran
adalah sbb:

Kelompok I
Titik Tinggi (m)
P0 758,45
P1 749,25
P2 748,26
P3 747,80
P4 746,51

48
Kelompok II
Titik Tinggi (m)
P0 746,51
P1 746,45
P2 744,73
P3 748,50
P4 760,00

Titik P4 kelompok I berimpit dengan titik P0 kelompok II.

Tentukan tinggi titik referensi untuk gabungan dengan syarat bernilai


bulat positif puluhan.
A. 770 m
B. 760 m
C. 750 m
D. 740 m

5. Kegunaan peta penampang terutama adalah untuk


A. menggambar kontur
B. menghitung volume bahan galian
C. menghitung luas area pengukuran
D. menghitung beda tinggi

6. Ketelitian Penggabungan peta penampang menyangkut hal-hal


berikut, kecuali:
A. Referensi tinggi gabungan harus disamakan
B. Ketinggian titik ukur antar seksi yang berhimpit harus sama
C. Titik trianggulasi tidak bisa dipakai sebagai acuan titik tinggi
D. Hasil pengukuran harus dari alat yang sejenis.

7. Di antara skala peta berikut, yang termasuk skala paling besar


adalah:
A. 1: 100.000
B. 1: 50.000
C. 1: 25.000
D. 1:10.000

8. Yang dimaksud dengan peta penampang adalah:


A. Garis-garis yang menghubungkan titik-titik ketinggian yang sama
B. Peta dengan tema tertentu
C. Peta gabungan beberapa lokasi yang saling berbatasan
D. Peta bentuk potongan morfologi bumi

49
9. Dalam penggabungan peta topografi, syarat yang harus dipenuhi
adalah:

A. Sistem koordinat, datum, skala sama, sedangkan titik referensi


ketinggian tidak harus sama
B. Sistem koordinat, datum, skala dan titik referensi ketinggian
harus sama
C. Sistem koordinat, skala, titik referensi ketinggian sama, datum
berbeda
D. Yang paling penting dalam penggabungan peta ini adalah skala
yang sama

10. Peta topografi adalah


A. peta dasar yang berisi data planimetris dan ketinggian sebagai
penggambaran semua unsur fisik bumi
B. peta yang menggambarkan unsur alam
C. gambaran fisik bumi yang diproyeksikan pada bidang datar
D. peta yang menggambarkan mengenai keadaan jumlah
penduduk pada suatu wilayah

50
KUNCI JAWABAN

A. Kunci Jawaban Tes Formatif 1

1. A
2. B
3. B
4. C
5. B
6. A

B. Kunci Jawaban Tes Formatif 2

1. C
2. A
3. D
4. A
5. B

C. Kunci Jawaban Tes Sumatif

1. B
2. D
3. C
4. D
5. B
6. C
7. D
8. D
9. B
10. A

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Sutardi Idi dan Herman,.Kartografi, Modul Penyurvey Tambang,


Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung 2006.

2. Takasaki Masayoshi, Sosrodarsono Suyono dan Gayo Yusuf,


Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan, PT Pradnya
Paramita, Jakarta 1992.

3. Wongsotjitro Sutomo, Ilmu Ukur Tanah, PT. Gunung Agung,


Bandung 2000.

4. Wongsotjitro Sutomo, Pengukuran Topografi, PT. Gunung


Agung, Bandung 1995.

52

Anda mungkin juga menyukai