PENDAHULUAN
ISPA
banyak
menyerang
anak-anak
balita
di
negaraberkembang serta negara yang baru bekembang termasuk TimorLeste.Karena negara Timor-Leste adalah negara yang baru berkembang, maka
sekarang ini penyakit ISPA masih tinggi.
Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan Timor-Leste maka
seseorang mengatakan bahwa dirinya sehat (Healthy Person) apabila berada
dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Sehubungan dengan ini
secara umum pelayanan kesehatan di Timor-Leste melakukan upaya-upaya
peningkatan
melalui
usaha
Promotif,
Preventif,
Kuratif,
dan
udara dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara
oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain.
Menurut Notoatmodjo (2003) rumah yang luas ventilasinya tidak
memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah,
hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam
rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada di
dalam rumah tidak dapat keluar. Rumah yang tidak mempunyai Ventilasi juga
dapat menyebabkan peningkatan penyebaran penyakit ISPA, kelembaban
ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan
bakteri penyebab penyakit ISPA.
Menurut Laporan Surveilans Epidermologi di Indonesia Penyakit ISPA
(2010) gejala awal penyakit ISPA yang timbul biasanya berupa batuk pilek,
yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak dan bisa menjadi
pneumonia.
Menurut Somantri (2009:74) mengatakan bahwaPneumonia merupakan
suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pada tingkat yang lebih berat terjadi
kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan
meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita adalah kelompok yang paling
rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka
mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang.
ISPA
dinegara
Timor-Leste
khususnya
pada
suku
VemasseTasi, saat ini adalah masyarakat sangat mudah terserang oleh penyakit
ISPA terutama pada balita,dan masyarakat di suku Vemasse Tasi masih kurang
dengan informasi mengenai pengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA,
dilihat dari segi berperilaku dan pengetahuan masyarakat yang tidak peduli
akan kesehatan mereka atau kesehatan perorangan (Heygiene Personal), dan
kelakuan hidup sehat yang masih kurang terutama pada ibu-ibu bagaimana cara
ibu memelihara anaknya agar tidak terkena penyakit ISPA.
Menurut Data Nasionalyang didapat dari Minestrio da Sade
(Integrated Diseases Surveilance 2009-2010) menunjukan bahwa penyakit
ISPA meningkat menurut tahun yaitu ISPA 2009 total dari 13 distrik adalah:
479,010 kasus, dan tahun 2010 total dari 13 distrik adalah: 491,935 kasus.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984,
dengan tujuan berupaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian khususnya
pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya
angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah
dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
Perjuangan pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan
melalui pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan harapan agar
masyarakatnya hidup sehat dannegara juga dapat berkembang dengan sukses,
sehat dan makmur baik pada masyarakat tingkat bawah, menengah, maupun
tingkat atas. Berawal dari penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini,
penelitian
tertarik
PENGARUH
untuk
SANITASI
mengambil
topik
penelitian
LINGKUNGAN
RUMAH
dengan
tema
TERHADAP
mengetahui
pengaruhsanitasi
lingkungan
rumah
Tujuan Khusus
Distritu dili.
d. Mengetahui pengaruh dindingdan atap rumah terhadap terjadinya
penyakit ISPA padabalita di Aldeia Taibesi suku Lahane oriental,SubDistritu Nain-feto, Distritu Dili.
1.4 . Manfaat Penilitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (strata satu)
Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan dan daya berpikirpenulis
dalam melakukan penelitian ilmiah yang bersifat akademik.
1.4.2
(UNPAZ)
adanya
keikutsertaan
dalam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
usaha
kesehatan
masyarakat
yang
menitikberatkan
pada
11
12
13
Notoadmojo
(2003)sanitasilingkungan
adalah
status
2.1.2
Definisi Rumah
Menurut WHO (1989)yang dikutip oleh Benvie (2009)rumah
14
15
1. Bahan Bangunan
a. Lantai: Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk
kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumahrumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena
itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang
16
17
18
19
sinar
matahari
lama
menyinari
lantai
(bukan
menyinari
20
jumlah
penghuninya
akan
menyebabkan
perjubelan
21
kebutuhan
fisiologis
meliputi
pencahayannya,
22
23
hunian
dalam
rumah
menurut
keputusan
dapat
mencegah
penularan
penyakit
dan
melancarkan aktivitas.
Menurut WHO (1992) yang dikutip oleh Benvie (2009) beberapa
faktor yang telah diketahui mempengaruhi pneumonia dan kematian ISPA
adalah malnutrisi, pemberian ASI (Air Susu Ibu) kurang cukup, imunisasi
tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR (Badan Bayi Lahir Rendah),
kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak di
tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lainlain.
Menurut Benvie (2009) faktor-faktor resiko yang berperan dalam
kejadian ISPA pada balita adalah sebagai berikut:
1. Faktor Host (diri)
a. Usia
24
25
reproduksi,
sekresi
mukus
dan
untuk
26
diketahui
bahwa
kepadatan
penduduk
dan
tingkat
27
e. Polusi Udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian
kesehatan
Universitas
Indonesia
untuk
mengetahui
efek
28
29
atau sputum (dahak) yang berwarna hijau dan kental, hal itu menandakan
terjadi infeksi di dalam saluran tersebut.
2. Tanda-tanda panyakit ISPA
1. Suara nafas lemas bahkan hilang dan seperti ada cairan sehingga
terdengar keras, ada gejala sesak yang kebiruan, nafas cuping hidung
atau nafas dimana hidungnya tidak lubang, tertariknya kulit kedalam
dinding dada atau bisa disebut retraksi dan sistem pernafasan yang tidak
teratur serta cepat.
2. Gagal jantung, hipotensi, hipertensi, denyut jantung kadang cepat
kadang lemah yang terdapat di sistem peredaraan darah dan jantung.
3. Kejang dan koma, bingung, sakit kepala, mudang terangsang, sering
gelisah yang yang menyerang di sistem syaraf.
4. Letih dan sering berkeringat banyak.
5. Untuk anak dengan umur 2 bulan hingga 5 tahun yaitu kejang,
intensitas kesadaran menurun, stridor, gizi buruk dan tidak bisa minum.
Sedangkan untuk anak dibawah 2 bulan yaitu kemampuan minum yang
menurun secara drastis yang biasanya kurang dari setengah volume dari
setiap kebiasaan, mengigil, mendengkur, demam, dingin dan intensitas
kesadaran menurun.
30
2.2.3
Klasifikasi ISPA
Berdasarkan beberapa pendapat klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan
(2008)
ISPA
dapat
dikelompokkan
31
Cara Penularan
ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air
conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk
bagi virus.Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman mengilfiltrasi
lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoit superfisial bereaksi
sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung
akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri,
sehingga dapat menyebabkan bakteri-bakteri pathogen masuk dalam
rongga-rongga sinus.
2.2.6
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seseorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA yaitu:
1. Mengatasi Panas
32
dan
diminumkan.
Memberikan
kompres,
dengan
mengunakan kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air (tidak
perlu ditambah air es).
2. Mengatasi Batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruknipis setengah sendok teh dicampurkan
dengan kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan 3 kali
sehari.
3. Pemberian Makanan
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih
jika terjadi muntah.Pembarian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.
4. Pemberian Minuman
33
Pencegahan ISPA
34
Sanitasi Lingkungan
Rumah:
1. Polusi udara dalam
rumah
2. Ventilasi
3. Lantai
4. Dinding
5. Atap rumah
(X)
Gambar: Kerangka Konsep
Keterangan:
1. Variabel bebas (X)
2. Variabel terikat (Y)
2.3.2
Definisi Operasional
35
36
Defenisi
1.
Operasional
1. Sanitasi
1. Sanitasi
lingkunga
n
2. rumah
Alat Ukur
Indikator
Hasil
Koesioner
Pengetah
Ukur
< 55% Gutman
lingkungan
dan
marupakan
pedoman
perilaku
baik),
status
observasi
ibu
56%-
kesehatan
sanitasi
mengena
76%
suatu
lingkunga
(baik),
lingkungan
n rumah
kebersih
76%-
yang
an rumah 100%
mencakup
terhadap
(sangat
perumahan
terjadiny
baik).
pembuagan
penyakit
kotoran,
ISPA
penyediaan
air
bersih
dan
sebagainya
37
Skala
.
2. Rumah
merupakan
salah
satu
syarat bagi
kehidupan
manusia
atau tempat
penghunia
n
yang
diperlukan,
perlengkap
an
yang
berguna
untuk
kesehatan
dan
keadaan
yang
baik
untuk
keluarga
dan
38
2.
Penyakit ISPA
individu.
ISPA
(Y)
merupakan
penyakit
perilaku
baik),
infeksi saluran
ibu
56%-
pernapasan
terhadap
76%
akut
terjadiny
(baik),
mudah
76%-
terserang pada
penyakit
100%
balita.
ISPA
(sangat
pada
baik).
Koesioner
yang
Pengatah
balita
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
penelitian
direncanakan
akandilaksanakn
pada
bulan
40
3.4.1
41
Data sekunder ini adalah data yang sudah ada atau data yang peneliti
tidak peroleh langsung, tetapi melalui perantara.Data sekunder juga sebagai
bukti, catatan atau laporan yang peneliti bisa mengunakan sebagai kepustakaan
yang terkait dengan penelitian, dan sebagai bahan lampiran bagi peneliti.
42
Rumus:
n=
N
N . d 2+1
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = predisi yang ditetapkan (0,1)
Jadi penetuan sampelnya adalah:
43
Rumus:
0,1
2+ 1
475.
N
475
n=
=
2
N . d +1
Angket (Questionair)
Ballpoint, pensil dan kertas
Seperangkat Komputer (Laptop)
Kalkulator
Kamera Digital
3.7
44
Dokumentasi
adalah
ditujukkan
untuk
memperoleh
data
peraturan-peraturan,
laporan
kegiatan,
foto-foto,
film
45
46
47
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada , maka
peneliti
48
observasi
penelitian,
peneliti
4.2.
Saran
49
Sesuai dengan pembahasan pada hasil penelitian, sebagai saran adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Centro da Sade di Sub-DistrituVemasse, untuk lebih dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat, dipelosok atau area rural yang saat
ini masih tinggal di daerah yang terpencir. Agar masyarakat bisa mengertidan
memahami, tentang penyakit ISPA pada balita, dan bagaimana bisa merubah
perilaku masyarakat, karena perilaku sesorang sangat susah untuk merubahnya.
Jadi
disarankan
kepada
petugas
kesehatan
dan
Non
Geverment
DAFTAR PUSTAKA
Arifin., 2009.Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi Lingkungan.
http://www.google.freeAboutsanitarianandpublichealthcommunity.com.
Diakses:13/04/2011
50
Pemberantasan
Penyakit
ISPA Untuk
diakses:
07/05/2011
Chandra.B.,2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Cet-1.
Penerbit Buku Kedokteran.
Effendy.N.Drs.,
1998.Dasar-Dasar
Keperawatan
Kesehatan
Pengertian
ISPA
dan
Pneumonia.http://www.google.com.id/search?
hl=id&q=menurut+Khaidirmuhaj+2008+I. Diakses: 07/05/2011
Nazir.M.Ph.D., 2005. Metodologi Penelitian. Cet-6. IndonesiaPenerbit
Ghalia.
51
Notoatmodjo.S.Dr.,
2003.
Sanitasi
Lingkungan.
52