Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu
penyebab penyakit yang disebabkan oleh bakteri/virusdan yang menyerang
pada saluran pernapasan, dan menyerang anak-anak yang berumur di bawah
limatahun.Faktor utamanya adalah sanitasi lingkungan, kondisi fisik rumah,
serta polusi udara dalam ruangan.
Menurut Anonim (2008) ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran
pernafasan akut. Istilah ISPA merupakan adaptasi dari istilah dalam bahasa
Inggris yaituAcute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit

ISPA

banyak

menyerang

anak-anak

balita

di

negaraberkembang serta negara yang baru bekembang termasuk TimorLeste.Karena negara Timor-Leste adalah negara yang baru berkembang, maka
sekarang ini penyakit ISPA masih tinggi.
Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan Timor-Leste maka
seseorang mengatakan bahwa dirinya sehat (Healthy Person) apabila berada
dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Sehubungan dengan ini
secara umum pelayanan kesehatan di Timor-Leste melakukan upaya-upaya
peningkatan

melalui

usaha

Promotif,

Preventif,

Kuratif,

dan

Rehabilitatif.Keempat upaya ini di harapkan dapat mencapai tujuan pelayanan


prima seperti: mempercepat pertumbuhan, mengurangi angkakesakitan, dan
mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit seperti, penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh
empat faktor utama seperti: pelayanan kesehatan, lingkungan, perilaku dan
keturunan. Upaya pelayanan kesehatan baik dilakukan secara mandiri atau
barsama-sama dalam organisasi, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, individu, maupun kelompok masyarakat umumnya yang telah
menderita suatu penyakit seperti, penyakit ISPA.Penyakit ISPA saat ini masih
diduga sebagai salah satu penyebab utama mortalitas bagi balita di berbagai
tempat, diwilayah penduduk Timor-Leste.
NegaraTimor-Leste baru mendapatkan restaurasi dan disetuji oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20-Mei-2002.Dengan
kebanggaan keberhasilan kemerdekaan ini perlu diperhatikan bersama baik dari
pemerintah maupun dari swasta dan masyarakatnya, serta pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah oleh semua pembangunan dan khususnya pada
sektor kesehatansebagai negara yang baru, dengan semangat baru ingin
memajukan masyarakatnyasamaseperti masyarakat negara maju.Untuk itu
dibutuhkan manusia yang pintar dan terampil.
Sekarang kita tahu bahwa negara yang baru berkembang pasti banyak
masalah yang dihadapi oleh masyarakat Timor-Leste terutama masalah

kesehatan masyarakat Masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Timor Leste


adalah masalah kesehatan, yang di pengaruhi oleh beberapa faktor.Dan
masyarakat Timor Leste juga sanggat terpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan mereka.
Menurut Kementrian Kesehatan Timor-Lesta yang dikutip oleh Freitas
Sera (2008) masyarakat juga kurang akan pengetahuan dan informasi mengenai
kesehatan, namun pemerintah Timor-Leste melalui Kementrian Kesehatan juga
sudah mendirikan suatu lembaga pelayanan kesehatan di Servisu Integrado
Sade Commonitaria (SISCa) yang menyerapkan sebuah sistem pelayanan 6
meja. Sistem 6 meja ini terdiri dari:
1. Regristrasi oleh petugas kesehatan dan Promotor Saude Familiar (PSF),
setiap orang yang mengunjungi SISCa akan tercatat dalam buku regristrasi.
2. Melakukan penimbangan berat badan (BB), mengukur lingkar lengan atas
(LILA) yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun Promotor Sade
Familiar(PSF).
3. Pengisian grafik pertumbuhan/Livro Sade Inan ho Oan (LISIO) dan
konseling individu oleh petugas kesehatan maupun Promotor Sade
Familiar (PSF).
4. Personal hiegene oleh petugas kesehatan maupun Promotor Sade Familiar
(PSF).
5. Pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan maupun Promotor Sade
Familiar (PSF).

6. Penyuluhan kesehatan dan promosi pendidikan kesehatan oleh petugas


kesehatan maupun Promotor Sade Familiar (PSF).
Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat Timor-Leste untuk
hidup sehat juga menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan pembanguanan
dibidang kesehatan.
Selain itu,masihadamasalah kesehatan bagi balita seperti yang telah kita
tahu bahwa penyakit-penyakit yang masih menyerang pada saluran pernapasan
yaitu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu suatu penyakit
yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan akut, yang menyerang
pada setiap manusia terutama balita (0-5 tahun).
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPAakan sangat
efektif bila dapat dukungan oleh system informasi yang handal karena fungsi
utamanya adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka terhadap
perubahan yang terdapat dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit
yang menjadi prioritas pembangunan.
Salah satu penyakit yang di derita oleh balitaterutama penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut), yaitu meliputi infeksi akut saluran
pernafasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernafasan bagian bawah.
Menurut World Health Organization(WHO:1992) beberapa faktor yang
telah diketahui mempengaruhi pneumonia dan kematian ISPA adalah
malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap, defisiensi
vitamin A, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), umur muda, kepadatan hunian,

udara dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara
oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain.
Menurut Notoatmodjo (2003) rumah yang luas ventilasinya tidak
memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah,
hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam
rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada di
dalam rumah tidak dapat keluar. Rumah yang tidak mempunyai Ventilasi juga
dapat menyebabkan peningkatan penyebaran penyakit ISPA, kelembaban
ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan
bakteri penyebab penyakit ISPA.
Menurut Laporan Surveilans Epidermologi di Indonesia Penyakit ISPA
(2010) gejala awal penyakit ISPA yang timbul biasanya berupa batuk pilek,
yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak dan bisa menjadi
pneumonia.
Menurut Somantri (2009:74) mengatakan bahwaPneumonia merupakan
suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pada tingkat yang lebih berat terjadi
kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan
meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita adalah kelompok yang paling
rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka
mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang.

MenurutKonstitusi Republik Demokrasi Timor-Leste (RDTL, 2002; 29:


pasal 57 ayat 1s/d 2) bahwa; setiap orang berhak atas pelayanan kesehatan dan
perawatan medis, serta berkewajiban untuk melingdungi dan memajukan.
Upaya kesehatan dipandang sangat penting untuk merubah perilaku masyarakat
adalah upaya promotif, upaya preventif, dengan harapan membawa kesehatan
masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya dapat mengenal
kesehatan sedini mungkin perlu atau dikelola secara desentralisasi dan
partisipatif.
Menurut World Health Organisation (WHO:2010) memperkirakan
insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan
angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia balita.Angka kematian yang tinggi karena ISPA
khususnya pneumonia masih merupakan masalah di beberapa negara
berkembang termasuk Indonesia. WHO (1992) memperkirakan 12,9 juta balita
meninggal dunia karena ISPA terutama pneumonia.
Penyakit

ISPA

dinegara

Timor-Leste

khususnya

pada

suku

VemasseTasi, saat ini adalah masyarakat sangat mudah terserang oleh penyakit
ISPA terutama pada balita,dan masyarakat di suku Vemasse Tasi masih kurang
dengan informasi mengenai pengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA,
dilihat dari segi berperilaku dan pengetahuan masyarakat yang tidak peduli
akan kesehatan mereka atau kesehatan perorangan (Heygiene Personal), dan

kelakuan hidup sehat yang masih kurang terutama pada ibu-ibu bagaimana cara
ibu memelihara anaknya agar tidak terkena penyakit ISPA.
Menurut Data Nasionalyang didapat dari Minestrio da Sade
(Integrated Diseases Surveilance 2009-2010) menunjukan bahwa penyakit
ISPA meningkat menurut tahun yaitu ISPA 2009 total dari 13 distrik adalah:
479,010 kasus, dan tahun 2010 total dari 13 distrik adalah: 491,935 kasus.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984,
dengan tujuan berupaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian khususnya
pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya
angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah
dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
Perjuangan pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan
melalui pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan harapan agar
masyarakatnya hidup sehat dannegara juga dapat berkembang dengan sukses,
sehat dan makmur baik pada masyarakat tingkat bawah, menengah, maupun
tingkat atas. Berawal dari penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini,
penelitian

tertarik

PENGARUH

untuk

SANITASI

mengambil

topik

penelitian

LINGKUNGAN

RUMAH

dengan

tema

TERHADAP

TERJADINYA PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN


AKUT) PADA BALITA DI ALDEIA TAIBESI, SUKU LAHANE ORIENTAL,
SUB-DISTRITU NAIN-FETO, DISTRITU DILI.

1.2 Perumusan Masalah


Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:

12.1. Masalah Umum


Apakah ada pengaruh sanitasi lingkungan rumah terhadap terjadinya
penyakit ISPA pada balita di Aldeia Taibesi, suku Lahane oriental, SubDistritu Nain-feto, , Distritu Dili ?

1.2.2. Masalah Khusus


a. Apakah ada pengaruh terhadap keadaan rumah dengan terjadinya
penyakit ISPA pada balita di Aldeia Taibesi, suku Lahane oriental, SubDistritu Nain-feto, DistrituDili ?
b. Apakah ada pengaruh terhadap polusi udara dalam rumah dengan
terjadinya penyakit ISPA pada balita di Aldeia Taibesi suku Lahane
oriental, Sub- distritu Nain-feto, Distritu Dili ?

1.3 Tujuan Penilitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk

mengetahui

pengaruhsanitasi

lingkungan

rumah

terhadapterjadinyapenyakit ISPA pada balita di Aldeia Taibesi suku Lahane


oriental, Sub-Distritu Nain-feto, Distritu Dili.
1.3.2

Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh polusi udara dalam rumah terhadap terjadinya


penyakit ISPApada balita di Aldeia Taibesisuku Lahane orienta, SubDistritu Nain-feto, Distritu Dili.
b. Mengetahui pengaruh ventilasi rumah terhadap terjadinya penyakit ISPA
pada balita di Aldeia Taibesisuku Lahane oriental , Sub-Distritu Nainc.

feto, Distritu Dili.


Mengetahui pengaruh lantai rumah, terhadap terjadinya penyakit ISPA
pada balita diia TaibesiAld suku Lahane oriental, Sub-DistritoNain-feto,

Distritu dili.
d. Mengetahui pengaruh dindingdan atap rumah terhadap terjadinya
penyakit ISPA padabalita di Aldeia Taibesi suku Lahane oriental,SubDistritu Nain-feto, Distritu Dili.
1.4 . Manfaat Penilitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (strata satu)
Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan dan daya berpikirpenulis
dalam melakukan penelitian ilmiah yang bersifat akademik.
1.4.2

.Bagi Penilitian Masyarakat


Untuk memberikan informasi agar mengetahui pengaruh sanitasi

lingkungan terhadap terjadinya penyakit infeksi saluran pernapasan akut


(ISPA) pada balita atau penilitian masyarakat di Aldeia Taibesi, suku Lahane
oriental, Sub-Distritu Nain-feto, Distritu .Dili.
1.4.3 Bagi Universidade da Paz
1. Sebagai masukan dan referensi bagi mahasiswa/i angkatan berikutnya.

2. Membina dan membangun mahasiswa/i dalam melakukan penelitian


ilmiah.
3. Meningkatkan motivasi, kemanpuan untuk melaksanakan pendidikan
kesehatan masyarakat.
4. Universidade da Paz

(UNPAZ)

adanya

keikutsertaan

dalam

memecahkan persoalan kesehatan masyarakat yang lebih baik dari


yang telah ada pada masa depan dalam pengabdiannya.
5. Manfaat lain untuk mempromosikan Universidadeda Paz (UNPAZ)
ditengah-tengah masyarakat.
1.4.4 Bagi Peneliti Berikutnya
1. Sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam
terhadap judul sejenis.
2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang akandatang.
1.4.5 Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti dan juga menambah wawasan didalam mempelajari
Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup


Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis melihat bahwa dengan
adanya keterbatasan waktu, biaya, buku referensi maka penulis hanya meneliti
tentang Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Terhadap Terjadinya Penyakit
ISPA Pada Balita (0-5) di Aldeia Taibesi,Suku Lahane oriental, Sub-Distrik
Nain-feto, Distrik Dili.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sanitasi Lingkungan Rumah


2.1.1 Definisi Sanitasi
Menurut Azwar (1990) dikutip oleh Arifin (2009) mengatakan bahwa p
engertian sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu
penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber.Sanitasi
merupakan

usaha

kesehatan

masyarakat

yang

menitikberatkan

pada

penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat


kesehatan.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi
negara-negara berkembang.Menurut WHO (2009) penyakit diare membunuh
satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu

11

rendah.Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta


merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala
nasional.
Menurut Chandra (2007: 2)mengatakan bahwa Ilmu lingkungan adalah
penerapan berbagai prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan
manusia.Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang
mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau
masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia
yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan
mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahanya.
Menurut Slamet (2006) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitarnnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata, ataupun
abstrak, termasuk manusia lainya, serta suasana yang terbentuk karena
terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut.
Pengertian kesehatan lingkungan,menurutWorld Health Organisation
(WHO:2009) adalah sebagai berikut: Those aspects of human health and
disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the
theory and practice of assessing and controlling factors in the environment
that can potentially affect health.Atau bila disimpulkan Suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.

12

Menurut Chandra (2007:4)mengatakan bahwa ilmu sanitasi lingkungan


adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputicara dan usaha
individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan
hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam
kelangsungan hidup manusia.Adapuntujuan dan ruang lingkup kesehatan
lingkungan yaitu dapat dibagi menjadi dua (2), yaitu secara umum dan khusus.
Selanjutnya menurut Chandra (2007: 4) tujuan dan ruang lingkup
secara umum antara lain:
1. Melakukan korelasi atau perbaikan terhadap gejala bahaya dan ancaman
pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber
lingkungan dalam upayameningkatkan derajat kesehatan dan kesejahtraan
hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadudiantara
masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam
menghadapi bencanaalam atau wabah penyakit menular.
Menurut Chandra (2007:4) adapun juga tujuan dan ruang lingkup
secara khusus

meliputi usaha-usaha perbaikan dan pengendalian terhadap

lingkungan hidup manusia yaitu antara lain:


1. Penyedian air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang di produksi didalam skala besar dan
dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM),
batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan

13

dan mahkluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan


ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, peternakan,
pertanian, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan
cara memutuskan rantai penularan penyakit.
6. Perumahan dan bangunan yang layak dihuni dan memenuhi syarat
kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi dan kesehatan kerja
8. Survey sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program
kesehatan lingkungan.
Menurut Effendy (1998:199) lingkungan adalah segala sesuatau yang
berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan perkembangan manusia.
Menurut

Notoadmojo

(2003)sanitasilingkungan

adalah

status

kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan


kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya.

2.1.2

Definisi Rumah
Menurut WHO (1989)yang dikutip oleh Benvie (2009)rumah

merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat


berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan
sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.

14

Menurut Notoadmojo (2007)rumah (Housing) adalah salah satu


persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.Rumah atau tempat tinggal
manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.Pada zaman purba
manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang, dengan
mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon.Sampai
pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya)
bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.Sejak
zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide
mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan
masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan setempat
(lokal material) pula.Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun
rumah mereka dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi kadangkadang desainya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya.
Menurut Notoadmojo (2007) mengemukakanbahwa ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah sebagai
berikut:
1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat
dimana rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa
ataukah dikota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah
pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas
gempa dan sebagainya. Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu

15

disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan, misalnya bahanya,


bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah didaerah gempa
harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah
didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
serangan-serangan binatang buas.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misalnya;
bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan
pokok pembuatan rumah.Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah
bukan sekedar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan
seterusnya.
2.1.3.Syarat-Syarat Rumah Yang Sehat
Menurut Notoadmojo(2007)syarat-syarat rumah yang sehat adalah
sebagai berikut:

1. Bahan Bangunan
a. Lantai: Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk
kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumahrumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena
itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang

16

dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada


musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh
dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang
berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu
merupakan sarang penyakit.
b. Dinding: Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila
ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di
pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak
cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat
merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.
c. Atap Genteng: Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk
daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun
rumbia atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun
asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan.Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama.Tapi perlu

17

diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus


yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya harus menurut
ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang
digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O 2
didalam rumah yang berarti kadar CO 2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat.Di samping itu tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteribakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena
disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar
ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni:

18

a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara


ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu
selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi
alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan
masuknya nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu
harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan
nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus
untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin
penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi
rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus
dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, tetapi harus
mengalir.Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan
keluarnya udara.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak.Kurangnya cahaya yang masuk kedalam
ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.Sebaliknya terlalu banyak

19

cahaya didalam rumah akanmenyebabkan silau, dan akhirnya dapat


merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting,
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah,
misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Sebaliknya jalan masuk
cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari
luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan
di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat
langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan
lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai
jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar

sinar

matahari

lama

menyinari

lantai

(bukan

menyinari

dinding).Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengan tinggi dinding


(tembok).Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca.Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan
melubangi genteng biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya
dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api, dan sebagainya.
4. Luas bangunan rumah

20

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di


dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan

jumlah

penghuninya

akan

menyebabkan

perjubelan

(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan


kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan
2,5-3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5. Fasilitas-fasilitas Di Dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Penyediaan air bersih yang cukup


Pembuangan tinja
Pembuangan air limbah (air bekas)
Pembuangan sampah
Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok dengan adanya serambi

(serambi muka atau belakang).


Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu
diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
1. Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan
bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
2. Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah bagian hidup dari
petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah.

21

Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber


penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah
dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri.
Menurut Notoatmodjo (2003)rumah adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga.Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia(2005) secara
umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu:
1. Memenuhi

kebutuhan

fisiologis

meliputi

pencahayannya,

penghawaannya, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari


kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privancy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota kelurga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, dan cukup sinar matahari.
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik
rumah yang tidak mudah roboh, tidak muda terbakar dan tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Menurut Anonim (2008) secara umum terdapat 3 (tiga) faktor
resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak,
serta faktor perilaku.

22

1. Pencemaran udara dalam rumah.


Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan
paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat
terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur
terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat
bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena
bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama
ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
2.14 .Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau dari ruangan
baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar
oksigen yang optimum bagi pernapasan.
2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun
debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran
udara.
3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan
bangunan.

23

5. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh


radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.
1. Kepadatan Hunian Rumah
Kepadatan

hunian

dalam

rumah

menurut

keputusan

menteri kesehatan Indonesia nomor 829/MENKES/SK/VII/199


9 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal
menempati luas rumah 8m. Dengan kriteria tersebut
diharapkan

dapat

mencegah

penularan

penyakit

dan

melancarkan aktivitas.
Menurut WHO (1992) yang dikutip oleh Benvie (2009) beberapa
faktor yang telah diketahui mempengaruhi pneumonia dan kematian ISPA
adalah malnutrisi, pemberian ASI (Air Susu Ibu) kurang cukup, imunisasi
tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR (Badan Bayi Lahir Rendah),
kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak di
tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lainlain.
Menurut Benvie (2009) faktor-faktor resiko yang berperan dalam
kejadian ISPA pada balita adalah sebagai berikut:
1. Faktor Host (diri)
a. Usia

24

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai


anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda
akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut.
b. Jenis Kelamin
Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun
banyak penelitian yang menunjukkanadanya perbedaan prevelensi
penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
c. Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan malnutrisi telah lama dikenal, kedua
keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu
merupakan predisposisi yang lainnya. Pada masalah Malnutrisi,
ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat
sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan
terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam
mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.
d. Status Imunisasi
Ketidakpatuhan pada imunisasi berhubungan dengan peningkatan
penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan
penelitian lain yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap

25

dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah


kejadian ISPA.
e. Pemberian Suplemen Vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada
penglihatan,

reproduksi,

sekresi

mukus

dan

untuk

mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.


f. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupannya.ASI bukan hanya merupakan
sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat
antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor
yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis.
ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian
antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran
pernafasan atas.
2. Faktor Lingkungan
a. Rumah
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan
pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk

26

kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk


keluarga dan individu.
b. Kepadatan Hunian (Crowded)
Kepadatan hunian seperti diluar ruang perorangan, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko untuk
ISPA.Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa
kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat.
c. Status Sosioekonomi
Telah

diketahui

bahwa

kepadatan

penduduk

dan

tingkat

sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan


kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada
hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi
didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat
dengan rendahnya status sosioekonomi.
d. Kebiasaan Merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak
dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain
didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua
merokok.

27

e. Polusi Udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian
kesehatan

Universitas

Indonesia

untuk

mengetahui

efek

pencemaran udara terhadap gangguan saluran pernafasan pada


siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka
yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa
yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta.Dari
hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru
atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa
SD di kedua wilayah pencemaran udara.Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah
dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat
yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan
saluran pemafasan.Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA.

28

2.1 Identifikasi Saluran Penapasan Akut (ISPA)


2.2.1 Pengertian ISPA
Menurut Khaidirmuhaj (2008)ISPA adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan akut yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai
dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga (otitis
media), dan randang tenggorokan (faringitis).
Menurut Anonim (2008)ISPA adalah penyakit ringan yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi
penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan
tidak segera ditangani.
2.2.2

Gejala dan Tanda-Tanda Penyakit ISPA


Menurut Anonim (2008) mangatakan bahwa gejala dan tanda-tanda

penyakit ISPA adalah sebagai beriku:


1. Gejala penyakit ISPA
Gejala ISPA biasanya ditandai dengan gejala flu, batuk, demam dan suhu
tubuh anak meningkat lebih dari 38,50C dan disertai sesak nafas. Sebagai
pertahanan untuk melawan bakteri dan kuman yang masuk ke dalam
saluran pernafasan adalah berupa bersin, batuk disertai dahak dan ingus
atau lendir yang ke luar dari hidung. Batuk dan bersin merupakan
mekanisme kerja bulu-bulu halus yang berada di permukaan saluran
pernapasan di hidung dan tenggorokan melawan debu, bakteri dan virus
yang masuk supaya keluar dari tubuh.Apabila batuk juga disertai lendir

29

atau sputum (dahak) yang berwarna hijau dan kental, hal itu menandakan
terjadi infeksi di dalam saluran tersebut.
2. Tanda-tanda panyakit ISPA
1. Suara nafas lemas bahkan hilang dan seperti ada cairan sehingga
terdengar keras, ada gejala sesak yang kebiruan, nafas cuping hidung
atau nafas dimana hidungnya tidak lubang, tertariknya kulit kedalam
dinding dada atau bisa disebut retraksi dan sistem pernafasan yang tidak
teratur serta cepat.
2. Gagal jantung, hipotensi, hipertensi, denyut jantung kadang cepat
kadang lemah yang terdapat di sistem peredaraan darah dan jantung.
3. Kejang dan koma, bingung, sakit kepala, mudang terangsang, sering
gelisah yang yang menyerang di sistem syaraf.
4. Letih dan sering berkeringat banyak.
5. Untuk anak dengan umur 2 bulan hingga 5 tahun yaitu kejang,
intensitas kesadaran menurun, stridor, gizi buruk dan tidak bisa minum.
Sedangkan untuk anak dibawah 2 bulan yaitu kemampuan minum yang
menurun secara drastis yang biasanya kurang dari setengah volume dari
setiap kebiasaan, mengigil, mendengkur, demam, dingin dan intensitas
kesadaran menurun.

30

2.2.3

Klasifikasi ISPA
Berdasarkan beberapa pendapat klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan

berdasarkan golongannya dan golongan umur yaitu:


a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya:
1. Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alvieoli).
2. Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang
tenggorokan (pharyngitis), tonsillitis dan infeksi telinga (otitis
media).
b. Menurut Khairdirmuhaj

(2008)

ISPA

dapat

dikelompokkan

berdasarkan golongan umur yaitu:


1. Untuk anak usia 2-59 bulan
1. Bukan pneumonia biasa bila (frekuensi pernapasan kurang dari
50 kali permenit untuk usia12-59 bulan, serta tidak ada kurang
dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada
tarikan pada dinding dada.
2. Pneumonia yaitu ditandai dengan adanya batuk dan nafas cepat
(fast breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah kearah
dalam (severe chest indraqing).
3. Untuk anak usia kurang dari dua bulan
a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernapasan kurang dari
60 kali permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernapasan sama atau
2.2.4

lebih dari 60 tanpa nafas cepat.


Etiologi ISPA

31

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri


penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylacoccus,
Pneumoniacoccus, Hemofilus, Bordetella, dan Corynebactgerium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain.
2.2.5

Cara Penularan
ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air

conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk
bagi virus.Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman mengilfiltrasi
lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoit superfisial bereaksi
sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung
akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri,
sehingga dapat menyebabkan bakteri-bakteri pathogen masuk dalam
rongga-rongga sinus.
2.2.6

Pertolongan Pertama Penderita ISPA


Menurut Benih (2008) untuk perawatan ISPA dirumah ada

beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seseorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA yaitu:

1. Mengatasi Panas

32

Untuk anak usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun, demam dapat


diatasi dengan memberika Paracetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera rujuk. Paracetamol
diberikan sehari empat kali setiap enam jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus

dan

diminumkan.

Memberikan

kompres,

dengan

mengunakan kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air (tidak
perlu ditambah air es).
2. Mengatasi Batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruknipis setengah sendok teh dicampurkan
dengan kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan 3 kali
sehari.
3. Pemberian Makanan
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih
jika terjadi muntah.Pembarian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.

4. Pemberian Minuman

33

Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainnya)


lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan
dahak, selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan
hidung pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari dari komplikasi yang lebih parah.
Diusahakan lingkungan tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
yang cukup dan tidak berasap.Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter
atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat
anibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh dan
setelah 2 hari anak perlu dibawah kembali ke petugas kesehatan
untuk pemeriksaan ulang.
2.2.7

Pencegahan ISPA

Menurut Benih (2008) Pencegahan ISPA ada 4 yaitu:


a.
b.
c.
d.

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik


Melakukan imunisasi
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

34

2.3 Kerangka Konsep Dan Definisi Operasional


2.3.1 Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2005:68)kerangka konsep penelitian adalah:
suatuhubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan
diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud.

Sanitasi Lingkungan
Rumah:
1. Polusi udara dalam
rumah
2. Ventilasi
3. Lantai
4. Dinding
5. Atap rumah

Kejadian ISPA pada balita


(Y)

(X)
Gambar: Kerangka Konsep
Keterangan:
1. Variabel bebas (X)
2. Variabel terikat (Y)

2.3.2

Definisi Operasional

Menurut Nazir (2005:126) definisi operasional adalah suatu definisi yang


diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti,

35

menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang


diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tertentu.

1. Sanitasi Lingkungan Rumah


Sanitasi lingkungan merupakan status kesehatan suatu lingkungan
yang mencakup perumahan, pembuagan kotoran, penyediaan air
bersih dan sebagainya.(Notoatmodjo, 2003).
2. Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu persyaratan bagi
kehidupan manusia atau tempat penghunian yang dilengkapi dengan
fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna
untuk kesehatan dan keadaan yang baik untuk keluarga atau individu.
3. Penyakit ISPA
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita,
karena sistem pernapasan balita masih rendah.ISPA meliputi 3 unsur
yaitu sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme
kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan
14 hari.

36

4. Gejala-gejala penyakit ISPA sebagai berikut: flu, batuk, demam dan


suhu badan anak meningkat lebih dari 38,50C, sesak nafas, sakit
telingga dan sakit tenggorokkan.
No. Variabel

Defenisi

1.

Operasional
1. Sanitasi

1. Sanitasi
lingkunga
n
2. rumah

Alat Ukur

Indikator

Hasil

Koesioner

Pengetah

Ukur
< 55% Gutman

lingkungan

dan

uan dan (kurang

marupakan

pedoman

perilaku

baik),

status

observasi

ibu

56%-

kesehatan

sanitasi

mengena

76%

suatu

lingkunga

(baik),

lingkungan

n rumah

kebersih

76%-

yang

an rumah 100%

mencakup

terhadap

(sangat

perumahan

terjadiny

baik).

pembuagan

penyakit

kotoran,

ISPA

penyediaan
air

bersih

dan
sebagainya

37

Skala

.
2. Rumah
merupakan
salah

satu

syarat bagi
kehidupan
manusia
atau tempat
penghunia
n

yang

diperlukan,
perlengkap
an

yang

berguna
untuk
kesehatan
dan
keadaan
yang

baik

untuk
keluarga
dan

38

2.

Penyakit ISPA

individu.
ISPA

(Y)

merupakan

uan dan (kurang

penyakit

perilaku

baik),

infeksi saluran

ibu

56%-

pernapasan

terhadap

76%

akut

terjadiny

(baik),

mudah

76%-

terserang pada

penyakit

100%

balita.

ISPA

(sangat

pada

baik).

Koesioner

yang

Pengatah

< 55% Gutman

balita

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
studi deskriptif kuantitatif. Menurut Notoadmodjo (2002: 138) penelitian
deskritif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan secara objektif.

39

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskritif dengan menempuh


langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan atau analisa
data, membuat kesimpulan dan laporan.
Menurut Nazir (2005:84) Penelitian adalahsuatu proses mencari
sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan
metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.
Menurut Santoso (2005:28) Penelitian merupakan proses yang
sistematik, terkontrol, terdiri dari beberapa tahapan yang logis.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Suco Vemasse Tasi, Sub-distritu
Vemasse, Distritu Baucau.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu

penelitian

direncanakan

akandilaksanakn

pada

bulan

Septembersampai dengan pertengahan bulan Oktober 2011, di suku Vemasse


Tasi, Sub-Distritu Vemasse, Distritu Baucau.

40

3.3 Jenis Data


Dalam penelitian ini, jenis data penelitian meliputi:
1. Jenis data kualitatif, jenis data ini merupakan jenis data yang berwujud
tulisan-tulisan dari hasil peneliti, dalam bentuk kata-kata serta gambarangambaran yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan.
2. Jenis data deskriptif, jenis data ini merupakan jenis data yang menganalisis
variable yang ada, tentang pengaruh sanitasi lingkungan rumah yang
menyebabkan terjadinya penyakit ISPA pada balita.
3.4 Sumber Data
Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan
fakta, (Riduwan 2004;106).

3.4.1

Sumber Data Primer

Menurut Kountur (2007:182) Data primer adalah data yang dikumpulkan


peneliti langsung dari sumber utamanya.
Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti melalui lembar
observasi, koesioner, yang mencakup dari hasil wawancara dengan pihak
keluarga dalam hal ini orang tua balita sebagai kepala kelurga.
3.4.2

Sumber Data Sekunder

Menurut Kountur (2007:178) data sekunder adalah data yang bersumber


dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda.

41

Data sekunder ini adalah data yang sudah ada atau data yang peneliti
tidak peroleh langsung, tetapi melalui perantara.Data sekunder juga sebagai
bukti, catatan atau laporan yang peneliti bisa mengunakan sebagai kepustakaan
yang terkait dengan penelitian, dan sebagai bahan lampiran bagi peneliti.

3.5 Populasi Dan Sampel


3.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2002:57) dikutip oleh Riduwan (2009:54)
memberikan pengertian bahwa: populasi adalah wilaya generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.
Jadi populasi ini adalah keseluruhan kepala keluarga yang mempunyai
balita berusia nol sampai lima (0-5) tahun di Sucu Vemasse Tasi, Sub-Distritu
Vemasse, Distritu Baucau. Total kepala keluarga (KK) yang dijadikan sebagai
populasi di suku Vemasse Tasi adalah: 475 Kepala Keluarga.
Sampel Menurut Arikunto (1998:117) dikutip oleh Riduwan (2009:56)
mangatakan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu dilihat
pada kepala keluarga yang mempunyai anak balita, yang akan dijadikan sebagai
sampel peneliti yaitu 83 KK.
3.5.2

Taknik Pengambilan Sampel

42

Teknik pengambilan sampel disini yang digunakan dalam penelitian ini


adalah teknik Simple Random Sampling yaitu setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Menurut Kountur (2007), mengatakan Simple Random Sampling adalah
proses pemilihan sampel dengan seluruh anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih. Masing-masing anggota pada populasi
tersebut memiliki kemungkinan (probalitas) yang sama untuk terpilih.
Untuk menentukan pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro
Yamane yang dikutip oleh Rakhamat dalam Riduwan (2000:25) sebagai berikut:

Rumus:

n=

N
N . d 2+1

Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = predisi yang ditetapkan (0,1)
Jadi penetuan sampelnya adalah:

43

Rumus:

0,1

2+ 1

475.
N
475
n=
=
2

N . d +1

Jadi sampel yang akan diteliti adalah = 83responden


3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah
peneliti sendiri dan mengunakan alat bantu seperti:
1.
2.
3.
4.
5.

Angket (Questionair)
Ballpoint, pensil dan kertas
Seperangkat Komputer (Laptop)
Kalkulator
Kamera Digital
3.7

Metode Pengumpulan Data


Dalam hal ini metode pengumpulan data, peneliti menggunakan

metode yang meliputi:


1. Wawancara
Wawancara ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber
penelitian.
2. Pengamatan (Observation)
Observasi yaitu melakukan observasi atau pengamatan secara langsung
ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kejadian yang sudah
terjadi.
3. Dokumentasi

44

Dokumentasi

adalah

ditujukkan

untuk

memperoleh

data

6666666666langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang


relevan,

peraturan-peraturan,

laporan

kegiatan,

foto-foto,

film

dokument, data yang relevan dengan penelitian.


4. Angket (Questionaire)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden
yang bersedia memberikan jawaban atau responden sesuai dengan
permintaan peneliti.
3.8 Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian terhadap proposal skripsi ini adalah
dalam menganalisa data, peneliti akan menggunakan analisa desssskritif
kwantitatif, yaitu: untuk menjelaskan masalah yang peneliti rangkumkan
dalam rumusan masalah yang ada, menganalisis dari hasil pengambilan data
melalui wawancara, setelah menganalisis maka hasil tersebut akan dijadikan
sebagai hasil pembahasan bagi peneliti dalam bentuk kata-kata, gambar serta
membuat tabel berdasarkan hasil penelitian.
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskritif kwantitatif yaitu dengan mendiskripsikan keadaan yang di
observasi dan keadaan yang diharapkan.Model pengumpulan data diperoleh
dari data primer, melalui teknik observasi dan wawancara dengan mayarakat
yang di ambil sebagai sampel dengan menggunakan koesioner, sedangkan data
sekunder diperoleh dengan mengunakan teknik dokumentasi, pada data yang

45

di ambil di Centru SadeVemasse Tasi, tentang penyakit ISPA, sebagai


pelaporan.
Dengan demikian maka teknik analisa deskritif kwantitatif, menurut
(Arikunto. S.1998), adalah sebagai berikut:
Terhadap data-data yang bersifat kualitatif yang digunakan dengan
kata-kata atau kalimat, dipisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan tetapi kadang-kadang sudah sampai presentase langsung
ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif dengan kategori
sebagai berikut:
a. Jawaban Ya
b. Jawaban Tidak
Untuk menjelaskan pada kategori Ya dan Tidak, maka penulis
dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:
SP
N = SM x 100%
Keterangan:
N = nilai akhir
SP = skor yang ditetepkan
SM = skor maximun
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa dalam menganalisa
data yang bersifat kualitatif dapat di lakukan persentase, kemudian hasil
tersebut diinterpretasikan melalui kalimat atau kata-kata untuk memudahkan
penafsiran terhadap data yang dibutuhkan.

46

3.9 Etika Penelitian


Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari akademik, ijin
lokasi penelitian. Kuesioner diberikan kepada responden setelah menekankan
masalah etika yang meliputi:
1. Pada saat pengambilan data, calon responden diberi penjelasan tentang
tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon
responden bersedia untuk diteliti maka kepadanya akan diberikan
kuesioner peneliti.
2. Anonomity (tampa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama atau identitas responden dalam pengolahan data penelitian.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data
yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneli

47

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada , maka

peneliti

dapat melihat dan simpulkan sebagai berikut:


1.

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang menyerang


terutama pada tenggorokan, yang terlebihi dahulu pada anak balita,
dan penulis mengsimpulkan bahwa, kurang baik karena dari hasil
penilitian, peneliti mendapatkan bahwa masih banyak masalah
yangmempengaruhi pada masyarakat, dan pada balita di suku

Vemasse Tasi, yaitu penyakit ISPA.


2. Perilaku Ibu terhadap kebersihan rumah
Berdasarkan hasil penilitian yang di peroleh oleh peneliti dapat
menunjukkan bahwa masih banyak ibu-ibu berperilaku kurang
baik, karena tidak memperhatikan kebersihan dalam rumah
mereka, para ibu-ibu kadang ada yang sangat sibuk dengan
pekerjaan mereka seperti melakukan pekerjaan petani, dan susah
untuk membersihkan rumah mereka, dan perilaku tersebut yang
menyebabkan terjadinya penyakit ISPA pada balita, karena
kurangnya perhatian pada anak-anak mereka, sehingga dari
perilaku tersebutlah yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit
ISPA pada balita selalu meninkat di suku Vemasse Tasi.

48

3. Sanitasi lingkungan rumah


Berdasarkan hasil pedoman

observasi

penelitian,

peneliti

menyimpulkan bahwa, di suku Vemasse Tasi, masih banyak


terdapat rumah-rumah yang keadaan lingkungan didalam rumah
sampai keadaan lingkungan diluar rumah belum memenuhi syarat
yang semaksimal, sehingga

menyebabkan terjadinya masalah

kesehatan seperti pengaruh sanitasi lingkungan rumah terhadap


terjadinya penyakit ISPA pada balita, dilihat juga pada keadaan
ekonomi dan pandapatan masyarakat di suku Vemasse Tasi yang
sangat minim sehingga masyarakat di suku Vemasse Tasi susah
untuk merubah perilaku dan memperbaiki keadaan hidup mereka.
Dan secara keseluruhan penulis mengambilkan kesimpulan bahwa
dari hasil interpretasi yang penulis dapatkan dari masalah yang ada
maka, sudah menjawab karena terdapat 12%, di kategorikan
kurang baik, jadi masalahnya adalah pengaruh sanitasi lingkungan
rumah yang menyebabkan terjadinya pennyakit ISPA pada balita di
suku Lahane oriental.

4.2.

Saran

49

Sesuai dengan pembahasan pada hasil penelitian, sebagai saran adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Centro da Sade di Sub-DistrituVemasse, untuk lebih dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat, dipelosok atau area rural yang saat
ini masih tinggal di daerah yang terpencir. Agar masyarakat bisa mengertidan
memahami, tentang penyakit ISPA pada balita, dan bagaimana bisa merubah
perilaku masyarakat, karena perilaku sesorang sangat susah untuk merubahnya.
Jadi

disarankan

kepada

petugas

kesehatan

dan

Non

Geverment

Organization(NGO) yang terkait dalam bidang kesehatan, agar bisa melebarkan


informasi dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat setempat.
2.Bagi masyarakat, terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita, agar
senantiasa mengaja dan merawat kebersihan perorangan dan kebersihan
lingkungan rumahnya, agar bisa menghindari terjadinya masalah-masalah
kesehatan bagi diri sendiri, dan bagi rumah yang dapurnya menghindari penyakitpenyakit ISPA pada balita, dan juga pada orang-orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin., 2009.Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi Lingkungan.
http://www.google.freeAboutsanitarianandpublichealthcommunity.com.
Diakses:13/04/2011

50

Arikunto.S., 1998. Prosedur Penlitian Suatu Pndekatan Praktek. Rineka


Cipta. Yogyakarta.
Anonim., 2008. Program

Pemberantasan

Penyakit

ISPA Untuk

Penanggulangan Pneumonia Pada Balita.


http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/12/identifikasi-ispa-pada-balita/.
Diakses 07/05/2011
Benvie., 2009. Ilmu Kesehatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA);.
http://doctorology.net/?p=205. diakses: 07/05/2011
Benih.C., 2008.Penanggulangan dan Pengobatan ISPA.
http://www.benig.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksisaluranpernapasanakut-penaggulangan-dan-pengobatan.hml.

diakses:

07/05/2011
Chandra.B.,2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Cet-1.
Penerbit Buku Kedokteran.
Effendy.N.Drs.,
1998.Dasar-Dasar

Keperawatan

Kesehatan

Masyarakat.Ed-2. Jakarta. EGC.


Kusnoputranto.H., (1985). Sanitasi Lingkungan.
http://www.google.sanitasi lingkungan 39coments.com.Diakses: 13/04/201
1
Kountur.R.D.M.S.,Ph.D., 2007.Metode Penelitian Untuk Skripsi dan
Tesis.Ed-2. Jakarta. EGC.
Khaidirmuhaj.,
2008.

Pengertian

ISPA

dan

Pneumonia.http://www.google.com.id/search?
hl=id&q=menurut+Khaidirmuhaj+2008+I. Diakses: 07/05/2011
Nazir.M.Ph.D., 2005. Metodologi Penelitian. Cet-6. IndonesiaPenerbit
Ghalia.

51

Notoatmodjo.S.Dr.,

2003.

Sanitasi

Lingkungan.

http://www.com/med/index. Diakses: 13/04/2011


,2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Penerbit
PT RINEKA CIPTA.
,2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta.
Penerbit PT RINEKA CIPTA.
Riduwan.M.B.A., 2004.Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Pengantar
Alma.P.H.DR.Prof., 2004. Cet-Pertama. Bandung. Diterbitkan oleh
ALFABETA.
,2009. Belajar MudahPenelitian Untuk Guru-Guru dan
Peneliti Pemuda. Cet-Pertama: Bandung. Diterbitkan oleh ALFABETA.
Santoso.G.Dr.Drs.M.Kes., 2007. Metode Peneliti, Kualitatif dan
Kuantitatif. Cet-2. Penerbit Jakarta-Indonesia.
Somantri.I., 2009. Asuhan Keperawantan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Ed-2. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Soemirat Slamet. J.Prof.dr., 2006.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Hak
Penerbit. GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Undang-Undang Negara Republik Demokratika Timor-Leste 2002
(RDTL) Timor-Leste.

52

Anda mungkin juga menyukai