Anda di halaman 1dari 61

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERADAAN BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM


ISI ULANG DI KOTA GORONTALO

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Jurusan Sanitasi Lingkungan

Diajukan Oleh:

LIDYAWATI HASAN
NIM. 751335119008

Kepada:

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Januari 2023
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian........................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 8

A. Tinjauan Umum Air Minum ............................................................ 10


1. Pengertian Air Minum................................................................. 10
2. Sumber Air Minum...................................................................... 10
3. Syarat Air Minum........................................................................ 11
4. Teknik Pengolahannya................................................................. 16
5. Mekanisme Penularan Penyakit Melalui Air............................... 19
B. Tinjauan Umum Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU).................. 20
1. Pengertian Depor Air Minum Isi Ulang (DAMIU)..................... 20
2. Proses Pengolahan DAMIU (Bahan Baku, Mesin
dan Peralatan) ............................................................................ 21
3. Sumber Air Baku Depor Air Minum Isi Ulang (DAMIU).......... 22
4. Regulasi Kesehatan Depor Air Minum Isi Ulang(DAMIU) ...... 23
5. Higiene Sanitasi Depor Air Minum Isi Ulang(DAMIU)............. 24
6. Pengawasan Depor Air Minum Isi
Ulang (DAMIU).......................................................................... 26
C. Tinjauan Umum Bakteriologi............................................................ 29
1. Pengertian Bakteriologis (Escherchia Coli)................................ 29
2. Faktor Pertumbuhan Bakteriologis (Escherchia Coli)................ 30
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Bakteriologis (Escherchia Coli).................................................. 34
D. Kerangka Teori.................................................................................. 38
E. Kerangka Konsep............................................................................... 39
F. Hipotesis Penelitian........................................................................... 39
III. METODE PENELITIAN........................................................................... 41

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................ 41


B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 41
C. Variabel Penelitian............................................................................. 41
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif........................................ 42
E. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 43
F. Instrumen Penelitian........................................................................... 44
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen............................................ 44
H. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.................................................. 45
I. Pengolahan dan Analisis Data............................................................ 45
J. Etika Penelitian................................................................................... 46
K. Tahapan Penelitian............................................................................. 48
L. Jadwal Penelitian................................................................................ 49
M. Biaya Penelitian.................................................................................. 49
IV. DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 50

V. LAMPIRAN................................................................................................ 52
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Depot Air Minum yang tumbuh pesat memiliki arti penting dalam

penyediaan Air Minum yang terjangkau oleh masyarakat, tetapi disisi lain

keberadaan depot air minum memiliki resiko terhadap kesehatan masyarakat jika

tidak dikelola sesuai dengan persyaratan kesehatan. Air merupakan suatu sarana

utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Higiene sanitasi depot

air minum adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan factor-

faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan

sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian

air. Faktor tersebut adalah cemaran fisik seperti: benda mati, baik halus maupun

kasar kondisi alam, cemaran kimia, seperti bahan organik dan organik. Faktor

biologis berupa bakteri, virus dan jamur yang menimbulkan penyakit atau

keracunan. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari

terutama untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah

timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan atau ditularkan melalui air

minum. Di samping itu, air juga merupakan suatu sarana utama untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu

media dari berbagai penularan penyakit (Putra, 2016).

Air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit,

terutama penyakit diare. Penyakit diare dapat ditularkan melalui penyediaan

air.Untuk menghindari masuknya bibit penyakit melalui air ke dalam tubuh, maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi mutlak

diperlukan. Hal ini untuk mencegah terjadinya kontak antara bakteri sebagai

sumber penyakit dengan air (Rosyiah & Banowati, 2020).

Dengan kemajuan teknologi, maka masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan air minum dalam bentuk kemasan karena selain praktis air minum ini

dianggap lebih higienis. Produksi air minum dalam kemasan biasanya dilakukan

industri besar dengan melalui proses secara otomatis dan disertai dengan

pengujian kualitas mikrobiologi yang telah memenuhi syarat, akan tetapi lama

kelamaan masyarakat merasakan air minum dalam kemasan semakin mahal. Saat

ini masyarakat mulai beralih pada air minum yang berasal dari depot isi ulang,

dikarenakan air minum isi


ulang harganya lebih murah dibanding air minum kemasan. Dalam mengisi air

minum isi ulang masyarakat mengisi galon yang dibawanya ke depot air minum,

akan tetapi banyak masyarakat yang masih meragukan kualitas air minum isi

ulang tersebut karena belum ada informasi yang lebih jelas baik dari segi proses

pengolahan depot air minum, perizinan maupun peraturan kelaikan air minum isi

ulang dan pengawasan terhadap depot tersebut (Rosyiah & Banowati, 2020).

Menurut data dari WHO sekitar 40 % penyakit fatal mematikan di seluruh

negara berkaitan dengan buruknya kualitas air. Tidak hanya itu World Health

Organization juga mencatat bahwa ada sekitar 2,6 juta orang diseluruh dunia

meninggal setiap tahunnnya akibat penyakit yang disebabkan oleh air kotor atau

air yang tidak memenuhi syarat kesehatan (HAKI, 2022).

Keberadaan bakteri Coliform dalam air mengindikasikan adanya mikroba

yang bersifat esteropatogenik yang berbahaya bagi tubuh seperti bakteri

Escherichia Coli yang merupakan mikroba penyebab diare (Sasmita, et.al., 2020).

Sekitar 829.000 orang diperkirakan meninggal setiap tahunnya karena diare yang

disebabkan oleh konsumsi air minum yang telah terkontaminasi bakteri (Hi Adam

et al., 2023)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 91,05% rumah tangga

Indonesia telah memiliki akses terhadap sumber air minum yang layak pada 2022.

Persentasenya mengalami kenaikan 0,27% poin dibandingkan pada tahun

sebelumnya yang sebesar 90,78%. Adapun, 31,23% rumah tangga di Indonesia

menjadikan air isi ulang sebagai sumber air minum mereka pada 2022. Sebanyak

17,36% rumah tangga di dalam negeri minum air yang berasal dari bor/pipa.
Kemudian, 15,80% rumah tangga menggunakan air minum yang berasal dari

sumur terlindung. Sedangkan 9,62% masyarakat menggunakan air minum dari

sumber mata air terlindung. Sebanyak 9,20% rumah tangga minum air dari leding.

Lalu, persentase rumah tangga yang minum air kemasan bermerek dan dari sumur

tak terlindung masing-masing sebesar 9,29% dan 2,55% (BPS,2022).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo Tahun 2022,

menunjukan bahwa air minum isi ulang paling banyak yang digunakan dirumah

tangga berjumlah 75,39%, rumah tangga dengan sumber air minum sumur

bor/pompa sebanyak 7,09%, rumah tangga sumber air minum dengan leding

sebanyak 16,23%, rumah tangga sumber air minum sumur terlindungi dan tak

terlindungi sebanyak 1,29%, dan untuk rumah tangga dengan sumber air minum

mata air terlindungi sebanyak 0,00% (BPS, 2022).

Air minum bebas Escherichia coli atau 0/100 ml sampel merupakan salah

satu parameter kualitas air minum yang dapat dikonsumsi, sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per /2010

tentang persyaratan kualitas air minum. Bakteri ini adalah bakteri komensal pada

usus manusia dan pada umumnya bukan pantogen penyebab penyakit, apabila

didalam air tersebut terdekteksi adanya Escherichia coli yang bersifat fekal,

menunjukan bahwa air minum ini telah terkontaminasi kotoran manusia dan

memungkinkan dapat mengandung pathogen usus (HAKI, 2022).

Penelitian Tabor et al, di Ethiopia terhadap kualitas air minum

menunjukkan 45,7% tercemar koliform. Penelitian Eshcol et al, di India

menunjukkan 36% air minum rumah tangga tidak memenuhi syarat bakteriologi.
Hasil penelitian Anwar, et al, menyatakan bahwa 37,2% air minum telah tercemar

bakteriologi di Lahore. Hasil penelitian Admassu, et al, menunjukkan 50% air

minum telah tercemar bakteridi Gondar (Rahayu, 2019).

Berbagai penelitian sebelumnya di berbagai kota besar di Indonesia,

menunjukkan (DAMIU) depot air minum isi ulang kurang aman serta dapat

merugikan kesehatan manusia disebabkan terkontaminasi oleh bakteri. Penelitian

yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa sebagian besar produk air minum

dihasilkan oleh (DAMIU) depot air minum isi ulang dinilai belum memenuhi

standar industri air minum dalam kemasan. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Purnama (2019) pada depot air minum isi ulang menunjukkan bahwa dari 32

sampel depot air minum isi ulang yang di uji didapati 9 sampel positif

mengandung bakteri.

Coliform dengan indeks MPN >0/100 ml (28%) tidak memenuhi

persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492 Tahun 2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum. Penelitian Nindia 2021, penelitian yang

digunakan adalah literature review. Dimana didapatkan 10 artikel yang di telaah

yang didapatkan dari sumber google scholar (n=7) dan portal garuda (n=3), yang

diperoleh dari penelusuran artikel penelitianpenelitian ilmiah dengan kata kunci

“Higiene perorangan, higiene fisik, sanitasi lingkungan dan keberadaan bakteri

eschersichia coli” dari rentang tahun 2016 – 2020. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat 6 artikel yang memiliki ada hubungan higiene sanitasi lingkungan depot

air minum dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada depot air minum isi
ulang. Terdapat 6 artikel yang memiliki ada hubungan higiene fisik depot air

minum dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada depot air minum isi

ulang. Terdapat 3 artikel yang memiliki ada hubungan hygiene sanitasi

lingkungan depot air minum dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada

depot air minum isi ulang.

Faktor yang dapat mempengaruhi mutu air minum ialah kualitas air baku,

jenis peralatan yang digunakan, cara pemeliharaan alat serta proses pengolahan

dan pendistribusian air. Keberadaan bakteriologis dalam air minum biasanya

disebabkan karena tidak higienisnya proses pembuataan air minum seperti sumber

air minum tercemar, wadah yang tidak steril, pekerja yang tidak berperilaku

higienis, perusahaan air minum yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan

atau tempat pembuatan air minum, rendahnya pengetahuan serta kurangnya

kesadaran tentang kebersihan yang menyebabkan air terkontaminasi oleh bekteri

Escherichia coli.

Keterkaitan antara jumlah DAMIU di Kota Gorontalo yang meningkat,

dengan persaingan bisnis antara DAMIU. Berdasarkan observasi dan wawacara

dengan masyarakat yang ada di Kota Gorontalo mereka mengatakan bahwa

menggunakan air produksi dari DAMIU untuk di konsumsi sebab tidak perlu

dimasak, serta ada layanan antar jemput sehingga tidak perlu membeli langsung

ke depot, meskipun higiene sanitasi depot air minum masih diragukan karena

temuan lapangan, ada beberapa depot letaknya di depan jalan raya sehingga

lingkungan sekitar depot banyak bertebaran debu. Operator DAMIU yang ditemui

saat observasi banyak yang melakkan tindakan yang tidak higienis seperti tidak
mencuci tangan, minum, makan, serta merokok saat mengisi air minum Oleh

karena itu, untuk mengetahui kualitas air minum, penelitian ini diperlukan

mengingat intervensi pemerintah untuk mengawasi ketersediaan DAMIU yang

bersih dan aman kurang memadai. Masyarakat juga pada umumnya kurang

memberi perhatian dan pertimbangan rasional menyangkut keamanan dan

higienitas DAMIU karena yang menjadi pertimbangan utama masyarakat adalah

harganya yang murah dan terjangkau. Hal ini juga didorong oleh kondisi dimana

ketersediaan air minum yang bersih dan aman kurang tersedia . perlu dilakukan

penelitian dengan melihat beberapa faktor Sanitasi Tempat, Peralatan, Sumber Air

Baku, Higiene Penjamah, dan Pengawasan Dinas Kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: Faktor-faktor Apa Saja Yang Berhubungan dengan

Keberadaan Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Gorontalo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan

bakteriologis pada depot air minum isi ulang di Kota Gorontalo.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui faktor sanitasi tempat dengan keberadaan bakteriologis pada

depot air minum isi ulang di Kota Gorontalo.

b) Mengetahui faktor peralatan dengan keberadaan bakteriologis pada depot

air minum isi ulang di Kota Gorontalo.


c) Mengetahui faktor sumber air baku dengan keberadaan bakteriologis

pada depot air minum isi ulang di Kota Gorontalo.

d) Mengetahui faktor higiene penjamah dengan keberadaan bakteriologis

pada depot air minum isi ulang di Kota Gorontalo.

e) Mengetahui faktor pengawasan dinas kesehatan dengan keberadaan

bakteriologis Pada depot air minum isi ulang di Kota Gorontalo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan wawasan,

memberikan pengalaman serta sebagai sumber referensi, dan sumber

pengembangan ilmu pengetahuan pada Jurusan Sarjana Terapan Sanitasi

Lingkungan tentang masalah yang terkait dengan penelitian faktor-faktor yang

berhubungan dengan keberadaan bakteriologis pada depot air minum isi ulang di

Kota Gorontalo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai acuan dan tambahan informasi bagi dinas Kesehatan Kota

Gorontalo mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan

bakteriologis pada depot air minum isi ulang di Kota Gorontalo.

b. Bagi Pemiilik Depot Air Minum Isi Ulang

Sebagai acuan dan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan keberadaan bakteriologis pada depot air minum isi ulang di Kota

Gorontalo.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai data dan bahan

informasi untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang

berhubungan keberadaan bakteriologis pada depot air minum isi ulang di

Kota Gorontalo.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Peneliti uraikan

penelitian terdahulu yang serupa tetapi memiliki perbedaan yang cuku jelas,

sebagai batasan agar tidak terjadi kesamaan dalam penelitian. perbedaan tersebut

untuk menjamin keaslian sebagai berikut yaitu :


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM AIR MINUM

1. Pengertian Air minum

Air minum merupakan air dengan kualitas yang sudah memenuhi

syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang aman bagi

kesehatan harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu persyaratan secara

fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Air minum didefinisikan

sebagai air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan

yang memenuhi syarat kesehatan sebagaimana dalam PERMENKES No.

492/MENKES/PER/IV/2010 (Harianja et al., 2022).

Beberapa jenis air minum antara lain:

a) Air yang disuplai melalui pipa guna kebutuhan rumah tangga.

b) Air yang di distribusikan melalui tangka.

c) Air kemasan.

d) Air yang dipakai untuk produksi bahan makanan dan minuman yang

disajikan kepada masyarakat.

2. Sumber Air Minum

Air di konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan

aman. Berikut ini batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara

lain:

a) Bebas dari pencemaran bakteri atau bibit penyakit


b) Bebas dari bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
c) Tidak berasa serta beraroma.

d) Bisa dipergunakan memenuhi kebutuhan domestik serta


rumah tangga
e) Memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh WHO atau
Departemen Kesehatan.
Air yang diadakan oleh sistem perpipaan (PAM), air kemasan, serta

depot air minum isi ulang seluruhnya bisa mmeenuhi kebutuhan air minum

masyarakat. Tidak hanya itu, air tanah dangkal dari sumur-sumur gali atau

pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah

dimasak terlebih dahulu. Di negara-negara maju, air PAM aman untuk

langsung diminum, sedang sumber air minum lainnya harus lebih dahulu

disaring, atau melakukan flluoridasi dengan flour. Seiring berkembangnya

zaman, untuk memenuhi kebutuhan akan air minum kebanyakan masyarakat

beralih pada air minum isi ulang. Sumber air minum harus dijaga agar tidak

tercemar kotoran manusia yang merupakan sumber patogen penyebab

penyakit. Karena itu sebelum ditetapkan sebagai air minum, air harus

memenuhi persyaratan sebagai air minum, dan harus diketahui asal sumber

airnya, dan cara pengolahan yang sudah dilakukan terhadap air baku berasal

dari sumber air tersebut (Harianja et al., 2022).

3. Syarat Kualitas Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010, standar kualitas air minum adalah sebagai

berikut:
a) Persyaratan Bakteriologis

Parameter bakteriologis merupakan jumlah maksimum Escherchia

Coli atau fecal coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel.

Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk

sistem distribusi dan air pada system distribusi. Air minum tidak boleh

mengandung kuman-kuman patogen dan parasit seperti kuman-kuman

thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis. Untuk mengetahui adanya

bakteri pathogen dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap ada

tidaknya bakteri Escherchia Coli yang merupakan bakteri pencemar air.

Parameter ini terdapat pada air yang tercemar oleh tinja manusia dan

dapat menyebabkan gangguan pada manusia berupa penyakit perut

(diare) karena mengandung bakteri pathogen. Proses penghilangannya

dilakukan dengan desinfeksi.

b) Persyaratan Kimiawi

Bahan kimia dalam air minum tidak boleh ada dalam jumlah yang

melebihi batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut antara lain:

1) pH

pH air minum adalah faktor penting bagi air minum, pada pH 8,5

akan mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air minum.

2) Zat Padat Total

Total solid adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada

penguapan dan pengeringan pada suhu 103-1050C.


3) Zat Organik

Air mengandung senyawa organik yang berawal dari sumber alami

seperti tumbuh tumbuhan, (alcohol, sellulosa, gula dan pati), sintesa

(proses-proses produksi) dan fermentasi. Zat organik yang

berlebihan dalam air akan mengakibatkan timbulnya bau yang tidak

sedap.

4) Besi

Dikarenakan keberadaan besi dalam air bersifat terlarut,

menyebabkan air menjadi merah kekuning–kuningan, menimbulkan

bau amis, dan membentuk lapisan–lapisan seperti minyak. Besi

merupakan logam yang menghambat proses desinfeksi. Hal ini

disebabkan karena daya pengikat klor selain digunakan untuk

mengikat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih sedikit dan hal ini

memerlukan desinfektan yang lebih banyak pada proses pengolahan

air. Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l,

sedangkan untuk nilai ambang rasa pada kadar 2 mg/l.

5) Mangan

Di dalam air Mangan bersifat terlarut, biasanya membentuk MNO2.

jumlah mangan dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0.1

m/g. Adanya mangan yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada

benda – benda putih oleh deposit MNO2, menimbulkan rasa dan

menyebabkan warna ungu/hitam pada air minum, serta bersifat

toksik.
6) Tembaga

Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa

tidak enak pada lidah dan dapat menyebabkan gejala ginjal, munta

ber, pusing, lemah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati

dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna dan korosi pada

pipa.

7) Seng

Seng diperlukan untuk aktivitas metabolisme tubuh, tetapi jumlah

yang berlebihan bisa berbahaya. Pada air minum kandungan Zn > 3

mg/l membuat air terasa sepat dan keras, dan ketika direbus,

terbentuk endapan seperti pasir dan membuat orang muntah.

8) Klorida

Toksisitas klorida bervariasi tergantung pada kelompok kimianya.

Klorin desinfektan sering ditambahkan ke sistem air minum.

Konsentrasi klorin di atas 250 mg/l akan memberi air rasa asin dan

menimbulkan korosi pada logam..

9) Nitrit Kelemahan

Nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi

yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit.

10) Logam-Logam Berat (Pb, As, Cd, Hg, Cn)

Kanker, masalah pencernaan, masalah metabolisme oksigen, dan

perubahan jaringan saraf semuanya disebabkan oleh keberadaan


logam berat dalam air.

c) Persyaratan Fisik

Secara fisik air miunm wajib tidak terasa, tidak beraroma, serta

bening. Syarat lain yang harus dipenuhi diantaranya yaitu:

1) Bau

Bau disebabkan oleh zat dalam air seperti gas H2S, NH3,  

senyawa fenol, klorofenol dan lain – lain. Selain mengganggu

dari segi estetika, juga beberapa senyawa dapat bersifat

karsinogenik. Pengukuran secara kuantitatif bau sulit diukur karena

hasilnya terlalu subjektif.

2) Kekeruhan

Kandungan Total Suspended Solid, termasuk organik dan

anorganik, inilah yang menyebabkan kekeruhan. Sementara zat

organik berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat

anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat

organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung

perkembangannya. Kekeruhan dalam air minum tidak boleh lebih

dari 5 NTU.

3) Rasa

Air harus tidak boleh berasa. Air yang berasa dapat menunjukkan

kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut. Sebagai


contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik maupun

anorganik, sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam terlarut

dalam air.

4) Suhu

Dengan toleransi yang diperbolehkan yaitu 2500C + 300C. Suhu yang

normal mencegah terjadinya pelarutan air kimia pada pipa,

menghambat reaksi biokimia pada pipa dan mikroorganisme tidak

dapat tumbuh. Jika suhu air tinggi maka jumlah oksigen terlarut

dalam air akan berkurang juga akan meningkatkan reaksi dalam air.

5) Warna

Untuk menghindari keracuann air minum sebaiknya tidak

berwarna, bening dan jernih serta untuk alasan estetik. Air yang

telah mengandung senyawa organik seperti daun, potongan kayu,

rumput akan memperlihatkan warna kuning kecoklatan, oksida besi

akan menyebabkan warna air menjadi kemerah – merahan, dan

oksida mangan akan menyebabkan warna air kecoklatan.

d) Persyaratan Radioaktivitas

Persyaratan Radioaktif membatasi kadar maksimum aktivitas alfa

dan beta yang diperbolehkan terdapat dalam air minum. (HAKI, 2022)

4. Teknik Pengolahan

a) Metode Perebusan

Pengolahan air minum adalah upaya berhubungaan untuk


mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk

kesehatan. Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan

sifat, fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat agar

digunakan sebagai air minum. Proses ini bertujuan untuk, menurunkan

kekeruhan, mengurangi bau, rasa, dan warna serta untuk

menurunkan dan mematikan organisme (HAKI, 2022).

b) Metode Panas dan Radiasi UV

Secara keseluruhan, temuan mikrobiologis dan epidemiologis

menunjukkan bahwa desinfeksi surya air rumah tangga memiliki

kemampuan untuk meningkatkan kualitas air minum dan mengurangi

risiko penyakit diare. Karena kesederhanaannya, biaya rendah, dan hanya

membutuhkan botol minuman dan sinar matahari, desinfeksi matahari

adalah teknologi yang tepat untuk desinfeksi air rumah tangga di negara

berkembang. Teknologi radiasi UV mudah digunakan dan sangat efektif

untuk menonaktifkan mikroba dalam air minum, dan tidak

memperkenalkan bahan kimia atau menyebabkan produksi produk

sampingan desinfeksi berbahaya di dalam air (HAKI, 2022).

c) Metode Sedimentasi dan Filtrasi

1) Sedimentasi

Partikel besar serta padat, semacam pasir serta lumpur anorganik,

mikroorganisme besar, serta kuman terkait yang lain, akan mengendap

setelah terkena air selama beberapa jam Partikel tanah liat dan mikroba

yang lebih kecil tidak dapat berasosiasi di bawah kondisi ini. Waktu
pengendapan yang lebih lama, seperti semalam atau selama 1-2 hari,

akan menghilangkan mikroba yang lebih besar, termasuk telur cacing

dan beberapa parasit, ganggang, dan partikel tanah liat yang lebih besar.

Pengurangan mikroba dengan sedimentasi biasa atau pengendapan

gravitasi seringkali memiliki efek rendah dan tidak konsisten.

Pengurangan keseluruhan virus dan bakteri dengan sedimentasi jarang

melebihi 90%, tetapi pengurangan telur cacing dan beberapa protozoa

dapat melebihi 90%, terutama dengan waktu penyimpanan yang lebih

lama yaitu 1-2 hari.

2) Filtrasi

Penjernihan air dengan cara penyaringan disebut filtrasi. Bahan dan

desain peralatan filter bervariasi, tetapi lapisan pasir dan kerikil

dengan ukuran mulai dari yang paling halus sampai yang paling kasar

biasanya digunakan (HAKI, 2022).

d) Aerasi

Aerasi air sendiri sederhana, praktis, dan terjangkau, terutama jika

dilakukan secara manual di sebuah botol atau wadah lainnya. Aerasi air

seperti yang telah di praktekkan sejak zaman kuno dan diyakini untuk

meningkatkan kualitas air dengan "mempermanis" dan "melembutkan”.

Proses aerasi akan mengoksidasi dan mengendapkan besi, mangan dan

belerang tereduksi, serta mengupas bahan senyawa organik yang mudah

menguap, menghilangkan rasa dan bau. Namun, tidak ada bukti bahwa

aerasi untuk periode waktu singkat (menit) memiliki efek mengurangi


mikrobiologi secara langsung.

Aerasi akan memperkaya oksigen yang dapat menyebabkan reaksi

kimia sehingga dapat menyebabkan pengurangan mikroba (HAKI, 2022).

5. Mekanisme Penularan Penyakit Melalui Air

Bergantung pada cara penularannya, penyakit yang ditularkan melalui

udara dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok. Empat

mekanisme penularan penyakit adalah sebagai berikut (Baharuddin et al.,

2023):

a) Waterborne mechanism

Melalui mulut atau system pencernaan air, kuman pathogen dalam air

yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada

manusia. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini

antara lain cholera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan

poliometris.

b) Waterwashed mechanism

Mekanisme transmisi ini ada berhubungan dengan kebersihan umum

dan perseorangan. Ada tiga cara penularan dalam mekenisme ini

antaranya:

1) Infeksi saluran pencernaan seperti diare

2) Infeksi menyerang mata serta kulit, seperti kudis dan trachoma

3) Penyakit semacam leptospirosis yang ditularkan melalui hewan

pengerat.
c) Water-based mechanism

Dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani

sebagai siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai

intermediate host yang hidup di dalam air. misalnya skistosomiasis,

dan penyakit akibat dranuculus medinensis.

d) Water-related insect vector mechanism

Agen pemicun penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang

berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme

penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow

fever.

B. TINJAUAM UMUM DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU)

1. Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Depot air minum isi ulang merupakan salah satu jenis air minum

yang dapat langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah

melewati beberapa proses tertentu. Merebaknya peluang usaha yang

umumnya disebut sebagai depot air minum isi ulang tidak terlepas dari

krisis yang dialami masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat mencari

alternatif lain dalam membangun suatu usaha dengan biaya relatif ringan

tetapi cepat kembali modalnya, ataupun para konsumen air minum

mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari. Depot air minum isi ulang tidak

dapat disebut sebagai air minum dalam kemasan, karena pada umumnya
penjual atau produsen depot air minum isi ulang tidak memiliki kemasan

(Mairizki and Hayu, 2018).

Depot air minum isi ulang menjadi salah satu pilihan dalam

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, karena selain lebih praktis (tidak

perlu memasaknya terlebih dahulu) air minum ini juga dianggap lebih

higiene. Tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi air minum

dalam kemasan dan mahalnya harga air minum dalam kemasan yang

diproduksi industri besar mendorong tumbuhnya depot air minum isi ulang

di berbagai tempat terutama kota-kota besar. Hal tersebut antara lain dari

segi harganya lebih murah yaiu 1/3 dari harga air minum dalam kemasan

yang diproduksi resmi industri besar, akan tetapi beberapa anggota

masyarakat masih ragu akan hal kualitasnya sehingga dapat dikatakan

aman untuk dikonsumsi (Selomo et al. 2018).

2. Proses Pengolahan DAMIU (Bahan Baku, Mesin dan Peralatan)

a) Penyimpana air baku dan syarat bak penampung Air baku yang diambil

dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya

ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak

penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade) seperti

stainless stell, poly carbonat, harus bebas dari bahan-bahan yang dapat

mencemari air.

b) Penyaringan bertahap terdiri dari:

1) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan

fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-


partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica

(SiO2) minimal 80%.

2) Batok kelapa atau batubara digunakan untuk membuat filter karbon

aktif berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor, dan

bahan organic. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

3) Saringan/ filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) mikron.

c) Desinfeksi

Mikroorganisme patogen dihilangkan dengan desinfeksi. saat

desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki

atau alat pencampuran ozon (Purwanti, 2016).

3. Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi Ulang

Upaya untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat

saat ini memang sangat bervariasi dari air sumur sampai air perusahaan

daerah air minum (PDAM). Seiring dengan makin majunya teknologi

diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas manusia maka masyarakat

cenderung memilih cara yang lebih praktis dan dianggap lebih higienes

yaitu depot air minum isi ulang (DAMIU), karena depot air minum isi

ulang diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan disertai dengan

pengujian kualitas sebelum diedarkan kemasyarakat. Adapun jenis air

baku depot air minum isi ulang (Suriadi, 2016):

a) Air Tanah/ Sumur

Pengeboran digunakan untuk mengambil air tanah, yang


selanjutnya disedot menggunakan pompa air. Air ini sangat menantang

untuk dikelola karena mengandung berbagai kondisi dan polutan,

termasuk mangan, besi, nitrat, dan nitrit. Selain itu, udara sangat

tercemar oleh kuman escherchia coli yang ditemukan pada kotoran

manusia serta hewan.

b) Air PAM

Air sungai dan air tanah merupakan sumber air yang diolah oleh

Pengusaha Air Minum (PAM). Untuk membunuh mikroorganisme

berbahaya, air ini sering diolah dengan klorin. Klorin, bagaimanapun,

adalah bahan kimia yang mungkin berbahaya bagi manusia jika

tertelan.

c) Mata air/ Air Pegunungan

Air yang keluar dari mata air tanah adalah bersih. Air ini

mengalami penyaringan oleh batuan sehingga bersifat jernih dan bersih.

Air yang bersumber dari pegunungan/ mata air bersifat tawar atau tidak

berasa, karena mengandung banyak garam karbonat. Garam karbonat

bersumber dari batuan-batuan yang dilewati oleh air, seperti mineral

kalsium (Ga) dan phosphor (P).

d) PDAM

PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) adalah badan usaha milik

pemerintah yang memiliki cakupan usaha dalam pengelolaan air minum

dan pengelolaan sarana air kotor untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan, dan pelayanan

umum.

4. Regulasi Kesehatan Depot Air Minum Isi Ulang

Peraturan kesehatan DAMIU dituangkan PERMENKES RI No.

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,

dalam Permenkes ini telah diatur berupa parameter persyaratan kualitas

fisik, kimia, biologi untuk produk air minum isi ulang yang harus dipatuhi.

Contoh cemaran fisik seperti benda mati, getaran, atau suhu yang dapat

mempengaruhi kualitas air minum. Dalam pengolahan DAMIU terdapat

bahan pencemar kimia yang meliputi pengotor organik dan anorganik.

polutan mikrobiologis yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri

berbahaya, virus, kapang atau jamur.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2014 Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum Dengan Rahmat Tuhan

Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

a) bahwa masyarakat perlu dilindungi dari risiko penyakit bawaan air

akibat mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum

yang tidak memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene

sanitasi;
b) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Higiene

Sanitasi Depot Air Minum;

5. Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang

Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau

menghilangkan faktor-faktor yang menjaadi penyebab terjadinya

pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses

pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Persyaratan hygiene

sanitasi dalam pengelolaan air minum paling sedikit meliputi beberapa

aspek yaitu air baku, tempat baik itu lokasi atau bangunanya, peralatan,

proses produksi, pemeliharaan daran produksi dan program sanitasi,

karyawan dan penyimpanan (Suriadi, 2016).

Berdasarkan Permenkes R.I No.43 Tahun 2014 tentang Higiene

Sanitasi Depot Air Minum (DAM) meliputi:

a) Tempat

1) Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit.

2) Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah

pemeliharaannya.

3) Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan

cukup landai

4) Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang


terang dan cerah.

5) Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta

mempunyai ketinggian cukup.

6) Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,

pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen

7) Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan

tersebar secara merata.

8) Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.

9) Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan

dalam melakukan pekerjaan/aktivitas.

10) Memiliki akses kamar mandi dan jamban.

11) Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan

tertutup.

12) Terdapat tempat sampah yang tertutup.

13) Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan

sabun Bebas dari tikus, lalat dan kecoa.

b) Peralatan

1) Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan.

2) Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak

kadaluarsa.

3) Tandon air baku harus tertutup dan terlindung.

4) Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan pembersihan.


5) Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan

kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada depot air minum

isi ulang lebih dari 1x24 jam.

6) Melakukan system pencucian terbalik (back washing) secara

berkala mengganti tabung macro filter.

7) Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan ukuran berjenjang.

8) Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau ozonisasi

dan atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan

secara benar.

9) Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon).

10) Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup.

11) Tersedia tutup botol baru yang bersih.

c) Penjamah

1) Sehat dan bebas dari penyakit menular.

2) Tidak menjadi pembawa kuman penyakit.

3) Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani konsumen.

4) Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap

melayani konsumen.

5) Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi.

6) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu)

kali dalam setahun.

7) Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat telah

mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum.


d) Air Baku dan Air Minum

1) Bahan baku memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia

standar Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan pasok air

baku.

2) Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat

melepaskan zat-zat beracun ke dalam air/harus tara pangan.

3) Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air.

4) Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air

minum dan selama perjalanan dilakukan desinfeksi

5) Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik,

mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku mutu atau

persyaratan kualitas air minum.

6. Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang

Pengawasan adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan

dilaksanakan sesuai dengan rencana resmi dan/atau hasil yang diharapkan.

Supaya pengawasan sukses hingga manajer wajib melaksanakan aktivitas

pengecekan, pengecekan, pengcocokan, inspeksi, pengendalian serta

bermacam aksi yang sejenis dengan itu, apalagi bilamana butuh

mengendalikan serta menghindari tadinya terhadap kemungkinan-

kemungkinan terdapatnya yang bisa jadi terjadi. Pengawasan kualitas air

bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit atau gangguan

kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens kualitas air secara

berkesinambungan.

Metode pengawasan bisa berjalan efektif butuh terdapatnya sistem

yang baik daripada pengawasan tersebut. membutuhkan sebagian

ketentuan selaku berikut:

a) Bertugas memperhatikan ataupun disesuaikan dengan sifat dan

kebutuhan organisasi

b) Kemampuan memastikan kegiatan revisi (checking, reporting,

corrective action).

c) Harus luwes.

d) Memperhatikan secara khusus proses organisasi dan kondisi

lingkungan di lokasi yang akan dilakukan pemantauan.

e) Harus ekonomis dalam hubungan dengan biaya.

f) Sebelum pemantauan dimulai, juga perlu diperhatikan secara khusus

kualifikasi.

Sesuai dengan pernyataan di atas dapat pula dikemukakan hal-hal

sebagai ciri (sifat) pengawasan yang baik:

a) Pengawasan adalah “pencarian fakta”, yaitu pengawas harus

menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan

dalam organisasi.

b) Harus bersifat preventif, artinya harus dapat mencegah timbulnya

penyimpangan-penyimpangan dan penyelewenganpenyelewengan dari

rencana semula.
c) Pengawasan ditunjukan kepada masa saat ini.

d) Kontrol harus mencakup semua komponen yang diperlukan untuk

memaksimalkan efektivitas dan tidak dapat disesuaikan untuk

memenuhi tujuan.

e) Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi, pelaksanaan

pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan.

f) Pengawasan tidak dimaksudkan buat paling utama menciptakan siapa

yang salah bila terdapat ketidakberesan, hendak namun buat

menciptakan apa yang tidak betul.

g) Untuk pengawasan bersifat wajib membimbing supaya biar para

pelaksana tingkatkan kemampuannya buat melakukan tugas yang

sudah didetetapkan menurutnya.

C. TINJAUAN UMUM BAKTERIOLOGIS

1. Pengertian Bakteriologis

Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa

dilihat oleh mata langsung. Bakteri merupakan organisme yang jumlahnya

paling banyak dibandingkan maklhluk hidup lain dan tersebar luas didunia.

Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat, laut, udara dan

tempat-tempat ekstrem.

Escherichia coli adalah anggota dari keluarga bakteri coliform yang

termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Enterobacteriaceae

merupakan bakteri enterik atau bakteri yang dapat hidup dan bertahan di

dalam sistem pencernaan. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif


berbentuk batang, anaerob fakultatif, yang hidup secara alami di usus

mamalia dan tidak menghasilkan spora.

2. Faktor Pertumbuhan Bakteriologis

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi

atau masa zat suatu organisme, manusia dapat disebut tumbuh apabila

bertambah tinggi, besar atau berat. Sedangkan pada organisme bersel satu

pertumbuhan didefinisikan sebagai pertumbuhan koloni yakni jumlah

koloni yang bertambah, ukuran koloni yang semakin besar, masssa

mikroba dalam koloni semakin banyak. Definis dari Pertumbuhan mikroba

yaitu pertambahan jumlah sel pada mikroba tersebut. Definisi koloni yaitu

kumpulan dari beberapa mikroba yang mempunyai persamaan sifat seperti

bentuk, susunan permukaan.

Penyakit yang ditimbulkan oleh Escherchia Coli disebabkan karena

kemampuannya untuk beradaptasi dan bertahan pada lingkungan yang

berbeda. Ada beberapa jenis kondisi lingkungan yang tidak

menguntungkan bagi Escherchia Coli untuk dapat tetap bertahan, misalnya

lingkungan asam (pH rendah) seperti pada saluran pencernaan manusia,

perubahan suhu, serta tekanan osmotik. Kemampuan Escherchia Coli

untuk bertahan hidup selama pendinginan dan pembekuan telah terbukti

menjadikan Escherchia Coli toleran terhadap kondisi kering.

Di dalam tubuh manusia, Escherichia coli dapat bertahan hidup pada

tingkat keasaman yang ekstrim. Escherichia Coli yang ditularkan melalui

feses juga dapat hidup dan berkembang di luar tubuh manusia Kedua
habitat hidup Escherchia Coli ini cukup berlawanan. Saluran pencernaan

manusia merupakan habitat yang relatif stabil, hangat, bersifat anaerob,

dan kaya nutrisi. Sementara itu, di luar saluran pencernaan, kondisi

lingkungan dapat sangat beragam, jauh lebih dingin, aerobik, serta

kandungan nutrisi yang lebih sedikit. Escherichia coli memiliki waktu

generasi sekitar 30 sampai 87 menit bergantung pada suhu. Waktu

generasi merupakan waktu yang dibutuhkan bagi sel Escherchia Coli

untuk membelah diri menjadi dua kali lipat. Suhu optimum bagi

pertumbuhan Escherchia Coli adalah 37 ◦C denganwaktu generasi

tersingkat, yaitu selama 30 menit. Escherchia Coli juga merupakan bakteri

indikator kualitas air minum karena keberadaannya di dalam air

mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang

kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya.

Bakteri Escherchia Coli yang ada di dalam air umumnya Escherchia Coli

non-patogen tetapi terkadang ditemukan pula strain patogen seperti

enterotoksigenik dan Escherchia Coli yang memproduksi shiga-toxin

(Enterohemoragik)

Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.

Segala perubahan lingkungan dapat mempengaruhi morfologi dan fisiologi

mikroba. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh banyak faktor,

baik faktor biotik maupun faktor abiotik. Faktor biotik ada yang dari dalam

dan ada faktor biotik dari lingkungan. Faktor biotik dari dalam

menyangkut bentuk mikroorganisme, sifat mikroorganisme dalam


merespon perubahan lingkungan, kemampuan menyesuaikan diri

(adaptasi). lingkungan biotik berhubungan dengan keberadaan organisme

lain didalam lingkungan hidup mikroorganisme yang bersangkutan.

a) Suhu/temperatur

Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan

pertumbuhan mikroorganisme. Setiap bakteri memiliki temperatur optimal

dimana mereka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang temperatur

dimana mereka dapat tumbuh. Suhu untuk pertumbuhan terdiri atas suhu

minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum yaitu suhu

terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum yaitu suhu paling

baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum yaitu suhu tertinggi untuk

kehidupan mikroba.

b) pH

pH medium biakan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, untuk

pertumbuhan bakteri juga terdapat rentang pH dan pH optimal. Pada bakteri

patogen pH optimalnya 7,2 – 7,6. Meskipun medium pada awalnya

dikondisikan dengan pH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tetapi, secara

bertahap besarnya pertumbuhan akan dibatasi oleh produk metabolit yang

dihasilkan mikroorganisme tersebut. a. Asidofil, tumbuh pada kisaran pH 2-5

b. Neutrofil, tumbuh pada kisaran pH 5,5-8 c. alkalofil, tumbuh pada kisaran

pH 8,4-9,5 3. Kelembaban Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban

optimum. Mikroba dapat tumbuh pada media yang basah dan udara lembab.
Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk bakteri pada umumnya antara

0,90 sampai 0, 999.

c) Ketersediaan Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigennya mikroba dikelompokkan menjadi:

1. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.

2) Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.

3) Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen

bebas.

4) Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

d) Tekanan Osmosis

Tekanan osmosis sangat mempengaruhi bakteri. Jika tekanan osmosis

lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis

(keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membran sitoplasma). Jika tekanan

osmosis lingkungan hipotonis akan menyebabkan sel membengkak serta

mengakibatkan rusaknya sel. Oleh karena itu, dalam mempertahankan

hidupnya sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmosis yang sesuai

walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmosis

dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar. Berdasarkan tekanan osmosis

yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi: (a) mikroba osmofil adalah

mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi (b) mikroba halofil adalah

mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi (c)

mikroba halodurik adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat

mencapai 30 %.

e) Nutrisi

Nutrisi diperlukan oleh mikroba untuk sebagai sumber energi dan

pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,

hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.

Kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan

sumber karbon dan energi yang diperlukan bakteri digolongkan menjadi :

1) Khemoheterotrof : bakteri yang memerlukan bahanbahan organik seperti

protein, karbohidrat dan lipid.

2) Khemoautotrof : Golongan bakteri yang sebagian sumber karbonnya

berasal dari CO2.

3) Fototrof : Golongan bakteri yang memerlukan sumber karbon yang

seluruhnya dari CO2.

Berdasarkan Sumber Nitrogen, Sulfur dan Fosfor. Untuk menyusun

bagian-bagian sel, misalnya untuk mensintesis protein diperlukan nitrogen

dan sulfur sedangkan untuk mensintesis DNA dan RNA diperlukan nitrogen

dan fosfor.

f) Ion-Ion lain

Untuk pertumbuhannya bakteri membutuhkan unsurunsur kimia seperti

C, H, N, S, dan P. selain itu juga membutuhkan unsur mikro seperti, Zn, Fe,

dan Cu. Sedangkan logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar
rendah dapat bersifat meracun (toksin). Logam berat memiliki daya

oligodinamik yaitu daya bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain logam

berat ada juga ion-ion lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi

mikroba antara lain ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-ion ini

dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu. Oleh sebab itu ion-ion ini

dapat digunakan untuk mengawetkan suatu bahan. Ada senyawa lain yang

dapat mempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat,

dan asam sorbat.

g) Radiasi

Radiasi yang berbahaya bagi mikroorganisme yaitu radiasi pengionisasi

yang memiliki arti radiasi dari gelombang panjang yang sangat pendek dan

berenergi sehingga atom kehilangan elektron (ionisasi). Ditingkat rendah

radiasi pengionisasi dapat menyebabkan mutasi dan lama-kelamaan dapat

menyebabkan kematian.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Bakteriologis Pada

Depot Air Minum

Depot air minum isi ulang agar air minum aman digunakan upaya

untuk mengendalikan faktor resiko terjadinya kontaminasi yang berasal

dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman

dikonsumsi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam depot air minum isi

ulang, seperti:

a. Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang


Guna mencegah menjadi tempat perkembangbiakan hama dan vektor,

bangunan gedung/depot harus kuat dan kokoh, selain itu konstuksi

lantai bersih dan tidak licin, bagian yang selalu kontak dengan air

dibuat miring ke arah saluran pembungan air agar tidak membentuk

genangan air, dinding bersih permukaan yang selalu berkontak dengan

air harus kedap air agar tidak menjadi lembab, dinding berwarna terang

agar vector dan binatang pengganggu tidak bersarang karena vector dan

binatang pengganggu lebih suka di tempat yang gelap dan lembab,

pintu dapat dibuka dan ditutup dengan baik serta dapat mencegah

masuknya binatang pengganggu,ventilasi dibuat dengan baik agar ada

pertukaran udara yang baik dan tidak lembab.

b. Penjamah Depot Air Minum Isi Ulang

Guna mencegah kontak dengan sumber penyakit dan dapat

mengakibatkan pencemaran terhadap air minum Penjamah harus

dengan keadaan sehat. Setiap kali melayani konsumen Penjamah harus

berperilaku higienis dan saniter seperti mencuci tangan dengan sabun

dan air yang mengalir setiap melayani konsumen karena meskipun

tampaknya ringan dan sering disepelekan namun terbukti cukup efektif

dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan dan minuman,

pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan

menghilangan banyak mikroba yang terdapat pada tangan,

menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tidak merokok pada saat

melayani konsumen karena dapat menyebabkan pencemaran terhadap


air minum. Penjamah harus melakukan pelatihan agar memahami hal-

hal yang jika terjadi kontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus

pathogen dari tubuh, atau sumber lain ke makanan serta minuman.

c. Peralatan Depot Air Minun Isi Ulang

Guna memusnahkan kuman yang melekat pada perlengkapan yang

dipakai untuk mengisi depot air minum isi ulang. Peralatan pada depot

air minum isi ulang harus di sterilisasi terlebih dahulu dulu dengan

menggunakan ultraviolet. Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas

dan kecepatan air yang melewati penyinaran ultraviolet, sehingga air

terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya untuk air minum

kapasitas ultraviolet minimal adalah tipe 8 GPM 9galon permenit)

berarti kran pengisian depot digunakan untuk mengisi maksimal 1,5

botol per menit.

d. Sumber Air Baku

Penggunaan sumber air baku merupakan faktor utama resiko

pencemaran tergantung dari sumber air baku yang digunakan pada

depot air minum isi ulang untuk penggunaan sumber air minum isi

ulang harus diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya dan harus

terlindungi dari cemaran kimia serta mikrobiologi yang dapat

mengganggu kesehatan. Salah satu contoh dari air tanah/sumur gali

sangat menentang karena menganduing berbagai kondisi dan polutan


seperti: mangan, besi, nitar dan nitris. selain itu kuman e.coli yang

ditemukan pada kotoran hewan dan manusia.

e. Pengawasan Dinas Kesehatan

Pengawasan dinas kesehatan juga sangat penting untuk mencegah dan

mengurangi timbulnya resiko kesehatan dan untuk memelihara atau

mempertahankan kualitas air minum. Ada beberapa permasalahan yang

menghambat pengawasan terhadap depot air minum isi ulang yaitu

(Kesehatan et al., 2022):

1) Terbatasnya anggaran untuk memaksimalkan pengawasan terutama

dalam pengambilan sampel.

2) Rendahnya tingkat kesadaran pemilik depot air minum terutama

dalam menjaga lingkungannya.

3) Pemilik depot air minum isi ulang kadang tidak mau menurut.

4) Terkadang pemilik depot air minum isi ulang menolak untuk

depotnya diperiksa.

f. Bakteriologis

Air minum yang aman di konsumsi harus bebas dari cemaran mikroba,

sebagaimana diketahui bahwa koliform maupun E. coli merupakan flora

normal pada saluran pencernaan (usus besar) sehingga keberadaan

bakteri koliform dan E. coli merupakan indikator biologis pencemaran

air oleh tinja. Standar kandungan E. coli dan total bakteri koliform

dalam air minum adalah 0/100 ml sampel.


Faktor lain yang dapat menyebabkan adanya sampel air minum

dengan kandungan bakteri yang cukup tinggi yaitu terjadinya

pencemaran pada saat proses pengolahan yang kurang sempurna yaitu

proses filtrasi dan desinfesi. Desinfeksi pada depot air minum bisa

dilakukan dengan, reverse osmosis, ozon dan sinar ultraviolet (UV).

Tidak optimalnya dalam proses desinfeksi terutama pada depot yang

menggunakan sinar UV (Navratinova, Nurjazuli, Joko, 2019).

D. KERANGKA TEROI
Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3
Media transmisi Peduduk Simpul 4
Sumber penyakit
air 1.Penjamah Depot Sehat/sakit
Bakteriologis Air Baku (Air Tanah, PAM, PHBS
Mata air/Air Pegunungan,
(Escherchia Coli) PDAM)
b.Air Minum (Kemasan, isi
ulang)
sanitasi tempat
jarak sumber tercemar
lingkungan
alat produksi
filter
tandon air hasil filtrasi
kran penghubung
pompa dan pipa penyaring
mikrofilter
desinfeksi

Simpul 5
Pengawasan Dinas Kesehatan

Gambar 1

Kerangka Teori

E. KERANGKA KONSEP

Berikut gambaran kerangka konsep penelitian:

Variabel Independen

Faktor-faktor yang berhubungan


dengan keberadaan bakteriologis:

1. Sanitasi Tempat
2. Peralatan
Variabel Dependen

Keberadaan Bakteriologis
pada depot air isi ulang:
1. Escherichia Coli

Gambar 2

Kerangka Konsep

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis variabel Sanitasi tempat.

Ha: Ada hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteriologis

(Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

H0: Tidak ada hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan

bakteriologis (Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

2. Hipotesis variabel Peralatan.

Ha: Ada hubungan antara peralatan dengan keberadaan bakteriologis

(Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

H0: Tidak ada hubungan antara peralatan dengan keberadaan bakteriologis

(Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

3. Hipotesis variabel Penjamah.


Ha: Ada hubungan antara penjamah dengan keberadaan bakteriologis

(Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

H0: Tidak ada hubungan antara penjamah dengan keberadaan bakteriologis

(Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

4. Hipotesis variabel Sumber air baku.

Ha: Ada hubungan antara sumber air baku dengan keberadaan bakteriologis

(Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

H0: Tidak ada hubungan antara sumber air baku dengan keberadaan

bakteriologis (Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

5. Hipotesis variabel Pengawasan Dinas Kesehatan.

Ha: Ada hubungan antara Pengawasan Dinas Kesehatan dengan keberadaan

bakteriologis (Escherchia Coli) pada depot air minum isi ulang.

H0: Tidak ada hubungan antara Pengawasan Dinas Kesehatan dengan

keberadaan bakteriologis (Escherchia Coli) pada depot air minum isi

ulang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode pendekatan Cross-

Sectional yaitu suatu riset penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor risiko dengan dampak, pendekatan, observasional, atau pengumpulkan

informasi data. Pada penelitian ini bertujuan untuk Mengetahuai faktor-faktor

yang berhubungan dengan keberadaan bakteriologis pada depot air minum isi

ulang di kota gorontalo.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di depot air minum isi ulang yang

berada di wilayah Kota Gorontalo.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret sampai bulan mei

2023.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel independen (variabel bebas): adalah yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab variabel penelitian tersebut yaitu Sanitasi

Tempat, Peralatan, Higiene Penjamah, Sumber air baku, dan

Pengawasan dinas kesehatan.

Variabel dependen (variabel terikat): adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat yaitu keberadaan Bakteriologis (Escherichia Coli).


D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat Hasil ukur Skala


ukur
ukur
Sanitasi Lokasi tempat bebas Observasi Lembar Ordinal
Tempat pencemaran, lantai Checklist
kedap air, dinding
kedap air, ventilasi
menjamin peredaran
udara, terdapat saluran
pembuangan limbah,
bebas dari tikus dan
kecoa(permenkes
nomor 43 tahun 2014)
Peralatan Mesin dan Obeservasi Lembar Ordinal
peralatannya terbuat checklist
dari bahan tara pangan
dan dilengkapi Tangki
penampungan air
baku, ada fasilitas
pencucian, tersedia
tutup botol yang baru
dan bersih (permenkes
nomor
43 tahun 2014)
Sumber Air Air yang digunakan Observasi Lembar Ordinal
Baku sebagai sumber checklist
pengolahan pada depot
air minum isi ulang
harus memenuhi syarat
fisik, kimia dan
bakteriologis.
(permenkes nomor 43
tahun 2014)
Higiene Segala sesuatu yang Observasi Lember Ordinal
Penjamah mencakup semua dari Checklist
segi kebersihan dari
karyawan (penjamah)
dalam melakukan
proses pengolahan air
minum isi ulang
(Permenkes nomor 43
tahun 2014)
Pengawasan Pemeriksaan, Lember Kuisioner a. Tidak ada (0)
Dinas Pengamatan secara Checklist b. Ada (1)
Kesehatan langsung dan
pengambilan sampel
air termasuk pada
sumber air baku,
proses produksi,
jaringan distribusi, air
minum isi ulang. Oleh
Dinas Kesehatan
Menkes
No:907/Menkes/SK/VI
I/2002

E. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adala jumlah depot air minum isi ulang,

dengan jumlah 84 depot air minum isi ulang yang berada di Kota Gorontalo.

Sipatana 11 depot, Kota Utara 8 depot, Kota Barat 6 depot, Kota Tengah 10

depot, Kota Timur 13 depot, Kota Selatan 9 depot, Hulondaliangi 5 Depot,

Dumbo Raya 12 depot, dan dungingi 10 depot.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki populasi tersebut. Maka sampel merupakan bagian dari

populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan

cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan tertentu (Sugiono, 2017).

Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

Rumus Slovin:
N
n=
1+ N ( e)2

84
n= 2
1+84 (0,1)

84
n= =46
1,84

n=¿46

Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Besar sampel/populasi (84)
(e) 2
: Presesi/derajat kepercayaan yaitu (90% atau 0,1)

Jumlah sampel pada penelitian ini 46 depot air minum isi ulang. Teknik

sampel dalam penelitian ini digunakan dengan purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Kriteria inklusif:

a) Lokasi depot air minum isi ulang berada di daerah Pemukiman elit

b) Lokasi depot berada di daerah Pemukiman kumuh

c) Metode pengolahan air: Ozonisasi, ultraviolet, Reverse Osmosis.

d) Sumber air baku berasal dari air PAM, PDAM, dan air sumur (sumur bor atau

sumur gali).

e) Lama berdiri depot minimal 3 tahun.

Kriteria eksklusif:

Bersedia dijadikan sampel penelitian dengan persetujuan informed concent.

B. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat bantu yang digunakan pada

pengumpulan data yaitu Kuesioner, Lembar Observasi, Alat tulis, dan Kamera.

C. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ukuran cermat suatu tes melakukan fungsinya.

prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrument dalam mengumpulkan data.

2. Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas maka selanjutnya melakukan uji

reliabilitas. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tapi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan.

D. JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Primer

Data primer berasal dari data yang diperoleh langsung dari responden

menggunakan Lembar observasi dan kuisioner dalam penelitian.

2. Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan langsung dari hasil

observasi lapangan dengan menghitung jumlah depot air minum yang berada

di Wilayah Kota Gorontalo.

E. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk


menganalisis data yang sudah diperoleh setelah melakukan penelitian.

Adapun langkah-langkah pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut

(HAKI, 2022):

a) Editing

Langkah ini untuk memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner

b) Coding

Memberikan kode_kode tertentu pada jawaban yang ada untuk

mempermudah pengolahan.

c) Entry

Memasukkan data untuk diolah menggunakan computer

d) Tabulating

Mengelompokan data seseuai variabel yang akan diteliti guna

memudahkan analisi data.

e) Cleaning (Pembersih Data)

Merupakan kegiatan mengecekkan kembali data yang sudah dientry

apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Analisis data penelitian terdiri dari data Analisi Unvariat dan Analisis

Bivariate:

a) Analisis Univariat

Analisis Univariat yaitu analisis yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan dari masing masing variabel, baik


variabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden. Analisis

univariat dilakukan terhadap Hygiene sanitasi DAM (depor air minum)

dengan menggambarkan variabel penelitian yaitu Sanitasi Tempat,

Peralatan, Higiene Penjamah, Sumber air baku, dan Pengawasan Dinas

Kesehatan Kota Gorontalo.

b) Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mneguji hubungan variabel bebas

dan variabel terikat dengan uji statistic chi square (X2) untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara masing masing variabel bebas dengan

variabel terikat. Uji chi square dilakukan dengan menggunakan bantuan

perangkat lunak berbentuk computer dengan tingkat signifikan p> 0,05.

F. ETIKA PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengajukan surat lolos etik

(Ethical Cleareanve) di Jurusan Sanitasi Lingkungan, setelah mendapatkan surat

lolos kaji etik, selanjutnya dilaksanakan penelitian di depot air minum isi ulang di

Kota Gorontalo.

1) Peneliti perlu memperhatikan hak subjek untuk memperoleh informasi

terbuka terkait proses penelitian, sera memiliki kebebasan menentukan

pilihan dan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian tanpa paksaan

(otonomy).

2) Menghargai privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality). Dalam penerapannya, peneliti tidak boleh

menampilkan informasi tentang nama subjek dan alamat asal dalam


kuesioner atau alat ukur apapun untuk menjaga kerahasian atas subjek.

3) Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness). Penelitian

dilakukan dengan jujur, hati-hati dan professional. Penelitian harus

memperhatikan faktor faktor seperti keakuratan, kecermatan, serta spikologi

subjek penelitian.

4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits). Peneliti melakukan penelitian sesuai prosedur

penelitian untuk memperoleh hasil yang maksimal yang bermanfaat bagi

subjek penelitian dan dapat di generalisasikan pada tingkat populasi peneliti

harus meminimalkan dampak yang merugikan bagi subjek.

G. TAHAPAN PENELITIAN

Pembuatan Surat Pengambilan Data


Awal

Survei Pendahuluan

Seminar Proposal

Penelitian

Hasil Penelitian

Pengolahan Data

Kesimpulan

Gambar 3.1

Tahapan Penelitian
Keterangan:

1. Pembuatan Surat Pengambilan Data Awal

Pembuatan Surat pengambilan data awal adalah pembuatan surat izin untuk

untuk pengambilan data awal dan meminta data  untuk kebutuhan dalam

Penelitian.

2. Survei Pendahuluan

Survei Pendahuluan yaitu  adalah survai yang dilakukan pada awal pekerjaan

dilokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai

bagian penting bahan kajian teknis dan bahan untuk pekerjaan selanjutnya.

3. Seminar Proposal

Seminar Proposal atau sering dikenal sebagai sebutan Sempro adalah bagian

dari tahapan lanjutan untuk mempresentasikan rencana skripsi yang akan

dikerjakan oleh mahasiswa.

4. Penelitian

untuk memecahkan masalah atau menguji hipotesis.

5. Hasil Penelitian

pengkajian ulang terhadap validitas hasil penelitian. Pembahasan hasil

penelitian dapat dijelaskan sebagai pemikiran asli peneliti untuk memberikan

penjelasan dan interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisis guna

menjawab pertanyaan pada penelitiannya.


6. Pengolahan Data

proses mengumpulkan data penelitian dan mengubahnya menjadi informasi

yang dapat digunakan oleh banyak pemangku kepentingan.

7. Kesimpulan

pernyataan yang dikemukakan oleh peneliti secara keseluruhan riset yang

telah dilakukan dengan mempertimbangkan hasil, latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, serta landasan teori yang dipergunakan.

H. JADWAL PENELITIAN

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Keterangan Waktu
Desember Januari Februari Maret April Mei
2022 2023 2023 2023 2023 2023
Pengambilan data awal
Penyusunan proposal,
konsultasi pembimbing
dan ujian proposal
Penelitian
Pengolahan dan analisis
data
Seminar hasil dan
Skripsi
I. BIAYA PENELITIAN

Tabel 3.3 Biaya Penelitian


Keperluan Biaya
No Uraian Keperluan Harga Jumlah Harga
Jumlah
Satuan
1. Transport Lokal 4 kali Rp. 50.000 Rp. 200.000
2. Administrasi
a. ATK 1 Paket Rp. 25.000 Rp. 25.000
b. Penggandaan Kuesioner dan 150 Rp. 500 Rp. 75.000
Leaflet
c. Kertas A4 biasa 4 rim Rp. 45.000 Rp. 180.000
d. Kertas A4 Gold 1 rim Rp. 60.000 Rp. 60.000
e. Tinta 3 botol Rp. 33.000 Rp. 99.000
f. Pengolahan Data 1 kali Rp. 100.000 Rp. 100.000
4. Pemaparan Proposal 1 paket Rp. 150.000 Rp. 150.000
5. Pemaparan Seminar Hasil Skripsi 1 paket Rp. 150.000 Rp. 150.000
6. Finishing Hasil Skripsi 1 paket Rp. 200.000 Rp. 200.000
Total Jumlah Biaya Rp. 1.239.000
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusatb Statistik (BPS) Tahun 2022. Data Sumber Air Minum Rumah
Tangga Indonesia.

Badan Pusatb Statistik (BPS) Tahun 2022. Data Sumber Air Minum Rumah
Tangga Provisi Gorontalo.

Baharuddin, A., Ap, K. A. R. A., & Multazam, A. (2023). Cemaran Bakteri E .


Coli dan Hygiene Sanitasi Pada Air Minum Isi Ulang ( AMIU ) di Masa
Pandemic Covid-19 Tingginya minat masyarakat terhadap AMIU ( Air
Minum Isi Ulang ) khususnya untuk pengisian kembali telah mendorong
pendirian depot-depot AMIU di berb. Jurnal Kesehatan, 6(1), 20–29.

HAKI, D. (2022). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan bakteri


Escherechia coli pada air minum isi ulang di kecamatan akabiluru
kabupaten 50 kota. In SKRIPSI KESEHATAN.

Harianja, E. S., Sipayung, A. D., Purba, S. D., & Tengku Indah Abdilla. (2022).
Pemeliharaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan Depot Air Minum Isi
Ulang dengan Kontaminasi Escherichia coli Pada Air Minum. Sanitasi:
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 15(2), 88–96.

Hi Adam, H., Azizah, R., Keman, S., & Leonita, A. (2023). Analisis Hubungan
Sanitasi Tempat Dan Alat Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli
Pada Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu) Di Indonesia. Jurnal
Kesehatan, 16(1), 67–72.

Kesehatan, D., Air, D., & Isi, M. (2022). EFEKTIVITAS DINAS KESEHATAN
DALAM MENGAWASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI
KABUPATEN TAKALAR Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan yang begitu penting
terutama bagi tubuh manusia karena lebih dari setengah tub. Alauddin Law
Development Journal (ALDEV, 4(736), 38–49.

Navratinova,S., Nurjazuli.,T. Joko. 2019. Hubungan Desinfeksi Sinar Ultraviolet


(Uv) Dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Pada Depot Air Minum
Isi Ulang (Damiu) (Studi Di Kecamatan Pontianak Selatan Kota
Pontianak). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 412–420.

Purwanti, S. (2016). Efektivitas Proses Pengolahan Pada Depot Air Minum Di


Kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan. IDENTIFIKASI: Jurnal
Ilmiah Keselamatan

Putra, I. B. A. B. (2016). Kandungan bakteriologis, flourida pada air minum isi


ulang dan evaluasi pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum di
wilayah Kecamatan Denpasar Barat pada tahun 2016. Universitas
Udayana, 88. Rosyiah, I., & Banowati, L. (2020). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kualitas Air Minum Secara Bakteriologis Pada
Depot Air Minum. Jurnal Kesehatan, 8(1), 907–915.

Sasmita, H., Somantri, U. W., Nurkhalizah, E. S., & Ariyadi, B. (2020).


Hubungan Hygiene Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli
Pada Depot Air Minum Isi Ulang ( Damiu ) Dikecamatan Cimanuk Dan
Cipeucang Kabupaten Pandeglang 2020. Jurnal Bahana Kesehatan
Masyarakat, 4(2), 55–61.

Selomo M, Natsir MF, Birawida AB, Nurhaedah S. Hygiene dan Sanitasi Depot
Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
Mandar. J Nas Ilmu Kesehat. 2018;1:1-11.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Suriadi, 2016. Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kualitas Bakteriologis Depot


Air Minum (DAM) di Kabupaten Balangan.

Anda mungkin juga menyukai