Anda di halaman 1dari 46

PERBANDINGAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA

PERMANEN MURID SEKOLAH DASAR YANG


MENGONSUMSI AIR ASAM DAN AIR PDAM

Tinjauan Murid Sekolah Dasar Yang Mengonsumsi Air Asam Pada


Lahan Sulfat Masam Di Kecamatan Jejangkit Dan Air PDAM Di
Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala

Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan oleh
Dina Fajriati
I1D110034

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

April, 2013
Usulan Penelitian/KTI 1 oleh Dina Fajriati
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 10 April 2013

Dewan Penguji
Ketua (Pembimbing Utama)

Dr. drg. Rosihan Adhani, S.Sos, M.S

Anggota (Pembimbing Pendamping)

drg. Didit Aspriyanto

Anggota

drg. Priyawan Rachmadi, PhD

Anggota

Drs. H. Eko Suhartono, M.Si

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Air ..................................................................................... 6

B. Air Minum ........................................................................ 6

C. Air PDAM.......................................................................... 7

D. Kemasaman Tanah di Lahan Sulfat Masam ..................... 8

E. Karies Karies Gigi ............................................................. 10

F. Proses Terjadinya Karies Gigi .......................................... 14

G. Gigi Molar Pertama Permanen ......................................... 14

iii
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ................................................................ 17

B. Hipotesis .......................................................................... 19

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ......................................................... 21

B. Populasi dan Sampel .......................................................... 21

C. Instrumen Penelitian .......................................................... 22

D. Variabel Penelitian ............................................................. 23

E. Definisi Operasional .......................................................... 23

F. Prosedur Penelitian ............................................................ 23

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................... 24

H. Cara Analisis Data ............................................................. 24

I. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 25

J. Biaya Penelitian ................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter uji kimia pada kualitas air minum .................................. 7

2.2 Parameter kualitas Air PDAM Barito Kuala ................................... 8

4.1 Jadwal Penelitian ............................................................................. 25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Atas .............. 15

2.2 Morfologi Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Bawah ........... 16

3.1 Kerangka Teori ............................................................................. 19

3.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 20

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan

2. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

3. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

4. Lembar Penilaian Karies Gigi Molar Pertama Permanen

5. Lembar Wawancara

6. Lembar Tabel Analisis Data

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pem-

bangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (1).

Faktor-faktor yang menentukan status atau derajat kesehatan masyarakat yaitu

penduduk, lingkungan, perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan. Dalam

mengatasi masalah kesehatan faktor tersebut perlu mendapat perhatian serta

penanganan sebagai kesatua. Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai

derajat optimal (hidup sehat), upaya dibidang kesehatan perlu mendapat perhatian

(2).

Kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia perlu diperhatikan.

Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit

tebanyak yang tersebar di berbagai wilayah (3). Dari tahun ke tahun terjadi

kenaikan angka prevalensi kejadian karies gigi pada penduduk Indonesia, tahun

1995 sebesar 63% menjadi 90% pada 2011 (4).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan indeks DMF-

T Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 6,83 meliputi komponen D-T 1,31,

komponen M-T 5,52 dan komponen F-T 0,12. Hal ini berarti rerata jumlah

kerusakan per orang adalah 6,83 gigi meliputi 1,31 gigi yang berlubang, 5,52 gigi

1
2

yang dicabut dan 0,12 gigi yang di tumpat. Prevalensi karies aktif di

Provinsi Kalimantan Selatan 49,3%, Barito Kuala merupakan salah satu

kabupaten dengan prevalensi pengalaman karies gigi lebih tinggi dari angka

provinsi (5).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal)

meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami setiap orang dan dapat timbul pada

satu permukaan gigi atau lebih dari gigi, misal : dari email ke dentin atau pulpa

(6).

Karies gigi dapat terjadi kerena adanya empat faktor penyebab yang saling

mempengaruhi yaitu gigi dan saliva sebagai tuan rumah (host), mikroorganisme,

substrat, dan waktu. Karies baru dapat terjadi jika keempat faktor tersebut ada dan

saling berinteraksi (7). Selain faktor langsung yang terdapat di dalam mulut, ada

juga faktor tidak langsung seperti makanan, usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, tingkat ekonomi, dan lingkungan (8).

Selain faktor-faktor diatas, air yang dikonsumsi juga dapat menyebabkan

kerusakan gigi apabila tidak memenuhi kriteria. Kualitas air yang digunakan

sebagai air minum harus memenuhi persyaratan fisik, persyaratan kimia dan

persyaratan mikrobiologis. Derajat keasaman air minum harus netral. Air yang

mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air alam yang terasa asam yaitu

air gambut (9).

Karakteristik air asam pada lahan sulfat masam kurang memenuhi syarat

untuk penyediaan air minum. Kondisi ini juga kurang menguntungkan dari segi

kesehatan. Kadar asam (pH) yang rendah dapat menyebabkan kerusakan gigi (10).
3

Gigi molar pertama permanen adalah gigi ke-enam dari garis median. Pada

umumnya gigi ini adalah gigi paling besar dari semua gigi, fungsinya untuk

mengunyah makanan. Gigi permanen ini yang paling awal erupsi dalam rongga

mulut (11). Menurut MacDonald (1988), berdasarkan waktu erupsi gigi-gigi

permanen, gigi molar pertama permanen baik di rahang atas maupun bawah

termasuk jenis gigi yang paling awal berhubungan dengan rongga mulut sehingga

kemungkinan untuk terserang karies lebih dulu dibandingkan dengan lainnya (12).

Kehilangan gigi molar pertama permanen yang disebabkan karies memberikan

dampak negatif pada oklusal gigi, kemiringan pada gigi yang berada pada sisi

mesial dan distal, pergeseran garis tengah, dan maloklusi gigi (13).

SD Kecamatan Jejangkit terletak di Kabupaten Barito Kuala. Kabupaten

Barito Kuala diapit oleh dua buah sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai

Kapuas, hal ini sangat mempengaruhi tata air yang ada di wilayah kabupaten ini.

Kapasitas pengairan alam melalui anak-anak sungai kecil sehingga terbentuk

tanah rawa (gambut) yang sifat keasamannya antara pH 3,5-4,5. Kegiatan mandi,

cuci, dan kebutuhan lainnya dilakukan di sungai. Air yang dikonsumsi berasal

dari air bersih diolah dari air tanah. Sebagian besar penduduk bekerja dibidang

pertanian (14).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti:

1. Pemeriksaan terhadap 15 murid kelas IV SDN Jejangkit Muara 2, 14 orang

gigi molar pertama sudah terserang karies, hanya satu orang yang tidak karies.

Dalam studi pendahuluan juga ditemukan warna gigi murid ke-15 orang

semuanya berwarna kuning sampai kecoklat-coklatan.


4

2. Peneliti juga dalam studi pendahuluan mengambil sampel air di sungai

Kecamatan Jejangkit, dan diuji di Laboratorium PDAM Bandarmasih di

Banjarmasin, tingkat keasamannya cukup tinggi yaitu pH air 3,5.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pengaruh air gambut terhadap karies gigi molar pertama permanen

murid SD Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan karies gigi molar pertama permanen murid SD

yang mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam di Kecamatan Jejangkit

dengan murid SD yang mengonsumsi PDAM di Kecamatan Alalak Kabupaten

Barito Kuala?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum :

Menurunkan tingkat keparahan karies gigi masayarakat di Kabupaten Barito

Kuala.

Tujuan khusus :

1. Mengetahui indeks karies gigi molar pertama permanen pada murid SD

yang mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam di Kecamatan

Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.

2. Mengetahui indeks karies gigi molar pertama permanen pada murid SD

yang mengonsumsi air PDAM di Kecamatan Alalak Kabupaten Barito

Kuala.
5

3. Mengetahui perbedaan karies gigi molar pertama permanen pada murid

Sekolah Dasar yang mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam di

Kecamatan Jejangkit dan air PDAM di Kecamatan Alalak Kabupaten

Barito Kuala.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan referensi

perpustakaan untuk Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat dan memberikan informasi kepada dinas

kesehatan sehingga menjadi bahan masukan program kesehatan untuk mengatasi

kesehatan gigi dan mulut khususnya pada masyarakat yang tinggal dan

mengonsumsi air asam di lahan sulfat masam.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan untuk instansi

terkait agar membuat program kebijakan yang tepat pada masyarakat yang tinggal

di daerah gambut khususnya dalam penyediaan air PDAM serta sebagai bahan

referensi penelitian bagi calon peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki peranan

penting dalam kehidupan. Air yang digunakan sebagai sumber air minum harus

memiliki kualitas yang baik, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 429/MENKES/PER/2010 tentang persyaratan kualitas air minum

dimana air minum tersebut dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan

fisika,mikrobiologi,kimiawi,dan radioaktif(15).

B. Air Minum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.492/MENKES/PER/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui

proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum

sebaiknya memenuhi persyaratan fisik, persyaratan kimia dan persyaratan

mikrobiologis (9).

1. Syarat Fisik

Syarat fisik air minum yang sehat adalah air yang tidak berwarna,

temperaturnya sama dengan temperatur udara (20o-26o C), rasanya tawar,dan tidak

mengandung zat padat sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

6
7

2. Syarat Mikrobiologis

Air minum yang sehat harus bebas dari bakteri patogen maupun

nonpatogen. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologis

adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara

mikrobiologi hanya dapat diketahui melalui test pada air tesebut (15).

3. Syarat Kimia

Kualitas air minum yang baik jika memenuhi syarat kimia seperti pH air

harus netral, tidak mengandung bahan kimia yang beracun,tidak mengandung

garam atau ion-ion logam, dan kesadahan rendah.

Tabel 2.1 Parameter uji kimia pada kualitas air minum berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19
April 2010

Parameter kimiawi Satuan Kadar


maksimum yang
diperbolehkan
1) Aluminium mg/L 0,2
2) Besi (Fe) mg/L 0,3
3) Kesadahan mg/L 500
4) Khlorida (Cl) mg/L 250
5) Mangan mg/L 0,4
6) pH (Keasaman) mg/L 6,5-8,5
7) Seng mg/L 3
8) Sulfat mg/L 250
9) Tembaga (Fu) mg/L 2
10) Ammonia mg/L 1,5

C. Air PDAM

PDAM merupakan perusahaan yang memenuhi kebutuhan air bersih untuk

masyarakat. PDAM dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan air


8

bersih yang layak dikonsumsi. PDAM mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 429/MENKES/PER/2010 tentang persyaratan

kualitas air minum (16). Air minum PDAM harus memenuhi persyaratan fisika,

mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif (9).

Tabel 2.2 Parameter kualitas air minum PDAM Barito Kuala dengan Air Baku
Sungai Barito (1) dan Air Baku Sungai Martapura (2) tahun 2011
berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.5 tahun 2007
tentang Baku mutu air sungai

Parameter Satuan Kadar Max Menurut SK Hasil Analisa


Gubernur No. 5 Tahun 2007
I II III IV 1 2
BAKTERIOLOGIS
E.Coli Jml/100 100 1000
mL
Total Bakteri Jml/100 1000 5000
Coliform mL

KIMIA
Kromium mg/L 0,05 0,05 0,05 0,1
Nitrat (NO3) mg/L 10 10 20 20
Nitrit (NO2) mg/L 0,06 0,06 0,06 - 0,004 0,002
Ammonia mg/L 0,5 0,5 - - 0,68 0,44
Aluminium mg/L 0,2 - - - 0,14 0,17
Khlorida (Cl) mg/L 600 - - - 0,00 0,00
Kesadahan mg/L 500 - - - 36,04 58,06
Besi mg/L 0,3 - - - 1,30 1,66
pH mg/L 6-9 6-9 6-9 6-9 6,7 7,0
Sulfat mg/L 400 - - - 0 22

Fisik
Warna Pt-Co - - - - 267 225
Kekeruhan NTU - - - - 55,4 52,0

D. Kemasaman Tanah di Lahan Sulfat Masam

Luas lahan sulfat masam di dunia di taksir antara 12-19 juta hektar. Sigi

(survey) tanah terbaru memperkirakan luas lahan sulfat masam di dunia sekitar 24
9

juta hektar. Berdasarkan data kompilasi data dari berbagai sumber diperkirakan

luas lahan sulfat masam di dunia yaitu 19,35 juta hektar, diantaranya 10 juta

hektar berada di kawasan tropika (17).

Lahan sulfat masam di Indonesia tersebar meliputi daerah sepanjang

pantai timur dan utara Pulau Sumatra, pantai selatan dan timur Pulau Kalimantan,

pantai barat dan timur Pulau Sulawesi,dan pantai selatan Pulau Papua (17).

Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik (pirit) di

dalam kedalaman <50 cm atau sulfurik di dalam kedalaman <120. Bahan sulfurik

adalah sumber kemasaman tanah apabila bahan ini teroksidasi dan menghasilkan

kondisi sangat masam. Dent (1986) mengemukakan tingginya kemasaman tanah

menyebabkan meningkatnya kelarutan unsur beracun seperti Al, Fe dan Mn (17).

Lahan sulfat masam terbentuk pada lahan pasang surut dengan endapan

atau fluvio marin. Ciri utama endapan marin adalah adanya lapisan tanah yang

mengandung pirit (FeS2). Dalam aerobik, pirit menjadi tidak stabil karena

bereaksi dengan oksigen udara. Reaksi oksidasi pirit dengan oksigen berjalan

lambat dan dipercepat oleh adanya bakteri Thiobacillus ferrooxidans. Seluruh

reaksinya digambarkan sebagai berikut:

FeS2 + 15/4O2 + 7/2 H2O Fe(OH)3 + 2SO42- + 4H+


Pirit oksigen besi-III (koloidal) asam sulfat

Dihasilkannnya besi-III koloidal dam asam sulfat yang terlarut menjadi ion

sulfat dan melimpahnya ion H+ mengakibatkan pH tanah turun dari netral-agak

alkalis (pH 5,5-6,5) menjadi masam ekstrim (pH 1,3-<3,5) (18).

Pengamatan secara visual pada sifat fisik air lahan sulfat masam sepintas

tidak menunjukkan bermasalah karena antara lain bersifat bening atau jernih,
10

tetapi apabila di uji (cukup dengan lidah) akan terasa sangat masam (17). Air yang

mengandung besi tidak baik di konsumsi dalam rumah tangga, karena dapat

menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselen dan alat-alat lainnya serta

menimbulkan rasa yang tidak enak untuk air minum. Besi (Fe) diperlukan oleh

tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali

disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (18).

Air minum yang banyak mengandung kadar besi (Fe), jika dikonsumsi

dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama

kesehatan gigi. Air dengan kadar besi yang tinggi dapat menyebabkan pengikisan

pada gigi dan menyebabkan karies gigi.Pada penelitian glass dkk (1973)

menyatakan, bahwa air minum mengandung unsur besi yang tinggi maka angka

karies akan tinggi. (19).

E. Karies Gigi

1. Definisi Karies Gigi

Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,dentin dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapat diragikan (20). Karies gigi merupakan suatu proses

demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar

gigi yang dapat dicegah (21).

Karies gigi merupakan penyakit paling banyak diderita anak-anak maupun

orang dewasa. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia kritis karena

terjadi transisi dari gigi susu ke gigi permanen. Mekanismeterjadinya karies gigi

dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Sukrosa dari sisa-sisa makanan
11

dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat

yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5). Hal ini menyebabkan

demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (22).

2. Faktor Etiologi Karies Gigi

Karies gigi dapat terjadi karena adanya empat faktor internalyang saling

mempengaruhi yaitu gigi dan saliva sebagai tuan rumah (host), mikroorganisme,

substrat, dan waktu. Karies baru dapat terjadi jika keempat faktor tersebut ada dan

saling berinteraksi (7).

Host (gigi dan saliva). Dalam proses terjadinya karies, kualitas struktur

gigi dan saliva merupakan faktor tuan rumah yang perlu diperhatiakan. Pit dan

fisur gigi posterior merupakan daerah yang rentan terhadap karies karena sisa-sisa

makanan dan bakteri mudah tertumpuk, terutama pada pit dan fisur yang dalam.

Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah

melekat dan bentuk lengkung gigi yang tidak teratur dengan gigi berjejal

mempermudah dalam perkembangan karies gigi (23).

Saliva. Fungsi saliva adalah sebagai buffer,pembersih, anti pelarut, dan

antibakteri (21). pH saliva merupakan salah satu komponen yang memberikan

kontribusi terhadap pH mulut.Saliva berperan dalam membersihkan rongga mulut

dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang

biak (21).

Mikroorganisme (plak). Proses terjadinya karies gigi, karena adanya

fermentasi dari sisa-sisa makanan di dalam rongga mulut oleh mikroorganisme

pembentuk asam yang terdapat di dalam plak maupun dalam saliva. Beberapa

mikroorganisme terlibat dalam proses pembentukan karies gigi yaitu


12

Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Lactobacillus acidophilus,

Actinomyces viscosus (25). Streptococcus mutans memiliki peran utama dalam

proses karies gigi karena bakteri tersebut dapat melekat baik ke permukaan gigi

dan menghasilkan asam yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis bakteri

lain. Bakteri juga dapat bertahan lebih baik dari bakteri lain pada lingkungan asam

dan memproduksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa (26).

Substrat. Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak

karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada

permukaan email. Beberapajenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH

plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH

yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi

permukaan gigi dan proses karies dimulai (20).

Waktu. Menurut Suwelo (1993) pengertian waktu disini adalah kecepatan

terbentuknya karies pada gigi, serta lama dan frekuensi substratmenempel pada

permukaan gigi (24).

Karies gigi merupakan penyakit kronis, kerusakan berjalan dalam periode

bulan atau tahun. Rata-rata kecepatan karies gigi tetap yang diamati di klinik

adalah ± 6 bulan, dan kecepatan karies gigi sulung lebih tinggi dari gigi tetap (27).

Selain ke-empat faktor internal di atas, terdapat juga faktor-faktor

eksternal yang berpengaruh terhadap pembentukan karies yang mungkin tidak

sama pada semua orang. Faktor-faktor tesebut yaitu:


13

Jenis Kelamin. Prevalensi karies gigi permanen pada wanita lebih tinggi

dibandingkan pria. Hal ini disebabkan gigi anak perempuan erupsi lebih cepat

dibandingkan anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan lebih lama

berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies (27).

Usia. Penelitian epidemiologi menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

karies sejalan dengan bertambahnya umur (27).

Letak Geografis. Perbedaan prevalensi karies juga ditemukan pada

penduduk yang letak geografis atau kediamannya berbeda. Faktor ini tergantung

dengan air minum yang mengandung fluor pada daerah yang yang ditempati.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan fluor sekitar 1 ppm dalam

air minum akan berpengaruh terhadap penurunan karies (27).

Kultur Sosial Penduduk. Menurut Suwelo (1993),perilaku sosial dan

kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah karies. Penelitian pada SKRT

(2001) menyebutkan bahwa 75% masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah

pernah mengalami karies gigi. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan

dengan masyarakat yang berstatus sosial ekonomi tinggi (20).

Kesadaran, Sikap dan Perilaku Indivudu terhadap Kesehatan Gigi.

Fase perkembangan anak umur dibawah lima tahun masih sangat tergantung pada

pemeliharaan dan bantuan orang tua khususnya peran dari ibu. Demikian juga

keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usia prasekolah masih sangat ditentukan

oleh kesadaran,sikap, dan perilaku serta pendidikan ibu (27).


14

F. Proses Terjadinya Karies Gigi

Menurut Dreizen (1976) proses terjadinya karies gigi, karena adanya

fermentasi sisa-sisa makanan di dalam rongga mulut oleh mikroorganisme

pembentuk asam yang terdapat di dalam plak maupun saliva. Asam yang

terbentuk akan melepaskan ion hidrogen kemudian bereaksi dengan kristal apatit,

sehingga kristal apatit menjadi tidak stabil dan akhirnya menghancurkan lapisan

email. Dengan hancurnya lapisan email, penetrasi mikroorganisme akan mudah

masuk ke dentin melalui serat-serat odontoblas, sehingga terjadi dekalsifikasi

dentin (25).

Beberapa mikroorganisme terlibat dalam proses pembentukan karies gigi,

di antaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Lactobacillus

acidophilus, Actinomyces viscosus (25). Streptococcus mutans merupakan

kelompok utama bakteri yang terlibat dalam awal terjadinya demineralisasi

email. Fermentasi karbohidrat yang terus menerus menyebabkan pertumbuhan

Streptococcus mutans yang cepat, dan meningkatnya produksi asam organik,

peningkatan matriks polisakarida ekstraseluler dan perubahan relatif pada

komponen mikroflora yang dapat meningkatkan resiko karies gigi (23).

G. Gigi Molar Pertama Permanen

Gigi molar pertama permanen adalah gigi ke-enam dari garis median.

Jumlah gigi ini ada empat. Pada umumnya gigi ini adalah gigi paling besar dari

semua gigi, fungsinya untuk mengunyah makanan. Gigi permanen yang paling

awal erupsi dalam rongga mulut. Gigi ini erupsi pada umur enam tahun. Gigi ini
15

terdiri dari molar pertama permanen rahang atas dan molar permanen rahang

bawah (11).

1. Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Atas

Gambar 2.1 Morfologi Gigi Molar Permanen Rahang Atas

Gigi ini adalah gigi ke-enam dari garis median di rahang atas. Pada

umumnya gigi ini adalah gigi yang terbesar di rahang atas. Dilihat dari oklusal

gigi ini mempunyai 4 cusp dan 1 cusp tambahan disebut cusp ke-lima atau cusp

carabelli. Cusp terakhir ini terletak di bagian palatal dari cusp mesio-palatal yang

terbesar, sehingga tidak terdapat terlihat. Dilihat dari bukal, cusp mesio bukal

lebih lebar daripada cusp daripada cusp disto-bukal. Secara normal gigi ini

mempunyai tiga akar yang tumbuh baik dan jelas terpisah apeksnya (28).Mesial,

hampir datar ke segala arah. Distal, permukaan distal menyerupai mesial tetapi

lebih cembung, dan lebih pendek dari occlusocervical (29).


16

2. Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Bawah

Gambar 2.2 Morfologi Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Bawah

Gigi molar pertama rahang bawah adalah gigi ke-enam dari garis median.

Pada umumnya gigi ini adalah gigi terbesar di rahang bawah. Dilihat dari oklusal

gigi ini mempunyai lima cusp yang tumbuh baik yaitu: dua cusp bukal (cusp

mesio-bukal, cusp disto-bukal) distal cusp dan dua cusp lingual (cusp mesio-

lingual dan disto-lingual) (28). Dilihat dari bukal, cembung ke segala arah.

Lingual, lebih kecil dari bukal. Mesial, cusp bukal lebih rata dari cusp lingual.

Distal, cembung ke segala arah. Lebih kecil di daerah dari mesial (29).

Mempunyai dua akar, satu dimesial dan satu di distal, dan pada apeksnya saling

terpisah.

Kehilangan gigi molar pertama permanen yang disebabkan karies

memberikan dampak negatif pada oklusal gigi, kemiringan pada gigi yang berada

pada sisi mesial dan distal, pergeseran garis tengah, dan maloklusi gigi (13).
BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Karies gigi seperti yang didefinisikan oleh Newbrun (1978) adalah proses

patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email terus

dentin (20). Menurut Kidd dan Bechal (1991) karies gigi merupakan suatu

penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan

aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang di ragikan (28).

Menurut Suwelo (1993) ada empat faktor di dalam rongga mulutyang

berhubungan langsung dengan karies gigi yaitu host yang terdiri dari gigi dan

saliva, mikroorganisme,substrat, dan waktu.Selain faktor langsung terdapat juga

faktor tidak langsung yang berhubungan dengan terbentuknya karies gigi, antara

lain usia, jenis kelamin,kultur sosial dan geografis (20).

Perbedaan prevalensi karies gigi juga ditemukan pada penduduk yang

geografis letak kediamannya berbeda. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini

salah satunya air. Sudah jelas dan telah banyak dibuktikan bahwa kandungan flour

sekitar 1 ppm dalam air akan berpengaruh terhadap penurunan karies gigi (20).

Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik (pirit) di

dalam kedalaman <50 cm atau sulfurik di dalam kedalaman <120. Bahan sulfurik

adalah sumber kemasaman tanah apabila bahan ini teroksidasi dan menghasilkan

17
18

kondisi sangat masam. Dent (1986) mengemukakan tingginya kemasaman

tanah menyebabkan meningkatnya kelarutan unsur beracun seperti Al, Fe dan Mn

(18).

Air minum yang banyak mengandung kadar besi (Fe), jika dikonsumsi

dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama

kesehatan gigi. Air dengan kadar besi yang tinggi dapat menyebabkan pengikisan

pada gigi dan menyebabkan karies gigi (19).

Air bersifat asam (pH<7) mengakibatkan demineralisasi enamel.

Demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatit gigi merupakan komponen

utama enamel akibat proses kimia. Reaksi kimia perlepasan ion kalsium dari

enamel gigi dalam medium yang bersifat asam,yaitu pada pH 4,5 sampai 6.

Semakin asam air minum semakin tinggi laju reaksi perlepasan ion kalsium dari

enamel gigi (29).

Menurut Itjingningsih (1996) gigi molar pertama permanen memiliki

banyak fit dan fisur (30). Fisur oklusal dan pit bukal merupakan daerah yang

mudah terbentuknya karies gigi,karena ukurannya yang sangat kecil, daerah ini

secara anatomis terlindung dari bulu sikat gigi.

Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka teori dan kerangka konsep

penelitian disajikan di bawah ini :

.
19

Faktor Internal:
1. Host
2. Mikroorganisme
3. Substrat Karies Gigi
4. Waktu

Faktor Eksternal:

1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Kultur Sosial
4. Kesadaran Sikap, Perilaku
individu terhadap Kesehatan
Gigi

Geografis (Sumber Air Minum) Air Asam Pada


Lahan Sulfat
Masam

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Teori

B. Hipotesis

Terdapat perbedaan bermakna pada karies gigi molar pertama permanen

murid yang mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam dengan murid yang

mengonsumsi air PDAM.


20

Murid SD IV, V, IV

Konsumsi Air Asam Konsumsi Air


pada Lahan sulfat PDAM
masam

Karies gigi molar Karies gigi molar


pertama permanen pertama permanen
50 murid 50 murid

Hasil Penelitian:

1. Indeks karies gigi molar pertama permanen

2. Perbedaan karies gigi molar permanen pada murid yang


mengonsumsi air asam dengan murid yang mengonsumsi
air PDAM

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Perbandingan Karies Gigi Molar Pertama


Permanen Murid Sekolah Dasar Yang Mengonsumsi Air Asam dan
Air PDAM
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian survey

analitik secara cross sectional karena kasus yang terjadi pada objek penelitian

diukur dalam waktu bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan pada murid SD kelas IV, V, dan VI di dua

kecamatan yang berbeda yaitu satu kecamatan dengan murid yang mengonsumsi

air asam pada lahan sulfat masam dan satu kecamatan dengan murid yang

mengonsumsi air PDAM.

Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD kelas IV, V, dan VIyang

mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam di Kecamatan Jejangkit dan yang

mengonsumsi air PDAM di Kecamatan Alalak. Pengambilan sampel pada

penelitian ini dengan cara Porposive Sampling yaitu pengambilan sampel bukan

secara random atau acak yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri.

Dalam penelitian Kausal-Perbandingan, sampel minimal 30 orang (Frankel

dan Wallen,1993; 90). Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil dari SDN

Jejangkit Muara 1, SDN Jejangkit Muara 2, dan SDN Cahaya Baru sebesar 50

orang dengan pembanding 50 orang murid SDN Handil Bakti.

21
22

Kriteria inklusi yang digunakan sebagai berikut:

1. Murid kelas 4, 5, dan 6 bertempat tinggal dan bersekolah di Kecamatan

Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.

2. Murid kelas 4, 5, dan 6 bertempat tinggal dan bersekolah di Kecamatan Alalak

Kabupaten Barito Kuala

3. Murid yang mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam minimal 3 tahun

sampai penelitian dilaksanakan.

4. Murid yang mengonsumsi air PDAM minimal 3 tahun sampai penelitian

dilaksanakan

5. Molar pertama permanen sudah erupsi.

6. Kooperatif.

Kriteria eksklusi yang digunakan pada penelitian ini yaitu murid yang tidak

kooperatif.

C. Instrumen Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah: Alkohol 70%, kapas, tissue,

pasta gigi dan air mineral.

Alat penelitian yang digunakan yaitu: kaca mulut, sonde half moon,

neerbacken, sikat gigi, sarung tangan, masker, senter, lembar penilaian karies gigi

molar pertama permanen, alat tulis, handuk kecil, dan lap putih.

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas pada penelitian ini adalah murid SD Kecamatan Jejangkit

Kabupaten Barito Kuala yang mengonsumsi air asam pada lahan sulfat masam

dan murid SD Kecamatan Alalak yang mengosumsi air PDAM.


23

Variabel terikat karies gigi molar pertama permanen.

E. Definisi Operasional

1. Air asam pada lahan sulfat masam adalah air dengan pH 3,5 dan kadar besi

3,16 mg/L yang dikonsumsi setiap hari minimal selama tiga tahun oleh murid

SD Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.

2. Air PDAM adalah air minum yang distribusi oleh PDAM Barito Kuala dan

dikonsumsi setiap hari selama tiga tahun oleh murid SD Kecamatan Alalak

Kabupaten Barito Kuala.

3. Gigi molar pertama permanen adalah gigi molar permanen yang pertama kali

erupsi. Berjumlah empat gigi, dua di rahang atas, dua di rahang bawah.

4. Karies gigi molar pertama permanen adalah gigi berlubang pada molar

pertama permanen yang diperiksa menggunakan sonde halfmoon dan kaca

mulut.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Jejangkit Muara 1, SDN Jejangkit Muara

2, SDN Cahaya Baru, dan SDN Handil Bakti. Tahap pertama peneliti membuat

surat ijin penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Surat diserahkan ke Dinas Pendidikan Barito Kuala. Kunjungan pertama ke

tempat penelitian dengan membawa surat ijin penelitian dan menjelaskan tujuan

dan cara pelaksanaan penelitian. Kemudian pengumpulan data jumlah murid

kelas IV, V, IV, SDN Jejangkit Muara 1, SDN Jejangkit Muara 2, SDN Cahaya

Baru, dan SDN Handil Bakti. Peneliti mendatangi SDN Cahaya Baru, SDN

Jejangkit Muara 1, SDN Jejangkit Muara 2, dan SDN Handil Bakti. Tahap awal
24

pelaksanaan dilakukan pemeriksaan karies gigi pada ke-empat gigi molar pertama

permanen, dan dilanjutkan wawancara pada murid. Kemudian melakukan

pemeriksaan pada lingkungan (tanah dan air) di Kecamatan Jejangkit. Tahap akhir

pengambilan sampel air asam pada lahan sulfat masam dan air PDAM kemudian

dilakukan uji lab.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data sekunder diperoleh dari Laboratorium PDAM Bandarmasih pada

hasil uji lab parameter air asam pada lahan sulfat masam di Kecamatan Jejangkit.

Data primer diperoleh langsung oleh peneliti pada hasil pemeriksaan

karies gigi molar pertama permanen. Data yang diperoleh dimasukkan dalam

tabel.

H. Cara Analisis Data

Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas, apabila data normal dapat

dilakukan uji T tidak bepasangan, apabila data tidak normal dilakukan

transformasi data dan dianalisa dengan uji Mann-Whitney.


25

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2013 di SDN

Jejangkit Muara 1, SDN Jejangkit Muara 2, SDN Cahaya Baru dan SDN Handil

Bakti.

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Kegiatan Penelitian Waktu Penelitian


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studi Pendahuluan X

Penyusunan Proposal X X X

Konsultasi X X X X X X X X X X X X

Seminar KTI I X X

Penelitian X X X

Pengolahan Data X

Seminar KTI II X X

Laporan X

J. Biaya Penelitian

Pembelian sonde halfmoon( sepuluh buah) : Rp. 100.000,00

Pembelian kaca mulut (sepuluh buah) : Rp. 100.000,00

Pembelian alkohol 70% : Rp. 25.000,00

Pembelian kapas steril : Rp. 20.000,00

Pembelian masker : Rp. 25.000,00

Pembelian handscoon : Rp. 25.000,00


26

Pengadaan informed consent : Rp. 10.000,00

Pengadaan lembar pemeriksaan : Rp. 20.000,00

Air mineral : Rp. 50.000,00

Pencetakan dan penjilidan proposal : Rp. 100.000,00

Rp. 475.000,00
Daftar Pustaka

1. Anonymous. Undang-undang tahun 2009 tentang kesehatan & undang-undang


R.I. No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Bandung:Citra Buana. 2010.

2. Ilmi. Efektivitas fluoridasi terhadap kejadian karies gigi murid sekolah dasar
di Kota Banjarmasin tahun 2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad ArsyadAl – Banjary. Banjarmasin.
Indonesia. 2005;1.

3. Mikail,B., &Candra, A.90 Persen anak sd di Bangka sakit gigi.Oktober 4,


2011.(http://health.kompas.com/read/2011/09/20/09005592/90.Persen.Anak.SD.di.
Bangka.Sakit.Gigi diakses 1 maret 2013).

4. Dewanti. Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan


perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 4
Depok. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Indonesia. 2012; 1.

5. Anonymous. Laporan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Provinsi


Kalimantan Selatan Tahun 2007.Departemen Kesehatan Republik Indonesia
.Jakarta. Indonesia. 2009;117

6. Utami,NK. Indeks DMF-T pada murid-murid Madrasah Ibtidaiyah (MI)


Muhammadiyah Martapura tahun 2010.Artikel Penelitian. Jurnal Skala
Kesehatan Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Banjarmasin. Indonesia.
2010;1(2)

7. Lestari,S dan Gusti AI .Gambaran status kesehatan gigi pada tunanetra di


Panti Sosial Bina Netra ‘Tan Miyat’ Bekasi Timur.Jurnal Ilmiah dan
Teknologi Kedokteran Gigi. FKG UPDM. Jakarta. Indonesia. 2011;8 (2) : 28-
31

8. Utami NK, Hidayati S, dan Muafiro A. Efektivitas pelayanan asuhan


kesehatan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di SDN Sei Besar
Banjarbaru Kalimantan Selatan. Buletin Penelitian RSUD Dr Soetomo 2008;
12 (2) : 56-57

9. Astriningrum,Y. Analisis kandungan ion fluorida pada sampel air tanah dan
air PAM secara spektrofotometri. Skripsi. Program Studi Farmasi.Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Indonesia. Jakarta.
Indonesia. 2011;11

10. Samosir,A. Pengaruh tawas dan diatomea (diatomaceous eart) dalam proses
pengolahan air gambut dengan metode elektrokoagulagi. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sunmatera Utara.
Medan. Indonesia. 2009;19

11. Anthonie,A. Analisis karies gigi molar pertama permanen ditinjau dari faktor
luar pada murid di SDN Kandang Cut Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Aceh. dari
(http://akbaranthonie.blogspot.com/2013/02/analisis-karies-gigi-molar-pertama.html
Diakses 13 Maret 2013)

12. Togoo RA, Yaseen SM, Zakirulla, Al Garni F, Khoraj AL, and Meer A.
Prevalence of first permanen molar caries among 7-10 years old school going
boys in Abha City, Saudi Arabia. Jurnal of Internasional Oral Health 2011; 3
(5): 27-29.

13. Ebrahimi M, Ajami BA, Shirazi ARS, Aghaee MA, and Rashidi S. Dental
treatment need of first molar in mashhad schoolchildren. JODDD 2010; 4 (2):
52-53.

14. User,S. Geografis. Februari 5, 2013. (http://v6.baritokualakab.go.id/index.php/


selayang-pandang/profile/geografis, diakses 1 Maret 2013)

15. Lestari,Yuniar,Suharti N,Wandriel R. Kualitas air minum yang diproduksi


depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan
persyaratan mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas. Pauh. Indonesia.2012;1
(3)

16. Agustina, Dian V. Analisa kinerja distribusi air bersih PDAM Kecamatan
Banyumanik di perumnas Banyumanik. Tesis 2010; (online),
(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://eprints.undip.ac.id/1
5472/1/Dian_Vita_Agustina.pdf), diakses 5 Mei 2013).

17. Noor,M. Lahan Rawa sifat dan pengelolaan tanah bermasalah sulfat masam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

18. Diah, Setyorini & Subiksa IGM. Pemanfaatan fosfat alam untuk lahan sulfat
masam. Badan Litbang Pertanian 2009; (online),
(http://balittanah.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article
&id=461:masam&catid=61:artikel-coba&Itemid=258, diakses 5 Mei 2013).

19. Nornaningsih. Perbedaan indeks DMF-T antara konsumsi air minum sumur
dan sungai pada masyarakat usia 12-13 tahun di RT.IV Kota Besi Hilir
Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah. Karya Tulis Ilmiah.
Poltekkes Banjarmasin. Banjarbaru.2012

20. Warni,L. Hubungan perilaku murid SD Kelas V dan VI pada kesehatan gigi
dan mulut terhadap status karies gigi di Wilayah Kecamatan Delitua
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Tesis. Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Medan. Indonesia .2009

21. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Majalah
Kedokteran Gigi 2005; 38: 130-134

22. Paula J. M. The role of diet and nutrition in the etiology and preventation of
oral diseases. Bulletin of the World Health Organization, 2005; 83 : 695.

23. Atmanda NP. Indek def-t dan DMF-T pada siswa tuna rungu di SLB B Nergi
Cicendo Bandung. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Padjadjaran: Bandung,
Indonesia. 2011;10-11.

24. Jamil, AJ. Hubungan antar kebiasaan mengkonsumsi jajanan dengan


pengalaman karies pada gigi susu anak usia 4-6 Tahun di TK Medan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara. Medan. Indonesia. 2011.

25. Satria B, Sutadi H, dan Mangundjaja S. The differences level of CFU of


mutans streptococci in saliva of schoolchildren during fasting and non-fasting.
Department of Pediatric Dentistry and Department of Oral Biology Faculty of
Dentistry Universitas Indonesia: Jakarta, Indonesia. 2009; 2-3.

26. Simanjuntak,K.M Carolin. Hubungan saliva dengan resiko karies pada siswa
kelas X SMK Negri 9 Medan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara. Medan. Indonesia. 2009.

27. Suwelo,I. Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etiologinya, EGC.
Jakarta.Indonesia.1993;16

28. W.H,I. Anatomi gigi.EGC. Jakarta. Indonesia. 1995, hal 121-127.

29. Army US. Dental anatomy and physiology, subcourse MD0501, Edition 200,
Survival Medical Manual. Amazon Digital Services. US, 2010, p. 24-25.

30. Kidd, EAM, and Bechal, SJ. Dasar-dasar karies, penyakit dan
penanggulangannya. Alih Bahasa Narlan Sumawinata & Safrida Faruk.
Jakarta: EGC. 1992
31. Prasetyo, Edhie A. Kemasaman minuman ringan menurunkan kekerasan
permukaan gigi. Jurnal Kedokteran Gigi 2005; (online), vol 38, No, 2
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-04.pdf diakses diakses 13 Maret
2013).

32. Yusril,Heru SK. Tenik sampling untuk penelitian kesehatan.Graha Ilmu.2009


LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN

MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya mahasiswi Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin, akan melakukan penelitian dengan judul :

Perbandingan Karies Gigi Molar Pertama Permanen Murid Sekolah Dasar

Yang Mengonsumsi Air Asam dan Air PDAM.

Manfaat dari penelitian ini untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang

kedokteran gigi, agar masyarakat umum lebih memperhatikan kebersihan rongga

mulut khususnya pada masyarakat yang mengonsumsi air gambut.

Untuk keperluan di atas, saya mohon kesediaannya untuk menjadi subjek

penelitian yang saya lakukan. Sebagai bukti kesediaan menjadi subjek dalam

penelitian ini, saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan yang

telah saya sediakan

Atas bantuan dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, .........................2013

Hormat Saya,

Dina Fajriati
Lampiran 3. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN


MENJADI SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Pekerjaan :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi subjek dalam penelitian
Nama : Dina Fajriati
NIM : I1D110034
Judul Penelitian : Perbandingan karies gigi molar pertama permanen murid

Sekolah Dasar yang mengonsumsi air asam dan air PDAM.

Setelah saya mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini maka saya
menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini secara
sukarela karena saya menyadari sepenuhnya manfaat penenlitian ini terhadap ilmu
pengetahuan. Saya tidak akan menuntut apapun kepada pihak-pihak yang terlibat
langsung dalam penenlitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.

Banjarmasin, ...............2013

Peneliti Subjek Penelitian

Dina Fajriati
NIM.I1D110034
Lampiran 4. Lembar penilaian karies gigi molar pertama permanen.

LEMBAR PENILAIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN

Nama :

Kelas :

Sekolah :

Petunjuk Pengisian:

Memberi tanda (+) pada setiap kolom kuadran gigi molar pertama yang terdapat karies

Memberi tanda (√) pada setiap kolom kuadran gigi molar pertama yang terdapat tumpatan

Memberi tanda (x) pada setiap kolom kuadran gigi molar pertama yang telah dicabut

16 26
46 36
Lampiran 5. Lembar Wawancara

KUESIONER

Nama Sekolah :

Nama/Kelas :

Umur :

Tanggal Wawancara :

Waktu Wawancara :

1. Berapa lama adik tinggal di Kecamatan Alalak?

a. Sejak lahir – sampai sekarang

b. Sejak kelas 1 SD – sampai sekarang

c. Dan lain-lain ....

2. Dari mana orang tua adik memperoleh sumber air minum ?

a. Air PDAM (ledeng)

b. Air galon

c. Air sungai

d. Dan lain-lain....

3. Berapa gelas adik minum dalam satu hari ?

a. 2 gelas

b. 3 gelas

c. 4 gelas

d. Dan lain-lain ....

4. Menurut adik, bagaimana rasa air yang pernah adik minum ?


a. Asin

b. Asam (kalat)

c. Manis

d. Tawar (hambar)

e. Basa (hanta)

f. Dan lain-lain .....

5. Apakah adik pernah dibawa orangtua ke dokter gigi/puskesmas untuk memeriksa

gigi ?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

6. Apakah di sekolah adik pernah melaksanakan pemeriksaan gigi ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

7. Apakah di sekolah adik pernah melaksanakan acara sikat gigi bersama ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

8. Menurut adik, makanan apa yang paling mungkin menyebabkan gigi berlubang ?

a. Bayam

b. Coklat, permen

c. Semangka

d. Semua benar, jika setelah makan tidak segera dibersihkan

9. Menurut adik, minuman apa yang paling mungkin menyebabkan gigi berlubang ?

a. Susu

b. Air putih

c. Jus jeruk

d. Semua benar, jika setelah minum tidak segera dibersihkan


10. Menurut adik, bagaimana rasa air yang paling mungkin menyebabkan gigi

berlubang?

a. Manis

b. Asam (kalat)

c. Tidak ada rasa (hambar)

d. Tidak tahu

11. Berapa kali sehari sebaiknya adik menyikat gigi ?

a. Satu kali di pagi hari

b. Dua kali ( pagi dan malam hari)

c. Setiap setelah makan

d. Malam sebelum tidur

12. Apakah adik menggunakan pasta gigi untuk menyikat gigi ?

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

13. Berapa banyak pasta gigi yang sebaiknya digunakan adik untuk menyikat gigi ?

a. Seukuran biji jagung

b. Seukuran biji rambutan

c. Seukuran biji lombok (sedikit saja)

(a) (b) (c)


Lampiran 6. Tabel Analisis Data

Test Normality

Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Score ansietas air asam .000 000 .000
air PDAM .000 000 .000

Hasil Uji Test Tidak Berpasangan

n Rerata + s.b p
Air asam 0 0 <0,001
Air PDAM 0 0

Anda mungkin juga menyukai