Anda di halaman 1dari 86

PERBANDINGAN INDEKS KARIES

BERDASARKAN PARAMETER KIMIAWI


AIR SUNGAI DAN AIR PDAM PADA LAHAN BASAH
BANJARMASIN

Tinjauan pada Murid Kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin


dan Kecamatan Kuin Banjarmasin

Skripsi
Diajukan guna untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Nadia
I1D114275

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

Januari, 2018
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah digunakan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarmasin, Januari 2018

Nadia

ii
iii
ABSTRAK

PERBANDINGAN INDEKS KARIES BERDASARKAN PARAMETER


KIMIAWI AIR SUNGAI DAN AIR PDAM PADA LAHAN BASAH
BANJARMASIN

Tinjauan pada Murid Kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dan


Kecamatan Kuin Banjarmasin

Nadia

Latar belakang: Masyarakat yang berada di lahan basah Kecamatan Kuin


Banjarmasin sebagian besar masih menggunakan air sungai untuk menyikat gigi.
Berdasarkan kandungan parameter kimiawi air yaitu pH, fluor dan kalsium,
karakteristik air sungai lahan basah tidak layak digunakan untuk menyikat gigi,
karena dapat menyebabkan terjadinya karies. Tujuan: Menganalisis perbandingan
indeks karies pada murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi
menggunakan air sungai dan air PDAM pada lahan basah di Kecamatan Kuin
Banjarmasin berdasarkan parameter kimiawi. Metode: Penelitian ini menggunakan
metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dan
sampel diambil dengan teknik simple random sampling, besar responden sebanyak
136 murid yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 68 murid yang menyikat gigi
menggunakan air sungai dan 68 murid yang menyikat gigi menggunakan air
PDAM. Sampel air sungai dan air PDAM diambil sesuai alamat murid tinggal.
Hasil: Uji Mann-Whitney pada murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai
dan air PDAM didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), hasil tersebut menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna pada murid yang menyikat gigi menggunakan
air sungai dan air PDAM. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan bahwa indeks karies murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai
lebih tinggi dibandingkan murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM
dilihat berdasarkan parameter kimiawi.

Kata-kata kunci: Lahan basah, air sungai, air PDAM, parameter kimiawi.

iv
ABSTRACT

THE COMPARISON OF DENTAL CARIES BASED ON WATER


CHEMICAL PARAMETER IN RIVER AND PDAM ON BANJARMASIN
WETLAND

Review of seventh grade students of SMPN 15 Banjarmasin and


Kuin District Banjarmasin

Nadia

Background: The people in the wetlands area of Kuin Banjarmasin mostly still
use river water to brush their teeth. Based on water chemical parameters which are
pH, fluorine and calcium, wetlands water is not feasible to be used for
toothbrushing, because it can cause dental caries. Purpose: To analyze the
comparison of dental caries index on seventh grade students of SMPN 15
Banjarmasin who brushed their teeth using river water and PDAM water in Kuin
Banjarmasin based on chemical parameters. Methods: This research use analytic
observational method with cross sectional approach. Respondents and samples
were taken by simple random sampling technique, the respondents were 136
students divided into 2 groups: 68 students who brushed their teeth using river
water and 68 students who brushed their teeth using PDAM water. Sample of river
water and PDAM water is taken according to student's address. Results: The
Mann-Whitney test in students who brushed their teeth using river water and PDAM
water obtained p = 0,000 (p <0.05), the results showed that there was a significant
difference in students who brushed their teeth using river water and PDAM water.
Conclusion: Based on the result of the research, it can be concluded that the caries
index of students who brush their teeth using river water is higher than students
who brush their teeth using PDAM water viewed based on chemical parameters.

Keywords: Wetlands, river water, PDAM water, chemical parameters.

v
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN INDEKS

KARIES GIGI (DMF-T) BERDASARKAN PARAMETER KIMIAWI AIR

SUNGAI DAN AIR PDAM DI KECAMATAN KUIN BANJARMASIN”, tepat

pada waktunya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat

sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Dr. drg. H. Rosihan Adhani, S.Sos, MS yang

telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

Ketua Program Studi Kedokteran Gigi drg. Dewi Puspitasari yang telah

memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

Kedua dosen pembimbing drg. H. Widodo, M.M, M.Kes dan drg. H. Isnur

Hatta, MAP yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam peneyelesaian

skripsi ini.

Kedua dosen penguji Dr. Drg. H. Rosihan Adhani, S.Sos, MS dan Hj. Lisda

Hayatie, S.Ked, M.Kes yang memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini

menjadi semakin baik.

Ucapan terimakasih tidak terhingga kepada kedua orang tua penulis H.

Supriansyah S.H dan Hj. Yusta Jelita yang senantiasa memberi dukungan berupa

vi
semangat, material dan doa. Terimakasih kepada adik-adik tercinta Muya Al Barid,

Faza Al Ghoni dan Aghnia Syahjeta beserta seluruh keluarga besar yang selalu

memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Rekan penelitian, serta semua pihak atas sumbangan pikiran dan bantuan yang

telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, Januari 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR………..………………………...……... iii

ABSTRAK…………………………………………………………………….. iv

ABSTRACT……………………………………………………………………. v

UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

1.3.1. Tujuan Umum .................................................................. 4

1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

2.1. Indeks Karies ............................................................................... 6

2.1.1. Definisi Indeks Karies…………………………………... 6

viii
2.1.2. Pencatatan dan Pengukuran Indeks Karies……………... 6

1. Pencatatan Indeks Karies..………………………………. 6

2. Pengukuran Indeks Karies..……………………………... 7

2.1.3. Klasifikasi Tingkat Keparahan Indeks Karies..…………. 8

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Tinggi Rendahnya Indeks

Karies.. …………………………………………………. 8

1. Perilaku ...……………………………………………… 8

2. Lingkungan…………………………………………….. 8

3. Pelayanan Kesehatan …………..…………………….... 9

4. Keturunan …………………………………………..…. 9

2.2. Air……………………………………………………………… 9

2.2.1 Parameter Air…………………………………………… 10

1. Parameter Fisika……………………………………….. 10

2. Parameter Mikrobiologi………………………………... 10

3. Parameter Kimiawi…………………………………….. 10

2.2.2. Parameter Kimiawi yang Berpengaruh Terhadap Host… 11

1. pH ……………………………………………………… 11

2. Fluor……………………………………………………. 12

3. Kalsium………………………………………………… 12

2.2.3. Mekanisme Pengaruh dari Kandungan Parameter Kimiawi

Terhadap Host ……………………………………...….. 13

2.3. Sumber Air…………………………………………………...… 14

2.4. Lahan Basah di Banjarmasin……………………………..…… 16

ix
2.5. Fungsi Sungai Bagi Masyarakat Kuin Banjarmasin dan Letak

Geografis SMPN 15 Banjarmasin …………………………….. 17

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS………………………………………………………... 18

3.1. Kerangka Teori Penelitian…………………………………….. 18

3.1.1. Kerangka Konseptual Penelitian……………………………. 19

3.1.2. Penjelasan Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual …….. 20

3.1.3. Hipotesis…………………………………………………….. 22

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN ......................................... 23

4.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 23

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel…………… 23

4.2.1. Populasi……………………………………………………… 23

4.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel…………………… 23

4.3. Variabel Penelitian……………………………………………… 25

4.3.1. Definisi Operasional ................................................................. 25

4.4. Instrument Penelitian ................................................................... 27

4.4.1. Bahan Penelitian…………………………………….……….. 27

4.4.2. Alat Penelitian……………………………………………... 27

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 28

1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 28

2. Waktu Penelitian ..................................................................... 29

4.6. Prosedur Penelitian ...................................................................... 29

x
4.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 33

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN……………………………….…… 34

5.1. Data Penelitian…………………………………………………. 34

5.2. Analisis dan Hasil Penelitian…………………………………… 36

BAB 6 PEMBAHASAN…………………………………..…………………… 39

BAB 7 PENUTUP…………………………….…………………………...…… 44

7.1. Kesimpulan……………………………………………………... 43

7.2. Saran……………………………………………………………. 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Parameter uji kimia pada kualitas air minum ............................................ 11

2.2. Parameter kualitas Air PDAM Bandarmasih.............................................. 15

5.1. Hasil pemeriksaan indeks karies gigi pada murid kelas 1 SMPN 15
Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan yang
menyikat gigi menggunakan air PDAM………………………………… 35

5.2. Rata-rata kandungan parameter kimiawi (pH, fluor dan kalsium) air sungai
dan air PDAM……………………………………………………….…… 36

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Kerangka Teori Penelitian………………………………………..... 18

3.1.1. Kerangka Konseptual Penelitian ……………….……………….. 19

4.1. Skema Alur Penelitian Indeks DMF-T murid SMPN 15


Banjarmasin………………………………………………………... 31

4.2. Skema Alur Penelitian Kandungan Parameter Kimiawi Air Sungai


dan Air PDAM di Laboratorium…...…………………………….… 32

5.1. Diagram indeks DMF-T murid yang menyikat gigi meggunakan air
sungai dan murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM…... 35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Permohonan Izin Penelitian

2. Surat Pemberian Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

4. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

5. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian (Informed Consent)

6. Lembar Pengisian Kuesioner

7. Lembar Penilaian Indeks DMF-T

8. Hasil Uji Laboratorium kandungan Parameter Kimiawi Air

9. Tabel Hasil Uji Statistik

10. Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat

mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Penyakit gigi dan mulut diderita 90%

penduduk Indonesia yang mana merupakan sepuluh besar penyakit terbanyak di

berbagai wilayah. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita oleh penduduk

Indonesia ialah karies gigi, dengan indeks DMF-T sebesar 4,6 yang berarti

kerusakan gigi penduduk Indonesia sebesar 460 buah gigi per 100 orang (Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013; Rosdewi, 2015).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan

indeks DMF-T Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 7,2, yang berarti jumlah rata-

rata kerusakan gigi penduduk Kalimantan Selatan sebesar 720 buah gigi per 100

orang. Komponen D-T 2,2 yaitu gigi berlubang, komponen M-T 5,0 yaitu gigi yang

dicabut dan komponen F-T 0,11 yaitu gigi yang ditumpat. Angka tersebut

menunjukan tingkat kerusakan gigi di Provinsi Kalimantan Selatan sangat tinggi

dan merupakan urutan kedua tertinggi setelah Provinsi Bangka Belitung yang

menjadi urutan pertama tertinggi dengan indeks DMF-T 8,5. Menurut WHO, anak

kelompok usia 12 tahun menjadi indikator utama dalam kriteria pengukuran karies

gigi, dimana usia tersebut merupakan usia tumbuhnya gigi permanen dan

merupakan akhir periode gigi bercampur. Hasil riskesdas tahun 2007, di Provinsi

1
2

Kalimantan Selatan anak kelompok usia 12 tahun menunjukan prevalensi karies

aktif sebanyak (50,7%) dan prevalensi pengalaman karies sebanyak (84,7%) (Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan tahun 2013).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, mulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproximal)

sampai meluas kearah pulpa. Tandanya ialah adanya demineralisasi jaringan

keras gigi yang diikuti oleh kerusakan komponen organiknya, sehingga

berakibat terjadinya infeksi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran

infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Menurut teori

asidogenik, Miller menyatakan bahwa karies gigi adalah proses kemoparasiter yang

terdiri atas dua tahap, yaitu dekalsifikasi email dan dekalsifikasi dentin oleh asam

yang dihasilkan bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat. Menurut

teori ini, yang berperan dalam proses pembentukan karies adalah karbohidrat,

mikroorganisme, asam, dan plak gigi. Karies gigi dapat terjadi kerena adanya empat

faktor penyebab yang saling mempengaruhi yaitu gigi dan saliva sebagai tuan

rumah (host), mikroorganisme, substrat, dan waktu. Karies baru dapat terjadi jika

keempat faktor tersebut ada dan saling berinteraksi. Faktor tidak langsung karies

seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, dan

geografis seperti sumber air yang digunakan juga mempengaruhi (Sumini dkk,

2014; Widayati, 2014; Miller, 1890).

Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Pemanfaatan air

pada aktivitas sehari-hari sangatlah beragam seperti penggunaan air di bidang

pertanian, industri, rumah tangga, transportasi dan lain-lain. Penggunaan air yang
3

utama bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Sumber air utama yang umumnya

di gunakan manusia untuk keperluan sehari-hari seperti air permukaan (sungai,

danau), air tanah (sumur) dan air yang di peroleh melalui proses pengolahan oleh

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) (Adhani dkk, 2015).

Kualitas air yang digunakan sebagai air minum harus memenuhi persyaratan

fisik, persyaratan kimiawi, dan persyaratan mikrobiologi. Parameter fisika air

terdiri dari suhu, warna, rasa, dan bau. Parameter kimiawi terdiri dari pH, fluor,

BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO

(Oxygen Demand), ammonia (NH3N), kalsium (Ca), besi (Fe), fosfat, seng (Zn),

magnesium (Mg), sulfat, khlorida (Cl), nitrat (NO 3N), nitrit (NO2N) dan logam

berat (air raksa (Hg), tembaga (Cu), arsen (As), chromium, cadmium (Cd), timbal).

Sedangkan parameter mikrobiologi dilihat dari total coliform. Beberapa parameter

kimiawi yang diduga berpengaruh terhadap kesehatan gigi, antara lain unsur

keasaman (pH), fluor, dan kalsium (Agustira dkk, 2013; Tatangindatu dkk, 2013;

Sofarini dkk, 2012).

Lahan basah merupakan wilayah-wilayah yang lingkungannya jenuh air, seperti

rawa-rawa dan gambut, baik permanen maupun temporer. Banjarmasin dikenal

dengan kota seribu sungai, air sungai yang mengalir di kota Banjarmasin banyak

dialiri oleh air yang berasal dari lahan gambut dan rawa-rawa dari lingkungan

sekitar sungai. Banyaknya air rawa yang mengalir ke sungai menyebabkan air

berisifat asam (Adhani dkk, 2015).


4

Kuin merupakan kecamatan yang terletak dipinggiran kota Banjarmasin.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, didapatkan bahwa sungai tidak

dapat dipisahkan dari berbagai aktivitas masyarakat yang tinggal di daerah aliran

sungai Kuin, seperti mandi, mencuci, mengonsumsi, berkumur, termasuk menyikat

gigi dengan air sungai. Berangkat dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk

meneliti “Perbandingan Indeks Karies Berdasarkan Parameter Kimiawi Air Sungai

dan Air PDAM pada Lahan Basah di Banjarmasin”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penelitian ini, maka rumusan

masalah dalam usulan penelitian ini adalah bagaimana perbandingan indeks karies

murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai

dan air PDAM dilihat berdasarkan kandungan parameter kimiawi air pada lahan

basah di Banjarmasin?.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Menganalisis perbandingan indeks karies pada murid kelas 1 SMPN 15

Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM pada

lahan basah di Kecamatan Kuin Banjarmasin berdasarkan parameter kimiawi.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengukur jumlah kandungan pH, fluor, kalsium air sungai dan air PDAM

pada lahan basah di Kecamatan Kuin Banjarmasin.


5

2. Mengetahui indeks karies murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang

menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM pada lahan basah

di Kecamatan Kuin Banjarmasin.

3. Menganalisis perbandingan indeks karies pada murid kelas 1 SMPN 15

Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM

berdasarkan jumlah kandungan pH, fluor, kalsium.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan pada

ilmu kedokteran gigi khususnya sebagai bahan referensi bagi calon peneliti

selanjutnya terkait dengan pembahasan tentang perbandingan indeks karies murid

kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air

PDAM berdasarkan parameter kimiawi pada lahan basah di Kecamatan Kuin

Banjarmasin. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan informasi ilmiah maupun

sebagai motivasi kepada siswa untuk memeriksakan giginya serta mencari

pengobatan sedini mungkin jika sudah ada lesi karies. Bagi pemerintah

Banjarmasin diharapkan dapat menjadikan bahan masukan untuk membuat

program kebijakan yang tepat pada masyarakat dalam perencanaan program upaya

pelaksanaan kesehatan gigi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran air sungai

khususnya dalam penyediaan air PDAM.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks Karies

2.1.1. Definisi Indeks Karies

Indeks karies merupakan cara yang digunakan untuk menilai angka karies gigi

dengan menggunakan indikator karies yaitu berupa skor indeks karies. Indeks

karies yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau

sekelompok orang. Menurut World Health Organization (WHO) indeks karies juga

disebut DMF-T (D, Decay: gigi yang mengalami karies; M, Missing: gigi yang telah

hilang karena karies; F, Filled: gigi yang ditambal karena karies). Indeks DMF-T

diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938.

Pemeriksaan indeks DMF-T harus dilakukan dengan menggunakan kaca mulut

datar. Semua gigi diperiksa kecuali molar ketiga (Klein dkk, 1938).

2.1.2. Pencatatan dan Pengukuran Indeks Karies

1. Pencatatan Indeks Karies

Pencatatan indeks karies menurut Klein H, Palmer CE, Knutson JW tahun 1938

dilakukan dengan penilaian DMF yang memiliki kriteria-kriteria kategori tertentu

yaitu :

a. Kategori D: Decay

• Gigi yang mempunyai satu atau lebih tanda karies yang tidak ditambal tapi

masih bisa ditambal.

6
7

b. Kategori M: Missing

• Gigi yang dicabut karena karies atau hancur sendiri karena karies.

Pengecualian pencatatan yang masuk dalam kategori M (Missing) yaitu :

• Gigi yang dicabut dengan alasan selain karies harus dikecualikan, yaitu

meliputi: perawatan orthodontik, impaksi dan penyakit periodontal.

• Gigi yang tidak erupsi.

• Gigi yang hilang secara kongenital.

• Gigi avulsi karena trauma atau kecelakaan.

c. Kategori F: Filled

Kategori ini digunakan untuk mencatat gigi dengan keadaan ditambal

secara permanen atau sementara. Pengecualian pencatatan yang masuk dalam

kategori F: Filled yaitu :

• Trauma (fraktur).

• Hipoplasia (tujuan kosmetik).

• Bridge abutment (retensi).

• Tutup saluran akar akibat trauma.

• Fissure sealant.

2. Pengukuran Indeks Karies

Pengukuran indeks karies (DMF-T) menggunakan rumus yaitu :

Rumus DMF-T Individu :


DMF-T = Decay (D) + Missing (M) + Filled (F)

Rumus Rata-Rata DMF-T


∑DMF-T : ∑ D (decay) + ∑ M (missing) + ∑ F (filled)
∑ Populasi yang di periksa
8

2.1.3. Klasifikasi Tingkat Keparahan Indeks Karies

Indeks karies menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari

dulu sampai sekarang. Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi berdasarkan WHO

dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

1. Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0 – 1,0.

2. Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2 – 2,6.

3. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7 – 4,4.

4. Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5 – 6,5.

5. Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar > 6,6.

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Tinggi Rendahnya Indeks Karies

Menurut teori H.L Blum tahun 1974 derajat Kesehatan Gigi Masyarakat

dipengaruhi 4 faktor utama yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan

keturunan.

1. Perilaku

Perilaku peduli akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut setiap orang akan

berbeda-beda. Pendidikan yang diperoleh setiap orang akan berpengaruh terhadap

sikap dan perilaku terhadap kepedulian kesehatan gigi. Peran keluarga, lingkungan,

dan pelayanan kesehatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat sangatlah penting (Blum, 1974).

2. Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap karies adalah sumber

air yang digunakan untuk rongga mulut. Pada daerah dengan kandungan fluor yang
9

cukup dalam air (0,7 ppm sampai 1 ppm) memiliki prevalensi karies rendah (Blum,

1974).

3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut tujuan utamanya

adalah pelayanan preventif (pencegahan), promotif ( promosi atau sosialisasi

kesehatan gigi dan mulut), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang baik diharapkan dapat meningkatkan

derajat kesehatan gigi dan mulut, sehingga angka kejadian DMF-T karies tidak

tinggi (Blum, 1974).

4. Keturunan

Bentuk dan susunan gigi yang diperoleh dari bawaan keturunan akan

mempengaruhi kesehatan gigi. Seseorang yang memiliki susunan gigi berjejal atau

maloklusi akan lebih mudah terkena karies, karena gigi yang berjejal membuat sisa

makanan mudah menempel di gigi dan sulit dibersihkan. Pada penelitian yang

melibatkan 46 pasang orangtua dengan presentase karies yang tinggi, didapat hasil

yaitu hanya 1 pasang yang memiliki gigi baik, 5 pasang dengan presentase karies

sedang dan 40 pasang dengan presentase karies tinggi (Blum, 1974).

2.2 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan.

Penggunaan air yang utama bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Air yang

digunakan sebagai sumber air minum harus memiliki kualitas yang baik, sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang


10

persyaratan kualitas air minum dimana air minum tersebut dikatakan aman apabila

memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologi, kimiawi (Anies, 2015).

2.2.1. Parameter Air

1. Parameter Fisika

Syarat fisika air yang sehat adalah air yang tidak berwarna, temperaturnya sama

dengan temperatur udara (20o-26o C), rasanya tawar,dan tidak mengandung zat

padat sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Agustira dkk, 2013;

Mahyudin dkk, 2015; Tatangindatu dkk, 2013).

2. Parameter Mikrobiologi

Air yang sehat harus bebas dari bakteri patogen maupun nonpatogen. Parameter

wajib penentuan kualitas air secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan

Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara mikrobiologi hanya dapat diketahui

melalui test pada air tesebut (Agustira dkk, 2013; Mahyudin dkk, 2015;

Tatangindatu dkk, 2013).

3. Parameter Kimiawi

Kualitas air minum yang baik jika memenuhi syarat kimia seperti pH air harus

netral, tidak mengandung bahan kimia yang beracun,tidak mengandung garam atau

ion-ion logam, dan kesadahan rendah (Agustira dkk, 2013; Mahyudin dkk, 2015;

Tatangindatu dkk, 2013).


11

Tabel 2.1 Parameter Uji Kimia pada Kualitas Air Minum Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010.

Parameter kimiawi Satuan Kadar maksimum


yang
diperbolehkan
1) Aluminium mg/L 0,2
2) Besi (Fe) mg/L 0,3
3) Khlorida (Cl) mg/L 250
4) Mangan mg/L 0,4
5) pH (Keasaman) mg/L 6,5-8,5
6) Fosfat mg/L 0,2
7) Sulfat mg/L 250
8) Tembaga (Fu) mg/L 2
9) Fluor mg/L 1,5

2.2.2. Parameter Kimiawi yang Berpengaruh Terhadap Host

1. pH

Derajat keasaman air (pH) yang kurang dari 7 atau bersifat asam dapat

menurunkan kekerasan permukaan enamel gigi. Semakin rendah pH atau semakin

asam, maka semakin tinggi laju reaksi pelepasan kalsium dari enamel gigi.

Demineralisasi dan remineralisasi didalam rongga mulut terjadi secara terus

menerus. Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difus, yaitu proses

perpindahan ion yang larut dalam air dari dalam saliva, karena ada perbedaan

konsentrasi dari keasaman air dengan di dalam enamel gigi. Ketika lingkungan

menjadi asam atau di bawah pH kritis yaitu dibawah 5,5, demineralisasi menjadi

dominan sehingga menyebabkan terlepasnya mineral enamel (Pradanta, 2016;

Merinda, 2013).
12

2. Fluor

Secara alamiah fluor merupakan mineral yang terdapat di semua sumber air.

Fluor adalah unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan tulang. Penggunaan

fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur

mengandung fluor, pemberian tablet fluor, topikal varnis. Fluor dalam air yang

dikonsumsi dengan kadar 0,7-1,0 mg/liter akan bermanfaat untuk penurunan

prevalensi karies gigi. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri

plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada

enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimianya yaitu Ca10(PO4)6(OH)2 + F →

Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga

dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang

merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies. Dampak kelebihan fluor akan

membuat kerusakan pada gigi, sedangkan kekurangan fluor akan mengakibatkan

gigi mudah menjadi rapuh dan mudah terserang karies. Konsumsi 2 ppm fluor dapat

menyebabkan mottled enamel (pewarnaan), dan 2,5 gram sampai 5 gram dapat

menyebabkan dosis akut dan kematian (Agtini dkk, 2005).

3. Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh

dan merupakan komponen utama dalam struktur gigi. Fungsi kalsium antara lain

sebagai mineral dalam pembentukan tulang dan gigi. Terjadinya pelepasan ion

kalsium dari email gigi mengakibatkan demineralisasi email, maka penguraian pada

email gigi merupakan reaksi dari pengaruh asam. Pori-pori kecil atau porositas pada

permukaan email gigi terbentuk karena demineralisasi yang terus menerus sehingga
13

dapat menyebabkan larutnya mineral kalsium. Kandungan kalsium pada air yang

digunakan untuk menyikat gigi diperlukan untuk remineralisasi (Hapsari dkk,

2014).

2.2.3. Mekanisme Pengaruh dari Kandungan Parameter Kimiawi) Terhadap

Host

Kondisi air dengan pH yang rendah dapat menyebabkan keasaman dalam air.

Ketika pH menurun hingga kurang dari 5,5 maka sejumlah mineral pada permukaan

gigi akan larut. Pada saat kondisi asam, mineral pada gigi bertindak sebagai buffer

dan kehilangan ion kalsium serta fosfat. Pada pH 5,0, permukaan gigi masih dalam

keadaan utuh, namun mineral pada lapisan dibawahnya sudah mulai larut.

Permukaan gigi yang utuh dengan lapisan dibawahnya yang berpori, karakter ini

dikenal sebagai lesi awal karies. Lesi awal karies dapat berkembang dan

membentuk suatu kavitas pada permukaan gigi apabila proses demineralisasi dan

remineralisasi terjadi silih berganti namun lebih didominasi oleh proses

demineralisasi. Sebaliknya, lesi awal karies dapat terhenti apabila kristal

hidroxyapatit pada email dilapisi oleh protein saliva, dan terdapat sejumlah ion

kalsium serta fosfat di dalam saliva. Fluor berfungsi menghambat enzim

pembentukan asam oleh bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta

membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Kandungan kalsium pada air yang

digunakan juga diperlukan untuk remineralisasi gigi (Pradanta, 2016; Hapsari dkk,

2014; Merinda, 2013; Widyaningtyas, 2014).


14

2.3. Sumber Air

Sumber air baku dapat di ambil dari mata air, Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM), sumur bor, sumur gali, air sungai dan sumber lainnya yang telah

direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, melalui proses

pengolahan maupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan.

Kualitas air yang dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan fisika, persyaratan

kimiawi dan persyaratan mikrobiologi (Wandrivel dkk, 2012).


15

Tabel 2.2 Parameter Kualitas Air Minum PDAM Banjarmasin Tahun 2016
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010
Tanggal 19 April 2010.

No. Pemeriksaan Satuan Hasil Batas Maksimum


A. Fisika
1 Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau
2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 67,9 500
3 Kekeruhan NTU 0,14 5
4 Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa
5 Warna TCU 3,4333 15
o
6 Suhu C 27 Suhu Udara ± 3 oC
B. Kimia
7 Air Raksa (Hg) mg/L <0,0010 0,001
8 Arsen (As) mg/L <0,002 0,01
9 Flourida (F) mg/L <0,0020 1,5
10 Chlorida (Cl) mg/L 11,91 250
11 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,1372 50
12 Nitrit (NO2-N) mg/L <0,0020 3
13 pH - 7,00 6,5-8,5
14 Sianida (CN) mg/L <0,002 0,07
15 Sulfat (SO4) umg/L 10,76 250
16 Ammonia (NH3-N) mg/L 0,0244 1,5
17 Selenium mg/L 0,123 0,01
18 Besi (Fe) mg/L 0,0374 0,3
19 Kadmium (Cd) mg/L <0,0043 0,003
20 Mangan (Mn) mg/L 0,0064 0,4
21 Seng (Zn) mg/L 0,0330 3
22 Fosfat mg/L <0,2 0,2
23 Tembaga mg/L <0,0093 2
24 Aluminium (Al) mg/L <0,2737 0,2
16

2.4. Lahan Basah di Banjarmasin

Lahan basah menurut Konvensi Ramsar (kesepakatan Internasional di Iran

tahun 1971) merupakan wilayah-wilayah yang lingkungannya jenuh air atau

tergenang air dangkal sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam

setahun. Lingkungan yang digolongkan lahan basah diantaranya adalah lingkungan

payau, rawa-rawa, dan gambut, baik permanen maupun temporer, alami maupun

buatan, air yang mengalir maupun diam. Air yang menggenangi lahan basah dapat

tergolong ke dalam air asin, tawar, payau dan termasuk juga wilayah air laut

dengan kedalaman tidak lebih dari 6 meter pada saat pasang surut. Kondisi

lingkungan lahan basah menghasilkan air dengan tingkat keasaman antara pH 3,5-

4,5. Wilayah rawa di sungai yang memiliki sifat fisik air berwarna bening

menunjukkan kandungan Fe dan Sulfat yang tinggi, sedangkan apabila air berwarna

keruh menunjukkan kandungan asam humat yang tinggi. Kandungan lahan basah

yang terdapat pada lahan gambut akan menghasilkan pH yang asam, akibat

terdekomposinya bahan organik yang membuat terbentuknya senyawa fenolat dan

karboksilat. Lahan gambut memiliki karakteristik yaitu intensitas warna yang tinggi

(kuning atau merah kecoklatan), kandungan zat organik tinggi, dan rasanya asam

dengan pH yang rendah antara 2-5. Kondisi asam ini lah yang berperan terhadap

proses kerusakan gigi, menggunakan air yang bersifat asam untuk menyikat gigi

dapat menurunkan kekerasan permukaan enamel gigi (Adhani dkk, 2015; Ratmini,

2012).
17

2.5. Fungsi Sungai Bagi Masyarakat Kuin Banjarmasin dan Letak Geografis

SMPN 15 Banjarmasin

Kota Banjarmasin awalnya dibangun di daerah muara tepian Sungai Kuin dan

Alalak Kuin yang dialiri oleh sebuah sungai yang disebut Sungai Pangeran atau

Antasan Kuin, atau juga sungai yang bermuara ke Sungai. Banyaknya sungai yang

mengaliri kota ini telah ada secara alami, ditambah juga adanya kanal-kanal

(saluran air) dan anak sungai. Sungai bagi masyarakat yang tinggal di Kuin masih

memegang peranan yang cukup penting dalam berbagai segi kehidupan. Sungai

tidak hanya semata-mata berfungsi sebagai jalur transportasi, namun air sungai juga

digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti kegiatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus)

dan termasuk menggosok gigi di sungai. Secara letak geografis, SMPN 15

Banjarmasin merupakan sekolah yang terletak di Kecamatan Kuin Utara RT. 04,

No. 06. Murid-murid yang bersekolah di SMPN 15 Banjarmasin hampir sebagian

besar bertempat tinggal di Kecamatan Kuin. Berdasarkan penelitian dari Rosihan

Adhani dkk, Indeks DMF-T rata-rata pelajar di SMPN 15 memiliki indeks DMF-T

tertinggi dibandingkan dengan beberapa SMP lain, berdasarkan perbedaan wilayah,

kelompok usia dan penggunaan air sungai dan air PDAM (Rochgiyanti, 2011;

Adhani dkk, 2015).


BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori Penelitian

Karies

Eksternal
Internal
1. Umur
1. Host
2. Jenis Kelamin
2. Substrat
3. Tingkat Pendidikan
3. Mikroorganisme
4. Tingkat Ekonomi
4. Waktu
5. Lingkungan

Geografis (Sumber Air)

Parameter Kimiawi

Air Sungai Air PDAM

1. pH (Rendah) 1. pH (Normal)
2. Fluor (Rendah) 2. Fluor (Normal)
3. Kalsium (Rendah) 3. Kalsium (Normal)

Indeks DMF-T Tinggi Indeks DMF-T Rendah

Gambar 3.1 Kerangka teori berdasarkan teori Steinberg


dkk, 1992. Miller, 1890. Suwelo 1992.

18
19

3.1.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Air Sungai
dan Air
PDAM

Indeks DMF-T
Parameter
1.Sangat Rendah
Kimiawi
2. Rendah
1. pH
3. Sedang
2. Fluor
4. Tinggi
3. Kalsium
5. Sangat Tinggi

Variabel Variabel
Bebas Terikat

Gambar 3.2 Kerangka Konseptual Penelitian


20

3.1.2. Penjelasan Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual


Menurut teori Steinberg dkk (1992), karies adalah kerusakan jaringan keras gigi

akibat dari demineralisasi progresif. Proses terjadinya karies melibatkan empat

faktor utama yang saling bekerjasama, yaitu host (gigi dan saliva), substrat,

mikroorganisme dan waktu (Steinberg dkk, 1992). Menurut teori asidogenik, Miller

(1890) menyatakan bahwa karies gigi adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas

dua tahap, yaitu dekalsifikasi email dan dekalsifikasi dentin oleh asam yang

dihasilkan bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat (Miller, 1890).

Menurut teori ini, yang berperan dalam proses pembentukan karies adalah

karbohidrat, mikroorganisme, asam, dan plak gigi. Selain 4 faktor tersebut terdapat

faktor lain yang menyebabkan karies seperti umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan (Gunawan dkk, 2015; Sumini dkk, 2014).

Letak geografis seperti sumber air yang digunakan untuk menyikat gigi juga

mempengaruhi karies (Suwelo, 1992; Suwelo, 1993).

Sumber air yang diperoleh pada penduduk yang letak geogrsfis kediamannya

berbeda akan menunjukan prevalensi karies yang berbeda. Sumber air dapat di

ambil dari mata air, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sumur bor, sumur

gali, air sungai dan sumber lainnya. Penggunan sumber air untuk menyikat gigi

akan berdampak pada kesehatan gigi dan mulut. Air yang baik adalah yang

memenuhi syarat fisika, syarat kimiawi dan syarat mikrobiologi (Agustira dkk,

2013; Mahyudin dkk, 2015).

Parameter kimawi air yang berpengaruh terhadap host yaitu pH, fluor, dan

kalsium. Aliran air sungai di Banjarmasin banyak berasal dari rawa-rawa lahan
21

gambut. Kondisi lingkungan lahan gambut yang bersulfat tinggi membuat

parameter kimiawi pada air sungai yaitu pH menjadi asam, antara pH 3,5-4,5,

sungai juga memiliki kandungan fluor, dan kalsium rendah. Parameter kimiawi air

yang normal ditemukan pada air PDAM, karena air PDAM merupakan air yang

sudah mengalami proses pengolahan, sehingga kandungan pH, fluor, dan kalsium

adalah normal (Adhani dkk, 2015).

Air mengandung zat-zat terlarut seperti mineral-mineral yang memegang

peranan penting untuk berbagai aktivitas di dalam sel-sel tubuh. Kandungan

mineral pada air yang lebih ataupun kurang dari baku mutu air akan berpengaruh

terhadap kesehatan gigi manusia. Email gigi merupakan suatu jaringan yang

mengalami proses mineralisasi yang sangat tinggi dan rentan terhadap serangan

asam. Dilihat dari struktur email gigi, presentasi mineral gigi yang terbesar adalah

kalsium dan fosfat, sedangkan sisanya terdiri dari air dan materi organik fibrosa.

Tingkat keasaman (pH) pada air yang kurang dari 7 dapat menurunkan kekerasan

permukaan enamel gigi. Semakin rendah pH atau semakin asam, maka semakin

tinggi laju reaksi pelepasan kalsium dari enamel gigi. Fluor yang terdapat pada air

diperlukan untuk pencegahan terjadinya karies gigi. Berdasarkan hal tersebut, air

sungai yang memiliki pH, fluor, dan kalsium yang rendah akan melemahkan host,

sehingga tingkat keparahan karies akan menjadi tinggi. Kondisi air PDAM yang

memiliki pH, fluor, dan kalsium, yang normal akan menguatkan host, sehingga

tingkat keparahan karies akan menjadi rendah (Adhani, dkk 2015).

Indeks karies merupakan cara untuk mengukur tingkat keparahan karies

seseorang atau sekelompok orang. Hasil pemeriksaan indeks karies akan dicatat
22

dengn kategori yaitu: D: decay adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, M:

missing adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, F: filled adalah gigi yang

ditambal atau ditumpat karena karies. Berdasarkan WHO ada 5 kategori tingkat

keparahan karies. Kategori sangat rendah dengan nilai DMF-T (0,0-1,0), rendah

(1,2-2,6), sedang (2,7-4,4), tinggi (4,5-6,5) dan sangat tinggi (>6,6).

3.1.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah indeks karies murid yang menyikat gigi

menggunakan air sungai lebih tinggi dibandingkan murid yang menyikat gigi

menggunakan air PDAM dilihat berdasarkan parameter kimiawi.


BAB 4

MATERI DAN METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

dimana variabel yang menjadi faktor resiko dan variabel yang termasuk efek

diobservasi dalam waktu tertentu.

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang

berjumlah 204 orang, terdiri dari dua kelompok yaitu murid yang menggunakan air

sungai Kuin untuk menyikat gigi dan murid yang menggunakan air PDAM untuk

menyikat gigi.

4.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan teknik simple random sampling, karena karakteristik

subyek penelitian dianggap mendekati homogen. Cara pengambilan sampel bisa

menggunakan tabel angka acak atau dengan cara undian.

23
24

Responden dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

𝐍
𝑛 =
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = 0.05 (Batas Toleransi kesalahan (error tolerance)

Maka besar sampel : N


n=
1+N(e2)
204
n=
1+204(0,052)

204
n=
1+204 (0,0025)
204
n=
1+0,51

204
n=
1,51

n = 135,099= 136.
25

4.3. Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Air sungai dan air PDAM berdasarkan parameter

kimawi (pH, fluor kalsium).

Variabel Terikat : Indeks karies gigi.

4.3.1. Definisi Operasional

1. Air sungai adalah air sungai di Kecamatan Kuin yang digunakan murid kelas 1

SMPN 15 Banjarmasin untuk menyikat gigi. Sampel air sungai diambil di sekitar

lingkungan murid tersebut tinggal.

2. Air PDAM adalah air yang digunakan murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin

untuk menyikat gigi. Sampel air PDAM diambil sesuai alamat murid tersebut

tinggal.

3. Parameter kimawi adalah parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas

air, terdiri dari pH, fluor, dan kalsium.

a. pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Alat pengukur keasaman

atau kebasaan air dengan satuan pH disebut pH meter.


26

b. Fluor

Kandungan fluor pada penelitian ini adalah jumlah fluor dalam mg/L pada air

sungai dan air PDAM. Alat pengukur jumlah kandungan fluor dalam air adalah

Spektrofotometer.

c. Kalsium

Kandungan kalsium pada penelitian ini adalah jumlah kalsium dalam mg/L

pada air sungai dan air PDAM. Alat pengukur jumlah kandungan kalsium dalam

air adalah Spektrofotometer Serapan Atom.

Skala data yang dihasilkan dari pengukuran parameter kimiawi yang terdiri

dari pH, fluor, dan kalsium adalah skala rasio.

2. Indeks karies

Indeks karies adalah angka yang menunjukkan tingkat keparahan karies

berdasarkan dengan indeks DMF-T. Indeks karies DMF-T pada penelitian ini

adalah angka yang menunjukkan tingkat keparahan karies seseorang atau

sekelompok orang yang terdiri dari:

• D : Decay yaitu gigi yang mempunyai satu atau lebih tanda karies yang tidak

ditambal tapi masih bisa ditambal.

• M : Missing yaitu gigi yang telah dicabut karena karies atau hancur sendiri

karena karies.

• F : Filled atau tambal apabila pada gigi terdapat tambalan permanen atau

sementara.
27

Skala data yang dihasilkan dari pengukuran indeks karies DMF-T adalah skala

rasio.

4.4. Instrument Penelitian

4.4.1. Bahan Penelitian

1. Sampel air sungai

2. Sampel air PDAM

3. Air mineral

4. Alkohol 70%

5. Kapas

6. Tisu

7. Larutan chlorin dan detergen

8. Pasta gigi

9. Reagen

4.4.2. Alat Penelitian

Peneliti memeriksa dengan mengukur skor indeks DMF-T. Alat penelitian yang

digunakan yaitu

1. Handscoon

2. Masker
28

3. Alat diagnostik

4. Sikat gigi

5. Nierbeken

6. Senter

7. Handuk kecil

8. Kompor, ember dan sikat

9. Lembar persetujuan (informed consent)

10. Kuesioner dan lembar penilaian karies gigi

11. Alat tulis

12. pH meter

13. Spektrofotometer

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 Banjarmasin, Jl. Kuin Utara

RT. 04, No. 06, Kecamatan Banjarmasin Utara. Lokasi pengukuran kandungan

parameter kimiawi (pH, fluor, kalsium) air sungai Kuin dan air PDAM yaitu di

BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan), Banjarbaru.


29

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September–Desember 2017.

4.6. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Perizinan Penelitian

Prosedur awal penelitian ini adalah membuat surat izin penelitian dari

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat yang diajukan kepada

Dinas Pendidikan Banjarmasin untuk mengetahui jumlah sekolah SMP disekitar

Kelurahan Kuin dan populasi murid disetiap sekolah tersebut. Data sekolah SMP

yang sudah diperoleh selanjutnya ditentukan SMP mana yang menjadi tempat

pelaksanaan penelitian. SMP yang berada disekitar Kelurahan Kuin yang telah

ditentukan adalah SMPN 15 Banjarmasin. Prosedur selanjutnya membuat surat izin

penelitian yang diajukan kepada kepala sekolah SMPN 15 Banjarmasin, kemudian

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, meminta persetujuan pihak sekolah,

serta meminta pihak sekolah bekerja sama. Prosedur perizinan selanjunya ditujukan

kepada direktur PDAM Bandarmasih untuk mempreroleh data sekunder parameter

air PDAM Banjarmasin dan membuat surat izin untuk pihak Laboratorium BBTKL.

2. Persiapan Penelitian Pengukuran Indeks Karies

Persiapan dilakukan dengan mengumpulkan murid kelas 1 SMPN 15

Banjarmasin. Peneliti melakukan perkenalan, penyuluhan, kemudian peneliti

membagikan lembar kuesioner dan memberikan lembar informed consent kepada

responden sebagai persetujuan untuk diteliti, setelah itu peneliti memberitahukan

waktu pelaksanaan penelitian.


30

3. Persiapan Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan untuk pengukuran indeks DMF-T akan digunakan secara

bergantian pada setiap murid, namun setiap pergantian pemeriksaan pada setiap

murid yaitu akan menggunakan alat yang sebelumnya sudah dilakukan sterilisasi.

Tahapan sterilasi yaitu sebagau berikut:

• Dekontaminasi alat dengan cara merendam alat kedokteran gigi dalam larutan

chlorin 0,5% selama 5 menit.

• Pencucian alat dengan larutan deterjen menggunakan sikat sampai bersih.

• Bilas dengan air

• Keringkan dengan handuk

• Sterilisasi peralatan kedokteran gigi dengan panas basah (direbus) 20 menit.

• Tunggu dingin kemudian simpan dalam tempat steril.

4. Pengukuran Indeks Karies

Pengukuran indeks karies dilaksanakan pada murid SMPN 15 Banjarmasin

yang telah memenuhi kriteria. Murid dikumpulkan untuk dilakukan penelitian.

Peneliti sebelumnya meminta murid-murid yang menjadi responden untuk

melakukan kegiatan menyikat gigi bersama agar tidak terdapat sisa-sisa makanan

dalam rongga mulut. Prosedur penelitian selanjutnya adalah pemeriksaan DMF-

T, operator menggunakan masker dan handscoon. Pemeriksaan dilakukan dengan

menginstruksikan kepada responden untuk membuka mulut lalu dilakukan

pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde dimulai dari sisi kanan gigi posterior

rahang atas lalu ke anterior dan posterior kiri rahang atas, gigi posterior kiri

rahang bawah lalu ke anterior rahang bawah dan ke posterior kanan rahang
31

bawah. Penilaian keparahan karies gigi dinilai dengan menggunakan indeks

DMF-T yaitu:

1. D (Decayed) : Gigi karies yang masih dapat ditambal.

2. M (Missing) : Gigi yang dicabut karena karies.

3. F (Filled) : Gigi yang ditambal karena karies.

Hasil pemeriksaan indeks DMF-T dicatat pada lembar pemeriksaan karies.

Dapat digambarkan alur penelitian berdasarkan uraian di atas, sebagai berikut :

Proses Perizinan
Administrasi

Kunjungan ke SMPN Mengumpulkan murid kelas


15 Banjarmasin 1 SMPN 15 Banjarmasin
dan melakukan penyuluhan

Mengumpulkan murid yang


Pengisian lembar
akan dijadikan sampel
kuesioner
penelitian dan meminta
responden mengisi
informed consent

Pemeriksaan indeks
Kegiatan sikat gigi bersama karies dengan
indeks DMF-T

Pencatatan hasil
pemeriksaan

Gambar 4.1. Skema Alur Penelitian Indeks DMF-T murid SMPN 15


Banjarmasin.
32

5. Prosedur Penelitian Pengukuran Jumlah Kandungan pH, Fluor, dan

Kalsium

Peneliti melakukan pengambilan sampel air sungai dan sampel air PDAM

sesuai alamat murid tersebut tinggal. Kedua sampel air tersebut dimasukkan

kedalam botol plastik yang telah dicuci bersih yaitu dengan botol yang dipisah

untuk masing-masing sampel air. Sampel air tersebut selanjutnya diperiksa jumlah

kandungan pH, fluor, dan kalsium di Laboratotium BBTKL (Balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan), Banjarbaru.

Dapat digambarkan alur penelitian air sungai dan air PDAM untuk

mengukur parameter kimawi sebagai berikut:

Siapkan botol plastik Lakukan pengambilan


bersih untuk sampel pada sampel sesuai dengan
air sungai dan air keperluan.
PDAM.

Pengambilan sampel air


dilakukan disekitar
lingkungan siswa-siswi.
tersebut

Sampel air diperiksa di laboratorium BBTKL Banjarbaru.

Gambar 4.2. Skema Alur Penelitian Kandungan Parameter Kimiawi Air


Sungai dan Air PDAM di Laboratorium.
33

4.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Cara Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan langsung pada pelajar SMPN 15 Banjarmasin

yang bersedia menjadi sampel. Data penelitian berupa data primer, yaitu data yang

diperoleh melalui kuesioner serta data hasil pemeriksaan langsung kepada subjek

penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan indeks DMF-T diolah

melalui proses editing dan tabulasi. Pengelohan data diproses dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Data kadar pH, fluor,

kalsium dalam air diperoleh dari pengambilan sampel air sungai dan air PDAM

yang diperiksa di laboratorium.

2. Analisis Data

Berdasarkan skala data hasil peneltian dari variabel bebas dan variabel terikat,

maka uji analisis pada penelitian ini berupa uji normalitas Kolmogorov Smirnov

untuk data indeks DMF-T dan uji normalitas Shapiro-Wilk untuk data kandungan

kimiawi air, apabila data terdistribusi normal maka dilakukan uji T dan apabila data

tidak terdistribusi dengan normal maka dapat dilakukan dengan uji Mann whitney.
BAB 5

ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1. Data Penelitian

Penelitian untuk perbandingan indeks karis gigi (DMF-T) berdasarkan

parameter kimiawi air sungai dan air PDAM di Kecamatan Kuin Banjarmasin telah

dilaksanakan pada bulan September-Desember 2017. Penelitian dilaksanakan di

SMPN 15 Banjarmasin dan di Laboratorium BBTKL (Balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan), Banjarbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

perbandingan indeks karies gigi murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang

menyikat gigi menggunakan air sungai dan yang menyikat gigi menggunakan air

PDAM, ditinjau berdasarkan kandungan kimiawi air yang digunakan untuk

menyikat gigi.

Responden dipilih dengan teknik simple random sampling dan dari hasil

pengisian kuesioner. Jumlah respoden yang diperiksa sebanyak 136 murid yang

terdiri dari kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, dan VII G yang dibagi

menjadi 2 kelompok, 68 murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan 68

murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM. Sampel air sungai dan air

PDAM di ambil sesuai alamat tempat tinggal murid, yaitu Kuin Utara, Kuin

Selatan, Pangeran, Belitung dan HKSN. Hasil pemeriksaan indeks karies gigi pada

murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 5.1

34
35

Tabel 5.1. Hasil pemeriksaan indeks karies gigi pada murid kelas 1 SMPN 15
Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan yang menyikat gigi
menggunakan air PDAM.

Air yang Jumlah ƸD ƸM ƸF ƸDMF-T Rata- Kategori


digunakan murid rata
(sampel) DMF-
T

Air Sungai 68 131 11 0 142 2,0 Rendah

Air PDAM 68 62 6 12 80 1,1 Sangat


rendah

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata indeks DMF-T murid yang

menyikat gigi menggunakan air sungai lebih tinggi daripada murid yang menyikat

gigi menggunakan air PDAM. Diagram batang indeks DMF-T tabel 5.1 dapat

dilihat pada gambar 5.1 di bawah ini :

Air yang digunakan menyikat gigi


2.5
2
2

1.5
1,1
1

0.5

0
Indeks DMF-T
Air Sungai Air PDAM

Gambar 5.1. Diagram indeks DMF-T murid yang menyikat gigi meggunakan air
sungai dan murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM.
36

Berdasarkan gambar 5.1 terdapat perbedaan rata-rata DMF-T, jumlah DMF-T

pada murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai dengan rata-rata DMF-T

2,0 dan berada pada kategori rendah, sedangkan jumlah DMF-T murid yang

menyikat gigi menggunakan air PDAM dengan rata-rata 1,1 dan berada pada

kategori sangat rendah.

Hasil pemeriksaan kandungan parameter kimiawi air sungai dan air PDAM

dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rata-rata Kandungan parameter kimiawi (pH, fluor dan kalsium) air
sungai dan air PDAM

Rata Kandungan Air Sungai Air PDAM


Kimiawi Air

pH 6,06 7,05

Fluor (mg/L) 0,0846 0,1077

Kalsium (mg/L) 7,9870 8,2085

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kandungan parameter

kimiawi pH, fluor, kalsium air sungai lebih rendah daripada air PDAM.

5.2. Analisis dan Hasil Penelitian

Analisis data indeks DMF-T murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai

dan air PDAM dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal.
37

Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok murid yang menyikat gigi

menggunakan air sungai didapatkan nilai signifikansi atau p= 0,000 dan pada murid

yang menyikat gigi menggunakan air PDAM didapatkan nilai signifikansi p =

0,000. Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data indeks DMF-T murid

yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan murid yang menyikat gigi

menggunakan air PDAM tidak terdistribusi normal (p<0,05). Data nilai signifikansi

tidak terdistribusi normal, maka akan dilakukan uji statistik non parametrik dengan

uji Mann-Whitney.

Berdasarkan hasil uji statistik Mann-Whitney, didapatkan nilai sig 0,000

(p<0,005), yang berarti H0 ditolak, sehingga H1 diterima. Hipotesa pada penelitian

ini diterima, terdapat perbedaan bermakna indeks DMF-T murid yang

menyikat gigi menggunakan air sungai dan murid yang menyikat gigi

menggunakan air PDAM.

Analisis data kandungan parameter kimiawi air sungai dan air PDAM dilakukan

uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk di dapatkan nilai singnifikansi

pH kelompok air sungai memiliki nilai p=0,295 yang berarti data terdistribusi

normal (p=>0,05), sedangkan pH kelompok air PDAM memiliki nilai p=0,000 yang

berarti data tidak terdistribusi normal (p=<0,05). Nilai signifikansi fluor kelompok

air sungai dan fluor kelompok air PDAM memiliki nilai p=0,000, yang berarti data

tidak terdistribusi normal. Nilai signifikansi kalsium kelompok air sungai memiliki
38

nilai p=0,136 yang berarti data terdistribusi normal, sedangkan kalsium kelompok

air PDAM memiliki nilai p=0,028 yang berarti data tidak terdistribusi normal.

Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk pada kandungan parameter kimiawi

air sungai dan air PDAM, karena terdapat beberapa data nilai signifikansi yang

tidak terdistribusi normal yaitu pH kelompok air PDAM dengan nilai p=0,000

(p=<0,05), fluor kelompok air sungai dan fluor kelompok air PDAM dengan nilai

p=0,000 (p=<0,05), kalsium kelompok air PDAM dengan nilai p=0,028 (p=<0,05),

maka data tidak memenuhi syarat untuk uji T-test, sehingga diganti dengan uji

statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Berdasarkan hasil uji statistik Mann-Whitney, didapatkan nilai sig pH p=0,000

(p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada pH air sungai dan pH air

PDAM. Nilai sig fluor didapatkan p=0,114 (p>0,05), yang berarti fluor air sungai

dan fluor air PDAM tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Nilai sig kalsium

p=461 (p>0,05), yang berarti kandungan kalsium air sungai dan kalsium air PDAM

tidak terdapat perbedaan yang bermakna.


BAB 6

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa indeks DMF-T murid

yang menyikat gigi menggunakan air sungai lebih tinggi dibandingkan murid yang

menyikat gigi menggunakan air PDAM, hal ini dikarenakan ada perbedaan faktor

dari kandungan parameter kimiawi air yang digunakan untuk menyikat gigi.

pH air sungai Kuin didapatkan nilai pH <7 yang menununjukan air tidak berada

dalam keadaan netral, sedangkan nilai pH air PDAM adalah 7 yang berarti air dalam

keadaan netral. Menerut penelitian yang dilakukan Prasetyo menyatakan pH air

yang berada dibawah 7 menunjukan air bersifat asam yang dapat menurunkan

kekerasan permukaan pada email gigi. Semakin rendah pH air yang digunakan

untuk menyikat gigi akan semakin tinggi laju reaksi pelepasan mineral kalsium dari

enamel gigi atau yang disebut demineralisasi (Prasetyo, 2005). Demineralisasi

enamel adalah rusaknya hidroksi apatit gigi merupakan komponen utama enamel

akibat proses kimia. Reaksi kimia perlepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam

medium yang bersifat asam, yaitu pada pH 4,5 sampai 6. pH air di sepanjang aliran

sungai Kuin bersifat asam, hal ini dikarenakan secara letak geografis sungai Kuin

bermuara ke sungai Barito yang memiliki pH asam karena rawa gambut

(Rochgiyanti, 2011; Nurdawati dkk, 2007). Berdasarkan studi peneliti pH asam

juga dapat disebabkan oleh aktivitas masyarakat Kuin seperti pembuangan limbah

pabrik, karena di pinggiran sungai Kuin terdapat beberapa pabrik industri seperti

39
40

pabrik besi, kayu dan tali. Pernyataan peneliti sesuai dengan peneltian yang

dilakukan oleh Dahruji dkk, yang menyatakan bahwa limbah buangan industri

organik dan anorganik dapat menaikkan asam karbonat dan asam organik di

perairan, sehingga air memiliki pH yang rendah (Dahruji dkk, 2016). Indeks DMF-

T murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM lebih rendah, hal ini

dikarenakan air PDAM telah dilakukan filtrasi dan koagulasi untuk menetralkan pH

air (Mirwan, 2012).

Fluor berperan terhadap proses remineralisasi gigi. Metabolisme bakteri plak

yang dapat memfermentasi karbohidrat akan dihambat oleh fluor yang bekerja

dengan cara menghambat melalui hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit

yang akan menghasilkan enamel lebih resisten terhadap asam (Rahayu, 2013).

Kadar fluor air yang dikategorikan menjadi empat, yaitu sangat rendah (0,0 – 0,3

mg/L), rendah (0,3 – 0,7 mg/L), sedang (0,7 – 1,5 mg/L), tinggi (>1,5 mg/L)

(Leondra dkk, 2014). Kandungan parameter kimiawi fluor air sungai pada hasil

penelitian ini memiliki nilai rata-rata yaitu 0,08 mg/L dan fluor air PDAM memiliki

nilai rata-rata 0,10. Kedua kelompok murid yang menyikat gigi menggunakan air

sungai maupun murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM sama-sama

memiliki kandungan fluor dengan kategori sangat rendah, sehingga akan mudah

mengalami karies. Menurut Agtini dkk, fluor akan menguntungkan apabila

kadarnya sekitar 0,7 mg/L akan cukup untuk memperkuat enamel gigi, namun

kandungan fluor >1,5 mg/L dapat menyebabkan fluorosis pada gigi (Agtini dkk,

2005, Musadad, 2009). Menurut penelitiam Leondra dkk, kandungan fluor pada air
41

sungai cenderung lebih rendah, hal ini dikarenakan keadaan perbedaan

hidrogeologis setempat (Leondra dkk, 2014; Agtini dkk, 2005).

Kandungan kalsium pada air PDAM lebih baik untuk remineralisasi gigi karena

air PDAM berada dalam pH yang netral, hal ini sesuai dengan peneltian

Widyanigtyas yang menyatakan remineralisasi dapat terjadi apabila pH dalam

keadaan netral (pH 7) Ca2+ akan menghambat proses penguraian hidroksiapatit dan

akan merebuilding atau pembangunan kembali sebagian kristal hidroksiapatit yang

terlarut (Widyanigtyas dkk, 2014).

Indeks DMF-T murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi

menggunakan air sungai berada dalam kategori rendah, sedangkan indeks DMF-T

murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air PDAM

berada dalam kategori sangat rendah, hal ini menunjukkan keadaan gigi murid-

murid tersebut dalam keadaan baik. Menurut teori teori H L Blum (1974) bahwa

tinggi rendahnya indeks DMF-T dipengaruhi beberapa faktor yaitu perilaku,

lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Pendidikan yang diperoleh setiap

orang akan mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap kepedulian kesehatan gigi

(Blum, 1974). Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang

penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Selain

mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga

mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan (Kidd dan Smith, 2012).

Dilihat dari segi pendidikan murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin baik murid

yang menyikat gigi menggunakan air sungai maupun murid yang menyikat gigi
42

menggunakan air PDAM sudah memiliki tingkat pendidikan dan usia yang cukup

untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hurlock (1990) yang

menyatakan usia 12 tahun bahwa usia remaja sudah mampu menerima dan

memahami suatu persoalan yang dihadapkan, mampu menalarkan permasalahan,

dan sudah mengerti atau memahami cara berinteraksi dengan lingkungannya

(Hurlock,1990).

Selain dari tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang,

pelayanan kesehatan juga berperan dalam mendukung derajat kesehatan gigi

masyarakat. Semakin dekat tempat pelayanan kesehatan, maka akan semakin

mudah akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Blum, 1974). Berdasarkan

studi peneliti, akses di Kecamatan Kuin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

gigi dan mulut sudah mencukupi. Sudah terdapat beberapa Puskesmas yang mudah

di jangkau seperti Puskesmas Kuin Raya, Puskesmas Kuin Utara dan beberapa

tempat praktek dokter gigi, sehingga murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang

tinggal disekitaran Kuin dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan

gigi dan mulut.

Dilihat dari faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap karies adalah sumber

air yang digunakan untuk menyikat gigi. Pada daerah dengan kandungan fluor yang

cukup dalam air (0,7 ppm sampai 1 ppm) memiliki prevalensi karies rendah (Blum,

1974). Kandungan fluor pada air yang digunakan murid kelas 1 SMPN 15

Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan murid yang menyikat

gigi menggunakan air PDAM sama-sama memiliki kandungan fluor yang sangat
43

rendah, namun hal tersebut hanya merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan karies. Perbedaan kandungan pH pada air sungai yaitu pH <7 yang

digunakan murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dengan kategori rendah memiliki

peran dalam proses terjadinya karies, dimana hal tersebut sesuai dengan indeks

DMF-T murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air

PDAM dengan pH air netral yaitu 7 dan memiliki kategori indeks DMF-T sangat

rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini dilihat dari kandungan paremeter kimiawi air

sungai Kuin dan air PDAM dapat disimpulkan bahwa menyikat gigi menggunakan

air PDAM lebih baik daripada menyikat gigi menggunakan air sungai.

Keterbatasan penelitian ini adalah banyak faktor lain yang dapat menyebabkan

karies seperti host, substrat, mikroorganisme, waktu, kebiasaan, sikap, ekonomi,

perilaku yang tidak dilakukan penelitian oleh peneliti terhadap subyek maupun

kandungan paremeter kimiawi air yang lainnya selain pH, fluor dan kalsium. Faktor

geografis dan lingkungan yang berbeda dari setiap daerah menyebabkan kandungan

kimiawi air yang berbeda pula sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan angka

karies.
BAB 7

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

yaitu:

1. Kandungan parameter kimiawi air sungai dan air PDAM pada lahan basah di

Kecamatan Kuin Banjarmasin yang terdiri dari pH, fluor dan kalsium memiliki

nilai rata-rata sebagai berikut:

a. Air sungai memiliki nilai rata-rata pH yaitu 6,06, nilai rata-rata fluor yaitu

0,0846 mg/L, dan nilai rata-rata kalsium yaitu 7,9870 mg/L.

b. Air PDAM memiliki nilai rata-rata pH yaitu 7,05, nilai rata-rata fluor yaitu

0,1077 mg/L dan nilai rata-rata kalsium yaitu 8,2085 mg/L.

2. Indeks karies murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi

menggunakan air sungai memiliki rata-rata DMF-T yaitu sebesar 2,0,

sedangkan murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM memiliki rata-

rata DMF-T yaitu sebesar 1,1.

44
45

3. Indeks karies murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai lebih tinggi

dibandingkan murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM dilihat

berdasarkan parameter kimiawi.

7.2. Saran

1. Kepada pemerintah daerah dan instansi yang terkait hendaknya mengupayakan

semaksimalkan mungkin suplai air PDAM kepada masyarakat yang tinggal

dipinggiran sungai yang masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-

hari.

2. Meningkatkan kinerja kelembagaan dalam hal pelayanan pengolahan air PDAM.

Perlu adanya fluoridasi pada air PDAM Bandarmasih yang nantinya akan di

suplai ke setiap rumah, dikarenakan kandungan fluor masih tergolong sangat

rendah. Perencanaan dan pelaksanaan program pembagian tablet fluor pada

sekolah melalui kegiatan UKGS.

3. Kepada pihak sekolah terkait dapat memberikan informasi dan edukasi kepada

murid yang masih menyikat gigi menggunakan air sungai.

4. Perlu adanya kerja sama dinas kesehatan dan lembaga kesehatan lainnya dalam

perencanaan program upaya pelaksanaan kesehatan gigi dengan membuat

program kebijakan yang tepat seperti memberikan penyuluhan kepada

masyarakat dan anak sedini mungkin melalui kegiatan di sekolah, diskusi di

posyandu atau kegiatan kesehatan lainnya yang bertujuan mengedukasi

pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.


46

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut kandungan parameter kimiawi air sungai

dan air PDAM selain pH, fluor dan kalsium mengenai indeks karies pada murid

yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan murid yang menyikat gigi

menggunakan air PDAM, maupun sumber air lainnya yang memiliki faktor-

faktor menyebabkan karies gigi.


DAFTAR PUSTAKA

Adhani R, Rachmadi P, Nurdiayana T, dan Widodo. 2015. Buku Karies Gigi di


Masyarakat Lahan Basah.
Agtini MD, Sintawati, dan Tjahja I. 2005. Fluor dan Kesehatan Gigi. Jurnal Media
Litbang Kesehatan Volume XV, No.2. Hlm. 1-6.
Agustira R, Kemala SL, dan Jamilah . 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air,
Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat
Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1,
No.3. Hlm 615-624.
Anies AK. 2015. Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal MKB, Volume 47 No. 3.
Hlm. 137-141
Blum HL. 1974. Buku Kedokteran EGC.
Dahruji, Wilianarti PF, dan Hendarto T. 2016. Studi Pengolahan Limbah Usaha
Mandiri Rumah Tangga dan Dampak Bagi Kesehatan di Wilayah Kenjeran.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1, No.1. Hlm. 36.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan tahun 2013.
Dyah A, Setia BS, dan Sudarno. 2012. Jurnal Presipitasi Vol. 9 No.2. Hlm 64-70.
Gunawan PN, Ngantung RA dan Pangemanan Damajanty HC. 2015. Pengaruh
Tingkat Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Karies Anak di TK Hang Tuah
Bitung. Jurnal e-Gigi (eG) Vol.3, No.2. Hlm.542-546.
Hapsari NA, Ismail A, dan Santoso O. 2014. Pengaruh Konsumsi Keju Cheddar 10
Gram Terhadap pH. ODONTO Dental Journal, Volume 1.Nomor 1. Hlm. 34-
36.
Henry Klein, Palmer CE, dan Knutson JW. 1938. Studies On Dental Caries.
Hurlock EB. 1990. Developmental Psychology: A Lifespan Approach. Jakarta,
Erlangga Gunarsa.
Kidd EAM dan Smith BGN. 2012. Manual konservasi restorative menurut
pickartd. Widya Medika: Jakarta, Indonesia.
Leondra A, Gunawan P, dan Wicaksono D. 2014. Status Karies Dan Kadar Fluor
Yang Dikonsumsi Penduduk Usia 12 – 14 Tahun Di Desa Wiau Lapi Barat.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Hlm. 3.
Mahyudin, Soemarno, dan Tri BP. 2015. Analisis Kualitas Air dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. J-PAL, Vol. 6, No. 2. Hlm 106-114.
Merida W, Indahyani DE, dan Rahayu YC. 2013. Hubungan pH dan Kapasitas
Buffer Saliva Terhadap Indeks Karies Siswa SLB-A Bintoro Jember. Jurnal
Ilmiah. Hlm. 1-4.
Miller WD. 1890. Microorganisme of The Mouth. Philadelphia, S.S. White.
Mirwan A. 2012. Pemanfaatan Kembali Limbah Padat Lumpur PDAM untuk
Penjernihan Air dari Sungai Martapura Kalimantan Selatan. Jurnal Bumi
Lestari Vol.12, No.1. Hlm. 77-84.
Musadad A dan Irianto J. 2009. Contributory Factor Of Drinking Water To Dental
Carries Cases With The Ages Of 12 - 65 Year Old In Kep. Bangka Belitung
and Nusa Tenggara Barat Provinces. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8, No.
3. Hlm. 1032-1045.
Nurdawati S, Husnah, Asyari dan Prianto E. 2007. Fauna Ikan di Perairan Danau
Rawa Gambut di Barito Selatan Kalimantan Tengah. Jurnal Iktiologi
Indonesia Vol.7, No.2. Hlm 89-90.
Pradanta YE. 2016. Hubungan Kadar pH dan Volume Saliva Terhadap Indeks
Karies Masyarakat Menginang Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Hlm. 158- 161
Prasetyo EA. 2005. Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan
Permukaan Gigi. Dent. J. Vol. 38. No. 2. Hlm. 60–63.
Rahayu YC. 2013. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini.
Stomatogantic, J. K. G Une, Vol. 10 No. 1. Hlm. 25-30
Rochgiyanti. 2011. Fungsi Sungai Bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota
Banjarmasin. Jurnal Komunitas, Vol. 5 No.2. Hlm. 229-235.
Ratmini Sri NP. 2012. Karekteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk
Pengembangan Pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal, Vol 1 No.2. Hlm 198-
200.
Rosedewi. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Karies Gigi dan
Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Siswa Kelas 3
Dan Kelas 4 SDN Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta. Jurnal Medika
Respati. Vol. X Nomor 2. Hlm 60.
Sofarini D, Abdur R, dan Ichsan R. 2012. Permodelan Uji Logam Berat Pada
Badan Air, Biota dan Sedimen di Perairan Muara Das Barito. Jurnal Bumi
Lestari, Volume 12 No. 1. Hlm 32-44.
Steinberg D, Beeman D, dan Bowen WH. 1992. The Effect of Delmopinol on
Glucosyltransferase Adsorbed on to Saliva-Coated Hydroxyapatite. Arch
Oral Biol.
Sumini BA dan Devi N. 2014. Hubungan Konsumsi Makanan Manis Dengan
Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di TK B RA Muslimat PSM
Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal
Delima Harapan, Vol 3, No.2. Hlm 20-27.
Suwelo I. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologinya, EGC.
Jakarta. Indonesia.
Suwelo I. 1993. Karies Gigi pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologinya, EGC.
Jakarta. Indonesia.
Tatangindatu F, Ockstan K, dan Robert R. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air
pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten
Minahasa. Budidaya Perairan Vol. 1 No. 2. Hlm 8-19.
Wandrivel R, Suharti N, dan Lestari Y. 2012. Kualitas Air Minum Yang
Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang
Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas. Hlm.
129- 132.
Widayati N. Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6
Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi. Hlm. 196-199.
Widyaningtyas V, Yani CR, dan Izzata B. 2014. Analisis Peningkatan
Remineralisasi Enamel Gigi setelah Direndam dalam Susu Kedelai Murni
(Glycine max (L.) Merill) Menggunakan Scanning Electron Microscope
(SEM). Jurnal Pustaka Kesehatan Vol. 2 No. 2. Hlm. 258-261.
World Health Organization. Media Centre Oral Health April 2012.
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat Pemberian Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
Lampiran 4. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian
Lampiran 5. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian (Informed
Consent)
Lampiran 6. Lembar Pengisian Kuesioner
Lampiran 7. Lembar Penilaian Indeks DMF-T
Lampiran 8. Hasil Uji Laboratorium kandungan Parameter Kimiawi Air
Lampiran 9. Tabel Hasil Uji Statistik

Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov Indeks DMF-T Murid yang Menyikat


Gigi Menggunakan Air Sungai dan Murid yang Menyikat Gigi Menggunakan Air
PDAM di SMPN 15 Banjarmasin

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelompok N Percent N Percent N Percent

DMFT Air Sungai 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%

Air PDAM 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

DMFT Air Sungai Mean 2.0882 .19737

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.6943


Mean
Upper Bound 2.4822

5% Trimmed Mean 1.9444

Median 2.0000

Variance 2.649

Std. Deviation 1.62752

Minimum .00

Maximum 12.00

Range 12.00
Interquartile Range 2.00

Skewness 3.535 .291

Kurtosis 19.894 .574

Air PDAM Mean 1.1765 .09814

95% Confidence Interval for Lower Bound .9806


Mean
Upper Bound 1.3724

5% Trimmed Mean 1.1405

Median 1.0000

Variance .655

Std. Deviation .80930

Minimum .00

Maximum 3.00

Range 3.00

Interquartile Range 1.00

Skewness .360 .291

Kurtosis -.210 .574

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DMFT Air Sungai .257 68 .000 .683 68 .000

Air PDAM .277 68 .000 .854 68 .000


Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT Air Sungai 68 82.23 5591.50

Air PDAM 68 54.77 3724.50

Total 136

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 1378.500

Wilcoxon W 3724.500

Z -4.292

Asymp. Sig. (2-tailed) .000


Hasil Uji Statistik Shapiro-Wilk Kandungan Parameter Kimiawi Air Sungai dan
Air PDAM di Kecamatan Kuin Banjarmasin

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelompok N Percent N Percent N Percent

pH Air Sungai 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Air PDAM 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Fluor Air Sungai 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Air PDAM 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Kalsium Air Sungai 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Air PDAM 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

pH Air Sungai Mean 6,0680 ,10769

95% Confidence Interval for Lower Bound 5,8426


Mean
Upper Bound 6,2934

5% Trimmed Mean 6,0661

Median 6,0000

Variance ,232

Std. Deviation ,48160


Minimum 5,30

Maximum 6,87

Range 1,57

Interquartile Range ,74

Skewness -,066 ,512

Kurtosis -1,136 ,992

Air PDAM Mean 7,0585 ,01603

95% Confidence Interval for Lower Bound 7,0249


Mean
Upper Bound 7,0921

5% Trimmed Mean 7,0539

Median 7,0000

Variance ,005

Std. Deviation ,07169

Minimum 7,00

Maximum 7,20

Range ,20

Interquartile Range ,11

Skewness ,740 ,512

Kurtosis -,783 ,992

Fluor Air Sungai Mean ,0846 ,03662

95% Confidence Interval for Lower Bound ,0080


Mean
Upper Bound ,1613

5% Trimmed Mean ,0573

Median ,0073
Variance ,027

Std. Deviation ,16379

Minimum ,00

Maximum ,66

Range ,66

Interquartile Range ,09

Skewness 2,718 ,512

Kurtosis 7,946 ,992

Air PDAM Mean ,1077 ,02528

95% Confidence Interval for Lower Bound ,0547


Mean
Upper Bound ,1606

5% Trimmed Mean ,1025

Median ,0537

Variance ,013

Std. Deviation ,11304

Minimum ,01

Maximum ,30

Range ,29

Interquartile Range ,20

Skewness ,467 ,512

Kurtosis -1,517 ,992

Kalsium Air Sungai Mean 7,9870 ,58521

95% Confidence Interval for Lower Bound 6,7621


Mean
Upper Bound 9,2119

5% Trimmed Mean 7,8261


Median 7,3450

Variance 6,849

Std. Deviation 2,61715

Minimum 3,70

Maximum 15,17

Range 11,47

Interquartile Range 2,78

Skewness 1,119 ,512

Kurtosis 1,902 ,992

Air PDAM Mean 8,2085 ,42187

95% Confidence Interval for Lower Bound 7,3255


Mean
Upper Bound 9,0915

5% Trimmed Mean 8,1317

Median 8,0600

Variance 3,559

Std. Deviation 1,88666

Minimum 5,40

Maximum 12,40

Range 7,00

Interquartile Range 1,90

Skewness ,962 ,512

Kurtosis ,885 ,992


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pH Air Sungai ,168 20 ,143 ,945 20 ,295

Air PDAM ,343 20 ,000 ,764 20 ,000

Fluor Air Sungai ,332 20 ,000 ,572 20 ,000

Air PDAM ,313 20 ,000 ,780 20 ,000

Kalsium Air Sungai ,151 20 ,200* ,927 20 ,136

Air PDAM ,221 20 ,012 ,891 20 ,028

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

pH Air Sungai 20 10,50 210,00

Air PDAM 20 30,50 610,00

Total 40

Fluor Air Sungai 20 17,55 351,00

Air PDAM 20 23,45 469,00

Total 40

Kalsium Air Sungai 20 19,13 382,50


Air PDAM 20 21,88 437,50

Total 40

Test Statisticsa

pH Fluor Kalsium

Mann-Whitney U ,000 141,000 172,500

Wilcoxon W 210,000 351,000 382,500

Z -5,471 -1,676 -,744

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,094 ,457

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,000b ,114b ,461b


Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

1. Pembagian Lembar Kuesioner 2. Pengisian Kuesioner

3. Pengelompokkan Subjek Penelitian 4. Pengumpulan Murid dan Penyuluhan

5. Pengisian Informed Consent 6. Kegiatan Menyikat Gigi Bersama


7. Pemeriksaan DMF-T 8. Pengambilan Sampel Air Sungai

9. Pengambilan Sampel Air PDAM 10. Uji Lab. pH Air

11. pH Meter 12. Uji Lab. Fluor Air


13. Spectrophotometer (Fluor) 14. Spectrophotometer Serapan Atom (Kalsium)

15. Pembacaan Hasil Uji Spectrophotometer

Anda mungkin juga menyukai