Diajukan kepada
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program
Diploma III Keperawatan Gigi
Oleh :
Raaufa Imaria Nurjati
P17425113085
NIM : P17425113085
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan dengan Penggunaan APD dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Kabupaten
Semarang Tahun 2016
1. Tri Wiyatini, SKM, M.Kes. Epid selaku ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Semarang.
2. Sadimin, S.SiT, M.Kes selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Semarang.
3. Dr.drg Supriyana, M.Pd selaku dosen pembimbing I Karya Tulis Ilmiah yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Sariyem, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
5. drg. Endah Aryati E.,MDSc , selaku evaluator Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberi pengarahan.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Semarang.
7. Ibunda Nurus Salamah, Ayahanda Jati Purnomo dan Tante Umi Kustiyati
tercinta, atas doa, motivasi, semangat, kasih sayangnya, sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan
8. Sumakna, terimakasih untuk doa, semangat, motivasi dan dukungannya,
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan
9. Teman-teman Jurusan Keperawatan Gigi dan Mulut Angkatan 2013, atas
kebersamaan, semangat dan motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini
10. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas
bantuannya dalam penyelesaian Karya tulis Ilmiah ini
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
INTISARI ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................3
D. Manfaat Penelitian .....................................................................4
E. Penjelasan Keaslian Penelitian ...................................................4
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................23
B. Saran ............................................................................................23
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
4.1 Tabel Hasil Penilaian Wawancara dengan Petugas Kesehatan Poli Gigi di
Puskesmas Kabupaten Semarang
4.2 Tabel Kepatuhan Pemakaian APD pada Tenaga Kesehatan Poli Gigi
berdasarkan Tindakan di Puskesmas Kabupaten Semarang
DAFTAR GAMBAR
4.1 Gambar Grafik Hasil Penilaian Wawancara dengan Petugas Kesehatan Poli
Gigi di Puskesmas Kabupaten Semarang
4.2 Gambar Grafik Kepatuhan Pemakaian APD pada Tenaga Kesehatan Poli Gigi
berdasarkan Tindakan di Puskesmas Kabupaten Semarang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 Tabel kepatuhan pemakaian APD pada tenaga kesehatan poli gigi
berdasarkan tindakan di puskesmas kabupaten semarang
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan yang diberikan dipuskesmas adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang ditujukan kepada semua penduduk tanpa membedakan
jenis kelamin dan golongan.(Depkes RI, 2009)
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan dapat menjadi
sumber infeksi, jika tidak disertai kewaspadaan yang memadai terhadap
kemungkinan penularan penyakit. Petugas kesehatan, pasien, maupun
pengunjung puskesmas yang lain dihadapkan kepada resiko terinfeksi saat
berada dipuskesmas. Infeksi dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
karena mikroorganisme penularan penyakit yang disebut juga
mikroorganisme pathogen dapat berpindah atau menular dari satu
penderita ke orang lain sekitarnya. Cara penularannya bisa melalui kontak
tidak langsung, atau kontak langsung, seperti melalui udara, binatang, dan
benda-benda yang terinfeksi.(Sunoto, 2008 dalam Suhartini 2009)
Kegiatan pelayanan di Puskesmas hampir semuanya beresiko
terhadap kemungkinan penularan penyakit. Poliklinik gigi Puskesmas,
merupakan salah satu tempat pelayanan yang rawan terhadap terjadinya
penularan infeksi. Banyak penyakit infeksi yang ditularkan selama
perawatan gigi, antara lain tuberkulosa (TBC), hepatitis, AIDS, herpes,
dan lain-lain. Petugas kesehatan gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien
yang datang untuk perawatan giginya dapat menularkan suatu infeksi atau
tidak, oleh karena itu upaya perlindungan terhadap petugas kesehatan gigi
sangat diperlukan (Sunoto, 2008 dalam Suhartini 2009)
Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak
terlepas dari kemungkinan mengalami kecelakaan dalam pekerjaannya.
Perilaku dan kesadaran yang baik yang dimiliki oleh seorang dokter gigi
maupun perawat gigi bisa mencegah terjadinya banyak hal yang
merugikan. Hal yang merugikan tersebut salah satunya adalah infeksi
silang. Infeksi silang dapat terjadi antar pasien-dokter gigi, pasien-pasien
dan pasien-perawat gigi. Infeksi bisa menyebar melalui kontak langsung
dengan darah, saliva, tetesan-tetesan, aerosol, dan instrument yang
terkontaminasi (Pedersen, 2012).
Perlindungan petugas maupun pasien terhadap resiko tertular
infeksi saat pelayanan gigi, dapat dilakukan dalam bentuk pemakaian Alat
Pelindung diri (APD), pengelola peralatan medis, pengelolaan sampah
medis, dan penggunaan antiseptik. Saat ini resiko pekerjaan yang umum
dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan gigi adalah kontak dengan
darah, saliva, dan cairan tubuh lain yang besar kemungkinan mengandung
berbagai mikroorganisme pathogen, yang potensial menyebabkan berbagai
macam penyakit (Tietjen,dkk, 2004)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang
digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta
kecelakaan kerja yang kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja.
Penggunaan APD oleh pekerja saat bekerja merupakan suatu upaya untuk
menghindari paparan risiko bahaya di tempat kerja. Walaupun upaya ini
berada pada tingkat pencegahan terakhir, namun penerapan alat pelindung
diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008 dalam Prasetya 2015), yang
dimaksud alat pelindung diri dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
adalah sarung tangan, masker, baju pelindung, pelindung wajah, dan kaca
mata pelindung. Pedoman standar pencegahan dan pengendalian infeksi di
fasilitas pelayanan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012) hanya
menetapkan empat dari kelima alat tersebut sebagai alat pelindung diri di
fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yakni masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan baju pelindung.
Itjingningsih (2004), juga menyatakan bahwa keberhasilan upaya
pencegahan infeksi pada sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
penyediaan fasilitas tempat, dan sarana yang mendukung, serta ketaatan
petugas pelaksananya terhadap prosedur pencegahan infeksi itu sendiri.
Sarung tangan dan masker adalah sarana perlindungan baik petugas
maupun pasien.
Pasien, sebagai konsumen pengguna jasa pelayanan medis juga
mempunyai hak untuk diperlakukan dengan nyaman dan aman dari resiko
tertular infeksi yang mungkin berasal dari petugas kesehatan gigi. Little
(2002) dalam Suhartini (2009) mengemukakan bahwa apabila ingin
memberikan service in dental clinic atau pelayanan di klinik gigi yang
baik adalah apabila memperlakukan pasien seperti kita ingin diperlakukan,
dan buatlah pasien merasa aman dan percaya bahwa dia akan diperlakukan
dan dirawat dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Oktariana (2008) di
seluruh puskesmas Surabaya, 56,3% mengganti sarung tangan disetiap
pasien, 62,5% memakai masker setiap kali memeriksa pasien. Dalam
penelitian Wibowo, Parisihni dan Haryanto juga didapatkan bahwa ada
62.5 % responden memakai masker dan 56.3% responden mengganti
sarung tangannya pada setiap pasien berbeda. Pada penelitian Setiawan
(2014) terlihat bahwa 100% yang memakai masker dan mengganti sarung
tangannya pada setiap pasien berbeda.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
meneliti tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dengan pengunaan APD (Alat
Pelindung Diri) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut di
puskesmas Kabupaten Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut Bagaimanakah tingkat kepatuhan tenaga kesehatan
dengan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan gigi dan mulut di Puskesmas Kabupaten Semarang ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kesehatan
gigi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Jurusan Keperawatan Gigi
Dapat menambah referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes
Semarang Jurusan Keperawatan Gigi dan dapat sebagai tambahan
informasi bagi mahasiswa.
b. Bagi peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman
dalam hal berfikir ilmiah, serta belajar menyikapi suatu
permasalahan, terutama tentang kepatuhan penggunaan APD.
c. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.
A. Telaah Pustaka
1. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Pengertian APD
APD adalah alat ataupun pakaian yang digunakan untuk
melindungi dari risiko infeksi (Daniel dkk, 2008 dalam Ningrum
2014). Menurut Guidelines for Infection Control in Dental Health-
Care Settings CDC (2003) dalam Ningrum, yang dimaksud alat
pelindung diri dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah
sarung tangan, masker, baju pelindung, pelindung wajah, dan kaca
mata pelindung. Pedoman standar pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012)
hanya menetapkan empat dari kelima alat tersebut sebagai alat
pelindung diri di fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yakni masker, sarung tangan, kaca mata pelindung dan baju
pelindung.
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan
selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput lendir
pasien. Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan rutin,
tindakan bedah tulang, otopsi dan perawatan gigi dimana
menggunakan bor dengan kecepatan putar yang tinggi (Depkes,
2003).
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dibawah ini. Penyediaan
peralatan dan bahan perlindungan diri bagi tenaga di puskesmas
wajib dipenuhi dan untuk pengadaan dikoordinasikan dengan dinas
kesehatan kota/kabupaten.
b. Jenis-jenis APD
1) Sarung tangan
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan
sarung tangan ketika melakukan perawatan yang
memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan
sarung tangan dengan benar setelah digunakan dan segera
lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan.
Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan lakukan
kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan.
Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau
mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.
Prosedur pemakaian sarung tangan :
(1) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi
sebelah dalam lipatannya.
(2) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan
menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari jari
tangannya terbuka, lalu masukkan tangan.
(3) Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-
jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian
lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit
tangan).
(4) Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-
jari tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian
luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga
terasa pas di tangan. Selain sarung tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan
untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan meja
kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utilitygloves) yang
terbuat dari lateks atau vinil yang tebal.
Saat mengenakan sarung tangan, ada beberapa hal yang
harus diperhatiakan (Dirjen P2MPL,2010 dalam Yuliana
2012) diantaranya :
(a) Saat sebelum memakai maupun setelah melepas sarung
tangan harus cuci tangan terlebih dahulu
(b) Satu pasang sarung tangan hanya diperuntukkan untuk
satu orang pasien
(c) Untuk sarung tangan yang dapat dicuci dan
didesinfeksi, sebaiknya tidak dipakai lebih dari 3 kali
(d) Tidak dianjurkan memakai sarung tangan ganda karena
menurunkan kepekaan (raba) sehingga meningkatkan
risiko kecelakaan kerja
(e) Sarung tangan ganda boleh dikenakan jika tindakan
memakan waktu lama (>60 menit), operasi di area
sempit, dan saat kemungkinan adanya kontak dengan
darah/cairan tubuh dalam jumlah yang sangat banyak.
2) Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib
menggunakan masker pada saat melakukan tindakan untuk
mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta
percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker
harus sesuai dan melekat dengan baik dengan wajah sehingga
menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker diantara
pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama
tindakan ke pasien. Masker akan kehilangan kualitas
perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan
telah selesai.
3) Kacamata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan
kacamata pelindung untuk menghindari kemungkinan infeksi
akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah.
Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun
kemudian didisinfeksi setiap kali berganti pasien.
Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju
pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya kacamata
pelindung sebelum mencuci tangan. Setelah tangan
dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan cara seperti
tertera di atas.
4) Gaun/baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan
gaun/baju pelindung yang digunakan untuk mencegah
kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari
kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus
dicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari bahan yang
dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga
terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali
pakai (disposable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika
tindakan telah selesai.
Setelah selesai perawatan dan seluruh instrumen kotor telah
disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah terkontaminasi dengan
memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga terlepas dari dalam
ke luar. Setelah salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung
tangan lainnya dengan memegang sisi bagian dalam sarung tangan dan
menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alat pelindung diri telah
dilepaskan, hindari menyentuh area terkontaminasi.
Selalu lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan sebelum
memasang kembali sarung tangan.
2. Konsep Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003)
patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan
kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan atau disiplin.
Menurut Ali (1999) dalam Slamet (2007) kepatuhan berasal
dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan disiplin
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri.
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku manusia merupakan semua
kegiatan atau aktivitas manusia , baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan disiplin adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk menciptakan keadaan dimana suatu
lingkungan kerja yang tertib, berdaya guna dan berhasil, guna melalui
suatu system peraturan yang tepat. Pengertian disiplin sangat luas,
semisalnya apabila seseorang melanggar aturan yang telah ditetapkan
tidak diindahkan, maka dapat diambil tindakan terhadap pelanggaran
tersebut. Tindakan yang diambil bertujuan untuk memperbaiki keadaan
seseorang lebih disiplin dan bermoral tinggi. Disiplin karyawan dapat
dilihat dari kepatuhan terhadap peraturan, tingkat absensi dan
pelanggaran kerja (Devis, 1995 dalam Fakhrurrazi 2012)
Kepatuhan petugas professional (Perawat) adalah sejauh mana
perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan
pimpinan (Niven, 2000)
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
C. Pertanyaan Penelitian
Sejauhmana tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dalam pemakaian
APD (Alat Pelindung Diri) pada pelaksanaan asuhan keperawatan gigi dan
mulut di Puskesmas Kabupaten Semarang?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Survei, yaitu
suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Survei
dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam
jangka waktu tertentu, tetapi tidak seluruh objek diteliti, tetapi melalui
perwakilan dari objek tersebut. Rancangan penelitian menggunakan Cross
Sectional yang merupakan suatu penelitian untuk dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data secara simultan (dalam waktu yang bersamaan)
(Notoadmojo, 2010).
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2006). Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan di poli
gigi dan kepala puskesmas di Kabupaten Semarang.
2. Sample
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Tekhnik pengambilan sample
menggunakan purposive sample, yaitu pengambilan sample yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Peneliti mengambil 6 perwakilan
puskesmas di Kabupaten Semarang yang terdiri dari Tenaga Kesehatan
di Poli gigi berjumlah 12 orang (Dokter Gigi: 6 orang dan Perawat
Gigi: 6 orang) dan Kepala Puskesmas berjumlah 6 orang. Jadi total
responden berjumlah 18 orang.
C. Identifikasi Variable
1. Variabel bebas atau pengaruh dalam penelitian ini adalah pemakaian
APD (Alat Pelindung Diri) dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi
dan mulut di Puskesmas Kabupaten Semarang
2. Variabel terikat atau variable terpengaruh dalam penelitian ini adalah
tingkat kepatuhan tenaga kesehatan di Puskesmas Kabupaten
Semarang terhadap pemakaian APD sarung tangan dan masker pada
petugas kesehatan gigi.
G. Analisa Data
Analisa data deskriptif adalah suatu procedure pengolahan data
dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk
table atau grafik. Salah satu pengamatan yang dilakukan pada tahap
analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap table frekuensi. Table
frekuensi terdiri atas kolom-kolom yang memuat frekuensi dan presentase
untuk setiap kategori (Nursalam,2013).
A. Hasil Penelitian
Penelitian tentang Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dengan
penggunaan APD dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut di
Puskesmas Kabupaten Semarang telah dilakukan mulai bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2016. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di 6
puskesmas Kabupaten Semarang terdapat 12 responden dengan pembagian 6
dokter gigi dan 6 perawat gigi didapatkan hasil sebagai berikut :
Table 4.1 Hasil Penilaian wawancara dengan Petugas Kesehatan Poli Gigi di
Puskesmas Kabupaten Semarang
0% 1 Orang
8.3%
Baik
Sedang
11 Orang
Buruk
91.7%
80 80%
75%
70 75%
60
50% 50%
50
40
30
25%
20 20%
16.7%
10
8.3%
0% 0% 0% 0%0%
0 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Pemeriksaan Scalling
Konservasi
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4Excodontia
Gambar 4.3 Grafik Kepatuhan Pemakaian APD pada Tenaga Kesehatan Poli
Gigi berdasarkan Tindakan di Puskesmas Kabupaten Semarang
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepatuhan penggunaan APD pada
petugas tenaga kesehatan poli gigi di puskesmas kabupaten semarang masih
kurang patuh terlihat dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terdapat kesenjangan antara
apa yang dikatakan pada saat wawancara dengan apa yang dilakukan dalam
keseharian. Hal tersebut bisa dipengaruhi dari faktor perilaku individu yang
disadari dan disengaja, seperti menurut Moh Surya dalam Aulia (2016)
mengatakan bahwa perubahan yang disadari dan disengaja adalah perubahan
perilaku yang terjadi dari usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.
Dari observasi yang dilakukan didapatkan prosentase kepatuhan dalam
pemakaian APD sarung tangan dan masker adalah 50% tidak menggunakan APD
pada tindakan pemeriksaan. Hal ini dapat menimbulkan infeksi silang dan infeksi
nosocomial. Menurut Mulyani (2011) infeksi silang dapat terjadi dimana ada
sejumlah kemungkinan penyebaran mikoroorganisme dari pasien ke tenaga
kesehatan gigi dan jalur ini paling sulit di control. Kontak langsung (bersentuhan)
dengan saliva atau darah pasien bisa menjadi jalan masuk mikroba dan percikan
ludah maupun aerosol dari mulut pasien bisa menjadi droplet infection melalui
kulit yang tidak utuh, mukosa mata, hidung dan mulut atau terinhalasi. Dengan
demikian, tujuan control infeksi adalah untuk menghilangkan atau mengurangi
jumlah mikroorganisme antar individu atau antara individu dengan permukaan
yang terkontaminasi seperti salah satunya penggunaan alat pelindung diri sarung
tangan dan masker. Penggunaan alat pelindung diri sarung tangan dan masker
digunakan untuk melindungi kulit dari selaput lendir petugas dari resiko paparan
darah, semua jenis cairan tubuh, secret, kulit yang tidak utuh, dan selaput lendir
pasien.
Rahmad dalam Kusumawan (2002) infeksi nosocomial adalah infeksi
yang didapat atau timbul pada pasien selama dirawat di rumah sakit, infeksi
belum dijumpai saat masuk rumah sakit atau infeksi tersebut tidak dalam masa
inkubasi sewaktu pasien masuk ke rumah sakit. Infeksi nosocomial harus
dibedakan dengan infeksi silang. Infeksi silang adalah penularan penyakit yang
terjadi melalui media perantara (dokter gigi, perawat gigi atau pasien) kepada
orang lain dan infeksi nosocomial terjadi secara croos infection (agen penyebab
dari tenaga kesehatan atau pasien lainnya), infection from hospital (penyebab dari
bahan atau alat di tempat pelayanan) dan self infection (penyebab berasal dari
pasien itu sendiri).
BAB V
A. Kesimpulan
Penelitian tentang tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dengan penggunaan
APD dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut di puskesmas
kabupaten Semarang bulan maret-mei 2016, dapat disimpulkan :
1. Hasil wawancara yang telah dilakukan di dapatkan rata-rata kategori yang di
dapat tenaga kesehatan poli gigi 91,7% masuk dalam kategori sedang dan
8,3% masuk dalam kategori baik.
2. Hasil observasi didapatkan 50% tenaga kesehatan poli gigi puskesmas
kabupaten Semarang tidak menggunakan APD masker dan sarung tangan pada
saat tindakan pemeriksaan
B. Saran
1. Rutin dilakukannya penilaian kepala puskesmas terhadap kepatuhan
penggunaan APD sarung tangan dan masker pada tenaga kesehatan poli gigi
per bulan
2. Mengadakan pelatihan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
Petugas Kesehatan Gigi
3. Tenaga kesehatan di poli gigi lebih waspada terhadap infeksi silang yang
terjadi selama pelayanan berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007, Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Jakarta
Setiawan, P., I., 2014, Tingkat Kepatuhan Mahasiswa Coas Terhadap Standar
Operasional Prosedur Dalam Pengendalian Infeksi Silang (di
RSGM Hj.Halimah Dg.Sikati jl.Kandea kota Makassar), Skripsi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin,
http://repository.unhas.ac.id di akses 9 Februari 2016
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Pengajuan
Judul
Pengesahan
Judul
Pembuatan
Proposal KTI
Seminar
proposal
Perbaikan
Proposal
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
KTI
Seminar
KTI
Perbaikan
KTI
Pengumpulan
KTI
Lampiran 2
*Penilaian :
Skor 0 : tidak memakai APD
Skor 1 : hanya memakai masker
Skor 2 : hanya memakai sarung tangan
Skor 3 : memakai masker dan sarung tangan yang sama pada semua pasien
Skor 4 : memakai masker sama dan sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien
Lampiran 3
Pertanyaan 1. Bagaimana kebijakan puskesmas dalam standar pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut?
No Puskesmas Jawaban
1 A Kalau kebijakan kita ini secara peraturan puskesmas itu kan sudah dikarena kita kan puskesmas
sebagai percontohan uskesja, jadi kita dalam pelayan sudah diwajibkan. Itu sudah dituangkan
diperaturan puskesmas tentang usaha kesehatan kerja. Itu memang dari kita puskesmas bahwa setiap
pelayanan karena kita puskesmas percontohan yaa setiap pelayanan berhubungan dengan apa apa di
ruangan di poli ya harus memakai APD. Apalagi disini daerah-daerah yang beresiko, dimana kasus
HIVnya juga tinggi, apalagi di poli gigi dimana untuk beresiko tertular itu lebih berpotensi
2 B Kalau dari kepala puskesmas itu sesuai dengan kebijakan dari yang kami anut dari dinas kesehatan, jadi
semua kepala puskesmas melakukan seperti itu
3 C Semua terstandart karena memang kita mau menuju akreditasi, memang harus distandartkan sesuai
dengan SOP
4 D Ada pedomannya,ada SOPnya, ada manual mutunya kemudian ada blangko-blangko. Semua pelayanan
harus mengikuti standar akreditasi baik itu pedoman,acuan,standar procedure sampai nanti blangko-
blangko rekaman kegiatan
5 E Untuk standar asuhan keperawatan gigi dan mulut kita mengacu di SOP dan SPR. Itu saya rasa sama
semua di puskesmas sama, karena itu sudah menjadi kebijakan yang diturunkan kemenkes-dinsprov-
dinas kabupaten-puskesmas
6 F Standar sudah ada SOPnya itu, iya sudah ada SOPnya, yang melaksanakan dokter giginya jadi
tangungjawabnya itu dokter giginya
Pertanyaan 2. Menurut anda bagaimana ketersedian APD di puskesmas terutama pada bagian poli gigi ?
No Puskesmas Jawaban
1 A Cukup, lebih dari cukup
2 B Untuk APD insya Allah sudah tersedia semua sesuai kebutuhan karena setiap bulannya kita
mengajukan kebutuhan
3 C Mencukupi, terutama untuk masker sudah mencukupi handscoon juga semua mencukupi
4 D Cukup
5 E Cukup, tetapi memang untuk pengadaan APD kan barang habis pakai, pengadaan itu masih di dinas
kesehatan jadi ketersediaan tergantung stok dari gudangnya dinas kesehatan. Karena disana gudangnya
ada ya ada, klo gudangnya kosong ya kemungkinan kosong. Tapi untuk selama ini untuk APD saya
rasa tercukupi
6 F Cukup ada
Pertanyaan 3. Darimana semua keperluan APD di dapatkan ?
No Puskesmas Jawaban
1 A Itu kan dari dana JKN, ya ada yang program dari APBD/APBN
2 B Dari gudang farmasi
3 C Kita dipenuhi baik dari JKN maupun pemerintah daerah
4 D Bisa dari APBD, bisa dari APBN, bisa dari sumber pendapatan puskesmas
5 E Dinas kesehatan
6 F Dari dinas termasuk dari pengadaan obat itu kan
Pertanyaan 4. Bagaimana sistem pembagian APD untuk semua tenaga kesehatan? dan apakah semuanya dibagi sama rata?
No Puskesmas Jawaban
1 A Tidak, sesuai kebutuhan karna kita kalau mana yang lebih banyak membutuhkan ya disitu kita
alokasikan. Tapi kalau tidak terlalu banyak kita sesuai bagi rata ya gak sesuai kebutuhan
2 B Dibagi sesuai kebutuhan masing-masing, tiap poli pelayanan mengajukan kebutuhannya
3 C Tidak, sesuai dengan kebutuhan. Kalau gigi rata-rata penggunaannya banyak sekali. Tindakan banyak,
kalau gigi disamakan dengan bagian yang lain gak bisa karena APD mereka harus dicukupi dengan
baik
4 D Tidak, sesuai dengan proporsional karena sifatnyakan di stok, kalau pelayanan hari itu lebih banyak
yaa butuh banyak, kan tidak sama antara gigi dengan pelayanan umum dengan tindakan yang di UGD
kan tidak sama. Jadi stok di atas ambil seperlunya nantin kalau habis ambil lagi. Lah tiap hari kan gak
sama, kalau senin:100 selasa:50 jumat:30 kan tidak sama
5 E Pembagian sesuai kebutuhan, jadi tidak orang perorang tapi biasanya perbagian. Di BP umum,BP gigi,
UGD kita juga punya rawat inap. Jadi tidak orang-perorang tapi lebih ke per bagian
6 F Iya setiap ruangan ada APDnya, kan itu di stok digudang yang membutuhkan silahkan dikeluarkan dari
gudang setiap ruangan
Pertanyaan 5. Menurut anda, bagaimana kepatuhan penggunaan APD pada karyawan terutama karyawan di poli gigi ?
No Puskesmas Jawaban
1 A Patuh, mereka patuh
2 B Selama ini amat sangat patuh
3 C Pada prinsipnya mereka pauh
4 D Intinya 90% harus patuh, untuk poli gigi cukup taat
5 E Secara umum sebenarnya kalau APD sudah baik, saya melihatnya sekarang dibandingkan dulu
yaa..kalau dulu penggunaan APD masih yaa kadang ada yang tidak pakai
6 F Ya cukup baik
Pertanyaan 6. Apakah tenaga kesehatan gigi sudah melaksanakan standar dalam pemakaian APD ?
No Puskesmas Jawaban
1 A Kalau standarnya mungkin bisa dilihat. Standarnya sya fikir sudah standar
2 B Sudah
3 C Sudah
4 D Sudah
5 E Sudah
6 F Ya sudah
No Puskesmas Jawaban
1 A Iya, set iap setahun kita ada evaluas 2 kali diawal akhir
2 B Kami berusaha ada evaluasi
3 C Evaluasi berkala kita secara, kita lihat saja dalam pelaksanaan kalau memang mereka tidak memakai
atau lupa dalam pelaksanaan kita adakan istilahnya teguran atau pengingatan, tapi selama ini tidak
terjadi
4 D Ada audit internal, namanya audit internal standar pelayanan gigi di puskesmas
5 E Evaluasi secara khusus tidak ada, kalau evaluasi secara umum ada tapi biasanya kita evaluasi tidak
hanya spesifik di gigi saja
6 F Yang evaluasi dokter giginya, jadi penanggungjawab ruangan. Saya tinggal menerima hasilnya. Jadi
kalau poli gigi yang bertanggungjawab ya di poli giginya
Pertanyaan 8. Apakah ada sanki terhadap tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan standar operasional?
No Puskesmas Jawaban
1 A Kita teguran, biasanya teguran lisa atau bisa teguran tertulis kalau kebangetan yaa. Tapi biasanya gak
teguran tertulis,kita hanya teguran lisan
2 B Kalau sanksi kita tidak ada sanksi yah, karena selama ini sudah patuh hanya kita memberi ee istilahnya
bukan peringatan,,,apa yaarambu-rambu jangan sampai ada jangan melakukan diluar SOP
3 C Ya sanksinya berupa peringatan untuk pemakaian APD, karena selama itu mereka memang tidak
melanggar hal itu. Karena untuk menyangkut keselamatan daripada pasien maupun terhadap dia
sendiri. Bukan hanya pasiennya tetapi terhadap dia sendiri tertular suatu penyakit
4 D Kita punya daftar telusur penyebabnya apa, tidak patuh itu apa. Kalau penyebabnya memang
ketesediaan APD kan bukan salah di, tapi kepatuhan karna tidak tau ya tindak lanjut kita beri pelatihan
tapi kalau memang tidak ya ada nilainya, namanya mutu pelayanan
5 E Pasti ada, dari yang paling ringan berupa teguran pasti ada
6 F Ya ditegur
Lampiran 6
Kepatuhan Pemakaian APD pada Tenaga Kesehatan Poli Gigi berdasarkan Tindakan
di Puskesmas Kabupaten Semarang
Tidak Memakai Hanya Memakai Hanya Memakai Memakai Masker dan Memakai Masker yang Sama
Masker dan Sarung Masker Sarung Tangan Sarung Tangan yang Sama dan Sarung Tangan yang
Tangan Pada Setiap Pasien Berbeda pada Setiap Pasien
Pemeriksaan 6 orang 6 orang - - -
(50%) (50%)
Scalling - - 2 orang - 8 orang
(20%) (80%)
Konservasi 2 orang 6 orang
(25%) (75%)
Excodontia 1 orang 2 orang - 9 orang
(8,3%) - (16,7%) (75%)
Lampiran 9
RIWAYAT HIDUP