Analisa Uji Fisik, Ammonia (NH3), Nitrit (NO₂), Penentuan Kadar Besi (Fe), Mangan
(Mn) dan Klorin (Cl) dalam Sampel Air Minum Nestle dan Cleo
Di Susun Oleh :
Irham Maladi (1112096000001)
Siska Permata Sari (1112096000014)
Rizky Widyastari (1112096000025)
Windi Sofiana (1112096000026)
Kimia III-A
Assalamualaikum wr wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia lingkungan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Etyn Yunita, M.Si dan Ibu Nita
Rosita S.Si selaku dosen praktikum kimia lingkungan yang telah banyak memberikan
bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan praktikum kimia
lingkungan.
Laporan ini berjudul Analisa Uji Fisik, Ammonia (NH3), Nitrit (NO₂), Penentuan
Kadar Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Klorin (Cl) dalam Sampel Air Minum Nestle dan Cleo.
Dengan disusunnya makalah ini, semoga dapat memberikan manfaat dan pengetahuan
kepada para pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan ada kritik dan saran yang
membangun.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
2.1 Air...................................................................................................................................
b. pH .....................................................................................................................
c. Ec (electrical conductifity)...............................................................................
d. Suhu ..................................................................................................................
f. Salinitas .............................................................................................................
3.4 Penentuan Kadar Logam Besi, Mangan, dan Klorida Dalam Sampel Air .......................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan, air menutupi hampir
71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di
bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub
dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai,
muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak
mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas
permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi.
Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia.
Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh
semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya
dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya. Bagi tubuh manusia, air merupakan
salah satu zat gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan
mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan. Setiap hari,
rata-rata manusia memerlukan asupan air sebanyak 2 (dua) liter. Melalui sebuah riset
diketahui bahwa kekurangan 1-2 persen air saja bisa menyebabkan gangguan fungsi otak
seperti kurangnya konsentrasi dan kemampuan berpikir. Kekurangan air di atas 2 persen,
tubuh bisa mengalami sakit kepala, letih, lemah, gangguan pergerakan otot hingga
kematian. Kurang minum air juga dapat mengakibatkan sejumlah penyakit, diantaranya
gangguan ginjal dan infeksi saluran kemih. Oleh karena itu, kehidupan ini tidak mungkin
dapat depertahankan tanpa air.
Dalam air, terdapat berbagai kandungan bahan kimia. Bahan kimia ini dapat berefek
positif ataupun negatif bagi tubuh manusia dan makhluk lainnya. Kondisi lingkungan
sumber air ikut mempengaruhi karakteristik air,sehingga bahan kimia yang terkandung di
dalamnya dapat beragam, begitu pula dengan kadarnya. Berdasarkan keragaman tersebut,
maka ditetapkan suatu standar yang mengatur kualitas air yang baik untuk dikonsumsi.
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).
Tidak dapat dipungkiri, bahwa air minum adalah kebutuhan yang amat penting bagi
kehidupan kita sehari-hari. Seiring dengan kemajuan jaman & teknologi serta penemuan-
penemuan baru di bidang marketing, konsumen sering dibingungkan dengan pertanyaan
tentang air minum yang terbaik bagi keluarga mereka.
Dengan semakin bertambahnya penduduk & semakin rendahnya kualitas air yang dipasok
oleh pemerintah melalui kran-kran di rumah-rumah, konsumen sering tidak memiliki
pilihan lain, selain memilih air minum dalam kemasan (AMDK) yang pada saat ini
membanjiri pasar. Tidak hanya jenis merk yang berjumlah 600 lebih pada saat ini yang
beredar di pasar yang membuat konsumen bingung, jenis air yang ditawarkan pun
bertambah dari hari ke hari, bulan ke bulan.
Adapun percobaan yang telah dilakukan yang kemudian disusun menjadi makalah ini
adalah pengamatan beberapa parameter material kimia yang terkandung dalam sampel air
yang meliputi : kadar ammonia (NH3), kadar nitrit (No₂), kadar besi (Fe), kadar mangan
(Mn), dan kadar klorin (Cl). Dengan mengambil sampel air minum dalam kemasan merk
Nestle dan Cleo.
Adapun manfaat dari dilakukan percobaan dan penyusunan makalah ini adalah makalah
ini dapat memberikan informasi kepada dosen, rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca
mengenai kandungan berbagai bahan kimia dalam sampel air dalam kemasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H₂O. Satu molekul air memiliki dua
atom hidrogen kovalen terikat pada atom oksigen tunggal. Molekul air yang satu
dengan molekul-molekul air yang lainnya bergabung dengan satu ikatan hidrogen
antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain. Tarikan atom oksigen pada
elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen,
meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan
negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat
molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar
molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling
berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan
titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen. Adanya ikatan
hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki sifat-sifat yang khas.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan
dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah
ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Selain menjadi pelarut yang baik, air juga mempunyai konstanta dielektrik yang
sangat tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap sifat-sifat pelarutnya. Hal ini
menyebabkan banyak sekali senyawa ionis berdisosiasi dalam air, Kapasitas kalor air
cukup tinggi yaitu 1 kal.g-1.C-1, oleh karena itu kalor yang diperlukan untuk merubah
suhu dari sejumlah massa air cukup tinggi pula sehingga menstabilkan suhu air pada
seluruh wilayah geografis. Hal tersebut dapat melindungi kehidupan akuatik dari
adanya kejutan perubahan suhu. Disamping itu, dengan kalor penguapan yang sangat
tinggi yaitu 585 kal.g-1 pada suhu 200C dapat menjaga kestabilan suhu badan air dan
wilayah geografis sekitarnya, kondisi ini juga mempengaruhi perpindahan kalor dan
uap air antar badan air dan atmosfer.
2.1.1 Sifat-Sifat Air
Sifat Fisika
Sifat fisika merupakan sifat materi yang dapat dilihat secara langsung dengan
indra. Sifat fisika terdiri dari :
- Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah
liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
- Tidak berwarna
Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya
bagi kesehatan.
- Tidak Berasa (tawar)
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
- Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang
sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
- Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat
membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
- Tidak banyaknya padatan yang terlarut di dalamnya
Sifat Kimia
Sifat kimia umumnya merujuk pada sifat suatu materi pada kondisi ambien
atau sekitar, yaitu pada suhu kamar, tekanan atmosfer, dan atmosfer
beroksigen). Sifat ini terutama timbul pada reaksi kimia dan hanya dapat
diamati dengan mengubah identitas kimiawi suatu zat. Sifat kimia dapat
digunakan untuk menyusun klasifikasi kimia.
Sifat kimia biasanya digunakan untuk menyatakan, antara lain:
a. elektronegativitas
b. potensial ionisasi
c. jenis ikatan kimia yang dibentuk, antara lain logam, ion, dan kovalen.
Tabel Baku Mutu Air
2.1.2 Standar Kualitas Air
b. pH
c. EC (Electrical Conductivity)
d. Suhu
f. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Amonia merupakan senyawa yang terdiri atas unsur nitrogen dan hidrogen serta
dikenal memiliki bau menyengat yang khas. Molekul amonia terbentuk dari ion
nitrogen bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif dengan rumus
kimia NH3. Amonia dapat terjadi secara alami atau diproduksi secara sintetis.
Amonia yang terdapat di alam (di atmosfer) berasal dari dekomposisi bahan organik.
Produksi amonia buatan melibatkan serangkaian proses kimia untuk
menggabungkan ion nitrogen dan hidrogen.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu
-33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat
rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani
dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium
hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam
satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya
memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5
°C).[7] Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10
persen berat amonia.
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Oleh karena itu, nitrit bersifat tidak
stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah
bersifat toksik bagi organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar
oksigen terlarut yang rendah. Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal dari
bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem
distribusi PDAM. Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen,
disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan
tertentu dan dapat menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-
ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba
di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-
pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh
karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah
senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang
terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia
anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan
kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya
larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah.
Nirit dalam suasana asam pada pH 2,0-2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamide dan
N-1 naphtyl ethylene diamnine dihydrocloride membentuk senyawa azo yang
berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.
Metoda ini dipakai untuk menetapkan kadar nitrit dalam sampel air dan air buangan
industri dan rumah tangga. Prosedur dengan spektofotometri ini digunakan untuk
pengujian kadar nitrit dalam air antara 0,001-0,100 mg/L. Jika menggunakan kuvet 1
cm dalam penentuan kadar nitrit, maka akan diperoleh kadar nitrit 0,18 mg/L. Untuk
meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan kuvet yang lebih panjang
lintasannya (5 cm atau 10 cm).
Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan Fe.
Apabila Fe tersebut dalam jumlah banyak akan muncul berbagai gangguan
lingkungan. Kadar Fe dalam air tanah di wilayah Jakarta semakin meningkat.
Beberapa sumur memiliki kadar Fe melebihi baku mutu. Intake Fe dalam dosis besar
pada manusia bersifat toksik karena besi fero bisa bereaksi dengan peroksida dan
menghasilkan radikal bebas.
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, memiliki sifat yang mirip
dengan besi (Fe), merupakan logam keras, mudah retak, dan mudah teroksidasi.
Logam Mn merupakan salah satu logam dengan jumlah sangat besar di dalam tanah,
baik dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Logam Mn bereaksi dengan air dan
larut dalam larutan asam. Kadar Mn meningkat sejalan dengan meningkatnya
aktivitas manusia dan industri, yaitu berasal dari pembakaran bahan bakar. Mangan
yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk kelingkungan air, tanah, udara,
dan makanan. Kadar mangan dalam dosis tinggi bersifat toksik.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron
untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−. Garam dari asam klorida
HCl mengandung ion klorida; contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium
klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion
Na+ dan Cl−.
Uji klorida dalam sampel air ini menggunakan metoda argentometri cara Mohr pada
kisaran 1,5 mg/L sampai dengan 100 mg/L. Senyawa klorida dalam contoh air dapat
dititrasi dengan larutan perak nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 7
sampai dengan pH 10), menggunakan larutan indikator kalium kromat. Perak klorida
diendapkan secara kuantitatif sebelum terjadinya titik akhir titrasi, yang ditandai
dengan mulai terbentuknya endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan.
Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi
panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini
menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan
emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena
mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas.
Adanya absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu
perpindahan elektron dalam atom, dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi
lain.
AAS menganut hukum lambert beer sama seperti spektrofotometer UV/Vis. Cara
perhitungannya pun sama, yaitu dengan membuat deret standar dan setelah
ditetapkan harga absorbansi atau % transmisinya, kemudian dibuat grafik.
Pada AAS umumnya pencatatan hasil analisis memakai sistem digital atau dapat
dipakai rekorder atau komputer. Bila dipakai rekorder dengan memprogramkan
tinggi puncak salah satu deret standar, maka untuk mengetahui kepekatan (ppm)
contoh yaitu dengan membandingkan tinggi puncak dari contoh dan deret standar.
Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwa
berikut secara berurutan dengan cepat :
1. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.
2. Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang
mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.
3. Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi lebih
tinggi.
Bagian-bagian penting dari alat SSA adalah sumber radiasi resonansi, tabung gas,
ducting, kompresor, atomizer, monokromator, detektor, dan rekorder. Proses-proses
dalam AAS yaitu emisi, absorpsi, dan atomisasi.
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Water Quality Checker adalah alat multi-parameter yang dapat mengukur kualitas
air dari segi delapan parameter mendasar. Keenam parameter tersebut adalah pH,
konduktivitas, DO, kekeruhan, suhu, turbiditas, salinitas, dan kedalaman.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel yang digunakan : Air minum dalam kemasan 600ml merk Nestle dan Cleo
Bahan :
Sampel air minum dalam kemasan 600ml merk Nestle dan Cleo
Aquadest
larutan HNO3
C. Prosedur Kerja
1) Persiapan wadah sampel
Botol sampel dibersihkan dan dicuci dengan sabun. Setelah itu, dibilas
dengan aquadest sampai bersih. Kemudian wadah dibilas dengan larutan
HNO3. Selanjutnya wadah dibilas lagi menggunakan aquades hingga bersih
dan dikeringkannya dengan cara membalikan botol.
2) Analisa Uji Fisik
Uji fisik ini digunakan alat WQC. Parameter yang diuji oleh alat ini ada
enam, yakni nilai pH, suhu, DO, turbidity, conductivity, salinity dan
kedalaman. Langkah yang dilakukan adalah membilas wadah untuk sampel
dengan aquadest, lalu sampel dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Setelah
itu dicelupkan WQC ke dalam sampel tersebut, sehingga akan didapat data
dari sampel tersebut berdasarkan keenam parameter tadi.
Bahan:
C. Prosedur Kerja
Pembuatan larutan
4. Larutan pengoksidasi
100 mL larutan alkalin sitrat dicampurkan dengan 25 mL larutan
NaOCl 5 %. Larutan ini harus disiapkan setiap kali sebelum pengujian.
Pengukuran Sampel
Bahan :
C. Prosedur Kerja
Pembuatan larutan
2. Larutan sulfanilamid
5 g sulfanilamid dilarutkan dalam campuran 300 ml aquades dan 50 ml
HCl pekat. Lalu diencerkan dengan aquades sampai 500 ml.
3.4 Penentuan Kadar Logam Besi, Mangan, dan Klorida Dalam Sampel Air
A. Lokasi dan Waktu Percobaan
Lokasi : Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu : 22 Oktober 2013, 07.30 WIB
Bahan :
C. Prosedur Kerja
1. Ambil 100 mL sampel dan tambahkan HNO3 1 mL (1% dari volume sampel).
2. Apabila sampel agak keruh,lakukan penyaringan dengan filter paper atau
centrifuge.
3. Buat larutan standar Fe dan Mn dari larutan induk Fe dan Mn dengan
konsentrasi 0.1 ppm; 0.5 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm
4. Optimalkan instrument AAS sesuai dengan instruksi kerja alat
5. Ukur konsentrasi larutan standar masing-masing logam dengan AAS, pastikan
kurva kalibrasinya membentuk kurva linier (garis lurus) dengan koefisien
korelasi mendekati 1(0.99…)
6. Lakukan pengukuran sampel, dan catat konsentrasi yang tertera pada AAS
7. Apabila tidak ada pemgenceran atau pemekatan pada sampel, maka
konsentrasi sampel pada AAS merupakan konsentrasi logam tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Sampel 3,4,5
Sampel 4,5,6
BAB V
PEMBAHASAN
Pada uji fisik dalam air ini sampel yang digunakan adalah sampel air minum
bermerk yang dijual di pasaran. Terdapat 12 sampel air yang di uji sifat fisik dalam air
tersebut. pertama sampel air telah ditambahkan larutan asam nitrat (HNO3), yang bertujuan
untuk mengawetkan sampel air tersebut . Selanjutnya, sampel yang diperoleh dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan uji sifat fisik air dengan menggunakan alat Water Quality
Checker. Dengan menggunakan alat tersebut dapat diketahui pH, suhu, DO, turbidity,
conductifity, dan salinity.
Pada hasil pengamatan dapat di lihat pH yang didapatkan sangat kecil masing –
masing sampel phnya bernilai 5, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum bahwa
pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5 - 8,5 tapi pH hasil pengamatan adalah 5 dapat
disimpulkan bahwa air tersebut tidak layak untuk diminum karena bersifat asam. Sampel VIT
bersifat sangat asam dari sampel yang lain dengan ph sebesar 5.40 dan ini sangat berbahaya
bagi tubuh. Semua sampel ini sangat berbahaya jika di konsumsi terus menerus karena
keasamannya dapat membuat rusaknya tubuh dan membuat meingkatnya keasaman dalam
tubuh. pH yang berada di bawah 5,6 dapat menimbulkan korosi pada wadah besi dan dapat
meningkatkan mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia oleh
karena itu semua sampel sangatlah berbahaya untuk di konsumsi. Nilai pH yang kecil ini bisa
terdapat kesalahan dalam menggunakan ph meter yang membuat semua sampel bersifat
asam.jika benar ph sampel bermerek yang dijual di pasaran ini bersifat asam semua maka
dapat di ketahui bahwa akan ada banyak orang – orang yang terkena penyakit.
Berdasarkan hasil analisis suhu, air kemasan merek ini berada pada suhu masing-
masing di atas suhu normal yaitu 10o-25 o C (sejuk) . Pada skala suhu ini besar kadar oksigen
dalam sampel dapat diketahui . Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen
terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi .
Pada turbidty semua sampel nilai nya sama yaitu 0.00. untuk nilai TDS nilai sampel
moses sangat lah kecil yaitu 0.001 mg/L . pada nilai DO yang biasanya dimiliki oleh perairan
tropis yakni berkisar antara 6,5-8 mg/L dari semua sampel nilai DO nya memenuhi nilai DO
pada perairan tropis. Nilai salanity semua sampel berkisar antara 0.00 % - 0.001%.
Penentuan Kadar Ammonia
Penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam air sampel dilakukan melalui metode
Phenat, yaitu kadar ammonia diukur dengan alat spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 640 nm dengan penambahan natrium hipoklorit dan katalis natrium nitroprusid,
sehingga dihasilkan senyawa kompleks indofenol yang memberikan intensitas warna biru.
Warna biru yg dihasilkan tergantung kadar ammonia yang terdapat didalam sampel, semakin
pekat warna biru yang dihasilkan maka makin besar pula kandungan ammonia didalam
sampel.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas, dari semua sampel air minum dalam
kemasan yang dianalisis, tidak didapat kadar ammonia yang melebihi batas dari yang
ditentukan dalam KepMenkes nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu kadar ammonia
maksimal didalam air bersih sebesar 1.5 mg/L. Batas nilai MDL untuk penentuan kadar
ammonia yaitu 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L dengan kata lain di dalam sampel air tersebut
terdapat kandungan ammonia yang sangat sedikit, kecuali pada sampel 2.2 dan 6.1
Nitrit (NO2-) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
antara dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit dalam perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001
mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0,06 mg/L adalah brsifat toksik bagi organisme perairan.
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan
organic yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Nitrit yang dijumpai pada air
minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang dipakai dipabrik yang mendapatkan air
dari sistem distribusi PDAM.
Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk
nitrosamine (RRN-NO) pada air buangan tertenu dan dapat menimbulkan kanker. Dalam
percobaan ini menentukan kadar nitrit (N-NO2-) dalam sampel larutan air minum dengan
metode spektrofotometri menggunakan UV-Vis. Prinsipnya adalah pengukuran nitrit pada
panjang gelombang maksimum yang ditentukan yaitu 543 nm, setelah larutan sampel yang
mengandung nitrit dilakukan pengenceran dengan larutan sulfanilamide dengan demikian
pengukuran larutan sampel (air minum) dengan spektrofotometri UV menunjukan adanya
nitrit dengan absorbansinya adalah sampel Ades yaitu 0,0064 mg/L; sampel Alfa Midi yaitu
0,0080 mg/L; sampel Cleo yaitu 0,0793 mg/L; sampel Nestle yaitu -0,0030 mg/L; sampel 2
Tang yaitu 0,0007 mg/L; dan sampel Total yaitu -0,0047 mg/L.
Penentuan Kadar Besi, Mangan, dan klorida
Besi (Fe) dan mangan (Mn) adalah senyawa logam transisi. Yang mempunyai batas
tersendiri untuk diperbolehkan di konsumsi untuk kehidupan sehari-hari. Karena pada dosis
yang tinggi dapat menyebabkan toxcicity. Pada percobaan penentuan kadar Fe dalam air
minum kemasan didapatkan bahwa nilai dari dua sample air kemasan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan R.I No : 907/MENKES/SK/VII/2002 batas nilai batas kadar Fe dalam air
minum adalah 0,3 mg/L sedangkan dalam sample air kemasan terdapat kandungan Fe sebesar
0.1 mg/L pada sample nestle dan 0.04 mg/L pada sample cleo. Dan ambang batas untuk kadar
Mn sesuai peraturan Menteri kesehatan adalah 0,1 mg/L sedangkan dalam sample air
kemasan terdapat kandungan Mn sebesar 0.0009 mg/L pada sample nestle dan 0.0042 mg/L
pada sample cleo. Kandungan besi atau mangan yang tinggi dalam air minum akan
membahayakan kesehatan. Karena, jika zat tersebut berada dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan penyakit karena logam tersebut bersifat toksik. Pada prinsipnya pengujian
kadar Fe dan Mn menggunakan instrumen AAS. Instrumen ini dipergunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan keberadaan logam baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Berdasarkan percobaan tersebut didapat kandungan Fe maupun Mn pada sample air
kemasan tersebut memenuhi standar untuk dikonsumsi yaitu dibawah 0.3 ppm untuk Fe dan
0.1 ppm untuk Mn.
Metode Argentometri (Mohr) dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dalam
suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator.
Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH
6,5-9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikoromat dan dalam
suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah:
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2AgOH
Larutan klorida dalam suasan netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromide telah habis diendapkan
oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat atau merah bata sebagai titik akhir titrasi.
Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 5% yang dengan ion perak akan
membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak katalis. Kelebihan
indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna ini dapat diatasi dengan melarutkan
blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambahan kalsium karbonat sebagai
pengganti endapan AgCl.
Percobaan klorida kali ini dilakukan pengujian sampel dimana sampel airnya berasal
dari minuman kemasan, yaitu Cleo dan Nestle. Dari sampel ini akan ditentukan berapa kadar
klorida yang terkandung dengan menitrasinya dengan indikator K2CrO4 serta AgNO3 sebagai
titrannya.
Dari percobaan yang dilakukan, volume rata-rata AgNO3 yang dibutuhkan untuk mencapai
titik akhir titrasi adalah sebanyak 10,8 mL. Sehingga dapat dihitung kadar klorida yang
terkandung di dalam sampel air yang digunakan. Kadar klorida yang di dapat dalam kedua
sample tersebut sama, yaitu senilai 2,548 ppm. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kadar
klorida yang terkandung dalam sampel air tersebut cukup rendah, hal ini disebabkan karena
sanple yang digunakan merupakan air kemasan yang langsung diminum.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun
2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum kadar klorida yang dapat dijadikan air minum
adalah sebesar 250 mg/L. Jadi jika dibandingkan dengan hasil yang di dapat maka kedua
sampel air kemasan tersebut dapat digunakan sebagai air minum, karena kadar klorida yang
rendah.
BAB VI
KESIMPULAN
Nilai ph dari semua sampel sangatlah kecil dapat dikatakan sangat asam dan
berbahaya bagi tubuh. Nilai ini kemungkinan adanya kesalahan dalam menggunakan alat
WQC. pH yang diperbolehkan dalam air minum berkisar antara 6,5 - 8,5, sehingga untuk
sampel-sampel ini memilki tingkat keasaman yang tinggi untuk standar air minum.
Untuk kadar ammonia, dari semua sampel air minum dalam kemasan yang dianalisis,
tidak didapat kadar ammonia yang melebihi batas dari yang ditentukan yaitu 0,1 mg/L sampai
0,6 mg/L dengan kata lain di dalam sampel air tersebut terdapat kandungan ammonia yang
sangat sedikit, kecuali pada sampel 2.2 dan 6.1.
Untuk kadar nitrit, semua sampel memiliki kadar yang sesuai dengan batasan yaitu
dibawah 0,1.
Untuk penentuan kadar logam dan klorida, berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel layak untuk dikonsumsi karena mempunyai kadar Fe dan Mn
yang rendah. Besarnya kandungan klorida dalam keuda sample sampel adalah 2,548 ppm,
pada titik akhir titrasi terbentuk endapan merah bata. Sample (Cleo & Nestle) mepunyai
kadar Cl- yang rendah sehingga layak diminum.