Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti
bahan perekat. Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang
terdiri dari senyawa C-S-H (Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila
bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahan-bahan padat lainnya,
membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras. Dalam
perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih
telur, ketan atau bahan lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal,
seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun
jembatan di China yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai
perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang
dijumpai di Pulau Buton. Benar atau tidak, cerita, legenda tadi
menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.

Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di


Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana. Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen
made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan
Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran. Baru pada abad ke-18
(ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan
campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton
yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini.
Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824
mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland.
Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat
Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang di toko-toko bangunan. Sebenarnya, adonan Aspdin
tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan
utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung
yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir),
aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu

kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai


terbentuk campuran baru.

Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku:
batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau
bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras
atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO),
sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi
Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan
semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah
dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari
proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40
kg atau 50 kg. Semen merupakan bahan bangunan yang sangat banyak
digunakan, terutama untuk pekerjaan pembuatan beton. Di samping itu,
semen juga digunakan untuk pekerjaan lainnya misalnya pemasangan
batu bata, plesteran dinding, pemasangan keramik lantai, dll.
1.2

Tujuan

Mengingat pentingnya mengetahui tentang semen dalam


penggunaannya dalam kehidupan , maka makalah ini dibuat dengan
tujuan sebagai berikut :

Agar dapat mengetahui dasar teori tentang semen

Agar dapat mengetahui klasifikasi semen

Agar dapat mengetahui proses pembuatan semen

Agar dapat mengetahui aplikasi semen

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Dasar Teori Semen


Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk
merekat, melapis, membuat beton, dll. Semen yang terbaik saat ini
adalah semen Portland yang ditemukan tahun 1824 oleh Joseph Aspdin.
Semen dibuat dari batu kapur (limestone) dan campuran
material lain seperti lempung (clay) dan pasir (sand) yang dipanaskan
sampai 1450C di dalam sebuah tungku pemanas (kiln). Hasil
pembakaran ini adalah clinker yang kemudian digiling halus
dengan ditambahkan sedikit bahan gypsum sehingga menjadi semen
yang di kenal.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan beton, unsur-unsur kimia
di dalam semen ini sangat mempengaruhi sifat karakteristik beton yang
dibuat.

2.1.1. Unsur-unsur Kimia Utama di Dalam Semen

3CaO.SiO2 : tricalsium silicate, disingkat C3S

2CaO.SiO2 : dicalsium silicate, disingkat C2S

3CaO.Al2O3 : tricalsium aluminate, disingkat C3A

4CaO.Al2O3.Fe2O3 : tetracalsium aluminoferrite, disingkat C4AF

Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida,
dan phosporus pentoksida.
Komposisi unsur-unsur kimia tersebut di dalam semen sangat
mempengaruhi sifat-sifat dan kegunaan semen tersebut. Peranan
masing-masing unsur kimia dalam semen tersebut dapat dijelaskan sbb:
C3S

Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen

Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 70% dalam 1


minggu

Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara


semen dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram

C2S

Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen

Pengerasan pasta semen berlangsung lambat (dalam beberapa


minggu sampai 1 bulan)

Menghasilkan panas hidrasi lebih rendah, sekitar 250 joule/gram

C3A

Bereaksi dengan air membentuk pasta semen berkekuatan rendah

Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 1 s.d 2 hari

Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 850 joule/gram

C4AF

Bereaksi dengan air membentuk pasta semen

Pengerasan pasta semen berlangsung sangat cepat, dalam beberapa


menit

Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 420 joule/gram

Ada 5 tipe semen menurut standar ACI 225 (American Concrete


Institute). Ke-5 tipe semen ini berbeda sifat dan kegunaannya karena
perbedaan komposisi unsur-unsur kimia di dalamnya.

2.2

Tipe Penggunaan

C3S C2S C3A C4AF

Beton biasa

54 18 10

II

Beton dengan ketahanan sulfat dan panas


55 19 6
hidrasi sedang

11

III

Beton dengan kekuatan awal tinggi

55 17 9

IV

Beton dengan panas hidrasi rendah

42 32 4

15

Beton dengan ketahanan sulfat tinggi

54 22 4

13

Klasifikasi Semen

2.2.1 Klasifikasi Semen ada 3 Macam, yaitu :


1. Puzzolan Semen : Ini terdiri dari campuran silikat kalsium dan
aluminium. Ini menunjukkan es properti hidrolik bila dalam bentuk
bubuk dan dicampur dengan proporsi yang sesuai kapur. Tingkat
pengerasan jauh lebih lambat dan kekuatan telah comprehensi
dikembangkan adalah sekitar setengah dari semen Portland. Hal ini
ditemukan hanya resisten terhadap aksi kimia dari yang lain.
Pozzolan : Adalah bahan yang mengandung senyawa silica dan
Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat
seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan
dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi
secara kimiawi dengan Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi

antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa


Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.
Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :
a) Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah
Diatomae. Di Indonesia Pozzolan alam dikenal dengan nama
TRASS.
b) Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini
adlah hasil pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu
bara (Fly Ash)
2. Sifat Semen
3. Semen Portland
2.2.2 Klasifikasi bubuk semen ada 8 :
1. Kelas A

Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft

Tidak tahan terhadap sulfate

Semen ini sama dengan semen bangunan

2. Kelas B

Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft

Tahan terhadap sulfate, tersedia tingkatan moderate sampai tinggi

Semen ini diaplikasikan untuk zone-zone yg banyak mengandung


H2S

3. Kelas C

Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft

Mempunyai strength awal yg tinggi

Ada yg tahan dan tidak tahan terhadap sulfate

4. Kelas D

Semen ini dapat digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai 10000


ft

Diaplikasikan untuk suhu dan tekanann formasi yg moderate


sampai tinggi

Ada yg tahan dan tidak tahan terhadap sulfate

10

5. Kelas E

Semen ini dapat digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai 14000


ft

Diaplikasikan untuk formasi yg punya suhu dan pressure yg tinggi

Ada yg tahan dan tidak tahan terhadap sulfate untuk tingkat tinggi

6. Kelas F

Semen ini dapat digunakan untuk kedalaman 10000 ft sampai


16000 ft

Diaplikasikan untuk menyemen formasi yg punya suhu dan


pressure yg tinggi

7. Kelas G

Semen ini semen dasar yg digunakan sampai kedalaman 8000 ft

Ada yg tahan terhadap sulfate

Ditambah additive bila diperlukan dalam penggunaanya

8. Kelas H

11

Semen ini semen dasar yg digunakan sampai kedalaman 8000 ft

Tersedia untuk tingkat moderate sulfate resistance

Ditambah additive bila diperlukan dalam penggunaanya

Klasifikasi semen dari kelas A-F merupakan semen yg tidak


ditambah additive dalam penggunaannya, sedangkan klasifikasi semen
kelas G-H ditambahi additive bila diperlukan.
2.3

Proses Pembuatan Semen

2.3.1 Bahan Baku Pembuatan Semen:


1. Batu kapur
Batu

kapur

merupakan

Komponen

yang

banyak

mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah lia, Magnesium Karbonat,


Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya. Senyawa besi dan
organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2. Tanah Liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa
Alumina Silikat Hidrat Klasifikasi Senyawa alumina silikat
berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya : Kelompok
Montmorilonite Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan

12

nitronite Kelompok Kaolin Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan


halaysite Kelompok tanah liat beralkali Meliputi : tanah liat mika
(ilite).
2.3.2. Bahan Baku Pendukung Semen
1. Pasir Besi dan Pasir Silikat
Bahan ini merupakan Bahan koreksi pada campuran tepung
baku (Raw Mix) Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia
esensial yang diperlukan untuk pembuatan semen Pasir Silika
digunakan untuk meneikkan kandungan SiO2 Pasir Besi digunakan
untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix.
2. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O)
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses
pengerasan dari semen
Hilangnya kristal air pada gypsum menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya sifat gypsum sebagai retarder.
2.3.3 Bahan Kimia Pembuatan Semen
1. Trikalsium Silikat
2. Dikalsium Silikat

13

3. Trikalsium Aluminat
4. Tetra Kalsium Aluminofe
2.3.4

Proses Pembuatan Semen


1. Penghancuran (crushing) bahan baku
2. Penyimpanan dan pengumpanan bahan baku
3. Penggilingan dan pengeringan bahan baku
4. Pencampuran dan homogenisasi
5. Pemanasan awal
6. Pembakaran
7. PendinginanPendinginan akhir
Proses Pembuatan Semen Secara Umum
Proses Pembuatan Semen
Jenis- jenis Bahan Baku

Jenis- jenis Bahan Baku

Perbandingan Berat (%)

Batu Kapur

80-85

14

Tanah Liat

6-10

Pasir Silika

6-10

Pasir Besi

Gypsum

3-5

Gambar . Proses Pembuatan Semen secara Umum

15

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-proses-pembuatan-semen/

2.4.

Aplikasi Semen

2.4.1 Jenis- jenis Semen


Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Semen Portland (Portland Cement)


Semen Putih
Semen Masonry
Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
Semen Alami (Natural Cement)
Semen Slag (Slag Cement)
Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)
Semen Pozzolona
Semen Trass

1. Semen Portland (Portland Cement)


Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling
banyak dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting.
Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan, plesteran,bahan
penambal, adukan encer (grout) dan sebagainya.Semen portland
dipergunakan dalam semua jenis beton struktural seperti tembok, lantai,
jembatan, terowongan dan sebagainya, yang diperkuat dengan tulangan
atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam
segala macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok penahan,
perkerasan jalan dan sebagainya.Apa bila semen portland dicampur
dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk

16

pasangan bata atau batu,atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan


tembok sebelah luar maupun sebelah dalam.
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu
pecah atau kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi
air,maka terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan sesuai dengan
ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya.
Perbandingan-perbandingan bahan utama dari semen portland adalah
sebagai berikut:
-

Kapur (CaO)

60% - 65%

Silika (SiO2)

25%- 25%

Oxida besi dan alumina Fe2O3 dan Al2O3

7% - 12%

Dengan mundurnya kerajaan Romawi, beton tidak dipakai


lagi.Langkah pertama terhadap perkenalan kembali adalah pada kirakira tahun 1790, pada waktu itu seorang Inggris bernama J. Smeaton
menemukan

bahwa

jika

kapur

yang

mengandung

lempung

dibakar,bahan itu akan mengeras didalam air. Semen ini menyerupai


jenis semen yang telah dibuat oleh bangsa Romawi. Penyelidikan lebih

17

lanjut oleh J. Parker dalam dasawarsa yang sama menjurus pada


pembuatan semen alam hidrolik secara komersial, yang secara luas
digunakan pada permultan abad ke-19 di Inggris dan kemudian di
Perancis.
Jembatan pertama yang dibuat dengan beton tak bertulang
dilaksanakan di Souillac di Perancis pada tahun 1816. Pembuatan
semen hidrolik yang lebih maju, yang dapat lebih dipercaya, dilakukan
oleh Joseph Aspdin, seorang tukang batu dari Inggris pada tahun
1824.Hasilnya disebut semen portland oleh karena rupanya sama
seperti batu bangunan yang ditemukan dipulau Portland, dekat pantai
Dorset. Sampai akhir abad ke 19 semen portland telah banyak di export
ke lain-lain negara di Dunia.
Pabrik semen portland yang dibuka pertama kali di luar
Inggris,adalah di Perancis dalam tahun 1855, dan di USA dalam tahun
1871. Di Indonesia kita telah punya pabrik-pabrik semen portland
modern dengan mutu internasional di tempat-tempat:
1. Sumatera, di Padang, yakni Pabrik Semen Indarung I, Indarung II,
Indarung III dan Pabrik Semen Baturaja.
2. Jawa, Pabrik Semen Gresik, Semen Cibinong, Indo Cement,Pabrik
Semen Nusantara.

18

3. Sulawesi, Pabrik Semen Tonasa


Fungsi dari semen portland adalah untuk merekat kan butir-butir
agregat agarter jadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga
untuk mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat (Tjokro dimuljo
dan Kardiyono, 1988).
Pemakaian semen Portland pada bahan bangunan sebagai bahan
pengikat hidrolis karena sifat-sifat yang lebih baik dan angka
kepadatannya tinggi yaitu bila dicampur dengan air maka akan terjadi
proses pengerasan. Suatu campuran komposisi kerikil, pasir dan semen
Portland dengan perbandingan 3:2:1 akan membentuk suatu adonan
beton yang banyak digunakan untuk konstruksibangunan. Selain
sebagai perekat, semen Portland juga berfungsi sebagai isolatordan
bahan pengawet, serta dapat mengurangi sifat mudah terbakar.
(Anonim,1982)Faktor air semen ini berbanding terbalik dengan kuat
tekan beton. Makin kecil faktor air-semen, maka kuat tekan pun
meningkat pula. Namun kenaikan ini akan mencapai nilai maksimum
pada suatu nilai faktor air-semen (faktor air-semen optimal). Kemudian,
semakin banyak penurunan faktor air-semen makin kecil kuat tekan dan
semakin

mempersulit

pengerjaan

dalam

proses

pencampuran

(Tjokrodimuljo, 1996).
Lazimnya,

untuk

mencapai

kekuatan

tertentu,

semen

Portlandberkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus

19

bahan-bahan lain),misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup


mengubah ramuan jadisekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah
perekat tembok yang kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan,
campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau
kerikil, biasa disebut concrete atau beton (Frick,1980).
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, PUBI (1982) mengklasifikasikan
semen Portland menjadi 5 jenis sebagai berikut :
1. Jenis I (Ordinary Portland Cement) : untuk konstruksi pada umumnya,
dimana tidak diminta persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada
jenis lain. Semen portland tipe ini digunakan untuk segala macam
konstruksi apabila tidak digunakan sifat-sifat khusus, misalnya tahan
terhadap sulfat, panas hidrasi, dan sebagainya. Semen ini mengandung
5% MgO dan 2,5-3% SO3.
Semen Portland Jenis I merupakan jenis semen yang cocok
untuk berbagai macam aplikasi beton dimana syarat-syarat khusus tidak
diperlukan. dipakai untuk keperluan konstruksi bangunan biasa yang
tidak memerlukan persyaratan khusus, seperti bangunan rumah
pemukiman, gedung-gedung sekolah dan perkantoran, bangunan pabrik,
gedung bertingkat, dll.
2. Jenis II (Moderate Heat Portland Cement) : untuk konstruksi pada
umumnya, terutama bila disyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bahan konstruksi

20

yang memerlukan sifat khusus tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi
yang sedang, biasanya digunakan untuk daerah pelabuhan dan
bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung 20% SiO2, 6% Al2O3,
6% Fe2O3, 6% MgO, dan 8% C3A.
Semen Portland Jenis II merupakan jenis semen yang cocok
untuk berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan
yang baik terhadap kadar sulfat sedang. Semen jenis ini banyak
digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat sedang, misal daerahdaerah rawa dan bangunan-bangunan tepi pantai, bendungan, pondasi
jembatan, aliran irigasi, beton massa untuk dam-dam, dll.
3. Jenis III (High Early Strength Portland Cement) : digunakan pada
konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal tinggi. Semen ini
merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaan-keadaan
darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton
tekan, Biasanya digunakan untuk daerah yang bersuhu dingin,
bangunan bertingkat, dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan terhadap sulfat.
Semen ini memiliki kandungan C3S yang lebih tinggi
dibandingkan semen portland type 1 dan tipe 3 sehingga proses
pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat mengeluarkan kalor. Semen ini

21

tersusun dari 3,5-4% Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S, 6% MgO, 40% C2S,
dan 15% C3A.
4. Jenis IV (Low Heat Portland Cement) : digunakan pada konstruksi
yang menuntut persyaratan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini
digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hidrasi yang rendah
misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk
mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki
kandungan C3S dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas
lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7%
C3A.
5. Jenis V (Super Sulphated Cement) : digunakan pada konstruksi yang
menuntut persyaratan sangat tahan pada sulfat. Semen ini sangat tahan
terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas
pantai, pelabuhan, dan terowongan. semen portland dengan daya tahan
sulfat yang tinggi termasuk tahan terhadap larutan garam sulfat dalam
air. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air
buangan industri, bangunan yang pengaruh gas atau uap kimia yang
agresif dan bangunan yang selalu berhubungan dengan air panas.
Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi dengan
kandungan aluminanya yang tinggi, 5% terak portland cement, 6%
MgO, 2,3% SO3, dan 5% C3A.

22

Semen Portland Jenis V merupakan jenis semen yang cocok


untuk berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan
yang baik terhadap kadar sulfat yang tinggi. Semen jenis ini banyak
digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat tinggi, misal daerahdaerah rawa dengan tingkat keasaman tinggi, dermaga (bangunanbangunan pantai), bendungan, pondasi jembatan, silo bahan-bahan
kimia dll.
Jenis semen yang biasa digunakan di pasaran adalah semen jenis
I. Semen jenis ini mempunyai perkembangan kekuatan yang relatif
cepat dan konstan.Semen jenis III mempunyai perkembangan kekuatan
sangat cepat, tetapi setelahberumur tiga bulan perkembangan tersebut
menurun drastis. Semen jenis II danIV mempunyai perkembangan
kekuatan yang lebih lambat daripada semen jenis I,tetapi dalam jangka
waktu lama dihasilkan kekuatan yang lebih tinggi sehinggasering
digunakan pada daerah yang memerlukan konstruksi khusus. Semen
jenisIV

mempunyai

perkembangan

kekuatan

sangat

lamban

(Kardiyono, 1990).
Saat ini ada tujuh produsen semen yang ada di Indonesia, yaitu
PT SemenAndalas mempunyai pangsa pasar 4,3%, PT Semen Gresik
Group menguasai43%, dengan dua anak perusahaannya, PT Semen
Padang dan PT Semen Tonasa,PT Indocement 34%, PT Semen

23

Cibinong 13,6%, PT Semen Baturaja 2,6%, PTSemen Bosowa 1,9%,


dan PT Semen Kupang menguasai 0,6%nya.
2. Semen Putih
Portland cement yang memiliki warna keabu-abuan, warna ini
disebabkan oleh kandungan oksida silika pada portland cement
tersebut. Jika kandungan oksida silika tersebut dikurangi 0,4 %, maka
warna semen portland berubah menjadi warna putih. semen putih (gray
cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni. Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan
untuk tujuan konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan
persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti
misalnya bahan mentahnya mengandung oksida besi dan oksida
manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).
Semen Putih merupakan jenis semen bermutu tinggi. Semen
Putih terutama digunakan untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan
arsitektur, precast dan beton yang diperkuat dengan fiber, panel,
permukaan teraso, stucco, cat semen, nat ubin / keramik serta struktur
yang bersifat dekoratif.

24

Semen Putih dibuat dari bahan-bahan baku pilihan yang rendah


kandungan besi dan magnesium oksidanya (bahan-bahan tsb.
menyebabkan semen berwarna abu-abu). Derajat keputihannya diukur
menurut standar yang berbeda-beda, namun mutu Semen Putih ITP
mencapai angka sekitar 85 dengan menggunakan metode Kett C-1.
Semen Putih dapat juga digunakan untuk proses konstruksi pada
umumnya dan saat ini merupakan satu-satunya Semen Putih produksi
dalam negeri.
3. Semen Masonry
Semen Masonry dibuat dengan menggiling campuran terak
semen portland dengan batu kapur, batu pasir, atau slag dengan
perbandingan 1 : 1. Semen masonry pertama kali diperkenalkan di
USA, kemudian berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional
plesteran untuk bangunan umumnya menggunakan kapur padam,
kemudian meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur
dengan kapur padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka
diperkanalkan Semen Masonry .
4.

Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)


oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus
yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam,

25

baik di darat maupun di lepas pantai. Oil Well Cement (OWC)


digunakan untuk penyekat pada pengeboran sumur minyak. Oleh
karenanya semen jenis ini juga disebut semen sumur minyak. Sumursumur minyak atau gas dibuat dengan mengebor lubang ke dalam
tanah / bumi dengan kedalaman ratusan sampai dengan 20.000 kaki
(sekitar 7.000 meter). Pipa besi yang disebut casing ditempatkan pada
lubang sumur dan semen dipompa ke bawah melalui pipa tsb.
Sewaktu semen terpompa keluar melalui dasar casing tsb. dan
kembali ke permukaan melalui bagian luar casing, ia akan membentuk
ikatan kritis antara bagian luar casing dengan dinding sumur yang telah
dibor. Ikatan ini akan melindungi minyak, gas dan air bawah tanah
sehingga tidak bercampur di dalam sumur tsb.
Kekokohan semen tergantung pada serangan sulfat dengan kadar,
suhu dan tekanan yang tinggi selama proses pemompaan berlangsung.
Dikarenakan keharusan waktu pemekatan yang ketat, maka OWC
diproduksi dengan standar mutu yang ketat sesuai dengan standar API
(American Petroleum Institute).
Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering
dijumpai pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk
pengeboran air tanah artesis. Semen ini merupakan semen portland yang

26

dicampur dengan retarder untuk memperlambat pengerasan semen seperti


lignin, asam borat, casein, dan gula.
5.

Semen Alami (Natural Cement)


Semen alam ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang
mengandung tanah liat seperti komposisi semen di alam. Material ini
dibakar sampai suhu pelelehannya hingga menghasilkan terak. Kemudian
terak tersebut digiling menjadi semen yang halus. Dalam pemakaiannya

6.

dicampur dengan semen portland.


Semen Slag (Slag Cement)
Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu :
1. Eisen portland cement yaitu semen yang dihasilkan dari penggilingan
campuran 60% terak portland dan 40 % butir-butir slag tanur tinggi.
2. Hogh Ofen Cement yaitu semen yang dihasilkan dari penggilingan
campuran yang mengandung 15 19 % terak portland cement dan 41
85 % butir butir slag dengan penambahan CaSO4.

10. Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)


Semen yang memiliki kandugan Alumina tinggi. Dimana
perbandingan antara kapur dan alumina adalah sama. Semen ini dibuat
dengan mencampur kapur, silika, dan oksida silika yang dibakar hingga
meleleh dan kemudian hasilnya didinginkan lalu digiling hingga halus.
Ciri dari semen ini memiliki ketahanan terhadap air yang mengandung
sulfat dan air laut cukup tinggi.

27

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-

Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan


perekat.

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras
atau membatu pada pencampuran dengan air

Klasifikasi Semen ada 3 Macam, yaitu :


1. Puzzolan Semen

28

2. Sifat Semen
3. Semen Portland
-

Bahan pembuatan semen :


1. Batu kapur
2. Tanah liat
3. Pasir silica
4. Pasir besi
5. Gypsum

29

Anda mungkin juga menyukai