PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti
bahan perekat. Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang
terdiri dari senyawa C-S-H (Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila
bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahan-bahan padat lainnya,
membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras. Dalam
perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih
telur, ketan atau bahan lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal,
seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun
jembatan di China yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai
perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang
dijumpai di Pulau Buton. Benar atau tidak, cerita, legenda tadi
menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku:
batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau
bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras
atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO),
sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi
Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan
semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah
dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari
proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40
kg atau 50 kg. Semen merupakan bahan bangunan yang sangat banyak
digunakan, terutama untuk pekerjaan pembuatan beton. Di samping itu,
semen juga digunakan untuk pekerjaan lainnya misalnya pemasangan
batu bata, plesteran dinding, pemasangan keramik lantai, dll.
1.2
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida,
dan phosporus pentoksida.
Komposisi unsur-unsur kimia tersebut di dalam semen sangat
mempengaruhi sifat-sifat dan kegunaan semen tersebut. Peranan
masing-masing unsur kimia dalam semen tersebut dapat dijelaskan sbb:
C3S
C2S
C3A
C4AF
2.2
Tipe Penggunaan
Beton biasa
54 18 10
II
11
III
55 17 9
IV
42 32 4
15
54 22 4
13
Klasifikasi Semen
2. Kelas B
3. Kelas C
4. Kelas D
10
5. Kelas E
Ada yg tahan dan tidak tahan terhadap sulfate untuk tingkat tinggi
6. Kelas F
7. Kelas G
8. Kelas H
11
kapur
merupakan
Komponen
yang
banyak
12
13
3. Trikalsium Aluminat
4. Tetra Kalsium Aluminofe
2.3.4
Batu Kapur
80-85
14
Tanah Liat
6-10
Pasir Silika
6-10
Pasir Besi
Gypsum
3-5
15
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-proses-pembuatan-semen/
2.4.
Aplikasi Semen
16
Kapur (CaO)
60% - 65%
Silika (SiO2)
25%- 25%
7% - 12%
bahwa
jika
kapur
yang
mengandung
lempung
17
18
mempersulit
pengerjaan
dalam
proses
pencampuran
(Tjokrodimuljo, 1996).
Lazimnya,
untuk
mencapai
kekuatan
tertentu,
semen
19
20
yang memerlukan sifat khusus tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi
yang sedang, biasanya digunakan untuk daerah pelabuhan dan
bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung 20% SiO2, 6% Al2O3,
6% Fe2O3, 6% MgO, dan 8% C3A.
Semen Portland Jenis II merupakan jenis semen yang cocok
untuk berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan
yang baik terhadap kadar sulfat sedang. Semen jenis ini banyak
digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat sedang, misal daerahdaerah rawa dan bangunan-bangunan tepi pantai, bendungan, pondasi
jembatan, aliran irigasi, beton massa untuk dam-dam, dll.
3. Jenis III (High Early Strength Portland Cement) : digunakan pada
konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal tinggi. Semen ini
merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaan-keadaan
darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton
tekan, Biasanya digunakan untuk daerah yang bersuhu dingin,
bangunan bertingkat, dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan terhadap sulfat.
Semen ini memiliki kandungan C3S yang lebih tinggi
dibandingkan semen portland type 1 dan tipe 3 sehingga proses
pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat mengeluarkan kalor. Semen ini
21
tersusun dari 3,5-4% Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S, 6% MgO, 40% C2S,
dan 15% C3A.
4. Jenis IV (Low Heat Portland Cement) : digunakan pada konstruksi
yang menuntut persyaratan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini
digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hidrasi yang rendah
misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk
mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki
kandungan C3S dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas
lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7%
C3A.
5. Jenis V (Super Sulphated Cement) : digunakan pada konstruksi yang
menuntut persyaratan sangat tahan pada sulfat. Semen ini sangat tahan
terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas
pantai, pelabuhan, dan terowongan. semen portland dengan daya tahan
sulfat yang tinggi termasuk tahan terhadap larutan garam sulfat dalam
air. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air
buangan industri, bangunan yang pengaruh gas atau uap kimia yang
agresif dan bangunan yang selalu berhubungan dengan air panas.
Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi dengan
kandungan aluminanya yang tinggi, 5% terak portland cement, 6%
MgO, 2,3% SO3, dan 5% C3A.
22
mempunyai
perkembangan
kekuatan
sangat
lamban
(Kardiyono, 1990).
Saat ini ada tujuh produsen semen yang ada di Indonesia, yaitu
PT SemenAndalas mempunyai pangsa pasar 4,3%, PT Semen Gresik
Group menguasai43%, dengan dua anak perusahaannya, PT Semen
Padang dan PT Semen Tonasa,PT Indocement 34%, PT Semen
23
24
25
26
6.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras
atau membatu pada pencampuran dengan air
28
2. Sifat Semen
3. Semen Portland
-
29