Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

“SEMEN PORTLAND”

KELOMPOK 4

Agmi Dimas Isbusandi 1309025028


Andris 1309025043
Dedy Kurniawan 1309025015
Dian Pratiwi Nemas 1309025004
Indah Fitria 1309025032
Julian Ma’ruf 1309025010
Khoni Eka Pratiwi 1309025029
Paisal Ramadhanur 1309025046
Wahyudhie Baharuddin 1309025042
William Andreas 1309025033
Yulius Oktavianus 1009025065

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

Semen Portland | 1
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................................1

Daftar isi ........................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi ..................................................................................................................3
B. Sejerah ...................................................................................................................3
C. Konsep Dasar .........................................................................................................4

BAB II ISI

A. Pembahasan ...........................................................................................................5
I. Bahan Dasar ..................................................................................................5
II. Proses Pembuatan Semen .............................................................................6
III. Senyawa Kimia ............................................................................................. 7
IV. Reaksi Hidrasi .............................................................................................. 8
V. Panas Hidrasi .............................................................................................. 10
VI. Pengikatan dan Perkerasan .........................................................................10
VII. Jenis Semen Portland ..................................................................................11
VIII. Perbedaan Produk Semen ...........................................................................12
IX. Cara Penyimpanan Semen ..........................................................................12
B. Penelitian-penelitian ............................................................................................ 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................................14
B. Daftar Pustaka .....................................................................................................15

Semen Portland | 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI SEMEN PORTLAND


Ada beberapa definisi tentang semen portland antara lain :
1. Suatu bahan yang memiliki sifat adhesi dan kohesi,di gunakan sebagai bahan
perekat dan dipakai bersama-sama agregat (kasar atau halus).
2. Semen adalah zat hidarulisis artinya mudah bereaksi dengan air dan membentuk
zat baru yang mempunyai sifat perekat.
3. Semen Portland adalah semen hidraulisis yang di peroleh dengan cara
menggiling klinker yang di dalamnya telah di campurkan senyawa silikat yang
hidraulisis serta gypsum yang berfungsi sebagai pengatur pangikatan
(memperlambat pengikatan)
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa definisi Semen
Portland adalah “suatu bahan yang di dalamnya terdapat zat zat yang mudah
bereaksi dengan air dan di campurkan dengan beberapa material lainnya (silikat,
agregat,senyawa besi dan kapur serta gypsum) sehingga menimbulkan sifat perekat
yang kuat dengan reaksi yang bersifat irreversibel (satu arah) “

B. SEJARAH PENEMUAN
Kapur hidraulis pertama kali di temukan oleh Jon Smeaton di era abad ke 17.
Dia menemukan bahwa jika kapur padam yang di campur tanah liat kemudian di
bakar, lalu di tumbuk hingga menjadi tepung, tepung tersebut akan mengeras jika di
dalam air. Pada era yang sama, penemuan ini kemudian di kembangkan oleh James
Parker dari Inggris. Perbedaannya hanya pada batu kapur yang di gunakan James
mengandung lempung. Penemuan James ini bertahan hingga era awal abad 18. Pada
awal abad 18, Joseph Apsdin dari negara yang sama membuat sebuah percobaan
dimana dia mencampurkan kapur padam dengan tanah liat, kemudian dia bentuk jadi
gumpalan. Lalu di bakar dengan suhu kalsinasi (suhu dimana kapur dapat meleleh)
dan setelah itu di tumbuk hingga menjadi tepung. Ketika bahan campuran tersebut
mengeras, warna dari bahan berubah menjadi abu-abu. Warna tersebut menyerupai
bebatuan di wilayah Portland, maka Joseph memberi nama hasil temuannya sebagai
Semen Portland. Penemuan ini hampir mirip dengan penemuan Jon Smeaton,
perbedaannya mungkin hanya pada suhu.
Tanggal 21 oktober 1824, Semen Portland Joseph mendapat hak paten dari raja
Inggris. Walau pun demikian ia tetap merahasiakan bahan campuran yang ia temukan,
dan ia tidak memproduksi nya secara masal. Setelah ia wafat, pengembangan dan
pemasaran secara masal semen ini di teruskan oleh anaknya yang bernama William
Joseph di Jerman.

Semen Portland | 3
Tahun 1877 jerman melakukan penelitian lebih lanjut terhadap semen Portland, hingga
membentuk asosiasi pengusaha dan ahli semen. 30 tahun kemudian asosiasi tersebut
menyebar hingga ke Inggris dan di Inggris Standard dari semen dibuat.

C. KONSEP DASAR
Seperti yang diketahui semen merupakan bahan perekat dengan bahan dasar yang
mengandung oksida kapur, oksida silica, oksida alumina, dan oksida besi. Proses
pembuatan semen sangat kompleks dan bermacam-macam juga ada penambahan lai
pada proses pembuatan semen tersebut. Semen memiliki beberapa senyawa kimia yang
masing-masing memiliki sifat sendiri-sendiri.
Adapun yang disebut Reaksi Hidrasi dalam semen Portland yakni reaksi yang
terjadi ketika semen dan air bercampur dan membentuk komponen baru. Kemudian
terdapat istilah Panas Hidrasi yakni panas yang dilepaskan selama semen mengalami
proses hiderasi.
Pengikatan semen Portland yakni proses perubahan bentuk dari bentuk cair ke
bentuk padat semen, Proses berlanjut hingga pada mempunyai kekuatan, disebut
pengerasan.
Adapun jenis-jenis semen Portland tergantung siffat yang berbeda dari masing-
masing komponen dengan mengubah kadar komponennya. Sedangkan perbedaan
produk semen dilihat dalam umum fisiknya, misalnya kehalusan butir dan lain-lain.
Cara penyimpanan semen harus diperhatikan dari suhu ruangan, kondisi, dsampai
ke susunan tumpukan semennya. Dalam perkembangannya, dilakukan juga penelitian-
penelitian mengenai semen.

Semen Portland | 4
BAB II

ISI

A. PEMBAHASAN
I. BAHAN DASAR
Setelah mengenal sejarah tentang Semen Portland, selanjutnya kita akan membahas
tentang bahan dasar Semen Portland.
Sebelum masuk ke proses pembuatan, kita mesti tau dulu bahan baku apa aja sih
yang dipakai buat bikin semen?
Bahan dasar yang menjadi bahan untuk membuat Semen Portland, yaitu:
1. Batu gamping
Batu gamping merupakan bahan utama untuk membuat semen portland karena
mencakup lebih 75% dari semua bahan semen. Batu gamping ini digunakan
untuk mendapatkan komposisi CaO. Senyawa besi dan organik menyebabkan
batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning. Batu gamping yang digunakan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
o Mempunyai kadar karbonat tinggi (> 48%)
o Mempunyai kadar Mg rendah (< 1,8%)
o Tidak mengandung Zn dan Pb
o Mempunyai kadar air kurang dari 20%
o Sedikit mengandung sulfat, sulfit dan alkali
2. Batu lempung
Batu lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen sebaiknya
mempunyai kadar SiO2 lebih besar dari 70% dan Al2O3 lebih kecil dari 10%.
Kedua unsur pembentuk batu lempung ini berfungsi sebai bahan pengoreksi.
Jika kadar Fe2O3 dalam batu lempung lebih kecil dari 10% maka perlu
memakai bahan pengoreksi yaitu berupa pasir besi. Batu lempung digunakan
untuk mendapatkan komposisi Al2O3 dan SiO2.
3. Pasir Kuarsa
Dalam industri semen pasir kuarsa dipakai sebagai bahan koreksi bersama
pasir besi, pyrite, bauxite, laterit atau kaolin. Pasir kuarsa digunakan sebagai
bahan pengoreksi komposisi SiO2. pasir kuarsa sangat dibutuhkan apabila
kandungan kuarsa pada batulempung rendah.
4. Pasir Besi
Pasir besi termasuk pada bahan korektif bersama pasirkuarsa. Pasir besi
digunakan untuk memudahkan proses pelelehan bahan-bahan mentah pada saat
pengilingan.
5. Gypsum
Pada semen portland gypsum ini dipakai untuk memperlambat proses
pengerasan semen. Gypsum ini merupakan material terakhir yang ditambahkan
Semen Portland | 5
kedalam clinker dan digiling secara bersama-sama sampai tercapai ukuran
butir tertentu.

II. PROSES PEMBUATAN SEMEN


Pertama, dilakukan persiapan material utama semen yang berupa batu kapur, tanah
liat, silica atau material lainnya yang mengandung kalsium,silicon,alumunium,dan
oksida besi atau yang disebut quarry. Bahan mentah dari quarry dihaluskan hingga
dapat diaduk dengan rata. Kemudian bahan tersebut dimasukkan ke dalam crusher
untuk mengecilkan ukuran bahan yang berupa gunungan batu besar tersebut.
Maksimum ukuran batu yang masuk ke crusher adalah 1500mm dan setelah keluar
menjadi sekitar 75 mm.

Kedua, proses pengerigan dan pencampuran. Bahan mentah dicampur sehingga


menghasilkan bahan mentah yang seragam komposisi kimianya. Pencampuran dan
pengeringan dapat dilakukan pada waktu penghalusan ataupun lewat proses tersendiri,
tergantung jenis proses produksi yang dipakai. Biasanya alat utama yang digunakan
dalam proses penggilingan dan pengeringan adalah Vertical Roller Mill (VRM).

Ketiga, proses pra-pemanasan. Bahan mentah dimasukkan ke dalam kiln dan


dipanaskan hingga semua kelengasan keluar sebagai uap air dan sampai dekarbonasi
dan kalsinasi sekitar 800°C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan CO2
yang keluar sebagai gas.

Keempat, proses pembakaran. Alat yang digunakan adalah rotary kiln atau tanur
putar. Rotary kiln adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontalyang diletakkan
dengan kemiringan tertentu. Kemiringan rotary kiln umumnya sekitar 3 – 4 o dengan
arah menurun (declinasi) sehingga bahan dapat bergerak secara perlahan dari ujung
satu ke ujung lain. Proses pembakaran di dalam kiln disebut klinkering, yaitu peleburan
parsial, kurang lebih hanya seperempat material yang dalam keadaan melebur setiap
saatnya, namun cukup untuk reaksi kimia. Kondisi dan reaksi dalam kiln
1. Zona pengeringan dengan termperatur gas 450°C-800°C terjadi penguapan air dan
penguraian tanah liat.
2. Zona dekalsinasi dengan temperatur gas 800°C-1350°C terjadi penguraian batu
kapur, pembentukan komponen awal, dan pembentukan awal C2S
3. Zona pembentukan klinker dengan temperatur gas 1350°C-1550° terjadi
pembentukan C3S
Dari ketiga proses ini didapatkan hasil produksi berupa butiran berbentuk kelereng
bewarna kelabu dengan diameter sekitar 2 cm yang disebut klinker.

Kelima, Zona Pendinginan dengan temperature 60°C-150°C klinker didinginkan

Keenam, Penghalusan klinker. Setelah proses didalam kiln, klinker umumnya


diletakkan pada clinker silo. Dan jika dibutuhkan, klinker akan digiling dan dihaluskan
dengan menggunakan alat tube mill. Klinker digiling sampai kehalusan tertentu,
sampai hamper semuanya dapat melewati ayakan 45𝜇m. Pada saat penggilingan juga
Semen Portland | 6
ditambahkan sedikit gypsum untuk mengontrol waktu pengikatan. Tambahan yang lain
untuk semen juga dilakukan pada saat penggilingan ini. Dan kemudian semen disimpan
dalam silo atau tangki penyimpanan.

Adapun proses pembuatan semen secara global ada dua:


1. Proses Basah
Umumnya dilakukan jika yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur
dan lempung, yang sudah siap terurai di dalam air untuk membentuk lumpur
(slurry). Air sebanyak 30% dari berat akan dibuang pada tahap awal proses kiln.
Prosesnya sama dengan yang dijelaskan sebelumnya.
2. Proses Kering
Umumnya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras misalnya batu kapur jenis
shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam keadaan kering menjadi
bubuk kasar. Selanjutnya bahan tersebut dimasukkan ke dalam kiln dan proses
selanjutnya sama dengan proses basah

III. SENYAWA KIMIA


Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen
portland, yaitu:
1. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
2. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
3. Trikalsium Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di singkat menjadi C3A.
4. Tertrakalsium aluminoferrit (4CaO. AL2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi
C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/mengunci ketika
menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat semen dan
merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen (Cokrodimuldjo,
1992). Semen dan air saling bereaksi. Persenyawaan ini dinamakan proses hidrasi, dan
hasilnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa C3S jika terkena air akan cepat bereaksi
dan menghasilkan panas. Panas tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras
sebelum hari ke-14. Senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya
berpengaruh terhadap semen setelah umur 7 hari. C2S memberikan ketahanan terhadap
serangan kimia (chemical attack) dan mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas
akibat lingkungan.
Kedua senyawa utama tadi membutuhkan air sekitar 21%-24% dari beratnya untuk
bereaksi. Senyawa C3S membebaskan kalsium hidroksida hampir tiga kali dari yang
dibebaskan oleh C2S. Jika kandungan C3S lebih banyak maka akan terbentuk semen
dengan kekuatan tekan awal yang tinggi dan panas hidrasi yang tinggi, sebaliknya jika
kandungan C2S lebih banyak maka akan terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal
yang rendah dan ketahanan terhadap serangan kimia yang tinggi.
Senyawa ketiga, C3A, bereaksi secara exothermic dan beraksi sangat cepat,
memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. C3A bereaksi
dengan air yang jumlahnya sekitar 40% dari beratnya. Karena persentasinya dalam

Semen Portland | 7
semen yang kecil (sekitar 10%), maka pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi
menjadi kecil. Unsur ini sangat berpengamh pada nilai panas hidrasi tertinggi, baik
pada saat awal maupun pada saat pengerasan berikutnya yang sangat panjang. Semen
yang mengandung unsur C3A lebih dari 10% tidak akan tahan terhadap serangan
sulfat.
Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton
yang tahan terhadap serangan sulfat adalah berapa banyak kandungan senyawa C3A-
nya. Semen yang tahan sulfat harus memiliki kandungan C3A tidak lebih dari 5%.
Semen yang kandungan C3A-nya tinggi, jika terkena sulfat yang terdapat pada air atau
tanah akan mengeluarkan C3A yang bereaksi dengan sulfat dan mengambang sehingga
mengakibatkan retak-retak pada betonnya (Cokrodimuldjo, 1992).
Untuk struktur drainase yang kandungan sulfatnya lebih tinggi dari normal, harus
digunakan bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat. Semen yang
akan digunakan harus memiliki kandungan C3A sekitar 0.10%-0.20% (ACI 318-83:2-
7). Semen portland Tipe II biasanya mengandung C3A lebih kecil dari 8% (ASTM C-
150). Untuk struktur yang benar-benar akan terekspos serangan sulfat, sebaiknya
digunakan semen Tipe V, dimana kandungan C3A maksimumnya sekitar 5%
(ACI.318-83:2-7).
Senyawa keempat, yakni C4AF, kurang begitu besar pengaruhnya terhadap
kekerasan semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan kecil.

IV. REAKSI HIDRASI


Hidrasi semen adalah proses reaksi antara semen dan air. Dengan adanya air,
senyawa silikat dan alumina pada semen membentuk produk hidrasi yang berupa
massa yang keras dan kuat. Proses hidrasi semen memerlukan air sebanyak 20% dari
berat semen. Proses ini sangat penting karena menentukan kekuatan semen akhir.
Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa
utama dari semen Portland. Mekanisme reaksi hidrasi senyawa semen Portland:
a. Hidrasi Trikalsium Silikat (C3S) dan Dikalsium Silikat (C2S)
Reaksi yang dihasilkan Kalsium Silikat dengan air adalah Kalsium Silikat akan
terhidrasi menjadi Kalsium Silikat Hidrat (CSH) dan kalsium Hidroksida (CaOH)2.
Kalsium Silikat Hidrat (CSH) adalah silikat di dalam Kristal yang tidak sempurna,
bentuknya padatan berongga yang sering disebut Tobermorite Gel. Adanya
Kalsium Hidroksida (CaOH)2 akan membuat pasta semen bersifat basa dengan
pH=12,5. Hal ini dapat menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat
tetapi dapat mencegah baja mengalami korosi.
- Reaksi Trikalsium Silikat (C3S) dengan air (H2O)
2(3CaO.SiO2) + 6H2O  3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
(dalam bentuk rumus oksida)
2C3S + 6H  CSH gel + 3CH
(dalam notasi pendek)

Semen Portland | 8
Bila dicampurkan dengan air, pengikatan C3S dan air akan menghasilkan
pengerasan dari pasta semen dalam beberapa jam, dan selanjutnya akan
mendapatkan sebagian besar kekuatannya (sekitar 70%) pada minggu pertama
setelah pengikatan, dengan mengeluarkan panas sekitar 500 joule/gram.
Kandungan C3S di dalam semen Portland semen biasa bervariasi antara 40 – 55
%, dengan rata – rata sekitar 48%.
- Reaksi Dikalsium Silikat (C2S) dengan air (H2O)
2(2CaO.SiO2) + 4H2O  3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2
(dalam bentuk rumus oksida)
2C2S + 4H  CSH gel + CH
(dalam notasi pendek)
Bila dicampurkan dengan air, C2S berhidrasi dengan jumlah panas yang rendah,
sekitar 250 joule/gram, namun pasta yang mengeras mendapatkan kekuatannya
secara relative lambat selama beberapa minggu dan malahan bulan, untuk
mencapai kekuatan akhir yang kemungkinan bisa sama dengan yang dihasilkan
oleh C3S. kandungan C2S di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 15 –
35 %, dengan rata – rata 25%.
b. Hidrasi Trikalsium Aluminat (C3A)
Hidrasi C3A dengan air akan menghasilkan kalsium alumina hidrat (3CaO. Al2O3.
3H2O) yang mana kristalnya berbentuk kubus di dalam semen karena adanya
gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit berbeda. Mula-mula C3A akan bereaksi
dengan gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya berbentuk jarum dan
biasa disebut ettringite namun pada akhirnya gypsum bereaksi semua, baru
terbentuk kalsium alumina hidrat (CAH). Penambahan gypsum pada semen
dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini disebabkan karena terbentuknya
lapisan ettringite pada permukaan-permukaan Kristal C3A.
3CaO. Al2O3 + 10 H2O + CaSO4.2H2O  3CaO.Al2O3.CaSO4.12H2O
trikalsium aluminat+ air + gypsum  ettringete

3CaO.Al2O3 + 12H2O + Ca(OH) 2 3CaO.Al2O3.Ca(OH) 2.12H2O


trikalsium aluminat + air + kalsium hidroksida  kalsium aluminat hidrat

Trikalsium Aluminat murni bereaksi dengan air dan menghasilkan pengikatan


dalam waktu yang cepat, disertai dengan pengeluaran panas yang besar, yaitu
sekitar 850 joule/gram. Pada udara lembab, sebagian besar kekuatan di dapatkan
dalam satu atau dua hari, tetapi kekuatannya relative rendah. Kandungan C3A di
dalam semen Portland biasa bervariasi antara 7 – 15 %.
c. Hidrasi Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF)
Pada tahap awal, Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF) akan bereaksi dengan
gypsumndan kalsium hidroksida yang akan menghasilkan kalsium sulfo-aluminat
hidrat dan kalsium sulfo-ferrit hidrat yang kristalnya berbentuk jarum.
Tetrakalsium-aluminoferrit bereaksi dengan air secara cepat dan menghasilkan
pengikatan dalam beberapa menit, dengan mengeluarkan panas hidrasi sekitar 420

Semen Portland | 9
joule/gram. Kandungan C4AF dalam semen bervariasi sekitar 5 – 10 %, rata – rata
8%.
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2  6CaO.Al2O3.FeO3.12H2O
tetrakalsium alumina-ferrit + air + kalsium hidroksida kalsium aluminoferrit
hidrat

V. PANAS HIDRASI
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses
hiderasi. Hiderasi adalah pelarutan suatu zat dengan pelarut air. Ketika semen
dilarutkan dengan air, maka terjadilah reaksi hiderasi yang menghasilkan berbagai
macam senyawa kimia.
Jumlah panas hiderasi yang terjadi tergantung tipe semen, kehalusan semen, dan
perbandingan antara air dengan semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang besar kemungkinan
terjadi retak-retak pada beton, hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar
dihilangkan sehingga terjadi pemuaian pada proses pendinginan.
Apabila ke dalam semen ditambahkan air maka terjadilah reaksi antara komponen-
komponen semen dengan air yang dinamakan reaksi hidrasi yang akan menghasilkan
senyawa-senyawa hidrat yang terdiri dari kalsium silikat hidrat, kalsium aluminat
hidrat, kalsium sulfurik aluminat hydrat yang semuanya dalam bentuk gel. Kecepatan
reaksi hidrasi harus diketahui karena menentukan waktu pengikatan awal dan
pengerasan semen. Pengikatan awal harus cukup lambat agar adonan semen dapat
dihitung. Panas hidrasi yang tinggi akan mengakibatkan penguapan air selama
pembentukan pasta sehingga air tidak cukup membentuk pasta, akibatnya terjadi
rongga-rongga diantara agregat, yang menyebabkan beton kurang kuat dan retak-retak.
Dari pengamatan kecepatan evolusi panas hidrasi, atau dari pengukuran kenaikan
temperatur dibawah kondisi isotermal, ada 5 tahap yang dapat diidentifikasi, antara
lain:
Tahap 1 : Hidrolisis awal yang langsung terjadi waktu semen kontak dengan air, semen
bereaksi cepat untuk beberapa menit.
Tahap 2 : Periode pasif (dormant period) dimana gypsum mencegah terjadinya flash set
pada C3A karena butir semen dilapisi gel. Periode reaksi lambat berlangsung
sekitar setengah samapi dua jam. Selama itu terjaid pemecahan dan
pembentukan kembali lapisan coating gel yang semakin tebal.
Tahap 3 : Percepatan terjadi dengan pecahnya coating karena bertambahnya tekanan
osmosis. Inilah waktu intial set. Kecepatan reaksi bertambah sampai final set.
Tahap 4 : Perlambatan. Proses menjadi kaku berlanjut sampai pengerasan.
Tahap 5 : Kondisi stabil dimana difusi lambat mengendalikan proses hidrasi yang lama.

VI. PENGIKATAN DAN PERKERASAN


Semen setelah bercampur dengan air akan mengalami pengikatan, dan setelah
mengikat lalu mengeras. Lamanya pengikatan sangat tergantung dari komposisi

Semen Portland | 10
senyawa salam semen dan suhu udara sekitarnya. Waktu pengikatan semen (setting
time) merupakan waktu perubahan dari keadaan cair menjadi keadaan bentuk padat.
Pengikatan awal(initial setting) yaitu kenaikan temperatur dengan cepat pada
adukan, beton kehilangan plastisitas. Sedangkan pengikatan akhir adalah terjadinya
temperatur puncak pada beton. Waktu pengikatan semen diukur dengan alat Vicat.
Waktu pengikatan awal semen portland untuk jenis I sampai V minimum 45 menit.
Sedangkan waktu pengikatan akhir maksimum 480 menit. Proses berlanjut hingga pada
mempunyai kekuatan, disebut pengerasan (hardening). Proses pengerasan semen sangat
dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya. Pada suhu kurang dari 15°C, pengerasan
semen akan berjalan sangat lambat. Semakin tinggi suhu udara disekitarnya, maka
semakin cepat semen mengeras.
Adakalanya semen Portland menunjukkan waktu pengikatan awal kurang dari 60
menit, dimana setelah semen dicampur dengan air segera Nampak mulai mengeras
(adonan menjadi kaku). Hal ini mungkin terjadi karena adanya pengikatan awal palsu,
yang disebabkan oleh pengaruh gypsum yang dicampurkan pada semen tidak sesuai
dengan fungsinya. Seharusnya fungsi gypsum adalah untuk menghambat pengerasan,
tetapi dalam kasus di atas ternyata gypsum justru mempercepat pengerasan. Hal ini
dapat terjadi karena gypsum dalam semen telah terurai. Biasanya pengerasan palsu ini
hanya pengacau saja, sedangkan pengaruh terhadap sifat semen yang lain tidak ada.
Jika terjadi pengerasan palsu adonan dapat diaduk lagi. Setelah pengerasan palsu
berakhir, jika adonan diaduk lagi adonan semen akan mengeras seperti biasa.

VII. JENIS SEMEN PORTLAND


Semen Portland didefinisikan sebagai produk-produk yang didapatkan dari
penggilingan halus klinker yang terdiri terutama dari kalsium silikat hidraulik, dan
mengandung satu atau dua bentuk kalsium silikat sebagai tambahan antargiling.
Ada lima jenis semen Portland, yaitu:
1. Semen Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland Type I dikenal sebagai Ordinary Portland Cement (OPC),
merupakan semen hidrolis yang digunakan secara luas untuk konstruksi umum,
seperti: perumahan, gedung, dan jalan raya. Semen ini ada beberapa jenis pula,
misalnya semen putih yang kandungan feri oksidanya lebih kecil, semen sumur
minyak, semen cepat keras, dan beberapa jenis lain untuk penggunaan khusus.
2. Semen Portland Type II (Moderate Sulfat Resistance)
Semen Portland Type II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca
dengan suhu yang cukup tinggi seperti bangunan pinggir laut, tanah rawa, dermaga,
saluran irigasi, beton massa, bendungan, dan landasan berat yang di tandai adanya
kolom-kolom dan di mana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan
utama.
3. Semen Portland Type III (High Early Strength Portland Cement)
Semen Portland Type III, semen ini merupakan semen yang dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan awal yang tinggi

Semen Portland | 11
setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat
mungkin. Semen ini mengandung trikalsium silikat (C3S) yang lebih banyak
daripada semen Portland type I. Hal ini disamping kehalusannya menyebabkan
semen ini lebih cepat mengeras dan cepat mengeluarkan kalor. Contoh penggunaan
untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi, dan bandar udara.
4. Semen Portland Type IV (Low Heat of Hydration)
Semen Portland Type IV, memiliki panas hidrasi rendah. Digunakan untuk
keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Biasanya cocok digunakan untuk daerah yang bersuhu panas.
5. Semen Portland Type V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland Type V, semen yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat. Cocok untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah atau air yang mengandung sulfat tinggi dan untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir

VIII. PERBEDAAN PRODUK SEMEN


1. Kehalusan Butir
Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pemgikatan
(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin
halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal
tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.
2. Kepadatan
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Akan
tetapi, berat jenis semen yang di produksi berkisar antara 3.05 Mg/m3 –
3.25Mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen
dalam campuran.
3. Waktu Pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang di perlukan semen untuk mengeras, terhitung
dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen
cukup kaku untuk menahan tekanan.

VIII. CARA MENYIMPAN SEMEN


Semen harus tetap kering. Udara yang lembab bisa menimbulkan bahaya yang
sama dengan bilamana semen terkena air. Semen yang disimpan secara kedap udara
dapat bertahan untuk waktu yang sangat lama. Dalam silo dapat bertahan hingga 3
bulan namun untuk semen yang dibungkus dalam sak kertas berlapis 3 lembar
dalam kondisi baik. Masih dapat berkurang kekuataannya (+20%) setelah 4 hingga
6 minggu pengurangan ini disibut ignition loss atau kehilangan daya hidrasi. Semen
yang baik secara fisik/kasat mata, tidak menggumpal. Semen yang telah lama
disimpan bisa membentuk lumps yang akan hancur jika diremas dan lama-
kelamaan mengeras (grit).

Semen Portland | 12
Apakah semen memiliki waktu kedaluarsa dan berapa lama semen bisa
disimpan? Kedaluarsa semen tergantung penyimpanannya. Penyimpanan yang
kedap air memungkinkan semen dapat disimpan sampai sekitar 2 tahun. Bagaimana
cara menyimpan semen yang baik? Penyimpanan semen yang baik adalah di tempat
penyimpanan yang jauh dari kelembaban dan (kantong) tidak dapat ditembus (uap)
air. Apa saja yang harus diperhatikan di tempat penyimpanan semen? Jumlah
tumpukan tidak melebihi 2 meter dan terlidung dari kelembaban yang tinggi
(simpan dalam gudang untuk menghindari hujan). Sebaiknya tidak bersentuhan
langsung dengan lantai dan dinding dengan memberi bantalan palet/kayu). Selain
itu, tumpuk secara berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara.

B. PENELITIAN-PENELITIAN
Penelitian ini berjudul Perbedaan Umur Pencapaian Kuat Tekan Beton Dari Perekat Semen
Opc, Ppc Dan Pcc. Penelitian ini dilakukan di Bali, dalam penelitian ini dilakukan dengan
merujuk berbagai literature dan penelitian yang terkait dengan umur dan kuat tekan
beton.Beton yang dimaksud adalah yang berasal dari semen Portland type I dan semen
Portland pozolan. Dalam penelitian ini didapatkan simpulan :
- Semen PPC dan PCC : PPC adalah Semen Portland Pozzolanya itu semen hidrolis yang
terdiri dari campuran homogeny antara semen Portland dan Pozzolan halus, yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland danPozzolan bersama-sama atau
mencampur secara rata bubuk semen Portland dan Pozzolan atau gabungan antara
menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan 15 s.d 40% massa Semen Portland
Pozzolan. PCC adalah semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama-sama terak semen Portland dan gypsum dengan satu atau lebih
bahanan organik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan
anorganik lain yang bersifat pozolant.
- Hubungan Kuat Tekan Beton terhadap Umur Beton : Menurut pernyataan diatas
disimpulkan bahwa PPC maupun PCC merupakan Semen Portland Pozolan. Dari beberapa
penelitian terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan dari material pozolan sebagai
pengganti sebagian semen seperti cooperslag. Semua penelitian yang telah dilakukan oleh
Barkiah(2003), Surya bermansyah(2002), Sihotang(2008), Intara(2010), dan Salain(2007)
mendapatkan bahwa, pada umur-umur awal (sebelum 28 hari) beton yang menggunakan
pozolan sebagai substitusi semen menghasilkan nilai kuat tekan lebih rendah daripada
beton dengan campuran semen tipe. Peningkatan kuat tekan terjadi setelah umur 28 hari.
Pada saat hidrasi terjadi dua tahap reaksi yaitu reaksi primer berupa pembentukan C-S-H
oleh semen kemudian dilanjutkan dengan reaksi skunder berupa pengikatan Ca(OH)2 oleh
silica aktif dari bahan cemen titous membentuk gel C-S-H. Reaksi skunder terjadi setelah
umur 28 hari, disebabkan oleh kehadiran cemen titous material menghambat proses hidrasi
pada umur awal (PEDC, 1987), sehingga proses pengerasan yang terjadi belum
sempurna.Dengan demikian, tidaklah layak menggunakan konversi kuat tekan terhadap
umur yang direkomendasikan dalam PBI 71 yang menyebutkan bahwa angka konversi
tersebut diberlakukan untuk kubus beton dari campuran semen Portland tipe I (OPC).

Semen Portland | 13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
- Semen Portland adalah suatu bahan yang di dalamnya terdapat zat zat yang
mudah bereaksi dengan air dan di campurkan dengan beberapa material lainnya
(silikat, agregat,senyawa besi dan kapur serta gypsum) sehingga menimbulkan
sifat perekat yang kuat dengan reaksi yang bersifat irreversibel (satu arah).
- Bahan dasar semen Portland adalah batu gamping, batu lempung, pasir kuarsa,
pasir besi, dan gypsum.
- Proses pembuatan semen portland melalui proses pengeringan, pencampuran,
penggilingan, pra-pemanasan, rotary kiln, pendinginan, penghalusan, serta
penambahan gypsum sehingga terbentuklah semen Portland.
- Semen mempunyai senyawa kimia tersendiri dan senyawa utama semen
Portland yakni ada 4, Trikalsium Silikat, Dikalsium Silikat, Trikalsium
Aluminat, Dan Tetrakalsium Aluminoferrit.
- Reaksi Hidrasi semen Portland meliputi Hidrasi C3S dan C2S, kemudian hidrasi
C3S, dan hidrasi C4AF yang disertai dengan penambahan gypsum.
- Panas Hidrasi melalui 5 tahap yang dimulai dari hidrolisis awal, gypsum yng
mencegah terjadinya flash set, pertambahan tekanan osmosis, perlambatan dan
pengerasan, sampai kondisi stabil.
- Pengikatan awal terjadi saat kenaikan temperatur dengan cepat pada adukan,
Sedangkan pengikatan akhir adalah terjadinya temperatur puncak pada beton.
Proses berlanjut hingga pada mempunyai kekuatan, disebut pengerasan
(hardening).
- Jenis semen dibedakan menjadi 5 tipe, yakni Semen Portland Type I (Ordinary
Portland Cement), Semen Portland Type II (Moderate Sulfat Resistance),
Semen Portland Type III (High Early Strength Portland Cement), Semen
Portland Type IV (Low Heat of Hydration), dan Semen Portland Type V (Sulfat
Resistance Cement).
- Perbedaan Produk semen dibedakan berdasarkan kehalusan butir, kepadatan,
dan waktu pengikatan.
- Cara menyimpan semen yang baik adalah di tempat kedap udara dan
tumpukannya tidak melebihi 2 meter, serta sebaiknya tidak bersentuhan
langsung dengan lantai dan dinding.
- Penelitian-penelitian semen pada 10 tahun terakhir adalah Penelitian yang
berjudul Perbedaan Umur Pencapaian Kuat Tekan Beton Dari Perekat Semen
Opc, Ppc Dan Pcc. Penelitian ini dilakukan di Bali, dalam penelitian ini
dilakukan dengan merujuk berbagai literature dan penelitian yang terkait
dengan umur dan kuat tekan beton

Semen Portland | 14
B. DAFTAR PUSTAKA
http://180.250.182.53/dokument/jurnal/1406268412_INTARA-
5.pdf?clog=e0872d9e896b63525d1ce8eb82d0c17
http://apryshinsetsuboy.blogspot.com/2010/12/hidrasi-semen.html?m=1
http://bragy.wordpress.com/2011/01/24/sejarah-semen-portland/
http://chemengfamily09.blogspot.com/2011/02/semen-merupakan-bahan-
bangunan-yang.html
http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/hidrasi-pada-semen-portland.html?m=1
http://endahmayyanti020.wordpress.com/2013/05/26/mekanisme-reaksi-
pengerasan-semen/
http://jakartajive.com/articles/misc/yang-perlu-anda-tahu-tentang-semen
http://kucingantek.blogspot.com/2010/12/bahan-baku-semen-portland.html
http://winnyalna.com/2013/04/19/proses-pembuatan-semen-secara-singkat/
http://www.Birobangunan.blogspot.com
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-pabrik/semen-
portland/
http://www.semenindonesia.com/page/get/jenis-produk-23
http://www.slideshare.net/gilank_upn/pkl-pt-semen-gresik-tbk-pabrik-tuban-
15982300
http://zulfahmited.blogspot.com/2012/11/ilmu-bahan-bangunan-semen_2715.html
https://rdianto.wordpress.com/2013/08/
Nugraha, Paul., Antoni, Teknologi Beton, C.V Andi Offset, Yogyakarta 2007

Semen Portland | 15

Anda mungkin juga menyukai