A SEMEN PORTLAND
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan
bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama
dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung
senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah
liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :
Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi
Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk
menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya,
yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
(gypsum) dalam jumlah yang sesuai.
1
yang terdapat di Pulau Portland Inggris. Hasil
rekayasa Joseph Aspdin inilah yang sekarang banyak
dipergunakan sebagai bahan perekat bangunan saat ini.
2
ini dikenal ada 2 yaitu ; Proses kering dan proses
basah kedua cara ini lazim di pakai untuk memproduksi
semen.
Proses kering yaitu bahan-bahan di hancurkan,
dikeringkan dan dimasukkan gilingan yang di lengkapi
dengan bola-bola baja penggiling yang menjadikan
serbuk, lalu dibakar dalam kondisi kering, sedangkan
proses basah bahan dihancurkan baru di giling dalam
gilingan pencuci sampai bentuknya seperti bubur,
selanjudnya bubur bahan di ambil untuk diuji dan
dikoreksi komposisi kimianya degan merubah kandungan
kapur dan kandungan tanah liat untuk selanjudnya
dipompakan ke dapur pembakaran.
Sebagai bahan bakar di gunakan serbuk batu bara,
minyak atau gas alam, selama penggilingan ditambahkan
suatu bahan untuk memperlambat pengerasan
(retarder)yang umumnya di gunakan gips dalam bentuk
asli dari alam antara 2-4%.
3
masing 0,08-0,17% dan 125 ppm dinyatakan sebagai
SO3 serta phnya tidak kurang dari 6.
3. High Early Strenght Cemen adalah portland cement
yang digiling lebih halus dan mengandung C3S lebih
banyak dibanding OPC, bersipat mempunyai
pengembangan kekuatan tekan pada awal yang tinggi
dan juga kekuatan pada umur panjang juga lebih
tinggi dibanding OPC. Kekuatan tekannya pada umur
satu hari kira-kira 3 kali lebih besar dibanding
OPC dan pada umur 3 hari kira-kira 2 kali. Pada
PUBI-1982 diklasifikasikan sebagai semen jenis III
dan pada ASTM disebut type III. semen ini dipakai
pada keadaan emergency dan musim dingin serta juga
dipakai untuk concrete products dan pree stress
concrete.
4. Low heat of hydration cement adalah semen yang
mengandung C3S dan C3A yang lebih sedikit tetapi C2S
yang lebih banyak dan mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Panas hidrasi yang rendah oleh karenanya sesuai
untuk mass concrete contruktion atau beton
kontruksi massal.
b. Kekuatan tekan awalnya rendah, tetapi kekuatan
tekan pada umur yang panjang adalah sama dengan
OPC.
c. Shrinkage akibat proses pengeringan adalah
rendah .
d. Tahan kimia terutama terhadap sulfat. PUBI-1982
mengklasifikasikan ke dalam jenis 1V demikian
juga ASTM yaitu type 1V, dipakai untuk beton
masal Dam dan landasan .
4
5. High Sulfate Resistanse cement adalah semen yang
mempunyai sifat ketahanan terhadap sulfat yang
tinggi. Kekuatan tekan umur 28 hari lebih rendah
dari OPC. PUBI-1982 menglasifikasiksikan ke dalam
semen jenis V dan ASTM menyebutnya sement type V.
Semen ini dipakai untuk semua jenis konstruksi.
Apabila kadar sulfat pada air tanah 0,17-0,67% dan
125-1250 PPM dinyatakan SO3, misalnya pada
konstruksi-konstruksi di bawah air.
6. Super High Early Strength Portlan Cement adalah
semen yang mempunyai perkembangan kekuatan tekan
yang tinggi sehingga kekuatan tekan umur 1 hari
dapat menyamai kekuatan tekan 3 hari dari high
early strength. Semen ini dipakai untuk kebutuhan
konstruksi yang perlu cepat selesai atau pekerjaan
grauting.
7. Colloid Cement, adalah semen yang pada
pemakaiannya di pakai dalam bentuk slurry semen
(colloid) yang dipompakan mengingat pergeseran-
pergeseran halus di lakukan pada pormasi yang
dalam dan sempit misalnya dikenal oil well
cement.
8. Blended Portland Cement adalah semen yang dibuat
dengan cara mencampur material-material lain
selain gypsum ke dalam klingker umumnya dipakai
bahan plast furnace slag pozzoland dan fly ash.
Bahan-bahan pencampur di atas akan membentuk
senyawa hyidrate tersebut akan bereaksi dengan
Ca(OH)2 yang dilepaskan oleh reaksi semen dengan
air hidrat tersebut akan mengakibatkan beton lebih
rapat, lebih kuat, kedap air, tahan terhadap
pengaruh chlor dari air laut dan shrinkage.
5
9. Sement Portland Pozzoland yaitu campuran semen
portland dengan benda-benda yang bersifat
pozzoland alam atau tras yang baik atau flay ash.
Kadar pozzoland antara 10-30% tujuannya untuk
tahan sulfat, tahan suhu tinggi, panas hidrasi
rendah baik digunakan untuk beton masal seperti
bendungan.
10. Semen Alumina yaitu semen yang dibuat dari batu
kapur bauxite yang masing-masing digiling halus
dicampur dengan perbandingan tertentu lalu dibakar
dalam tungku sampai suhu 1600°C dan terbentuklah
trak kemudian digiling halus maka dihasilkan semen
alumina berwarna abu-abu, semen ini tahan asam,
garam, sulfat, suhu tinggi(sebagai semen tahan
api). Tetapi jika dipergunakan pada suhu normal
yang lebih tinggi dari 25°C terus menerus kekuatan
ikatannya berangsur-angsur kian terus berkurang,
semen ini baik di pakai untuk daerah beriklim
dingin, pengerasan cepat, selama 24 jam sudah
mencapai kekuatan penuh.
11. Semen Putih adalah semen portland yang kadar besi
oksidanya rendah kurang dari 0,5% dalam
pembuatannya memerlukan perhatian khusus, bahan
bakar yang dipakai adalak minyak tanah ,klingker
penggiling tidak boleh besi atau baja. bahan baku
adalah kapur murni, tanah liat putih yang
mengandung besi oksida dan pasir silika. mesin
penggiling juga harus bersih dari kotoran besi.
12. jenis semen lain yang ada dan masih relatif baru
adalah super masonry cement dan mixed cement.
13. Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah
semen khusus yang digunakan dalam proses
6
pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di
darat maupun di lepas pantai.
7
BAB II
AGREGAT BETON
A. PENGERTIAN AGREGAT
8
B. PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT
Tabel 1
JUMLAH SAMPEL AGREGAT UNTUK PENGUJIAN LABOR
C. PENYIMPANAN AGREGAT
9
3. Penimbunan agregat dalam silo, dasar silo
dibuat miring tidak kurang dari 50° kearah tengah
sehingga agregat dapat dikeluarkan dari bagian
tengah silo.
4.Bila agregat ditimbun dari ban berjalan atau
tempat yang tinggi perlu dijaga :
a. Terpisahnya butiran yang kecil akibat hembusan
angin,
b. Jika perlu buat corong, bagian dalamnya dibuat
sekatan agar butiran agregat tidak mengelompok.
10
perbedaan berat jenis agregatnya jauh lebih
besar dari berat jenis air dan semen. Untuk
menghindari terjadinya segregasi diperlukan
pemakaian air seoptimal mungkin.
11
e. Pipih dan memanjang, yaitu panjangnya jauh
melebihi lebarnya dan lebarnya jauh melebihi
tebalnya.
12
e. Permukaan Berkristal, batuannya mempunyai susunan kristal
yang mudah terlihat, seperti granite, gabro, dan gneiss.
f. Berpori dan berongga, seperti batu apung, batu klinker, tanah
liat yang dikembangkan dan batuan dari lahar gunung api.
13
4. Ambil agregat halus atau kasar sesuai
syarat sampel uji dan simpan dalam
wadah tertutup rapat.
Cara Kedua
1. Ambil Agregat halus atau kasar secara
acak dari tumpukannya ± 50 kg
2. Letakan pada tempat yang bersih dan
datar lalu aduk sampai merata.
3. Ratakan dan dibagi empat bagian lalu
beri nomor, perhatikan gambar 1
4. Ambil bagian A dan D , aduk kembali
hingga rata, lalu dibagi 4 bagian gambar
2.
5. Bagian A & D digabung dan aduk hingga
merata lalu dibagi lagi 4 bagian,
seterusnya bagian A & D dimasukkan
kedalam karung, diikat, diberi label dan
disimpan dalam ruangan pada suhu kamar
denganjumlah sesuai besar butir seperti
pada tabel 1 di atas.
14
CARA PERTAMA
Gambar 2.TAMPAH
15
Referensi: Fhoto Dokumen 2009
Gambar 5.SPLITTER
16
A B A B
C D C D
A B
C D
BAB III
17
KEKUATAN AGREGAT
A. KEKUATAN AGREGAT
Kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari
jenis batuan, susunan mineral dan tekstur butiran
atau kristalnya, kekuatan agregat sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton, agregat yang lemah tidak
akan menghasilkan beton yang kuat, sedangkan untuk
membuat beton berkekuatan tinggi haruslah dipakai
agregat yang tinggi kekuatannya. Untuk berbagai
jenis batuan, kekuatannya dinyatakan dengan kekuatan
hancur yang diperoleh dengan cara menguji kekuatan
tekan sampai hancur.
Kekuatan agregat beton diperoleh dengan cara
pengujian kekuatan, yaitu diuji sejumlah sampel dalam
bentuk beberapa ukuran butir pada volume tertentu
(secara bulk). Pada pengujian kekuatan terdapat
beberapa cara dan istilah yang digunakan oleh
beberapa negara antara lain:
a. Untuk agregat kasar BS. 812 - 1967, memakai
istilah nilai kuat hancur (crushing value), nilai
kuat pukul (Impact value), dan 10 % fine value.
18
Referensi : Katalog MBT
19
b. ASTM Standard C. 131 dan C. 535, memakai cara
pengujian gesekan dengan mesin Los Angeles dan
ketahanan aus dinyatakan dengan persentase bagian
yang lewat ayakan 2 mm tidak lebih dari 50 % (SII
0087- 75).
20
2. Alat dan Bahan yang di perlukan
Alat
Bejana los Angeless berbentuk silinder terbuat
dari baja
Bola baja yang terbuat dari baja dengan garis
tengah kurang lebih 46,8 mm dan masing-masing
beratnya antara 390 sampai 445 gr. Jumlah bola
baja untuk tiap-tiap pengujian tergantung dari
besar butir dan fraksi agregat seperti dalam
tabel
Ayakan standar
Timbangan dengan kapasitas 10 kg dan ketelitian
sampai 1 %
Oven
Baskom (plat penampung)
Bahan
Agregat kasar
3. Langkah Kerja
1. Ambil agregat kasar
2. Cuci bersih hingga tidak ada debu dan tanah
yang melengket
3. kering tetapkan dengan suhu 105 ± 5º C
4. Pisahkan butiran agregat sesuai dengan tabel
dan pengujian
5. Ambil agregat masukkan dalam bejana
6. Tambahkan bola baja
7. Tutup bejana rapat-rapat
8. Putar bejana dengan kecepatan 30 – 33 putaran
per menit jumlah putaran
9. keluarkan butiran agregat dari bejana,
butiran yang besar diayak dengan ayakan 2 mm.
21
10. Cuci bersih butiran kasar dan butiran yang
tertinggal pada ayakan
11. Keringkan dalam oven sampai kering tetap
12. Timbang beratnya
13. Hitung kekerasan agregat dengan rumus :
Keterangan :
A = Berat contoh semula kering tetap
B = Berat contoh sesudah digiling, dicuci dan
kering tetap.
C = Ketahanan aus (geser) hancur.
Syarat daya tahan geser ini maksimum 50 % hilang
Tabel 2
BLANKO PENUJIAN “ABRATION TEST”
PENGUJIAN KETERANGAN
NO JENIS
I II III
PENGUJIAN
1 Berat Kerikil
Awal (A) gr
2 Berat Setelah
digiling dan
di Ayak (B) gr
3 Ketahanan Aus
(C)
Tabel 3
22
SUSUNAN BUTIR CONTOH YANG DIUJI
JUMLAH BOLA BAJA DAN JUMLAH PUTARAN MESIN
Ø Ayakan
( mm ) Berat Contoh Yang Diuji
Lewat 1 2 3a 3b 4 5 6
Tinggal
75 2500±50
63
63 2500±50
50
50 5000±50 5000±50
37,5
37,5 5000±25 5000±25 1250±25
25
25 5000±25 1250±25
19
19 1250±10 2500±10
12,5
12,5 1250±10 2500±10
9,5
9,5 2500±10
6,3
6,3 2500±10
4,8
4,8 5000± 10
2,4
Jml contoh diuji 10.000±100 10.000±75 10.000±50 5.000±10 5.000±10 5.000±10 5.000±10
Jml bola baja 12 butir 12 butir 12 butir 12 butir 11 butir 8 butir 8 butir
Jml putaran
bejana 1000 x 1000 x 1000 x 500 x 500 x 500 x 500 x
Referensi: Buku Manual Mesin Los Angeles
BAB IV
23
PENGUJIAN AGREGAT
24
b. Berat jenis Nyata adalah berat per volume
termasuk volume pori yang tidak tenbus air dan
tidak termasuk volume pori kapiler yang dapat
terisi oleh air.
c. Berat jenis keadaan Jenuh Kering Muka (s.s.d.
condition), adalah berat per volume termasuk
volume pori yang tidak tembus air, sedangkan
pori kapiler jenuh oleh air.
d. Berat jenis Keadaan Kering adalah berat per
volume termasuk volume seluruh pori yang
terkandung dalam Agregat.
25
4. Untuk berat isi padat, lakukan pengujian
berikut
5. Isi literan separoh dengan kerikil
6. Tempatkan pada mesin ketuk, ketuk sebanyak
30 kali.
7. Penuhkan literan, ketuk sebanyak 30 kali.
8. Ratakan permukaan literan, timbang beratnya
9. Berat isi padat sama rumusnya denga berat
isi gembur.
26
Tabel 4
BLANKO BERAT ISI GEMBUR KERIKIL
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Kerikil
Berat isi =
2 Berat literan
Berat Kerikil
3 Berat Kerikil Volume liter
4 Volume literan
5 Berat isi
Tabel 5
BLANKO BERAT ISI PADAT KERIKIL
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Kerikil
Berat isi =
2 Berat literan
Berat Kerikil
3 Berat Kerikil Volume liter
4 Volume literan
5 Berat isi
27
Referensi: fhoto dokumen 2009
28
3. Langkah Kerja
1. Timbang literan, misalnya A gram dan catat kan
pada tabel
2. Isi literan dengan pasir sampai penuh, ratakan
dan timbang literan yang berisi pasir penuh,
catat kan beratnya misalnya B gram
3. Maka berat isi Gembur = B gram dikurang A
gram dibagi volume literan
4. Lanjutkan berat isi padat pasir dengan langkah
sbb:
a. Isi literan separoh dengan pasir
b. Tempatkan pada mesin ketuk, ketuk sebanyak 30
kali.
c. Penuhkan literan, ketuk sebanyak 30 kali.
d. Ratakan permukaan literan, timbang beratnya
misalkan C gram
Tabel 6
BLANKO BERAT ISI GEMBUR PASIR
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Pasir
2 Berat literan
Berat isi =
3 Berat
Pasir Berat Pasir
4 Volume Volume liter
literan
5 Berat isi
29
Tabel 7
BLANKO BERAT ISI PADAT PASIR
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Pasir
2 Berat literan
Berat isi =
3 Berat
Pasir Berat Pasir
4 Volume literan Volume liter
5 Berat isi
30
Tabel 8
BLANKO BERAT JENIS KERIKIL NYATA
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat Kerikil 250 250 250
kondisi Nyata
2 Berat tabung dan … ….. …
Air penuh
BJ Kerikil=
3 Berat Tabung, …. ….. …..
Kerikil dan Air Poin 1
Penuh Poin 4
4 Volume (2 + 1)-3 …. ….. ….
5 B J = …. …. ….
Berat/Volume =
1/4
Tabel 9
BLANKO BERAT JENIS KERIKIL “SSD CONDITION”
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat Kerikil 250 250 250
kondisi SSD
2 Berat tabung dan … ….. …
BJKerikil =
Air penuh
3 Berat Tabung, …. ….. ….. Poin 1
Kerikil dan Air Poin 4
Penuh
4 Volume (2 + 1)-3 …. ….. ….
5 B J = …. …. ….
Berat/Volume =
1/4
31
2. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Bejana kapasitas 1 liter
2. Timbangan ketelitian 0,1 gram
3. Sendok Semen
4. Gelas Ukur
b. Bahan :
Pasir kondisi Nyata dan Jenuh Kering Muka (SSD),
3. Langkah Kerja
Pasir
1. Timbang Pasir Kondisi SSD atau kondidsi
Nyata(X gr)
2. Timbang Tabung dan Air penuh (Y gr)
3. Timbang tabung, Pasir dan Air penuh (Z gr)
4. Volume = (Y gr) + (X gr) - (Z gr) = Q
5. BJ =
X
Q
Lakukan pekerjaan ini 3 kali berturut-turut seperti
pada tabel berikut:
Tabel 10
BLANKO BERAT JENIS PASIR NYATA
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat Pasir kondisi 100 100 100
Nyata
BJ Pasir =
2 Berat tabung dan Air … ….. …
penuh
Poin 1
3 Berat Tabung, Pasir …. ….. ….. Poin 4
dan Air Penuh
4 Volume ( 2 + 1) - 3 …. ….. ….
5 B J = Berat/Volume = …. …. ….
1/4
32
Tabel 11
BLANKO BERAT JENIS PASIR “SSD CONDITION”
Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat Pasir 100 100 100
kondisi SSD
2 Berat tabung dan … ….. …
BJ Pasir =
Air penuh
3 Berat Tabung, …. ….. ….. Poin 1
Pasir dan Air Poin 4
Penuh
4 Volume (2 + 1)-3 …. ….. ….
5 B J = …. …. ….
Berat/Volume =
1/4
33
Referensi : Fhoto Dokumen 2009
34
BAB V
SIFAT AGREGAT BETON
35
1. Zat organik.
Zat organik banyak terdapat dalam agregat halus
(pasir), merupakan hancuran tumbuh-tumbuhan berupa
humus dan lumpur terutama asam tanin dan derivatnya.
sedangkan agregat kasar boleh dikatakan tidak
mengandung zat organik. Tidak semua zat organik
berpengaruh jelek terhadap beton, sehingga perlu
diperiksa ada tidaknya zat organik yang merusak
sifat-sifat beton.
Cara kolorimetrik menurut standard Industri 0077 –
75, digunakan sebagai petunjuk, apakah pengujian
lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh zat organik terhadap beton.
2. Tanah liat, Lumpur dan debu.
Tanah liat yang sering terdapat dalam agregat mungkin
berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi
permukaan butiran agregat. Tanah liat pada permukaan
butiran agregat akan mengurangi kekuatan ikatan
antara pasta semen dan agregat, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan dan ketahanan beton. Gumpalan
tanah liat akan hancur dalam pengadukan pada waktu
pembuatan beton. Tanah liat akan menyerap banyak air
dan dapat mempertinggi jumlah air pengaduk dalam
pembuatan beton.
Lumpur dan debu yang berukuran antara 0,002 mm dan
0,006 mm (2 – 6 micron) dapat menutupi permukaan
butiran agregat dan memperlemah ikatan pasta semen
dengan agreagat sehingga mengurangi kekuatan
betonnya, karena pengaruh jelek ini maka jumlahnya
dalam agregat tidak boleh lebih dari 5 % untuk
agregat halus dan 1% untuk agregat kasar.
36
3. Garam chlorida dan sulfat.
Pasir pantai atau muara sungai yang berhubungan
dengan air laut, kemungkinan mengandung garam
chlorida dan sulfat antara lain Na, Mg, Ca, Chlorida
Na dan Mg sulfat, garam ini dapat dihilangkan dengan
cara mencuci pasirnya dengan air tawar, jika tidak
dihilangkan dapat merusak beton, chlorida
mengakibatkan baja tulangan menjadi berkarat,
sehingga tidak berfungsinya tulangan didalam
konstruksi. Sedangkan garam sulfat, terutama garam Mg
sulfat sangat agresif terhadap semen yang reaksinya
dengan semen menghasilkan senyawa-senyawa yang
volumenya mengembang menyebabkan beton menjadi rusak.
Disamping itu agregat dari pantai juga mengandung
kulit kerang dan jika kadar kulit kerangnya cukup
tinggi dapat berakibat lebih rendahnya kekuatan dan
ketahanan beton.
37
5. Sifat Kekal Agregat.
Sifat kekal agregat adalah kemampuan agregat
untuk menahan terjadinya perubahan volume yang
belebihan karena adanya perubahan kondisi fisik,
kondisi fisik yang dapat menimbulkan perubahan volume
butiran agregat ialah kondisi antara beku dan
mencair, perubahan panas pada suhu di atas titik
beku, kondisi basah dan mengering berganti-ganti atau
perubahan bentuk yang terjadi akibat perubahan cuaca.
Agregat dikatakan tidak kekal, jika perubahan
volume/bentuk yang terjadi, karena perubahan kondisi
fisik tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada
beton. Kerusakan yang terjadi seperti kerutan-kerutan
setempat, retak-retak pada permukaan pecah-pecah yamg
agak dalam, sampai kepada yang berbahaya pada beton.
Sifat tidak kekal bisa ditimbulkan oleh adanya chert
yang porous, lempeng dan tanah liat atau mineral
sejenisnya yang terdapat di antara lapisan batuan
atau mengisi sebagian volume butiran agregat. Pori-
pori yang terdapat dalam agregat maupun mineral-
minera ini dapat meneruskan air masuk membasahi
agregat atau keluar dari agregat pada proses
pengeringan.
6. Reaksi Alkali-Agregat.
Reaksi alkali agregat adalah reaksi antara
alkali (Na2 dan K2O) dalam semen atau dari luar dengan
silica aktif yang terkandung dalam agregat. Silika
yang aktip adalah opal yang amorp, chalcedony and
tridymite.
Reaksi terjadi antara alkali hidroksida yang
berasal dari alkali dalam semen dengan silica aktif
38
dalam agregat, membentuk alkali-silika gel
dipermukaan agregat. Gel ini besifat mengikat air
lalu mengembang volumenya. Tekanan yang timbul oleh
berkembangnya volume gel mengakibatkan retak atau
pecah pada beton. Reaksi ini terjadi kalau beton atau
adukan berada dalam lingkungan basah, tanpa adanya
air reaksi tidak akan berlangsung.
7. Sifat-Sifat Thermal.
Ada tiga sifat thermal agregat yang berpengaruh
kepada sifat beton :
1. Koefisien pengembangan linear
2. Panas jenis
3. Daya hantar panas
Panas jenis dan daya hantar panas sangat erat
hubungannya dengan beton massa dan beton untuk
isolasi panas. Sedangkan sifat koefisien pengembangan
linear dari agregat sangat berpengaruh terhadap beton
yang mengalami kondisi suhu yang berubah-rubah.
Jika sifat koefisien pengembangan linier antara
agregat dan pasta semen jauh berbeda, maka akan
terjadi gerakan thermal yang berbeda di dalam beton
yang merusak ikatan antara agregat dan pasta semen,
bila beton mengalami suhu yang jauh berbeda dan
berganti-ganti antara panas dan dingin, sebaiknya
agregat mempunyai koefisien pengembangan linear yang
hampir sama dengan pasta semen, jika tidak maka akan
besar kemungkinan terjadinya retak/pecah pada beton.
Besarnya koefisien pengembangan liniear agregat
tergantung dari jenis batuannya dan juga pasta semen
koefisiennya antara 11 x 10ֿ
6 dan 16 x 10ֿ
6 per ºC.
39
Tabel di bawah ini memberikan gambaran besarnya
pengembangan linear karena pengaruh thermal bagi
beberapa macam batuan.
Tabel 12
KOEFISIEN PENGEMBANGAN LINIER PENGARUH THERMAL BATUAN
40
Bahan :
Agregat halus 1.000 gr dan
Agregat Kasar 2.000 gr
3. Langkah Kerja
Agregat Halus (Pasir)
1. Ambil Pasir 3 x 100 gr masing-masing masukkan dalam
mangkok porsellin/nikel
2. Ketiga mangkok tersebut dimasukkan dalam oven
dengan suhu 110º C ± 5º C selama 2 jam
3. Keluarkan dari oven, dinginkan dalam desikator
supaya pendinginan tidak terpengaruh udara luar
4. Keluarkan dari desikator, timbang beratnya.
5. Pemanasan, pendinginan dan penimbangan dilakukan
sampai berat pasir tidak berubah lagi/tetap, misal
X gr.
Cara lain untuk pengujian pasir sudah kering
tetap :
Letakan potongan kaca di atas permukaan pasir
yang dipanaskan selama ± 1 menit sembari
diperhatikan permukaan kaca.
Apabila ada uap air yang menempel pada kaca,
berarti pasir masih mengandung air, maka
lanjutkan pemanasan.
Seandainya uap air tidak ada lagi yang
menempel, pasir sudah kering tetap, maka
dikeluarkan dan dingikan.
41
Pasir SSD :
1. Sisa pasir di atas direndam selama 24 jam
2. Keringkan perlahan-lahan sehingga didapatkan jenuh
kering muka (SSD) dengan jalan :
3. Letakkan kerucut terpancung di atas tempat yang
datar
4. Isi sepertiga bagian, tumbuk 8 kali
5. Isi sepertiga bagian lagi, tumbuk 8 kali
6. Isi penuh, dan tumbuk 9 kali ( jumlah semua
tumbukan 25 kali )
7. Ratakan permukaan pasir, bersihkan keliling
kerucut, angkat kerucut tegak lurus. Pekerjaan ini
dilakukan selama 10 menit.
8. Perhatikan keadaan pasir sesudah kerucut diangkat
9. Pasir tetap utuh seperti kerucut, berarti pasir
masih dalam keadaan basah gambar 1
10. Teruskan pengeringan pasir sampai pasir rontok
sebagian, berarti pasir sudah kering muka (SSD)
gambar 2
11. Pasir rontok semua berarti pasir sudah kelewat
SSD, pekerjaan harus diulangi lagi gambar 3
12. Pasir yang sudah SSD ambil 3 x 100 gr, masukkan
dalam mangkok porselin/nikel . Keringkan dalam
oven sampai kering tetap, dinginkan dalam
desikator, timbang beratnya misal y gr.
42
Tabel 13
BLANKO KADAR AIR PASIR NYATA DAN “SSD CONDITION”
Pengujian
No Perlakuan I II III Keterangan
1 Berat semula 100 100 100
2 Berat kering KA:
tetap
3 Selisih
4 Berat SSD 100 100 100
5 Berat kering
tetap
6 Selisih
43
Referensi: Fhoto Dokumen 2009
44
Referensi: Fhoto Dokumen 2008
Kerikil Nyata
1. Timbang kerikil 3 x 250 gr
2. Masing-masing masukkan dalam mangkok porselin/nikel
3. Keringkan dalam oven sampai kering tetap, dan
dinginkan dalam desikator, timbang beratnya q gr.
45
4. Kadar air :
Kerikil SSD
1. Ambil sisa kerikil di atas, rendam selama 24
jam
2. Setelah direndam, keluarkan dan letakkan di atas
kain, lap kerikil tersebut hingga air yang menempel
pada kerikil tidak menetes lagi, ini dinamakan
sudah SSD
3. Ambil 3 x 250 gr masing-masing masukkan dalam
mangkok porselin/nikel
4. Keringkan dalam oven hingga kering tetap
5. Dinginkan dalam Desikator dan keluarkan, timbang
beratnya,misal w gr
6. Kadar air :
Tabel 14
BLANKO KADAR AIR KERIKIL NYATA DAN “SSD CONDITION”
Pengujian
No Perlakuan I II III Keterangan
1 Berat semula 250 250 250
2 Berat kering
tetap
Kadar Air:
3 Selisih
4 Kerikil SSD 250 250 250
5 Berat kering
tetap
6 Selisih
KESIMPULAN
Simpulkan hasil pengujian dan kaitkan dengan
persyaratan kadar air agregat.
46
D.PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL
1. TUJUAN :Setelah melakukan praktikum, praktekan
dapat menghitung porsentase kadar lumpur yang
terkandung dalam pasir dan kerikil.
2. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Bejana gelas Ø 10 cm dan tinggi 20 - 30 cm,
Kayu pengaduk, Oven, Timbangan dengan
ketelitian 0,1 gr, Desikator, Ember, Sendok
pasir/ kerikil, Mangkok porselin/nikel,
Ayakan dengan lubang 70 micron
b. Bahan : Pasir 500 gr, Kerikil 1000 gr
3. LANGKAH KERJA.
Pasir
1. Ambil Pasir ± 500 gr masukkan dalam Oven
dengan suhu 110 ºC ± 5, hingga kering tetap
dinginkan dan timbang beratnya.
2. Lakukan pekerjaan ini sampai berat pasir
tidak berubah lagi. Pasir yang sudah kering
tetap timbang 3 x 100 gr masing-masing
masukkan dalam gelas, rendam selama 60 menit.
3. Aduk dengan kayu pengaduk dan diamkan selama
± 1’, tumpahkan airnya, lakukan pekerjaan ini
sampai air di atas permukaan pasir tidak keruh
lagi.
4. Tuangkan pasir ke atas ayakan 70 micron
5. Ambil pasir dalam ayakan masukkan dalam cawan
porselin/nikel
6. Panaskan dalam oven sampai berat tetap
7. Dinginkan dan timbang beratnya, misal p gr
47
8. Kadar lumpur :
Kerikil
1. Ambil kerikil ±1000 gr, keringkan dalam oven
dan dinginkan dan timbang beratnya. Lakukan
pekerjaan ini sampai berat kerikil kering
tetap.
2. Kerikil yang kering tetap ambil 3 x 250 gr
masing-masing masukkan dalam tampah / ember
3. Rendam sambil diaduk-aduk sehingga terpisah
bagian partikel yang menempel, kemudian buang
airnya. Lakukan pekerjaan ini sampai air
pencuci kerikil bersih.
4. Tumapahkan air beserta kerikilnya ke atas
saringan no.100
5. Ambil kerikil yang berada di atas saringan
masukkan kedalam cawan porselin dan panaskan
dalam oven sampai kering tetap.
6. Dinginkan dan timbang beratnya. Misal q gr
Tabel 15
BLANKO KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL
48
6 Selisih
SIMPULAN
Simpulkan hasil pengujian dan kaitkan dengan
persyaratan
49
7. Amati cairan yang berada di atas pasir dan
bandingkan dengan warna standar ASTM C- 40
50
Gambar 19.HELLIGE TESTER FOR ASTM C-40
BAB VI
BUTIRAN AGREGAT
51
5. Mempengaruhi finishing atau keadaan permukaan
6. Kontrol terhadap sekregasi (pemisahan butir) dan
bleeding (terpisahnya air kepermukaan beton)
b. Pengaruh gradasi terhadap beton keras
Bila beton segar sukar dipadatkan, terjadi sekregasi
dan bleeding, maka dapat menghasilkan beton keras
yang porous,tidak kedap air tidak merata dan terdapat
banyak rongga-rongga atau cacat yang tentu saja
kekuatan dan ketahanan beton menjadi berkurang.
Sangatlah penting dalam pembuatan beton untuk menjaga
gradasi agregat selalu konstan, agar diperoleh
kelecakan dan sifat-sifat beton segar yang konstan
pula.
52
Referensi: Fhoto Dokumen 2009
53
Tabel 16
DAFTAR AYAKAN STANDARD ASTM, BS dan ISO
54
BS.812 :1967 menyarankan jumlah contoh minimum berikut
ini :
Tabel 17
BERAT CONTOH MINIMUM MENURUT B.S 812
55
Tabel 18
CONTOH PERHITUNGAN ANALISA AYAK AGREGAT KASAR
7 1.18 0 0 100.00 0
8 0.6 0 0 100.00 0
9 0.3 0 0 100.00 0
10 0.15 0 0 100.00 0
11 0.075 0 0 0 0
56
7. Menghitung angka kehalusan”fenenes mudulus” adalah
jumlah persen tertinggal komulatif (kolom 5) dibagi
jumlah persen tertinggal(kolom 4)
Tabel 19
CONTOH PERHITUNGAN ANALISA AYAK AGREGAT HALUS
Keterangan :
1. Kolom 1 adalah no urut
2. Kolom 2 adalah lubang ayakan
3. kolom 3 adalah berat tertinggal pada ayakan
4. kolom 4 adalah berat tertinggal di atas ayakan
dibagi berat total dikali seratus
5. kolom 5 adalah penjumlahan dari persen tertinggal
yang ada pada kolom 4 kecuali ayakan 0,075 tidak
termasuk ini sama dengan kadar abu pada pasir.
6. kolom 6 adalah 100 kurang poin-poin yang ada pada
kolom 5
57
7. Menghitung angka kehalusan”fenenes mudulus” adalah
jumlah persen tertinggal komulatif (kolom 5) dibagi
jumlah persen tertinggal(kolom 4)
3. Angka Kehalusan
Suatu perhitungan dari hasil analisa ayak yang
dipergunakan terutama di Amerika serikat adalah angka
kehalusan (Fineness Modulus).
Menurut Prof . D. A. Abrams, angka kehalusan ialah
jumlah persen tertinggal komulatif pada tiap-tiap
ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya
berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan
berukuran lubang 0.15 mm (150 mikron), dibagi jumlah
persen tertinggal yaitu :100 (lihat contoh pada table
di atas)
Perlu diingat bila seluruh butir-butir agregat
lebih besar dari suatu lubang ayakan umpamanya 1.18 mm,
maka persen tertinggal komulatif adalah 100%. Demikian
pula untuk ayakan berikutnya 0.60 mm, 0.30 mm, dan 0.15
mm harus dimasukan sebagai 100% pula. Angka kehalusan
ini kurang dapat memberikan gambaran tentang susunan
besar butir, karena pada angka kehalusan yang sama
dapat terjadi susunan besar butir (grading) yang
berbeda-beda.
Gradasi agregat akan lebih baik digambarkan dengan
grafik pembagian besar butir.
58
dan adakah kekurangan pada suatu ukuran butir tertentu
(gap grading).
Dalam grafik ini pada ordinat dicantumkan proses
tembus atau tertinggal komulatif dengan skala linear
dan pada absis dicantumkan lubang ayakan pada skala
logaritma.
Grafik untuk agregat kasar dan halus dapat pula
digambarkan secara terpisah. Hal ini akan lebih baik
dan lebih jelas dalam kita menilai apakah susunan besar
butirnya memenuhi persyaratan yang dikehendaki. Guna
memperoleh gambaran yang lebih teliti, dapat pula
dicantumkan lubang ayak tambahan pada absis, yaitu
ayakan 50 mm, 30 mm,25 mm.
Dalam grafik diatas besar butir maksimum adalah 75
mm, sedang pada pembuatan beton kebanyakan dipakai
besar butir maksimum 40 mm, 30 mm dan 20 mm.
Jika agregat mempunyai besar butir agregat maksimum
umpamanya 40 mm,maka pada absis hanya dicantumkan
lubang ayakan sampai 40 mm saja.
59
Table 20
STANDAR SUSUNAN BUTIR AGREGAT HALUS
(BS. 882 dan ASTM C 33)
KURVA ZON 1
100
90
80
70
Persen Tembus Komulatif
60
50
40
30
20
10
0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan
60
KURVA ZONE 2
KURVA ZONE 3
100
90
80
70
Persen Tembus Komulatif
60
50
40
30
20
10
0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan
KURVA ZONE 4
61
100
90
80
70
Persen Tembus Komulatif
60
50
40
30
20
10
0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan
100
90
80
70
Persen Tembus Komulatif
60
50
40
30
20
10
0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan
62
Tabel 21
SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT KASAR
BS.882: 1973,ASTM C.33-74
Tabel 22
SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT KASAR
(PBI) 1971-NI-2
Tabel 23
SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT GABUNGAN
HALUS DENGAN KASAR
63
Lubang Ayakan BS Persentase Tembus Komulatif
(mm) 38.1 (mm) 19.0 (mm)
76.2 100 -
38.1 95-100 100
19.0 45-75 95-100
4.76 25-45 30-50
0.60 8-30 10-35
0.15 0-6 0-6
Refresi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997
64
6. Agregat kasar yang mengandung banyak bagian
butir yang halus menembus ayakan 4,75 mm,
Tidak selalu diperoleh agregat alam yang susunan
besar butirnya baik dan siap untuk dipakai dalam
pembuatan beton.
Mungkin saja pasir yang kasar perlu di
gabungkan dengan pasir yang halus dalam
perbandingan tertentu agar dapat dipenuhi
persyaratan yang dikehendaki, Demikian pula
halnya dengan agregat kasar dan agregat halus
digabungkan dalam perabandingan tertentu.
C. PENGUJIAN ANALISIS AYAK PASIR
1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat
menganalisa gradasi butir pasir untuk campuran
beton.
2. TEORI SINGKAT
Pasir timbunan terdiri dari bermacam-macam ukuran
besar sampai kecil. Jika butiran-butiran ini kita
pisahkan dengan menggunakan ayakan standar kita
peroleh suatu pembagian besar butir (fraksi) yang
berukuran sama.
Guna memperoleh gambaran tentang susunan besar
butiran pasir (agregat) dilakukan analisa ayak.
Susunan besar butir (gradasi) sangat berpengaruh
terhadap beton segar dan beton keras.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat
Sendok semen
Tampah
Oven
Desikator
65
Timbangan
Ayakan standar
Kuas
Bahan
Pasir Kering
4. PETUNJUK PENGUJIAN
1. Ambil bahan Kurang lebih 1500 gr
2. Keringkan dan dinginkan
3. Timbang 1000 gr
4. Susun ayakan mulai dari ukuran 4,8 mm paling
atas dengan susunan berbanding 2 kali lipat
sampai paling bawah
5. Masukkan pasir kering kedalam ayakan, digoyang
selama 10 menit
6. Keluarkan dari ayakan, timbang masing-masing
yang tinggal di atas ayakan dan masukkan dalam
tabel berikut:
Tabel 24
BLANKO ANALISIS AYAK PASIR
66
1. TUJUAN :
Diharapkan setelah melakukan praktikum, mahasiswa
dapat menentukan susunan butir koral untuk
komposisi campuran beton.
2. TEORI SINGKAT
Koral terdiri dari bermacam-macam ukuran besar
sampai kecil. Jika butiran-butiran ini kita
pisahkan dengan menggunakan ayakan standar kita
peroleh suatu pembagian besar butir (fraksi) yang
berukuran sama.
Guna memperoleh gambaran tentang susunan butir
koral (agregat) dilakukan analisa ayak. Susunan
besar butir (gradasi) sangat berpengaruh terhadap
beton segar dan beton keras.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat
Sendok semen dan tampah
Oven dan desikator
Timbangan
Rampill sampling (pembagi agregat)
Kuas dan gundar
Bahan
Koral
4. PETUNJUK PENGUJIAN
1. Siapkan bahan yang telah kering oven sebanyak
5000 gr.
2. Susun ayakan dari 76 mm terbesar sampai 2.4 mm
terkecil.
3. Masukkan kerikil yang telah disiapkan kedalam
ayakan dan goyang selama 20 menit.
4. Timbang setiap butiran yang tinggal pada
masing-masing ayakan, masukkan dalam tabel.
67
Tabel 25
BLANKO ANALISIS AYAK KERIKIL
68
Gambar 23. AYAKAN STANDAR
69
Referensi: Fhoto Dokumen 2009
Tabel 26
CONTOH REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
SPESIFIKASI
No PARAMETER HASIL SATUAN METODE
MAX/MIN
1. Analisa Saringan
Susunan saringan :
1 ½ @ 38.1 mm - -
¾ @ 19.0 mm - -
3/8 @ 9.5 mm - -
No : 4 @ 4.8mm 100 % -
SNI-1968-1990-F
8 @ 2.4 mm 95 % -
16 @ 1.2 mm 79 % -
30 @ 0.6 mm 40 % -
50 @ 0.3 mm 8 % -
100 @ 0.15 mm 3 % -
70
200 @ 0.075 mm - - -
2 Zone 2 -
3 Modus kehalusan FM= 2.73 Warna Std
Max No 3
4 Kotoran organik No 2
5 Passing No 200 1.05 % SNI-03-2816-1992
Max 5%
6 Berat isi Padat 1.40 Kg/l
Min. 1.2 kg/l
7 Berat jenis PB-0208-76
Apparent 2.59 PB-0204-76
Min 2.3
Ssd Condition 2.54 -
Min 2.3
8. Penyerapan air 1.46 %
Max.5 %
SNI-1970-1990-F
SNI-1970-1990-F
Tabel 27
CONTOH REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
1 ½ @ 38.1 mm 100 % -
SNI-1968-1990-F
¾ @ 19.0 mm 65 % -
3/8 @ 9.5 mm 38 % -
No : 4 @ 4.8mm 15 % -
8 @ 2.4 mm 05 % -
16 @ 1.2 mm 0 % -
30 @ 0.6 mm 0 % -
50 @ 0.3 mm 0 % -
71
100 @ 0.15 mm 0 % -
200 @ 0.075 mm - -
-
2 Modulus kehalusan FM= 6.73
5 Berat jenis
apparent 2.50 Min 2.3 SNI-1970-1990-F
-
ssd basis 2.57 Min 2.3
-
7 Penyerapan air 2.28 Max.5 % SNI-1970-1990-F
%
8 Keausan 21.30 Max. 27% 1) PUBI 1982
%
27%-30% 2)
40%-50% 3)
Tabel 28
BLANKO REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
SPESIfIKASI
No PARAMETER HASIL SATUAN MAX/MIN METODE
1. Analisa Saringan
Susunan saringan :
1 ½ @ 38.1 mm - -
SNI-1968-1990-F
¾ @ 19.0 mm - -
3/8 @ 9.5 mm - -
No : 4 @ 4.8mm …. % -
8 @ 2.4 mm …. % -
16 @ 1.2 mm …. % -
30 @ 0.6 mm …. % -
72
50 @ 0.3 mm …. % -
100 @ 0.15 mm …. % -
200 @ 0.075 mm …. - -
2 Zone …. -
3 Modulus kehalusan FM= ….
SNI-03-2816-1992
4 Kotoran organik No:…. Warna Std
5 Passing No 200 …. % Max No. 3
PB-0208-76
Max 5%
Berat Isi Lepas …. Kg/l
6
Berat isi Padat …. Min. 1.2 kg/l
Kg/l PB-0204-76
7 Berat jenis …. -
apparent …. -
Min 2.3
ssd basis Min 2.3 SNI-1970-1990-F
%
Kadar air Pasir ….
8.
…. Max.5 %
Nyata
SSd Condition SNI-1970-1990-F
Tabel 29
BLANKO REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
SPESIPIKASI
No PARAMETER HASIL SATUAN MAX/MIN METODE
1. Analisa Saringan
Susunan Saringan :
1 ½ @ 38.1 mm …. % -
SNI-1968-1990-F
¾ @ 19.0 mm …. % -
3/8 @ 9.5 mm …. % -
No : 4 @ 4.8mm …. % -
8 @ 2.4 mm …. % -
16 @ 1.2 mm …. % -
30 @ 0.6 mm …. % -
73
50 @ 0.3 mm …. % -
100 @ 0.15 mm …. % -
200 @ 0.075 mm - - -
2
Modulus kehalusan FM= ….
%
3 Kg/l PB-0208-76
Passing No 200 …. Max 1%
Kg/l
4 PB-0204-76
Berat Isi Lepas …. Min. 1.2 kg/l
-
Berat isi Padat ….
5 -
Berat jenis
SNI-1970-1990-F
apparent ….. Min 2.3
%
ssd basis …. Min 2.3
6 SNI-1970-1990-F
Penyerapan air kr …. Max.5 %
Nyata ….
%
SSD condition ….
7 PUBI 1982
Keausan(Abration) ….. Max. 27% 1)
27%-30% 2)
40%-50% 3)
BAB VII
GABUNGAN AGREGAT
A. PENGGABUNGAN AGREGAT
Penggabungan agregat adalah pencampuran agregat
halus dan kasar, sehingga menjadi suatu campuran yang
memenuhi standar susunan butir. Sebagai pedoman untuk
mendapatkan persentase masing-masing agregat yang
diperlukan dalam gabungan agregat, sebelumnya kita sudah
harus tahu bahwa dalam pencampuran beton persentase
agregat kasar harus lebih besar daripada agregat halus
sering lebih dari 60 %.
74
Sebagai contoh : Dari analisa besar butir pasir dan
kerikil diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 30
ANALISA AYAK AGREGAT
75
5. Plot titik sfpesifikasi pada garis penghubung pasir
dan kerikil.
6. Pilih titik terdekat antara pasir dan kerikil dan
tarik garis pertikal pada kedua titik tersebut.
7. Garis pertikal tersebut pada poin lima dibagi dua,
maka diperoleh porsen pasir dan kerikil tentu porsen
terbesar dalah kerikil.
METODE GRAFIS
Langkah I.
76
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Langkah 2- 5
100 100
98
90
90
80
79
70
lewat
Pasir
lewat
Kerik
60
%
il
52 50
40
30
20
18
10
5
0
77
GABUNGAN AGREGAT METODE GRAFIS
100 100
98
90
90
80
79
70
60
% lewat Kerikil
% lewat Pasir
52 50
40
30
20
18
10
5
0
65 % Kerikil 35 % Pasir
Tabel 31
PENGECEKAN KEDALAM AGREGAT GABUNGAN
78
KURVA GABUNGAN PASIR DENGAN KERIKIL
100
90
% LEWAT AYAKAN
80
72,5 70
Garis gabungan pasir dengan kerikil
60
57,7
50
40
37,5
30
31,5
27,6 20
18,2
10
1,7 6,3
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
79
9. Tarik garis vertikal antara titik yang dibuat pada
poin 8 hingga memotong garis diagonal.
10. Tarik garis horizontal ke kanan dari Titik
perpotongan garis vertikal dengan garis diagonal
11. Dengan demikian ditemukan porsen terkecil pasir
dan dan selainnya kerikil.
METODE DIAGONAL
Langkah 1- 6
100
90
80
70
62,5
% Lewat Komulatif
60
50
47,5
40
35
30
27,5
21
20
15
9
10
4
Langkah 7 – 10
100
90
80
70
62,5
% Lewat Komulatif
60
50
47,5
40 35
30
34%
27,5
21 p
20 a
15 s
9 I
10 r
4
80
Tabel 32
PENGECEKAN KEDALAM AGREGAT GABUNGAN
100
90
80
40
37,5
30
31,5
27,6 20
18,2
10
1,7 6,3
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
81
E. Soal Latihan 1
Diketahui Data Analisa Ayak Agregat seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 33
BLANKO ANALISA AYAK PASIR
82
Tabel 34
BLANKO ANALISA AYAK KERIKIL
83
F. Soal Latihan 2
Diketahui Data Analisa Ayak Agregat seperti pada tabel
dibawah ini :
Tabel 35
BLANKO ANALISA AYAK PASIR
84
Tabel 36
BLANKO ANALISA AYAK BATU PECAH
85
BAB VIII
BETON DAN KOMPONENNYA
A. PENGERTIAN BETON
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan cara
mencampurkan agregat(pasir dan kerikil), air dan semen
atau bahan perekat hidrolis lainnya yang sejenis dengan
atau tanpa bahan tambah.sedangkan campuran pasir,air dan
semen disebut mortar.
Zall Dal dalam buku yang berjudul “Simplified
concrete masonry Planning an Building,1970” menyatakan
bahwa “Concrete is a mixture I wich a paste made of
portland cement and water bindn aggregate(sand and stone
or gravel) into a rocklike mass as the paste hardness”.
Artinya relatif sama dengan pengertian beton di atas.
Beton bukanlah suatu bahan yang langsung diperoleh
dari alam sebagai mana material lainnya, akan tetapi
terbentuk atas dasar pengolahan/penggodokan dari
beberapa material alami atau buatan sehingga membentuk
suatu massa yang kompak dan kokoh, simak pengertian
beton di atas.
Pemilihan beton sebagai bahan konstruksi bangunan
gedung,jalan dan jembatan serta bangunan massal lainnya
adalah merupakan keputusan yang bijak, karena bahan ini
memliki banyak keuntungan, apalagi jika dipadukan dengan
material lainnya yang berkarakteristik relatif
sama.Adapun keuntungannya antara lain adalah :
1. Bahan pembentuk beton relative mudah diperoleh dari
alam seperti pasir dan kerikil,oleh karena itu
pemakaian beton ini sebagai bahan konstruksi akan
lebih ekonomis.
2. Mampu menerima beban tekan/desak relative tinggi
86
3. Dapat dicor ke dalam berbagai bentuk cetakan bila
betonnya masih segar.
4. Perawatan mudah dan ringan biaya
5. Awet dan tahan terhadap temperatur tinggi
Di balik keuntungan di atas, beton bukan berarti
tidak memiliki kelemahan yang antara lain dapat kita
analisa sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk menerima kuatan tarik rendah
2. Akibat pembebanan akan terjadi perubahan bentuk
rayapan”creep”
3. Akan terjadi retak ringan akibat muai susut
4. Tidak dapat digunakan sebagai bangunan sementara.
87
Grafik
KOMPOSISI BETON SECARA UMUM
45 KERIKIL
± 45%
40
35
PORSENTASE
30 PASIR
±30%
25
20
15 SEMEN
±15%
10 AIR ±10%
5
88
dibuat, pembuatan beton dilakukan, setelah pemeriksaan
benda uji sehingga terpenuhi ketentuan kelecakan,
kekuatan dan sifat ekonomis adukan.
89
TABEL 37
NILAI SLUMP UNTUK BERBAGAI KONSTRUKSI
100
80
A : Untuk Hasil Kurang dari 40
60
40
B : S Minimum untuk hasil 40 atau
lebih
20
90
Referensi: Praktek Beton 1991; 63
91
TABEL 38
HUBUNGAN PROPORSI CACAT DENGAN KEMAMPUAN
PENGAWASAN DI LAPANGAN
92
TABEL 39
JUMLAH SEMEN MINIMUM DAN NILAI FAKTOR AIR SEMEN
MAKSIMUM
93
Tahap II Penentuan foktor air semen
1. Mutu beton kekuatan karakteristik ( bk) umur 28
hari
2. % cacat = ………… k = ……………….
3. Deviasi Standar, sr = ………………………………… kg/cm2
4. Kekuatan tambahan = k . Sr = …………………………kg/cm2
5. Target kekuatan rata-rata( bm)= bk + k.sr = …………
kg/cm2
6. Dari tipe semen dan agregat, gunakan tabel 40
perkiraan pencapaian kekuatan tekan beton (kg/cm )
pada fas 0,5.
7. Cari nilai f a s dengan menggunakan gambar
29 hubungan antara kekuatan tekan beton dan faktor
air semen 0,5.
Prosedurnya :
Pada gambar 29 plot titik f a s = 0,5 dan harga
yang didapat dari tabel 40
Dari titik tersebut, tarik garis lengkung
sejajar dengan lengkung lainnya.
Plot titik bm pada absis kekuatan tekan tarik
garis horizontal kekanan hingga memotong
lengkungan poin 2 di atas dan ditarik kebawah
8. Nilai f a s maksimum di ambil dari tabel 39
9. Dari kedua nilai f a s poin 3 dan h ambil nilai
terendah
94
900
800
700
600
500
Kekuatan tekan (kg/cm2)
400
300
200
100
100
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
95
Tabel 40
ESTIMET PENCAPAIAN KEKUATAN BETON PADA F.A.S 0,5
96
Tabel 41
ESTIMET KEBUTUHAN KADAR AIR BEBAS BETON UNTUK
BERBAGAI TINGKAT KEMUDAHAN PEKERJAAN
Slump (mm)
VB (E)
Tipe 0-10 10-30 30-60 60-180
Ukuran
Agregat 12 6-12 3-6 0-3
butiran mak.
Agregat (mm)
10 Alamiah 180 180 205 225
Pecah 180 205 230 250
97
3. Perkiraan berat isi beton basah dengan kepadatan
penuh gunakan gbr 30.
4. Hitung berat total agregat = berat isi beton -
kadar air bebas - kadar semen
5. Hitung agregat halus = % agregat halus x berat
total agregat.
6. Hitung berat agregat kasar = berat total
agregat – berat agregat halus.
2700
Wetdensity of concreate mix (kg/m3)
2600
Relative density of
combined
aggregate (on
saturated and
surface-dry basis)
2500
2.9
2400
2.8
2.7
2300
2.6
2200 2.5
2.4
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260
98
Tahap VII didapatkan komposisi bahan-bahan per m
beton.
1. kadar air bebas = …………………………. Kg
2. kadar semen = …………………………..kg
3. Agregat halus = …………………………..kg
4. Agregat kasar = …………………………..kg
99
Siump : 0-10mm 10-30mm 30-60mm 60-180mm
V-B : > 12 s 6 -12 s 6 -12 s 0 -3 s
80
Proportion of fine aggreagate (percent)
70
60
50
40
30
20
10
0.2 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8
Free-water/cement ratio
Referesi : The mix Design Process
100
Siump : 0-10mm 10-30mm 30-60mm 60-180mm
V-B : > 12 s 6 -12 s 6 -12 s 0 -3 s
Proportion of fine aggreagate (percent) 80
70
60
50
40
30
20
10
0.2 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8
Free-water/cement ratio
101
Siump : 0-10mm 10-30mm 30-60mm 60-180mm
V-B : > 12 s 6 -12 s 6 -12 s 0 -3 s
80
Proportion of fine aggreagate (percent)
70
60
50
40
30
20
10
0.2 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8 0.4 0.6 0.8
Free-water/cement ratio
Referesi : The mix Design Process
102
C O NT O H P E R H IT UNG AN ME T O D A D O E
103
B L ANK O ME T O D A D O E
104
B L ANK O ME T O D A D O E
105
BLANKO METODA DOE
3
18 Jumlah total agregat Dihitung poin 17-12-11 ……
…………. …….. kg/m
V 19 Susunan butir agregat halus BS 882 Zona ……..
20 Proforsi Agregat halus(ssd) Gamb.31,32,33 …-…. % rata-rata ……. %
3
21 Kadar Agregat halus Poin 18 x Poin 20 ……. …….. ……… kg/m
3
22 Kadar Agregat kasar Poin 18 - Poin 21 …… …….. ……… kg/m
Jumlah masing-masing bahan : Semen kg Air kg (liter) Agregat Halus (ssd) Kg Agregat kasar(ssd) Kg
3
1. Untuk 1 m beton = ………………………… …………. ……………… ………………
2. Untuk percobaan 0…. m³ = ………………………… ……….. ……………… ………………
106
B L ANK O ME T O D A D O E
107
B L ANK O ME T O D A D O E
108
Untuk pembuatan trial mix pada laboratorium dengan
kondisi agregat kering muka (SSD) misalnya untuk 50 m
, maka komposisi masing-masingnya adalah :
25,2kg
63,5kg
Penyerapan = (25,7 – 25,2) + (69,2 – 68,5)
= 0,5 + 0,7 = 1,2 kg
Contoh Soal 1
109
Perusahaan Agra Samudra meminta saudara
merencanakan komposisi campuran beton untuk
keperluan Balok ,Kolom dan Lantai dari sebuah
supermaket, kuat tekan karakteristik yang diminta 225
Kg/Cm2 .Data yang ada sebagai berikut:
110
Contoh soal 2 .
111
BAB IX
PEMBUATAN SAMPEL UJI
2. TEORI SINGKAT
Agregat beton pasir dan kerikil yang telah dipisahkan
dengan ayakan standar ditimbang sesuai komposisi
campuran yang telah direncanakan, dan dimasukkan ke
dalam goni sabut/pelastik, selanjutnya di simpan
pada ruangan lembab agar kandungan airnya tetap
stabil.
Persiapan bahan dilakukan agar dalam pembuatan
benda uji lebih teliti, akurat, terjamin dan dapat
menggambarkan kondisi sebenarnya.
3. PERALATAN DAN BAHAN
1. Alat
Cangkul dan skop
Ayakan
Timbangan
Gerobak
Baskom /tampah
Goni
2. Bahan
Pasir
Kerikil
Semen
Air
4. LANGKAH KERJA
1. Persiapkan peralatan
2. Ambil pasir dari tumpukan, ayak dengan ayakan
4,8 mm
112
3. Timbang sesuai perencanaan (kebutuhan)
4. Masukkan kedalam goni dan simpan dalam ruangan
lembab
5. Ambil kerikil dari tumpukan, dipakai ayakan 40
mm untuk atas dan 4,8 mm untuk bawah dan kerikil
yang ada diantara ke dua ayakan ditimbang sesuai
perencanaan, masukkan ke dalam Goni dan simpan
dalam ruangan lebab.
6. Timbang semen sesuai perencanaan simpan
ditempat yang kering.
B. PEMBUATAN BETON UJI
1. TUJUAN
Dengan mempergunakan peralatan dan bahan yang
tersedia, mahasiswa dapat membuat beton uji dengan
baik sesuai perencanaan.
2. TEORI SINGKAT
Pembuatan beton uji digunakan untuk
membuktikan/mengontrol mutu beton, dimana sangat
berguna sebelum memproduksi beton dengan kata lain
perlu uji coba terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pengecoran di lapangan atau mengontrol kekuatan beton
yang telah dilaksanakan dilapangan.
Selama pembuatan beton uji perlu dilakukan pengujian
sebagai berikut :
1. Pengujian slump (kelecakan beton)
2. Pengujian berat isi beton segar
3. Pembuatan benda uji
4. Perawatan benda uji.
113
2. PERALATAN DAN BAHAN
1. Alat
o Molen (concrete mixer)
o Pemadat beton (vibrator)
o Literan kapasitas 5 liter
o Slump test set
o Timbangan dengan ketelitian 1 gr
o Skop / cangkul
o Sendok semen
o Cetakan benda uji
o Mistar baja
o Gerobak
o Tampah/baskom dan kain lap.
2. Bahan
o Pasir
o Kerikil
o Semen
o Air
o Minyak pelumas (oli)
3. Langkah Kerja
1. Persiapkan semua alat dan bahan yang akan
digunakan
2. Periksa kadar air pasir bila diperlukan
3. Bersihkan Molen dari kotoran yang mudah lepas
4. Siapkan cetakan beton dan lumasi dengan oli
5. Siapkan slump selengkapnya bagian dalamnya
lumasi dengan oli
6. Siapkan literan kapasitas 5 liter dan bagian
dalamnya lumasi dengan oli
7. Masukkan air sesuai perencanaan
8. Masukkan semen kemudian aduk selama ± 2 menit
(sampai rata)
9. Masukkan kerikil sembari di aduk
10. Masukkan pasir dan aduk sampai lecak merata
114
11. Lakukan pengujian slump
Isi slump 1/3 bagian dan tumbuk sebanyak 25
kali
Isi slump hingga 2/3 bagian dan tumbuk 25 kali
Isi slump hingga penuh dan tumbuk 25 kali
12. Ratakan permukaan slump dan Bersihkan sisa
adukan yang bertebaran disekitar alat slump.
13. Angkat kerucut tegak lurus dan Letakkan terbalik
di sisi kerucut beton
14. Ukur beda tinggi kerucut beton dengan kerucut
slumpnya.
15. Lakukan pengujian BI beton Segar dengan cara
berikut
o Isi literan hingga penuh dan timbang misalkan
beratnya(B) gram
o Timbang literan kosong misalkan beratnya (A)
gram
o Bersihkan literan dan isi dengan air sampai
penuh dan timbang berat literan bersama air
misalkan beratnya (C)gram
115
18. Lakukan perawatan sebagai berikut :
Letakkan kubus beton uji yang baru dicetak pada
ruangan yang sejuk dan ditutup dengan goni
basah
Buka dari cetakan setelah beton berumur ± 12
jam
Rendam dalam air selama jadwal pengujian kuat
tekan seperti : 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28
hari
TABEL 42
PERBADINGAN KEKUATAN TEKAN PADA DIMENSI
BENDA UJI
PERBANDINGAN
KEKUATAN TEKAN
BENTUK BENDA UJI DIMENSI
BETON
Kubus Sisi 10 Cm 1.07
Kubus Sisi 15 Cm 1.00
Kubus Sisi 20 Cm 0.95
Silinder Ǿ15 x 30 Cm 0.83
Referensi:PBI-1971
116
Referensi :Katalog MBT
117
Referensi : Fhoto okumen 2009
118
Referensi : Fhoto Dokumen 2009
2. TEORI SINGKAT
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur
tertentu pada benda uji dalam kondisi lembab atau
kering udara, karena pengujian pada kondisi basah
dapat berpengaruh negatif terhadap kekuatan beton.
119
3. PERALATAN DAN BAHAN
1. Alat
Mesin tekan
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
Mistar baja / mistar sorong
Kain lap
Kapur/spidol
2. Bahan
Benda uji (beton sampel)
4. PETUNJUK PENGUJIAN
1. Penekanan pertama kubus beton pada umur 7 hari :
2. Keluarkan kubus beton dari rendaman, ± 12 jam
sebelum hari penekanan
3. Keluarkan kubus beton sejumlah yang ditentukan
4. Untuk menghindari terjadinya kekeliruan, kubus
dikeluarkan sesuai nomor urut/sandi
5. Kubus beton yang telah keluar dari bak
ditempatkan pada ruangan yang sejuk sampai hari
penekanan.
6. kubus dibersihkan dari kotoran serta air yang
masih ada menempel pada kubus dengan menggunakan
kain lap
7. Timbang berat kubus, dan pilih salah satu
bidangnya yang licin/datar untuk bidang
penekanan.
8. Ukur luas bidang atas (Panjang x Lebar masing-
masing 3 x pengukuran)
9. Letakkan kubus beton di atas bantalan mesin
tekan dan stel sisi kubus supaya rata dapat
tekanan.
10. Lakukan penekanan sampai beton pecah atau jarum
skala pembacaan tidak naik lagi
120
11. Baca dan Catat kuat tekan beton tersebut sesuai
bacaan pada manometer
121
BAB X
EVALUASI BETON
S=
S = Standar Deviasi
= kekuatan tekan beton masing-masing benda
uji(kg/cm2)
m = kekuatan tekan beton rata-rata dengan rumus
m=
122
berati perencanaan sudah benar, jika sebaliknya perlu
modifikasi.
umumnya pemeriksaan kekuatan beton ditetapkan pada
tingkat umur seperti tabel berikut.
Tabel 43
PERBANDINGAN KEKUATAN BETON PADA UMUR
Tabel 44
PERBANDINGAN KEKUATAN TEKAN PADA
DIMENSI BENDA UJI
Perbandingan
Benda uji cm kekuatan tekan beton
Kubus 10 x 10 x 10 1.07
Kubus 15 x 15 x 15 1.00
Kubus 20 x 20 x 20 0.95
Silinder 15 x 30 0.83
Referensi : PBI 1971
123
Tabel 45
CONTOH DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
124
..
Penyelesaian
Beban maksimum tertentu (...hari) ditransfer ke umur
28 hari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
125
17. 1 x 70.000/255 = 311,11
126
311,11 data
328,89 data
333,33 data
320,00 data.
Jika data sudah di entri semua, maka langkah
selanjutnya :
SOAL LATIHAN :
127
Dalam matrik berikut ini ada 20 data kuat tekan
beton, rencana awal kuat tekan yang diminta adalah
225 kg/cm2.
Hitung :
1. Standar Deviasi (SD)
2. Tegangan beton rata-rata (bm)
3. Tegangan tekan karakteristik (bk)
4. Simpulkan hasil perhitungan saudara dengan
kuat tekan rencana.
128
( KOP )
Tanggal Pengecoran :
Tanggal Pemeriksaan :
Indikasi Contoh :
Dilaksanakan oleh :
129
( KOP )
Tanggal Pengecoran :
Tanggal Pemeriksaan :
Indikasi Contoh :
Dilaksanakan oleh :
Cara mengevaluasi mutu beton dengan metode matrik seperti tabel berikut ini:
130
MATRIK EVALUASI MUTU BETON
NO. UMUR LUAS(cm²) BEBAN (kg) σbi σbi- σbm (σbi- σbm)²
1 3 = 1/0,4= 15 X15= 25000 277.78 -27.43 752.51
2 2.5 225 28000 311.11 5.90 34.83
3 2.5 225 26000 288.89 -16.32 266.37
4 2.5 225 27000 300.00 -5.21 27.14
5 2.5 225 24000 266.67 -38.54 1485.57
6 7=1/0,65= 225 45000 308.00 2.79 7.79
7 1.54 225 48000 328.53 23.32 543.99
8 1.54 225 50000 342.22 37.01 1369.92
9 1.54 225 42000 287.47 -17.74 314.82
10 1.54 225 46000 314.84 9.63 92.83
11 14=1/0,88 225 60000 302.93 -2.28 5.18
12 1.136 225 64000 323.13 17.92 321.09
13 1.136 225 62000 313.03 7.82 61.17
14 1.136 225 63000 318.08 12.87 165.64
15 1.136 225 65000 328.18 22.97 527.53
16 28=1/1 225 68000 302.22 -2.99 8.93
17 1 225 70000 311.11 5.90 34.83
18 1 225 65000 288.89 -16.32 266.37
19 1 225 67000 297.78 -7.43 55.23
20 1 225 66000 293.33 -11.88 141.05
Σ 6104.20 Σ 6482.79
n 20.00
S= = = 80.51/19= 4.23
S = Standar Deviasi
= kekuatan tekan beton masing-masing benda
uji(kg/cm
σ bk28 hari = σ bm – (1,64.SD) = 305-(1,64.4,23) = 298.06
131
Kesimpulan :
Apabila σbk 28 hari lebih besar dari kuat tekan
rencana, maka mutu beton memenuhi syarat jika terjadi
sebaliknya, maka komposisi campuran adukan harus
dimodofikasi menambah jumlah semen atau mengurangi
jumlah air sehingga ditemukan kuat tekan (σbk28 hari)
melebihi atau sama dengan kuat tekan rencana.
Contoh soal
Kuat tekan beton PT. AGRA SAMUDRA dalam bentuk
kubus ukuran sisi 15 cm, Kuat Tekan Rencana 275
Kg/Cm2
Pada umur :
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari
29 ton 38 ton 54 ton 80 ton
26 ton 35 ton 52 ton 75 ton
27 ton 36 ton 55 ton 79 ton
27 ton 36 ton 56 ton 77 ton
28 ton 39 ton 56 ton 78 ton
Hitung :
1. Standar Deviasi (SD)
2. Tegangan beton rata-rata (bm)
3. Tegangan tekan karakteristik (bk)
4. Simpulkan hasil perhitungan saudara dengan kuat
tekan rencana umur 28 hari..
132
B. PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PALU
(CONCRETE TEST HAMMER) CO.550
133
4. Pada tabel penunjukan Wm adalah harga kekuatan
pukulan perkiraan, sedangkan harga R dianjurkan
untuk dibaca dengan ketelitian ½ skala,harga W
diambil ke puluhan terdekat.
5. Untuk menghitung kekuatan tekan beton, baca skala
yang ditunjukan jarum penunjuk lalu diplotkan pada
grafik yang tertempel pada badan hammer test.Harga
yang ditunjukkan jarum penunjuk diplotkan pada
sumbu mendatar, lalu tarik garis lurus ke atas
sampai memotong grafik sesuai dengan nilai.dari
titik potong tersebut tarik garis lurus mendatar
sampai sumbu tegak lalu baca nilai yang tertera.
6. Palu beton dapat dipergunakan pada berbagai sudut
permukaan yaitu: sudut 45°,sudut 90°, sudut
180°,sudut 270°. Namun pantulan akan dipengaruhi
grafitasi bila tes dilakukan pada plafon maka
pantulan yang terjadi akan lebih besar dibandingkan
test pada lantai untuk mengimbangi hal ini grafik
yang digunakan berbeda untuk posisi yang berbeda.
Grafik tersebut digunakan untuk beton yang terbuat
dari campuran semen, agregat normal dan agregat
berat bukan beton yang terbuat dari agregat ringan.
Harga W max dan W minimum mencakup 80% dari seluruh
hasil tes.
7. Kalibrasi grafik, kalibrasi hammer test dilakukan
berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada kubus-
kubus dengan jumlah besar, pertama dites dengan
palu beton, kemudian dilakukan tes kuat tekan
dengan mesin tekan. Sebelum tes kekuatan tekan
134
setiap kubus dijepit pada kedua sisinya di mesin
tes sebanyak 10 kali pukulan pada satu posisi.
8. Perawatan hammer tes, kepala torak harus bebas dari
bahan-bahan yang menempel.Setelah dipakai ± 20.000
pukulan alat tersebut harus dibersihkan dengan
cara:
a. Tekan kepala torak sampai bebas, buka mur atas
dan lepaskan reng belah, buka mur bawah dan
lepaskan per serta bagian-bagian yang bergerak
untuk melakukan hal ini palu harus dilepaskan
dari penahan.
b. Pukul kepala torak dengan martil kayu atau
plastik beberapa kali,lepaskan dari batang
penuntun dan pernya, biarkan per panjang (10)
dilam rumah palu.
c. Bagian yang bergerak, batang penuntun dan
permukaan palu dalam (alat penumbuk), serta
kepala torak disikat dengan sikat baja.
d. Untuk memasangnya kembali lakukan kebalikan
langkah tadi, ingat untuk memasang pegas
kecil(12) dan ganjalan (16). Batang pengantar
harus diberi vaselin/oli atau sejenis-
nya(sedikit saja)
e. Petunjuk pembacaan (6) dan batang pengantar (5)
tidak boleh diberi vaselin karena mempengaruhi
sifat pergeserannya sehingga menyebabkan
pembacaan tidak akurat.
135
Referensi:Brosur MBT Utama
Keterangan:
1. Penutup
2. Pegas penekan
3. Pegas pasak
4. Flen penutup
5. Batang pengantar penunjuk
6. Jarum penunjuk rebound
136
7. Palu
8. Batang pengantar
9. Rumah hammer tes
10. Pegas pemukul
11. Kepala torak
12. Pegas per dan
13. Pegas pengunci
14. Ring penekan 2 bagian
15. Mur drat halus
16. Ring penyekat debu
17. Pasak
18. Bos tombol penekan
19. Tombol penekan
20. Pen tombol penekan
21. Pegas tombol penekan
22. Batu asahan
23. Stiker grafik
24. Plat berskala
25. Tabung
26. Mur pengunci
27. Skrup Pengatur
28. Pen Pasak
29. Ring
137
138
Contoh :
1. Sebelum menggunakan hammer test harus
kalibrasikan terlebih dahulu terhadap landasan
tera(anvil) sebanyak 20 kali minimum, dengan
demikian kira-kira diperoleh data seperti pada
tabel 46 di bawah ini :
Tabel 46
DATA UJI KALIBRASI
139
Rata-rata (F) = 1384 = 69,2
20
FK sebagai pengali 80/69,2 = 1.156
FK sebagai pembagi 69,2/80 = 0.865
Catatan:
Nilai lentingan(R) antara 78-82 berarti
hammer test Jenis N dalam kondisi istimewa, dan
apabila kurang dari 72,maka hammer test perlu
dibersihkan dengan mempergunakan bensin.
1 10 11 16 3 Cm
3 cm
2 9 12 17
3 cm
3 8 13 18
3 cm
4 7 14 19
3 cm
5 6 15 20
3 Cm
3 cm 3 cm 3 cm
3 cm 3 cm
140
Tabel 47
DATA UJI KALIBRASI
141
Rata-rata (F) = 1406 = 37,5
20
Catatan:
Lebih atau kurang 5 dari nilai rata-rata tidak
dihitung seperti nilai 37,5 + 5 = 42,3
nilai 37,5 – 5 = 32,3
Artinya nilai lentingan lebih dari 42,3 dan kurang
dari 32,2 tidak dihitung(dikeluarkan) dengan
demikian nilai rata-rata akan berubah, ΣR juga
berubah.
Nilai rata-rata 37,5
Standar deviasi 2,94
Koefisien Variasi = SD/R x 100 = 7,9
Perkiraan kuat tekan berdasarkan skala rata-rata x
0,15 kg/cm2 (σbr) selanjutnya lihat grafik hammer
test tipe yang sama atau yang digunakan.
142
Referensi: Fhoto Dokumentasi 2009
143
Referensi: Fhoto Dokumentasi 2009
144
Referensi: Fhoto Dokumentasi 2009
145
Referensi: Foto Dokumentasi 2009
DAFTAR PUSTAKA
146
Amrinsyah Nasution (1993), Perencanaan Adukan Beton.
HEDS/JICA FT. Unand Padang.
147
PEMASAR
Pemecahan
Penimbuna
Pendingina
Pembakara
Pemadama
Penyiapan
Pemilihan
nnnkapur
AN
dan
batu
&
n&
Penimbuna
pemecahan
penggalian
pengayaka
kapur
tohor
Batu nkapur
Kapur
148