KATALIS
Kelompok 5 :
Maulia Rizki
Muhammad Al-Hafiz
Muhammad Hanif Darussalam
A. PENDAHULUAN
Istilah katalis pertama kali diperkenalkan oleh Joris Jacob Berzelius pada tahun 1835.
Istilah ini digunakan untuk menerangkan suatu fenomena yang diperolehnya yaitu
adanya sejumlah zat asing yang ditambahkan pada suatu campuran reaksi yang
membuat reaksi tersebut berjalan dengan cepat.
Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi. Di dalam industri pemakaian katalis sangat penting karena akan
meningkatkan produk dan mengurangi biaya produksi.
Pada umumnya pemakaian katalis adalah untuk mempercepat laju suatu reaksi ke
kanan atau kiri sehingga keadaan setimbang lebih cepat tercapai, sehingga dikenal
sebagai katalis positip. Penambahan katalis dapat juga menghambat reaksi, katalis
tersebut disebut katalis negatip atau anti katalis atau inhibitor.
Dalam suatu reaksi adakalanya salah satu hasil reaksi memiliki sifat katalis, sehingga
katalis tidak perlu ditambahkan dari luar, Hasil reaksi yang terbentuk dengan
sendirinya akan mempercepat reaksi tersebut, zat semacam ini disebut auto katalis.
Ciri khas katalis yang berauto katalis adalah laju rekasi mula-mula berjalan lambat
tetapi lama kelamaan berjalan cepat sebab jumlah katalis bertambah.
Contoh hasil reaksi yang dapat berfungsi sebagai katalis (auto katalis) sebagai berikut:
(yang digaris bawah adalah auto katalis)
CH3COOCH3 + H2O CH3COOH + CH3COH
2KMnO4 + 5H2C2O4 +3H2SO4 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O + 10CO2
Sifat fisis katalis yang terpenting adalah luas permukaan, karena luas
permukaan sangat berpengaruh terhadap jumlah zat yang diserap dan
aktivitas dari katalis. Jika katalis tidak mempunyai luas permukaan yang
besar, biasanya katalis yang digunakan atau disiapkan dengan
menambahkan support dengan cara menaburkannya di atas katalis yang
digunakan. Umur suatu katalis sangat tergantung dari sifatnya. Sifat aktif
ini dapat berkurang atau hilang karena poisoning, fouling dan sintering.
5.2.1 Poisoning (racun katalis)
Poisoning ini diakibatkan karena kemisorpi dari reaktan, impurities
atau produk di dalam umpan suatu rekator dimana bagian aktif dari katalis
tertutupi. Kemirsorpsi ini bisa reversibel dan ireversibel. Bila
kemisorpsinya reversibel bisa diregenerasi, sebaliknya bila ireversibel,
maka tidak dapat diregenerasi.
Apabila sebagai zat yang meracuni adalah reaktan dan berlangsung
secara reversibel maka eliminasinya mudah, akan tetapi apabila zat yang
meracuninya adalah produk maka regenerasinya dilakukan dengan cara :
- Membuat konversi proses rendah,
- Melakukan recycle dengan rasio besar.
5.2.2 Fouling
5.2.3 Sintering
Sintering terjadi karena adanya “ local over heating” yaitu adanya zat
yang lebih bereaksi dengan zat sekitarnya. Terjadi reaksi mengakibatkan panas
sehingga terjadi perubahan fasa dari padat ke cair.
Sebagai contoh :
CO + NO2 CO2 + NO
NO + 1/2O2 NO2
b. Uap iodium digunakan sebagai katalis pada reaksi pirosilin
senyawa organik. Sebagai contoh katalis iodid akan memutuskan
rantai asetaldehid menjadi metana .
Reaksinya :
b. Fasa cair
Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fasa yang tidak sama
dengan fasa pereaksi. Pada umumnya katalis adalah padatan sedangkan
pereaksi terbanyak adalah gas dan adakalanya cairan. Dalam reaksi akan
terjadi bidang batas antara 2 fasa, misalnya gas-padatan, liquid-padatan.
Kecepatan reaksinya tergantung dari konsentrasi reaktan yang akan kontak
dengan permukaan padatan. Tidak semua bagian permukaan padatan dan pusat
aktif memiliki keaktifan yang sama. Bahkan pada kondisi yang terburuk,
bagian yang satu dapat meracuni bagian yang lain. Ketika bereaksi reaktan
harus terlebh dahulu berpindah dari fasa fluida ke permukaan luar katalis, lalu
menyusuri pori menuju ke pusat aktif di permuakaan.
Contoh : etanol bila dipanaskan pada suhu 300oC dengan diberi katalis Al2O3
akan menghasilkan etylene, sedangkan bila ditambahkan baja akan
menghasilkan acetaldehyde.
Reaksinya :
Beberapa reaksi dengan katalis heterogen :
5.4 Enzim
a. Enzim dan zat lain yang menyangkut proses biokimia yang disebut
substrat (S) bereaksi dengan membentuk suatu kompleks menurut reaksi
orde kesatu terhadap enzim dan substrat.
Kemudian kompleks terurai menjadi enzim dan substrat atau menghasilkan
produk.
Laju reaksi =
Dari persamaan laju dapat disimpulkan bahwa jika [S] jauh lebih besar
dari Km, maka :
Jadi reaksi orde ke nol terhadap substrat jika konsentrasi substrat sangat
kecil [S] jauh lebih kecil dari Km, maka :