PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Falling Film Evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu
larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi
pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan pangan dan
bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan penguapan
pelarutnya yang umumnya air. Proses ini ini sering digunakan untuk penguapan larutan
kental, larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan
perbedaan temperatur rendah.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan
gravitasi untuk mengalirkan liquida yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film
evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk
memekatkan fluida terutama fluida yang sensitive terhadap panas (misalnya sari buah dan
susu), karena waktu tertahan pendek cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama
mengalir melalui evaporator.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan alat unit penguapan di lab PILOT PLANT dengan aman dan benar
b. Memelih temperatur dan tekanan yang sebaik mungkin untuk umpan tertentu
c. Menghitung koefisien keseluruhan perpindahan panas unutk FFE
d. Menerapkan efisiensi penggunaan khusus (steam) sebagai suatu kalor
e. Memahami alat pengendalian tekanan secara elektronik
BAB II
LANDASAN TEORI
Evaporator adalah alat untuk memekatkan larutan fraksi cair ke fraksi berat. Falling
Film Evaporator adalah salah satu jenis alat untuk proses penguapan yang diklasifikasikan
dalam kelas long tube vertikal evaporator berasama-sama dengan climbing film evaporator.
Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan
dipisahkan oleh dinding pertukaran panas yaitu antara lain jenis kolom kalandria dan shell
and tube. Untuk FFE di lab PILOT PLANT POLSRI termasuk dalam jenis yang kedua.
Temperatur operasi rendah dalam hal ini satukukus (steam) realtif lebih kecil.
Proses penguapan berlangsung pada kalandria shell and tube. Di dalam kalandria
tersebut terdapat tabung berjumlah tiga, umpan masuk didistribusi ke masing-masing tube
kemudian membentuk lapisan tipis pada selimut bagian dalam tube. Sementara pemanas
berada di luar tube, bahan umpan yang turun secara gravitasi menyerap panas maka terjadi
penguapan pelarut sehingga keluar dari kalandria terdiri dari dua fasa (fasa uap pelarut dan
larutan pekat) kemudian dipisahakan di evaporator. Penguapan yang terjadi akan berada di
bawah titik didih air atau pelarut lain dalam kondisi curah. Penguapan akan memerlukan
kalor yang lebih sedikit untuk umpan yang memang sedikit karena umpan mengalir dalam
bentuk lapisan tipis (film). Berikut ini skematik falling film evaporator secara umum.
Gambar 1. FFE
Keuntungan yang lebih dari falling film evaporator ialah sangat terbatasnya waktu
tinggal dari liquid. Waktu tinggal di dalam tube terhitung dalam satuan detik, membuatnya
ideal juga untuk produk-produk yang sensitif akan poanas seperti susu, sari buah, obat-obatan
dan lain sebagainya. Berrikut adalah contoh aplikasi falling film evaporatorpada industri
susu.
T7
m1
Tangki
umpan
T1
ms
FFE
T6
T8 T14
kondensor
md
kondensat T10 m3
T12
T11 m2
tangki tangki
produk pengumpul
distilat
Untuk tujuan teknik dan karakteristik evaporator yang perlu diperhatikan yaitu :
o Neraca massa dan neraca energi
o Koefisien perpindahan panas
o Effisiensi
Neraca Massa :
m1 = m2 + m3 m3 = m1 – m2
m2 = laju feed (kg/jam dari hasil kalibrasi
m3 = uap pelarut (kg/jam)
Hubungan Daya Hantar Listrik (DHL) dengan Total Dissolved Solid (TDS)
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan
arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu,
semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relatifnya.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam
analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki
nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm
(Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Besarnya daya hantar listrik bergantung pada kandungan ion anorganik (TDS) yang
disebut juga materi tersuspensi. Hubungan antara TDS dan DHL dinyatakan dalam
persamaan (2.1) (Metcalf & Eddy : 1991 dalam Effendi, 2003).
Nilai TDS biasanya lebih kecil daripada nilai DHL. Pada penentuan nilai TDS, bahan-
bahan yang mudah menguap (volatile) tidak terukur karena melibatkan proses pemanasan.
Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan
µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air
berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum pengukuran yang
direkomendasikan adalah 28 hari.
Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran
DHL berguna dalam hal sebagai berikut :
Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.
Jadi,penggunan DHL sebagai parameter kuaitas air bertujuan untuk mengukur
kemampuan ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi
kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation
dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan
indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan
padakonduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
banyak mineral yang terkandung dalam air.
BAB III
PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
2. Ember - 5
3. Stopwatch - 1
4. Termometer - 1
3.1.2. Bahan
1. Air kran - -
m2
m1 msteam
tekanan (larutan m3 T7 T11
Q (L/h) (kalibrasi) (kondensat)
(bar) pekat) (kg/menit) (°C) (°C)
(kg/menit) (kg/menit)
(Kg/menit)
0.25 100 6.93 2.88 4.05 0.8 25.4 93
0.25 150 7.14 3.72 3.42 0.4 49.6 96
0.25 200 8.34 4.32 4.02 0.34 79.4 98
0.25 250 9.3 5.28 4.02 0.32 60.8 94
0.25 300 10.26 6.24 4.02 0.36 83.1 98
0.5 100 6.93 3.12 3.81 0.28 61.5 97
0.5 150 7.14 3.72 3.42 0.28 70.5 96
0.5 200 8.34 4.56 3.78 0.32 78.8 95
0.5 250 9.3 5.16 4.14 0.26 72.6 92
0.5 300 10.26 6.6 3.66 0.35 77.5 93
0.75 100 6.93 2.52 4.41 0.38 72.3 92
0.75 150 7.14 3.6 3.54 0.36 52.3 98
0.75 200 8.34 4.92 3.42 0.3 63.2 94
0.75 250 9.3 5.52 3.78 0.36 74.8 89
0.75 300 10.26 6.84 3.42 0.42 74.2 90
1 100 6.93 2.52 4.41 0.44 62.2 92
1 150 7.14 3.72 3.42 0.36 68.8 97
1 200 8.34 3.48 4.86 0.48 68.4 92
1 250 9.3 5.88 3.42 0.46 78.7 98
1 300 10.26 6 4.26 0.42 82.8 90
Tabel 4.2 Data pengamatan FFE pada pemanasan secara tidak langsung
m (laju alir m1
Tekanan Q Keb. steam
air sirkulasi) (kalibrasi) T4 (°C) T7 (°C) T8 (°C) T11 (°C)
(bar) (L/h) (kg/mnt)
m3/h Kg/menit
m1
Tekanan U
Q (L/h) (kalibrasi) Ƞ SE
(bar) (watt/m2°K)
(kg/menit)
1500
1000
500
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Gambar 4.2 Pengaruh laju alir umpan terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)
15.00
10.00
5.00
0.00
0 50 100 150 200 250 300 350
Tekanan 0.25 Tekanan 0.5 bar Tekan 0.75 bar Tekanan 1 bar
Tekanan m1 (kalibrasi)
Q (L/h) Ƞ U (watt/m2.K)
(bar) Kg/menit
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350
20000
15000
10000
5000
0
0 50 100 150 200 250 300 350
4.3 Pembahasan
Oleh Sinta Karisma P
Oleh Siti Hasna R Syarif
Pada praktikum Falling Film Evaporator dilakukan proses pemanasan secara
langsung dan tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk melihat lebih efektif mana
dalam proses apabila menggunakan pemanasan secara langsung dan tidak
langsung.
- Pemanasan Langsung
Pemanasan langsung adalah steam yang digunakan sebagai media pemanas
dikontakan langsung dengan umpannya tanpa perubahan fasa sebelumnya.
Pada pemanasan langsung, dapat dlihat pada gambar 4.1 bahwa effisiensi
terbesar pada laju alir 100 L/h adalah pada tekanan 0.5 bar yaitu sebesar
1526.477, pada laju alir 150 L/h adalah pada tekanan 0.5 bar yaitu sebesar
1344.106, pada laju alir 200 L/h adalah pada tekanan 0.75 bar yaitu sebesar
1302.485, pada laju alir 250 L/h adalah pada tekanan 0.5 bar yaitu sebesar
1723.244, dan pada laju alir 300 L/h adalah pada tekanan 0.25 bar yaitu sebesar
1196.254. Dapat dilihat bahwa tekanan 0.25 bar adalah tekanan yang optimum
dalam praktikum ini. Berdasarkan teori, semakin besar laju alir, maka efisiensi
akan berkurang karena jika laju alir tinggi tidak akan membentuk lapisan tipis
tetapi akan membentuk lapisan yang lebih tebal sehingga perpindahan panas akan
semakin rendah. Akan tetapi pada praktikum ini, pada umumnya efisiensi akan
bertambah terlebih dahulu kemudian akan menurun pada laju alir tertentu karena
tidak terbentuk lapisan tipis. Pada praktikum ini, nilai efisiensi yang dihasilkan
sangat besar, dimana efisiensi lebih dari 100%.
Pada gambar 4.2 koefisien perpindahan panas yang paling efektif adalah pada
tekanan 1 bar karena pada tekanan tersebut paling konstan tanpa ada penurunan
drastic.
Pada gambar 4.3 pengaruh laju alir umpan terhadap steam ekonomi yang paling
baik adalah pada tekanan 0.25 bar dikarenakan trend yang selalu naik.
Dari ketiga gambar tersebut, dapat di simpulkan bahwa pada kondisi paling
optimum dengan mempertimbangkan efesiensi, perpindahan panas dan juga steam
ekonomi, adalah saat tekanan 0.25 bar dan laju alir umpan 250 L/h. karena pada
kondisi tersebut efisiensi dan steam ekonomi tinggi selain itu perpindahan panasnya
tidak terlalu rendah
5.1 Kesimpulan
1. Pada pemanasan langsung, kondisi paling optimum dengan mempertimbangkan
efesiensi, perpindahan panas dan steam ekonomi, adalah saat tekanan 0.25 bar dan
laju alir umpan 250 L/h. karena pada kondisi tersebut efisiensi dan steam ekonomi
tinggi selain itu perpindahan panasnya tidak terlalu rendah
2. Pada pemansan tidak langsung kondisi paling optimum dengan metode pemanasan
tidak langsung adalah saat tekanan 0.3 bar dan laju alir umpan 200 L/h. karena pada
kondisi tersebut efisiensi dan koefisien perpindahan panas yang dihasilkan tidak
terlalu rendah maupun tindak terlalu tinggi.
5.2 Saran
1. Hati-hati saat membuka valve steam harus menggunakan sarung tangan
2. Pada saat penggatian laju alir umpan harus benar
LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT
Kelompok/Kelas : I / 3A-TKPB
TAHUN 2017