Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Falling Film Evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu
larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi
pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan pangan dan
bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan penguapan
pelarutnya yang umumnya air. Proses ini ini sering digunakan untuk penguapan larutan
kental, larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan
perbedaan temperatur rendah.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan
gravitasi untuk mengalirkan liquida yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film
evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk
memekatkan fluida terutama fluida yang sensitive terhadap panas (misalnya sari buah dan
susu), karena waktu tertahan pendek cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama
mengalir melalui evaporator.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan alat unit penguapan di lab PILOT PLANT dengan aman dan benar
b. Memelih temperatur dan tekanan yang sebaik mungkin untuk umpan tertentu
c. Menghitung koefisien keseluruhan perpindahan panas unutk FFE
d. Menerapkan efisiensi penggunaan khusus (steam) sebagai suatu kalor
e. Memahami alat pengendalian tekanan secara elektronik
BAB II
LANDASAN TEORI

Evaporator adalah alat untuk memekatkan larutan fraksi cair ke fraksi berat. Falling
Film Evaporator adalah salah satu jenis alat untuk proses penguapan yang diklasifikasikan
dalam kelas long tube vertikal evaporator berasama-sama dengan climbing film evaporator.
Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan
dipisahkan oleh dinding pertukaran panas yaitu antara lain jenis kolom kalandria dan shell
and tube. Untuk FFE di lab PILOT PLANT POLSRI termasuk dalam jenis yang kedua.
Temperatur operasi rendah dalam hal ini satukukus (steam) realtif lebih kecil.

Proses penguapan dalam FFE


Umpan dimasukan melalui bagian atas kolom dan secara grafisional. Jika vakum tidak
dioperasikan turun dan membasahi dinding bagian dalam kolomm dan dinding bagian luar
tabung-tabung penukar panas dan dalam kolom sebagian lapisan tipis (film). Maka panas
yang diberi medium pemanas didalam penukar panas dan dipakai untuk memanaskan larutan
mencapai titik temperatur diatasnya. Sehingga didalam kolom evaporator akan terdapat
campuran larutan pada temperatur penguapan pelarut atau lebih sedikit lebih rendah/tinggi
dan uap pelarut. Karena temperatur oada bagian bawah kolom , maka sistem pada kolom
tersebut akan mengalami evakuasi (pengosongan) yang dalam arti sebenarnya terjadi
penurunan tekanan sehingga konsisi seperti vakum terjadi oleh karena campuran tersebut
akan terhisap menuju tangki pemisah dimana bagian campuran yang berupa larutan produk
yang lebih berat dan pekat turun menuju tangki pengumpul produk sedangkan uap pelarut
menuju kondenser di kondensasikan dan turun ke tangki pengumpul distilat.
Pada sistem dimana kondisi vakum dioperasikan oleh pompa vakum proses akan
berlangsung serupa, tetapi titik didih yang dicapai akan lebih rendah dari pada kondisi
atmosfer. Selain itu, kemungkinan aliran balik karena pembentukan uap pelarut dan tekanan
parsial yang dikandungnya lebih kecil.
Alat ini diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator (LTVE) bersama-
sama dengan Climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat
diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas, yaitu
jenis kolom calandria shell and tube. FFE memiliki effektivitas yang baik untuk :
1) Pengentalan larutan-larutan yang jernih
2) Pengentalan larutan-larutan yang korosif
3) Beban penguapan yang tinggi
4) Temperatur operasi yang rendah

Kinerja suatu suatu evaporator ditentukan oleh beberapa faktor lainnya :


1) Konsumsi uap
2) Steam ekonomi
3) Kadar kepekatan
4) Persentasi produk

Proses penguapan berlangsung pada kalandria shell and tube. Di dalam kalandria
tersebut terdapat tabung berjumlah tiga, umpan masuk didistribusi ke masing-masing tube
kemudian membentuk lapisan tipis pada selimut bagian dalam tube. Sementara pemanas
berada di luar tube, bahan umpan yang turun secara gravitasi menyerap panas maka terjadi
penguapan pelarut sehingga keluar dari kalandria terdiri dari dua fasa (fasa uap pelarut dan
larutan pekat) kemudian dipisahakan di evaporator. Penguapan yang terjadi akan berada di
bawah titik didih air atau pelarut lain dalam kondisi curah. Penguapan akan memerlukan
kalor yang lebih sedikit untuk umpan yang memang sedikit karena umpan mengalir dalam
bentuk lapisan tipis (film). Berikut ini skematik falling film evaporator secara umum.

Gambar 1. FFE

Keuntungan yang lebih dari falling film evaporator ialah sangat terbatasnya waktu
tinggal dari liquid. Waktu tinggal di dalam tube terhitung dalam satuan detik, membuatnya
ideal juga untuk produk-produk yang sensitif akan poanas seperti susu, sari buah, obat-obatan
dan lain sebagainya. Berrikut adalah contoh aplikasi falling film evaporatorpada industri
susu.

Gambar 2. FFE di industri susu


Pada dasarnya evaporator adalah alat dimana pertukaran panas terjadi. Laju
perpindahan panas dinyatakan dalam persamaan umum :
Q = U A dT
dengan U = koefisien keseluruhan perpindahan panas dalam sistem.
Berikut ini ialah skematik dari falling film evaporator yang ada di Laboratorium Pilot Plant
Jurusan Teknik Kimia Polban.

T7
m1
Tangki
umpan
T1
ms
FFE
T6

T8 T14
kondensor
md
kondensat T10 m3
T12
T11 m2

tangki tangki
produk pengumpul
distilat

Gambar 3. FFE di Laboratorium Pilot Plant Jurusan Teknik Kimia Polban


Diagram Alir Falling Film Evaporator Di Lab. POLSRI
Perhitungan Teoritikal pada Falling Film Evaporator

Kinerja suatu evaporator ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :


o Konsumsi uap
o Ekonomi uap atau ratio penguapan
o Kadar kepekatan, konsentrasi produk, dan distilat atau kondensat dari umpan
o Persentase produk

Untuk tujuan teknik dan karakteristik evaporator yang perlu diperhatikan yaitu :
o Neraca massa dan neraca energi
o Koefisien perpindahan panas
o Effisiensi

Neraca Massa :
m1 = m2 + m3  m3 = m1 – m2
m2 = laju feed (kg/jam  dari hasil kalibrasi
m3 = uap pelarut (kg/jam)

1. Effisiensi panas di FFE


𝑸𝒇𝒆𝒆𝒅 𝒎𝟏 𝑪𝒑(𝑻𝟏𝟏 − 𝑻𝟕 ) + 𝒎𝟑 (𝑯𝒗 − 𝑯𝑳 )𝒑𝒂𝒅𝒂𝑻𝟏𝟏
𝜼𝑭𝑭𝑬 = =
𝑸𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎 𝒎𝒔 (𝑯𝒗 − 𝑯𝑳 )𝒑𝒅 (𝑷.𝒐𝒑𝒓+𝟏)𝒃𝒂𝒓

2. Koefisien perpindahan panas total (U)


𝑸𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎
𝑼=
𝑨∆𝑻𝒎
3. Steam Ekonomi
𝒎𝟑
𝑺𝑬 =
𝒎𝒔

Hubungan Daya Hantar Listrik (DHL) dengan Total Dissolved Solid (TDS)

Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan
arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu,
semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relatifnya.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam
analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki
nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm
(Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Besarnya daya hantar listrik bergantung pada kandungan ion anorganik (TDS) yang
disebut juga materi tersuspensi. Hubungan antara TDS dan DHL dinyatakan dalam
persamaan (2.1) (Metcalf & Eddy : 1991 dalam Effendi, 2003).

TDS (mg/L) = DHL (mmhos/cm atau ds/m) x 640 (2.1)

Nilai TDS biasanya lebih kecil daripada nilai DHL. Pada penentuan nilai TDS, bahan-
bahan yang mudah menguap (volatile) tidak terukur karena melibatkan proses pemanasan.
Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan
µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air
berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum pengukuran yang
direkomendasikan adalah 28 hari.
Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran
DHL berguna dalam hal sebagai berikut :
 Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
 Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
 Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
 Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
 Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.
Jadi,penggunan DHL sebagai parameter kuaitas air bertujuan untuk mengukur
kemampuan ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi
kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation
dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan
indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan
padakonduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
banyak mineral yang terkandung dalam air.
BAB III
PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Seperangkat alat FFE - 1

2. Ember - 5

3. Stopwatch - 1

4. Termometer - 1

5. Sepasang sarung tangan karet - 2

Tabel 3.1.1 Alat yang digunakan

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

1. Air kran - -

Tabel 3.1.2 Bahan yang digunakan


3.2. Langkah Kerja
3.2.1. Menyalakan Alat
Mengisi tabung umpan dengan air setelah
itu nyalakan alat dengan memutar saklar
utama dan tombol pompa.

Memastikan umpan yang masuk telah


mengalir melalui Falling Film Evaporator

3.2.2. Prosedur Operasi


BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


A. Pemanasan Secara Langsung
Tabel 4.1 Data pengamatan FFE pada pemanasan secara langsung

m2
m1 msteam
tekanan (larutan m3 T7 T11
Q (L/h) (kalibrasi) (kondensat)
(bar) pekat) (kg/menit) (°C) (°C)
(kg/menit) (kg/menit)
(Kg/menit)
0.25 100 6.93 2.88 4.05 0.8 25.4 93
0.25 150 7.14 3.72 3.42 0.4 49.6 96
0.25 200 8.34 4.32 4.02 0.34 79.4 98
0.25 250 9.3 5.28 4.02 0.32 60.8 94
0.25 300 10.26 6.24 4.02 0.36 83.1 98
0.5 100 6.93 3.12 3.81 0.28 61.5 97
0.5 150 7.14 3.72 3.42 0.28 70.5 96
0.5 200 8.34 4.56 3.78 0.32 78.8 95
0.5 250 9.3 5.16 4.14 0.26 72.6 92
0.5 300 10.26 6.6 3.66 0.35 77.5 93
0.75 100 6.93 2.52 4.41 0.38 72.3 92
0.75 150 7.14 3.6 3.54 0.36 52.3 98
0.75 200 8.34 4.92 3.42 0.3 63.2 94
0.75 250 9.3 5.52 3.78 0.36 74.8 89
0.75 300 10.26 6.84 3.42 0.42 74.2 90
1 100 6.93 2.52 4.41 0.44 62.2 92
1 150 7.14 3.72 3.42 0.36 68.8 97
1 200 8.34 3.48 4.86 0.48 68.4 92
1 250 9.3 5.88 3.42 0.46 78.7 98
1 300 10.26 6 4.26 0.42 82.8 90

B. Pemanasan Secara Tidak Langsung

Tabel 4.2 Data pengamatan FFE pada pemanasan secara tidak langsung

m (laju alir m1
Tekanan Q Keb. steam
air sirkulasi) (kalibrasi) T4 (°C) T7 (°C) T8 (°C) T11 (°C)
(bar) (L/h) (kg/mnt)
m3/h Kg/menit

0.1 100 11 3.81 98.3 37 112.6 73.5 0.26


0.1 150 11 4.02 109.6 74.1 123.6 84 0.22
0.1 200 11 5.22 110.6 72.2 125.4 84 0.18
0.1 250 11 6.18 111.4 48.5 125.8 84 0.18
0.1 300 11 7.14 108.3 63.8 122.9 77 0.24
0.2 100 11 3.81 112.5 76.9 126.9 87 0.24
0.2 150 11 4.02 113.3 56.2 127.4 87.5 0.18
0.2 200 11 5.22 111.3 44 126 83 0.22
0.2 250 11 6.18 109.7 31.8 124.5 78 0.18
0.2 300 11 7.14 107.4 37.3 122.3 72 0.28
0.3 100 11 3.81 108.9 59.4 123.6 82 0.27
0.3 150 11 4.02 111.4 61.4 126 85 0.2
0.3 200 11 5.22 111.5 47.8 125.8 83 0.2
0.3 250 11 6.18 111.2 35.8 126.7 81 0.2
0.3 300 11 7.14 110.3 44.6 125.6 75 0.22

4.2 Hasil Perhitungan


A. Pemanasan Secara Langsung
Tabel 4.3 Hasil perhitungan FFE pada pemanasan secara langsung

m1
Tekanan U
Q (L/h) (kalibrasi) Ƞ SE
(bar) (watt/m2°K)
(kg/menit)

1.25 100 6.93 616.00 7.650 5.06


1.25 150 7.14 1010.23 3.956 8.55
1.25 200 8.34 1267.86 3.494 11.82
1.25 250 9.3 1437.09 3.183 12.56
1.25 300 10.26 1196.25 3.717 11.17
1.5 100 6.93 1526.48 2.734 13.61
1.5 150 7.14 1344.11 2.757 12.21
1.5 200 8.34 1260.91 3.177 11.81
1.5 250 9.3 1723.22 2.544 15.92
1.5 300 10.26 1131.44 3.454 10.46
1.75 100 6.93 1228.70 3.636 11.61
1.75 150 7.14 1155.33 3.408 9.83
1.75 200 8.34 1302.49 2.849 11.4
1.75 250 9.3 1119.61 3.437 10.5
1.75 300 10.26 887.53 4.014 8.14
2 100 6.93 1091.81 4.077 10.02
2 150 7.14 1056.70 3.399 9.5
2 200 8.34 1090.73 4.483 10.13
2 250 9.3 817.92 4.409 7.43
2 300 10.26 1047.84 3.988 10.14
Pengaruh Laju Alir Umpan terhadap effisiensi
2000

1500

1000

500

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Tekanan 0.25 bar Tekanan 0.5 bar


Tekanan 0.75 bar Tekanan 1 bar

Gambar 4.1 Pengaruh laju alir umpan terhadap Efisiensi

Pengaruh Laju Alir Umpan terhadap Koefisein


Pindah Panas (U)
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
0 50 100 150 200 250 300 350

Tekanan 0.25 bar Tekanan 0.5 bar


Tekanan 0.75 bar Tekanan 1 bar

Gambar 4.2 Pengaruh laju alir umpan terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)

Pengaruh Laju Alir Umpan terhadap Steam


Ekonomi (SE)
20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 50 100 150 200 250 300 350

Tekanan 0.25 Tekanan 0.5 bar Tekan 0.75 bar Tekanan 1 bar

Gambar 4.3 Pengaruh laju alir umpan terhadap steam ekonomi


B. Pemanasan Secara Tidak Langsung
Tabel 4.4 Hasil perhitungan FFE pada pemanasan secara tidak langsung

Tekanan m1 (kalibrasi)
Q (L/h) Ƞ U (watt/m2.K)
(bar) Kg/menit

0.1 100 3.81 5.304 17709.847


0.1 150 4.02 1.551 22819.186
0.1 200 5.22 2.270 22690.474
0.1 250 6.18 8.310 17052.238
0.1 300 7.14 3.521 19751.459
0.2 100 3.81 1.458 23348.866
0.2 150 4.02 4.868 17965.627
0.2 200 5.22 7.554 16569.158
0.2 250 6.18 10.523 14869.953
0.2 300 7.14 9.070 15272.198
0.3 100 3.81 3.195 19782.044
0.3 150 4.02 3.544 19684.008
0.3 200 5.22 7.009 16635.540
0.3 250 6.18 9.830 15977.567
0.3 300 7.14 7.738 16178.943

Gambar 4.4 Pengaruh laju alir umpan terhadap efisiensi

Pengaruh Laju Alir Umpan terhadapa effisiensi


12

10

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Tekanan 0.1 bar Tekanan 0.2 bar Tekanan 0.3 bar


Gambar 4.5 Pengaruh laju alir umpan terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)

Pengaruh Laju Alir Umpan terhadap Koefisein


Pindah Panas (U)
25000

20000

15000

10000

5000

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Tekanan 0.1 bar Tekanan 0.2 bar Tekanan 0.3 bar

4.3 Pembahasan
 Oleh Sinta Karisma P
 Oleh Siti Hasna R Syarif
Pada praktikum Falling Film Evaporator dilakukan proses pemanasan secara
langsung dan tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk melihat lebih efektif mana
dalam proses apabila menggunakan pemanasan secara langsung dan tidak
langsung.
- Pemanasan Langsung
Pemanasan langsung adalah steam yang digunakan sebagai media pemanas
dikontakan langsung dengan umpannya tanpa perubahan fasa sebelumnya.
Pada pemanasan langsung, dapat dlihat pada gambar 4.1 bahwa effisiensi
terbesar pada laju alir 100 L/h adalah pada tekanan 0.5 bar yaitu sebesar
1526.477, pada laju alir 150 L/h adalah pada tekanan 0.5 bar yaitu sebesar
1344.106, pada laju alir 200 L/h adalah pada tekanan 0.75 bar yaitu sebesar
1302.485, pada laju alir 250 L/h adalah pada tekanan 0.5 bar yaitu sebesar
1723.244, dan pada laju alir 300 L/h adalah pada tekanan 0.25 bar yaitu sebesar
1196.254. Dapat dilihat bahwa tekanan 0.25 bar adalah tekanan yang optimum
dalam praktikum ini. Berdasarkan teori, semakin besar laju alir, maka efisiensi
akan berkurang karena jika laju alir tinggi tidak akan membentuk lapisan tipis
tetapi akan membentuk lapisan yang lebih tebal sehingga perpindahan panas akan
semakin rendah. Akan tetapi pada praktikum ini, pada umumnya efisiensi akan
bertambah terlebih dahulu kemudian akan menurun pada laju alir tertentu karena
tidak terbentuk lapisan tipis. Pada praktikum ini, nilai efisiensi yang dihasilkan
sangat besar, dimana efisiensi lebih dari 100%.
Pada gambar 4.2 koefisien perpindahan panas yang paling efektif adalah pada
tekanan 1 bar karena pada tekanan tersebut paling konstan tanpa ada penurunan
drastic.
Pada gambar 4.3 pengaruh laju alir umpan terhadap steam ekonomi yang paling
baik adalah pada tekanan 0.25 bar dikarenakan trend yang selalu naik.
Dari ketiga gambar tersebut, dapat di simpulkan bahwa pada kondisi paling
optimum dengan mempertimbangkan efesiensi, perpindahan panas dan juga steam
ekonomi, adalah saat tekanan 0.25 bar dan laju alir umpan 250 L/h. karena pada
kondisi tersebut efisiensi dan steam ekonomi tinggi selain itu perpindahan panasnya
tidak terlalu rendah

- Pemanasan Tidak Langsung


Pada gambar 4.4 dapat diketahui nilai efisiensi yang optimum pada tekanan 0.3
bar adalah pada laju alir 250 L/h. pada tekanan 0.1, 0.2, dan 0.3 bar, saat laju alir
dinaikan menjadi 300 L/h, terjadi penurunan efisiensi dikarenakan laju alir air yang
terlalu tinggi sehingga tidak terbentuk lapisan tipis.
Pada gambar 4.5 dapat diketahui koefisien perpindahan panas yang paling
optimum adalah pada tekanan 0.3 bar dan pada laju alir 200 L/h. pada tekanan 0.1,
0.2, dan 0.3 bar saat laju alir dinaikan menjadi 250 L/h terjadi penurunan nilai
koefisien pindah panas. Hal ini dikarenakan karna lau alir air yang semakin tinggi,
menyebabkan kontak antara steam dan umpan hanya sebentar sehingga koefisien
pindah panas pun menurun.
Berdasarkan kedua grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi paling
optimum dengan metode pemanasan tidak langsung adalah saat tekanan 0.3 bar dan
laju alir umpan 200 L/h. karena pada kondisi tersebut efisiensi dan koefisien
perpindahan panas yang dihasilkan tidak terlalu rendah maupun tindak terlalu
tinggi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada pemanasan langsung, kondisi paling optimum dengan mempertimbangkan
efesiensi, perpindahan panas dan steam ekonomi, adalah saat tekanan 0.25 bar dan
laju alir umpan 250 L/h. karena pada kondisi tersebut efisiensi dan steam ekonomi
tinggi selain itu perpindahan panasnya tidak terlalu rendah
2. Pada pemansan tidak langsung kondisi paling optimum dengan metode pemanasan
tidak langsung adalah saat tekanan 0.3 bar dan laju alir umpan 200 L/h. karena pada
kondisi tersebut efisiensi dan koefisien perpindahan panas yang dihasilkan tidak
terlalu rendah maupun tindak terlalu tinggi.
5.2 Saran
1. Hati-hati saat membuka valve steam harus menggunakan sarung tangan
2. Pada saat penggatian laju alir umpan harus benar
LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT

Falling Film Evaporator

Dosen Pembimbing : Rispiandi, S.T.

Kelompok/Kelas : I / 3A-TKPB

Anggota : 1. Sinta Putri Karisma (151424029)

2. Siti Hasna R Syarif (151424030)

Tanggal Praktikum : 22 November 2017

Tanggal Pengumpulan Praktikum : 03 Desember 2017

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai