Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem
informasi kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang dikembangkan
benar-benar dapat mendukung terwujudnya visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”. Analisis situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis
SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi
SWOT setiap komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta
pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.
Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis
strategis. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan
faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan
sistem dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat
diterapkan dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:
1. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis dan holistik
yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi
alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang
diperkirakan paling ampuh.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak,
serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada kuadran
tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat
posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek
produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.
1. Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi
secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk
mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada
Langkah 1.
3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke
dalam Pola Analisis SWOT seperti berikut.
Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT
Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan
manajemen waktu (7M=man, money, material, methode, machine, market dan minute).
Masukan non fisik berupa data kesehatan.
Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk tatapamong,
manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama.
Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media informasi,
publikasi, dan pengguna informasi.
4. Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk
menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan
pengembangan program secara berkelanjutan. Analisis untuk pengembangan strategi
pemecahan masalah dan perbaikan/pengembangan program itu digambarkan pada Gambar 2.
5. Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan susunlah suatu
rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.
SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak sehingga
terdapat “pulau-pulau informasi”.
Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung integrasi SIK.
Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya masih
rangkap jabatan).
Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui perannya, pengembangan karir
tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi dan komunikasi khususnya untuk
pemeliharaan.
Indikator yang digunakan sering kurang menggambarkan “subjek” yang diwakili.
Belum terbangunnya mekanisme aliran data kesehatan baik lintas program (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
Masih lemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan audit SIK.
Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat, lengkap, tepat waktu)
Penggunaan data/informasi oleh pengambil keputusan dan masyarakat masih sangat
rendah
Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN,
Kebijakan dan strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA).
Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tersedia di semua Provinsi dan
hampir seluruh Kabupaten/kota
Indikator kesehatan telah tersedia.
Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber dari fasilitas
kesehatan pemerintah dan masyarakat.
Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti
Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.
Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi dan
Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan.
Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK dan manfaat eHealth mulai meningkat
pada semua pemangku kepentingan terutama pada tingkat manajemen Kementerian
Kesehatan.
Telah ada peraturan perundang-undangan terkait informasi dan TIK.
Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan fungsi, memberikan
peluang dalam pengembangan jabatan fungsional pengelolaan SIK.
Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga
sarjana di perguruan tinggi.
Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK.
Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri dan telah mulai
dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi.
Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal penduduk oleh Kementerian
Dalam Negeri yang merupakan peluang untuk memudahkan pengelolaan data
sehingga menjadi berkualitas.
Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya untuk anggaran
(perencanaan) yang berbasis kinerja.
Daftar Pustaka:
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Dasar Penyeliaan Jaminan Mutu Di Puskesmas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Masyarakat.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 –
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.
Sabarguna, Boy; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.
iagian S.P. 2004. Manajemen Strategik, Cetakan ke-lima. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sulaeman E,S. 2011. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas. Jogjkarta:
Gadjah Mada University Press.