Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROYEK BENDUNGAN LAU SIMEME

PT. WIKA-BUMI KARSA KSO

Disusun Oleh :

FITRIANI LUMBAN RAJA (18.20.008)

FOSTER HERWIN AMIN LAWOLO (18.20.009)

MARGARETA MIRA JESIKA SIMAMORA (18.20.010)

NAWAF ALFARIS HARAHAP (18.20.011)

RIKKI ARDIANTA TARIGAN (18.20.013)

SITI ROZIAH NASUTION (18.20.017)

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

TA. 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Disahkan oleh Tim Penguji PKL

Fakultas Kesahatan Masyarakat dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam


mendapatkan gelar Sarjana Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sibiru-biru, 16 April 2021

Pembimbing SHE Dosen Pembimbing,

Agus Rikza Ahmad Fithri Handayani Lubsi, SKM., M.Kes

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Fithri Handayani Lubis, SKM., M.Kes


NPP. 19881028.201604.2.001

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Dalam upaya menghasilkan insan yang cerdas dan kompetitif. Pemerintah,


khususnya Depdiknas, berupaya agar setiap individu memperoleh kesempatan
mendapatkan pendidikan yang bermutu dengan utuh, hal ini diwujudkan secara
berkesinambungan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional di Indonesia
khususnya pada bidang K3.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait kegiatan PKL


yang telah memberi dukungan moral dan juga bimbingannya pada kami. Ucapan
terima kasih ini kami tujukan kepada :

1. Bapak Yosfian Rozayang telah membimbing kami selama melakukan PKL di


PT. WIKA-BUMI KARSA KSO
2. Bapak Agus Rikza Ahmad yang telah membimbing kami selama melakukan
PKL di PT. WIKA-BUMI KARSA KSO
3. Para karyawan dan staf PT. WIKA-BUMI KARSA KSO
4. Orang Tua dan teman-temankami yang ikut mendukung proses PKL sampai
selesai.
5. Prof Jhon Piter Sinaga, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
6. Ibu Yunita Syahputri Damanik,SKM., M.Kes selaku ketua program studi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
7. Bapak Muhraza Siddiq,S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan lebih lanjut.

ii
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penulisan laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Untuk
menambah wawasan dalam mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dan demi kemajuan Program Diploma
IV Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Sibiru-biru, 15 April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2. Tujuan dan Manfaat.............................................................................................2

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan...............................4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..................................................................4

2.1 Profil Perusahaan...................................................................................................4

2.2 Visi dan Misi Perusahaan......................................................................................5

2.3 Struktur Organisasi...............................................................................................6

BAB III LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN.........................................9

3.1 Laporan Hasil Praktik Kerja Lapangan..............................................................9

KINERJA K3L.....................................................................................................9

P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)................................................11


JSA/HIRARC/SOP.............................................................................................15
WORK AT HEIGH /WAH (Bekerja di ketinggian)............................................17
PENGUKURAN LINGKUNGAN FISIK.........................................................20
RAMBU-RAMBU K3........................................................................................23
INSPEKSI...........................................................................................................26
EXCAVATOR....................................................................................................26
IDENTIFIKASI BAHAYA BERDASARKAN OHSAS............................................26
BLASTING.........................................................................................................26
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................26

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................26

4.2 Saran.....................................................................................................................27

iv
LAMPIRAN.........................................................................................................................28

Log book kegiatan PKL.............................................................................................28

Dokumentasi Kegiatan..............................................................................................28

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan diharapkan dapat mencetak


lulusan-lulusan penerus generasi bangsa yang sanggup menguasai ilmu pengetahuan
secara teoritis, praktis, dan aplikatif. Untuk menciptakan tenaga kerja yang unggul
dan memiliki kemampuan serta keahlian yang mumpuni, Institut Kesehatan Deli
Husada Deli Tua sebagai salah satu Perguruan Tinggi berusaha membentuk dan
melatih lulusan-lulusan yang ada untuk siap terjun ke dunia kerja.

Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu kegiatan akademik yang


berfokus pada kemampuanuntuk mengembangkan danmenempa ilmu yang telah
dipelajari selama menjalani perkuliahan dalam praktiknya. Kegiatan ini dapat
menambah pengalaman mahasiswa khususnya di Prodi K3 dan memberikan wawasan
mendalam terkait dunia kerja sebelum lulus dari bangku perkuliahan kelak. Zaman
semakin berkembang dari waktu ke waktu,terutama dengan semakin canggihnya
teknologi yang ada. Dengan semakin canggihnya teknologi, persaingan dalam dunia
kerja juga menjadi lebih ketat karena individu-individu telah memiliki skill beragam
yang dibutuhkan sebagai bekal untuk menghadapi persaingan tersebut.

Untuk mengantisipasi persaingan yang ada, oleh karena itu, kami mahasiswa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dituntut mempersiapkan diri dengan menimba
pengalaman melalui kegiatan PKL,agar tidak hanya matang dari segi teori,akan tetapi
juga siap dalam praktiknya. Dengan demikian praktikan tertarik untuk
mempersiapkan diri untuk menjadi lulusan yang mampu diandalkan di dunia kerja
khususnya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

1
2

PT. Wika-Bumi Karsa Kso merupakan salah satu perusahaan kontruksi milik
pemerintah indonesia, perusahaan ini bergerak di bidang industri kontruksi, industri
pabrikasi, industri konversi, jasa penyewaan jasa keagenan, investasi, agro industri,
construksion, dll. PT Wika-Bumi Karsa Kso memiliki kantor pusat yang beralamat di
Jl. D.l panjaitan kav.9, jakarta timur 13340 dengan lokasi kegiatan utama di seluruh
indonesia dan luar negeri.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan kegiatan dari PKL adalah agar mahasiswa mampu
memenuhi standar kompetensi PKL yang telah ditetapkan dalam
Kurikulum Program Studi D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pelaksanaan K3 dalam SMK3 sesuai PP NO 50 tahun
2012 tentang penerapan SMK3
2. Melakukan identifikasi risiko atau bahaya yang ada di area kerja
dengan cara menerapkan program K3 Kontruksi
3. Mengelola program K3 Kontruksi atau program yang berlaku pada
area PKL
4. Meningkatkan keahlian dan mendapatkan gambaran langsung
mengenai dunia kerja, sehingga menjadi terbiasa dan terampil saat
memasuki dunia kerja
5. Untuk pengenalan dan observasi aspek lingkungan kerja terhadap
hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja semua bagian
K3
3

Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu memenuhi standar kompetensi PKL yang telah
ditetapkan dalam Kurikulum Program Studi D-IV Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pelaksanaan K3 dalam SMK3 sesuai
PP NO 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 yang terdapat pada
perusahaan.
3. Mahasiswaa mampu melakukan identifikasi risiko atau bahaya yang
ada di area kerja dengan cara menerapkan program K3 Kontruksi
4 Mahasiswa mampu mengelola program K3 Kontruksi atau program
yang berlaku pada area PKL
5 Meningkatkan keahlian dan mendapatkan gambaran langsung
mengenai dunia kerja, sehingga menjadi terbiasa dan terampil saat
memasuki dunia kerja.
6 Untuk pengenalan dan observasi aspek lingkungan kerja terhadap
hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja semua bagian
K3

b. Bagi Institut Kesehatan Deli Husada


1. Memberikan Kontribusi dan tenaga kerja bagi perusahaan atau instansi
terkait
2. Dapat menyesuaikan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja
3. Tujuan pendidikan tercapai, serta kredibilitas kampus
4

c. Bagi Perusahaan
1. Mendukung program pemerintah
2. Dapat mengenal persis kualitas mahasiswa/i yang berlatih di
perusahaan atau instansi.
3. Mendapatkan tenaga kerja sementara sebagai sumber daya perusahaan
4. Meningkatkan citra perusahaan

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

1.3.1 Lokasi yang digunakan untuk PKL ini adalah :

Nama :PT. WIKA-BUMI KARSA KSO


Alamat :Proyek Pembangunan Bendung Lau Simeme Paket – 1 (MYC)
Kab. Deli Serdang
Bagian : Semua bagian K3 di WIKA-BUMI KARSA KSO

1.3.2 Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan PKL ini terhitung mulai Senin, 15 Maret 2021 sampai
dengan Senin, 12 April 2021 yang berlangsung selama 27 hari kerja
efektif.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

PT Wijaya Karya industri dan konstruksi merupakan salah satu anak


perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang bergerak dibidang industri dan
pabrikasi baja. Didirikan pada tahun 2000, dengan nama PT Wijaya Karya intrade
dengan lini bisnis dibidang trading. Kemudian, pada tahun 2013 melalui keputusan
pemegang saham diluar rapat PTWijaya Karya intrade berubah nama menjadi PT
Wijaya Karya industri dan konstruksi.

PT Wijaya Karya industri dan konstruksi selalu memegang teguh nilai


kepercayaan dalam menjalankan setiap aktivitas bisnis. Kepercayaan ini secara
konsisten menciptakan dan memberikan nilai lebih kepada pelanggan melalui
pertumbuhan yang berkelanjutan. Memasuki abad ke 21,PT Wijaya Karya Industri
Dan Konstruksi berusaha untuk meningkatkan kinerja nya dalam setiap aspek, mulai
dari manajemen, suber daya manusia, PT Wijaya Karya Industri Dan Konstruksi
secara konsisten menerapkan dan menumbuhkan kepercayaan kepada semua
pemangku kepentingan, yaitu pelanggan, investor dan mitra bisnis.

4
5

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

VISI

Menjadi perusahaan engineering production, installation (EPI) baja dan


otomotif yang terpercaya serta ramah lingkungan.

MISI

1. Memastikan profitabilitas yang mampu mendukung pertumbuhan


perusahaan
2. Membangun kepercayaan melalui kualitas, inovasi, produk dan layanan.
3. Menciptakan kompetensi unik untuk memenangkan persaingan.
4. Bersinergi dengan pemangku kepentingan untuk menciptakan nilai
tambah.
5. Memastikan tata kelola perusahaan yang baik dan ramah lingkungan
6

2.3 Struktur Organisasi

Adapun Struktur organisasi merupakan sebuah garis penugasan formal yang


menunjukkan alur tugas dan tanggung jawab setiap anggota perusahaan, serta
hubungan antar pihak dalam organisasi yang bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan organisasi. Struktur organisasi dari PT. Wika Bumi Karsa Kso adalah :
7
8
BAB III

3.1 LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Deskripsi Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa

Kegiatan PKL dilaksanakan oleh prodiKeselamatan Dan Kesehatan Kerja di


PT. Wika Bumi Karsa Kso. Kegiatan PKL yang kami lakukan dimulai dari pukul
08.00 Wibhingga pukul 17.00 Wib, enam hari dalam satu minggu. Kegiatan yang
kami lakukan selama PKL adalah melakukan inspeksi K3, survey terkait rambu-
rambu K3 dan poster yang terdapat pada kantor, proyek bendungan, quary jahe dan
quary julu, melakukan Safety Induction, memperdalam ilmu terkait penerapan SMK3,
JSA, HIRARC, SOP, Investigasi Insidendengan formulir SCAT, memperdalam
mengenai Lifting Plan, Kinerja K3L dan WAH.

KINERJA K3L
HSE Plan (rencana K3L) adalah suatu rencana sistematis yang tersusun dalam
bentuk program K3L mulai dari penentuan kebijakan,rencana program sampai
dengan evaluasi berupa audit yang bertujuan untuk memastikan kinerja program K3L
dapat terkontrol dan terevaluasi.tujuannya untuk mencegah terjadinya kerugian baik
cidera pada manusia,kerusakan peralatan dan lingkungan.

Dalam penilaian K3L ada dua indicator yang digunakan yaitu Indicator
Leading dan Indicator Lagging. Indicator leading adalah indikasi yang akan dicapai
(awal/sebelum). Didalam indicator leading terdapat

1. Keberhasilan

Keberhasilan maksudnya disini adalah hal yang sudah berhasil dijalankan atau
di terapkan,

9
10

Cth:-keberhasilan dalam memakai APD

2. Pencapaian

Percapaian disini maksudnya sesuatu hal yang sudah dicapai

Cth:-kehadiran SMT & TBM

3. Kerja aman

Kerja aman maksudnya adalah pekerja terhindar dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Sedangkan indikator lagging adalah hasil dari tujuan yang dicapai
(akhir/sesudah).untuk penilaian K3L dengan menggunakan indicator lagging kita
harus mengetahui Manhour dan tingkat kecelakaan. Rumus untuk mengetahui
Manhour dan tingkat kecelakaan;

 Manhour

Rumus ;

Jumlah pekerja x jam kerja x 30 hari(sebulan)

Jumlah pekerja x jam kerja x 250 hari(setahun)

 Tingkat kecelakaan

Untuk mengetahui tingkat kecelakaan ada dua perhitungan yaitu Frekuensi


Rate (tingkat kekerapan kejadian) dan Saverity Rate (tingkat keparahan/hari hilang).
FR dan SR juga berfungsi sebagai alarm kepada perusahaan agar tidak terjadi
kecelakaan atau penyakit akibat kerja secara terus menerus yang akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan dan pekerja.
11

Rumus;

FR (Kekerapan) = jumlah kecelakaan x 1.000.000/manhour


SR (Keparahan) = hari hilang x 1.000.000/manhour

P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

P3K adalah pertolongan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat
kecelakaan atau sakit yang mendadak sebelum korban di bawa ke fasilitas kesehatan
yang lebih baik, seperti dokter, klinik atau rumah sakit yang sudah di ajak kerja sama
dengan suatu perushaan

a) Tujuan P3K
1. Mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah
2. Menghentikan pendarahan
3. Menjaga fungsi saluran pernapasan
4. Mencegah infeksi
5. Mengurangi rasa sakit
6. Mencegah nyeri
b) Urutan P3K Pada Korban
1. Jangan panik
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
3. Perhatikan pernapasan dan denyut jantung korban

Jika pernapasan korban terhenti, segera lakukan pernapasan buatan. Periksa


dan bersihkan jalan nafas lalu berikan pernafasan bantuan (A, B = Airway, Breathing
management). Disamping itu perhatikan denyut jantung korban. Jika nadi rahang
korban tidak berdenyut, segeralah untuk melakukan langkah pembangkitan fungsi
jantung melalui carakardio pulmonar,Detak jantung dihitung dalam satuan detak per
menit atau beats per minute (BPM). Berikut ini kisaran angka detak jantung normal
menurut American Heart Association (AHA).
12

 Detak Jantung Normal Dewasa (diatas umur 17 tahun): 60 – 100 bpm.


 Detak Jantung Normal Anak: 70-100 bpm

Menghitung detak jantung dapat dilakukan sendiri di rumah tanpa alat.


Menurut AHA, waktu terbaik untuk menghitung detak jantung normal adalah setelah
bangun tidur. Kamu cukup menggunakan jari yang diletakkan pada pergelangan
tangan atau bagian samping leher. 

 Pergelangan Tangan: Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan
tangan berlawanan tepat di bagian yang sejajar dengan ibu jari. 
 Leher: Posisikan jaring tengah dan telunjuk di bagian samping leher, tepat di
bawah tulang rahang. 
 Hitung jumlah detak jantung dalam 15 detik. Lalu kalikan dengan 4. Itulah
angka detak jantung normal kamu

4. Perhatikan tanda-tanda shock


5. Hentikan Pendarahan

Gunakan saputangan atau kain yang bersih, tekan tempat pendarahan dengan
kuat. Kemudian, ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang atau apa
pun agar saputangan tadi menekan luka-luka itu. Jika lokasi luka memungkinkan
letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

6. Pindahkan korban dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa.

Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya, sebelum dapat dipastikan


jenis dan keparahan cedera yang dialaminya, kecuali jika tempat kecelakaan yang
tidak memungkinkan untuk korban dibiarkan di tempat tersebut.
13

7. Segera bawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat


c) Tindakan P3K
1) Pingsan
Baringkan korban secara telentang, longgarkan pakaiannya, kemudian
lakukan empat langkah berikut:
a. Jika tidak ada reaksi, miringkan kepala korban dan periksa pernapasannya
b. Jika bernapas, kepalanya tetap dimiringkan tetapi periksa kemungkinan
adanya cedera kepala dan leher, jangan beri makanan dan minuman
c. Jika bernapas tetapi mendengkur, mungkin ada yang menyumbat, beri
udara segar, dan beri selimut
d. Jalan napas dapat dibuka dengan cara mendongakkan kepala ke belakang
dan gerakkan rahang bawah ke atas
e. Jangan biarkan terlalu lama, segera bawalah korban ke fasilitas kesehatan.
2) Patah Tulang

Patah tulang dapat mengalami dua kemungkinan yaitu patah tulang terbuka
dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka yaitu ujung tangan yang patah
menonjol ke luar, dan ada luka sedangkan patah tulang tertutup yaitu tidak ada luka,
permukaan kulit tidak rusak. Tanda-tanda patah tulang yaitu:

a. Bagian yang patah membengkak


b. Daerah yang patah nyeri bila ditekan
c. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah
d. Anggota bagian yang patah mengalami gangguan fungsi
3) Tujuan dan Syarat Pembidaian

Tujuan pembidaian yaitu:

a. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah


b. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
c. Mengurangi rasa nyeri
14

d. Mempercepat penyembuhan

Syarat-syarat pembidaian:

a. Siapkan alat-alat selengkapnya.


b. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum
dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan korban yang
sehat.
c. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
d. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum dipasang.
e. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
tulang yang patah.
f. Kalau memungkinkan anggota badan gerak tersebut ditinggikan
setelah bidai.
g. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat lain yang mengikat harus dilepas.
15

JSA/HIRARC/SOP
1. Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-langkah (atau


pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan,
berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana
melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.

2. Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang
tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam
suatu organisasi.

3. Pengertian Job Safety Analisis (JSA)

Job Safety Analisis (JSA) adalah sebuah metode mendeskripsikan bahaya dan
risiko dari sebuah pekerjaan yang dijabarkan secara lebih detail per-step pekerjaan.
JSA sering digunakan untuk mengetahui dan memberitahu ke pekerja dan karyawan
tentang bahaya dari setiap langkah /prosedur pekerjaan, tetapi di JSA tidak ada
perhitungan nilai risikonya. JSA sering digunakan untuk mengetahui dan
memberitahu ke pekerja dan karyawan tentang bahaya dari setiap langkah /prosedur
pekerjaan.

4. Tujuan Job Safety Analisis (JSA)

JSA bertujuan memberikan gambaran bahaya dan risiko per-step dari suatu
pekerjaan.

5. Pengertian Hazard Identification, Risk Assessment, Risk Control (HIRARC)


16

Hazard Identification and Risk Assessment, Risk Control (HIRARC)


merupakan sebuah metode menilai risiko dari pekerjan - pekerjaan yang ada di
perusahaan sehingga didapatkan prioritas pekerjaan yang mana dulu yang harus
dikendalikan bahayanya, karena yang namanya anggaran perusahaan untuk K3
pastinya terbatas, jadi harus tahu mana pekerjaan yang paling memiliki risiko
tertinggi. Sebetulnya HIRARC sama dengan JSA, yaitu ada kolom penulisan per-step
(langkah) pekerjaan kemudian terdapat bahaya dan risikonya, tetapi di HIRARC ada
kolom perhitungan tingkah keseringan, tingkat keparahan, dan nilai risikonya.

6. Tujuan Hazard Identification, Risk Assessment, Risk Control (HIRARC)

HIRARC bertujuan menilai risiko dari semua pekerjaan yang ada. HIRARC
dan JSA perlu dievaluasi dan dibuat perbaikanya secara berkala dengan masksud
siapa tau ada penilaian yang sudah tidak relevan dengan kondisi pekerjaan yang
paling update, makanya HIRARC dan jsa perlu ditinjau dan direvisi untuk perbaikan.
Untuk penerapan yang lebih bagus lagi, JSA dan HIRARC bisa diprint dan dipajang
di setiap titik pekerjaan yang relevan, sehingga pekerja dan karyawan bisa
mengetahui apa yang telah ditulis di form JSA dan HIRADCtersebut sehingga mereka
bisa tahu dan paham ajan kondisi bahaya yang ada jadi kecelakaan kerja pun bisa
dicegah sedini mungkin.

HIRARC merupakan wujud persyaratan dari PP No.50 tahun 2012 tentang


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), tepatnya di aspek
perencanaan, dimana disitu perusahaan harus mengidentifikasi bahaya, menilai
risikonya, dan menentukan pengendalian bahaya. selain itu HIRARC/JSA juga
peryaratan dari OHSAS 18001 (peraturan standar HSE internasional). Kalau
perusahaan sudah membuat HIRARC/JSA dengan bagus, pasti saat ada audit SMK3
tidak bakalan kelimpungan, semua akan tenang karena sudah tersedia hasil penilaian
HIRARC, dengan demikian hasil audit bisa mencapai tingkat memuaskan (bendera
emas).
17

WORK AT HEIGH /WAH (Bekerja di ketinggian)

Dalam bekerja di ketinggian, PT Wika menerapkan standar acuan dari

1. Permenaker no 09 tahun 2016 (K3 pekerjaan pada ketinggian)


2. OSHA 1926 (safety health regulation for construction) no 501 :fall
protection
3. OSHA 1926 no 451 tentang scaffolding

Bekerja pada ketinggian menurut OSHA 1926 No 501 adalah Setiap


karyawan di permukaan jalan / kerja harus dilindungi dari benda-benda yang jatuh
melalui lubang (termasuk skylight) dengan penutup. Setiap karyawan 6 kaki (1,8 m)
atau lebih di atas peralatan berbahaya harus dilindungi dari bahaya jatuh dengan
sistem pagar pembatas, sistem penahan jatuh pribadi, atau sistem jaring pengaman.

Didalam Sistem perlindungan jatuh terdapat:

 Peralatan pencegahan jatuh (restraint)


 Guardrails
 Ladder cagges
 Restraint system
 Warning lines

Cara menghitung arrest force secara simple:

Berat ( pounds ) x jarak freefall ( ft )


stop distance
18

Alat Perlindungan Jatuh ABC

1. Anchor point (anchor, LifeLine)

Setiap pekerja harus memastikan bahwa anchor yang tersambung pada


lifeline dan lanyard harus kuat. Posisi anchor point harus stabil dan lokasinya sudah
sesuai. Lifeline adalah tali pengaman fleksibel yang terbuat dari serat, kawat, atau
anyaman. Lifeline biasanya dikaitkan pada anchor point. Adapun standar dari Lifeline
harus memiliki kekuatan daya tarik minimum 2,75 ton atau setara dengan diameter
tali 60 mm. Lifeline dapat dipasang secara vertikal atau horizontal, tergantung
kebutuhan.

2. Full Body Harness

Alat ini didesain untuk melindungi semua bagian penting pengguna yaitu
panggul, dada, paha, dan seluruh tubuh pengguna, sehingga lebih aman saat bekerja
di ketinggian.

3. Connector (Lanyard)

Alat ini adalah tali pendek pengikat yang umumnya berfungsi untuk menahan
guncangan bila pekerja terjatuh bebas. Pekerja bisa menggunakan lanyard untuk
membatasi guncangan saat jatuh bebas dengan panjang maksimum 1,2 meter.
Sebaiknya pasang lanyard/ pasang hook di atas atau paling tidak sejajar dengan dada.

Menurut Management System (2010) bekerja pada ketinggian dapat


dikategorikan sebagai berikut:

1. Bekerja di ketinggian 4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas lantai atau tanah.
Contoh: Pekerjaan sipil (civil work), pekerjaan electrical atau pemasangan
kabel, pemasangan panel-panel, pekerjaan bangunan (building atau structural
work) seperti pemasangan atap, pembangunan jembatan. Pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan baik oleh karyawan sendiri ataupun oleh kontraktor.
2. Bekerja pada ketinggian 6 feet (1.8) atau lebih pada pinggiran atau sisi yang
terbuka.
19

Contoh: Bekerja pada atap datar (flat roof), puncak tangki timbun.
3. Bekerja di ketinggian 10 feet (3.1 meter) atau lebih pada pinggiran atau sisi
yang terbuka dengan menggunakan peralatan mekanis.
20

PENGUKURAN LINGKUNGAN FISIK

Kondisi lingkungan kerja meliputi suhu, kelembaban, kebisingan,


pencahayaan dan lain-lain. Stress atau kelelahan kerja bisa terjadi akibat dari kondisi
lingkungan kerja yang panas, bising, dan pencahayaan yang berlebihan. Pada saat
magang kami melakukan pengukuran di sekitar kantor dan di sekitar luar kantor,
Kami melakukan pengukuran menggunakan alat yaitu Enviroment Meter. Enviroment
Meter adalah alat ukur yang dirancang dengan menggabungkan fungsi Sound Lever
Meter, Lux Meter, Higrometer Dan Termometer.

1. Suhu 

Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh sistem pengaturan


suhu. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan
dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan
lingkungan sekitar. Suhu di PT. Wika Bumi Karsa Kso menurut observasi berada
diatas suhu nikmat kerja yang dapat mempengaruhi kondisi tenaga kerja dan melebihi
baku mutu suhu yang ditetapkan. Suhu yang baik di tempat kerja yang memberikan
produktivitas kerja yang tinggi adalah pada temperatur 18-28℃. PT. Wika Bumi
Karsa Kso dalam mengendalikan kondisi tersebut yaitu dengan menambah AC, agar
sirkulasi udara menjadi lancar dan sejuk sehingga semua pekerja yang berada di
ruangan kerja merasa nyaman ketika kerja dan tidak merasa kepanasan.

2. Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dalam %).
Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar – besaran (karena sistem penguapan) dan
semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk
memenuhi kebutuhan akan oksigen. Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 batas
kelembaban ruangan industri adalah 40% - 60%. Bila kelembaban udara ruang kerja
> 60% dan < 40% perlu menggunakan alat Humidifier.
21

3. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek – obyek


secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kemampuan mata untuk melihat
obyek dengan jelas ditentukan oleh ukuran obyek derajat kontras antara obyek
dengan sekelilingnya, luminasi (brightness),

 Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus minimal 100 lux Ruang penyimpanan
dan peralatan atau instalasi yang memerlukan pekerjaan kontinyu
 Pekerjaan kasar dan terusmenerus minimal 200lux Pekerjaan dengan mesin
dan perakitan kasar
 Pekerjaan rutin minimal 300 lux Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan
mesin dan perakitan
 Pekerjaan agak halus minimal 500 lux Pembuatan gambar atau bekerja dengan
mesin kantor, pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
 Pekerjaan halus minimal 1000 lux Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
4. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu.


Kebisingan yang tinggi akan berpengaruh pada lingkungan sekitar. Pengaruh utama
kebisingan pada kesehatan adalah terjadinya kerusakan pada indra pendengaran yang
dapat menyebabkan ketulian progresif. Bunyi yang didengar sebagai rangsangan-
rangsangan pada telinga oleh getarangetaran melalui media elastis, dan manakala
bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan.
(Suma’mur, 1996).

Nilai Ambang Batas faktor fisika di tempat kerja disebut NAB (Kepmenaker
No. 51 / MEN / 1999). Untuk nilai kebisingan 85 dB (A) dalam bekerja tidak
melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, dimana tenaga kerja dapat menerima
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan pendengaran (Depnaker RI, 1997).
Untuk kebisingan di PT. Wika Bumi Karsa Kso termasuk kebisingan yang sedang.
22

Karena untuk disekitar kantor tidak terdapat mesin dan alat berat sehingga tidak
terdapat kebisingan yang tinggi, sedangkan untuk di lapangan, karena alat berat jarak
nya tidak berdekatan dan di ruangan terbuka sehingga kebisingan tidak melebihi
NAB yang ditentukan. Hasil pengukuran yang diperoleh di tempat kerja (kantor)
PT.Wika Bumi Karsa Kso dengan range 60,6 dB (A)dan tidak melampaui NAB yang
ditentukan.

Kebisingan ditimbulkan dari suara yang diluar batas kemampuan


pendengaran. Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya yang dapat ditoleransi
oleh telinga adalah :

 85 Db /8 jam
 88 Db /4 jam
 91 Db /2 jam
 94 Db /1 jam
 97 Db /30 menit
 100 Db /15 menit
23

RAMBU-RAMBU K3

Rambu K3 adalah tanda informasi yang bersifat himbauan, peringatan,


maupun larangan. Ditujukan untuk mengendalikan, mengatur, dan melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja.

Standar ukuran rambu rambu adalah 40 x 60

Adapun makna warna-warna dalam rambu K3 adalah :

1. Merah (Larangan)

Warna yang pertama adalah merah. Yang mana melambangkan sebuah


bahaya, larangan atau danger, kebakaran atau fire, dan stop. Merah ini lebih banyak
digunakan untuk menunjukkan identifikasi bahan kimia cair yang mudah terbakar,
alat pemadam kebakaran, dan emergency stop. Bahkan warna ini juga menunjukkan
adanya situasi bahaya yang berpotensi menyebabkan kematian.

2. Kuning (peringatan atau perhatian)

Kuning adalah warna yang menandakan sebuah peringatan atau perhatian.


Berguna untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya
ataupun situasi bahaya seperti mudah tersandung, terpeleset, harap hati-hati dan
bahkan pada area penyimpanan mudah terbakar. Tanda ini umumnya berpotensi
untuk sebuah potensi bahaya dengan luka ringan dan sedang.

3. Biru (Perintah)

Biru adalah warna yang menunjukkan mandatory atau perintah. Berguna


sebagai instruksi tindakan atau informasi bukan untuk tanda bahaya. Sebagai contoh
untuk penggunaan APD atau menunjukkan sebuah kebijakan perusahaan.
24

4. Hijau (Informasi Aman)

Hijau merupakan salah satu warna yang berarti aman atau safety. Yang
digunakan untuk menunjukkan lokasi penyimpanan peralatan kesehatan,
keselamatan,. Serta berguna untuk menunjukkan instruksi yang berhubungan dengan
praktik kerja yang aman.

Adapun beberapa fungsi rambu-rambu keselamatan kerja yaitu

1. Menarik perhatian setiap karyawan agar selalu mengutamakan kesehatan dan


keselamatan kerja
2. Menunjukkan adanya kemungkinan bahaya di tempat kerja yang tidak terlihat
jelas oleh pandangan mata
3. Memberikan pengarahan dan menampilkan informasi secara umum kepada
karyawan

Adapun tiga simbol rambu K3 yaitu

 Lingkaran yang berarti sebuah perintah harus dipatuhi


 Segitiga yang berarti perhatian atau bahaya
 Bujur sangkar yang berarti sebuah informasi
 Lingkaran, segitiga dan bujur sangkar masih dikelompokkan menjadi
beberapa sub kelompok.
 Sub kelompok ini memiliki arti yang berbeda yaitu:
 Lingkaran berwarna merah plus garis miring yang berarti larangan perintah
tidak boleh dikerjakan
 Segitiga berwarna kuning yang berarti adanya potensi memicu risiko.
 Bujur sangkar berwarna hijau yang memberikan informasi pertolongan
pertama, zona aman atau peralatan keselamatan.
25

Job desk / tanggung jawab seorang safety ketika terjadi kecelakaan:

1. Melakukan P3K pada korban


2. Melakukan evakuasi medis ke RS rujukan
3. Mencatat atau membuat laporan kronologis kecelakaan 1 X 24 jam untuk
BPJS ketenagakerjaan. diceritakan dari awal kejadian sampai masuk rumah
sakit, situasi, kondisi, sebab dan akibat.
(sebelum membuat laporan kronologis, lakukan investigasi disebut primary
accident report)
4. Memastikan korban ditangani secara medik oleh pihak yang berwenang.
5. Melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang (kepolisian,
pejabat yang berwenang, dan BPJS)

Persyaratan untuk melapor ke BPJS


1. Kartu BPJS
2. KTP
3. Kronologis kecelakaan
4. Daftar hadir korban
5. Mengisi form dari BPJS
INSPEKSI

Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan menaksir
jumlah risiko sebelum terjadi  accident dan kerugian lain yang dapat muncul. (Bird, Frank E,
and George L. Germain, 1990).

Sedangkan Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan  potensi bahaya yang


ada di tempat kerja untuk mencegah  terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat kerja
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat  kerja.

Tujuan dari Inspeksi K3 itu sediri ada beberapa yakni sebagai berikut:

 Menjamin tercapainya efisiensi dalam produksi,

 Menentukan kebijaksanaan terhadap peralatan yang  digunakan sehingga utilitas


mesin dapat meningkat,

 Menentukan estimasi kapan peralatan akan di reparasi  atau di overhaul,

 Mengurangi tingkat kerusakan mesin atau peralatan,

 Identifikasi kondisi tidak aman & tindakan tidak aman,

 Menentukan penyebab dasar & melakukan perbaikan

 Bukan mencari kesalahan.

Dalam melakukan Inspeksi K3 juga memiliki keuntungan ketika semua tujuan inspkesi k3
telah didapatkan dan berikut keuntungan yang didapatkan dalam melakukan Inspeksi K3:

 Perbaikan dengan segera,

 Kontak langsung pada karyawan,

 Karyawan tanggap terhadap Kondisi dan tindakan tidak aman

26
27

 Menetapkan tindakan pengendalian & alat  keselamatan yang sesuai,

 Mendukung program K3,

 Menunjukkan komitmen K3 perusahaan,

 Meningkatkan kesadaran dan standar K3

Untuk melakukan inspeksi ada 3 hal yang harus kita lakukan yakni, Persiapan, pelaksanaan
dan pelaporan dan kali ini kita akan bahas satu persatu dalam melakukan inspeksi K3 di
tempat kerja.

1. Persiapan

Dalam melakukan persiapan Inspeksi K3 kita harus menyusun jadwal pelaksanaan agar
pada saat melakukan inspeksi lebih tertata dan terencana dengan baik, setelah membuat
jadwal hal yang harus dilakukan adalah menuntukan obyek inspeksi hal ini perlu
dilakukan agar apa yang kita kerjakan tepat sasaran dan sterus nya membuat
terdokumentasi dengan membuat Form pemeriksaan (Check-list).

2. Pelaksanaan

Dalam Tahapan pelaksanaan beberapa hal yang harus menjadi poin penting adalah
memperhatikan siklus pengamatan, pengamatan total, obyek pengamatan, Tindakan
pengendalian dan berikut ini uraian nya :

a. Siklus Pengamatan:

1. Memutuskan langkah yang akan dikerjakan

2. Berhenti

3. Mengamati

4. Bertindak

5. Melaporkan
28

b. Pengamatan Total adalah pengamatan secara menyeluruh dengan menggunakan panca


indra  seperti penglihatan, penciuman, pendengaran  dan perasaan.

c. Objek pengamatan adalah pengamatan yang dilakukan kepada pekerjaan dan pekerja itu
sendiri, dalam obyek pengamatan yang harus diperhatikan adalah, reaksi pekerja, posisi
pekerja, prosedur kerja, peralatan kerja, alat pelindung diri dan Housekeeping, kondisi
fisik dan tindakan pengendalian.

3. Pelaporan

Melakukan pelaporan ketika semua tahapan diatas telah dilakukan sebagai output dari
hasil inspeksi k3 yang sudah dilakukan, pelaporan ini juga melampirkan form
pemeriksaan dan dokumentasi foto yang sudah dilakukan pada saat inspeksi k3
berlangsung dan berikut hal yang perlu di perhatikan dalam tahapan pelaporan:

 Catat semua temuan (kondisi & tindakan tidak aman) dan  tindakan pengendalian
yang telah ditentukan ke dalam  formulir standar,

 Menentukan penanggung–jawab tindakan perbaikan dan  batas waktu


pelaksanaannya,

 Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua penanggung–  jawab tindakan


perbaikan,

 Memonitor dan melakukan verifikasi tindak – lanjut dari  tindakan pengendalian,

 Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi


EXCAVATOR

Excavator adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri konstruksi,
pertanian atau perhutanan.Mempunyai belalai yang terdiri dari dua piston yang terdekat
dengan body disebut boom dan yang mempunyai bucket (ember keruk) disebut dipper. Ruang
pengemudi disebut House, terletak diatas roda (trackshoe), dan bisa berputar arah 360 derajat.
Excavators ada yang mempunyai roda dari ban biasa digunakan untuk jalanan padat dan rata
disebut "Wheel Excavators" dan ada yang mempunyai roda dari rantai besi yang akan
memudahkannya untuk berjalan di jalanan yang tidak padat atau mendaki.

Excavators beroda rantai besi ini disebut juga "Crawler Excavators" Tungkai dari
excavators dioperasikan dengan sistem engsel (winches) yang ditarik oleh mesin hydraulic
dengan menggunakan kawat baja. Excavators memiliki fungsi utama untuk menggali dan
memuat tanah galian tersebut kedalam truck atau lokasi penumpukan. Dalam industri
perhutanan Excavators digunakan untuk mengangkut kayu (logs).

Selain itu Excavators juga dapat digunakan untuk membuat kemiringan (sloping).
Perlu operator berkeahlian tinggi untuk dapat membuat sloping ini. Excavator diciptakan
pertama kali pada tahun 1835 oleh seorang ahli mekanik berusia 22 tahun asal Amerika
Serikat yang bernama William Smith Otis. Excavators ciptaan Otis pada awalnya digerakan
oleh mesin uap dan menggunakan rel kereta api untuk dapat berjalan. Hal ini dikarenakan
excavators tersebut awalnya di ciptakan untuk memudahkan pekerjaan penggalian rel kereta
api.

Pada tahun 1939 Otis menerima hak paten atas mesin ciptaannya ini, namun pada
tahun yang sama ia meninggal dunia. Otis meninggalkan 7 unit excavators yang kemudian
dikembangkan oleh tekhnologi modern. Excavators kadang disingkat dengan sebutan "Exca"
atau "PC" (untuk brand Komatsu singkatan dari Power Crane). Menyebutnya dengan sebutan
"Beko" tidak sepenuhnya benar, karena hanya mengacu kepada Backhoe, bagian lengan yang
mempunyai bucket dan menggali kearah House.

26
27

Bagian-Bagian Excavator

Secara umum konstruksi Hydraulic Excavator terdiri dari attachment dan Base Machine yang
masing-masing meliputi:

A. Attachment terdiri dari:

a. Boom adalah attachment yang menghubungkan base frame ke arm dengan pangjang
tertentu untuk menjangkau jarak loading/ unloading.

b. Arm adalah attachment yang menghubungkan boom ke Bucket.

c. Bucket adalah attachment yang berhubungan langsung dengan material pada saat
loading

d. Grapple adalah attachment yang berhubungan langsung dengan material pada saat
loading kayu / log (optional).

B. Base Machine terdiri dari:

a. Base Frame adalah bagian yang terdiri dari cabin (untuk pusat operasional operator),
mesin, counter weight dan komponen lainnya diatas revo frame.

b. Track Frame adalah komponen yang terdiri dari center frame dan crawler frame yang
menjadi tumpuan operasional Hydraulic Excavator.

c. Track Shoe adalah komponen yang berfungsi seperti roda pada kendaraan, untuk
menggerakan Hydraulic Excavator.
Inspeksi Excavator

Excavator merupakan salah satu jenis alat berat yang umum digunakan untuk berbagai
proyek, terutama untuk earth works. Alat yang disebut juga Digger ini memiliki bagian yang
tidak boleh terlewat untuk dicek saat inspeksi.

1. Bucket
Perhatikan jika ada yang tampak abnormal (penyok, karat) pada bucket.
2. Hydraulic Cylinders
Jika menemukan oli pada permukaan cylinders, waspada akan kebocoran!
3. Arm & Boom
Periksa cacat seperti retak pada las antara arm dan boom. Sangat berbahaya jika retak
kecil dibiarkan karena alat bekerja mengangkat beban yang berat.
4. Semua Pin yang ada pada bucket, boom, dan arm
Selalu berikan grease regular untuk menghindari aus dan karat pada bagian ini.
5. Cabin
Cek apakah ada retak, penyok, dan karat pada seluruh bagian cabin. Periksa juga rem dan
klakson dapat berfungsi dengan baik.
6. Mesin
Perhatikan tanda kebocoran pada pompa hidrolik, selang, fitting, dan valves.
7. Counter Weight
Keseimbangan dari alat dan beban yang diangkat bergantung pada bagian ini. Ingat untuk
selalu periksa posisi maupun kondisi counterweight!
8. Front Idler
9. Guide Rollers
10. Pins and Bushings
Periksa apakah pins dan bushings mengalami keausan berlebihan.
11. Roller Frame.
12. Roller Crane

26
Landasan Hukum :

1. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG
OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

2. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2020 TENTANG KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT
ANGKUT

3. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No


PER.05/MEN/1985 T E N T A N G PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT.

26
IDENTIFIKASI BAHAYA BERDASARKAN OHSAS

Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah satu
syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007
OHSAS atau singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS 18001) adalah suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan. Banyak organisasi di
berbagai Negara telah mengadopsi OHSAS 18001 untuk mendorong penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan melaksanakan prosedur yang mengharuskan organisasi secara
konsisten mengidentifikasi dan mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja; serta memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.
Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan. Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek
dampak lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah
Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta
sumber daya alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan. Berikut
adalah Lingkaran Identifikasi Bahaya.

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di


tempat kerja meliputi :

1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.


2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan
dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.

26
27

7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara


dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.

Faktor-faktor Identifikasi Bahaya


1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2.Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya
alam, flora dan fauna).

Hierarki Pengendalian resiko


1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih
aman).
3. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area
supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual
di tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan
paparan bahaya/resiko tinggi).
BLASTING

Teknik peledakan (blasting) adalah salah satu dari beberapa teknik yang digunakan
dalam melakukan penambangan. Teknik Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pemboran, dimana tujuannya adalah untuk melepaskan batuan dari batuan induknya agar
menjadi fragmen-fragmen yang berukuran lebih kecil sehingga memudahkan dalam
pendorongan, pemuatan, pengangkutan, dan konsumsi material pada crusher yang terpasang.
Teknik peledakan dalam penambangan merupakan salah satu kegiatan yang dianggap
mempunyai resiko cukup tinggi, dan resiko paling tinggi terdapat pada juru ledak yang
berada pada jarak yang paling dekat dengan pusat kegiatan peledakan.
Efek ledakan seperti Flying Rock (batu terbang), Ground Vibration (getaran tanah)
dan Air Blast (ledakan udara) juga mengakibatkan bahaya bagi pemukiman di sekitar pusat
kegiatan peledakan. System pengaturan atau pengontrolan peledakan (blasting management
system) sangat diperlukan terhadap semua hal yang terlibat dalam kegiatan peledakan. Dalam
membuat aplikasi ini metode penelitian yang digunakan adalah GRAPPLE (Guidelines for
Rapid Application Engineering) yaitu metode yang lazim digunakan unutk pengembangan
aplikasi berorientasi objek, yang terdiri dari pengumpulan kebutuhan, analisis, perancangan,
pengembangan dan penyebaran.
Aplikasi penentuan jarak aman ledak memungkinkan untuk menentukan jarak aman
bagi juru ledak untuk melakukan peledakan. Selain itu aplikasi ini akan menganalisis efek
dari ledakan yang terjadi seperti Ground Vibration, Flying Rock dan Air Blast. Analisa ini
didapatkan dari rumus perhitungan efek peledakan dan geometri peledakan dengan
menggunakan teori peledakan R.L.Ash. aplikasi ini dibangun dengan menggunakan bahasa
pemrograman java dan android sebagai sistem operasinya melalui teknologi Smartphone.
Editor yang digunakan dalam membangun aplikasi ini adalah Eclipse Indigo dan Genymotion
sebagai emulator.

Jarak aman Saat Blasting:


 Manusia : 500 Meter dari titik blasting
 Kendaraan/alat : 300 Meter dari titik blasting

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan PKL yang penulis lakukan pada PT.Wika Bumi Karsa
Kso, penulis telah mencapai tujuan yang telah dirumuskan yaitu penulis telah
melakukan berabagai kegiatan sesuai yang diinstruksikan oleh pembimbing lapangan
dan dapat menyelesaikannya, selain itu dalam pelaksanaan kegiatannya penulis juga
mempelajari teori dan penerapan K3L, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan,
Metode Identifikasi Bahaya, aturan dan peraturan dalam berkerja di ketinggian,
mengukur indeks pada lingkungan fisik, survey mengenai rambu-rambu K3 dan
poster yang ada di pada area perusahaan, membuat JSA Blasting dan penulis juga
mampu melakukan inspeksi pada alat berat seperti excavator.

Selain teori lapangan penulis juga mempelajari praktik lapangan yang


dilakukan di PT. Wika Bumi Karsa Kso. Selain itu penulis mendapatkan pengalaman
bagaimana suasana dunia kerja yang sesungguhnya, wawasan dan keterampilan baru
yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam dunia kerja. Pengalaman tersebut sebagian
besar tidak didapatkan di perkuliahan di maa di dunia kerja lebih banyak praktiknya.

Dalam menghadapi dunia kerja di masa depan penulis menyimpulkan


dibutuhkannya softskill dan hardskill. Softskill dibutuhkan untuk menjadi
sumberdaya yang kompeten nantinya adalah, komunikasi, kepemimpinan, pemecahan
masalah, manajemen waktu, manajemen organisasi, berpikir kritis, kerjsama tim,
kemampuan analisa dan percaya diri. Sedangkan untuk hardskill yang perlu dimiliki
adalah mampu dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuannya.
Selain itu, Mahasiswa mampu memahami pengetahuan tentang K3 serta aplikasinya
dalam dunia kerja.

26
27

B. Saran

Setelah kurang lebih 1 bulan penulis melakukan pembelajaran, observasi,


pengamatan, dan wawancara selama PKL pada PT Wika Bumi Karsa Kso, penulis
memberikan saran pada PT Wika Bumi Karsa Kso :

1. Untuk selalu memperhatikan rambu-rambu yang ada di sekitar proyek dan


mengganti yang telah rusak
2. Untuk menyediakan tempat pembuangan sampah di sekitar bendungan
dan quary.
3. Untuk menyediakan rest area bagi pekerja yang ada di quary jahe
4. Untuk menambah rambu-rambu terkait jalan area licin, titik kumpul,
tinggi debit air, area rawan longsor di sekitar bendungan
5. Membuat rambu “kurangi kecepatan” di sekitar quary julu
6. Menginformasikan jumlah hari hilang, serta jumlah kecelakaan di papan
informasi yang sudah disediakan.
LAMPIRAN
Log book kegiatan PKL

Nama :Fitriani Lumban Raja (18.20.008)

Foster Herwin Amin Lawolo (18.20.009)

Margareta Mira Jesika Simamora (18.20.010)

Nawaf Alfaris Harahap (18.20.011)

Rikki Ardianta Tarigan (18.20.013)

Siti Roziah Nasution (18.20.017)

Program Studi : Keselamatan Dan Ksehatan Kerja


Lokasi Magang : PT. Wika, Bumi Karsa Kso
Bidang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

N HARI/ KEGIATAN KET


O TANGGAL
1 Senin, 15 1. Kinerja K3L
Maret 2021 2. HSE Plan
3. Menyusun Standar pencapaian

2 Selasa, 16 1. Menghitung Man Hours


Maret 2021

3 Rabu, 17 1. Menghitung FR
Maret 2021 2. Menghitung SR

4 Kamis, 18 1. P3K
Maret 2021 2. Detak jantung normal berdasarkan standar
American Heart Association (AHA).
5 Jumat, 19 1. JSA
Maret 2021 2. HIRARC

6 Sabtu, 20 1. SOP

28
29

Maret 2021
7 Senin, 22 1. WAH
Maret 2021 2. Regulasi Working At Hight

8 Selasa, 23 1. Cara menghitung arrest force


Maret 2021 2. Alat Pelindung Jatuh

9 Rabu, 24
Maret 2021 1. Kategori Ketinggian

10 Kamis, 25 1. Pengukuran Lingkungan Fisik


Maret 2021 2. Pencahayaan
3. Kebisingan
11 Jumat, 26 1. Suhu
Maret 2021 2. Kelembaban

12 Sabtu, 27 1. Rambu-Rambu Keselamatan


Maret 2021
13 Senin, 29 1. Job desk
Maret 2021 2. Kewajiban Safety Man
14 Selasa, 30 1. Inspeksi
Maret 2021 2. Tata cara Inspeksi
15 Rabu, 31 1. Excavator
Maret 2021 2. Bagian-Bagian Excavator
16 Kamis, 01 1. Inspeksi Excavator
April 2021 2. Regulasi
17 Sabtu, 03 1. Survey Lapangan
April 2021
18 Senin, 05
April 2021 1. Langkah Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko Sesuai
Standar OSHA

19 Selasa. 06 1. Faktor-Faktor Identifikasi Bahaya


April 2021 2. Hirarki pengendalian bahaya

20 Rabu, 07 1. Bahaya pada lokasi PKL


April 2021
21 Kamis, 08 1. Blasting
April 2021 2. Drilling

22 Jumat, 09 1. Zona aman Blasting


30

April 2021
23 Sabtu, 10 1. JSA Blasting
April 2021
24 Senin, 12 1. Penutupan PKL
April 2021
Dokumentasi Kegiatan

Survey lapangan pada saat persiapan Blasting.


Blasting adalah proses pemisahan/pemecahan bongkahan batuan keras untuk mempercepat
proses pemindahan batuan.

26
27

Proses pengukuran tingkat pencahayaan dan kelembaban pada area toilet yang
terdapat pada kantor.
28

Proses pengukuran tingkat kebisingan pada area penyimpanan bahan bakar (Solar)
29

Proses pengukuran tingkat kebisingan dan kelembaban pada area gudan


30

Proses Inspeksi Excavator bersama pembimbing, pak Yosfian Roza


31
32
33

Latihan dan pembelajaran mengenai tata cara penggunaan Body Harness.


28
28

Anda mungkin juga menyukai