Anda di halaman 1dari 53

WORKING AT

HEIGHT
SAMSUL SHOLIKIN :16350647
SUWAR N O :16350649
WAH YU D ION O : 16350650
S O I M R I YA D I : 16350658
PEDIK AGUNG P : 17350711
DAFTAR ISI
1. DASAR HUKUM
2. PENDAHULUAN
3. BEKERJA DI KETINGGIAN
4. FAKTOR BAHAYA
5. KECELAKAAN
6. PENGENDALIAN BAHAYA TERJATUH
7. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
8. KETERBATASAN ALAT PELINDUNG DIRI
9. PERALATAN BEKERJA DI ATAS KETINGGIAN
10. PENCEGAHAN KECELAKAAN BEKERJA
DI ATAS KETINGGIAN
DASAR HUKUM
a) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan Kerja.
b) Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Nomor
117/Men/PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan
Menyeluruh
Pemeriksaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
pusat Perbelanjaan,
Gedung Bertingkat dan Tempat-tempat Publik Lainnya.
c) NO.KEP.45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman
Keselamatan Dan
PENDAHULUAN
Pengertian Bekerja di Ketinggian
Menurut Asosiasi Ropes Access Indonesia (2009)
bekerja pada ketinggian (work at height) adalah
bentuk kerja dengan mempunyai potensi bahaya
jatuh (dan tentunya ada bahaya-bahaya lainnya).

Menurut Rope and Work Corporation yang


dimaksud bekerja diketinggian adalah pekerjaan
dengan tingkat risiko tinggi (high risk activity) yang
memerlukan pengetahuan serta ketrampilan khusus
untuk melaksanakan pekerjaan sebenarnya.
Menurut The BP Golden Rules of Safety (2006) yang di
maksud bekerja di ketinggian adalah Bekerja di
ketinggian 1,8 meter (6 kaki) atau lebih diatas
permukaaan tanah tidak boleh dilakukan kecuali:
a. Dengan mempergunakan anjungan yang kokoh dengan
pengaman atau pegangan tangan yang disetujui oleh
personil yang berwenang atau
b. Dengan mempergunakan “fall arrest equipment”
(peralatan penangkap barang–barang yang jatuh) yang
1) Jangkar yang diikatkan dengan benar, lebih baik disebelah atas.
2) “Full Body Harness” dengan pengait sentak mengunci otomatis
berkancing ganda pada setiap sambungan.
3) Tali serat sintetis.
4) Peredam gocangan:
a. “Fall arrest equipment” membatasi jatuh bebas dari ketinggian 2
meter (6 kaki) atau kurang
b. Pemeriksaan visual “fall arrest equipment” dan system sudah
dilakukan dansetiap peralatan yang rusak atau yang dinonaktifkan
sudah disingkirkan
c. Orang yang bersangkutan mampu melaksanakan pekerjaan
FAKTOR BAHAYA

Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang


dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika
faktor– faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur,1989)

Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari:
A. Bangunan, Peralatan dan Instalasi
B. Bahan
C. Proses
D. Cara kerja
E. Lingkungan kerja
KECELAKAAN
 Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan adalah kejadian yang tidak
terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja
berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
 Sedangkan menurut Tarwaka (2008), kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga
semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda
atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan
dengannya.
Kecelakaan kerja terjadi dan dapat menimbulkan korban jiwa
(manusia).
Kecelakaan kerja ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Kecelakaan Kerja Ringan
b. Kecelakaan Kerja Sedang
c. Kecelakaan Kerja Berat

 Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja di


industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen
penyebab atau objek kerja, jenis cidera atau luka dan lokasi tubuh
yang terluka
PENGENDALIAN BAHAYA TERJATUH
Sistem pengendalian bahaya dapat berupa prosedur, Alat Pelindung Diri
(APD), atau perancah.
a. Prosedur

Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi


yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu
memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama (contohnya prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja). Prosedur adalah perincian langkah-
langkah dari sistem dan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan erat
satu sama lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Prosedur dapat diartikan juga:
1) Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana
menyiapkan atau membuat sesuatu
2) Subrutin atau metode (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan
bagian dari program yang besar
3) Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau
perhitungan untuk menyelesaikan tugas tertentu
4) Prosedur operasi standar
5) prosedur hukum
6) prosedur parlemen
b. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
Sedangkan menurut Wikipedia yang dimaksud Alat Pelindung Diri
(APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia
Pemilihan alat pelindung diri didasarkan pada beberapa faktor :
a. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang dihadapi oleh
pekerja
b. Memenuhi standard
c. Ukuran yang sesuai
d. Bentuk dan warna menarik
e. Beratnya seringan mungkin
f. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
g. Tidak membatasi gerak si pemakai
h. Suku cadangnya mudah didapat
JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
1. Alat pelindung kepala (Safety Helm)
2. Alat pelindung pernafasan (Breathing Apparatus)
3. Alat pelindung telinga (Ear Protector) Air Line

4. Alat pelindung mata dan muka (Goggle & Face Shield)


5. Alat pelindung badan (Apron)
Purifying Respirator
6. Alat pelindung anggota badan (Safety Gloves & Safety Shoes)
7. Alat pencegah jatuh (Safety Belt)
8. Alat pencegah tenggelam (Life Jacket/Work Vest)

SCBA
KETERBATASAN ALAT PELINDUNG DIRI

Tujuan dari pemakaian alat pelindung diri adalah untuk


mengurangi kontak energi dari sumber bahaya, karena alat
pelindung diri mempunyai keterbatasan, antara lain :
Terbatas daerah yang dilindungi
Terbatas kemampuannya
Terbatas jenis bahaya yang dilindungi
Terbatas waktu pemakaiannya
Alat Pelindung Diri (APD) dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan
baik. Namun pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bukanlah
pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Menurut Management System (2010) tentang jenis
perlindungan terjatuh (fall protection) yang paling penting yaitu:
1) Sistem pelindung utama (Primary Fall Arrest System) : Adalah
pelindung sisi platform, lantai dan lorong jalan (walkways).
Pelindung jatuh jenis ini terdiri dari:
a)Guard rails (pegangan tangan): rail atas (tinggi: 42 inchi atau sekitar 107
cm), rail tengah (tinggi 21 inchi atau sekitar 53 cm), dan toe board (rail
pada sisi lantai – lebar 4 inchi atau sekitar 10 cm).
b)Floor opening atau hole covers (penutup lobang lantai): harus betul-betul
menutup bagian yang terbuka untuk mencegah accidental displacement.
Sistem Pelindung Jatuh Secondary (Secondary Fall Arest System)

a)Full Body Harness


(1) Harus dilengkapi dengan D-ring mounted pada bagian belakang dari harness.
(2) Penggunaan safety belts atau sabuk safety (bukan full body harness) dilarang.
(3) Inspeksi dilaksanakan mengikuti cheklist yang disediakan oleh supleyer.
(4) Pemeriksaan sebaiknya dilaksanakan oleh P2K3 atau safety atau personil yang
ditugaskan.
(5) Dokumentasi hasil pemeriksaan harus tersimpan dala file.
Menurut Permenaker dan Trans No. PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan, Scaffolding merupakan suatu perancah atau
pelataran platform yang dibangun sementara dan digunakan untuk penyangga tenaga kerja
atau barang pada saat bekerja diatas ketinggian.
Scaffolding ditujukan untuk meminimalkan risiko atau mencegah potensi-potensi
bahaya yang diakibatkan oleh pekerja (pada pekerjaan yang dilakukan di ketinggian) dan
juga untuk mencegah kerusakan peralatan atau aset- aset perusahaan lainnya maupun
lingkungan.
PERALATAN BEKERJA DI ATAS
KETINGGIAN
• Scaffolding
• Boom Lift/ManLift
• Tangga
• Gondola
• Main Cage with crane
• Scissor lift
1. SCAFFOLDING
SCAFFOLDING
Adalah bangunan pelataran (platform) yang
dibuat untuk sementara dan digunakan
sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-
bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan
konstruksi termasuk pekerjaan pemeliharaan
dan pembongkaran.
(Permenaker No.01 Thn. 1980).
Fall Protection (3 methods):
•Fall Prevention (e.g.,
guardrail system)

•Work Positioning, secures


you to a location, thus
preventing a fall

•Fall Arrest Systems,


consisting of a full body
harness, lanyard, and
anchorage
TIPE TIPE SCAFFOLDS
PERANCAH YANG DIGERAKKAN SECARA MANUAL
SUSPENDED SCAFFOLDS
BOATSWAIN’S CHAIR
Scaffold Khusus
SPECIALITY SCAFFOLDS
dirancang untuk
berbagai aplikasi yang
sempit dan sangat
spesifik.
• Plasterers‘
• Decorators', and other large-
area scaffolds;
• Bricklayers' square scaffolds;
• Horse scaffolds
• Outrigger scaffolds
• Step, platform, and trestle
ladder scaffolds
• Form and carpenter's bracket
scaffolds
• Window jack scaffolds;
• Crawling boards and chicken
ladders
• Roof bracket scaffolds.
INSPECT PRIOR TO USE
• SEMUA PERALATAN HARUS
DIPERIKSA UNTUK MEMASTIKAN
KONDISI BAIK DAN SIAP UNTUK
DIGUNAKAN.
• PERALATAN YANG RUSAK TIDAK
BOLEH DIGUNAKAN
ERECTING SCAFFOLDING
• TEGAK LURUS
• SEMUA SAMBUNGAN
(BRACE) TERPASANG
ERAT
TANGGA
MEMANJAT DENGAN AMAN:
• GUNAKAN KEDUA TANGAN
• JANGAN MEMBAWA MATERIAL
SAAT MENDAKI
• MENJAGA PEGANGAN TANGAN
TETAP KUAT
• ANAK TANGGA DAN SEPATU HARUS
BERSIH AGAR TIDAK TERGELINCIR
PENGGUNAAN SCAFFOLDING
SCAFFTAG

SCAFFTAG BERWARNA MERAH S C AF F TAG BE R WAR NA HI J AU


D E NG A N T U L I S AN
DENGAN TULISAN ”JANGAN
” S C AF F OL D I N G AM A N U NT U K
GUNAKAN SCAFFOLDING” D I G U NA KA N”
2. BOOM LIFT
• Boom Lift adalah salah satu mobil crane untuk kebutuhan
layanan pesawat. Boom Lift juga dapat beroperasi dengan daya
listrik dengan menggunakan Power
Pack sementara dari mesin kendaraan yang sedang tidak berfungsi. 

• Mekanisme penempatan / penyebaran Boom Lift di
lokasi baik posisi, elevasi & delevation, menggunakan sistem hidrolik
yang dipasok dari mesin mobil / kendaraan truk, sehingga seluruh proses
dapat dilakukan secara otomatis oleh Unit Boom Lift tanpa bantuan tenaga
listrik dalam hal ini menggunakan PTO (Power Take Off).
3. TANGGA
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang
untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki
jarak satu sama lain.

Tangga yang digunakan di lingkungan operasi kerja


perusahaan terdiri dari:
• Tangga tegak (standing ladder)
• Tangga galah (pole ladder)
• Tangga yang dapat di panjangkan (extension ladder)
PENGGUNAAN TANGGA YANG AMAN

Tangga harus dalam


keadaan baik, cukup
kuat untuk digunakan
dan selalu diperiksa
terhadap kerusakan,
bagian yang hilang
atau cacat Tidak boleh
menutupi kerusakan
atau cacat pada
tangga dengan cara
mengecat atau
dengan cara lainnya.
CONTOH KERUSAKAN TANGGA

 Susunan tangga (side rail) rusak atau sobek

 Anak tangga (rung) hilang atau rusak

 Baut engsel (hinge) penyok atau hilang


ATURAN SEDERHANA UNTUK MENEMPATKAN
TANGGA
 Saat menggunakan tangga, tidak
boleh dipanjat oleh lebih dari satu
orang bersamaan, kecuali didesain
untuk dapat mendukung lebih dari
satu orang

 Pengguna tangga harus memanjat


dan bekerja dengan badan yang
didekatkan dengan bagian tangga,
tidak diperbolehkan badannya
bergeser ke samping keluar tangga
dan melangkah atau berdiri pada
anak tangga yang paling atas

 Pada saat bergerak naik atau turun,


personil harus menghadap ke
HINDARI PENGGUNAAN TANGGA :
 Sudut penempatan tangga yang tidak
benar
 Tangga tidak diikat pada bagian atas
 Kaki-kaki tangga tidak ditempatkan di
tempat yang aman
 Ujung atas tangga tidak dipanjangkan ±
1 meter di atas dek kerja
 Anak tangga yang rusak atau hilang
TAATI SEGALA PERATURAN
KESELAMATAN !!
INGAT... KELUARGA
MENUNGGU ANDA DIRUMAH
4. GONDOLA
Sebelum mendatangkan
gondola, pastikan dilakukan
inspeksi pra-mobilisasi untuk
memastikan komponen
gondola dalam kondisi baik
dan memiliki sertifikat dari
instansi pemerintah yang
Alat pelindung diri (sabuk pengaman tubuh) yang dipakai
berwenang (SILO).
pekerja harus ditautkan ke tempat yang terpisah dari
seluruh konstruksi gondola, agar sewaktu gondola jatuh,
5. MAIN CAGE WITH CRANE
6. SCISSOR LIFT
SCISSOR LIFT SAFETY
Hanya oerang terlatih yang dapat
mengoperasikan lift / yang telah
mengikuti sertifikasi.
Karyawan harus memeriksa mesin
sebelum setiap shift
Scissor Lift Safety

Harness Seluruh Tubuh


harus dipakai setiap saat
dan harus dipasang pada
keranjang di titik jangkar
pabrikan saat
mengoperasikan lift udara.
Scissor Lift Safety

Jangan Berdiri di Rails


PENCEGAHAN KECELAKAAN
 SELALU mengikat.
 Ketika bekerja di sekitar kabel listrik,
waspadalah terhadap kemungkinan
sengatan listrik.
 Saat mengemudi lift harus waspada
dengan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Antam Tbk, 2008. Modul Bekerja di Ketinggian. Bogor: PT. Antam Tbk.

Departemen Tenaga Kerja RI, 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan. Jakarta: Depnaker RI.

Gunanusa Utama Fabricators, 2010. Pelatihan dan Training Working At Height. Serang:
PT. Gunanusa Utama Fabricators.

Slamet Eko W, 2010. Management System Bekerja di Ketinggian. Dalam,


www.google.com.
TERIMA KASIH

--- UTAMAKAN KESELAMATAN ---

Anda mungkin juga menyukai