Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BELA NEGARA

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Matakuliah KU 2071 Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh :
Chandra Aldiwijaya 10312009
Wendi Cahya Setiadi 10312012
Fenyka Ariana Jeanuarieke 10312017
Adriana Larasati 10312023
Irham Taufik Andika 10312026
Ali Mukhsin 10312030

Program Studi Astronomi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Bandung
2014
Kata Pengantar

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga berkat keridhaan-Nya, makalah “Bela Negara” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca budiman.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada
Bapak Agus Syihabudin selaku pengajar kuliah kewarganegaraan untuk
pemberian topik makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis menyajikan pengetahuan kewarganegaraan
dalam topik membela negara. Harapan dari penulis melalui makalah ini semoga
dapat menumbuhkan rasa kebangsaan dan nasionalisme para pembaca untuk
membela negara ini, Indonesia.
Penulis mengakui bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Hal ini dikarenakan penulis masih dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.

Bandung, 14 April 2014

Penulis
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang


sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara. Tanpa mampu
mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar negeri dan/atau dari dalam
negeri, suatu negara tidak akan dapat mempertahankan keberadaannya. Bangsa
Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945 bertekad bulat untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan
kemerdekaan, serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Pandangan hidup bangsa Indonesia tentang pertahanan negara,
sebagaimana ditentukan dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945, adalah:
a. kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan;
b. pemerintah negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
c. hak dan kewajiban setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha
pembelaan negara;
d. bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari pandangan hidup tersebut, bangsa Indonesia memiliki prinsip dalam
penyelenggaraan pertahanan negara diantaranya:
a. bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman;
b. pembelaan negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya
pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga
negara. Oleh karena itu, tidak seorangpun warga negara boleh dihindarkan
dari kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan
undang-undang. Dalam prinsip ini terkandung pengertian bahwa upaya
pertahanan negara harus didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban
warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri;
c. bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan
dan kedaulatannya. Penyelesaian pertikaian atau pertentangan yang timbul
antara bangsa Indonesia dan bangsa lain akan selalu diusahakan melalui cara-
cara damai. Bagi bangsa Indonesia, perang adalah jalan terakhir dan hanya
dilakukan apabila semua usaha dan penyelesaian secara damai tidak berhasil.
Prinsip ini menunjukkan pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan
damai;
d. bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik
bebas aktif. Untuk itu, pertahanan negara ke luar bersifat defensif aktif yang
berarti tidak agresif dan tidak ekspansif sejauh kepentingan nasional tidak
terancam. Atas dasar sikap dan pandangan tersebut, bangsa Indonesia tidak
terikat atau ikut serta dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain;
e. bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti melibatkan seluruh
rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional,
serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan;
f. pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum
internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan
secara damai dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan. Di samping prinsip tersebut, pertahanan negara juga
memperhatikan prinsip kemerdekaan, kedaulatan, dan keadilan sosial.
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi sangat mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat
konvensional (fisik) dan saat ini berkembang menjadi multidimensional (fisik dan
nonfisik), baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman
yang bersifat multidimensional tersebut dapat bersumber, baik dari permasalahan
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun permasalahan keamanan yang
terkait dengan kejahatan internasional, antara lain terorisme, imigran gelap,
bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut, dan perusakan
lingkungan. Hal-hal tersebut menyebabkan permasalahan pertahanan menjadi
sangat kompleks sehingga penyelesaiannya tidak hanya bertumpu pada
departemen yang menangani pertahanan saja, melainkan juga menjadi tanggung
jawab seluruh instansi terkait, baik instansi pemerintah maupun nonpemerintah.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat menetapkan
bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia berkewajiban untuk melindungi
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari setiap bentuk ancaman
dari luar dan/atau dari dalam negeri, pada hakikatnya merupakan salah satu fungsi
pemerintahan negara.
BAB II
LATAR BELAKANG MEMBELA NEGARA

Mari kita kembali mengingat sedikit sejarah berdirinya negara kita yaitu
Indonesia, selama massa penjajahan bangsa kita mengalami banyak kerugian.
Banyak korban-korban berjatuhan, dan banyak pahlawan – pahlawan kita yang
gugur. Namun, semua itu tidak sia-sia terbukti dengan kemerdekaan Indonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945 yang sekarang dikenang
sebagai hari kemerdekaan. Semua itu merupakan hasil dari perjuangan dan
tumpah darah para pahlawan demi membela dan mempertahankan negaranya.
Maka dari itu wajar jika kita wajib ikut serta dalam upaya bela negara sebagai
wujud penghormatan terhadap para pahlawan yang gugur demi mempertahankan
tanah air serta wujud cinta kita terhadap tanah air Indonesia. Selain itu telah diatur
pula dalam UUD 1945 bahwa membela negara merupakan kewajiban seluruh
warga negara supaya negara tidak ditindas dan dijajah oleh negara lain serta dapat
mencapai negara yang damai dan sejahtera
Untuk itu perlu adanya kesadaran tentang pentingnya bela negara, yaitu
upaya untuk untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta
tanah air. Walaupun sekarang kita hidup di era kemerdekaan kita tetap harus
memiliki kesadaran untuk bela ngara khususnya di era globalisasi ini sangat
penting bagi kita untuk memiliki kesadaran tentang pentingnya bela negara.
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan
bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh
tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara juga merupakan bentuk cinta terhadap tanah
air kita. Kalau bukan kita siapa lagi yang harus membela negara, jika rasa cinta
tanah air telah tertanam maka kesadaran untuk membela, melindungi, serta
mempertahankan tanah air tercinta akan timbul dalam wujud bela negara.
Ada banyak hal yang mengharuskan kita untuk turut serta dalam
pembelaan Negara. Salah satunya dalah ancaman militer. Ancaman militer adalah
ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat
berbentuk hal-hel seperti di bawah ini.
a. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau
dalam bentuk dan cara-cara:
1. invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia,
2. bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh
angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia,
3. blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain,
4. serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat
atau satuan laut atau satuan udara Tentara Nasional Indonesia,
5. unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan perjanjian yang tindakan atau
keberadaannya bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian,
6. tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara
lain sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan
7. pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk
melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau melakukan tindakan seperti tersebut di atas.
b. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik yang
menggunakan kapal maupun pesawat non komersial.
c. Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer.
d. Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional
yang membahayakan keselamatan bangsa.
e. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional
atau yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri atau terorisme dalam
negeri yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
f. Pemberontakan bersenjata.
g. Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan
kelompok masyarakat bersenjata lainnya.
Selain ancaman militer, ancaman yang dihadapi Negara Kesatuan
Republik Indonesia bisa juga muncul dari dalam negeri, seperti:
1. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen
kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah
pusat,
2. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang dapat menyebabkan kerusuhan massa.
3. upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang tidak sesuai
dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia,
4. konflik antar kelompok akibat perbedaan pendapat dalam masalah politik
maupun SARA, dan
5. penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.
Oleh karena itu diperlukan adanya upaya bela Negara untuk menegakkan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
HAKIKAT BELA NEGARA

Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia,
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan
undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari
yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama
warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.
Bela negara terdiri dari beberapa unsur-unsur dasar, yaitu cinta tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara,
rela berkorban untuk bangsa dan Negara, dan memiliki kemampuan awal bela
negara.
a. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air yaitu mengenal, memahami dan mencintai wilayah
nasional, menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia,
melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, memberikan kontribusi pada
kemajuan bangsa dan negara, menjaga nama baik bangsa dan negara serta bangga
sebagai bangsa Indonesia dengan cara waspada dan siap membela tanah air
terhadap ancaman tantangan, hambatan dan gangguan yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapun dan siapapun.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara yaitu membina kerukunan dengan
menjaga persatuan dan kesatuan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, lingkungan pendidikan atau pekerjaan, mencintai budaya bangsa dan
produksi dalam negeri, menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, serta mengutamakan kepentingan bangsa di
aats kepentingan pribadi maupun golongan.
c. Meyakini Pancasila sebagai Ideologi Negara
Meyakini Pancasila sebagai ideologi negara yaitu memahami hakikat dan
nilai-nilai dalam Pancasila, melaksanakan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, serta menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Rela berkorban untuk bangsa dan negara yaitu bersedia mengorbankan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara, siap
mengorbankan jiwa dan negara demi membela bangsa dan negara dari berbagai
ancaman, serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan
negara.
e. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Memiliki kemampuan awal bela Negara yaitu memiliki kecerdasan
emosional, spiritual, intelegensia, keterampilan jasmani, serta kesehatan yang
mampu mendukung kekuatan fisik.

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Keikutsertaan warga
negara dalam upaya bela negara dapat diwujudkan melalui pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai
prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Maksud dari pengabdian sesuai dengan profesi
adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk
kepentingan pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan/atau
memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana
lainnya.
Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Tentara Nasional Indonesia bertugas
melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk, mempertahankan kedaulatan
negara dan keutuhan wilayah, melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa,
menjalankan Operasi Militer Selain Perang, ikut serta secara aktif dalam tugas
pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.
Hal-hal yang berkaitan dengan bela negara sejatinya telah diatur baik
dalam Undang-Undang Dasar maupun peraturan pemerintah. Dasar-dasar hukum
bela negara diantaranya:
a. UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3): ” Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib
ikut serta dalam upaya bela Negara”.
b. UUD 1945 Pasal 30 ayat:
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan
utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Tentara Nasional
Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum. Susunan dan kedudukan Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan
dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
c. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B: ”Setiap Warga
Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.”
d. UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1): ”Setiap
Warga Negara Berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara yang
diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara.”
e. UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (2): ”
Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara dimaksud ayat (1)
diselenggarakan melalui :
(1) Pendidikan Kewarganegaraan
(2) Pelatihan dasar kemiliteran
(3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan
(4) Pengabdian sesuai dengan profesi.
Keterlibatan masyarakat sipil dalam bela negara secara non fisik dapat
silakukan dengan berbagai bentuk diantaranya:
a. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara termasuk menghayati arti
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak
b. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air melalui pengabdian yang tulus
kepada masyarakat.
c. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata.
d. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi hak Asasi Manusia
e. Pembekalan mental spiritual agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia .
BAB III
Membangun Kesadaran Bela Negara

Bela Negara Sebagai Hak dan Kewajiban Warga Negara Konsep Bela Negara

Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak


dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep Bela Negara dapat
diuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik yaitu dengan cara
"memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara
fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan Bela Negara
secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan
negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta
berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara".

Kesadaran bela negara pada diri seorang warga negara adalah suatu hal
yang terkait dengan kesadaran dan pengertian tentang perlunya peran dari pribadi
yang bersangkutan dalam mempertahankan kedaulatan negara. Permasalahan
muncul ketika warga negara tersebut tidak menyadari bahwa dirinya sangat
diperlukan dalam mempertahankan kedaulatan negara. Pemahaman terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara serta UUD 45 sebagai landasan hukum
hendaknya disertai dengan implementasi dalam kehidupan sehari-hari.

1. Bela Negara Secara Fisik

Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara


merupakanhak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik
Indonesia. Tapi, seperti diatur dalam UU no 3 tahun 2002 dan sesuai dengan
doktrin Sistem Pertahanan Semesta, maka pelaksanaannya dilakukan oleh Rakyat
Terlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya Resimen Mahasiswa,
Perlawanan Rakyat, Pertahanan Sipil, Mitra Babinsa, OKP yang telah mengikuti
Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi
yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat dan
Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada
masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana
unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat
dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan
unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan
perang.

Apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negara


memungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk
mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhi syarat seperti yang
dilakukan di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti
pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia
selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk
mengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang,
mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun
tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur dan
berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya dokter
ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum, akuntan di
Bagian Keuangan, penerbang di Skwadron Angkutan, dan sebagainya. Gagasan
ini bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi
memperkenalkan "dwi-fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya sosialisasi
"konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah
semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga
negara Republik Indonesia.

2. Bela Negara Secara Non-Fisik

Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat


ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai
potensi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari
dalam seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telah diungkapkan
sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi
musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara non-fisik dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi,
misalnya dengan cara:

a. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk


menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak
memaksakan kehendak.

b. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang


tulus kepada masyarakat.

c. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya


nyata (bukan retorika).

d. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-


undang dan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia (HAM).

e. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat


menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-
norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt
melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing.
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan
bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang pada
gilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi
keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali. Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai upaya
peningkatan Ketahanan Nasional juga sangat penting untuk menangkal pengaruh
budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi (atau
disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin
canggihnya teknologi komunikasi.
Dewasa ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran
bela negara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama
memberikan pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut
bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran bela negara
bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran bela
negara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang
sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah
mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator
bahwa warga bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan
kesadaran bela negara. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai daerah sering
bergejolak diantaranya tawuran antar warga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan
terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain-lain.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran bela negara sebaiknya
mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua.
Gejala kesadaran bela negara yang belum baik itu dapat kita lihat dalam
perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang masih menunjukan
tindakan-tindakan yang melanggar kaidah hukum, seperti mafia hukum, merusak
hutan, pencemaran lingkungan, tindak kriminalitas, lebih mementingkan diri dan
kelompok, korupsi, bersikap kedaerahan yang berlebihan (daerahisme) atau
etnisitas yang berlebihan, bertindak anarkhis, penggunaan narkoba, kurang
menghargai karya bangsa sendiri, mendewakan produk bangsa lain, dan
sebagainya
Konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri
yang tumbuh dari kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas/rela
tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang umumnya dalam upaya mewujudkan
kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Membangun Kesadaran bela negara kepada pemuda merupakan hal
penting yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini, karena pemuda merupakan
penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalan panjang bangsa ini.
Kesadaran bela negara ini jangan ditafsir hanya berlaku pada pemerintah saja,
tetapi harus lebih luas memandangnya, sehingga dalam implementasinya, pemuda
lebih kreatif menerapkan arti sadar bela negara ini dalam kehidupannya tanpa
menghilangkan hakekat kesadaran berbangsa dan bernegara.
Indonesia adalah wilayah kepulauan yang terintergrasi secara nasional dari
daerah daratan dan lautan kedalam organisasi berbentuk negara kesatuan untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera
sebagai realisasi impian yang di amanatkan oleh UUD 1945. Berdasarkan
pendekatan yang diuraikan diatas, diharapkan dapat dipergunakan untuk
menyusun suatu konsepsi yang dapat dipergunakan untuk menyatukan sudut
pandang dalam kita merumuskan, apa yang telah tertuang dalam pasa 32 UUD ‘45
sebelum diadakan perubahan. Dengan sudut pandang itu, diharapkan kita dapat
menyatukan pola berpikir dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi dalam
mengaktualisasikan bela negara sebagai pedoman dalam kita bersikap dan
berperilaku dalam menjalankan fungsi, pekerjaan, kerja, jabatan, peran dan
tanggung jawab dalam berbangsan dan bernegara.
Menjadi sebuah keharusan bagi pemuda untuk ikut bertanggung jawab
mengemban amanat penting ini, bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran bela
negara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang
sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah
mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain. Kondisi bangsa kita sekarang,
merupakan salah satu indikator bahwa sebagian pemuda di negeri ini telah
mengalami penurunan kesadaran bela negara. Hal ini bisa kita lihat dari segelintir
persoalan ini,saya ambil contoh di perkotaan, karena bagian yang sangat cepat
dengan informasi walaupun desa juga tidak bisa dilepakan dari konteks ini, hal ini
bisa kita lihat semakin minimnya pemuda di perkotaan yang menghormati nilai-
nilai budaya bangsa sendiri dan lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol
bangsa lain, semakin banyaknya pemuda yang melakukan perilaku menyimpang
dan penggunaan narkoba, dan kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran
sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan semakin
individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat, penguasaan
IPTEK yang terbatas. Budaya yang mereka tiru di perkotaan merupakan salah satu
indikasi betapa kuatnya budaya asing merubah budaya kita dalam kehidupan
pemuda lewat arus besar globalisasi. Pemuda kita tidak lagi bangga dengan
kekayaan budaya yang dimilikinya, seolah-olah, segala sesuatu yang datangnya
dari luar merupakan sesuatu yang paling baik, berupa bahasa, bertutur dan
berpikir,tanpa melakukan penyaringan lebih dahulu. Kecenderungan pemuda
menyebutnya dengan trend saat ini, padahal tidak kita disadari, ini merupakan
bahaya laten yang akan merusak generasi kita (pemuda). Hal ini menandakan
lemahnya kesadaran pemuda kita mempertahankan kekayaan nilai bangsa yang
kita miliki.
Perilaku menyimpang lainnya, seperti free sex dan penggunaan
narkoba,minum-minuman yang memabukan ini juga merupakan salah satu
lemahnya pemuda dalam menyadari apa yang dilakukan dan apa dampaknya.
Setiap hari kita mendengar, membaca dan melihat di media cetak dan elektronik
bahwa selalu saja ada pemuda yang diringkus oleh aparat keamanan akibat
perilaku diatas, bila hal ini terus menerus berlanjut dan tidak diantisipasi maka
ketahanan negara ini ke depan sudah pasti terganggu.
Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran bela negara di tingkat pemuda
yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan
kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi
dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari
himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak
dapat di intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yng harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. disitu pemuda telah
melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Akan tetapi, kondisi itu nampaknya masih jauh dari apa yang diharapkan
dari pemuda itu sesungguhnya, kebanyakan pemuda saat ini lebih cenderung
untuk bersikap individualis atau mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu akan
persoalan di sekitarnya.
Penguasan IPTEK yang tidak merata bagi pemuda juga merupakan salah satu
tantangan bagi kita, mau tidak mau segala sesuatu dalam hal penguasan informasi,
jika pemuda kita tidak memiliki kompetensi dibidang ini, maka kita akan terus
tertinggal dan digilas zaman sehingga dominasi negara luar semakin kuat
menguasai negara kita. Pemuda tidak dapat dilupakan dan dihilangkan dari
perjalanan panjang bangsa ini. Sumpah pemuda sebagaimana telah diikrarkan oleh
pendahulu kita pada tanggal 28 oktober 1928, merupakan salah satu bukti betapa
peranan pemuda itu sangat vital dalam mempersatukan pemuda dan bangsa ini
dan yang lahir dari pikiran-pikiran kaum muda adalah juga suatu peristiwa
sejarah, peristiwa yang merupakan klimaks dari pencarian identitas baru yang
telah bermula sejak awal abad ini dan manifestasi dari puncak peranan pemuda
sebagai aktor sejarah yang sadar.
Fenomena-fenomena yang disinggung diatas merupakan tantangan bagi
kita dan akan cenderung menjadi pemecah bila tidak segera diatasi, dicari jalan
keluarnya. Kondisi pemuda yang seperti itu juga akan menjadikan pemuda kita
menjadi pemuda yang kehilangan identitas dan krakter yang berdampak pada
hilangnya perekat di masyarakat yaitu pemuda itu sendiri.
Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan
yang terjadi di tengah masyarakat, dan terdepan pula menyuarakan kritik yang
membangun, kepada pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena ini merupakan harga mati yang
tidak dapat ditawar-tawar, untuk menahan laju pengaruh asing yang mau menjajah
atau membelenggu kita sehingga berdampak pada perpecahan ditengah
masyarakat.
Persoalan yang sedang dialami oleh pemuda saat ini, tidak ada kata lain
bahwa pemuda harus mempersiapkan diri dalam segala hal yang serta merta juga
harus membangun kesadaran bahwa dengan mampu menjaga citra pemuda sudah
merupakan bagian dari menjaga negara ini dari keterpurukanan tentunya
memperkuat identitas kita. Hal penting yang tidak bisa dilupakan oleh pemuda
adalah bahwa Pancasila telah merumuskan semua pengalaman, pandangan hidup
dan harapan bangsa. Tugas pemuda adalah untuk tetap menjaga Pancasila dan
menjalankan amanat yang terkandung didalamnya. Tentunya,bagaimana
menjalankan yang diamanatkan oleh Pancasila tersebut tidaklah hanya
mengetahui saja dan menghafalnya, akan tetapi mengimplementasikannya dalam
kehidupan kita sehinga menjadi Pancasila yang hidup. Tidak ada lagi kata lain,
bahwa untuk menghidupkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
ini, maka pemuda harus turun ke tengah masyarakat membantu menyelesaikan
persolan-persoalan yang ada karena disana banyak persolan yang membutuhkan
perhatian para pemuda. Pemuda harus terdepan menyatakan penghormatan
terhadap kemajemukan di negeri ini, terdepan dalam menghormati toleransi, dan
banyak hal lagi yang dilakukan pemuda dalam mengimplementasikan Pancasila,
satu hal penting yang harus disadari pemuda adalah bahwa pemuda tidak dapat
melepaskan diri dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang dihadapi saat
ini.
Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam
melakukan perubahan, hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan
bangsa ini, mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar,
untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan gaya baru disegala aspek, atas
derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan salah satu menjaga
negara ini. Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki kepekaan
sosial dan memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini, maka harus
turut serta mencari solusinya.
Apabila kita membangun kesadaran bela negara, memahami hukum yang
berlaku, dan pancasila sebagai pedoman hidup, tentu tidak akan ada generasi yang
bisa dimanfaatkan oleh orang-orang untuk memecahkan bangsa dan negaranya
sendiri serta tidak ada generasi muda yang memiliki perlakuan yang menyimpang
dari norma-norma umum dimasyarakat. Dengan membangun kesadaran bela
negara itulah, maka pemuda telah melakukan salah satu dari sekian banyak aspek
untuk menjaga keutuhan Negara ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kita sadari bahwa melaksanakan upaya-upaya menumbuhkan kesadaran


bela negara bukanlah hal yang mudah. Kendati demikian, secara mendasar kita
perlu melakukan upaya membangun integritas bangsa Indonesia, khususnya para
pemuda harapan bangsa ini. Untuk itu, kita perlu perhatikan bahwa integritas
dapat kita bangun melalui pendidikan karakter yang tepat.
Pendidikan karakter (budi pekerti) hendaknya diberikan sejak masa kanak-
kanak sehingga akan tertanam dengan baik dalam dirinya yang pada gilirannya
kelak akan menciptakan pribadi yang berkarakter unggul dan memiliki integritas.
Jika ini dapat diterapkan kepada seluruh bangsa Indonesia, niscaya permasalahan
bangsa akan dapat terselesaikan satu persatu secara bertahap dan kesadaran bela
negara akan tumbuh dengan sendirinya. Tantangan bagi kita adalah bagaimana
menerapkan pendidikan karakter secara sinergis di keluarga dan di lingkungan
pendidikan formal.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan
hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara
juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri
masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan
bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap
tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1. Cinta Tanah Air
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan
pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus
sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-
cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan
cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional
maupun internasional.
3. Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh
luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja
tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa
Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia
yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-
nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman,
tantangan, dan hambatan.
4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk
bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan
untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita
ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja,
mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela
berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk
mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga
demi mengharumkan nama bangsa.
5. Memiliki Kemampuan Bela Negara

Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap


menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan
lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari siskamling, membantu korban
bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami
bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri,
mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus
bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok karena di
Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para
pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus
mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun
internasional.
BAB IV
CARA TNI MEMBELA NEGARA

Menurut KBBI, kata bela berarti menjaga baik-baik; memelihara;


merawat.’ Membela Negara berarti menjaga baik-baik, memelihara dan merawat
Negara. TNI sebagai alat pertahanan negara menjaga negara dengan
melaksanakan peran, fungsi, dan tugasnya sebagai alat pertahanan negara. Jadi
cara TNI dalam membela negara adalah dengan melaksanakan tugas, fungsi, dan
perannya dalam mempertahankan Negara dan menegakkan kedaulatan Negara.
Peran, fungsi, dan tugas TNI sendiri dijelaskan dalam UU RI XXXIV/2004
Tentang Tentara Nasional Indonesia.
a. Peran
UU RI XXXIV/2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 5,
berbunyi: “TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.”
b. Fungsi
UU RI XXXIV/2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 6 ayat
(1) dan (2) menyebutkan fungsi TNI seperti di bawah ini.
(1) TNI, sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai:
a. penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman
bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa;
b. penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a; dan
c. pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI
merupakan komponen utama sistem pertahanan negara.

c. Tugas
UU RI XXXIV/2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 7 ayat
(1) dan (2) menyebutkan tugas TNI seperti di bawah ini.
(1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
(2) Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. operasi militer untuk perang,
b. operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1. mengatasi gerakan separatis bersenjata,
2. mengatasi pemberontakan bersenjata,
3. mengatasi aksi terorisme,
4. mengamankan wilayah perbatasan,
5. mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis,
6. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan
politik luar negeri,
7. mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya,
8. memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya
secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta,
9. membantu tugas pemerintahan di daerah,
10. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam
undang-undang,
11. membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia,
12. membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan,
13. membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and
rescue), serta
14. membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
Sejak awal kemerdekaan Indonesia TNI/militer merasa punya andil yang
sangat besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Jasa yang besar yang diberikan itu
sehingga TNI merasa berhak untuk ikut terlibat dalam memperoleh kue politik.
Meskipun TNI merasa punya andil besar namun pada mulanya timbul
pertentangan antara para pendiri RI dengan TNI. Karena para pendiri Republik
Indonesia merasa kurang yakin bahwa kemerdekaan ini diperoleh dengan
mengandalkan tentara. Karena itu pada awal kemerdekaan, militer jalan sendiri
dan pemerintah jalan sendiri. Namun pada saat revolusi fisik terjadi di era 1945-
1949 peran TNI (setelah disahkan oleh pemerintah dengan Jenderal Soedirman)
sangatlah besar dengan memukul mundur Belanda yang ingin menginjakkan
kakinya kembali di Indonesia.

Di era gerakan reformasi sebagai proses menata kembali kehidupan


bernegara dan bermasyarakat yang mengacu kepada nilai-nilai demokrasi dan hak
asasi telah menghadapkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada berbagai
tantangan. Tantangan terberat, antara lain, adalah penataan kembali peran TNI
dalam konteks hubungan sipil-militer yang demokratis. Terkait dengan persoalan
ini, masalah redefinisi peran dan keterlibatan TNI dalam konteks transisi
demokrasi menjadi isu besar, yang dapat mempengaruhi berhasil atau gagalnya
proses demokratisasi itu sendiri.

Peranan TNI dalam politik di Indonesia sebelum reformasi sangatlah


bertolak belakang dengan peranan TNI setelah masa reformasi. Dimana sebelum
reformasi, TNI berperan sebagai alat politik. Hal ini sejalan di masa orde baru,
presiden Soeharto kala itu menggunakan TNI sebagai alat politik. Misalnya saja,
terjadi kekerasan politik oleh militer terhadap mahasiswa di tahun 1998 sebagai
akibat dari ketidakinginan Soeharto melepaskan tahta kekuasaannya. Sedangkan
dimasa reformasi peranan TNI telah menjadi mitra sipil dalam membangun
demokrasi dan tidak lagi sebagai alat politik yang bernuansa pelanggeng
kekuasaan.
BAB V
PENUTUP

Suatu bangsa akan semakin kuat pertahananya bila bangsa tersebut


bersatu padu untuk memperjuangkan negara dalam melindungi dan membela
kedaulatan negara tersebut. Oleh karena itu kesadaran tentang konsep bela negara
harus ditanamkan secara menyeluruh kepada semua elemen bangsa Indonesia.
Apabila seluruh nilai dalam bela negara diterapkan oleh bangsa Indonesia, maka
Indonesia akan menjadi negara yang kuat, yaitu negara yang mampu menghadapi
ancaman dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dalam negeri. Hal ini
tentunya juga akan memperkuat persatuan dan kesatuan kita sebagai warga dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
REFERENSI

. .Peran, Fungsi, dan Tugas. http://www.tni.mil.id/pages-2-


peran-fungsi-dan-tugas.html (13 April 2014)
. .http://indonesia.go.id/in/setingkat-menteri/tentara-
nasional-indonesia/1668-profile/358-tentara-nasional-indonesia (13 April
2014)
Dispenarmabar.13 November 2012.Tugas Pokok TNI Menurut Undang-Undang.
http://koarmabar.tnial.mil.id/PENPAS/tabid/66/articleType/ArticleView/arti
cleId/402/TUGAS-POKOK-TNI--MENURUT-UNDANGUNDANG.aspx
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002
Tentang Pertahan Negara
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002
Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara
Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai