Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) PEKERJAAN PADA


KETINGGIAN

KELOMPOK 5 :
1. ODORIKUS WANI MERE (2123716393)
2. SAMUEL DUDENG (2123716394)
3. SIMPLISIUS BENITO MORUK (2123716395)
4. SIRILUS MAHENDRA MAME (2123716396)
5. STEFI ANANTA ELISABETH UN (21237616397)
6. SYAMUEL ALEXANDER HEDA (2123716398)
7.SIRYLUS TAUS (2123716399)
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Sejak manusia hidup di muka bumi, secara tidak sadar aspek keselamatan untuk antisipasi berbagai bahaya disekitar
lingkungan hidupnya telah dikenal oleh mereka. Pada masa ini, tantangan bahaya yang dihadapi lebih bersifat natural
seperti kondisi alam, cuaca, binatang buas dan bahaya dari lingkungan hidup lainnya. Pengetahuan ini sangat berguna
bagi kita agar dapat mewaspadai sesuatu hal yang tidak diinginkan dapat terjadi terjadi pada diri kita sendiri.
Begitupun yang terjadi pada pekerjaan dengan ketinggian seperti konstruksi bangunan, pemeliharaan jaringan listrik,
dan pengeboran di platform lepas pantai memerlukan keterampilan khusus dan pengetahuan tentang K3 ketinggian.
Bekerja di ketinggian memerlukan ketahanan fisik, mental, dan keterampilan teknis yang tinggi. Selain itu, kecelakaan
yang terkait dengan ketinggian dapat menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian
Langkah pencegahan kecelakaan kerja diantaranya memastikan pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dengan
kondisi ergonomi yang memadai melalui jalur masuk (access) dan jalur keluar (egress) yang disediakan. selain itu,
memberikan peralatan keselamatan kerja yang tepat untuk mencegah potensi jatuh sangat penting direncanakan dan
diimplementasikan secara matang. pekerja ketinggian juga harus menyediakan peralatan untuk meminimalkan jarak
jatuh atau mengurangi konsekuensi dari kondisi jatuh tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH 1.3 TUJUAN 1.4 MANFAAT

 Apa defenisi/pengertian dari  Untuk menyelesaikan tugas mata  Mahasiswa dapat mengetahui
pekerjaan pada ketinggian? kuliah K3 dan Aspek Hukum definisi dari pekerjaan pada
Pembangunan. ketinggian.
 Apa dasar hukum K3 yang mengatur
pekerjaan pada ketinggian?  Menambah wawasan dan  Mahasiswa dapat mengetahui
pengetahuan mengenai hal-hal yang mengenai dasar hukum yang
 Apa potensi bahaya bekerja pada berkaitan dengan K3 pekerjaan mengatur K3 pekerjaan pada
ketinggian dan penyebab kecelakan pada ketinggian ketinggian.
kerja pada ketinggian?
 Mahasiswa dapat mengetahui potensi
 Apa saja cara pencegahan
bahaya kerja pada ketinggian dan
kecelakaan dalam bekerja pada
penyebab terjadinya kecelakaan kerja
ketinggian?
pada ketinggian.
 Mahasiswa dapat mengetahui
pencegahan kecelakan pekerjaan
pada ketinggian.
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Definsi K3 Pekerjaan Pada Ketinggian.
K3 pekerjaan pada ketinggian (K3 PK) adalah serangkaian tindakan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan untuk melindungi
pekerja yang bekerja pada ketinggian di atas permukaan tanah yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja. Tujuan
Dari K3 pekerjaan pada ketinggian adalah untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan cedera atau
kematian bagi pekerja yang melakukan kegiatan pada ketinggian seperti pekerjaan di gedung tinggi, menara, jembatan, atau konstruksi
bangunan tinggi. Beberapa langkah keselamatan kerja yang diterapkan dalam K3 pekerjaan pada ketinggian meliputi penilaian risiko
sebelum pekerjaan dimulai, penggunaan peralatan keselamatan yang sesuai, dan pelatihan khusus untuk pekerja yang melakukan
pekerjaan pada ketinggian.
Menurut Management System (2010) bekerja pada ketinggian dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1) Bekerja di ketinggian 4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas lantai atau tanah.
Contoh: Pekerjaan sipil (civil work), pekerjaan elektrikal atau pemasangan kabel,
pemasangan panel-panel, pekerjaan bangunan (building atau structural work)
seperti pemasangan atap, pembangunan jembatan. Pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan baik oleh karyawan sendiri ataupun oleh kontraktor.
2) Bekerja pada ketinggian 6 feet (1.8) atau lebih pada pinggiran atau sisi yang
terbuka.
3) Contoh: Bekerja pada atap datar (flat roof), puncak tangki timbun.
4) Bekerja di ketinggian 10 feet (3.1 meter) atau lebih pada pinggiran atau sisi yang
terbuka dengan menggunakan peralatan mekanis.
Sedangkan Menurut Permenaker 09 tahun 2016 ‘’pekerja pada ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang
menyebabkan tenaga kerja atau orang Lain yang berada di tempat kerja cidera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta
benda.’’

K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian sangatlah penting. Pekerjaan pada ketinggian dapat
menjadi risiko yang signifikan bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat
melakukan pekerjaan pada ketinggian:
1. Evaluasi Risiko; Sebelum melakukan pekerjaan pada ketinggian, perlu dilakukan evaluasi risiko terhadap pekerjaan yang akan
dilakukan. Hal ini penting untuk mengetahui risiko yang mungkin terjadi dan menentukan tindakan pencegahan yang tepat.
2. Pelatihan; Sebelum melakukan pekerjaan pada ketinggian, pekerja harus menerima pelatihan khusus tentang cara bekerja dengan aman
pada ketinggian. Pelatihan tersebut harus mencakup penggunaan peralatan keamanan, teknik penjagaan diri, dan penanganan darurat
jika terjadi masalah.
3. Peralatan Keselamatan; Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang sesuai, seperti helm keselamatan, harness, sabuk
pengaman, dan sepatu keselamatan. Peralatan keselamatan tersebut harus selalu digunakan dan diperiksa sebelum dan sesudah bekerja.
4. Penyediaan Tempat Kerja; Tempat kerja pada ketinggian harus disediakan dengan aman dan terlindungi. Tangga, jalur penghubung dan
platform harus dirancang dan dipasang dengan benar. Ada batasan untuk ukuran dan beban maksimum yang dapat ditangani oleh
struktur pada ketinggian tersebut.
5. Pengawasan; Pekerja pada ketinggian harus selalu diawasi oleh supervisor atau rekan kerja yang berpengalaman. Pengawasan ini dapat
membantu dalam mendeteksi potensi masalah sebelum terjadi dan memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan aman. Evaluasi
Pasca Pekerjaan: Setelah selesai melakukan pekerjaan pada ketinggian, perlu dilakukan evaluasi pasca pekerjaan. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan pada peralatan keselamatan dan tempat kerja pada ketinggian, dan memeriksa kembali
apakah pekerjaan tersebut dilakukan dengan aman dan efektif.
 Pekerjaan pada ketinggian memerlukan perhatian yang serius terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Dengan memperhatikan hal-hal
di atas, pekerjaan pada ketinggian dapat dilakukan dengan aman dan efektif.
 
2.2 Dasar Hukum K3 Pekerjaan Pada Ketinggian

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pekerjaan pada Ketinggian.
  Dalam dasar hukum K3 terutama pada Permenaker No. 9 Tahun 2016 tentang pekerjaan pada ketinggia
menjelaskan bahwa definisi dari bekerja pada ketinggian adalah sebagai berikut :
“Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian
dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau Orang Lain yang berada di
tempat kerja Cidera atau Meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda“.
 
Permenaker No 09 tahun 2016 juga mewajibkan kepada pengusaha dan atau pengurus untuk menerapkan K3 dalam bekerja
di ketinggian. Penerapan K3 dapat dilakukan dengan memastikan beberapa hal berikut :
1. Perencanaan (Dilakukan dengan tepat dengan cara yang aman serta diawasi)
2. Prosedur Kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian)
3. Prosedur Kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian)
4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
5. Tenaga Kerja (Kompeten dan adanya Bagian K3).
Pada tahap Perencanaan harus memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dengan kondisi ergonomi yang
memadai melalui jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress) yang telah disediakan. Kemudian masih dalam tahap
Perencanaan pihak pengusaha dan atau pengurus wajib :
6. Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jauh atau mengurangi konsekuuensi jatuhnya tenaga kerja
7. Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi atau melakukan hal lainnya yang berkenan
dengan kondisi pekerja.
Prosedur Kerja juga wajib ada untuk memberikan panduan kepada pekerja, prosedur ini harus dipastikan bahwa Tenaga
Kerja memahami dengan baik isi yang ada di dalamnya. Beberapa hal yang harus ada di dalam prosedur bekerja pada
ketinggian meliputi:
8. Teknik dan cara pelindungan jatuh
9. Cara pengelolahan peralatan
10. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan
11. Pengamanan tempat kerja
12. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
2.3 Potensi Bahaya Kerja Pada Ketinggian dan Penyebabnya.

A. Potensi bahaya kerja pada ketinggian


Potensi Bahaya Bekerja di Ketinggian memang berbeda-beda bagi setiap industri atau
pekerjaan yang diemban, baik dampak pada fisik, lingkungan maupun tempat kerja. Untuk
itu, ketahui lebih dalam bahaya apa saja yang dapat terjadi bekerja di ketinggian.
1. Bahaya Mekanik
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan
secara manual maupun dengan penggerak. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti mengebor,
memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau
kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong dan terkelupas.
2. Bahaya Listrik
Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Ketika pekerja
tersengat listrik pada saat bekerja pada ujung bangunan dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang berakibat fatal, seperti
terjatuhnya pekerja yang berujung pada kematian.
3. Bahaya Kimiawi
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain, keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun, iritasi
oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kuat, kebakaran dan ledakan. Polusi dan pencemaran lingkungan.
Ketika terjadi ledakan atau kebakaran pada ketinggian tertentu dan pekerja sulit untuk menyelamatkan diri, kemungkinan
mereka akan loncat atau terjun ke bawah.
4. Bahaya Fisik
Bahaya yang berasal dari faktor-faktor fisik adalah seperti, bising, tekanan, getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau
penerangan, dan radiasi dari bahan radioaktif (sinar UV atau inframerah), contohnya kurang penerangan membuat pekerja
tidak bisa jelas melihat lubang atau tidak hati-hati ketika menaiki tangga dan bisa membuat pekerja terjatuh maupun terpeleset.
5. Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora fauna yang terdapat di
lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Beberapa bahaya yang ada pada saat bekerja pada ketinggian antara lain
terjatuh (falling down), terpeleset (slips), tersandung (trips), dan kejatuhan material dari atas (falling object).
 Sebagai upaya terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan keselamatan setiap pekerja terjamin, perusahaan harus
menyediakan tenaga kerja kompeten dan berwenang di bidang K3 dalam pekerjaan di ketinggian melalui pelatihan Training
Teknisi K3 Bekerja di Ketinggian dengan sertifikasi BNSP.
B. Penyebab Kecelakan Kerja pada Ketinggian

Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia
dan Eropa. Sampai pada tahun 2010, rata-rata pekerja yang meninggal dunia akibat
kecelakaan kerja di Indonesia ialah sebanyak tujuh pekerja setiap harinya (Zalaya, 2012).
Hampir 32% kasus kecelakaan kerja di Indonesia terjadi di sektor konstruksi yang meliputi
semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan dan lain-lain. Dari
beberapa kasus kecelakaan kerja di konstruksi tersebut, kecelakaan akibat terjatuh dari
tempat tinggi merupakan faktor dominan yang menjadi penyebabnya.
Seperti yang terlihat pada gambar, bahwa beberapa faktor dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja
dikonstruksi, seperti: faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor ini saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Kelalaian pada keseluruhan elemen ini dapat dianggap sebagai suatu kegagalan
manajemen yang dapat mengakibatkan unsafe work methods, equipments and procedures sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan (Abduh, 2010).

Gambar 1. Contoh pekerjaan konstruksi yang tidak aman


2.4 Pencegahan Kecelakaan dalam bekerja pada Ketinggian

Ketika kita mempunyai Panduan pelaksanaan bekerja diketinggian, sepatutnya ini dijadikan
pedoman pelaksanaan pekerjaan sebagai suatu upaya Pencegahan Kecelakaan Fatal. Dalam
hal ini bekerja di ketinggian dapat memastikan bahwa adanya usaha-usaha dan perlengkapan
pelindung dan pencegah jatuh yang memadai untuk menjaga keselamatan personil, dari
risiko terjatuh yang dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.Oleh karena itu ada beberapa hal
penting yang perlu kita pahami agar kecelakaan kerja pada ketinggian dapat diatasi sehingga
mencegah terjadinya bahaya jatuh dari ketinggian.Berikut ada beberapa hal yang perlu
dilaksanakan ketika bekerja pada ketinggian.
A. Penerapan
Perlindungan terhadap bahaya jatuh diterapkan di seluruh lokasi kerja dimana pekerja menungkinkan terdapat resiko jatuh :
1.Ketinggian dengan jarak 1.8 m atau lebih
2.Ketinggian dibawah 1.8 tapi dinilai dapat menimbulkan kecelakaan
3.Kedalam mesin alat yang sedang beroperasi atau kedalam bagian yang bergerak didalam mesin / peralatan
4.Kedalam air atau bahan cair lainnya
5.Kedalam / diatas bahan kimia
6.Lubang terbuka disuatu permukaan / lantai.

B. Tugas dan tanggung jawab


1. Spervisor / kepela unit kerja
• Membuat Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Penentukan cara-cara pengendaliannya.
• Mengkomunikasikan cara cara pengendalian resiko tersebut kepada para pekerja yang berada dalam lingkup tugasnya dengan cara melakukan briefing / pelatihan/tool
box meeting.
• Mengawasi / melakukan tindakan agar para pekerja yang berada dalam lungkup tugasnya untuk patuh pada cara cara pengendalian yang sudah ditetapkan.
• Memeriksa kondisi pengendalian dan melaporkan kepada Safety Personil bila terdapat kondisi yang tidak sesuai dengan pengendalian yang telah ditetapkan.
 2. Safety Personil
• Mengidentifikasi aspek legal dan persyaratan lain sebagai masukan dalam menentukan cara-cara
Pengendalian bahaya pada aktifitas tersebut.
• Menyiapkan kondisi sesuai dengan pengendalian yang telah ditetapkan.
• Menyiapkan sarana komunikasi yang diperlukan.
 3. Pekerja
Patuh menjalankan ketentuan sesuai dengan pengendalian yang telah ditetapkan.Ketika memilih suatu sistem perlindungan harus mempertimbangkan kondisi dari
pekerjaanya. Pilihan yang Ideal untuk sistem perlindungan bagi pekerja adalah menghilangkan seluruh resiko jatuh yang melekat pada pekerjaan tersebut. Misalnya
selain disiapkan palang / rintangan (handrails, guardrails) di area kerja, para pekerja juga diberi alat pelindung diri yang sesuai safety harness, shock absorbers, dan
lifeline) untuk melindungi segala kemungkinan terjatuh
C. Penggunaan ADP (Alat Pelindung Diri)

Bekerja dari atas ketinggian tentu memiliki risiko yang dapat menimbulkan bahaya, misalnya seperti kecelakaan
kerja. Sebagai bentuk pencegahan, sangat penting untuk menerapkan peralatan keselamatan atau APD yang benar.
Pastikan menggunakan Alat Pelindung Diri atau APD yang lengkap sebelum kita memulai pekerjaan. Beberapa
contoh APD adalah sebagai berikut:
1. Safety Belt, yang digunakan pada bagian pinggang dan berfungsi membatasi gerak supaya tidak terjatuh saat
bekerja.
2. Full Body Harness, dipakai di tubuh yang berguna untuk melindungi tubuh dan mengurangi risiko cedera ketika
terjatuh.
3. Shock Absorber, komponen pelindung tubuh yang bermanfaat untuk menyerap energi kinetik serta mengurangi
munculnya tekanan akibat terjatuh.
4. Lanyard, dipasang sejajar dengan bagian dada dan berfungsi untuk membatasi guncangan ketika jatuh bebas dari
atas ketinggian.
5. Anchor Point, komponen yang fungsinya mirip dengan jangkar. Komponen ini mampu menahan beban sampai
363 kg atau setara dengan empat kali berat tubuh pekerja.
6. Fall Arrester, komponen yang mencengkeram lifeline ketika pekerja tiba-tiba terjatuh.
7. Lifeline, tali pengaman fleksibel yang biasanya dikaitkan pada bagian anchor point.
8. Retractable Lifeline, berguna untuk menahan tubuh yang secara otomatis akan memanjang dan menarik tubuh
kembali ke posisi semula (mirip seperti seat belt pada mobil)
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peleksanaan K3 dalam Pekerjaan pada Ketinggian memeiliki beberapa panduan dan arahan kuhsus yang
harus dijalankan baik yang tertera dalam dasar hukum Permenaker No. 09 Tahun 2016 tentang Pekerjaan
pada Ketinggian maupun aturan-aturan lainnya.Hal ini bertujuan sebagai landasan bagi para pekerja
konstruksi terutama pada pekerjaan ketinggian untuk mencegah terjadinya kecelakan kerja yang dapat
memebahayakan jiwa raga maupaun hal-hal lainnya yang dapat merugikan pekerjaan konstruksi itu
sendiri.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam menjalankan pekerjaan konstruksi terutama Pekerjaan pada Ketinggian harus
memahamin dan menjalankan aturan K3 yang ada sehingga tidak terjadinya kecelakaan kerja yang
membahyakan diri sendiri maupun orang lain.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai