Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja diatur oleh Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja yang berisi “Setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan,
dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya serta sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien , sehingga proses kerja berjalan lancar”. Setiap
pekerjaan selalu memiliki potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut tergantung dari
jenis produksi, teknologi yang di pakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan
lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015,
kasus kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada
tahun 2012, kasus kecelakaan kerja 21.735 dan pada tahun 2013 mengalami
peningkatan menjadi 35.917 kasus kecelakaan kerja. Provinsi dengan jumlah
kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi pada tahun 2012 adalah Provinsi
Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah. Sedangkan pada tahun 2013 provinsi
Aceh, Selawesi Utara dan Jambi.
Kecelakaan kerja harus dicegah dan dikendalikan agar prevalensi dari
kecelakaan kerja menurun. Teori domino menyatakan kecelakaan kerja yang
terjadi dapat disebabkan oleh adanya 2 faktor yaitu kondisi yang berbahaya
bagi pekerja (unsafe condition), seperti tempat kerja yang tidak memenuhi

1
2

standar dan tindakan yang berbahaya bagi pekerja (unsafe act), seperti
kelalaian dan kecerobohan pekerja. Pada kasus kecelakaan kerja, perlu
dilakukan analisa dengan tujuan memperbaiki kualitas keselamatan kerja,
mengurangi kesempatan terjadinya kecelakaan kerja yang serupa di masa yang
akan datang, dan menyediakan atau membangun tempat lingkungan kerja
yang aman.
Konsep dasar pada kasus adalah kecelakaan sebagai suatu hasil dari
serangkaian kejadian yang berurutan, kecelakaan tidak terjadi dengan
sendirinya, penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik, kecelakaan
tergantung kepada lingkungan fisik kerja dan lingkungan social kerja dan
kecelakaan terjadi karena kesalahan manusiastandar dan tindakan yang
berbahaya bagi pekerja (unsafe act), seperti kelalaian dan kecerobohan
pekerja. Analisis kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan mencari faktor
penyebab, faktor penyebab lain, akibat yang ditimbulkan, klasifikasi
kecelakaan, tindakan pasca kecelakaan kerja, dan kesimpulan dari kasus
kecelakaan kerja.
Seperti halnya proses pembangunan di Indonesia belum menunjukkan
keseimbangan antara kemajuan program pembangunan dengan peningkatan
kesadaran akan pentingnya manajemen K3. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi dan meningkatnya penyakit akibat
kerja serta prevalensi morbiditas dan mortalitas akibat kerja yang meningkat.
Menurut Dirut PT. Jamsostek Hotbonar Sinaga menyatakan bahwa jumlah
kasus kecelakaan kerja dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Kasus
kecelakaan kerja tertinggi yakni mencapai 98.711 kasus, jumlah ini lebih besar
dibandingkan jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan empat tahun
sebelumnya. Menurutnya, rata-rata kasus kecelakaan kerja setiap tahun sekitar
93.000 kasus.
Kasus yang saya angkat dalam makalah saya adalah kasus yang terjadi di
Bandung. Dilaporkan Seorang pekerja Agus Iding (35), tewas seketika setelah
terjatuh dari lantai 20 proyek pengerjaan Apartemen Panghegar di Jalan
Merdeka, Kota Bandung, kemarin pukul 14.15 WIB. Berdasarkan data yang
dihimpun di lapangan, korban yang bekerja sebagai mekanik leader konstruksi
3

lift saat itu hendak mengecek lift di lantai 20. Saat pintu terbuka, seketika itu
korban terdorong dan pintu tertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak
lift berada di lantai dasar. Korban pun langsung terjatuh hingga lantai GF.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah faktor-faktor apa sajakah
yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pada kasus Proyek
Pembangunan Hotel Panghegar tersebut?

1.3 Tujuan Makalah


Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan pada kasus tersebut.

1.4 Manfaat Makalah


Sebagai bahan informasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
dengan sistem manajemen K3 yang baik dan benar agar kecelakaan kerja
dapat dihindari, dihadapi dan dipindahkan.
BAB II
ANALISIS KASUS

2.1 Kasus

“Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas Seketika”

Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai 20 proyek
pembangunan Grand Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul 14.15 WIB,
Rabu (23/03/2018). Jenazah pekerja proyek itu langsung dibawa ke RS
Bungsu, Jalan Veteran.
Sebelum kejadian, Agus dan rekan kerjanya, Leman Nugraha (25), sedang
mengecek lift ke lantai 20 bangunan tersebut. korban yang bekerja sebagai
mekanik leader konstruksi lift saat itu hendak mengecek lift di lantai 20. Saat
pintu terbuka, seketika itu korban terdorong dan pintu tertutup otomatis
dengan cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai dasar. Korban pun
langsung terjatuh hingga lantai GF.
Diketahui, boks lift berada di lantai bawah. "Biasanya juga lift passenger
itu setiap hari ada di lantai 20. Tapi tadi di bawah " ujar rekannya. Leman
menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian. Lalu jenazahnya
diboyong ke RS Bungsu,"Kondisinya mulut berdarah, tubuh bengkak dan kaki
patah " ungkapnya.
Sementara itu, pihak keluarga korban mengaku diberitahu pihak
perusahaan dua jam setelah peristiwa tersebut. Sejumlah polisi yang diberi
tahu oleh RS Bungsu sekitar p ukul 17.30 WIB, langsung mengidentifikasi
data diri korban. Usai meminta keterangan keluarga korban dan rekan kerja,
polisi meninggalkan RS Bungsu sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara jasad
korban dibawa keluarga sekitar pukul 20.00 WIB.

4
5

2.2 Analisis Kasus


Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma Agus Iding. Ia
adalah seorang pemimpin konstruksi lift dari proyek pembangunan
Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung. Dari artikel tersebut
dpat kita kategorikan bahwa korban berkerja pada bidang konstruksi
bangunan dan sudah cukup berpengalaman karena ia diposisikan sebagai
leader dalam proyek pembangunan lift apartemen ini . Dalam kasus ini
korban melakukan tindakan yang tidak aman yaitu tidak menggunakan body
harness/full body harness (Hazard yang berupa unsafe act). Sedangkan
Menurut undang-undang keselamatan kerja, bekerja di ketinggian ini
memerlukan fix platform atau memakai alat pelindung diri berupa full body
harness.
Selain itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat yang memiliki
ketinggian lebih dari lima meter, diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana
ijin ini diperlukan untuk menganalisa bahaya apa saja yang mungkin terjadi
dan menyiapkan alat pengaman yang cocok untuk meminimalisir resiko yang
akan dihadapi bila bekerja pada ketingian tersebut. Kategori bekerja pada
ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang memiliki ketinggian sama
dengan atau lebih dari 1,8 meter dari permukaan tanah. Kemudian dapat kita
ketahui pula bahwa kondisi kerja (environment) pada saat itu mendukung
terjadinya kecelakaan. Berdasarkan berita tersebut lift passanger biasanya
berada di lantai 20 tempat korban berada, namun entah mengapa pada hari
tersebut box liftnya berada di GS (Ground Floor). Dari deskripsi berita yang
diberikan dapat kita analisa bahwa korban melakukan kesalahan (fault of
person), selain tidak memakai alat pelindung diri, korban tidak berlaku hati-
hati terhadap segala kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman
karena seperti biasanya box lift berada di lantai 20, namun kenyataannya
tidak.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a. Kesehatan kerja
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh yang
terlindungi dari segala macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan
oleh pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan, tidak diinginkan,
tidak diramalkan, tidak direncanakan, tidak terduga serta tidak ada unsur
kesengajaan yang dapat mengganggu atau merusak kelangsungan yang
wajar dari suatu kegiatan dan dapat mengakibatkan suatu luka atau
kerusakan pada benda atau peralatan (Sudinarto, 1995).
c. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Adapun tujuan dilaksanakannya K3 antara lain (Pelealu,2015.P.2) :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
d. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara ekonomi (Husen,
2011) :
1. Menghemat biaya yang tak terduga.
2. Meningkatkan moral dan produktivitas kerja.
3. Mengurangi risiko dan menghemat biaya asuransi karena premiumnya
lebih rendah akibat sejarah kecelakaan perusahaan yang rendah.

6
7

4. Reputasi yang baik bagi perusahaan dalam hal keselamatan dan


kesehatan kerja dapat meningkatkan permintaan pasar terhadap
perusahaan.
5. Tingkat efisiensi dan efektif kerja bagi perusahaan menjadi lebih tinggi
dengan menekan risiko kecelakaan yang akan terjadi.
6. Upaya pengawasan terhadap 4 M (Men, Material, Machines, Methods)
dan Environtment yaitu manusia, material, mesin, metode kerja dan
lingkungan yang dapat memberikan lingkungan kerja aman dan nyaman
sehingga tidak terjadi kecelakaan (Ervianto, 2005).

3.2 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008).
Sebagaimana kita ketahui dalam suatu perusahaan yang bergerak di
bidang konstruksi memiliki organisasi yang terstruktur secara utuh dan
menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi baik
secara fisik seperti halnya pimpinan, pelaksana pekerjaan, ahli, material /
bahan, dana, informasi, pemasaran dan pasar itu sendiri. Mereka saling bahu-
membahu melaksanakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam
suatu proses pekerjaan yang saling berhubungan karena adanya interaksi dan
ketergantungan, segala aktivitas dalam sebuah perusahaan menunjukan
adanya sistem didalam-nya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa pengertian
tentang sistem adalah suatu proses dari gabungan berbagai komponen /
unsur / bagian / elemen yang saling berhubungan, saling berinteraksi dan
saling ketergantungan satu sama lain yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Tarore dan Mandagi, 2006).
8

Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin


organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumbar daya yang terbatas
dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Abrar
Husein, 2008). Secara sistematis fungsi manajemen menggunakan sumber
daya yang ada secara efektif dan efisien untuk itu perlu diterapkan fungsi-
fungsi dalam manaje-men itu sendiri seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan dan
pengendalian (controlling).

3.3 Karakteristik Bidang Konstruksi


Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukan
kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang
sering ditimbulkan umumnya dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas dan
terbentur yang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari
atas atau barang roboh.
1. Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan
yang ditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian
umumnya adalah : pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki
kepercayaan dirinya berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai
bekerja tanpa mengenakan alat pelindung apapun atau baju pelindung,
sehingga begitu terjatuh tidak ada sabuk pengaman atau jaring pengaman
bisa mengakibatkan kematian. Selain kurangnya pemahaman pekerja
tentang keamanan, perlindungan tenaga kerja yang dilakukan pemilik
usaha sering tidak mencukupi, sebagai contoh bila bekerja di kerangka
yang tinggi, harus dipasang balok menyilang, disamping untuk menjaga
kestabilan, selain itu untuk memberikan topangan yang kuat bagi tenaga
kerja; pada saat pekerja tidak hati-hati terjatuh, ada satu lapisan
pengaman, untuk mengurangi dampak yang terjadi. Pemilik usaha tidak
seharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya demi untuk mengejar
keuntungan.
9

2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan


pekerja; seperti pada saat mengoperasikan mesin penderek, mesin
penggali lubang atau mesin pendorong, semestinya ada pagar pembatas
di sekelilingnya, guna mencegah masuknya pekerja, apabila tetap
diperlukan pekerja lain untuk memberikan bantuan operasional, maka di
sampingnya perlu ada seorang mandor yang memberikan komando dan
pengawasan; selain pagar pembatas pekerja di area tersebut harus
memakai secara benar perlengkapan pelindung seperti helm, sarung
tangan dan sepatu pengaman dan lain-lain. Selain itu pada saat
memindahkan barang berat, sebaiknya menggunakan kekuatan mesin
sebagai pengganti tenaga manusia, demi menghindari terjadinya
kecelakaan pada saat pemindahan.
3. Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya pagar
pembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu biasanya
terjadi dalam waktu sekejap tanpa peringatan terlebih dahulu, oleh karena
itu dibuatkan demi mengurangi resiko kecelakan terhadap pekerja yang
memasuki area tersebut. Benturan atau tabrakan biasanya terjadi
dikarenakan kecerobohan pekerja, mesin penggerak dan kendaraan yang
digunakan berukuran sangat besar, pandangan petugas operator tidak
mudah mencapai luasnya batas area kerjanya sehingga terjadi benturan.
Cara pencegahan benturan adalah dengan memperdalam pengetahuan
keselamatan pekerja, di sekeliling area penempatan mesin dibuatkan
pagar pembatas, pekerja tidak diperkenankan berada di sekitar area
tersebut; selain itu jumlah mandor lapangan ditambah, dan membantu
mengawasi pengoperasian mesin bermotor atau kendaraan, sehingga bisa
mengurangi resiko benturan.
3.4 Pelaksanaan Teknis Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Untuk mewujudkan pelaksanaan dari rencana program K3 harus adanya
upaya-upaya dalam tindakan pada proses pelaksanaan yang berkelanjutan
(Khurnia, 2012). Upaya-upaya berikut dapat seperti :
10

1. Alat Pelindung Diri (APD)


Mempersiapkan peralatan/alat pelindung diri guna mengurangi
cidera dan mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.
2. Peralatan K3
Atas dasar memperhitungkan kekuatan dari metode kerja dan
kebutuhan peralatan yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan agar dipersiapkan.
3. Peninjauan Ulang Kontrak
Pemilihan saat menerima atau membeli barang dan jasa, mitra
kerja perusahaan harus terjamin dalam artian memenuhi persyaratan K3
agar dipastikan pada saat menggunakan barang dan jasa dapat
dijelaskan kepada semua pihak yan akan menggunakan barang dan jasa
tersebu mengenai risiko-risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi.
4. Komunikasi K3
Komunikasi lewat dua arah yang efektif dan pelaporan secara rutin
merupakan sumber penting pelaksanaan K3, semua kegiatan ini harus
didokumentasikan, prosedur yang ada harus dapat menjamin
pemenuhan kebutuhan tersebut seperti hasil pelaksanaan K3.
5. Training & Pelatihan
Organisasi harus menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM),
sarana dan dana yang memadai untuk menjamin pelaksanaan K3 sesuai
dengan persyaratan sistem K3 yang ditetapkan. Dalam memenuhi
ketentuan tersebut, organisasi harus membuat prosedur.
6. Inspeksi dan Perbaikan K3
Personel yang terlibat mempunyai kompetensi cukup pengalaman,
catatan, rekaman hasil inspeksi, pengujian, dan pemantauan dipelihara
dan tersedia dengan baik bagi tenaga kerja, kontraktor yang terkait dan
manajemen.
7. Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan yang bersifat inspeksi dapat dilaksanakan secara
harian (daily), mingguan (weekly), bulanan (monthly), yang harus
11

dijalankan secara tetap dan kontinyu untuk mempertahankan hasil yang


telah dicapai.
8. Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan lebih ditujukan dan bersifat memperbaiki
keadaan situasi terhadap bahaya yang akan timbul. Tindakan perbaikan
yang dilaksanakan dilapangan secara umum menjadi tanggung jawab
pimpinan unit kerjanya, dan perbaikan dapat dilakukan dengan temuan
menyimpang dari ketentuan/strandar yang ditentukan dalam sasaran dan
program Kerja K3.
9. Prosedur Pengendalian
Pengendalian disini maksudnya adalah untuk memantau dan
mengukur pencapaian kinerja K3, yang meliputi proses K3 didasarkan
dengan adanya kinerja masing-masing proses kegiatan dan sasaran.
10 Pengendalian Administratif
Prosedur dan instruksi kerja yang dibuat harus mempertimbangkan
segala aspek K3 pada setiap tahapan, rancangan tinjauan ulang prosedur
dan instruksi kerja harus dibuat oleh personel yang mempunyai
kompetensi kerja dengan melibatkan pelaksana yang terkait.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya kecelakan merupakan proses interaksi dari faktor-faktor
penyebab yang menimbulkan peluang terjadinya hal tersebut. Kecelakaan
bukan merupakan sebuah kejadian tunggal yang spontanitas terjadi, tetapi ia
telah didahului oleh insiden-insiden kecil sehingga pada tahap akhirnya akan
menyebabkan accident atau kecelakaan tersebut (FTA). Kecelakaan bukan
kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Kecelakaan dapat dicegah
dengan menerapkan prinsip sistem K3 dan pendekatan pencegahan
kecelakaan. Pada kasus Agus icing ini, seharusnya kecelakaan dapat
dihindarkan dengan melakukan tindakan preventif seperti berhati-hati dan
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai ketentuan. Jika saja hal
tersebut dilakukan oleh korban maka kecelakaan dapat dihindari.
Jadi faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada kasus Proyek
Pembangunan Hotel Panghegar adalah :
1. Environment atau Keadaan/Kondisi Kerja
2. Kelalaian Manusia (Fault of person)
3. Hazard
Dari ketiga sumber bahaya tersebut yang saling berkolerasi dan
“menjatuhkan” berdasarka urutannya maka timbulah sebuh Accident
(kecelakaan). Dampak semua runtutan di atas menimbulkan sebuah kerugian
(injury)dalam hal ini berupa nyawa korban.

4.2 Saran
Pada prinsipnya kecelakaan dapat kita cegah. Angka kecelakaan yang
semakin memuncak dapat kita landai dengan melakukan tindakan preventif
dan berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Mematuhi segala peraturan

12
13

undanng-undang dan kebijakan sistem K3 bukan merupakan hal yang berat


jika menyangkut dengan nyawa. Tumbuhkan kesadaran dalam diri kita akan
pentingnya K3. Maka kecelakaan dapat kita hindari dan angka mortalitas
dapat dieliminir seminimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, Harun. 2018. Analisis Kecelakaan Kerja Pada Kasus Kecelakaan


“Pekerja Proyek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh
dari Lantai 20, Rabu 23 Maret 2018”. Jurnal, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya
Dharma, AAB, dkk. 2017. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Pada Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort
Petitenget. Jurnal, Fakultas Teknik Sipil Universitas Udayana
Denpasar
Mayasari, Diana, dkk. 2017. Laporan Kasus Kecelakaan Kerja : Fraktur tertutup
Inkomplit Os Metakarpal dan Falang Proksimal Digiti II Regio
Manus Dekstra pada Karyawan Factory Divisi Mill Boiler PT. X.
Jurnal, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Pangkey, Febyana, dkk. 2012. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi di Indonesia.
Jurnal, Fakultas Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
Safitri, Nunuk, dkk. 2017. Penerapan Risk Management pada Pekerja di
Ketinggian Berdasar SNI ISO 31000 : 2011. Jurnal, Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Padang

14

Anda mungkin juga menyukai