Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR TUGAS KELOMPOK

Pekerja Proyek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh dari Lantai 20

Tugas Mata Kuliah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Dosen Pembimbing :

Muh Zul Azhri Rustam, S.KM.,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018

LEMBAR TUGAS KELOMPOK

1
TRAGEDI KEBAKARAN PABRIK MERCON DI TANGERANG

Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

NAMA KELOMPOK 1:

1. Aida Berlian 1510002


2. Aril Eki Kriswanti 1510004
3. Essa Nevya Putri 1510013
4. Febriansyah Wahyu I 1510015
5. Iriani Wahyuni L. 1510024
6. Novelda Febriyanti 1510037
7. Rizky Novitasari S. 1510048

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018

2
KATA PENGANTAR

3
DAFTAR ISI

4
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Kasus
Pekerja Projek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh dari Lantai 20
Rabu, 23/03/2011 - 21:11
Sumber : www.pikiran-rakyat.com
BANDUNG, (PRLM).- Agus Iding (35) tewas setelah terjatuh dari lantai 20
tempat ia bekerja, di projek pembangunan Hotel dan Apartemen Panghegar, Jln.
Merdeka, Rabu (23/3) siang. Agus adalah pekerja bangunan di projek tersebut.
sebagai mekanik leader konstruksi lift. Meskipun peristiwa terjadi pukul 14.15 WIB,
tapi kepolisian baru mengetahui kejadian itu selepas pukul 17.30 WIB. Pasalnya,
manajemen hotel tidak memberitahukannya ke kepolisian terdekat dan terkesan
menutup-nutupi peristiwa itu. Polisi mendapat informasi dari RS Bungsu di Jln.
Bungsu, yang sempat merawat korban.
Berdasarkan sejumlah saksi mata yang dimintai keterangan polisi, menuturkan,
saat itu korban hendak mengecek lift di lantai 20. Lift baru terpasang pintunya saja.
Sementara lift passenger berada di lantai dasar. Saat Agus memencet tombol, pintu
lift terbuka dengan cepat. Agus kaget sehingga terdorong ke dalam lift yang belum
ada passenger lift-nya. Tubuh Agus melayang dan terhempas dengan keras di lantai
GF (ground floor). Leman Nugraha (20), rekan kerja korban, mengatakan, peristiwa
itu terjadi sangat cepat. "Biasanya, passenger lift, selalu ada di lantai 20. Tidak tahu
kenapa, hari itu kok ada di bawah. Jadi pas pintu terbuka, liftnya tidak ada sehingga
korban kaget dan jatuh," katanya kepada polisi.
Sementara itu, saudara korban, Dadang, ditemui di RS Bungsu, mengatakan, dia
mendapat informasi tersebut sekitar pukul 16.00 WIB. Sementara keluarga lainnya
mendapatkan informasi itu pukul 15.00 WIB. Berdasarkan identifikasi rumah sakit
dan kepolisian, korban yang merupakan warga Jln. Cikuda, Cibiru Kota Bandung itu,
mengalami luka patah kaki, mengeluarkan darah segar dari bibir, dan sejumlah
memar dan bengkak di tubuhnya. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung Ajun

5
Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat menuturkan, kepolisian baru mengetahui
sekitar pukul 17.30 WIB. Polisi pun telah memeriksa sejumlah saksi. Namun
kepolisian menyayangkan dengan sikap manajemen hotel yang terkesan berusaha
menutup-nutupi peristiwa itu dengan tidak segera melaporkan ke kepolisian. (A-
128/das)***

Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas Seketika


Sumber : www.bandung.detik.com
Baban Gandapurnama – detikBandung
Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai 20 proyek
pembangunan Grand Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul 14.15 WIB, Rabu
(23/3/2011). Jenazah pekerja proyek itu langsung dibawa ke RS Bungsu, Jalan
Veteran. Sebelum kejadian, Agus dan rekan kerjanya, Leman Nugraha (25), sedang
mengecek lift ke lantai 20 bangunan tersebut. Agus ini bekerja sebagai mekanik
leader konstruksi lift.
"Saat itu pintu lift dalam keadaan tertutup. Almarhum membuka pintu itu
menggunakan tangan, dia masuk dan pintu tiba-tiba pintu menutup. Ternyata pas
dibuka melompong, enggak ada boks liftnya," kata Leman ditemui di RS Bungsu.
Diketahui, kata dia, boks lift berada di lantai bawah. "Biasanya juga lift passenger itu
setiap hari ada di lantai 20. Tapi tadi di bawah," ujarnya.
Leman menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian. Lalu jenazahnya
diboyong ke RS Bungsu, "Kondisinya mulut berdarah, tubuh bengkak dan kaki
patah," ungkapnya. Korban merupakan warga Jalan Cikuda, RT 2 RW 11,

1.2 Analisa Kasus


A. Sistem K3 Sesuai dengan UU K3 BAB III
B. Sistem K3 Sesuai dengan UU K3 BAB IV (PENGAWASAN)
Di dalam kasus “Pekerja Projek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas
Terjatuh dari Lantai 20”, terlihat seperti tidak ada pengawasan khusus terhadap
pekerja. Pekerja itu sendiri juga kurang berhati-hati dalam melakukan

6
pekerjaannya. Para pekerja tersebut menggunakan insting seperti biasanya bahwa
boks lift selalu ada di lantai 20, tetapi yang sebenarnya boks lift berada di lantai 1.
Seharusnya di dalam pekerjaan tersebut harus ada pengawasan yang ekstra, baik
pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri pekerja, kesehatan pekerja,
dll. Apabila pekerja belum menggunakan alat pelindung diri maka pengawas
wajib menegur dan memberitahukan kepada pekerja bahwa alat pelindung diri itu
sangat penting di gunakan untuk meminimalisir dampak dari pekerjaannya
tersebut. Kesehatan kerja pekerja juga harus di utamakan, karena apabila pasien
memiliki trauma terhadap ketinggian maka hal tersebut juga bisa menyebabkan
terjadinya suatu kecelakaan kerja terhadap pekerja itu sendiri. Dalam hal ini
pengawasan terhadap pekerja sangatlah penting untuk menjaga dan
meminimalkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

C. Sistem K3 Sesuai dengan UU K3 BAB V (PEMBINAAN)


1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
 Pengurus tidak memperhatikan dan mengawasi pekerjanya
karena tidak mengetahui bahwa pekerjanya tidak menggunakan
alat pelindung diri yang seharusnya digunakan sehingga terjadi
peristiwa jatuhnya pekerja dari lantai 20 dan korban pun lalai
atau teledor terhadap keselamatannya sendiri.

7
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah
ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di
atas.
 Pengurus mungkin kurang respect terhadap pekerjanya dan korban juga
mungkin menganggap hal itu sepele dengan tidak memakai alat
pelindung diri, korban tidak berlaku hati-hati terhadap segala
kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman karena seperti
biasanya box lift berada di lantai 20, namun kenyataannya tidak
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja,
pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
 Pengurus atau manajemen hotel tidak memberitahukan kejadian ini ke
kepolisian terdekat dan terkesan menutup-nutupi peristiwa itu. Polisi
mendapat informasi dari RS Bungsu di Jln. Bungsu, yang sempat
merawat korban.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankan.
 Pengurus seharusnya mengetahui dan memperingatkan bahwa bekerja di
ketinggian ini memerlukan fix platform atau memakai alat pelindung diri
berupa full body harness. Selain itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat
yang memiliki ketinggian lebih dari lima meter, diperlukan sebuah ijin
khusus, yang mana ijin ini diperlukan untuk menganalisa bahaya apa saja
yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat pengaman yang cocok untuk
meminimalisir resiko yang akan dihadapi bila bekerja pada ketingian
tersebut

5. Sistem K3 Sesuai dengan UU K3 BAB VIII

8
1.3 Analisa Manajemen Risiko
Pada kasus kecelakaan ini penulis menggunakan model analisis kasus Teori
Domino yang berasal dari Heinrich (1930). Hal ini disebabkan karena kondisi kasus
kecelakaan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Heinrich ini. Dalam Teori
Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan yaitu,
kondisi kerja (environment), kelalaian manusia (person), tindakan tidak aman (hazard),
kecelakaan (accident) dan cedera/kematian (injury).

1. Identitas korban kecelakaan


Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma Agus Iding . Ia
adalah seorang Pemimpin Konstruksi Lift dari proyek pembangunan Apartemen
Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung. Dari artikel tersebut dapat kita
kategorikan bahwa korban berkerja pada bidang konstruksi bangunan dan sudah
cukup berpengalaman karena ia diposisikan sebagai leader dalam proyek
pembangunan lift apartemen ini.
2. Identifikasi sumber bahaya
Dalam kasus ini korban melakukan tindakan yang tidak aman yaitu tidak
menggunakan body harness/full body harness (Hazard yang berupa unsafe act).
Sedangkan Menurut undang-undang keselamatan kerja, bekerja di ketinggian ini
memerlukan fix platform atau memakai alat pelindung diri berupa full body
harness. Selain itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat yang memiliki ketinggian
lebih dari lima meter, diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana ijin ini diperlukan
untuk menganalisa bahaya apa saja yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat
pengaman yang cocok untuk meminimalisir resiko yang akan dihadapi bila bekerja
pada ketingian tersebut.

9
Kemudian dapat kita ketahui pula bahwa kondisi kerja (environment) pada saat
itu mendukung terjadinya kecelakaan. Berdasarkan berita tersebut lift passanger
biasanya berada di lantai 20 tempat korban berada, namun entah mengapa pada hari
tersebut box liftnya berada di GS (Ground Floor). Dari deskripsi berita yang
diberikan dapat kita analisa bahwa korban melakukan kesalahan (fault of person),
selain tidak memakai alat pelindung diri, korban tidak berlaku hati-hati terhadap
segala kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman karena seperti
biasanya box lift berada di lantai 20, namun kenyataannya tidak.
3. Kronologis kecelakaan kerja

Dalam kasus kecelakaan yang terjadi pada Agus Icing ini merupakan sebuah
kasus yang komplikatif. Artinya banyak penyebab yang dpat kita analisis
didalamnya dan membentuk sebuah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang pada
akhirnya menimbulkan kerugian baik secara langsung (direct cost) maupun tidak
langsung (Indirect cost).
Pada kasus ini penulis akan menjelaskan kejadian berdasarkan teori yang
dikemukaan oleh Heinrich pada tahun 1930 yaitu teori Domino. Teori domino
merupakan visualitas yang menggambarkan berbagai peluang dan sumber bahaya
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Tahap-tahap kejadian
pada kasus ini berdasarkan analisa berita yaitu sebagai berikut.
1) Environment atau keadaan/kondisi kerja.
Pada kasus ini digambarkan kondisi kerja yang menimbulkan resiko terjadinya
kecelakaan yaitu Working at High atau WaH. Korban berada pada ketinggian
yang ditaksir lebih dari 40 meter karena berada pada lantai 20 (estimasi 1
lantai = 2 meter).
2) Kemudian pada kartu yang kedua sesuai dengan teori Domino Heinrich
terdapat Fault of person (kelalaian manusia) yang bergerak/jatuh akibat dari
kondisi kerja yang memungkinkan (kartu pertama). Pada kasus ini kesalahan
yang dilakukan korban adalah tidak berhati-hati pada setiap kondisi

10
lingkungan yang ada, sehingga korban merasa jika dirinya sudah aman. Di
sumber berita disebutkan bahwa “saat pintu terbuka, seketika itu korban
terdorong dan pintu tertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak lift
berada di lantai dasar atau “saat Agus memencet tombol, pintu lift terbuka
dengan cepat. Agus kaget sehingga terdorong ke dalam lift yang belum ada
passenger lift- ya . Disini dapat kita pahami bahwa korban terkejut dengan
kondisi lift tidak berisi box-nya sehingga ia terdorong dan jatuh ke lantai dasar.
Penulis berpendapat bahwa setelah membuka pintu, korban telah bersiap dan
segera memasuki box-lift tanpa melihat ada atau tidaknya box-lift tersebut.
3) Kartu yang ketiga adalah Hazard. Hazard dalam model Heinrich ini dapat
diartikan sebagai unsafe condition atau unsafe act. Berdasarkan berita selain
kondisi yang tidak aman karena berada pada ketinggian yang berisiko
menimbulkan kecelakaan, korban juga tidak menggunakan APD seperti yang
telah diatur dalam undang-undang keselamatan kerja, apabila melebihi
ketinggian 1,8 meter maka harus menggunakan alat pelindung diri yang berupa
body harness/full body harness.
4) Dari ketiga sumber bahaya tersebut yang saling berkolerasi dan “menjatuhkan”
kartu berdasarkan urutanya timbulah Accident (Kecelakaan) yang terjadi di
Bandung pada tanggal 23 Maret 2011 di Hotel Panghegar pada pukul 14.15
WIB.
5) Dampak dari semua runtutan kartu di atas berdasarkan model Domino
Heinrich menimbulkan sebuah kerugian (injury), dalam hal ini nyawa korban.
Kerugian ini dapat berupa biaya kompensasi untuk korban. Selain kerugian
langsung tersebut banyak lagi kerugian yang di dapatkan pihak hotel
Panghegar yaitu kerugian tidak langsung seperti, kerugian jam kerja, kerugian
sosial, serta citra dan kepercayaan pelanggan berkurang. Hal ini lebih
berdampak karena korban adalah mekanik leader dalam proyek pembangunan
hotel tersebut.
4. Evaluasi Risiko
5. Pengendalian Risiko

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya kecelakan merupakan proses interaksi dari faktor-faktor
penyebab yang menimbulkan peluang terjadinya hal tersebut. Kecelakaan
bukan merupakan sebuah kejadian tunggal yang spontanitas terjadi, tetapi ia
telah didahului oleh insiden-insiden kecil sehingga pada tahap akhirnya akan
menyebabkan accident atau kecelakaan tersebut (FTA). Kecelakaan bukan
kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Kecelakaan dapat dicegah
dengan menerapkan prinsip sistem K3 dan pendekatanpencegahan
kecelakaan. Pada kasus Agus icing ini, seharusnya kecelakaan dapat
dihindarkan dengan melakukan tindakan preventif seperti berhati-hati dan
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai ketentuan. Jika saja hal
tersebut dilakukan oleh korban maka kecelakaan dapat dihindari.
4.2 Saran
Pada kesempatan ini penulis hanya berpesan bahwa pada prinsipnya
kecelakaan dapat kita cegah. Angka kecelakaan yang semakin memuncak
dapat kita landai dengan melakukan tindakan preventif dan berpedoman pada
prinsip kehati-hatian. Mematuhi segala peraturan undanng-undang dan
kebijakan sistem K3 bukan merupakan hal yang berat jika menyangkut
dengan nyawa. Tumbuhkan kesadaran dalam diri kita akan pentingnya K3.
Maka kecelakaan dapat kita hindari dan angka mortalitas dapat dieliminir
seminimal mungkin. MARI CIPTAKAN MASYARAKAT INDONESIA,
SADAR K3 !!!

DAFTAR PUSTAKA

12
Effendy, Nasrul. 2012. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

13

Anda mungkin juga menyukai