Anda di halaman 1dari 44

Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

TOPIK 1:
Keselamatan Kerja

PENGANTAR

Kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan
kerja terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja. Oleh karena itu,
lahirlah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang menyatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau
mengadakan pengawasan yang tepat. Dengan alasan tersebut, maka penting sekali bagi
peserta didik untuk mempelajri materi terkait dengan keselamtan dan kesehatan kerja ini,
karena pada dasarnya, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mencari dan mengungkapkan
kelemahan serta kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan kerja.

A. KOMPETENSI DASAR

3.4. Menganalisis pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)


3.4. Melaksanakan Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

B. INDIKATOR PENCAPAIAN C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menganalisis kecelakaan kerja yang 1. Siswa mampu menguraikan pengertian


mungkin terjadi di industri pariwisata keselamatan dan kesehatan kerja, serta
2. Mengidentifikasi kecelakaan kerja yang pentingnya penerapan K3
mungkin terjadi dengan tepa. 2. Siswa mampu mengidentifikasi jenis dan
3. Menganalisis tindakan pertolongan akibat kecelakaan kerja.
pertama pada kecelakaan dengan benar. 3. Siswa mampu menerapkan langkah-
4. Melakukan demontrasi pemberian langkah dalam pencegahan kecelakaan
tndakan pertlongan pertama pada kerja
kecelakaan. 4. Siswa mampu menganalisis cara
pemberian tindakan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K)
5. Siswa mampu mendemontrasikan salah
satu tindakan pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K).

1
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Memahami pengertian keselamatan dan kesehatan kerja serta pentingnya penerapan K3
pada kehidupan sehari-hari di dunia industri
2. Menemukan jenis-jenis kecelakaan kerja serta akibat dari kecelakaan kerja tersebut.
3. Menyimpulkan langkah-langkah dalam pencegahan kecelakaan kerja dan pemberian
tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4. Mendemontrasikan salah satu tindakan pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).

E. URAIAN MATERI

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Pengertian Keelamtan dan Kesehatan kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupkan suatu upaya penting yang harus
dilakukan terutama bagi dunia usaha atau industri. Berdasarkan undang-undang Nomor
1 tahun 1970tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat k3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pemerntah indonesia saat ini
mencanangkan ntuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan dengan mewajibkan
penerapan sistem manjemen K3 (SMK3) diberbagai jenis usaha.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga dapat ditinjau dari beberapa
aspek, di antaranya sebagai berikut:
a. Aspek Filosofi: Menyatakan bahwa k3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan hak jasmaniah ataupun rohaniah, hasil
karya dan budaya tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.
b. Aspek ilmu: Menyatakan bahwa k3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam upaya mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
c. Aspek praktis/etimologi: Menyatakan bahwa k3 merupakan suatu upaya
perlindungan tenaga kerja dan orang lain yang memasuki area kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja
serta penggunaan sumber dan proses produksi dan efisien.

2
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

2. Pentingnya Penerapan K3
Beberapa hal yang mendasari pentingnya implementasi K3 pada saat sedang
melakukan pekerjaan di bidang perhotelan atau jasa pariwisata, antara lain sebagai
berikut.
a. Banyaknya angka kecelakaan kerja yang terjadi di dunia kerja.
b. Kurangnya standar kerja yang terdapat di suatu perusahaan.
c. Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya kecelakaan kerja.
d. Daya saing pasar global suatu negara ditentukan oleh tingkat kecelakaan kerja yang
terjadi dinegara tersebut. Semakin tinggi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi di
suatu negara, semakin rendah daya saing negara tersebut di pasar global.
e. Masih kurangnya kesadaran sebagian masyarakat termasuk kalangan dunia usaha
tentang pentingnya aspek K3.
f. K3 menjadi isu global yang memengaruhi perdagangan dan arus barang
antarnegara.

B. Kecelakaan kerja dan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


1. Pengertian Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu kegiatan yang telah direncanakan,
sedangkan pengertian kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi terkait
dengan pekerjaan, yaitu kecelakaan yang diakibatkan langsung oleh pekerjaan, atau
pada saat melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah hotel atau jasa pariwisata dapat
menyebabkan kerugian besar, antara lain kerusakan sarana produksi, biaya
pengobatan, kompensasi akibat kecelakaan kerja dan pekerja tidak dapat bekerja
kembali karena kecacatan yang ditimbulkannya.
Kecelakaan kerja berhubungan erat dengan keselamatan kerja karena kecelakaan
kerja adalah upaya menuju keselamatan kerja. Ketentuan keselamatan kerja seperti
tertuang pada Bab III Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
yang menyatakan bahwa tujuan bekerja adalah untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan,
b. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran,
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan,
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lan yang berbahaya
e. memberi pertolongan pada kecelakaan, serta
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

3
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Berdasarkan Hukum K3 yang dimaksud dengan norma keselamatan kerja adalah


sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga karena
kelalaian kerja serta lingkune jatuh, tertum kerja yang tidak kondusif. Berdasarkan
aturan K3, norma keselamatan kerja diharapkan mampu:
a. menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian
terhadap pekerja dan mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja,
b. mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja, serta
c. menjadi instrumen yang menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
setinggi-tingginya.

2. Istilah Terkait dengan kecelakaan kerja


Beberapa istilah terkait dengan kecelakaan kerja, antara lain sebagai berikut:
a. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan
suatu usaha dan di mana terdapat sumber-sumber bahaya.
b. Insiden (near miss) adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang jika sedikit saja
keadaan berbeda dapat menyebabkan cedera, kerusakan properti/peralatan,
kebakaran, dan lain-lain kecelakaan kerja. Istilah insiden menggambarkan kejadian
bahaya terjadi, tetapi belum ada korban.
c. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian, baik korban manusia maupun harta benda. Dikatakan accident jika potensi
bahaya terjadi dan menimbulkan korban.
d. Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan atau tindakan yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap manusia, harta, dan benda.
e. Aman adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).
f. Danger adalah pernyataan yang menggambarkan adanya potensi bahaya secara
relatif. Kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, tetapi dapat menjadi tidak
berbahaya karena telah dilak beberapa tindakan pencegahan.
g. Risiko (risk) adalah pernyataan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian
pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
h. Tindakan tak aman (unsafe action) adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur
keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
i. Keadaan tak aman (unsafe condition) adalah suatu kondisi fisik atau keadaan
berbahaya yang dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

3. Jenis dan Akibat Kecelakaan kerja


Jenis kecelakaan kerja yang terjadi di hotel dan jasa pariwisata lainnya cukup banyak
bergantung pada jenis pekerjaan dan area kerja. Kemungkinan yang terjadi, antara lain

4
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

terjatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk, terjepit, terkilir, terbakar, tersengat arus
listrik, terpapar radiasi/panas, dan terman makanan tercemar.
Kecelakaan kerja terjadi pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, leher,
badan, anggota gerak atas, dan anggota gerak bawah. Kecelakaan keria dapat
mengakibatkan seperti patah tulang, keseleo, memar dan luka dalam, luka bakar (arus
listrik, terbakar), luka buka, keracunan akut, dapat akibat makanan atau akibat racun
kimia, mati lemas, cacat fisik, terkena paparan radiasi, dan kekurangpekaan pancaindra
terhadap sesuatu.

4. Penyebab Kecelakaan kerja


Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
a. Mesin atau peralatan yang digunakan saat melakukan pekerjaan, antara lain:
1) Peralatan tidak layak pakai, rusak, atau tidak aman.
2) Pisau tumpul atau tidak tajam.
3) Peralatan tidak bersih saat digunakan.
4) Penggunaan alat yang sama untuk proses yang berbeda.
b. Bahan-bahan yang digunakan saat melakukan pekerjaan, antara lain:
1) Tertukar antara bahan makanan dan bahan lain (additive).
2) Jumlah bahan additive yang digunakan berlebihan.
c. Lingkungan yang tidak aman, baik berasal dari fasilitas fisik, kimia, biologis maupun
mikrobiologis antara lain:
1) Ada api di tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
2) Lantai licin atau terpapar minyak.
3) Air dan aliran listrik berdekatan.
4) Gedung kurang standar.
5) Area kerja panas akibat proses pengolahan makanan.
6) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan.
7) Sistem peringatan berlebihan.
8) Sistem penyimpanan bahan makanan yang tidak sesuai standar higiene.
9) Sifat pekerjaan yang berpotensi bahaya.
d. Faktor manusia, misalnya melakukan tindakan tidak aman (unsafe action).
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia, antara lain sebagai berikut:
1) Kecerobohan.
2) Tidak mengikuti prosedur kerja.
3) Kurang perhatian.
4) Bersenda gurau di area kerja.
5) Kelelahan, bekerja berlebihan, atau melebihi kekuatan diri.
6) Kurang pendidikan.
7) Kurang pengalaman.
8) Salah pengertian terhadap tugas.
5
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

9) Kurang terampil.
10) Menjalankan pekerjaan tanpa kewenangan.

5. Pencegahan Kecelakaan kerja


Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya
kecelakaan Alat evakuasi da kerja, antara lain sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi faktor penyebab yang dapat menimbulkan bahaya (identifikasi
risiko bahaya). Dilakukan melalui pengamatan saksama kemungkinan bahaya dari
keempat faktor penyebab kecelakaan kerja.
b. Melakukan pengendalian teknis (engineering control) seperti eliminasi, substitusi,
isolasi, perubahan proses (pengadaan infrastruktur termasuk APD), instruksi kerja,
sosialisasi atau pelatihan, serta pemantauan dan pengukuran.
c. Melakukan pengendalian administratif seperti pengurangan waktu kerja, rotasi, dan
mutasi.

6. Sumber-Sumber Penyebab Kecelakaan Kerja


Ada dua hal yang menjadi penyebab utama kecelakaan kerja di hotel atau jasa
pariwisata lainnya, yaitu perilaku tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman.
Berdasarkan data biro pelatihan Tenaga Kerja, Penyebab kecelakaan kerja disebabkan
oleh perilaku yang tidak aman, yatiu sebagai berikut:
1. Sembrono dan tidak hati-hati
2. Tidak mematuhi aturan yang berlaku
3. Tidak mematuhi standar prosedur kerja
4. Tidak memakai alat pelindung
5. Kondisi badan yang lemah

Adapun kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Mesin/peralatan yang digunakan pada saat melakukan pekerjaan, antara lain:
a. Peralatan tidak layak pakai, rusak atau tidak aman
b. Pisau tumpul/ tidak tajam
c. Peralatan tidak bersih saat digunakan, dan
d. Penggunaan alat yang sama untuk proses yang berbeda
2. Bahan-bahan yang digunakan saat melakukan pekerjaan, antara lain:
a. Tertukar antara bahan makan dengan bahan lain (additive), dan
b. Jumlah bahan additive yang digunakan berlebihan.
3. Lingkungan yyang tidak aman, baik berasal dari fasilitas fisik, kimia, biologis, atau
mikrobiologis, antara lain:
a. Ada api di tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar
b. Lantai licin atau terpapar minyak
c. Air dan aliran listrik berdekatan

6
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

d. Gedung kurang standar


e. Area kerja panas akibat proses pengolahan makanan
f. Pencahyaan dan ventilasi yang kurang tau berlebihan
g. Sistem peringatan berlebihan
h. Sistem penyimpanan bahan makanan yang tidak sesuai standar higiene, serta
i. Sifat pekerjaan yang berpotensi bahaya

Faktor manusia misalnya melakukan tindakan tidak aman (unsafe Action).


Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia biasannya disebabkan oleh hal-hal
berikut:
1. Kecerobohan
2. Tidak mengikuti prosedur kerja
3. Kurang perhatian
4. Bersenda-gurau di area kerja
5. Kelelahan, bekerja berlebihan atau melebihi kekuatan diri
6. Kurang pendidikan
7. Kurang pengalaman
8. Salah pengertian terhadap tugas
9. Kurang terampil
10. Menjalankan pekerjaan tanpa kewenangan

Menurut H.W.Heinrich penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah 88%
dari perilaku yang tidak aman dana 10% dari kondisi lingkungan yang tidak aman atau
kedua hal tersebut terjadi secara bersamaan. Oeh karena itu, untuk mencegah perilaku
yang tidak aman dan memeperbaiki kondisi lingkungan yang tidak maan, diperlukan
pelaksanaan pelatihan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

7. Pertolongan Pertama pada kecelakaan (P3k)


Penanganan kecelakaan kerja dilakukan terutama untuk menolong korban yang
mengalam kecelakaan kerja sesegera mungkin sebelum dibawa ke dokter atau rumah
sakit. Pertolongongan sesegera mungkin yang diberikan pada korban dalam kondisi
darurat akibat kecelakaan kerja dikerja dikenal dengan istilah Pertolongan Pertama pada
kecelakaan (P3K). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakan di Tempat Kerja
Bab 1 ayat 1 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan P3K adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja/buruh/dan/atau orang lain
yang berada di tempat kerja yang mengalami sakit atau cedera di tempat kerja. Berikut
ini beberapa tujuan P3K
a. Menyelamatkan nyawa korban.
b. Meringankan penderitaan korban.
c. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah.
7
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

d. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan yang lebih baik diberikan
(misalnya, dari dokter atau rumah sakit).
e. Membantu mencarikan pertolongan lebih lanjut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2008 dinyatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan petugas P3K
dan fasilitas P3K di tempat kerja. Petugas P3K yang dimiliki harus memiliki kriteria
berikut:
a. Bekerja di perusahaan bersangkutan.
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Bersedia ditunjuk sebagai petugas P3K.
d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar P3K yang dibuktikan melalui
sertifikat.
Fasilitas P3K yang harus dimiliki, antara lain sebagai berikut:
a. Ruang P3K.
b. Kotak P3K.
c. Alat evakuasi dan alat transportasi.
d. Fasilitas tambahan seperti alat pelindung diri dan alat pelindung khusus lainnya.

8. Cara Memberikan P3K


Cara memberikan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan kerja dibidang
perhotelan dan jasa pariwisata antara lain sebagai berikut:
a. Luka Bakar
Luka bakar merupakan jenis kecelakaan yang dapat disebabkan oleh api, listrik,
bahan kimia, radiasi, gesekan, sinar matahari, dan benda atau cairan panas. Saat
bekerja di dapur, luka bakar dapat disebabkan, antara lain oleh sentuhan dengan
peralatan panas, air panas, percikan minyak, listrik, bahan kimia pembersih, dan
terbakar oleh api. Berdasarkan tingkat keparahan luka atau seberapa besar
kerusakan yang diakibatkan pada kulit dan di bawah kulit, luka bakar dibedakan atas:
1) Luka Bakar Tingkat I: Luka bakar tingkat I disebut luka bakar ringan, yaitu luka
bakar yang terjadi pada lapisan luar kulit paling luar (epidermis). Tandatandanya
adalah kulit memerah dan mungkin muncul bengkak dan rasa sakit.
2) Luka Bakar Tingkat II: Luka bakar tingkat II terjadi jika luka menembus ke lapisan
kulit kedua (dermis). Luka bakar tingkat II ditandai oleh kulit melepuh dan sangat
kemerahan, tampak bercak-bercak, timbul pembengkakan, dan rasa sakit pada
kulit yang terbakar.
3) Luka Bakar Tingkat III: Luka bakar tingkat Ill merupakan luka bakar yang paling
parah karena terjadi pada semua kulit sehingga lemak, saraf, otot dan bahkan
tulang mungkin terpengaruh. Ditandai dengan bagian hangus atau tampak putih

8
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

kering, rasa sakit yang amat, atau tidak terasa sakit samas terjadi kerusakan
saraf yang berat.

b. Pasien yang Berhenti Bernapas


1) Letakkan kepala korban dengan dagu mendongak ke atas.
2) Tarik rahang sampai mulut terbuka.
3) Tempelkan mulut penolong ke mulut korban sambil memencet hidung atau
menutup hidung korban dengan pipi penolong dan tiup mulut korban. Cara lain
yang bisa dilakukan adalah tutup mulut korban, tempelkan mulut penolong ke
hidung korban lalu tiup. Tiupan diberikan kira-kira 12 kali untuk orang dewasa
dan 20 kali untuk anak-anak.

c. Pasien Mengalami pendarahan


1) Tinggikan bagian anggota yang mengalami pendarahan.
2) Hentikan pendarahan dengan cara menutup luka memakai kasa kompres steril
atau bahan bersih lainnya lalu tekan kuat-kuat dengan tangan sampai
pendarahan berhenti.
3) Cegah infeksi dengan cara membersihkan luka, jika luka sudah berdarah
bersihkan bagian sekeliling luka dengan air yang sudah dimasak.
4) Cegah terjadinya shock dengan cara:
a) Selimuti pasien dan hindarkan dari lantai serta udara dingin.
b) Usahakan pasien tidak melihat lukanya.
5) Cegah kerusakan jaringan lebih lanjut dan segera dibawa ke dokter.

d. Korban Patah Tulang


Korban patah tulang dapat terjadi akibat terjatuh dari ketinggian atau terpeleset dan
terbentur benda saat melakukan pekerjaan di ruang pengolahan makanan. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan untuk menolong korban yang mengalami patah tulang
adalah sebagai berikut:
1) Jangan menggerakkan atau memindahkan korban, tunggu sampai pertolongan
medis datang. Jika korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan,
maka pada pasangkan pembelat (bidai) sebelum menggerakkan atau
mengangkat penderita.
2) Upayakan korban terhindar dari hambatan pernapasan, jika diperlukan lakukan
pernapasan buatan.

9
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

3) Jangan letakkan bantal di bawah kepala, tetapi letakkan di kiri kanan kepala
untuk menjaga agar leher tidak bergerak.

F. LATIHAN/TUGAS/KASUS

1. Latihan

a. Di hotel, memasak merupakan bagian atau divisi yang penting. Dapur yang ada di
hotel merupakan dapur khusus dengan peralatan yang telah memenuhi standar.
Namun demikian, kecelakaan di dapur hotel bisa saja terjadi. Menurut Anda, apa
yang harus dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan saat memasak? Lalu,
perlengkapan apa yang harus dipakai? Tulislah pendapat Anda.

b. Kementerian Ketenagakerjaan menyebut masalah kecelakaan kerja masih menjadi


tantangan di bidang ketenagakerjaan. Meskipun jumlah kecelakaan kerja pada tahun
lalu mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Berdasarkan data BPJS
Ketenagakerjaan, pada tahun 2018 telah terjadi kecelakaan yang berada ditempat
kerja sebanyak 114.148 kasus. Sementara pada tahun 2019, hanya 77.295 kasus saja
atau turun 33,05% (Warta Ekonomi.co.id: Minggu, 16 Februari 2020). hal ini dapat
terjadi jika para pemangku kepentingan baik dari Serikat Pekerja, Pengusaha, Pekerja
maupun masyarakat agar terus meningkatkan pengawasan dan penyadaran akan
pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Cobalah jelaskan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan kerja pada industri pariwisata!

2. Tugas
a. Carilah artikel/ berita di media massa/ elektronik atau internet tentang kecelakaan
kerja di suatu hotel atau jasa pariwisata!
b. Kemudian, cari tahu beberapa hal berikut:
1) jenis kecelakaan apa saja yang dialami oleh tempat kerja tersebut
2) apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut
3) kerugian apa saja yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja tersebut
4) apa yang harus dlakukan oleh perusahaan agar tidak terjadi kecelakaan kerja
tersebut? jelaskan pendapatmu!
c. Tuliskan jawabanya dengan cara di ketik rapi, serta lampirkan artikel/berita yang
ditemukan!

3. Kasus
Pada suatu hari, di tempat kerja ada temanmu yang pingsan. Cobalah berikan tindakan
pertolongan pertama pada orang tersebut!

10
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)
TOPIK 2:

Api dan Kebakaran

PENGANTAR

Kebakaran di suatu perusahaan pasti tidak diinginkan, baik itu oleh pengusaha
maupun pihak tenaga kerja. Bagi tenaga kerja, kebakaran yang terjadi di tempat mereka
bekerja dapat menjadi penderitaan dan malapetaka, khususnya bagi mereka yang
mengalami kecelakaan. Dan kebakaran akan mengakibatkan mereka kehilangan nafkah
pencarian sekalipun mereka tidak mengalami cendera. Selain itu kebakaran juga berakibat
hilangnya segala hasil usaha dengan susah payah dengan relative singkat. Berdasarkan hal
tersebut, Penting sekali bagi peserta didik untuk mempelajari bagaimana cara pencegahan
dan penanggulangan jika kebakaran terjadi di tempat kerja.

A. KOMPETENSI DASAR

3.5. Menganalisis pencegahan terjadinya kebakaran


4.5. Melakukan pencegahan terjadinya kebakaran

B. INDIKATOR PENCAPAIAN C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami proses terjadinya kebakaran. 1. Siswa mampu mengidentifikasi jenis-


2. Menguraikan langkah-langkah dalam jenis kebakaran serta faktor
pencegahan dan penanggulangan penyebab kebakaran
terjadinya kebakaran. 2. Siswa mampu menjelaskan langkah-
3. Menganalisis tahaapan penanganan jika langkah pencegahan dan
terjadi kebakaran penanggulangan terjadinya
4. Menganalisis langkah-langkah kebakaran
penyelamatan jiak terjadi kebakaran. 3. Siswa mampu menganalisis tahapan
penanganan jika kebarakan terjadi
4. Siswa mampu mengenali jenis-jenis
alat pemadam kebakaran ringan
5. Siswa mampu menganalisis langkah-
langkah penyelematan jika kebakaran
terjadi

11
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Memahami bagaimana proses terjadinya kebakaran, jenis-jenis kebakaran, serta faktor
penyebab terjadinya kebakaran.
2. Merinci langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terjadinay kebakaran
3. Menyimpulkan tahapan penanganan bila terjadi kebakaran serta mengenali jenis-jenis
alat pemadam api ringan
4. Menganalisis langkah-langkah penyelamatan jika kebakaran terjadi.

E. URAIAN MATERI

1. Kecelakaan kerja: Kebakaran


Kecelakaan kerja berupa kebakaran sering terjadi di hotel, baik yang disebabkan oleh
tabung gas maupun oleh korsleting listrik. Kebakaran dapat mengakibatkan kerugian materi
dan membawa korban manusia. Oleh karena itu,pemahaman tentang api dan kebakaran
perlu diketahui agar dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan terjadinya
kebakaran.
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan kebakaran, antara lain sebagai berikut:
a. Kebakaran adalah terdapatnya nyala api yang tidak dikehendaki.
b. Mencegah kebakaran adalah suatu upaya untuk menghindarkan terjadinya kebakaran.
c. Risiko kebakaran adalah perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran yang
dipengaruhi oleh beberapa hal berikut.
1) Flammabelity, ada atau tidaknya bahan (yang disimpan atau diolah) yang mudah
terbakar.
2) Quantity, yaitu jumlah/banyaknya barang yang mudah terbakar.
3) Probability, yaitu tingkat pemaparan atau berapa besar nilai material yang
terancam dan atau seberapa banyak orang yang terancam jika terjadi kebakaran.

2. Proses Terjadinya Kebakaran


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kebakaran adalah proses terjadinya nyala api yang
tidak dikehendaki. Ada tiga elemen utama yang berinteraksi saat terjadinya kebakaran,
yaitu sebaga berikut:.
a. Bahan yang mudah terbakar, dapat berbentuk padat, cair, atau gas; biasanya
mengandung unsur karbon (C) atau hidrogen (H).
b. Bahan pengoksidasi, berupa oksigen (O) yang berasal dari udara.
12
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

c. Sumber panas atau sumber api.

3. Jenis-Jenis Kebakaran
Berdasarkan jenis bahan yang terbakar, kebakaran dibedakan sebagai berikut:
a. Kebakaran Golongan A adalah kebakaran yang disebabkan oleh bahan padat yang
mudah terbakar, misalnya kayu, kain, karet, kertas, dan plastik.
b. Kebakaran Golongan B adalah kebakaran yang disebabkan oleh bahan mudah terbakar
berwujud cair dan gas, misalnya bensin, oli, cat lilin, dan plastik cair.
c. Kebakaran Golongan C adalah kebakaran yang disebabkan oleh Natural Gas/PG,
propane, hidrogen, butane, dan sumber listrik,
d. Kebakaran Golongan D adalah kebakaran yang disebabkan oleh kelompok logam yang
mudah terbakar seperti sodium, magnesium, dan potassium.
e. Kebakaran yang disebabkan oleh faktor lainnya seperti minyak goreng, lemak, dan
kelompok minyak yang digunakan untuk pengolahan makanan lainnya.

4. Penyebab Kebakaran
Faktor penyebab kebakaran dapat disebabkan oleh dua hal pokok, yaitu manusia dan
alam.
a. Faktor Manusia
1) Terbatasnya pengetahuan tentang kebakaran.
2) Kelalaian manusia, misalnya membuang sumber api (bahan yang dapat menyulut
terjadinya api) sembarangan atau membakar limbah yang mengandung bahan
mudah meledak tabung bekas hair spray, dan tabung bekas lainnya yang
mengandung gas).
3) Kesengajaan.
b. Faktor Alam atau Lingkungan
1) Tersambar halilintar atau petir.
2) Reaksi antara bahan kimia sehingga menimbulkan api.
3) Akumulasi listrik statis pada material, telepon selular.
5. Penanganan Kebakaran
Kecelakaan kebakaran di hotel dapat terjadi di berbagai tempat di hotel, seperti di
dapur ataupun di kamar-kamar hotel. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
pencegahan dan penanganan kebakaran di hotel, antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi faktor potensi bahaya kebakaran secara berkala. B

13
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

b. Analisis tingkat akibat yang ditimbulkan oleh faktor potensi bahaya (ringan, sedang,
berat, atau sangat serius) jika terjadi kebakaran, berdasarkan pembobotannya.
c. Pemberian informasi tentang seluk-beluk kebakaran, akibat dan cara penanganannya.
d. Penerapan peraturan/disiplin saat bekerja di area pengolahan makanan.
e. Latihan cara penanggulangan kebakaran melalui beberapa pelatihan berikut:
1) Pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
2) Pelatihan cara pemadaman api dengan APAR
3) Pelatihan cara evakuasi karyawan.
4) Pelatihan cara penanganan korban.
5) Pelatihan cara penyelamatan aset penting perusahaan

6. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah tindakan yang berhubungan
dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran yang meliputi perlindungan
jiwa, dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan. Pencegahan lebih
ditekankan pada usaha memindahkan atau mengurangi terjadinya kebakaran dan
mengurangi korban seminimal mungkin. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk
pencegahan yaitu: pencegahan kecelakaan.
Pencegahan kebakaran dimulai dari sejak perencanaan gedung . Suatu prinsip penting
yaitu tidak meluasnya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan penanggualangan
kebakaran seefektif mungkin. Misalnya mengatur letak fasilitas pelayanan publik dalam
jarak yang cukup. Perlengkapan peralatan pemadam harus tersedia. Sistem pancaran atau
percikan air diperlukan untuk mencegah kerusakan atau memadamkan api yang terjadi.
Pada tempat kerja yang berbahaya dan vital seperti gudang, pusat tenaga listrik diperlukan
konstruksi tahan api agar kebakaran tidak merembet ke tempat yang berdekatan. Beberapa
ruangan kerja yang menghasilkan uap yang dapat terbakar penting ditambah dengan
sistem ventilasi. Alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi dua jenis yaitu
terpasang tetap di tempat dan dapat bergerak atau dibawa. Perlengkapan terpasang
ditempat meliputi pemancar air otomatis, pompa air, pipa dan slang untuk aliran air dan
segenap peralatan pemadam dengan menggunakan bahan kimia kering, karbindioksida dan
busa Sedangkan peralatan yang dapat di bawa berguna untuk mencegah kebakaran yang
masih kecil . Alat ini berguna untuk keadaan darurat, ditempatkan pada tempat yang
mudah dilihat dan dijangkau, pada tempat yang diperkirakan mungkin terjadi kebakaran
tapi tidak terlalu dekat terhadap kemungkinan terkena kebakaran sendiri atau orang-orang
ketika akan menggunakannya. Alat tersebut adalah alat pemadam api ringan.

14
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Undang-undang yang mengatur penanggulangan kebakaran pada bidang industri dan


pariwisata
Hotel mutlak menjalankan manajemen penanggulangan kebakaran. Standar yang
digunakan, meliputi:
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.Kep.186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja,
2. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTKS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan,
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.04/Men/1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR, SNI 225 tahun 1987 tentang Persyaratan
Khusus Instalasi Listrik untuk Pompa Sprinkler,
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/Men/1983 Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatik, serta National Fire Protection Association tentang Instalasi Hydrant dan
Fasilitas Evakuasi.

Tindakan pencegahan/preventif
1. Memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan
2. Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari
api
3. Tidak merokok dan melakukan pekerjaan panas di tempat barang-barang yang mudah
terbakar
4. Tidak membuat sambungan listrik sembarangan
5. Tidak memasang steker listrik bertumpuk-tumpuk
6. Memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang mempunyai resiko bahaya
kebakaran tinggi
7. Menyediakan apar ditempat yang strategis
8. Matikan aliran listrik bila tidak digunakan
9. Buang puntung rokok di asbak dan matikan apinya
10. Bila akan menutup tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat menyebabkan
kebakaran

Langkah-langkah penanggulangan kebakaran :


1. Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memadamkan
secara langsung dengan alat pemadam yang sesuai yang diletakkan pada tempat
terdekat.
2. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung (fire
marshall).
3. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.
4. Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui pintu
darurat dan segera lakukan pemadam dengan alat pemadam yang tersedia.

15
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

5. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang jelas
6. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi (pengosongan gedung) dan bantu
kelancaran petugas pemadam
7. Beritahu penolong atau petugas pemadam tempat alat pemadam dan sumber air
8. Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda

Penyelamatan diri
1. Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari
setiap ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan
2. apakah pembatas ruangan akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan
diri.
3. Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.
4. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat
bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah, tutup mulut dan
hidung dengan kain yang dibasahi.
5. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan
bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus
melalui jendela.
Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini
hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos
kobaran api.

7. Alat Pemadam Kebakaran


Terdapat berbagai jenis alat pemadam kebakaran, tetapi pembahasan pada buku ini lebih
diarahkan pada alat pemadam apiringan yang disingkat menjadi APAR dalam bahasan K3.
APAR adalah alat pemadam api yang digunakan untuk mematikan api pada saat pertama kali
muncul.
Penggunaan APAR secara efektif akan mampu mencegah terjadinya bahaya kebakaran
yang lebih besar. Oleh karena itu, APAR harus dipasang dan disimpan sesuai aturan yang
tertuang pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980
Terdapat berbagai jenis APAR yang dapat dipilih sesuai dengan jenis kebakarannya. Jenis
APAR yang dapat dijumpai dipasaran, antara lain sebagai berikut:
a. APAR jenis A: digunakan untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh bahan
padat yang terbakar berupa kayu, kain, karet, dan kertas.
b. APAR jenis B: digunakan untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh bahan
yang terbakar berwujud cair, misalnya bensin, oli, cat lilin, dan plastik cair.

16
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

c. APAR jenis C: digunakan untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh bahan
terbaka berbentuk gas seperti Natural Gas/LPG, propana, hidrogen, butana, dan sumber
listrik.
d. APAR jenis D: digunakan untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh bahan
terbaka dari berupa logam yang mudah terbakar seperti sodium, magnesium, dan
potassium.
e. APAR jenis E: digunakan untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh bahan
lainny D seperti minyak goreng, lemak, dan kelompok minyak lainnya.

F. LATIHAN/TUGAS/KASUS

1. Perhatikan gambar yang ada dalam tabel, kemudian isilah kolom yang kosong
dengan mengisi nama alat, dan kegunaannya!
No Gambar Kegunaan

17
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

2. Menurut Anda, apa yang harus Anda lakukan saat mengalami kecelakaan
kebakaran tersebut? Tuliskan pencegahan untuk menghindari kebakaran
tersebut agar tidak terjadi kembali!

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

18
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)
Topik 3
Alat Pelindung Diri

PENGANTAR

Peserta didik akan mempelajari materi terkait pentingnya penerapan Alat Pelindung
Diri (APD) dalam melakukan pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk memberikan wawawasan
dalam mengurangi resiko kecelakaan dalam pekerjaan terutama di industry, karena alat
pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja.

A. KOMPETENSI DASAR

3.6. Menerapkan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaan


4.6. Menggunakan alat pelindung dirisaat melakukan pekerjaan

B. INDIKATOR PENCAPAIAN C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami definisi Alat Pelindung Diri 1. Siswa mampu menjelaskan definisi


(APD). alat pelindung diri (APD)
2. Mengidentifikasi jenis-jenis alat 2. Siswa mampu mengklasifikasi jenis-
pelindung diri jenis alat pelindung diri
3. Menguraikan fungsi dan kegunaan alat 3. Siswa mampu menguraikan fungsi
pelindung diri dan kegunaan alat pelindung diri
4. Menerapkan aalat pelindung diri saat 4. Siswa mampu menerapkan
melakukan pekerjaan penggunaan alat pelindung diri dalam
melakukan pekerjaan

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Memahami definisi alat pelindung diri
2. merinci jenis-jenis alat pelindung diri.
3. Menyimpulkan fungsi dan kegunaan alat pelindung diri
4. Menerapkan penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja
19
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

E. URAIAN MATERI

Alat Pelindung Kerja


Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), personal protective
equipment (PPE) atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan
untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,
elektrik, maupun mekanik.
Dalam hierarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung
diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan
untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu dengan
melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard dapat dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Dasar hukum yang mewajibkan pentingnya alat pelindung diri adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
untuk memberikan APD.
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga keria untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma.
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 tentang kewajiban Melapor Penyakit Akibat
keria Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung
diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit
akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasihat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 tentang Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehat
an Tempat Kerja yang Mengelola Pestisida Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja
yang mengelola pestisida harus memakai alat pelindung diri berupa pakaian kerja,
sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka, dan
pelindung pernapasan.
Potensi bahaya yang kemungkinan terjadi di tempat kerja dan yang bisa dikendalikan
dengan pelindung diri adalah sebagai berikut:
20
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

1. Terjatuh, terpeleset, kejatuhan benda, dan terantuk.


2. Terpapar sinar dan gelombang elektromaknetik.
3. Kontak dengan bahan kimia, baik padat maupun cair.
4. Terpapar kebisingan dan getaran.
5. Terhirup gas, uap, debu, mist, fume, dan partikel cair.
6. Kemasukan benda asing, kaki tertusuk, dan terinjak benda tajam.
Bagian badan yang perlu dilindungi adalah kepala, alat pernapasan, alat
pendengaran, penglihatan, kulit, kaki ataupun tubuh pada umumnya.

Tujuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
3. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak
dapat dilakukan dengan baik

1. Alat Pelindung Mata (Kacamata Pengaman) dan Muka


Fungsi alat pelindung adalah untuk melindungi mata dan muka dari:
a. percikan bahan-bahan korosif,
b. kemasukan debu atau partikel-partikel yang melayang di udara
c. lemparan benda-benda kecil,
d. panas dan pancaran cahaya,
e. pancaran gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi mata
f. radiasi gelombang elektromaknetik yang mengion ataupun yang tidak mengion, dan
g. benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam
Menurut jenis atau bentuknya, alat pelindung mata dibedakan menjadi kacamata dan
tameng.
a. Kacamata (Spectacles/Goggles)
1) Spesifikasi Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata memiliki spesifikasi sebagai berikut:
a) Tahan terhadap api.
b) Tahan terhadap lemparan atau percikan benda kecil
c) Lensa tidak boleh mempunyai efek destorsi.
d) Mampu menahan radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang
gelombang tertentu.

21
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

2) Cara Pemakaian Alat Pelindung Mata


a) Pilihlah kacamata yang sesuai dengan ukuran small, medium, atau large.
b) Buka tangkai kacamata, lekatkan bagian tengah kacamata pada punggung
hidung.
c) Tempelkan lensa kacamata.
(1) Kaitkan tangkai kacamata pada daun telinga.
(2) Usahakan agar mata dan sekitar betul-betul tertutup oleh kacamata.
b. Tameng Muka (Face Shield)
1) Spesifikasi Alat Pelindung Muka
Alat pelindung muka memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a) Tahan api.
b) Terbuat dari bahan:
(1) Gelas atau gelas yang dicampur dengan laminasi aluminium yang bila
pecah tidak menimbulkan bagian-bagian yang tajam.
(2) Plastik dengan bahan dasar selulosa asetat, akrilik, polikarbonat, atau alil
diglikol karbonat
2) Spesifikasi Alat Pelindung Muka
Penutup muka yang benar adalah yang dapat dikenakan tanpa dipegang dengan
tangan pekerja. Biasanya penutup muka ini dirancang menjadi satu dengan topi
pengaman atau penutup rambut.
a) Pilih ukuran penutup muka sesuai dengan besarnya lingkar kepala (kecil,
sedang ataupun besar).
b) Periksa bagian luar dan dalam penutup muka, apakah sesuai dengan
spesifikasinya, apakah tudung dalam keadaan baik, tidak rusak, dan bersih.
c) Kendorkan klep pengatur untuk mempererat kedudukan topi pengaman
tudung atau penutup rambut.
d) Pakai topi pengaman (tudung atau penutup rambut), eratkan di kepala
sehingga terasa pas dengan cara mengatur klep pengatur.
e) Atur posisi penutup muka sehingga menutupi seluruh permukaan wajah.
f) Kencangkan kembali klep pengatur.
2. Alat Pelindung Pendengaran
Pelindung pendengaran berfungsi untuk melindungi alat pendengaran (telinga) akibat
kebisingan dan melindungi telinga dari percikan api atau logam-logam yang panas.

22
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Secara umum, alat pelindung telinga ada dua jenis, yaitu sumbat telinga dan penutup
telinga:
a. Sumbat Telinga (Ear Plug)
Sumbat telinga atau ear plug adalah alat pelindung telinga yang cara penggunaannya
dimasukkan pada liang telinga.
1) Spesifikasi Sumbat Telinga
a) Sumbat telinga yang baik adalah yang dapat menahan atau mengabsorpsi
bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu saja, sedangkan bunyi atau
suara dengan frekuensi untuk pembicaraan (komunikasi) tetap tidak
terganggu.
b) Biasanya terbuat dari karet, plastik, lilin, atau kapas.
c) Harus mampu mereduksi suara frekuensi tinggi (4.000 dba) yang masuk
lubang telinga, minimal sebesar x-85 dba (x adalah intensitas suara atau
kebisingan di tempat kerja yang diterima olen tenaga kerha).
2) Cara Pemakaian Sumbat Telinga
a) Pilih ear plug yang terbuat dari bahan yang bisa menyesuaikan dengan
bentuk telinga. Biasanya terbuat dari karet atau plastik lunak.
b) Pilih bentuk dan ukuran yang sesuai dengan bentuk dan ukuran dari seluruh
telinga pemakai.
c) Cek sumbat telinga, apakah secara fisik dalam keadaan baik (tidak rusak)
dan bersih.
d) Tarik daun telinga ke belakang, kemudian masukkan sumbat telinga ke
dalam lubang telinga hingga benar-benar menutup semua lubang telinga.
e) Gerak-gerakkan kepala ke atas, ke bawah, ke samping, ke kiri dan ke
samping kanan, buka dan mulut untuk memastikan bahwa sumbat telinga
terpakai secara sempurna
b. Penutup Telinga (Ear Muff)
Tutup telinga (ear muff) adalah alat pelindung telinga yang penggunaannya ditutupkan
pada seluruh daun telinga.
1) Spesifikasi Penutup Telinga
a) Penutup telinga terdiri atas sepasang (kiri dan kanan) cawan atau cup dan
sebuah sabuk kepala (head band).
b) Cawan atau cup berisi cairan atau busa (foam) yang berfungsi untuk
menyerap suara yang frekuensinya tinggi.
c) Pada umumnya, tutup telinga mampu mereduksi suara frekuensi 2.800-
4.000 hz sebesar 35-45 dba.
23
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

d) Tutup teling harus mereduksi suara yang masuk ke lubang telinga minimal
sebesar x-85 dba.
2) Cara Pemakaian Penutup Telinga
a) Pilih penutup telinga yang ukurannya sesuai dengan diameter atau lebar
daun telinga.
b) Pastikan bahwa posisi cawan atau mangkuk penutup benar-benar
melingkupi daun telinga, baik kiri maupun kanan. Bola belum pas (masih ada
bagian yang terbuka), sesuaikan dengan pengatur panjang dan pendeknya
pengikat kepala (head band).
c) Gerak-gerakkan kepala, ke atas, ke bawah, ke samping kiri dan ke samping
kanan, buka dan tutup mulut untuk memastikan bahwa sumbat telinga
terpakai secara sempurna.
3. Alat Pelindung Pernapasan (Respirator)
Alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan perlindungan organ pernapasan
akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, asap, mist,
kabut, kekurangan oksigen, dan sebagainya.
Berdasarkan fugsinya, alat pelindung pernapasan dibedakan atas respirator yang
berfungsi memurnikan udara (air purifiying respirator) dan respirator yang berfungsi
memasok oksigen atau udara (air suppliying respirator).
a. Respirator yang Memurnikan Udara
Respirator jenis ini dipakai bila pekerja terpajan bahan pencemar di udara (debu, gas,
uap, fume, mist, asap, fog) yang kadar toksisitasnya rendah. Prinsip kerja respirator ini
adalah membersihkan udara terkontaminasi dengan cara filtrasi, adsorpsi, dan absorpsi.
b. Respirator dengan Pemasok Udara atau Oksigen
1) Alat pelindung pernafasan ini tidak dlengkapi dengan filter, ataupun katrid dan
kanister yang mengandung bahan kimia.
2) Pasokan udara bersih atau oksigen, melindungi pekerja dari pemajanan bahan bahan
kimia yang sangat toksik. Konsentrasinya tinggi, mampu melindungi pekerja dari
kekurangan oksigen.
3) Pasokan udara ataupun oksigen dapat melalui silinder, tangki, atau kompresor yang
dilengkapi dengan regulator (pengukur tekanan).
4) Respirator dengan pasokan udara atau oksigen dibedakan menjadi:
a) Airline respirator
b) Air hose mask respirator, dan
c) Self-contained breathing appartus.
d)
24
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

4. Alat Pelindung Tangan


Fungsi pelindung tangan untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari papajan api,
panas, dingin, radisi elektromagnetik, radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan
pukulan tergores, dan terinfeksi. Alat pelindung tangan bisa disebut sarung tangan.
Menurut bentuknya, alat pelindung tangan dibedakan menjadi:
a. Sarung tangan biasa atau gloves,
b. Mitten, yaitu sarung tangan dengan ibujari terpisah, sedangkan empat jari lainnya
menjadi satu,
c. Han pad, yaitu alat pelindung tangan yang hanya melindungi telapak tangan,
d. Sleeve, yaitu alat pelindung diri dari pergelangan tangan sampai lengan biasanya
digabung dengan sarung tangan.
Spesifikasi alat pelindung tangan harus sesuai antara potensi bahaya dan bahan sarung
tangan yang dikenakan pekerja.
Cara pemakaian pelindung tangan adalah sebagai berikut:
a. Pilih jenis alat pelindung tangan yang sesuai dengan potensi bahaya.
b. Pilih ukuran sesuai dengan ukuran tangan pemakai.
c. Masukkan tangan yang bagian per-gelangan tangannya bermanset atau berkerut,
ujung-ujung lengan baju pekerja masuk ke dalam manset atau kerutan sarung tangan
kemudian manset dikancingkan atau kerutan dirapikan.
d. Sarung tangan tanpa manset atau tanpa kerutan, ujung lengan baju panjang pekerja
harus bermanset, dan bagian lengan sarung tangan berada di dalam manset atau di
dalam kerutan. Tidak disarankan memasukkan ujung lengan baju panjang ke dalam
sarung tangan.

5. Pakaian Pelindung
Fungsi pakaian pelindung untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari kotoran,
debu, bahaya percikan bahan kimia, radiasi, panas, bunga api, ataupun api.
Ada dua jenis pakaian pelindung, yaitu sebagai berikut:
a. Apron, yang menutupi hanya sebagian tubuh pemakainya, mulai dari dada sampai lutut.
b. Overalls, yang menutupi seluruh bagian tubuh.
Spesifikasi dari macam-macam pakaian pelindung adalah sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung dari kulit untuk tenaga kerja yang mengerjakan pengelasan
b. Pakaian pelindung untuk pemadam kebakaran.
c. Pakaian pelindung untuk pekerja yang terpajan radiasi tidak mengion.

25
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

d. Pakaian pelindung untuk pekerja yang terpajan radiasi mengion.


e. Pakaian pelindung terbuat dari plastik untuk tenaga kerja yang bekerja kontak dengan
bahan kimia.
Cara pemakaian pakaian pelindung adalah sebagai berikut:
a. Pilih jenis pakaian pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi.
b. Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya.
c. Cek keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan rusak dan lengkap komponen-
komponennya.
d. Kenakan pakaian pelindung dan kancingkan dengan saksama.
e. Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan) untuk memastikan apakah pakaian
pelindung telah terpakai dengan nyaman.

F. LATIHAN/TUGAS/KASUS

Latihan
Jika kamu sebagai seorang koki, alat pelindung apa yang harus kamu pakai saat memasak di
dapur hotel atau restoran? Tuliskan juga fungsi dari masing-masing alat pelindung tersebut!
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

Tugas (Kelompok)
a. Carilah gambar berbagai bentuk dan fungsi Alat Pelindung Diri/ APD pada bidang
pekerjan di Industri Pariwisata dan Perhotelan dari berbagai media.
b. Semua gambar disusun dalam lembar kerja untuk didiskusikan

26
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Topik 4
Kesehatan Kerja

Penting sekali bagi peserta didik untuk mempelajari materi terkait Kesahatan kerja,
karena Kesehatan kerja merupakan suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaiatan
dengan lingkungan kerja dan pekerjaan secara langsung ataupun tidak langsung dapat
mempengaruhi efisiensi produktivitas kerja para pegawai hotel. Kesehatan kerja dalah
bagian adri ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari tentang usaha preventif dan
kuratif serta rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor-faktor pekerjaan dan derajat kesehatan kerja ataupun penyakit umum.

A. KOMPETENSI DASAR

3.7. Menganalisis kesehatan lingkungan kerja


3.9. Menganalisis penyakit akibat kerja
4.7. Menerapkan kesehatan lingkungan kerja
4.9. Melakukan pencegahan terjadninya penyakit akibat kerja

B. INDIKATOR PENCAPAIAN C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menganalisis tingkat kesehatan 1. Siswa mampu menjelaskan definisi


lingkungan kerja di hotel atau tempat dan tujuan dari kesehatan kerja
wisata 2. Siswa mampu mengidentifikasi
2. Menjelaskan penerapan kesehatan di persayaratan kesehatan kerja
lingkungan perhotelan dan kawasan terutama di ruang hotel
wisata 3. Siswa mampu menganalisis serta
3. Menganalisis penyakit akibat kerja menyusun Program rencana
pada industri pariwisata penerapan kesehatan kerja
4. Melakukan upaya pencegahan 4. Siswa mampu mengindentifikasi jenis-
terjadinya penyakit akibat kerja di jenis penyakit akibat kerja
industri pariwisata. 5. Siswa mampu untuk menerapkan SOP
membersihkan pearalatan dan ruang
area kerja

27
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Memahami definisi dan tujuan dari kesehatan kerja
2. mengidentifikasi persayaratan kesehatan kerja terutama di ruang hotel
3. menganalisis serta menyusun Program rencana penerapan kesehatan kerja

E. URAIAN MATERI

A. Pengertian dan Tujuan Kesehatan Kerja


Menurut Sumaʼmur, kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial
dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Kesehatan kerja adalah suatu ilmu yang penerapannya untuk mengetahui, menilai, dan
mengendalikan faktor-faktor bahaya terhadap lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan ataupun penyakit akibat kerja.
Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya, baik
fisik, mental, maupun sosial di semua lapangan pekerjaan.
2. Mencegah timbulnya ehatagangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan kerja.
3. Melindungi tenaga kerja dari bahaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan.
4. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, faal
tubuh, dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan sehat; tercapainya derajat
kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya; serta mendukung peningkatan efisiensi
dan produktivitas kerja.

B. Persyaratan Kesehatan Kerja


Persyaratan kesehatan kerja meliputi persyaratan ruang hotel dan penyakit akibat kerja.
1. Persyaratan Ruang Kerja
Adapun persyaratan ruang hotel yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Adanya Air Bersih
Kebutuhan air bersih pada suatu hotel sangat penting sekali. Jika air di hotel
tersebut tidak bersih maka costumer atau pelanggan tidak mau menginap di hotel
tersebut. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan

28
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air bersih harus memenuhi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif
sesuai dengan Kepmenkes No. 907/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
Tata cara pelaksanaan adanya air bersih adalah sebagai berikut:
1) Air bersih dapat diperoleh dari PAM, sumber air tanah, atau sumber lain yang telah
diolah sehingga memenuhi persyaratan.
2) Distribusi air harus menggunakan pipa.
3) Sumber air bersih dan saluran distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik,
kimia, dan bakteriologis.
4) Sampel air bersih untuk pemeriksaan laboratorium diambil dari sumber atau bak
penampungan dan dari keran terjauh, diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun

b. Udara Ruangan yang Sehat


Udara dalam ruangan hotel atau kamar hotel pun menjadi faktor yang penting.
Penyediaan ventilasi udara juga sangat diperlukan. Tujuan penyehatan udara pada
ruangan atau kamar hotel adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembapan,
debu, pertukaran udara, gas pencemar, dan mikroorganisme di ruang kerja memenuhi
persyaratan kesehatan.
a. Suhu dan kelembapan
Agar ruang atau kamar hotel memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut.
a) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
b) Bila suhu > 28°C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC),
kipas angin, dan lain-lain.
c) Bila suhu udara luar < 18°C perlu menggunakan pemanas ruangan.
d) Bila kelembapan ruang kerja:
(1) >60% perlu menggunakan alat dehumidifier.
(2) < 40% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya, mesin pembentuk aerosol).
b. Debu
Agar kandungan debu di dalam ruang atau kamar hotel memenuhi persyaratan
kesehatan, maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut:
a) Kegiatan membersihkan ruang dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).
b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik dua kali dalam satu tahun dan dicat
satu kali dalam satu tahun.
c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
c. Pertukaran Udara
Agar pertukaran udara ruang dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan upaya
sebagai berikut.
29
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

a) Untuk ruangan yang ber-AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas
lantai.
b) Ruang ber-AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat
pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela
atau dengan kipas angin.
c) Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan
pabrik AC.
d. Gas Pencemar
Agar kandungan gas pencemar dalam ruangan tidak melebihi konsentrasi
maksimal, maka perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
a) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik.
b) Ruang penting tidak berhubungan langsung dengan dapur.
c) Dilarang merokok di ruang manapun
d) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau menyengat.
e. Mikroorganisme
Agar angka kuman atau mikroorganisme di dalam ruang tidak melebihi batas
persyaratan, per dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut:
a) Karyawan yang menderita penyakit karena ditularkan melalui udara untuk
sementara waktu tidak boleh bekerja.
b) Lantai dibersihkan dengan antiseptik.
c) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.
d) Memelihara sistem AC sentral.

c. Pengelolaan Limbah Hotel


Pengelolaan limbah hotel terdiri dari dua jenis, yaitu pengelolaan limbah padat dan
limbah cair.
1) Limbah Padat atau Sampah
Limbah padat atau sampah adalah sebuah buangan yang berbentuk padat
termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perhotelan.
a) Setiap hotel harus dilengkapi dengan jumlah tempat sampah yang cukup, kuat,
ringan, tahan karat, kedap air, memiliki permukaan yang halus pada bagian
dalamnya, dan dilengkapi dengan penutup.
b) Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat yang terpisah.
c) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat.
d) Membersihkan ruang dan lingkungan hotel minimal dua kali sehari.
e) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan dengan
menggunakan kantong plastik warna hitam.
f) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan pekerjaan.
2) Limbah Cair
Limbah cair adalah buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.

30
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

a) Kualitas effluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundangan


yang berlaku.
b) Saluran limbah cair harus kedap air, dan tertutup sehingga limbah cair dapat
mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
c) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan minimal dengan septic tank.

d. Pengaturan Cahaya Hotel


Jumlah pencahayaan pada bidang kerja diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif. Intensitas cahaya di ruang minimal 100 lux. Agar memenuhi persyaratan
kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut.
1) pencahayaan alam atau buatan diupayakan tidak menimbulkan kesilauan dan
memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola
lampu harus sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

e. Pengendalian Vektor Penyakit


Vektor penyakit adalah hewan yang dapat menjadi perantara penular berbagai
penyakit tertentu (misalnya, serangga). Reservoar (pejamu) penyakit adalah hewan
yang di dalam tubuhnya terdapat man penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia
(misalnya, tikus).
Tata cara pelaksanaan pengendalian vaktor penyakit adalah sebagai berikut:
1) Pengendalian secara fisika:
a) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya
vektor dan reservoar penyakit ke dalam ruang kerja dengan memasang alat yang
dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
b) Menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan
sisa makanan.
c) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.
d) Meniadakan tempat perindukan (sarang) serangga dan tikus.
2) Pengendalian dengan bahan kimia, yaitu dengan melakukan, penyemprotan,
pengasapan, memasang umpan, dan abatesasi pada penampungan air bersih.

f. Menata Ruang dan Bangunan


Bangunan hotel yang kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan. Berikut persyaratan ruang dan bangunan pada
hotel.
1) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
2) Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/karyawan.

31
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

3) Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena
percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
4) Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, dan ketinggian minimal 2,50 m dari
lantai.
5) Atap kuat dan tidak bocor.
6) Luas jendela, kisi-kisi, atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6
kali luas lantai.

g. Adanya Toilet
Toilet wanita dan pria pada hotel terpisah. Setiap hotel harus memiliki toilet dengan
jumlah wastafel, jamban, dan peraturan yang sesuai dengan jumlah kamar hotel dan
ruangan lainnya.

h. Pengaturan Instalasi
Instalasi adalah penjaringan pipa atau kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air
bersih, telepon, dan lainlain yang diperlukan untukmenunjang kegiatan rutin di hotel.
Persyaratan instalasi adalah sebagai berikut:
1) Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, dan air hujan
harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis berlaku.
2) Bangunan yang lebih tinggi dari 10 m atau lebih tinggi dari bangunan lain di sekitar
harus dilengkapi dengan penangkal petir.
Tata cara pelaksanaan instalasi adalahsebagai berikut:
1) instalasi untuk masingmasing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan
label.
2) Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan
distribusi air limbah dengan menggunakan air bersih sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Jaringan instalasi ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.

2. Penyakit Akibat Kerja


Menurut Permennaker No. Per 01/Men/1981, penyakit akibat kerja (PAK) atau
Occupational Diseases adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan
melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta
lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan
pekerjaannya. Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa,
dokter wajib membuat laporan medis yang bersifat rahasia.
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segera melakukan
tindakan-tindakan preventif. Dalam maini pengurus wajib menyediakan secara cuma-

32
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan Perliggunaannya oleh tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya.
Adapun beberapa contoh penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut.:
a. Penyakit alergi atau hipersensitif, penyakit ini berupa rinitis, rinosinusitis, asma,
pneumonitis, uspergilosis akut bronchopulmoner, hipersensitivitas lateks, penyakit
jamur, dermatitis kontak, anafilaksis. Penyakit ini biasanya terjadi pada saluran
pernapasan dan kulit. Penyebabnya adalah bahan kimia, mikroorganisme, atau fisis
dapat merangsang interaksi nonspesifik atau spesifik.
b. Dermatitis kontak, ada dua jenis penyakit yang ditimbulkan, yaitu iritan dan alergi.
Penyakit ini terjadi pada daerah kulit.
c. Penyakit paru, penyakit ini berupa bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus,
fibrosie TBC, mesetelioma, pneumonia, sarkoidosis. Penyakit ini disebabkan oleh
bahan kimia, fisis, dan mikroorganisme.
d. Penyakit hati dan gastro-intestinal. Penyakit ini berupa kanker lambung dan kanker
oesofagus (karena berada di tambang batu bara dan vulkanisir karet), dan sirosis hati
(karena alkohol, karbon tetraklorida, trichloroethylene, dan kloroform).
e. Penyakit saluran urogenital, penyakit ini berupa gagal ginjal (karena uap logam
kadmium dan merkuri, pelarut organik, pestisida, carbon tetrachlorid), kanker vesica
urinaria (karena karet, manufaktur/bahan pewarna organik, benzidin, 2-
naphthylamin).
f. Penyakit hematologi, penyakit ini berupa anemia (karena Pb) dan leukemia (karena
benzena).
g. Penyakit kardiovaskular, penyakit ini berupa penyakit jantung koroner (penyebabnya
karena bahan kimia karbon disulfida, viscon rayon, gliceril trinitrat, ethylene glicol
dinitrat) dan febrilasi ventricel (karena bahan kimia trichlorethylene).
h. Gangguan alat reproduksi, penyakit ini berupa infertilitas (karena bahan kimia
ethylene bromida, benzena, anasthetic gas, timbal, pelarut organik, karbon disulfida,
vinyl klorida, chlorophene), kerusakan janin (karena bahan kimia aneteses gas,
merkuri, pelarut organik), dan keguguran (karena kerja fisik).
i. Penyakit muskuloskeletal, penyakit ini berupa sindroma raynaud (karena getaran 20-
400 Hz), carpal turnel syndroma (karena tekanan yang berulang pada lengan), dan
HNP/ sakit punggung (karena pekerjaan fisik berat, tidak ergonomis).
j. Gangguan telinga, penyakit ini berupa penurunan pendengaran (karena bising di atas
NAB).
k. Gangguan mata, penyakit ini berupa rasa sakit (karena penataan pencahayaan),
conjungtivitis (karena sinar UV), katarak (karena infra merah), gatal (karena bahan
organik hewan, debu padi), dan iritasi nonalergi (karena bahan kimia chlor,
formaldehid).
l. Gangguan susunan saraf, penyakit ini berupa pusing, tidak konsentrasi, sering lupa,
depresi, neuropati perifer, ataksia serebeler, dan penyakit neuron motoris (karena
bahan kimia cat, carpettile lining, petrolium, oli).
33
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

m. Stress, penyakit ini berupa neuropsikiatrik, ansietas, dan depresi (karena hubungan
kerja kurang baik, monoton, upah kurang, dan suasana kerja tidak nyaman).
n. Infeksi, penyakit ini berupa pneumonia (karena legionella pada AC), leptospirosis
(karena leptospira pada petani), brucellosis, dan antrakosis (karena brucella, antrak
pada peternak hewan).
o. Keracunan, penyakit ini berupa keracunan akut (karena Co, hidrogen sulfida,
hidrogen sianida) dan kronis (karena bahan kimia timah hitam, merkuri, pestisida).

C. Penyusunan Program Rencana Penerapan Kesehatan Kerja


Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja pengelola tempat kerja (hotel) wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan, dan pemulihan aga kerja. Pengusaha hotel wajib menjamin kesehatan pekerja
serta wajib menanggung send bemeliharaan kesehatan pekerja. Tidak hanya pengelola atau
pengusaha saja yang berperan dalam penyelenggaraan kesehatan kerja ini, tetapi juga
pekerjanya. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat
dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja (UUNo. 36 Tahun 2009).
Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah rencana tindakan yang dirancang
untuk mencegah kecelakaan dan penyakit pada pekerja. Dalam program tersebut terdapat
beberapa bentuk aktivitas yang merupakan persyaratan dalam undang-undang/peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, sebuah program kesehatan dan
keselamatan kerja minimal harus mencakup unsur-unsur yang dipersyaratkankan oleh
undang-undang/peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan sendiri oleh perusahaan
dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain atau perusahaan
secara bersamasama menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja bersama dengan
perusahaan lain. Tugas pelayanan kesehatan kerja ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, yaitu dilaksanakan pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus.
2. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap pekerja.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan pekerja.
6. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja (PAK).
7. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3k).
8. Pendidikan kesehatan untuk pekerja dan latihan untuk petugas P3K.
9. Memberikan arahan mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan
alat pelindung um (APD) yang diperlukan dan penyelenggaraan makanan di tempat
kerja.
10. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
11. Pembinaan dan pengawasan terhadap pekerja yang mempunyai kelainan tertentu
dalam kesehatannya.
34
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

12. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada perusahaan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan oleh seorang
dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang melakukan pemeriksaan kesehatan ini
adalah dokter ditunjuk oleh perusahaan dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga k Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan
syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktu. Jenderal pembinaan Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).

D. Prosedur Membersihkan Peralatan dan Ruang Area Kerja


1. Prosedur Membersihkan Peralatan
a. Semua peralatan sebelum dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan kering.
b. Periksa kondisi peralatan setiap akan digunakan ataupun setelah selesai digunakan.
c. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
d. Sebelum dan sesudah digunakan semua peralatan harus bersih.
e. Pada saat selesai menggunakan alat, gulung kabel dengan baik jangan sampai ada
kabel yang terkelupas atau terbuka.
f. Pada saat selesai menggunakan peralatan yang bermesin, harus dibersihkan dan
dikeringkan, lalu simpan di gudang atau tempat yang disediakan.
g. Jangan pernah meninggalkan peralatan dan mesin jika tidak digunakan, semua alat
dan mesin harus dalam keadaan mati, dan simpan di tempatnya.
h. Jangan menyimpan alat dengan menyandar pada dinding atau pintu.
i. Laporkan pada supervisor jika ada kerusakan pada peralatan walaupun kerusakan itu
kecil karena hal ini untuk mencegah kerusakan yang lebih besar.
j. Semua jenis peralatan yang disimpan di gudang harus kembali dalam keadaan bersih
dan kering dan jangan lupa untuk menyimpan peralatan pada tempat semula.

2. Prosedur Membersihkan Ruang Area Kerja


a. Identifikasikan dan tentukan daerah yang perlu dibersihkan dan dikerjakan.
b. Informasikan pada bagian yang bertanggung jawab apabila pembersihan diharapkan
agar segera dikerjakan.
c. Kumpulkan dan periksa bahan, peralatan, dan perlengkapan pembersih.
d. Siapkan alat dan bahan pembersih sesuai dengan keadaan objek yang akan
dibersihkan
e. Pembersihan dimulai dari bagian atas atau paling tinggi menuju bagian bawah atau
terendahAtau, dari bagian yang paling jauh menuju ke arah pintu.
f. Lakukan pekerjaan dengan prinsip searah jarum jam apabila objek pembersihan di
ruangan
g. Prinsip pembersihan adalah mengangkat kotoran bukan mengangkat lapisan
permukaan yang dibersihkan atau meratakan kotoran.
h. Bekerjalah dengan menggunakan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
35
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

i. Menggunakan bahan pembersih yang lunak sebelum menggunakan bahan


pembersih yang ke atau kuat (sesuaikan dengan tingkat kotorannya).
j. Pasang rambu-rambu (wet caution) jika sedang membersihkan daerah umum untuk
mengihndari resiko bahaya terpeleset akibat lantai basah atau tetesan air karena
over head cleaning.
k. Siapkan semua rambu-rambu penting sehingga tidak membahayakan tamu dan
pekerja lain
l. Selalu memeriksa kembali area atau lokasi yang dibersihkan sebelum meninggalkan
area
m. Mengembalikan peralatan dan bahan pembersih pada ruangan atau gudang yang
tersedia.

E. Pelaksanaan Prosedur Membersihkan Peralatan dan Ruang Area Kerja


Berdasarkan SOP
Penerapan sanitasi yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan
hidup lano pariwisata perlu dirancang sesuai standar operasional prosedur (SOP)
perusahaan karena caruh sanitasi sangat besar terhadap kepuasan para tamu atau
wisatawan. Untuk itu, perlu ucun iadwal untuk pembersihan harian, mingguan, bulanan,
dan general cleaning agar semua area dapat dibersihkan secara berurutan dan terhindar
dari kondisi yang tidak diinginkan (misalnya, kotor dan rusak karena tidak terawat). Contoh
penerapan pada lingkup housekeeping hotel, yaitu area yang merupakan ruang lingkup
housekeeping hotel dikelompokkan sebagai berikut:
1. Public area, meliputi lobby area, rest room, staircase, terrace, elevator, musola, pool
area, linen, uniform room, lockers room, basement corridor, area parking, dan lain-lain.
2. Food and beverages outlet, meliputi restaurant, bar, meeting room, function room, dan
ballroom.
3. A&G office, meliputi general manager, assistant executive manager, F & B director,
finance director, director of sales and marketing, public relation manager, dan ruangan
executive officer lainnya.
4. Back office area, meliputi human resources, training center, engineering, purchasing,
accounting, dan cost control.
5. Floor area, meliputi guest room, executive lounge, pantry area/station floor, corridor,
dan guest landing.
Area yang dikelompokan tersebut merupakan area yang harus dirawat, dijaga
kebersihannya, ditata untuk kenyamananya, dan mengikuti kaidah GCG (Good Corporate
Governance), AMDAL (Analisis impak Lingkungan), dan CSR (Corporate Social
Responsibility). Dalam konteks kebersihan ruangan sebaiknya mengikuti aturan standar
kebersihan internasional yang tidak sekadar bersih. I dan higienisnya harus terjaga. Adapun
sistem atau standar yang dimaksud HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Point) atau
Good Clinic Practice.

36
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

F. LATIHAN/TUGAS/KASUS

Tugas (Kelompok)

1. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil (3-4 orang). tentukan ruang kelas/ruang
praktek yang akan di observasi.
2. Setiap kelompok mengobservasi fasilitas ruang praktek di sekolah, kemudian
gambarkan kondisinya.
3. Apakah ruang tersebut sudah memenuhi persyaratan di bawah ini? Temuan tersebut
dicatat dalam kolom di bawah ini.
4. Buat laporan singkat bagaimana solusi/menanggapi permasalahan yang ada? anda
memberi
5. Beri waktu untuk kelompok mempresentasikan temuannya dan kelompok lain
menanggapi.

FORMAT OBSERVASI

Nama Kelompok :
Nama Ruang :
Hari/ Tanggal :
No Kriteria Kondisi yang ada Solusi/ Tanggapan
1 Penerangan/ Pencahayaan Cukup
Baik
2 Sarana listrik yang aman (Stop
Kontak)
3 Desain kelas aman bagi peserta
didik dan guru
4 Kebersihan ruang kelas, tersedia
tempat sampah (Basah dan
Kering)
5 Tersedia sarana Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan (P3K)
6 Tersedia petunjuk penggunaan
dan pemeliharaan peralatan
7 Tersedia ruang penyimpanan alat
yang baik
8 Tersedia ventilasi/ kipas angin
atau AC

37
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

9 Tersedia air yang cukup dan toilet


yang bersih
10 Ada tanaman disekitar ruang kelas

38
Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Topik 5
Limbah Industri
Pariwisata

PENGANTAR

Gencarnya promosi tempat wisata yang tak diiringi dengan kesadaran pengunjung
tentang sampah di lokasi wisata akan berdampak buruk bagi pariwisata indonesia dimasa
depan. Pada pembelajaran kali ini, kita akan mempelajari mengenai limbah pariwisata serta
bagaimana cara pengolahan limbah tersebut supaya tidak berdampak buruk bagi industri
pariwisata.

A. KOMPETENSI DASAR

3.8. Menganalisis limbah yang berasal dari industri pariwisata


4.8. menangani limbah yang berasal dari industri pariwisata

B. INDIKATOR PENCAPAIAN C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menganalisis limbah yang dihasilkan dari 1. Siswa mampu mengidentifikasi


industri pariwisata karakteristik limbah pariwisata
2. Menerapkan cara penanganan limbah 2. Siswa dapat membedakan jenis-jenis
dari industri pariwisatas limbah pariwisata
3. Siswa dapat menguraikan dampak
buruk limbah bagi manusia dan
lingkungan
4. Siswa dapat menerapkan pengelolaan
limbah pariwisata dengan baik

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Memahami karakteristik limbah pariwisata
2. Menuraikan perbedaan jenis-jenis limbah pariwisata
3. Menyimpulkan dampak buruk limbah pariwisata bagi manusia dan lingkungan
4. Menerapkan pengelolaan limbah pariwisata dengan benar

Modul Kolaborasi ⃒ SMKN 1 Pacet © 2020 39


Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

E. URAIAN MATERI
A. Karakteristik Limbah Pariwisata
Limbah industri pariwisata secara umum sama dengan limbah lain yang dihasilkan oleh
kegiatan manusia dan dibuang ke lingkungan. Pencemarannya pun sama dengan
pencemaran lingkungan pada umumnya. Berdasarkan keputusan Menperindag RI
No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang Prosedur Impor Limbah menyatakan bahwa
limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang
fungsinya sudah berubah dari aslinya. Pembuangan limbah oleh masyarakat dan dunia
usaha secara sembarangan sudah sering terjadi. Limbah-limbah tersebut dihasilkan dari
berbagai kegiatan yang ada di masyarakat, seperti industri, rumah tangga, pariwisata, dan
transportasi.
Limbah pariwisata yang dimaksud adalah limbah yang berasal dari kegiatan wisata
melalui sarana transportasi dan hotel yang membuang limbahnya ke udara, air, dan tanah.
Contoh limbah pariwisata adalah tumpahan oli dan minyak serta limbah cair lainnya yang
dibuang oleh perahu motor atau kapal dan kegiatan lainnya di daerah wisata laut atau
bahari. Limbah pariwisata yang termasuk ke dalam mbah hotel sudah kita bahas dalam Bab
3, bukan? Coba kamu ingat dan pelajari kembali tentang limbah hotel tersebut.
Berikut ini beberapa karakteristik limbah pariwisata yang perlu kamu ketahui yaitu
sebagai berikut:
1. Umumnya Berukuran Mikro
Partikel-partikel yang terdapat pada limbah berbahaya memiliki ukuran yang sangat
kecil ata mikro sehingga tidak bisa terlihat oleh mata dan sulit terdeteksi. Limbah ini
biasanya terlarut dalam cairan atau udara sehingga untuk mengolah atau memisahkan
bahan beracunnya memerlukan teknologi modern. Limbah yang mengandung
mikroorganisme sangat sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika ingin melihat
mikroorganisme dalam limbah itu, kita harus menggunakan mikroskop atau kaca pembesar.
2. Bersifat Dinamis
Limbah cair dan gas umumnya memiliki sifat yang dinamis. Limbah tersebut akan selalu
bergerak sesuai dengan kondisi yang di tempatinya. Pencemaran di suatu tempat dapat
menyebar ke tempat lain dalam skala luas. Limbah padat pun dapat bergerak dengan
dinamis jika mencemari perairan luas seperti laut dan sungai.
3. Berdampak Luas
Limbah dapat menyebar dan menjangkau wilayah dengan luas dengan pergerakannya
yang dinamis. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena ukuran limbah yang kecil sehingga
dapat terbawa oleh aliran angin dan air.
4. Memiliki Dampak Jangka Panjang
Adanya limbah dapat menimbulkan dampak yang sangat panjang. Jika, suatu daerah
terkena limbah maka untuk mengatasinya diperlukan penanganan yang serius dan lama.
Kita tidak bisa menanganinya hanya dalam waktu yang singkat di satu tempat saja, tetapi
harus dilakukan bertahap dalam waktu yang lama dan dalam wilayah yang luas. Untuk
itulah, limbah yang dibuang ke lingkungan harus diolah terlebih dahulu sehingga tidak
mencemari lingkungan dan menimbulkan dampak negatif bagi makhluk hidup yang ada di
dalamnya.

Modul Kolaborasi ⃒ SMKN 1 Pacet © 2020 40


Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

A. Jenis-Jenis Limbah Pariwisata


Jenis-jenis limbah pariwisata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan
wujudnya dan berdasarkan senyawanya.
1. Jenis-Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya
Limbah yang dihasilkan dari industri pariwisata banyak sekali jumlahnya. Jenis-jenis
limbah pariwisata berdasarkan wujudnya dibedakan kembali menjadi limbah padat, limbah
cair, limbah gas, dan limbah suara.

a. Limbah Padat
Limbah padat atau sampah merupakan limbah yang memiliki wujud padat. Limbah
padat biasanya kering dan tidak melakukan penyebaran secara luas seperti limbah cair.
Limbah padat misalnya, sampah plastik, sampah sisa makanan, sampah sayuran,
pecahan kaca, sampah kertas, sampah kardus, sampah kayu, dan sampah logam. Limbah
padat pada daerah wisata bisa kita temukan di tepi pantai, di gunung, dan ditempat
wisata hiburan keluarga. Jika para pengunjung daerah wisata tidak membuang sampah
pada tempatnya, mereka akan menumpukkannya dipinggir pantai, di dekat pepohonan,
ataupun di jalan dan akhirnya akan mencemari tempat wisata itu.
b. Limbah Cair
Limbah cair merupakan limbah suatu kegiatan yang memiliki wujud cair. Berbagai
jenis limbah cair dapat mengandung bahan lain di dalamnya, seperti bahan padatan,
bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organik
sintetik, nutrien tanaman, minyak, senyawa organik dan mineral, bahan radioaktif, dan
panas.
Untuk mengetahui air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan
tingkat polusi air. Pengujian tersebut meliputi pengujian nilai pH, keasaman, dan
akalinitas, suhu, warna, bau dan rasa, jumlah padatan, nilai BODICOD, pencemaran
mikroorganisme patogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan kandungan
bahan radioaktif.
Limbah cair dari industri pariwisata dapat berasal dari berbagai kegiatan pariwisata,
contohnya adalah limbah bahan bakar kapal laut, limbah bekas cucian, limbah restoran,
limbah cair hotel, dan limbah pewarna kain.
c. Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang memiliki wujud gas yang di dalamnya
mengandung berbagai macam zat kimia. Limbah gas bisanya menyebar melalui udara
dan meluas ke wilayah lainnya. Limbah gas industri pariwisata dapat berasal dari
kendaraan bermotor, asap pembuangan restoran, dan peralatan hotel seperti kulkas dan
AC. Limbah gas yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata tersebut mengandung berbagai
gas berbahaya, misalnya karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida
(SOx), dan freon.
d. Limbah Suara
Limbah suara merupakan limbah yang berasal dari bunyi yang dihasilkan dari suatu
kegiatan atau produksi yang kemudian merambat di udara dan menimbulkan gangguan
bagi lingkungan sekitar. Limbah suara pada industri pariwisata misalnya, suara kapal
laut, suara knalpot, dan suara kegiatan hiburan.

Modul Kolaborasi ⃒ SMKN 1 Pacet © 2020 41


Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

2. Jenis Limbah Berdasarkan Senyawanya


Jenis-jenis limbah berdasarkan senyawaova dapat dibedakan menjadi limbah organik,
limbah anorganik, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
a. Limbah Organik
Limbah organik merupakan limbah yang mengandung unsur karbon atau berasal dari
makhluk hidup sehingga mudah membusuk atau terurai dengan aktivitas
mikroorganismebaikaerob maupun anaerob. Limbah organik banyak sekali di kehidupan
kita, misalnya limbah sisa makanan, kotoran hewan, kulit buah, dan sisa sayuran. Limbah
organik banyak sekali diproduksi oleh perhotelan terutama pada bagian restauran.
Limbah tersebut disebut juga dengan limbah domestik.
b. Limbah Anorganik
Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat atau sulit membusuk serta
terurai secara alami. Hal itu disebabkan karena mikroorganisme pengurai yang terdapat
pada limbah tersebut mengalami proses yang lama sekali untuk membusukkan bahan
tersebut. Contoh limbah anorganik antara lain limbah plastik, kaca, logam, dan baja.
c. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 merupakan limbah yang berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia.
Limbah yang tergolong B3 mengandung senyawa kimia dan beracun sehingga sangat
berbahaya bagi makhluk hidup dan lingkungan, terutama manusia. Berdasarkan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) merupakan zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Karakteristik limbah yang termasuk B3 antara lain mudah
meledak (explosive), mudah terbakar (flammable), beracun, menyebabkan infeksi,
berbahaya (harmful), berbahaya ha lingkungan (dangerous to environment), dan bersifat
korosif (corrosive).
Limbah B3 umumnya mengandung logam berat yang berbahaya. Beberapa jenis
logam berat yang berbahaya tersebut antara lain merkuri (Hg), timbel (Pb), arsenik (As),
kadmium (Ca), kromium (Cr dan nikel (Ni). Logam-logam tersebut dapat terakumulasi
dan tetap tinggal di tubuh suatu organisme dalam jangka waktu yang lama sebagai
racun.
Sekitar 40% dari jumlah B3 yang di hasilkan dari kegiatan manusia di buang ke
lingkungan dan hanya sekitar 5% dari timbunan limbah B3 yang diolah dengan standar
lingkungan yang baik. Selain dampak langsung pencemaran lingkungan, pengelolaan
limbah B3 yang tidak memadai akan melekatkan citra yang kurang baik bagi industri
pariwisata Indonesia.

B. Dampak Buruk Limbah Bagi Manusia dan Lingkungan


Setelah memahami karakteristik dan jenis limbah, sekarang kamu akan mengetahui
dampak limbah kungan dan kesehatan manusia. Berikut beberapa dampak limbah bagi
kesehatan manusia.
1. Dampak Limbah terhadap Kesehatan Manusia
Limbah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain memberikan aroma yang
tidak sedap Wibaunya, ternyata limbah juga sangat berbahaya bagi organ kesehatan
manusia. Berbagai macam convakit dapat timbul jika di sekitar kita terdapat banyak limbah.

Modul Kolaborasi ⃒ SMKN 1 Pacet © 2020 42


Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Penyakit yang ditimbulkan dapat berupa penyakit ringan bahkan sampai penyakit yang
mematikan.
Berikut ini beberapa jenis gangguan dan penyakit yang dapat menyerang manusia
akibat limbah antara lain sebagai berikut:
a. Keracunan Akibat Limbah
b. Gangguan pencernaan (diare).
c. Jamuran pada kulit.
d. Sesak napas.
e. Gangguan pada syaraf.
f. Terjangkit penyakit tifus.
2. Dampak Limbah terhadap Lingkungan
Selain berdampak negatif bagi manusia, limbah juga berdampaknegatif bagi lingkungan.
Dampak negatif limbah yang sering kita lihat adalah menurunnya kualitas lingkungan
sebagai tempat tinggal berbagai makhluk hidup. Lingkungan yang tercemar limbah akan
menjadi bau, kotor, dan tidak enak dilihat.
Apabila keadaan tersebut berlangsung terus menerus, maka akan mematikan
organisme yang di sekitarnya. Jika organisme mati dan lingkungan menjadi tercemar, maka
akan terjadi perubah al daerah tersebut bahkan tidak menutup kemungkinan dapat
mengganggu keseimbang ekosistem lainnya secara keseluruhan.
Selain pencemaran air, pencemaran limbah ke udara juga akan mengakibatkan berbagai
masalah lingk mgkungan, seperti bau tidak sedap dan penyebaran penyakit melalui udara
yang mengandung patogen berbahaya. Asap yang ditimbulkan dari kendaran bermotor,
pembakaran sampah, maupun asap industri-industri besar merupakan sumber-sumber
pencemaran udara. Pembakaran plastik tertentu bahkan dapat bersifat karsinogenik dan
menimbulkan kanker apabila terhirup oleh manusia.

C. Jenis-Jenis Limbah di Lingkungan Sekitar


secara umum, teknologi pengolahan sampah pada kawasan pariwisata lebih condong pada
penanganan tidak langsung yaitu dengan pengumpulan dan pengangkutan sampah ke
sistem persampahan perkotaan terdekat. Dengan cara demikian, pengolahan sampah
dengan cara tersebut berdampak terhadap destinasi daerah wisata. Berikut usaha yang
dapat kita lakukan dalam mengelola limbah agar dampak buruk yang ditimbulkan limbah
bagi lingkungan dapat dikurangi jika perlu limbah bisa memberikan manfaat tersendiri bagi
masyarakat jika dikelola dengan baik. limbah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan Jumlah dan macam limbah
Banyaknya limbah yang ada dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah pemakaian
limbah. Salah satu contoh yang mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah
penggunaan botol air minum mengurangi sampah botol plastik dan penggunaan tas belanja
untuk mengurangi sampah kantong plastik.
2. Melakukan Daur ulang
Beberapa jenis limbah dapat didaur ulang sehingga menghasilkan barang lain yang
dapat digunakan. Sebagian besar limbah yang dapat didaur ulang adalah limbah anorganik
seperti botol plastik, kaleng hokas, kain perca, pecahan kaca/keramik, dan lain sebagainya.
Daur ulang limbah jika dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kreativitas maka akan
menghasilkan barang-barang baru yang berguna serta memiliki nilai estetika tinggi seperti
daur ulang limbah menjadi kerajinan tangan.

Modul Kolaborasi ⃒ SMKN 1 Pacet © 2020 43


Sanitasi, Hygine, & Keselamatan Kerja – Kelas X (Perhotelan)

Selain limbah anorganik, daur ulang juga dapat dilakukan terhadap limbah organik. Sisa-
sisa makanan maupun dedaunan kering jika ditimbun di dalam tanah atau diolah dengan
cara tertentu maka akan menghasilkan pupuk kompos untuk tanaman.
3. Melakukan Pengolahan Limbah
Limbah-limbah yang memiliki kandungan berbahaya seperti limbah industri dan
beberapa limbah hotel dapat diolah secara fisik, kimiawi, maupun biologi. Pengolahan
limbah secara fisik antara lain meliputi penyaringan, flotasi, filtrasi, dan teknologi
membran. Pengolahan limbah secara kimia dapat berupa pengolahan dengan proses
reduksi-oksidasi atau pengolahan tanpa proses reduksi-oksidasi. Pengolahan limbah ara
biologi dapat dilakukan secara anaerob.
4. Pengaturan dalam Pembuangan Limbah
Limbah yang tidak memiliki nilai guna limbah tersebut dapat dibuang. Sebelum dibuang
ke air agar bahan-bahan berbahaya yang terkandung di dalam yang dibuang tidak
berdampak negatif bagi lingkungan penimbunan limbah domestik di dalam tanah.

F. LATIHAN/TUGAS/KASUS

Latihan
Setelah kamu mengetahui jenis-jenis limbah pariwisata, amati limbah-limbah pariwisata
yang dapat di daur ulang dan proses pengolahannya. Tulislah hasil pengamatanmu dalam
bentuk laporan.

Modul Kolaborasi ⃒ SMKN 1 Pacet © 2020 44

Anda mungkin juga menyukai