0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
135 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas peran penting keluarga dalam mencegah bahaya atau kejadian tidak diharapkan pada pasien. Keluarga dapat mencegah kondisi pasien memburuk dengan mengawasi pasien minum obat secara teratur, memberikan dukungan serta motivasi, dan mengingatkan pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dokumen tersebut juga menganalisis dua jurnal penelitian yang menunjukkan bahwa keluarga berperan d
Dokumen tersebut membahas peran penting keluarga dalam mencegah bahaya atau kejadian tidak diharapkan pada pasien. Keluarga dapat mencegah kondisi pasien memburuk dengan mengawasi pasien minum obat secara teratur, memberikan dukungan serta motivasi, dan mengingatkan pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dokumen tersebut juga menganalisis dua jurnal penelitian yang menunjukkan bahwa keluarga berperan d
Dokumen tersebut membahas peran penting keluarga dalam mencegah bahaya atau kejadian tidak diharapkan pada pasien. Keluarga dapat mencegah kondisi pasien memburuk dengan mengawasi pasien minum obat secara teratur, memberikan dukungan serta motivasi, dan mengingatkan pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dokumen tersebut juga menganalisis dua jurnal penelitian yang menunjukkan bahwa keluarga berperan d
cedera yang tidak diharapkan pada Keselamatan pasien (patient safety) adalah pasien karena suatu tindakan atau suatu sistem upaya di rumah sakit atau karena tidak bertindak, bukan karena instansi kesehatan manapun agar pasien underlying disease atau kondisi tercegah dari cidera yang disebabkan oleh pasien. kesalahan (adverse event) atau bahaya. 2. Kejadian nyaris cedera (KNC) Perawatan rawat inap memiliki peran Suatu Insiden yang belum sampai penting dalam pelayanan perawatan untuk terpapar ke pasien sehingga tidak observasi, diagnosis, pengobatan atau upaya menyebabkan cedera pada pasien. perawatan kesehatan lainnya, begitu juga 3. Kejadian tidak cedera (KTC) dalam menjalankan patient safety. Insiden yang sudah terpapar ke Tujuan sistim keselamatan pasien adalah pasien, tetapi tidak menimbulkan sebagai berikut: a) Menciptakan budaya cedera, dapat terjadi karena keselamatan pasien di rumah sakit, keberuntungan. b) Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit 4. Kondisi potensial cedera (KPC) terhadap pasien dan masyarakat, Kondisi yang sangat berpotensi c) Menurunkan kejadian tidak diharapkan untuk menimbulkan cedera, tetapi (KTD) di rumah sakit, d) Melakukan belum terjadi insiden. pencegahan sehingga tidak akan terjadi 5. Kejadian sentinel kejadian yang tidak diharapkan10. Suatu KTD yang mengakibatkan Ada berbagai kelompok jenis insiden akibat kematian atau cedera yang serius.10 dari bahaya atau adverse event, Tetapi bahaya atai adverse event 1. Kejadian tidak diharapkan (KTD) yang kemungkinan terjadi bukan hanya sepenuhnya tugas dari seorang rentang batasan waktu 2012 sampai tahun perawat, tetapi keluarga juga 2020. Dalam pencarian, penulis berperan penting dalam mencegah mendapatkan sepuluh jurnal online yang terjadinya bahaya atau adverse event sesuai dengan topik. pada pasien. Keluarga cenderung Dan juga penulis mengambil dua jurnal menjadi pemicu masalah penyakit sebagai bahan analisa penlis. anggotanya dan sekaligus menjadi Jurnal yang pertama berjudul ‘Bentuk- pelaku dalam menentukan masalah Bentuk Dukungan Keluarga Terhadap Ibu penyakitnya (Friedman, 2010). dengan HIV Positif dalam Kepatuhan Terapi Terdapat lima tugas kesehatan ARV di Kota Semarang’ oleh Nurina Dyah keluarga sebagai bagian dari fungsi Larasaty, Zahroh Shaluhiyah, dan Antono keluarga dalam perawatan kesehatan Suryoputro. Jenis penelitian ini adalah antara lain; keluarga mampu penelitian deskriptif dengan pendekatan mengenali permasalahan yang ada, kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam mampu mengambil keputusan penelitian adalah peneliti sendiri dengan tindakan kesehatan yang tepat, pedoman wawancara yang berisi mampu merawat anggota keluarga pertanyaan-pertanyaan terbuka yang yang sakit, mampu memelihara berhubungan dengan informan, sehingga kesehatan lingkungan, dan mampu pelaksanaan pengumpulan data dapat menggunakan fasilitas kesehatan berlangsung efisien. Pengolahan data dengan yang tersedia (Basavanthappa 2008). menggunakan langkah-langkah analisis data Oleh karena itu, penulis akan kualitatif yang meliputi : transcribing, membahas mengenai peran keluarga reduksi data, penyajian data, dan dalam mencegah bahaya atau kesimpulan. adverse event pada pasien. Jurnal kedua yang penulis ambil berjudul Metode ‘Analisa Peran keluarga Sebagai Pengawas Penulisan ini penulis buat dengan model Minum Obat (PMO) Pasien TB Paru’ oleh literature riview dengan membaca dan Wiwit Febrina dan Amila Rahmi. Jenis menganalisis serta membandingkan penelitian ini adalah penelitian kualitatif beberapa berbagai sumber online dengan dengan pendekatan fenomenologi yang dilakukan di Puskesmas Ophir. Penelitian ini pertimbangan tidak ingin membebani orang dilakukan dengan wawancara mendalam tua mereka. Lima informan menuturkan terhadap partisipan untuk mengeksplor bahwa tanggapan anak informan ketika peran keluarga sebagai Pengawas Minum mengetahui status HIV positif informan Obat (PMO). Partisipan diambil secara adalah sedih dan tidak percaya. purposive sampling berjumlah 8 orang Dari jurnal kedua diperoleh hasil partisipan terdiri dari 3 orang PMO, 3 Orang Pasien pada penelitian ini berjumlah 8 orang yang TB Paru, 1 Orang petugas TB Paru terdiri dari 3 orang PMO, 3 Orang Pasien Puskesmas, 1 Orang Kepala Puskesmas. TB Paru, 1 Orang Pemegang Program TB Hasil Paru Puskesmas Ophir, dan 1 Orang Kepala Puskesmas Ophir, Kec. Luhak Nan Duo Kab. Dari jurnal yang pertama diperoleh hasil Pasaman Barat. Hal ini dimaksudkan agar umur informan paling muda adalah 26 tahun informasi yang diperoleh sesuai dengan dan paling tua adalah 53 tahun. Sembilan tujuan penelitian yang peneliti lakukan. informan memiliki latar belakang Adapun berdasarkan hasil penelitian, peran pendidikan yang rendah yaitu tamat SD, keluarga sebagai motivator sudah optimal, SLTP dan SMA dan satu orang yang tidak peran mengingatkan pemeriksaan ulang pernah mengenyam bangku sekolah. Hanya sputum sudah optimal, peran pengawasan satu informan yang memiliki latar pengobatan sudah optimal dilakukan oleh pendidikan yang cukup tinggi yaitu sebagai keluarga, dan peran keluarga dalam sarjana. Semua informan membuka status memberi edukasi pasien TB Paru belum HIV positifnya kepada keluarga. Empat maksimal. suami informan yang masih hidup mengaku merasa bersalah atas perbuatannya, yang Dari hasil yang diperoleh diatas, dapat mengakibatkan informan tertular HIV. disimpulkan bahwa keluarga juga Sedangkan dua informan yang memiliki mengambil peran dalam kesembuhan dan orang tua yang masih hidup mengaku kaget keselamatan pasien, apalagi jika si pasien dan tidak percaya dengan status HIV positif tidak dalam pantauan perawat. Keluarga bisa anak mereka. Namun demikian, satu mencegah keadaan pasien lebih parah, informan memilih untuk tidak membuka seperti salah satunya adalah dalam status kepada orang tuanya dengan mengawasi pasien dalam minum obat, jika si pasien tidak diawasi dan tidak memiliki Menurut Mubarok (2007), pemberian kesadaran, keluarga berperan dalam perawatan secara fisik merupakan beban mengawasinya. yang paling berat dirasakan keluarga. Keluarga juga berperan memberikan Pembahasan motivasi atau dorongan agar pasien Dilihat dari beberapa kasus, keluarga termotivasi untuk menjalani pengobatan memiliki peran dalam mencegah terjadinya sesuai aturan hingga sembuh. Bentuk peran bshsys kepada pasien. Peran orang tua yang diberikan adalah berupa dukungan merupakan penanganan yang dilakukan oleh moral dan harapan kesembuhan bagi pasien. ibu ataupun anggota keluarga yang lain. Secara psikologis, kedekatan batin antara Keluarga merupakan unit terkecil dari anggota keluarga menjadikan dukungan masyarakat yang berkumpul dan tinggal berupa harapan kesembuhan dan keinginan dalam suatu rumah tangga, satu dengan yang keluarga untuk melihat pasien dapat lainnya saling bergantung dan berinteraksi, beraktifitas kembali menjadikan motivasi bila salah satu atau beberapa anggota kepada pasien. Di dalam kasus TB Paru, keluarga yang mempunyai kesehatan kurang Peran keluarga sangatlah penting dalam baik, maka akan memengaruhi anggota pemeriksaan ulang sputum, karena hal inilah keluarga yang lain (Riska,2016). Sebagai dapat menentukan sejauh mana keberhasilan komponen yang tidak terpisahkan dari pengobatan bagi masyarakat, keluarga memiliki peran pasien TB paru. Mengingatkan pemeriksaan signifikan dalam status kesehatan. Keluarga ulang sputum dilakukan agar adanya berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan, ketepatan jadwal pemeriksaan ulang oleh perkembangan, dan produktivitas seluruh pasien TB Paru. Peran mengingatkan anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan pemeriksaan ulang juga dilakukan dengan gizi dan menjamin kesehatan anggota mengantarkan sputum untuk pemeriksaan keluarga. Menurut Hermawati (2015), jika pasien tidak mampu mengantar pada kejelasan terhadap perilaku dan pengetahuan jadwal pemeriksaan. yang didapat tentang apa yang seharusnya dilakukan (peran). Maka jika pengetahuan / Keluarga juga berperan dalam mengawasi perilaku sudah pasti, seseorang dapat pengobatan pasien, guna mewujudkan menjalankan peran dengan maksimal. medication safety, sehingga keluarga mengambil peran yaitu Pengawas Minum mempengaruhi kepatuhan berobat Obata tau yang disingkat PMO. Keinginan dipandang dari sisi biopsikososial adalah :1). kesembuhan bagi pasien terlihat dari Karakteristik penyakit (lamanya infeksi kemauan PMO untuk memotivasi pasien diterapi dan keparahan dan stadium agar tidak jenuh dan putus asa selama proses penyakit); 2). Karakteristik terapi (lamanya pengobatan. Lamanya proses pengobatan, terapi, kesulitan fisik untuk minum obat, dan pengobatan yang harus teratur, serta keparahan dan lamanya efek samping, adanya efek samping obat dan keluhan rutinitas sehari-hari dan pembatasan diet, kesehatan bagi pasien, mengharuskan kompleksitas jadwal dosis); 3).Karakteristik adanya peran aktif dari keluarga, terutama klien (sikap, sistem keyakinan, dalam memotivasi pasien. Pasien akan kepribadian/perilaku, motivasi, psikologis); termotivasi untuk berobat secara teratur 4). Gaya hidup tak stabil (waktu bekerja, disaat pasien dan PMO samasama suasana sekitar dan kesehatan mental klien). mengharapkan kesembuhan pasien. Selain itu, Salah satu bentuk dukungan Peran keluarga dalam mengawasi sosial menurut Kaplan adalah dukungan pengobatan pasien tidaka hanya mengawasi emosi. Dukungan Emosi (Emotional keteraturan minum obat bagi pasien, tetapi Support), seperti ekspresi cinta, empati dan juga mengawasi ketersediaan obat di rumah perhatian. Menurut Witty et al. (1992) dalam pasien. Dalam beberapa penyakit, efek Conger et al. (1994), individu dapat samping obat dapat mengganggu pasien mencurahkan perasaan, kesedihan ataupun untuk teratur menelan obat. Keluarga adalah kekecewaannya pada seseorang, yang yang pertama mengetahui efek samping obat. membuat individu sebagai penerima Seperti sebagian efek samping obat yang dukungan sosial merasa adanya keterikatan, dirasakan oleh pasien TB atau kanker kedekatan dengan pemberi dukungan, mungkin adalah seperti pusing, mual, sehingga menimbulkan rasa aman dan muntah-muntah, gatal-gatal, dan lain-lain, percaya.(Nasronudin, 2007) Dukungan ini biasanya disampaikan oleh pasien kepada lebih berfungsi saat menghadapi kejadian PMO untuk dikonsultasikan ke petugas stres yang tidak dapat dikontrol, dan dapat kesehatan. Sehingga dukungan dari untuk mengurangi emosi negatif yang keluarga dapat meningkatkan kepatuhan muncul saat individu mengalami pasien dalam berobat. Faktor-faktor yang stres.(Graeff, 1996). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan pendidik dan pelaksana konseling kesehatan, keluarga mempunyai tugas di keperawatan perawat melaksanakan fungsi bidang kesehatan yang perlu dipahami dan sebagai memberikan informasi kepada dilakukan, meliputi: mengenal masalah pasien. Melaksanakan penyuluhan atau kesahatan keluarga, memutuskan tindakan pendidikan kesehatan untuk pemulihan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat kesehatan klien antara lain tentang keluarga yang mengalami gangguan pengobatan, hygiene, perawatan, serta gejala kesehatan (Salah satunya dukungan keluarga dan tanda-tanda bahaya. Untuk contohnya di sini adalah dengan mengantar informan kebiasaan meminum obat setelah sarapan ke klinik VCT) memodifikasi lingkungan merupakan gambaran kekurang pahaman keluarga untuk menjamin kesehatan akan aturan pengobatan. Hal ini keluarga, dan memanfaatkan fasilitas mengidentifikasi bahwa pemahaman pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga belum optimal dan msih perlu keluarga.(Sherr, 2008). . Kemampuan pemberian informasi secara keluarga yang baik dalam melaksanakan berkesinambungan serta adanya monitoring lima tugas kesehatan keluarga dapat dan evaluasi dari instansi kesehatan. Oleh menjadikan keluarga sebagai pemberi karena itu, Edukasi dan keterlibatan pada perawatan yang efektif bagi anggota keluarga penting untuk diberikan oleh setiap keluarga yang sakit (Friedman et al. 2003). petugas kesehatan sehingga keluarga mampu Keluarga yang dapat menjalankan fungsi merawat pasien sesuai kebutuhan perawatan kesehatan untuk keluarga yang (Friedman et al. 2003). Edukasi yang sakit dapat membantu anggota keluarga diberikan kepada pasien dan keluarganya yang sakit mencapai kondisi yang lebih baik dilakukan guna memenuhi hak pasien, secara fisik maupun psikologis. karena pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang Keluarga juga diharapkan menjadi educator rencana dan hasil pelayanan termasuk yang baik bagi pasien. Tetapi tidak semua kemungkinan terjadinya KTD. Karena itu, di keluarga yang memiliki atau mendapatkan rumah sakit harus ada sistem dan edukasi (pengetahuan) yang cukup agar mekanisme mendidik pasien dan keluarga lebih siaga menghadapi tanda keluarganya tentang kewajiban dan bahaya pada pasien. Efendi & Makhfudli tanggung jawab pasien dalam asuhan (2013) mengemukakan bahwa sebagai keperawatan. Dengan pendidikan tersebut pasien dan segera membawanya atau diharapkan pasien dan keluarga dapat: melaporkan keadan si pasien kepada pihak a) Memberikan info yang benar, jelas, tenaga kesehatan. lengkap dan jujur, b) Mengetahui kewajiban Oleh karena itu, dibutuhkannya pengetahuan dan tanggung jawab, c) Mengajukan keluarga mengenai penyakit dan hal-hal pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, yang berkaitan dengan penyakit pasien guna d) Memahami dan menerima konsekuensi mencegah kondisi pasien yang lebih parah. pelayanan, e) Mematuhi instruksi dan Diharapkan juga kepada perawat atau menghormati peraturan rumah sakit, petugas kessehatan agar memberikan f) Memperlihatkan sikap menghormati dan edukasi ke pada keluarga ataupun pasien tenggang rasa, g) Memenuhi kewajiban agar mereka mendapatkan informasi yang finansial yang disepakati. lebih, dan pemberian asauhan keperawatanpun dapat berjalan dengan baik. Penutup Daftar Pustaka Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri Asmiarti, R. M., Hayati, F., Ishariani, L. yang dilakukan oleh pasien, seperti menjadi 2018. Peran Keluarga dalam Pencegahan Pengawas Minum Obat (PMO), memberikan Stroke pada Pasien Hipertensi di Puskesmas dukungan sosial, salah satunya adalah Bendo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. dukungan emosi seperti ekspresi cinta, Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1), empati dan perhatian. Jika pasien 12-20. mendapatkan dukungan tersebut, maka (http://ilkeskh.org/index.php/ilkes/article/do pasien akan lebih menurut dalam wnload/65/47/) menjalankan pengobatannya. Keluarga Dary, Puspita, D., Luhukay, J. F. 2018. berperan dalam pemberian asuhan Peran Keluarga Dalam Penanganan Anak keperawatan ini juga bertujuan untuk dengan Penyakit ISPA Di RSUD Piru. mencegah bahaya pada pasien, contohnya Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(1), jika pasien mulai merasakan tanda-tanda 35-49. (http://journal.um- bahaya penyakit yang dideritanya dan si surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/downl pasien tidak bisa mengungkapkannya, maka oad/1469/1360) disinilah peran keluarga dalam mengawasi Febrina, W., Rahmi, A. 2018. Analisis Peran dalam Kepatuhan Terapi ARV di Kota Keluarga sebagai Pengawas Minum Obat Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan (PMO) Pasien TB Paru. Jurnal Human Care, Indonesia, 10(2), 116-130. 3(2), 118-129. (https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/a (https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/ar rticle/download/18971/13231) ticle/view/66/pdf) Mukharrim, M. S., Ahri, R. A., Yusriani. Herawati, Y. T. 2015. Budaya Keselamatan 2019. Pelaksanaan Program Perencanaan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA, 11(1), (P4K) Melalui Peran Keluarga Di 52-60. Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan, (https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA 18(2), 49-58. /article/view/4350/3288) (http://journals.stikim.ac.id/index.php/jikes/a rticle/view/222/271) Kudri, A. M., Barliana, M. I. 2018. Pengetahuan dan Kesadaran Apoteker dan Puspita, E., Oktaviarini, E., Santik, Y. D. P. Pasien dalam Melaporkan Adverse Drug 2017. Peran Keluarga dan Petugas Reaction (ADR) terhadap Keamanan Obat. Kesehatan dalam Kepatuhan Pengobatan FarmakaSuplemen, 16(2), 525-530. Penderita Hipertensi di Puskesmas (http://journal.unpad.ac.id/farmaka/article/vi Gunungpati Kota Semarang. Jurnal ew/17602/pdf) Kesehatan Masy.Indonesia, 12(2), 25-32. (https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/a Kusumaningrum, T., Pradanie, R., rticle/download/3172/3056) Yunitasari, E., Kinanti, S. 2016. Peran Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Salawati, L. 2020. PENERAPAN Serviks. Jurnal Ners, 11(1), 112-117. KESELAMATAN PASIEN RUMAH (https://e- SAKIT. Jurnal Averrous, 6(1), 98-107. journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/1920 (https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/ /pdf_13) article/download/2665/1651)
Larasaty, D. N., Shaluhiyah, Z., Suryoputro, Simamora, R. H. (2019). Buku ajar
A. 2015. Bentuk-Bentuk Dukungan pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Keluarga Terhadap Ibu dengan HIV Positif Inspirasi Indonesia.