Anda di halaman 1dari 8

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH BAHAYA ATAU ADVERSE

EVENT TERHADAP PASIEN

Audina Tio Junianti Manik

audina.junianti@gmail.com

Latar Belakang Suatu kejadian yang mengakibatkan


cedera yang tidak diharapkan pada
Keselamatan pasien (patient safety) adalah
pasien karena suatu tindakan atau
suatu sistem upaya di rumah sakit atau
karena tidak bertindak, bukan karena
instansi kesehatan manapun agar pasien
underlying disease atau kondisi
tercegah dari cidera yang disebabkan oleh
pasien.
kesalahan (adverse event) atau bahaya.
2. Kejadian nyaris cedera (KNC)
Perawatan rawat inap memiliki peran
Suatu Insiden yang belum sampai
penting dalam pelayanan perawatan untuk
terpapar ke pasien sehingga tidak
observasi, diagnosis, pengobatan atau upaya
menyebabkan cedera pada pasien.
perawatan kesehatan lainnya, begitu juga
3. Kejadian tidak cedera (KTC)
dalam menjalankan patient safety.
Insiden yang sudah terpapar ke
Tujuan sistim keselamatan pasien adalah
pasien, tetapi tidak menimbulkan
sebagai berikut: a) Menciptakan budaya
cedera, dapat terjadi karena
keselamatan pasien di rumah sakit,
keberuntungan.
b) Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
4. Kondisi potensial cedera (KPC)
terhadap pasien dan masyarakat,
Kondisi yang sangat berpotensi
c) Menurunkan kejadian tidak diharapkan
untuk menimbulkan cedera, tetapi
(KTD) di rumah sakit, d) Melakukan
belum terjadi insiden.
pencegahan sehingga tidak akan terjadi
5. Kejadian sentinel
kejadian yang tidak diharapkan10.
Suatu KTD yang mengakibatkan
Ada berbagai kelompok jenis insiden akibat kematian atau cedera yang serius.10
dari bahaya atau adverse event,
Tetapi bahaya atai adverse event
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)
yang kemungkinan terjadi bukan
hanya sepenuhnya tugas dari seorang rentang batasan waktu 2012 sampai tahun
perawat, tetapi keluarga juga 2020. Dalam pencarian, penulis
berperan penting dalam mencegah mendapatkan sepuluh jurnal online yang
terjadinya bahaya atau adverse event sesuai dengan topik.
pada pasien. Keluarga cenderung
Dan juga penulis mengambil dua jurnal
menjadi pemicu masalah penyakit
sebagai bahan analisa penlis.
anggotanya dan sekaligus menjadi
Jurnal yang pertama berjudul ‘Bentuk-
pelaku dalam menentukan masalah
Bentuk Dukungan Keluarga Terhadap Ibu
penyakitnya (Friedman, 2010).
dengan HIV Positif dalam Kepatuhan Terapi
Terdapat lima tugas kesehatan
ARV di Kota Semarang’ oleh Nurina Dyah
keluarga sebagai bagian dari fungsi
Larasaty, Zahroh Shaluhiyah, dan Antono
keluarga dalam perawatan kesehatan
Suryoputro. Jenis penelitian ini adalah
antara lain; keluarga mampu
penelitian deskriptif dengan pendekatan
mengenali permasalahan yang ada,
kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam
mampu mengambil keputusan
penelitian adalah peneliti sendiri dengan
tindakan kesehatan yang tepat,
pedoman wawancara yang berisi
mampu merawat anggota keluarga
pertanyaan-pertanyaan terbuka yang
yang sakit, mampu memelihara
berhubungan dengan informan, sehingga
kesehatan lingkungan, dan mampu
pelaksanaan pengumpulan data dapat
menggunakan fasilitas kesehatan
berlangsung efisien. Pengolahan data dengan
yang tersedia (Basavanthappa 2008).
menggunakan langkah-langkah analisis data
Oleh karena itu, penulis akan
kualitatif yang meliputi : transcribing,
membahas mengenai peran keluarga
reduksi data, penyajian data, dan
dalam mencegah bahaya atau
kesimpulan.
adverse event pada pasien.
Jurnal kedua yang penulis ambil berjudul
Metode
‘Analisa Peran keluarga Sebagai Pengawas
Penulisan ini penulis buat dengan model Minum Obat (PMO) Pasien TB Paru’ oleh
literature riview dengan membaca dan Wiwit Febrina dan Amila Rahmi. Jenis
menganalisis serta membandingkan penelitian ini adalah penelitian kualitatif
beberapa berbagai sumber online dengan dengan pendekatan fenomenologi yang
dilakukan di Puskesmas Ophir. Penelitian ini pertimbangan tidak ingin membebani orang
dilakukan dengan wawancara mendalam tua mereka. Lima informan menuturkan
terhadap partisipan untuk mengeksplor bahwa tanggapan anak informan ketika
peran keluarga sebagai Pengawas Minum mengetahui status HIV positif informan
Obat (PMO). Partisipan diambil secara adalah sedih dan tidak percaya.
purposive sampling berjumlah 8 orang
Dari jurnal kedua diperoleh hasil partisipan
terdiri dari 3 orang PMO, 3 Orang Pasien
pada penelitian ini berjumlah 8 orang yang
TB Paru, 1 Orang petugas TB Paru
terdiri dari 3 orang PMO, 3 Orang Pasien
Puskesmas, 1 Orang Kepala Puskesmas.
TB Paru, 1 Orang Pemegang Program TB
Hasil Paru Puskesmas Ophir, dan 1 Orang Kepala
Puskesmas Ophir, Kec. Luhak Nan Duo Kab.
Dari jurnal yang pertama diperoleh hasil
Pasaman Barat. Hal ini dimaksudkan agar
umur informan paling muda adalah 26 tahun
informasi yang diperoleh sesuai dengan
dan paling tua adalah 53 tahun. Sembilan
tujuan penelitian yang peneliti lakukan.
informan memiliki latar belakang
Adapun berdasarkan hasil penelitian, peran
pendidikan yang rendah yaitu tamat SD,
keluarga sebagai motivator sudah optimal,
SLTP dan SMA dan satu orang yang tidak
peran mengingatkan pemeriksaan ulang
pernah mengenyam bangku sekolah. Hanya
sputum sudah optimal, peran pengawasan
satu informan yang memiliki latar
pengobatan sudah optimal dilakukan oleh
pendidikan yang cukup tinggi yaitu sebagai
keluarga, dan peran keluarga dalam
sarjana. Semua informan membuka status
memberi edukasi pasien TB Paru belum
HIV positifnya kepada keluarga. Empat
maksimal.
suami informan yang masih hidup mengaku
merasa bersalah atas perbuatannya, yang Dari hasil yang diperoleh diatas, dapat
mengakibatkan informan tertular HIV. disimpulkan bahwa keluarga juga
Sedangkan dua informan yang memiliki mengambil peran dalam kesembuhan dan
orang tua yang masih hidup mengaku kaget keselamatan pasien, apalagi jika si pasien
dan tidak percaya dengan status HIV positif tidak dalam pantauan perawat. Keluarga bisa
anak mereka. Namun demikian, satu mencegah keadaan pasien lebih parah,
informan memilih untuk tidak membuka seperti salah satunya adalah dalam
status kepada orang tuanya dengan mengawasi pasien dalam minum obat, jika si
pasien tidak diawasi dan tidak memiliki Menurut Mubarok (2007), pemberian
kesadaran, keluarga berperan dalam perawatan secara fisik merupakan beban
mengawasinya. yang paling berat dirasakan keluarga.
Keluarga juga berperan memberikan
Pembahasan
motivasi atau dorongan agar pasien
Dilihat dari beberapa kasus, keluarga termotivasi untuk menjalani pengobatan
memiliki peran dalam mencegah terjadinya sesuai aturan hingga sembuh. Bentuk peran
bshsys kepada pasien. Peran orang tua yang diberikan adalah berupa dukungan
merupakan penanganan yang dilakukan oleh moral dan harapan kesembuhan bagi pasien.
ibu ataupun anggota keluarga yang lain. Secara psikologis, kedekatan batin antara
Keluarga merupakan unit terkecil dari anggota keluarga menjadikan dukungan
masyarakat yang berkumpul dan tinggal berupa harapan kesembuhan dan keinginan
dalam suatu rumah tangga, satu dengan yang keluarga untuk melihat pasien dapat
lainnya saling bergantung dan berinteraksi, beraktifitas kembali menjadikan motivasi
bila salah satu atau beberapa anggota kepada pasien. Di dalam kasus TB Paru,
keluarga yang mempunyai kesehatan kurang Peran keluarga sangatlah penting dalam
baik, maka akan memengaruhi anggota pemeriksaan ulang sputum, karena hal inilah
keluarga yang lain (Riska,2016). Sebagai dapat menentukan sejauh mana keberhasilan
komponen yang tidak terpisahkan dari pengobatan bagi
masyarakat, keluarga memiliki peran
pasien TB paru. Mengingatkan pemeriksaan
signifikan dalam status kesehatan. Keluarga
ulang sputum dilakukan agar adanya
berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan,
ketepatan jadwal pemeriksaan ulang oleh
perkembangan, dan produktivitas seluruh
pasien TB Paru. Peran mengingatkan
anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan
pemeriksaan ulang juga dilakukan dengan
gizi dan menjamin kesehatan anggota
mengantarkan sputum untuk pemeriksaan
keluarga. Menurut Hermawati (2015),
jika pasien tidak mampu mengantar pada
kejelasan terhadap perilaku dan pengetahuan
jadwal pemeriksaan.
yang didapat tentang apa yang seharusnya
dilakukan (peran). Maka jika pengetahuan / Keluarga juga berperan dalam mengawasi
perilaku sudah pasti, seseorang dapat pengobatan pasien, guna mewujudkan
menjalankan peran dengan maksimal. medication safety, sehingga keluarga
mengambil peran yaitu Pengawas Minum mempengaruhi kepatuhan berobat
Obata tau yang disingkat PMO. Keinginan dipandang dari sisi biopsikososial adalah :1).
kesembuhan bagi pasien terlihat dari Karakteristik penyakit (lamanya infeksi
kemauan PMO untuk memotivasi pasien diterapi dan keparahan dan stadium
agar tidak jenuh dan putus asa selama proses penyakit); 2). Karakteristik terapi (lamanya
pengobatan. Lamanya proses pengobatan, terapi, kesulitan fisik untuk minum obat,
dan pengobatan yang harus teratur, serta keparahan dan lamanya efek samping,
adanya efek samping obat dan keluhan rutinitas sehari-hari dan pembatasan diet,
kesehatan bagi pasien, mengharuskan kompleksitas jadwal dosis); 3).Karakteristik
adanya peran aktif dari keluarga, terutama klien (sikap, sistem keyakinan,
dalam memotivasi pasien. Pasien akan kepribadian/perilaku, motivasi, psikologis);
termotivasi untuk berobat secara teratur 4). Gaya hidup tak stabil (waktu bekerja,
disaat pasien dan PMO samasama suasana sekitar dan kesehatan mental klien).
mengharapkan kesembuhan pasien.
Selain itu, Salah satu bentuk dukungan
Peran keluarga dalam mengawasi
sosial menurut Kaplan adalah dukungan
pengobatan pasien tidaka hanya mengawasi
emosi. Dukungan Emosi (Emotional
keteraturan minum obat bagi pasien, tetapi
Support), seperti ekspresi cinta, empati dan
juga mengawasi ketersediaan obat di rumah
perhatian. Menurut Witty et al. (1992) dalam
pasien. Dalam beberapa penyakit, efek
Conger et al. (1994), individu dapat
samping obat dapat mengganggu pasien
mencurahkan perasaan, kesedihan ataupun
untuk teratur menelan obat. Keluarga adalah
kekecewaannya pada seseorang, yang
yang pertama mengetahui efek samping obat.
membuat individu sebagai penerima
Seperti sebagian efek samping obat yang
dukungan sosial merasa adanya keterikatan,
dirasakan oleh pasien TB atau kanker
kedekatan dengan pemberi dukungan,
mungkin adalah seperti pusing, mual,
sehingga menimbulkan rasa aman dan
muntah-muntah, gatal-gatal, dan lain-lain,
percaya.(Nasronudin, 2007) Dukungan ini
biasanya disampaikan oleh pasien kepada
lebih berfungsi saat menghadapi kejadian
PMO untuk dikonsultasikan ke petugas
stres yang tidak dapat dikontrol, dan dapat
kesehatan. Sehingga dukungan dari
untuk mengurangi emosi negatif yang
keluarga dapat meningkatkan kepatuhan
muncul saat individu mengalami
pasien dalam berobat. Faktor-faktor yang
stres.(Graeff, 1996). Suprajitno (2004)
menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan pendidik dan pelaksana konseling
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di keperawatan perawat melaksanakan fungsi
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan sebagai memberikan informasi kepada
dilakukan, meliputi: mengenal masalah pasien. Melaksanakan penyuluhan atau
kesahatan keluarga, memutuskan tindakan pendidikan kesehatan untuk pemulihan
kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat kesehatan klien antara lain tentang
keluarga yang mengalami gangguan pengobatan, hygiene, perawatan, serta gejala
kesehatan (Salah satunya dukungan keluarga dan tanda-tanda bahaya. Untuk contohnya
di sini adalah dengan mengantar informan kebiasaan meminum obat setelah sarapan
ke klinik VCT) memodifikasi lingkungan merupakan gambaran kekurang pahaman
keluarga untuk menjamin kesehatan akan aturan pengobatan. Hal ini
keluarga, dan memanfaatkan fasilitas mengidentifikasi bahwa pemahaman
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga belum optimal dan msih perlu
keluarga.(Sherr, 2008). . Kemampuan pemberian informasi secara
keluarga yang baik dalam melaksanakan berkesinambungan serta adanya monitoring
lima tugas kesehatan keluarga dapat dan evaluasi dari instansi kesehatan. Oleh
menjadikan keluarga sebagai pemberi karena itu, Edukasi dan keterlibatan pada
perawatan yang efektif bagi anggota keluarga penting untuk diberikan oleh setiap
keluarga yang sakit (Friedman et al. 2003). petugas kesehatan sehingga keluarga mampu
Keluarga yang dapat menjalankan fungsi merawat pasien sesuai kebutuhan
perawatan kesehatan untuk keluarga yang (Friedman et al. 2003). Edukasi yang
sakit dapat membantu anggota keluarga diberikan kepada pasien dan keluarganya
yang sakit mencapai kondisi yang lebih baik dilakukan guna memenuhi hak pasien,
secara fisik maupun psikologis. karena pasien dan keluarga mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi tentang
Keluarga juga diharapkan menjadi educator
rencana dan hasil pelayanan termasuk
yang baik bagi pasien. Tetapi tidak semua
kemungkinan terjadinya KTD. Karena itu, di
keluarga yang memiliki atau mendapatkan
rumah sakit harus ada sistem dan
edukasi (pengetahuan) yang cukup agar
mekanisme mendidik pasien dan
keluarga lebih siaga menghadapi tanda
keluarganya tentang kewajiban dan
bahaya pada pasien. Efendi & Makhfudli
tanggung jawab pasien dalam asuhan
(2013) mengemukakan bahwa sebagai
keperawatan. Dengan pendidikan tersebut pasien dan segera membawanya atau
diharapkan pasien dan keluarga dapat: melaporkan keadan si pasien kepada pihak
a) Memberikan info yang benar, jelas, tenaga kesehatan.
lengkap dan jujur, b) Mengetahui kewajiban Oleh karena itu, dibutuhkannya pengetahuan
dan tanggung jawab, c) Mengajukan keluarga mengenai penyakit dan hal-hal
pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, yang berkaitan dengan penyakit pasien guna
d) Memahami dan menerima konsekuensi mencegah kondisi pasien yang lebih parah.
pelayanan, e) Mematuhi instruksi dan Diharapkan juga kepada perawat atau
menghormati peraturan rumah sakit, petugas kessehatan agar memberikan
f) Memperlihatkan sikap menghormati dan edukasi ke pada keluarga ataupun pasien
tenggang rasa, g) Memenuhi kewajiban agar mereka mendapatkan informasi yang
finansial yang disepakati. lebih, dan pemberian asauhan
keperawatanpun dapat berjalan dengan baik.
Penutup
Daftar Pustaka
Keluarga memiliki peran penting dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri Asmiarti, R. M., Hayati, F., Ishariani, L.
yang dilakukan oleh pasien, seperti menjadi 2018. Peran Keluarga dalam Pencegahan
Pengawas Minum Obat (PMO), memberikan Stroke pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
dukungan sosial, salah satunya adalah Bendo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
dukungan emosi seperti ekspresi cinta, Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1),
empati dan perhatian. Jika pasien 12-20.
mendapatkan dukungan tersebut, maka (http://ilkeskh.org/index.php/ilkes/article/do
pasien akan lebih menurut dalam wnload/65/47/)
menjalankan pengobatannya. Keluarga
Dary, Puspita, D., Luhukay, J. F. 2018.
berperan dalam pemberian asuhan
Peran Keluarga Dalam Penanganan Anak
keperawatan ini juga bertujuan untuk
dengan Penyakit ISPA Di RSUD Piru.
mencegah bahaya pada pasien, contohnya
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(1),
jika pasien mulai merasakan tanda-tanda
35-49. (http://journal.um-
bahaya penyakit yang dideritanya dan si
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/downl
pasien tidak bisa mengungkapkannya, maka
oad/1469/1360)
disinilah peran keluarga dalam mengawasi
Febrina, W., Rahmi, A. 2018. Analisis Peran dalam Kepatuhan Terapi ARV di Kota
Keluarga sebagai Pengawas Minum Obat Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan
(PMO) Pasien TB Paru. Jurnal Human Care, Indonesia, 10(2), 116-130.
3(2), 118-129. (https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/a
(https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/ar rticle/download/18971/13231)
ticle/view/66/pdf)
Mukharrim, M. S., Ahri, R. A., Yusriani.
Herawati, Y. T. 2015. Budaya Keselamatan 2019. Pelaksanaan Program Perencanaan
Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA, 11(1), (P4K) Melalui Peran Keluarga Di
52-60. Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
(https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA 18(2), 49-58.
/article/view/4350/3288) (http://journals.stikim.ac.id/index.php/jikes/a
rticle/view/222/271)
Kudri, A. M., Barliana, M. I. 2018.
Pengetahuan dan Kesadaran Apoteker dan Puspita, E., Oktaviarini, E., Santik, Y. D. P.
Pasien dalam Melaporkan Adverse Drug 2017. Peran Keluarga dan Petugas
Reaction (ADR) terhadap Keamanan Obat. Kesehatan dalam Kepatuhan Pengobatan
FarmakaSuplemen, 16(2), 525-530. Penderita Hipertensi di Puskesmas
(http://journal.unpad.ac.id/farmaka/article/vi Gunungpati Kota Semarang. Jurnal
ew/17602/pdf) Kesehatan Masy.Indonesia, 12(2), 25-32.
(https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/a
Kusumaningrum, T., Pradanie, R.,
rticle/download/3172/3056)
Yunitasari, E., Kinanti, S. 2016. Peran
Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Salawati, L. 2020. PENERAPAN
Serviks. Jurnal Ners, 11(1), 112-117. KESELAMATAN PASIEN RUMAH
(https://e- SAKIT. Jurnal Averrous, 6(1), 98-107.
journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/1920 (https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/
/pdf_13) article/download/2665/1651)

Larasaty, D. N., Shaluhiyah, Z., Suryoputro, Simamora, R. H. (2019). Buku ajar


A. 2015. Bentuk-Bentuk Dukungan pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais
Keluarga Terhadap Ibu dengan HIV Positif Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai