Anda di halaman 1dari 16

ASPEK MAQASYID ASY-SYARIAH DAN

ISSUE END OF LIFE PADA UNIT


PERAWATAN KRITIS
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
DEWI ANIS (G2A221018)
AULIA RAHMAWATI (G2A221019)
JEFRI INDRA (G2A221020)
 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus


dijaga oleh setiap insan. Syariat Islam telah meletakkan aturan-
aturan yang menyangkut pelayanan dan perawatan Kesehatan.
Kebutuhan manusia terhadap pengobatan untuk menyelamatkan
nyawanya merupakan hal mendasar yang diperlukan oleh setiap
makhluk hidup . Dalam kondisi jiwa dan fisik yang lemah, tidak
jarang pasien mempercayakan hidup dan matinya sepenuhnya
kepada tenaga Kesehatan.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam kehidupan.
Cont…

Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan


interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan 2
lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk
pemberian perawatan. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di
rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat (UGD) dimana
pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU)
adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis, sedangkan bagian
yang lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit
perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU).
Pengertian Dan Bentuk – Bentuk Maqasyid As-Syariah

 Secara bahasa, maqashid syari’ah terdiri dari dua kata, yakni


maqashid dan syari’ah. Maqashid adalah bentuk jama’ dari maqsud
yang berarti kesengajaan atau tujuan.
 Syari’ah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air. Jalan menuju
sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber
pokok kehidupan. Adapun secara istilah, maqashid syari’ah berarti
tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum
Islam.
 Sedangkan ar-Risuni berpendapat bahwa maqashid syariah adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh syariat agar kemashlahatan manusia
bisa terwujud.
Maqashid syariah yang dapat diterapkan dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit yaitu dalam bentuk :

1. Penjagaan agama (hifz ad-diin)


2. Penjagaan jiwa (hifz an-nafs)
3. Penjagaan akal (hifz al-aql)
4. Penjagaan keturunan (hifz an –nasl)
5. Penjagaan harta (hifz al-mal)
• END OF LIFE

 End of life merupakan salah satu tindakan


yang membantu meningkatkan kenyamanan
seseorang yang mendekati akhir hidup
(Ichikyo, 2016).

 End of life care adalah perawatan yang


diberikan kepada orang-orang yang berada
di bulan atau tahun terakhir kehidupan
mereka (NHS Choice, 2015).
Prinsip End of Life

Menurut NSW Health (2005) Prinsip End Of Life antara


lain :
a. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian
b. Hak untuk mengetahui dan memilih
c. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam
mempertahankan hidup
d. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan
e. Transparansi dan akuntabilitas
f. Perawatan non diskriminatif
g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
h. Perbaikan terus menerus
Issue Dalam End of Life
1. Konsep Do Not Resucitation
Do Not Resuscitate (DNR) atau Jangan Lakukan Resusitasi merupakan suatu tindakan dimana dokter
menempatkan sebuah instruksi berupa informed concent yang telah disetujui oleh pasien ataupun keluarga pasien di
dalam rekam medis pasien, yang berfungsi untuk menginformasikan staf medis lain untuk tidak melakukan
resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada pasien

2. . Tahapan DNR Sebelum menulis form DNR


Dokter harus mendiskusikannya dengan pasien atau seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga pasien. Semua hal yang didiskusikan harus didokumentasikan dalam rekam medis, siapa saja yang
mengikuti diskusi, dan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

3. Peran Perawat dan pelaksanaan DNR


Peran perawat dalam Do Not Resuscitation adalah membantu dokter dalam memutuskan DNR sesuai dengan
hasil pemeriksaan kondisi pasien. Setelah rencana diagnosa DNR diambil maka sesegera mungkin keluarga
diberikan informasi mengenai kondisi pasien dan rencana diagnosa DNR
Ada tahapan fase dalam berduka :

1. Fase denial ( menyangkal )


2. Fase marah (anger )
3. Fase tawar menawar (bargaining )
4. Fase depresi (depression)
5. Fase menerima (acceptance)
Aspek Maqasyid As-Syariah Dalam Issue End of Life

 Pasien yang berada di ruang rawat intensif umumnya terintubasi dan tidak
sadarkan diri. Kondisi ini berdampak secara  psikologis, sosial, dan spiritual.
Seringkali kondisi tersebut menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan
pada pasien dan pada akhirnya jatuh dalam kondisi distres spiritual dimana
pasien sudah tidak lagi percaya pada Tuhan, tidak lagi melakukan ibadah, dan
hilang pengharapan terhadap Tuhan. Proses penyembuhan dan mekanisme
koping tentunya akan terhambat jika pasien mengalami distres spiritual.
 Perawat juga dapat melakukan kolaborasi dengan pemuka
agama dan keluarga untuk melakukan pembimbingan
kepada pasien dan memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Keluarga memiliki peran penting dalam mendukung dan
meningkatkan kondisi kesehatan pasien.
 Perawat dapat  berkolaborasi pemimpin agama untuk
memberikan perawatan spiritual bagi pasien dan keluarga
mereka.  Kolaborasi yang efektif diperlukan (terutama
mengingat perubahan saat ini dalam sistem perawatan
kesehatan) untuk menyediakan perawatan spiritual yang
memadai.
Hal – hal penting bagi pasien dalam end of life

1. Menerima takdir sakit yang tidak akan sembuh


2. Senantiasa berbaik sangka pada Allah – jauhi kemusyrikan.
3. Sekuat tenaga menjalankan ibadah wajib maupun sunahnya.
4. Tidak akan melewatkan sejenak waktu berlalu kecuali dirinya ingat
Allah
5. Terus menjalani upaya pengobatan tanpa putus asa
Penilaian pada pasien end of life dapat dilihat dengan

Penilaian Tidak menerima takdir Menerima takdir


Tidak ibadah sedih galau
Ibadah resah nyaman

QS Asy-Syu’ara : 88-89

ٍ ‫@ن َأ َت@@ىهَّللا َ@بِ َق ْ@ل‬


@@@‫@ب‬ @@ْ ‫َم‬ ‫@ونِإاَّل‬
@ َ ‫َب@ ُن‬ َ @ ٌ ‫َي@ن@ َف ُ@ع@ َم‬
‫@ال@واَل‬ ‫@و َم@اَل‬
@ْ ‫َي‬
@‫َس@@ لِي ٍ@م‬
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Bantuan memenenuhi kebutuhan spiritual pasien :

1. Menanyakan kepada pasien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana pasien


selanjutnya menjelang kematian.
2. Menanyakan kepada pasien untuk bila ingin mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk
mernenuhi kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya.
3. Mernbantu dan rnendorong pasien untuk rnelaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
4. Keyakinan spiritual rnencakup praktek ibadah sesuai dengan keyakinannya dan harus diberi
dukungan. Petugas kesehatan dan keluarga harus rnampu mernberikan ketenangan melalui
keyakinan- keyakinan spiritualnya. Petugas kesehatan dan keluarga harus sensitif terhadap
kebutuhan ritual pasien yang akan rnenghadapi kernatian.
Perawatan spiritual juga dapat membuat pasien menerima kondisinya, merasa nyaman, dan dapat
menjadi fasilitas untuk mengantarkan pasien pada kematian yang damai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai