Anda di halaman 1dari 66

```

Volume 2 Nomor 2, September 2009 ISSN 1979-3340

‰ Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang


Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI Dini Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bringkoning - Sampang
‰ Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 –
6 Bulan Antara Yang Dilakukan Pemijatan dan Yang
Tidak Dilakukan Pemijatan (Studi di Desa Panggung
Kabupaten Sampang Tahun 2009)
‰ Gambaran Produksi ASI Antara Ibu Menyusui Yang
Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan Yang Tidak Mengkonsumsi
Daun Katuk
‰ Studi Komparasi Proses Involusi (Pengeluaran Lochea) Pada
Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan Mobilisasi Dini Dan
Yang Melakukan Mobilisasi Dini Di Desa Blumbungan
Wliayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Pamekasan
‰ Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran
ASI Pada Ibu Post Partum Primapara Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bangkalan
‰ Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training
Dengan Kemandirian Anak Dalam mengontrol BAB dan BAK
Pada Usia 3 – 4 Tahun
‰ Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan
Antenatal Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya
‰ Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kecepatan
Involusi Uteri
‰ Intrathecal Labour Analgesia (ILA)

Penerbit :
Akademi Kebidanan Ngudia Husada
Madura
Jl. R.E. Martadinata - Bangkalan 69116-Jawa
Timur
Telpon (031) 3061522 – Fax (031)
3091871
email :
akbid.nhm@gmail.c
om
akbid_nhm@yahoo.
con
JURNAL Bangkalan ISSN
VOL. 2 NO. 2 Hlm. 51-104
OBSGIN September 2009 1979-3340
Volume 2 Nomor 2, September 2009 ISSN: 1979-3340

Jurnal Ilmiah Iilmu Kebidanan &


Kandungan

Jurnal OBSGIN (Obstetri dan Ginekologi) Adalah


Jurnal Ilmiah Kebidanan dan Kandungan
Jurnal OBSGIN merupakan wahana informasi bidang Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Yang menerbitkan hasil penelitian dan karya ilmiah terkait.
Terbit pertama kali bulan Maret 2008 dengan frekuensi terbit dua kali setahun
pada bulan Maret dan September

Susunan Pengurus
Jurnal
Pemimpin
Umum
H. Mustofa Haris, S.Kp.,M.Kes

Ketua
Penyunting
Hj. Fitriah, S.Kep.,Ns.,M.Pd

Penyunting
Ahli
dr. Bambang Soetjahyo, Sp.OG
dr. Mulyadi Amanullah, Sp.OG
dr. Hamid Nawawi, Sp.A
Tri Retnoningsih, S.SiT
Hamimatus Zainiyah, S.ST

Penyunting Pelaksana
Ulva Noviana, S.Kep.,Ns
Ponco Indah arista, S.SiT

Keungan dan
Sirkulasi Nur
Hidayanto, SE. Hikmah
Fauziyah, S.IP

Penerbi
t
Akademi Kebidanan Ngudia Husada Madura

Alamat
Redaksi
Jl. RE. Martadinata – Bangkalan
Telp. (031) 3061522, Fax. (031) 3091871

Penerbit :
Akademi Kebidanan Ngudia Husada
Madura
Jl. R.E. Martadinata - Bangkalan 69116-Jawa
Timur
Telpon (031) 3061522 – Fax (031)
3091871
email :
akbid.nhm@gmail.c
om
akbid_nhm@yahoo.
con
Volume 2 Nomor 2, September 2009 ISSN: 1979-3340

Jurnal Ilmiah Iilmu Kebidanan & Kandungan

DAFTAR ISI :

Dari Meja Penyunting ....................................................................................................... iv

PENELITIAN ILMIAH
# Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif dan
MP-ASI Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Bringkoning - Sampang
Linda Puji Astuti ...................................................................................................... 51 - 56

# Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Antara Yang
Dilakukan Pemijatan dan Yang Tidak Dilakukan Pemijatan (Studi di Desa
Panggung Kabupaten Sampang Tahun 2009)
Lely Aprilia Vidayati ................................................................................................ 57 - 62

# Gambaran Produksi ASI Antara Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk
Dengan Yang Tidak Mengkonsumsi Daun Katuk
Merlyna Suryaningsih ............................................................................................. 63 - 70

# Studi Komparasi Proses Involusi (Pengeluaran Lochea) Pada Ibu Post Partum
Yang Tidak Melakukan Mobilisasi Dini Dan Yang Melakukan Mobilisasi Dini Di
Desa Blumbungan Wliayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Pamekasan
Nisfil Mufidah ........................................................................................................... 71 - 77

# Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Post
Partum Primapara Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan
R. Santi Agustini ...................................................................................................... 78 - 84

# Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Dalam mengontrol BAB dan BAK Pada Usia 3 – 4 Tahun
Dwi Wahyuningtyas ................................................................................................ 85 - 91

# Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah Sakit


Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
Sunarsih ................................................................................................................... 92 - 99

ARTIKEL KESEHATAN
# Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kecepatan Involusi Uteri
M. Hasinuddin .......................................................................................................... 100 - 102

# Intrathecal Labour Analgesia (ILA)


Dian Eka Januriwasti .............................................................................................. 103 - 104

Penerbit: Akademi Kebidanan Ngudia Husada Madura. Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan 69116. Telp. (031) 3061522. Fax. (031) 3091871 e-mail: akbid.nhm@gmail.com ,
akbid_nhm@yahoo.com
Dari Meja Penyunting

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT ayang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayahNYA kepada kami sehingga Jurnal Ilmiah Obsgin ini dapat terbit sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
Jurnal ini diterbitkan sebagai salahsatu sarana penyampaian informasi di bidang
kesehatan khsusunya bidang kebidanan dan kandungan yang dapat diakses oleh segenap
kalangan masyarakat yang berhubungan dengan bidang kesehatan maupun masyarakat pada
umumnya.
Penerbitan Jurnal Obsgin Volume 2, Nomor 2, September 2009 diharapkan dapat lebih
menarik pembaca untuk membaca. Pada penerbitan ini tulisan ilmiah yang disajikan meliputi ASI
eksklusif, inisiasi menyusui dini, pemijatan bayi, pengeluaran lochea, toilet training, dan antenatal
care.
Ucapan terima kasih kami sampaikan para tim penyunting ahli, dan segenap tim penerbit
Jurnal Obsgin ini atas kerja kerasnya sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat
meningkatkan wawasan di bidang kesehatan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan pula kepada para peneliti dan penulis atas
partisipasinya mengirimkan karya ilmiahnya baik berupa penelitian, maupun artikel. Redaksi Jurnal
Obsgin selalu membuka kesempatan bagi para penulis yang bersedia menyumbangkan karya
ilmiahnya untuk dipublikasikan di Jurnal Obsgin.
Harapan kami Jurnal Obsgin ini dapat memberikan manfaat bagi segenap insan
kesehatan pada khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi kemajuan jurnal ini, dan semoga dengan diterbitkannya Jurnal Obsgin
ini akan semakin meningkatkan semangat para peneliti untuk menulis.

Bangkalan, September 2009

PENYUNTING
Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI Dini (Linda Puji Astuti) 51
P E NE LI TI AN I L MI AH
Perbandingan Kenaikan Berat Badan ABSTRACT

Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif Breastfeeding (ASI) is a kind of food which
sufficient for whole element of baby’s necessity, in term
of physic, psychology, social and spiritual. Moreover,
dan MP-ASI Dini Di Wilayah Kerja there are still many parents who have given Additional
Food for breastfeeding (MP-ASI) to their children before
Puskesmas Bringkoning - Sampang six months age. Generally, there are many mothers
regard that their children are hungry and will sleep well
when they are given meal. The purpose of this research
is to know the comparison between baby body’s weight
The Comparison Between The Increase increase which are given exclusive breastfeeding (ASI)
of Baby Body’s Weight Who Are Given and which are given early-additional food for
breastfeeding (MP-ASI). The independent variable in this
Exclusive Breastfeeding (ASI Exclusive) research is giving Exclusive breastfeeding (ASI
And Who Are Given Early-Additional Food Exclusive) and giving Early-Additional Food for
breastfeeding (MP-ASI). The dependent variable is the
for Breastfeeding (MP-ASI) In The Work baby body’s increase. The population is 47 babies; the
Area Of Bringkoning Public Health numbers of the sample based on questionnaire are 16
babies who are given exclusive breastfeeding (ASI) and
Center at Sampang City 16 babies who are given Early Additional Food for
breastfeeding (MP-ASI). The data collection is done by
doing observation and analysis with t-test 2 free samples
LINDA PUJI ASTUTI *) with significant level 5%. The result of the research is the
MUFARIKA **) increase of baby body’s weight who are given exclusive
*) Akademi Kebidanan Ngudia Husada Madura breastfeeding (ASI) is about 50% with the increasing
**) Program Studi Ilmu about 3,5 - 3,9 kg. Meanwhile, the increase of baby
Keperawatan, body’s weight that are given Early Additional Food for
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudia Husada breastfeeding (MP-ASI) is about 50% that the increasing
Madura is about 3,0 – 3,4 kg. From the result of t-test it is found
that the significance value (α) = 0,009 < 0,05 which
means there is difference between the increase of baby
body’s weight who are given exclusive breastfeeding
(ASI) and who are given Early-Additional Food for
breastfeeding (MP-ASI). The conclusion of this research
is that the increase of baby body’s weight who are given
exclusive breastfeeding (ASI) is bigger than who are
given Early-Additional Food for breastfeeding (MP-ASI).

Key words: Exclusive Breastfeeding (ASI), Early


Additional Food for Breastfeeding (MP-ASI), body’s
weight

Correcpondence : Linda Puji Astuti, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia


PENDAHULUAN Kurva berat badan terhadap umur dan panjang
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini badan terhadap umur dari bayi yang mendapat ASI
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal eksklusif selama 6 bulan tetap berada diatas P50
dan tidak diberi makanan lain, walaupun air putih kurva NCHS. Penelitian ini menunjukkan bahwa
sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004:3). dalam kondisi yang optimal, ASI eksklusif
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar mendukung pertumbuhan bayi selama 6 bulan
60-70% kebutuhan gizi bayi. Jadi, bayi mulai pertama atau lebih (Sekartani, 2008:127).
membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Dari data yang diperoleh dari Dinas
Bayi yang mendapat ASI eksklusif umumnya tumbuh Kesehatan Kabupaten Sampang yang berasal dari
dengan cepat pada 2-3 bulan pertama, tetapi lebih seluruh cakupan puskesmas terdapat 18112 bayi,
lambat dibanding dengan bayi yang tidak mendapat yang mendapat ASI eksklusif yaitu hanya 21,95%
ASI eksklusif. Suatu penelitian menunjukkan berat (3976 bayi).Sedangkan yang tidak mendapatkan ASI
badan bayi yang mendapat ASI lebih ringan eksklusif sebanyak 78,05 % (14136 bayi). Dan data
dibanding bayi yang mendapat susu formula sampai yang diperoleh dari puskesmas Bringkoning,
usia 6 bulan. Hal ini bukan berarti bahwa berat Sampang didapatkan, dari 740 bayi hanya 24,59 %
badan yang lebih besar pada bayi yang mendapat (182 bayi) yang mendapatkan ASI eksklusif dan
susu formula lebih baik dibanding bayi yang sisanya sebanyak 75,41% ( 558 bayi) telah diberikan
mendapat ASI. Berat berlebih pada bayi yang MP-ASI secara dini sebelum bayi berusia 6 bulan.
mendapat susu formula justru menandakan terjadi Data ini menjelaskan tingginya pemberian MP-ASI
kegemukan. Saat ini WHO telah memperkenalkan secara dini bila dibandingkan target yang harus
kurva pertumbuhan baru untuk anak usia 0-5 tahun dicapai pada pemberian ASI eksklusif sebesar
yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan. 100%.
Penelitian retrospektif yang dilakukan di Baltimure Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan
Washington DC tehadap pertumbuhan bayi yang membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan atau lebih. kuman. Hasil riset terakhir dari peneliti Indonesia
52
Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif
Jurnal Ilmiah
dan MP-ASI Dini (Linda
Ilmu Kebidanan danPuji Astuti) Vol. 2, No. 2, September 2009 : 51 -52
Kandungan, 56

menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP- bayi segera 30 menit setelah lahir; 2) Berikan
ASI sebelum berumur 6 bulan, lebih banyak kolostrum; 3) Berikan ASI dari kedua payudara, kiri
terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai
dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI payudara terasa kosong; 4) Berikan ASI setiap kali
eksklusif (Lely Soraya,12 Januari 2008). Jadi, ASI bayi meminta/ menangis tanpa jadwal.
adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh Sedangkan pemberian makanan yang
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, social benar untuk bayi umur 4-6 bulan adalah : 1)
maupun spiritual (Purwanti, 2004). Disisi lain, Pemberian ASI diteruskan; 2) Bayi mulai
kandungan gizi ASI sangat cocok untuk diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kualitas dan karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah; 3)
kuantitasnya serta komposisinya merupakan paduan Perlu diingat tiap kali berikan ASI dulu baru MP-ASI,
yang sangat tepat bagi kebutuhan bayi (June agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin;
Thomson, 2004:98). dan 4) Memperkenalkan makanan baru pada bayi,
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk jangan dipaksa.
mengetahui perbedaan perbandingan kenaikan Pemberian makanan yang benar untuk bayi
berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif dan MP- umur 6-12 bulan adalah : 1) Pemberian ASI
ASI dini di wilayah kerja puskesmas Bringkoning- diteruskan; 2) Mulai diperkenalkan dengan
Sampang. makanan yang lebih padat dalam bentuk makanan
lembek (nasi tim bayi); 3) Nasi tim bayi
TINJAUAN PUSTAKA ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat
Konsep ASI Ekslusif lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/ margarine;
4) Setiap kali makan, berikanlah nasi tim bayi
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air dengan takaran paling sedikit.
susu ibu ) sedini mungkin setelah persalinan, Resiko pemberian makanan pendamping
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan ASI terlalu dini atau kurang dari 6 bulan antara lain
lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 1) Menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan
6 bulan (Purwanti, 2004:3). ASI eksklusif atau lebih bayi yang merupakan suatu resiko untuk terjadinya
tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi penurunan produksi ASI; 2) Menyebabkan defisiensi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain zat besi dan anemia karena keseimbangan zat besi
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, sangat rawan pada bayi-bayi muda; 3)
dan tanpa tambahan makan padat seperti pisang, Meningkatkan terjadinya diare pada bayi; 4)
pepaya, bubur susu, bubur nasi, dan tim (Roesli, Obesitas; 5) Hipertensi; 6) Arteriosklerosis; dan 7)
2000:3). Alergi makanan.
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-
unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak Konsep Kenaikan Berat Badan Bayi
karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Berat badan merupakan ukuran
Semua zat ini terdaoat secara proporsional dan antropometri yang penting dan paling sering
seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup digunakan pada bayibaru lahir atau neonatus ( I
yang mempunyai keseimbangan biokimia yang Dewa,2001: 39). Berat badan merupakan ukuran
sangat tepat ini bagai suatu “ simfoni nutrisi bagi antropometrik yang terpenting dipakai pada sikap
pertumbuhan bayi “ sehingga tidak mungkin ditiru kesempatan memeriksa kesehatan anak pada
oleh buatan manusia (Roesli, 2000: 24). semua kelompok umur. Merupakan hasil
peningkatan/ penurunan semua jaringan tubuh dan
Konsep Makanan Pendamping ASI lain-lainnya serta sebagai indikator yang terbaik
pada saat untuk mengetahui keadaan gizi dan
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 1995: 38).
makanan yang diberikan kepada bayi atau anak Cara Menimbang/ Mengukur Berat Badan
disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya adalah 1) Letakkan timbangan ditempat yang rata
(Depkes RI,1994). MP-ASI (Makanan Pendamping dan datar
Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang 2) Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau nol; 3) Timbang bayi dengan pakaian seminimal
anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi mungkin; dan 4) Baca dan catat berat badan balita
selain dari ASI (Depkes RI, 2006). sesuai dengan angkayang ditunjuk oleh jarum
Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah timbangan.
650 Kalori dan 16 gram protein. Kandungan gizi Air
Susu Ibu (ASI) adalah 400 Kalori dan 10 gram Air Susu Ibu dan Pertumbuhan Anak
protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-
Bayi yang mendapat ASI eksklusif
ASI adalah 250 Kalori dan 6 gram protein.
umumnya tumbuh dengan cepat pada 2-3 bulan
Kebutuhan gizi bayi usia 12 – 24 bulan adalah
pertama kehidupannya, tetapi lebih lambat dibanding
sekitar 850 Kalori dan 20 gram protein. Kandungan
bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Dalam
gizi ASI adalah sekitar 350 Kalori dan 8 gram
minggu pertama kehidupan sering ditemukan
protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-
penurunan berat badan sebesar 5% pada bayi yang
ASI adalah sekitar 500 Kalori dan 12 gram (Depkes
mendapat ASI. Apabila terjadi masalah pemberian
RI, 2006).
ASI, penurunan berat badan sebesar 7% dapat
Pemberian makanan yang benar untuk bayi
umur 0-4 bulan adalah sebagai berikut : 1) Susui terjadi pada 72 jam pertama kehidupan.
53
Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif
Jurnal Ilmiah
dan MP-ASI Dini (Linda
Ilmu Kebidanan danPuji Astuti) Vol. 2, No. 2, September 2009 : 51 -53
Kandungan, 56

Suatu penelitian jangka panjang terhadap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif dan
bayi yang mendapat susu formula, nilai P10 dan P90 Deskripsi Daerah Penelitian
kurva berat badan terhadap umur dan panjang Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
badan terhadap umur pada saat lahir dari kedua Puskesmas Bringkoning, dengan luas wilayah 65,9
2
kelompok adalah sama. Nilai P10 kedua kelompok Km . Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas
tetap sama pada umur 112 hari (4 bulan). Bringkoning adalah 33.892 jiwa. Mayoritas penduduk
Perbedaan bermakna terlihat pada nilai P90 kurva di wilayah kerja Puskesmas Bringkoning mata
berat badan terhadap umur, bayi yang mendapat pencahariannya sebagai karyawan, wiraswasta, tani,
susu formula lebih tinggi dibanding bayi yang pensiunan serta jasa. Pada umumnya penduduk di
mendapat ASI eksklusif. Demikian pula dengan nilai wilayah kerja Puskesmas bringkoning 99% memeluk
berat badan terhadap panjang badan bayi yang agama Islam. Jumlah sarana kesehatan yang ada di
mendapat susu formula lebih tinggi dibanding bayi wilayah kerja Puskesmas Bringkoning yaitu 1
yang mendapat ASI. Puskesmas, 2 Puskesmas pembantu, 13 Polindes.
Hasil yang mirip juga diperlihatkan oleh Dari pengumpulan data di dapatkan jumlah tenaga
peneliti lain. Berat badan bayi yang mendapat ASI kesehatan terdiri dari: 1 orang dokter umum, 1 orang
lebih ringan dibanding bayi yang mendapat susu dokter gigi, 1 orang perawat gigi, 21 orang perawat,
formula sampai usia 6 bulan. Hal ini bukan berarti dan 14 orang bidan.
bahwa berat badan yang lebih besar pada bayi yang
mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi Karakteristuk Responden
yang mendapat ASI. Kurva pertumbuhan yang
Karakteristik responden dalam penelitian ini
normal adalah kurva bayi yang mendapat ASI. Berat
meliputi umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian
berlebih pada bayi yang mendapat susu formula
tentang umur responden didapatkan bahwa
justru menandakan terjadi kegemukan. Saat ini
responden yang berumur 5 bulan sebanyak 11 bayi
WHO telah memperkenalkan kurva pertumbuhan
(34,38%). Dan responden yang berumur 6 bulan
baru untuk anak usia 0-5 tahun yang mendapat ASI
sebanyak 21 bayi (65,62%). Sedangkan hasil
eksklusif selama 6 bulan.
penelitian tentang jenis kelamin responden
Penelitian retrospektif yang dilakukan di
didapatkan bahwa responden dengan jenis kelamin
Baltimure Washington DC tehadap pertumbuhan
laki-laki sebanyak 20 bayi (62,5%), dan responden
bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 bayi
atau lebih. Kurva berat badan terhadap umur dan
(37,5).
panjang badan terhadap umur dari bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan tetap berada
Berat Badan Bayi Baru Lahir
diatas P50 kurva NCHS. Penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam kondisi yang optimal, ASI eksklusif Hasil penelitian tentang berat badan bayi
mendukung pertumbuhan bayi selama 6 bulan baru lahir yang diberi ASI eksklusif dapat dilihat
pertama atau lebih (Sekartani, 2008:127). pada tabel berikut :

METODE PENELITIAN Tabel 1


Distribusi frekuensi berat badan bayi baru lahir yang
Penelitian ini merupakan penelitian
diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
komparasi dengan menggunakan studi retrospektif.
Bringkoning Sampang tahun 2009
variabel independent dari penelitian ini adalah
pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI BBL (Kg) Frekuensi Persentase (%)
dini. Sedangkan variabel dependentnya adalah 2,5 - 2,8 9 56,25
kenaikan berat badan bayi. Populasi dalam 2,9 - 3,2 6 37,5
penelitian ini adalah bayi-bayi yang berusia 5-6 3,3 - 3,6 1 6,25
bulan di wilayah kerja puskesmas Bringkoning, 3,7 - 4,0 0 0
Sampang sebanyak 47 bayi. Dari hasil perhitungan TOTAL 16 100
didapatkan sampel sebanyak 42 responden. Teknik Sumber : Data sekunder tahun 2009
pengambilan sampel yang digunakan adalah
menggunakan Probality sampling dengan teknik Dari tabel 1 di atas dapat disimpulkan
pengambilan sampel secara acak (Simpel random bahwa berat badan bayi baru lahir yang diberi ASI
Sampling), dimana setiap anggota atau unit dari eksklusif mayoritas adalah 2,5-2,8 Kg sebanyak 9
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bayi (56,25%).
diseleksi sebagai sampel. Dari pengambilan sampel Sedangkan berat badan bayi baru lahir
secara acak sederhana ini menggunakan teknik yang diberi MP-ASI dini adalah seperti pada tabel
undian (lotery Technique). Teknik dan analisa data berikut :
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
uji t-test dengan tingkat signifikan 5%. Penelitian ini
akan dilaksanakan di puskesmas Bringkoning,
kabupaten sampang.
54
Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif
Jurnal Ilmiah
dan MP-ASI Dini (Linda
Ilmu Kebidanan danPuji Astuti) Vol. 2, No. 2, September 2009 : 51 -54
Kandungan, 56

Tabel 2 Tabel 5
Distribusi frekuensi berat badan bayi baru lahir yang Distribusi frekuensi kenaikan berat badan bayi yang
diberi MP-ASI dini di wilayah kerja Puskesmas diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Bringkoning Sampang tahun 2009 Bringkoning Sampang tahun 2009
BBL (Kg) Frekuensi Persentase (%) Kenaikan BB (Kg) Frekuensi Persentase (%)
2,5 - 2,8 4 25 3,0 - 3,4 1 6,25
2,9 - 3,2 5 31,25 3,5 - 3,9 8 50
3,3 - 3,6 1 6,25 4,0 - 4,4 4 25
3,7 - 4,0 6 37,5 4,5 - 4,9 3 18,75
TOTAL 16 100 TOTAL 16 100
Sumber : Data sekunder tahun 2009 Sumber : Data sekunder tahun 2009

Dari tabel 2 di atas dapat disimpulkan Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan


bahwa berat badan bayi baru lahir yang diberi MP- bahwa kenaikan berat badan bayi yang diberi ASI
ASI dini mayoritas adalah 3,7-4,0 Kg sebanyak 6 eksklusif sekitar 50%. Kenaikan berkisar antara 3,5-
bayi (37,5%). 3,9 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa ASI adalah
nutrisi yang sangat sesuai dengan kebutuhan bayi
Berat Badan Bayi Usia 5 - 6 Bulan yang tidak bisa ditiru oleh manusia sehingga mampu
Hasil penelitian tentang berat badan bayi menjamin pertumbuhan bayi. Dari hasil penelitian ini
usia 5-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dapat dilihat menunjukkan bahwa kenaikan berat badan bayi
pada tabel berikut : yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Bringkoning lebih tinggi. Karena sebagian besar ibu-
Tabel 3 ibu menyusui anaknya secara eksklusif. Hal ini
Distribusi frekuensi berat badan bayi usia 5-6 bulan menunjukkan bahwa dengan memberikan ASI
yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas sesering mungkin dapat meningkatkan produksi ASI.
Bringkoning Sampang tahun 2009 ASI mengandung lebih dari 200 unsur-
unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak,
BB (Kg) Frekuensi Persentase (%)
karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
6,2 - 6,5 5 31,25 hormon, enzim,zat kekebalan dan sel darah putih.
6,6 - 6,9 4 25 Semua zat ini terdapat secara proporsional dan
7,0 - 7,3 6 37,5 seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup
7,4 - 7,7 1 6,25 yang mempunyai keseimbangan biokimia yang
TOTAL 16 100 sangat tepat ini bagai suatu simfoni nutrisi bagi
Sumber : Data sekunder tahun 2009 pertumbuhan bayi.
Bayi mempunyai enzim laktase yang
Dari tabel 3 di atas dapat disimpulkan banyak. Enzim laktase ini mengubah laktose
bahwa berat badan bayi usia 5-6 bulan yang diberi menjadi glukose dan galaktose dan akhirnya
ASI eksklusif mayoritas adalah 7,0-7,3 Kg sebanyak dimetabolisme menjadi energi. ASI mengandung
6 bayi (37,5%). paling banyak laktose, yang jumlahnya jauh lebih
Sedangkan berat badan bayi usia 5-6 bulan banyak dari pada laktose yang ada didalam susu
yang diberi MP-ASI dini adalah seperti pada tabel sapi. Bayi dapat mencerna laktose secara sempurna
berikut : karena dimungkinkan oleh enzim laktase yang
banyak didalam saluran pencernaan bayi yang
Tabel 4 kemudian menjadi kalori bagi bayi untuk
Distribusi frekuensi berat badan bayi usia 5-6 bulan pertumbuhan bayi yang juga berpengaruh terhadap
yang diberi MP-ASI dini di wilayah kerja Puskesmas berat badan bayi (Roesli,2000: 21).
Bringkoning Sampang tahun 2009
BB (Kg) Frekuensi Persentase (%) Sedangkan kenaikan berat badan bayi
6,2 - 6,5 6 37,5 yang diberi MP-ASI dini adalah seperti yang terlihat
6,6 - 6,9 1 6,25 pada tabel berikut :
7,0 - 7,3 7 43,75
7,4 - 7,7 2 12,5 Tabel 6
TOTAL 16 100 Distribusi frekuensi kenaikan berat badan bayi yang
Sumber : Data sekunder tahun 2009 diberi MP-ASI dini di wilayah kerja Puskesmas
Bringkoning Sampang tahun 2009
Dari tabel 4 di atas dapat disimpulkan Kenaikan BB Frekuensi Persentase (%)
bahwa berat badan bayi usia 5-6 bulan yang diberi (Kg)
MP-ASI dini mayoritas adalah 7,0-7,3 Kg sebanyak 7 3,0 - 3,4 8 50
bayi (43,74%). 3,5 - 3,9 6 37,5
Kenaikan Berat Badan Bayi 4,0 -- 4,9
4,5 4,4 1
1 6,25
6,25
Hasil penelitian tentang kenaikan berat TOTAL 16 100
badan bayi yang dberi ASI eksklusif adalah seperti Sumber : Data sekunder tahun 2009
yang terlihat pada tabel berikut :
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan
bahwa kenaikan berat badan bayi yang diberi MP-
55
Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif
Jurnal Ilmiah
dan MP-ASI Dini (Linda
Ilmu Kebidanan danPuji Astuti) Vol. 2, No. 2, September 2009 : 51 -55
Kandungan, 56

ASI dini sekitar 50%. Kenaikan berkisar antara konsumsi ASI dan gangguan pencernaan atau diare.
3,0-3,4 Kg. Pemberian MP-ASI dini menurunkan Hal ini disebabkan sistem imun bayi belum
konsumsi ASI dan gangguan pencernaan atau diare. sempurna. Pemberian MP-ASI dini sama saja
Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai
Umumnya banyak ibu yang beranggapan jenis kuman (Lely Soraya, 12 Januari 2008).
kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak
jika diberi makan. Kadang anak yang menangis Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Yang
terus dianggap sebagai anak tidak kenyang. Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI Dini
Padahal menangis bukan semata-mata tanda lapar.
Alasan lainnya juga bisa dari gencarnya promosi Analisis data tentang perbandingan
produsen makanan bayi yang belum mengindahkan kenaikan berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif
ASI eksklusif 6 bulan. dan MP-ASI dini dengan menggunakan Uji t
Pemberian MP-ASI dini yang terlalu didapatkan hasil sebagai berikut :
dini(sebelum bayi berumur 4 bulan) menurunkan

Tabel 7
Tabulasi silang kenaikan berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini di wilayah kerja Puskesmas
Bringkoning Sampang tahun 2009
Kenaikan berat badan (Kg)
Total
Nutrisi Bayi 3,0 - 3,4 3,5 - 3,9 4,0 - 4,4 4,5 - 4,9
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
ASI Eksklusif 1 11,11 8 57,14 4 80 3 75 16 50
MP-ASI Dini 8 88,89 6 42,85 1 20 1 25 16 50
Total 9 100 14 100 5 100 4 100 32 100

Hasil penelitian diperoleh bahwa kenaikan Kenaikan berat badan bayi yang diberi MP-
berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif adalah ASI dini sekitar 50% berkisar antara 3,0-3,4 Kg.
50% dan berkisar antara 3,5-3,9 Kg. Sedangkan Kenaikan berat badan bayi yang diberi ASI
kenaikan berat badan bayi yang diberi MP-ASI dini eksklusif lebih besar dari pada yang diberi MP-ASI
adalah 50% dan berkisar antara 3,0-3,4 Kg. Dari dini.
hasil uji statistik dengan menggunakan uji t 2 sampel
bebas diperoleh probability hitung < α (0,009 < 0,05) Saran
dimana berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif
lebih besar dari pada yang diberi MP-ASI dini. Hal ini Bagi institusi Diharapkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna dapat digunakan sebagai tambahan informasi
kenaikan berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai
dengan yang diberi MP-ASI dini. referensi untuk penelitian selanjutnya.
Umumnya masih banyak yang Bagi ibu menyusuai diharapkan hasil
beranggapan bahwa memberikan makanan pada penelitian ini dapat memberikan informasi supaya
bayi sebelum usia 6 bulan dapat menambah berat dapat tetap memberikan ASI eksklusif.
badan bayi. Karena mereka mengira pertumbuhan Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini
bayi tidak cukup dengan hanya memberikan ASI. dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
Hasil yang diperlihatkan oleh peneliti lain melakukan penelitian selanjutnya serta dapat
menunjukkan bahwa berat badan bayi yang diberi menerapkan ilmu yang diperoleh.
ASI lebih ringan dibanding yang mendapat susu Bagi pemerintah Hendaknya informasi
formula selama 6 bulan. Hal ini bukan berarti bahwa tentang pemberian ASI pada bayi sejak lahir tanpa
berat badan yang lebih besar pada bayi yang tambahan makanan apapun sampai usia 6 bulan
mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi tetap ditingkatkan.
yang mendapat ASI.
Pertumbuhan dan perkembangan anak DAFTAR PUSTAKA
yang optimal memerlukan dukungan nutrisi dan Dewa, I. 2001, Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
stimulasi yang adekuat. Dan ASI dapat memenuhi
Depkes RI, 1994, Pedoman Pemberian Makanan
semua kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan Pendamping ASI. Jakarta: Depkes RI
berkembang, baik kebutuhan fisis-biomedis (asuh), , 1999, Standar Pemantauan
kebutuhan kasih sayang/ emosi (asih), maupun Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes RI
kebutuhan akan stimulasi (asah), karena ASI adalah Hidayat, A Aziz Alimul.2008. metode Penelitian
suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan Jakarta: salemba Medika
dan perkembangan seorang bayi(Purwanti, 2004). Lely Soraya, Luluk. 2005. Resiko Pemberian MPASI
Terlalu Dini. http:/www. Google.com/,
SIMPULAN DAN SARAN (Diakses tanggal 12 januari 2009)
Simpulan Nursalam dan Pariani, 2001, Pendekatan praktis
Metodologi Riset keperawatan, Jakarta: CV
Kenaikan berat badan bayi yang diberi ASI Agung Seto
eksklusif sekitar 50% berkisar antara 3,5-3,9 Kg.
56
Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Antara Yang Diberi ASI Eksklusif
Jurnal Ilmiah
dan MP-ASI Dini (Linda
Ilmu Kebidanan danPuji Astuti) Vol. 2, No. 2, September 2009 : 51 -56
Kandungan, 56

2003. Konsep dan Penerapan Roesli, Utami. 2000, Mengenal ASI Eksklusif.
metodologi penelitianIlmu Keperawatan. Jakarta: Trubus Agriwidya
Jakarta: Salemba Medika Sekartani, DKK, 2008, Bedah ASI, Jakarta: IDAI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Soetjiningsih,1995, Tumbuh Kembang Anak.
Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Jakarta: EGC.
Purwanti, Sri, 2004. Konsep Penerapan ASI
Eksklusif. Jakarta: EGC
Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Yang Dilakukan Pemijatan dengan Yang Tidak Dilakukan (Lely Aprilia Vidayati) 57
P E NE LI TI AN I L MI AH
Gambaran Peningkatan Berat Badan ABSTRACT

Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Antara The normal-born baby is a baby who has just
felt a process and must adjust with the intrauterine life
into extra-uterine life. Massage is the art of health care
Yang Dilakukan Pemijatan dan Yang and treatment which has practiced since the last
centuries. In general, a baby often has a problem with
Tidak Dilakukan Pemijatan the body’s weight or decreasing. The impact of body’s
weight decreasing is the baby can get a disease easily
(Studi di Desa Panggung Kabupaten because of the less immune system. The result of this
research is to know the difference of the increase of
Sampang Tahun 2009) baby body’s weight 3-6 months age between whom are
given massage with whom are not given massage in
Panggung Village, Sampang City. This research is
descriptive comparative research. The research design
The Description of the Increase of Baby is longitudinal. The independent variable of this research
is baby’s massage and the dependent variable is baby
Body’s Weight 3-6 Months Age Between body’s weight 3-6 months age. The population is 29
Whom Are Given Massage With Whom babies 3-6 months age and the sampling technique used
is total sampling. Based on the research in the field it is
Are Not Given Massage found that the babies 3-6 months age whom given
(The Study in Panggung Village, massage about 15 people and 9 babies get weight
increasing meanwhile the babies whom are not given
Sampang City in the Year of 200
9 ) massage about 14 people and 4 babies do not get
weight increasing. From the result of this research it is
recommended that it is better for the parents to massage
LELY APRILIA VIDAYATI *) their own babies without going to the midwife. This is
*) Akademi Kebidanan Ngudia Husada Madura because of parents participation in massaging their
babies can shape the bonding between parents and their
babies early.

Key words: Body’s Weight, Baby’s Massage

Correcpondence : Lely Aprilia Vidayati, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia


PENDAHULUAN bulan meliputi:faktor ekonomi, faktor pengetahuan,
Bayi lahir normal merupakan bayi yang faktor pendidikan, faktor nutrisi, faktor istirahat, faktor
baru mengalami proses dan harus menyesuaikan lingkungan dan faktor budaya. Dampak dari berat
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan badan bayi yang rendah yaitu bayi akan mudah
ekstrauterin dengan presentasi belakang kepala terkena penyakit karena sistem imun yang kurang,
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia mengalami gangguan pertumbuhan sehingga dapat
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 menghambat pertumbuhannya
minggu, dengan berat badan 2500–4000 gr, nilai (www.foxitsoftware.com, 2008).
apgar ≥7 dan tanpa cacat bawaan Pijat bayi tampaknya dapat menjadi salah
(www.foxitsoftware.com, 2008). Secara fisiologis, satu solusi praktis untuk menyelesaikan semua
semua bayi mengalami penurunan berat badan masalah tersebut (Heath dan Bainbridge, 2006). Hal
dalam periode singkat sesudah lahir, yang bisa ini terbukti bayi-bayi yang diberikan sentuhan
diperberat jika bayi dalam keadaan sakit dan (pijatan) tersebut berat badannya meningkat drastis
pemakaian energi yang meningkat. Ditinjau dari hingga 47% dibandingkan dengan bayi tanpa
pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode pemijatan (Subakti dan Anggraini, 2008). Menurut
neonatal merupakan periode yang paling kritis. Rina Poerwadi, pijat bermanfaat bagi bayi untuk
Diharapkan berat badan anak selalu akan sirkulasi darah sehingga membuat kulit bayi menjadi
bertambah sesuai dengan bertambahnya umur. sehat, makan lebih banyak dan menjadi lebih lebih
Tidak naiknya berat badan anak akan terlihat dalam aktif. Hal ini disebabkan bayi yang dipijat mengalami
jangka waktu kurang dari satu bulan. Karena itu, peningkatan kadar enzim penyerapan terhadap sari
penimbangan berat badan anak harus dilakukan makanan pun menjadi lebih baik. Alhasil bayi
berat badan sekali setiap bulan, sebab jika pada menjadi cepat lapar dan karena itu lebih sering
satu kali penimbangan berat badan anak tidak naik, menyusu sehingga meningkatkan produksi ASI
berarti hambatan pertumbuhan itu sudah (Delima, 2008). Pijat adalah seni perawatan
berlangsung satu bulan (Moehyi, 2008). kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak
Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah berabad-abad silam (Roesli, 2001).
Berdasarkan hal di atas maka perlu
kerja BPS Ruri Henri Agustina di desa Panggung
dilakukan penelitian tentang perbedaan peningkatan
Kabupaten Sampang, setelah dilakukan pendataan
berat badan pada bayi usia 3-6 bulan di wilayah
pada bulan Desember 2008 ditemukan bahwa dari
kerja BPS Ruri Henri Agustina di desa Panggung
29 bayi usia (3-6 bulan) terdapat 54% bayi yang
Kabupaten Sampang antara yang dilakukan
berat badannya turun yang dikarenakan nutrisinya
pemijatan dengan yang tidak dilakukan pemijatan.
kurang dan juga mengalami penyakit. Faktor-faktor
yang mempengaruhi berat badan pada bayi usia 3-6
58
Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Yang Dilakukan
Jurnal Pemijatan
Ilmiah Ilmu dengan
Kebidanan danYang Tidak Dilakukan
Kandungan, (Lely
Vol. 2, No. Aprilia Vidayati
2, September 2009 ) : 5758
- 62

TINJAUAN PUSTAKA dan punggung. Jika kesulitan, mulailah dari bagian


Konsep Dasar Bayi Baru Lahir tubuh yang membuat si kecil nyaman. Demikian pula
pemijat harus mendapat ruang cukup untuk
Bayi baru lahir adalah peralihan yang menempatkan diri dengan posisi menyesuaikan
berhasil dari janin yang terendam dalam cairan keinginan bayi. Posisi pemijat yang tidak optimal
ketuban dan sepenuhnya bergantung pada plasenta menyebabkan pemijatan tidak berjalan baik dan
(ari-ari) untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan kontak batin menjadi kurang terjalin. Ada dua posisi
oksigennya, menjadi bayi yang menangis keras dan mendasar ketika melakukan pemijatan bayi, yakni
bernafas menghirup udara, merupakan suatu posisi telentang (berbaring) dan tengkurap. Dalam
keajaiban (www.software.com, 2006). Perubahan kedua posisi ini, pemijat dibagian kaki si bayi. Pada
fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu posisi inilah terjadi kontak mata yang paling baik
proses adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal antara pemijat dengan bayinya. Dengan posisi ini
dengan kehidupan ekstrauteri. Sebelumnya bayi jangkauan tangan pemijat menjadi efektif karena
cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan baik tangan kanan maupun kiri sama-sama dapat
intrauteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, melakukan aktivitas pemijatan secara bergantian
diantaranya sistem pernafasan, sistem peredaran (Subakti dan Anggraini, 2008).
darah, sistem pengaturan tubuh, metabolisme
glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh. METODE PENELITIAN
Pemeriksaan fisik merupakan hal pertama
yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter Penelitian ini merupakan penelitian
untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada deskriptif komparasi yang sering digunakan pada
saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada penelitian klinis maupun komunitas. Desain
waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan penelitian yang digunakan adalah longitudinal yaitu
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan faktor resiko yang akan dipelajari dan diidentifikasi
telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi terlebih dahulu, kemudian diikuti ke depan secara
tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan prospektif timbulnya efek, seperti penyakit atau
fisik secara umum pada bayi adalah menilai status salah satu indikator status kesehatan. Variabel yang
adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke digunakan dalam penelitian ini adalah hanya 1
dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan variabel saja yaitu variabel tergantung (variabel
pada bayi. dependen). Dalam penelitian ini variabel
dependennya berat badan bayi usia 3-6 bulan.
Konsep dasar pijat bayi Jumlah populasi pada penelitian ini adalah seluruh
bayi yang berusia 3-6 bulan yang ada di Desa
Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan Panggung Kabupaten Sampang pada tahun 2009
pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad yang berjumlah 28 bayi. Ditemukan bahwa terdapat
silam. Bahkan, diperkirakan ilmu ini telah di kenal 54% bayi yang berat badannya turun. Teknik
sejak awal manusia diciptakan ke dunia, mungkin pengambilan sampel menggunakan non probability
karena pijat berhubungan sangat erat dengan sampling yaitu dengan teknik total sampling yang
kehamilan dan proses kelahiran manusia (Roesli, cara pengambilannya semua anggota populasi
2001). menjadi sampel.
Manfaat pijat pada bayi antara lain 1) Data diambil berdasarkan laporan dari
membuat bayi semakin tenang; 2) meningkatkan bidan yang ada di BPS Ruri Henri Agustina di Desa
efektivitas istirahat (tidur) bayi; 3) memperbaiki Panggung Sampang. Setelah data terkumpul
konsentrasi bayi; meningkatkan produksi ASI; 4) kemudian dilakukan analisis data dengan
membantu meringankan ketidaknyamanan dalam menggunakan analisa univariate yang dilakukan
pencernaan dan tekanan emosi; 5) meningkatkan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dalam
gerak peristaltik untuk pencernaan; 6) memacu bentuk distribusi frekuensi, untuk mengetahui satu
perkembangan otak dan sistem saraf; 7) variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan menggunakan tabel silang (Cross Tabs). Penelitian
pernafasan; 8) memperkuat sistem kekebalan tubuh; dilaksanakan di Desa Panggung Kabupaten
dan 9) meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi Sampang mulai dari bulan juli-desember 2009.
menuju sel.
Beberapa hal yang harus diperhatikan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebelum melakukan pemijatan pada si kecil sebagai
berikut : 1) waktu yang tepat, yaitu pada pagi hari Deskripsi Daerah Penelitian
sebelum memulai aktivitas (akan mandi), pemijatan Desa Panggung mempunyai luas wilayah
dilakukan 15 menit setelah si kecil makan, dan 2
406 km . Jumlah penduduk di Desa Panggung
malam hari (menjelang tidur); dan 2) Suasana yang Wilayah Kerja Puskesmas Kemoning Sampang
tenang, yaitu pada saat si kecil ceria, dan saat adalah 3320 jiwa yang terdiri dari 3.145 jiwa laki-laki
kondisi perut yang sudah terisi makanan. dan 3.295 jiwa perempuan dengan mata
Posisi bayi dan ibu yang paling ideal untuk pencaharian mayoritas penduduk di Desa Panggung
pemijatan adalah ketika tatapan mata keduanya Wilayah Kerja Puskesmas Kemoning Sampang mata
saling beradu pandang. Ketika memijat, jangan pencahariannya sebagai IRT, petani, dan pedagang.
paksakan bayi untuk melakukan posisi yang tidak Pada umumnya penduduk di Desa Panggung
nyaman.Carilah posisi yang membuat si bayi Wilayah Kerja Puskesmas Sampang 90% memeluk
semakin tenang ketika dipijat. Setelah itu, mulailah agama islam dan 10% memeluk agama lain.
pijatan dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka,
59
Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Yang Dilakukan
Jurnal Pemijatan
Ilmiah Ilmu dengan
Kebidanan danYang Tidak Dilakukan
Kandungan, (Lely
Vol. 2, No. Aprilia Vidayati
2, September 2009 ) : 5759
- 62

Jumlah sarana kesehatan yang ada di Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas di
kelurahan Kowel Wilayah Kerja Puskesmas Desa Panggung Kabupaten Sampang
Kemoning Sampang yaitu puskesmas terdiri dari 1 pekerjaannnya sebagai IRT sebanyak 17 orang
buah, 4 buah posyandu, 1 buah polindes, 20 kader, (58,6 %) dan minoritas pekerjaannya sebagai PNS
2 dukun bayi dan 1 ambulance dengan jumlah sebanyak 2 orang (6,9 %).
tenaga keshatan terdiri dari 1 orang dokter umum, 1
orang dokter gigi, 1 bidan dan 2 perawat. Berat Badan Bayi

Karakteristik Responden Berat badan bayi dalam penelitian ini


dibedakan menjadi 2, yaitu bayi yang dilakukan
Karaktersitik responden meliputi umur bayi, pemijatan dan bayi yang tidak dilakukan pemijatan.
tingkat pengetahuan orang tua, dan pekerjaan ibu. Hasil penelitian tentang berat badan bayi usia 3 -6
Adapun hasil penelitian tentang umur bayi dapat bulan yang dilakukan pemijatan adalah seperti yang
dilihat pada tabel berikut : terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Tabel 4
Distribusi frekuensi berdasarkan umur yang ada di Distribusi frekuensi berat badan yang dilakukan
Desa Panggung Kabupaten Sampang tahun 2009 pemijatan di Desa Panggung Kabupaten Sampang
Umur Frekuensi Prosentase tahun 2009
3-4 8 27,6 % Kenaikan
5-6 21 72,4 % Frekuensi Prosentase
Berat Badan
Total 29 100 % Lambat 0 0%
Sumber :Perolehan data dari lapangan Tetap 5 35,7%
Cepat 9 64,2%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Total 14 100 %
mayoritas di Desa Panggung Kabupaten Sampang Sumber: Perolehan data dari lapangan
berusia 5-6 bulan sebanyak 21 bayi (72,4 %) dan
minoritas berusia 3-4 bulan sebanyak 8 bayi (27,6 Dari data diatas diketahui bahwa mayoritas
%). yang dilakukan pemijatan di Desa Panggung
Sedangkan hasil penelitian tentanf Kabupaten Sampang mengalami kenaikan berat
pendidikan orang tua adalah sebagai berikut : badan dengan cepat sebanyak 9 bayi (64,2%).
Berdasarkan data diatas diketahui hasil dari mean
Tabel 2 antara sebelum dilakukan pemijatan dan setelah
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan orang dilakukan pemijatan terdapat peningkatan berat
tua di Desa Panggung Kabupaten Sampang tahun badan sebesar 0,05 gr dibandingkan dengan bayi
2009 yang tidak dilakukan pemijatan.
Pendidikan Frekuensi Prosentase Pijat bayi memang dapat meningkatkan
Tidak sekolah/tamat 0 0% berat badan bayi. Hal ini sudah dibuktikan oleh
sekolah beberapa ahli yang melakukan banyak penelitian.
SD 3 10,3 % Selain dapat meningkatkan berat badan pijat bayi
SMP 2 6,9 % juga dapat meningkatkan kesehatan fisik serta
SMA 22 75,9 % ketahanan mentalnya (Subakti & Anggraini, 2008).
Perguruan Tinggi 2 6,9 % Bahkan, diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak
Total 29 100 % awal manusia diciptakan ke dunia, mungkin karena
Sumber: Perolehan data dari lapangan pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan
dan proses kelahiran manusia. Pengalaman pijat
Dari tabel diatas diketahui bahwa mayoritas pertama yang dialami manusia ialah pada waktu
orang tua di Desa Panggung Kabupaten Sampang dilahirkan, yaitu pada waktu melalui jalan lahir si ibu
berpendidikan SMA sebanyak 22 orang (75,9 %) (Roesli, 2001). Pijat bayi merupakan tradisi lama
dan minoritas berpendidikan perguruan tinggi yang digali kembali dengan sentuhan ilmu
sebanyak 2 orang (6,9 %). kesehatan dan tinjauan ilmiah yang bersumber dari
Adapun karaktersitik tentang pekerjaan ibu penelitian-penelitian para ahli neonatologi, saraf, dan
adalah seperti terlihat pada tabel berikut : psikologi anak. Beberapa dokter Eropa dan Amerika
telah marak mempublikasikan manfaat pijat bagi
Tabel 3 kesehatan bayi dan kebahagian seluruh keluarga.
Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu di Tentu saja, hal ini merupakan kabar baik yang
Desa Panggung Kabupaten Sampang pada tahun diharapkan semua orang (www.wahyumedia.com,
2009 2009). Mayoritas ibu rumah tangga di desa
panggung yang memiliki anak dengan masalah berat
Pekerjaan Frekuensi Prosentasi
IRT badan memijat bayinya ke dukun karena mereka
17 58,6 % percaya berat badan bayinya akan bisa bertambah.
Petani
6 20,7 % Selain murah mereka juga yakin bahwa pijat
Swasta
4 13,8 %
PNS 2 6,9 % merupakan cara pengobatan warisan yang ampuh,
Total 29 100 % apalagi jika dilakukan oleh dukun atau orang khusus.
Sumber: Perolehan data dari lapangan Untuk kasus tertentu, pijat bayi juga dapat
memberikan manfaat tambahan. Bagi pasangan
yang masih remaja (teenage parents), pijat bayi
60
Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Yang Dilakukan
Jurnal Pemijatan
Ilmiah Ilmu dengan
Kebidanan danYang Tidak Dilakukan
Kandungan, (Lely
Vol. 2, No. Aprilia Vidayati
2, September 2009 ) : 5760
- 62

menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa Berat badan merupakan ukuran
penerimaan atas keadaannya menjadi orang tua, antropometri yang terpenting, dipakai sebagai
serta meningkatkan harga diri sebagai orang tua. indikator yang terbaik pada saat ini untuk
Bagi orang tua angkat, pijat bayi membantu mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan bayinya. anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja,
Mereka akan lebih cepat mengenal dan merasakan pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat
bahwa mereka saling terikat dalam satu keluarga digunakan timbangan apa saja yang relatif murah,
(http:peha.blogsome.com, 2009). Pada bayi yang mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Berat
menderita kolik atau sakit perut biasanya ditandai badan juga merupakan hasil peningkatan/penurunan
dengan tangis melengking. Untuk mengurangi kolik semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain
ini, para orang tua dianjurkan untuk memijat bayinya tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain
pada waktu kolik berlangsung dan pada waktu (Soetjiningsih, 1995).
menjelang tidur. Para peneliti juga menemukan Faktor-faktor yang mempengaruhi berat
bahwa bayi-bayi yang dipijat, interaksi dengan orang badan pada bayi usia 3-6 bulan meliputi:faktor
tuanya menjadi lebih positif, rasa gelisah berkurang ekonomi, faktor pengetahuan, faktor pendidikan,
dan dapat lebih teratur tidur/bangunnya (roesli, faktor nutrisi, faktor istirahat, faktor lingkungan dan
2001). Pijatan juga terbukti dapat melegakan saluran faktor budaya. Dampak dari berat badan bayi yang
nafas yang menyempit karena asma, mampu rendah yaitu bayi akan mudah terkena penyakit
mengurangi perasaan gelisah dan depresi sehingga karena sistem imun yang kurang, mengalami
serangan asma berkurang. Bahkan pamijatan pada gangguan pertumbuhan sehingga dapat
bayi dari ibu HIV-positif dapat lebih menaikkan berat menghambat pertumbuhannya
badan dan meningkatkan perkembangan motorik (www.foxitsoftware.com, 2008). Berdasarkan
bayi (http:peha.blogsome.com, 2009). wawancara dengan ibu responden di lapangan berat
Faktor budaya yaitu pijat bayi memang badan pada bayi usia 3-6 bulan sangat dipengaruhi
dapat mempengaruhi berat badan faktor ini tidak oleh faktor ekonomi karena banyaknya orang tua
dapat dipastikan setelah memperoleh hasil yang yang tidak mampu atau pekerjaannya hanya IRT
maksimal tanpa dukungan dari faktor lain yaitu faktor sehingga sulit memberikan nutrisi pada bayinya
ekonomi, faktor pengetahuan, faktor pendidikan, sehingga berat badan mereka cenderung turun.
faktor nutrisi, faktor istirahat, faktor lingkungan. Pijat Hal ini berdasarkan tabel 2 yaitu tabel
bayi diharapkan dapat menjadi solusi bagi para ibu distribusi frekuensi berat badan yang tidak dilakukan
karena dengan pijat bayi dapat merangsang pemijatan terdapat berat badan yang kurang
stimulasi pada bayi sehingga berat badan bayi dapat dikarenakan bayi kurang nutrisi sehingga berat
meningkat secara berkesinambungan atau bertahap. badan mereka cenderung turun.
Sedangkan hasil penelitian tentang berat Pengetahuan merupakan wahana untuk
badan bayi usia 3 – 6 bulan yang tidak dilakukan mendasari seseorang untuk berperilaku secara
pemijatan adalah sebagai berikut : ilmiah sedangkan tingkatannya dari ilmu
pengetahuan atau dasar pendidikan yang dimiliki
Tabel 5 (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan tabel 4.2 ibu
Distribusi frekuensi berat badan yang tidak dilakukan responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kemoning
pemijatan di Desa Panggung Kabupaten Sampang Sampang mayoritas memiliki pendidikan terakhir
pada tahun 2009 SMA dan seharusnya mempunyai dasar
Perubahan Frekuensi Prosentase pengetahuan tentang pijat tersebut. Sedangkan ibu
Berat Badan responden yang pengetahuannya kurang belum
Lambat 4 28,6 % sepenuhnya tahu tentang pijat bayi sehingga perlu
Tetap 6 42,8 % melakukan penyuluhan tentang manfaat pijat bayi
Cepat 4 28,6 % berdasarkan teori yang ada.
Total 14 100 % Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
Sumber: Perolehan data dari lapangan pijat bayi dapat menjadi solusi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan berat badan secara alami.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
mayoritas yang tidak dilakukan pemijatan di Desa Tabulasi Silang Berat Badan Yang Tidak
Panggung Kabupaten Sampang tidak mengalami Dilakukan Pemijatan dengan yang Dilakukan
kenaikan berat badan (tetap) sebanyak 6 bayi (42,8 Pemijatan
%). Berdasarkan data diatas diketahui hasil dari Untuk mengetahui ada atau tidaknya
mean antara yang tidak dilakukan pemijatan perbedaan antara berat badan yang tidak dilakukan
(observasi 1) dan yang tidak dilakukan pemijatan pemijatan dengan yang dilakukan pemijatan
(observasi 2) terdapat penurunan berat badan digunakan tabulasi silang (Cross Tabulations)
sebesar 0,05 gr dibandingkan dengan bayi yang terhadap masing-masing variabel tersebut. Tabulasi
dilakukan pemijatan. Alasan tidak dilakukannya silang berat badan yang tidak dilakukan pemijatan
pemijatan pada bayi dikarenakan orang tua tidak dengan yang dilakukan pemijatan dapat dilihat pada
mempunyai waktu untuk memijat bayinya karena tabel berikut :
letih sehabis dari sawah.
61
Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Yang Dilakukan
Jurnal Pemijatan
Ilmiah Ilmu dengan
Kebidanan danYang Tidak Dilakukan
Kandungan, (Lely
Vol. 2, No. Aprilia Vidayati
2, September 2009 ) : 5761
- 62

Tabel 6
Tabulasi silang antara berat badan yang tidak dilakukan pemijatan dengan yang dilakukan pemijatan di Desa
Panggung Kabupaten Sampang tahun 2009
Perubahan Berat Bayi Usia 3 – 6 Bulan
Total
Badan Dilakukan Pemijatan Tidak Dilakukan Pemijatan
n % n % n %
Lambat 0 0% 4 28,6% 4 14,3%
Tetap 5 35,7% 6 42,8% 11 39,3%
Cepat 9 64,2% 4 28,6% 13 46,4 %
Total 14 100% 14 100 % 28 100%
Dari data diatas dapat diuraikan bahwa Berdasarkan semua pernyataan diatas yang
yang dilakukan pemijatan mayoritas mengalami menunjukkan bahwa bayi yang mengalami masalah
kenaikan berat badan dengan cepat sebanyak 9 bayi dengan berat badan atau mengalami penurunan
(64,2%) sedangkan yang tidak dilakukan pemijatan maka setelah dilakukan pemijatan berat badan bayi
mayoritas tidak mengalami kenaikan berat badan menjadi meningkat dibandingkan bayi yang tidak
(tetap) sebanyak 6 bayi (42,8%). dilakukan pemijatan.
Berdasarkan tabel 4 dan 5 menunjukkan
bahwa bayi yang dilakukan pemijatan mengalami SIMPULAN DAN SARAN
kenaikan berat badan dibandingkan bayi yang tidak
dilakukan pemijatan. Hal yang dapat dilakukan untuk Simpulan
menolong bayi yang berat badannya kurang adalah Gambaran berat badan pada bayi usia 3-6
mencoba menemukan faktor yang bulan yang dilakukan pemijatan di Desa Panggung
mempengaruhinya seperti faktor budaya. Mayoritas Kabupaten Sampang rata-rata mengalami kenaikan
ibu responden banyak yang berupaya meningkatkan berat badan dengan cepat sebanyak 9 bayi (64,2%).
berat badan bayinya dengan memijat ke dukun. Hal Gambaran berat badan pada bayi usia 3-6
tersebut sangat berpengaruh bagi bayi terutama bulan yang tidak dilakukan pemijatan di Desa
pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun Panggung Kabupaten Sampang rata-rata tidak
budaya itu benar tetapi alangkah baiknya untuk para mengalami kenaikan berat badan tidak mengalami
ibu responden mengetahui lebih lanjut manfaat pijat kenaikan berat badan (tetap) sebanyak 6 bayi
bayi berdasarkan teori yang ada. Teori tentang pijat (42,8%).
bayi tersebut dapat diperoleh di bidan atau melalui Ada perbedaan peningkatan berat badan
buku. pada bayi usia 3-6 bulan antara yang dilakukan
Seperti pendapat yang dikemukakan oleh pemijatan dengan yang tidak dilakukan pemijatan.
Dr.Arhan bahwa sentuhan atau pijatan pada bayi
memiliki banyak manfaat. Berbagai penelitian secara Saran
ilmiah, baik secara klinik laboratoris, maupun
pemeriksaan gambaran gelombang otak (EEG), Bagi peneliti diharapkan untuk melakukan
memberikan hasil positif meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pijat bayi yang dapat
penelitian lebih lanjut. Namun, penemuan saat ini mempengaruhi berat badan pada bayi usia 3-6 bulan
yang ada, telah cukup untuk menganjurkan pijat dengan sampel yang lebih besar sehingga mencapai
bayidilakukan secara rutin sebagai upaya hasil penelitian yang lebih sempurna.
mempertahankan kesehatan si kecil Bagi ibu menyusui memajukan berbagai
(www.infomedia.com). Sedangkan menurut Dr. solusi untuk meningkatkan berat badannya dan
Florentina UY-TY dari Philippines Children’s Medical menghindari hal-hal yang dapat menurunkan berat
Hospital, Manila dan Dr. Dachrul Aldy Sp.AK dari badannya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sumatera utara Bagi profesi perlu meningkatkan mutu
mengungkapkan sebuah penelitian yang pelayanan kebidanan khususnya bagi bayi usia 3-6
membuktikan bahwa pijat bayi mempersingkat masa bulan agar membuat berat badan bayi normal sesuai
tinggal bayi di rumah sakit (setelah dilahirkan) dengan umurnya, memajukan cara tradisional yang
dengan pengurangan tiga hingga enam hari lebih dapat meningkatkan berat badan agar dapat menjadi
cepat pulang dibandingkan dengan bayi-bayi tanpa solusi berat badan bayi yang turun, dan diharapkan
pemijatan. Bayi-bayi yang diberikan sentuhan pijat bayi menjadi hal yang perlu dipertimbangkan
(pijatan) tersebut berat badannya meningkat drastis dalam mengatasi masalah yang ada.
hingga 47% (Subakti &Anggraini, 2008). Bagi institusi pendidikan diharapkan KTI ini
Dari hasil tabel 4, 5 dan 6 tersebut telah di dapat dipakai sebagai acuan dan dikembangkan
dapatkan bahwa dari 28 bayi usia 3-6 bulan di desa sebagai bahan penelitian selanjutnya.
panggung baik yang dilakukan pemijatan maupun
yang tidak dilakukan pemijatan terdapat peningkatan DAFTAR PUSTAKA
berat badan pada bayi yang dilakukan pemijatan
walaupun hanya 60%. Berdasarkan penelitian Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian
tersebut diperoleh peningkatan berat badan hanya Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
60%. Terbuktinya bahwa faktor budaya yaitu pijat Rineka Cipta.
bayi dapat mempengaruhi berat badan pada bayi Danim, Sudarwan. (2003). Metode Penelitian
sudah terbukti dengan jelas. Pijat bayi yang Kebidanan. Jakarta: EGC.
dilakukan adalah berupa sentuhan (Roesli, 2001). Delima, Lenny. (2008). Majalah Mother & Baby.
Jakarta: 2008.
62
Gambaran Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Usia 3 – 6 Bulan Yang Dilakukan
Jurnal Pemijatan
Ilmiah Ilmu dengan
Kebidanan danYang Tidak Dilakukan
Kandungan, (Lely
Vol. 2, No. Aprilia Vidayati
2, September 2009 ) : 5762
- 62

Hidayat, A Alimul Azis. (2007). Metode Penelitian Roesli, Utami. (2001). Pedoman Pijat Bayi Edisi
Keperawatan & Teknik Analisis Data, Revisi. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Jakarta: Salemba Medika. Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusi.
Hidayat, A Alimul Azis. (2007).Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Trubus Agri Widya.
Jakarta: Salemba Medika. Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional
Heath, Alan dan Bainbrigde, Nicki. (2006). Baby Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Massage. Jakarta: DIAN RAKYAT. Neonatal. Jakarta: YBS-BP.
Moehyi, Sjahmien. (2008). Tumbuh Kembang Bayi, Subakti, Yazid dan Anggraini, Deri, Rizky. (2008).
Jakarta: Salemba Medika. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta:
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Wahyu Media.
Metodejogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian.
Jakarta: Salemba Medika. Bandung: CV ALFABETA.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodelogi Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawata.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Jakarta: EGC.
Cipta. Suryanah. (1996). Keperawatan Anak Untuk Siswa
Rahayu. (2008). Definisi bayi baru lahir, Bersumber SPK. Jakarta: EGC.
dari: http//www.foxitsoftware.com (Diakses
tanggal 28 Januari 2008).
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan Yang Tidak Mengkonsumsi Daun Katuk (Merlyna Suryaningsih) 63
P E NE LI TI AN I L MI AH
Gambaran Produksi ASI Antara Ibu ABSTRACT

Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Generally, giving breastfeeding (ASI) to the


baby does not only give goodness to the baby but also
give a benefit to the mother. The decreasing of giving
Katuk Dengan Yang Tidak breastfeeding (ASI) is caused by the lower of
breastfeeding (ASI) production of giving mother
Mengkonsumsi Daun Katuk breastfeeding that actually can be prevented by
medicine and ingredients which smooth breastfeeding
(ASI) such as bush yielding edible leaves. The purpose
of the research is to know the difference of breastfeeding
The Description Of Breastfeeding (ASI) (ASI) production between giving milk mothers who
Production Between Giving Mothers consume bush yielding edible leaves and who do not
consume bush yielding edible leaves in work area of
Breastfeeding Who Consume Bush Kowel Public Health Center Pamekasan. The research
Yielding Edible Leaves And Who Do Not method used is descriptive and the research design is
cohort. The independent variable is the giving of bush
Consume Bush Yielding Edible Leaves yielding edible leaves and the dependent variable is
breastfeeding (ASI) production of giving mother
breastfeeding in the 2-3 days. The population is 24
giving mothers breasfeeding in the 2-3 days with total
MERLYNA SURYANINGSIH *) sampling technique and the measure instrument is
*) Program Studi Ilmu Keperawatan, experimental observation. From the result of the
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudia Husada research can be concluded that 3 x 300mg of bush
Madura yielding edible leaves everyday and regularly has much
influence to the breastfeeding (ASI) production since the
second day of giving birth. It is found that breastfeeding
(ASI) production of giving mothers breastfeeding who
consume bush yielding edible leaves increase 100%
than breastfeeding (ASI) production of giving mothers
breastfeeding who do not consume the bush yielding
edible leaves.

Key words: Bush Yielding Edible Leaves, Breastfeeding


(ASI) production

Correcpondence : Merlyna Suryaningsih, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia


PENDAHULUAN 1993-2003 cukup memprihatinkan, bayi yang
ASI merupakan sumber gizi yang sangat mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah. Hanya
14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu
ideal dengan komposisi yang seimbang dan
(ASI) eksklusif kepada bayinya sampai 6 bulan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi
(www.indonesia.go.id, 2008). Padahal, kebijakan
(Roesli, 2000:07). ASI adalah makanan alamiah
yang ditempuh dalam program peningkatan
untuk bayi yang mengandung nutrisi–nutrisi dasar
pemberian ASI di Indonesia adalah menetapkan
dan elemen, dengan jumlah yang sesuai untuk
minimal 80% dari ibu yang memberikan ASI eksklusif
pertumbuhan bayi yang sehat (www.infoibu.com,
2008). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa (www.kapanlagi.co.id, 2008).
makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 Berdasarkan studi pendahuluan yang
bulan (www.depkes.go.id, 2008). dilakukan untuk menemukan permasalahan di
Pemberian ASI eksklusif artinya bayi Wilayah Kerja Puskesmas Kowel Kabupaten
diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan lain Pamekasan bulan desember 2008, ditemukan
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, bahwa dari 10 (sepuluh) ibu menyusui hanya 1
dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, (satu) ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif,
bubur, susu formula, biskuit, bubur nasi dan tim salah satu alasan karena produksi ASI ibu menyusui
(Roesli, 2000:03). Pemberian ASI ekslusif, yaitu yang tidak sesuai dengan kriteria peningkatan ASI
pemberian ASI sampai bayi umur 6 bulan seperti ASI tidak sering merembes keluar dari
memberikan dampak positif bagi kesehatan bayi, puting, payudara tidak terasa tegang, berat badan
antara lain ASI merupakan makanan bayi yang bayi tidak meningkat, setelah menyusui bayi
alamiah dan terbaik, terutama kandungan dan kesulitan tidur nyenyak dan bayi jarang kencing
komposisi zat dalam ASI sesuai untuk pertumbuhan (Soetjiningsih, 1997).
dan perkembangan bayi serta melindungi bayi dari Faktor-faktor yang mempengaruhi
bahaya infeksi (www.jamuborobudur.com, 2006). peningkatan produksi ASI yaitu faktor anatomis dan
ASI merupakan satu-satunya makanan bayi fisiologis, faktor psikologis, faktor hisapan bayi,
yang terbaik, namun dalam realitanya masih banyak faktor istirahat, faktor nutrisi, dan faktor obat –
ibu-ibu di Indonesia yang belum memberikan ASI obatan atau ramuan dari tumbuh – tumbuhan
eksklusif (www.kapanlagi.com, 2008). Rata-rata bayi (Ladewig, 2006). Dampak bagi ibu menyusui apabila
di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang kurang pemberian ASI pada bayi yaitu akan terjadi
dari 2 bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei bendungan payudara, mastitis, abses. Sedangkan
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode dampak bagi bayi yaitu nutrisi bayi tidak terpenuhi,
rentan terhadap infeksi dan diare, rawan terkena
64
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -64
70

alergi, daya tahan tubuh menurun (Roesli, 2000 : 5). Selain memberi keuntungan untuk bayi,
Manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri yaitu, menyusui jelas memberikan keuntungan untuk ibu
ASI sebagai nutrisi, ASI meningkatkan daya tahan antara lain : mengurangi perdarahan setelah
tubuh bayi, ASI meningkatkan kecerdasan dan ASI melahirkan, mengurangi terjadinya anemia,
meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000). menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih
Hal yang dapat dilakukan untuk menolong cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan
ibu yang ASInya kurang adalah mencoba menderita kanker, lebih ekonomis/murah, tidak
menemukan faktor yang mempengaruhinya seperti merepotkan dan hemat waktu, portabel dan praktis,
faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh- memberikan kepuasan bagi ibu, dan mengurangi
tumbuhan. Salah satu tumbuh-tumbuhan yang resiko keropos tulang (osteoporosis).
secara traditional dipakai untuk memperbanyak dan Beberapa faktor Yang Mempengaruhi
melancarkan ASI adalah daun katuk. Ibu yang Kelancaran ASI antara lain : faktor anatomis,
sedang menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi fisiologis, psikologis, hisapan bayi, istirahat, nutrisi,
daun katuk, dengan cara pemakaian campuran dan obat-obatan.
sayur bening, lalapan rebus atau campuran nasi tim
(Ganie, 2003). Cara pemakaian daun katuk dalam Daun Katuk
sayuran atau lalap tidak praktis, apalagi untuk
masyarakat perkotaan yang sulit untuk mendapatkan Katuk termasuk tanaman merumpun,
bahan segar setiap saat. Oleh karena itu perlu berbentuk perdu dengan ketinggian sekitar 3-5
dibuat sediaan yang lebih praktis penggunaannya meter, batangnya tumbuh dan berkayu. Jika ujung
yaitu dalam bentuk ekstrak. Salah satu sediaan dari batang dipangkas, akan tumbuh tunas-tunas yang
ekstrak daun katuk yang telah dibuat adalah Fitolac baru membentuk percabangan. Daunnya kecil-kecil
yang diproduksi oleh Kimia Farma, Bandung, tetapi mirip daun kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk
belum dilakukan penelitian hasil gunanya pada tanaman yang rajin berbunga, bunganya kecil-kecil
manusia (www.litbangdepkes.go.id, 2004). Di berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan
Indonesia daun katuk digunakan untuk melancarkan dengan bintik-bintik merah. Dari bunga bisa menjadi
air susu ibu dan sudah diproduksi sebagai sediaan buah kecil-kecil berwarna putih (www.langit-
Fitofarmaka yang berkhasiat untuk melancarkan langit.com, 2007).
ASI. Sepuluh produk pelancar ASI yang Daun katuk adalah daun dari tanaman
mengandung daun katuk telah beredar di Indonesia Sauropus Adrogynus (L) merr, famili Euphorbiaceae.
pada tahun 2000 (www.kalbefarma.com, 2006). Nama daerah: memata (melayu),simani
Ibu menyusui yang sejak hari kedua setelah (minangkabau), katuk (sunda), kebing dan katukan
melahirkan diberikan ekstrak daun katuk dengan (jawa), kerakur (madura). Daun katuk terdapat
dosis 3x300 mg/hari selama 15 hari terus-menerus, diberbagai daerah di India, Malaisia, dan Indonesia.
produksi ASI meningkat 50,7% (www.smallcrab.com, Di Indonesia tumbuh di daratan dengan ketinggian
2008). Menurut Djuniati Kustifah menunjukkan 0-2100 m diatas permukaan laut. Tanaman ini
bahwa ternyata daun katuk secara per oral dapat berbentuk perdu dengan cabang-cabang agak lunak
meningkatkan kuantitas produksi air susu ibu karena dan terbagi daun tersusun selang-seling pada satu
alkolid dan sterol dari daun katuk yang dapat tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan
meningkatkan produksi ASI panjang 2,5 cm dan lebar 1,25 – 3 cm . Bunga
(www.jamuborobudur.com, 2006). tunggal atau berkelompok tiga,buah bertangkai
Berdasarkan beberapa hal di atas maka panjang 1,25 cm. Tanaman katuk dapat diperbanyak
perlu dilakukan penelitian tentang gambaran dengan stek dari batang yang sudah berkayu,
produksi ASI antara ibu menyusui yang panjang lebih kurang 20 cm disemaikan terlebih
mengkonsumsi daun katuk dengan yang tidak dahulu. Setelah berakar sekitar 2 minggu dapat
mengkonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja dipindahkan ke kebun, Jarak tanam panjang 30 cm
Puskesmas Kowel Pamekasan. dan lebar 30 cm. Setelah tinggi mencapai 50-60 cm
dilakukan pemangkasan agar selalu didapatkan
TINJAUAN PUSTAKA daun muda dan segar (www.kalbefarma.com, 2006).
Konsep Dasar ASI Daun katuk kaya akan kandungan gizi
dibandingkan daun pepaya dan daun singkong.
ASI adalah makanan alamiah untuk bayi Kandungan kalori, protein dan karbohidrat daun
yang mengandung nutrisi nutrisi dasar dan elemen, katuk nyaris setara. Bahkan, kandungan zat besi
dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan daun katuk lebih unggul dari pada daun pepaya dan
(www.infoibu.com, 2008). Sedangkan menurut daun singkong. Selain itu, juga kaya vitamin A, B1
Hubertin (2004), bahwa ASI adalah suatu jenis dan C. Disamping kaya protein, lemak, vitamin dan
makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan mineral, daun katuk juga memiliki kandungan tanin,
bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual saponin / oid, dan alkaloid papaverin, sehingga
(Hubertin, 2004). ASI merupakan sumber gizi yang sangat potensial untuk dijadikan bahan pengobatan
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan alami. Akar katuk dimanfaatkan dengan cara
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi dikeringkan terlebih dahulu, air rebusan akar katuk
(Roesli, 2000). yang sudah kering dapat membantu melancarkan
Manfaat pemberia ASI bagi bayi antara lain : ASI dan menurunkan demam. Daun katuk selain baik
sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan untuk kesehatan juga mengandung beta karoten
tubuh bayi, ASI dapat meningkatkan kecerdasan, yang cukup tinggi sehingga dapat membantu
dan ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang kesehatan mata dan kulit. Kandungan mineralnya
anta ibu dan si bayi.
65
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -65
70

cukup banyak terutama zat besi yang berguna untuk buah polindes, 129 kader dan 1 ambulance.
membantu produksi sel darah merah (Ganie, 2003) Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada
Salah satu manfaat daun katuk adalah terdiri dari: 1 orang dokter umum, 1 orang dokter
untuk melancarkan produksi air susu ibu (ASI), gigi, 9 bidan dan 7 perawat
karena mengandung senyawa seskuiterna. Selain
melancarkan ASI, daun katuk juga punya beberapa Karaktersitik Responden
manfaat, antara lain frambusia, sambelit, borok, dan
sebagai pewarna alami. Karaktersitik responden meliputi umur ibu
Daun katuk juga mempunyai efek samping, menyusui, tingkat pendidikan, dan pekerjaan ibu
yaitu efek diuretik dengan dosis 72 mg/100 g bb. Jus menyusui. Hasil penelitian tentang umur, tingkat
daun katuk mentah dengan dosis 150 g/hari pendidikan dan pekerjaan ibu menyusui adalah
(60,7%), digoreng (16,9%), campuran (20,8%), dan sebagai berikut :
digodok (1,7%), selama 7 – 24 bulan. Terdapat efek
samping setelah penggunaan selama 7 bulan Tabel 1
berupa gejala obstruksi bronkiolitis sedang sampai Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu menyusui
parah, sedangkan konsumsi selama 22 bulan atau di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada tahun 2009
lebih menyebabkan gejala bronkiolitis obliterasi yang Umur Frekuensi Prosentase
permanen. Daun katuk bisa dikonsumsi sebagai 17 - 20 13 54,2 %
lalapan, sayuran maupun minuman. Adapun cara 21 - 24 11 45,8 %
pembuatan, yaitu lalap, sayur menir, dan minuman. Total 24 100%
Sumber : data primer diolah peneliti
METODE PENELITIAN
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa
Penelitian ini merupakan penelitian
mayoritas umur ibu menyusui di Wilayah Kerja
deskriptif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau
Puskesmas Kowel berusia 17-20 tahun, yaitu
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
sebanyak 13 orang ibu menyusui (54,2%) dan
melalui data sampel atau populasi sebagaimana
minoritas berusia 21-24 tahun sebanyak 11 orang
adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
ibumenyusui (45,8 %).
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Variabel
penelitian meliputi variabel dependen dan
Tabel 2
independen. Variabel independen dalam penelitian
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu
ini adalah pemberian daun katuk, sedangkan
menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel Pada
variabel dependennya adalah produksi ASI pada ibu tahun 2009
menyusui hari ke 2 – 3. Populasi dalam penelitian ini
Pendidikan Frekuensi Prosentase
adalah ibu menyusui hari ke 2-3 di Puskesmas
Kowel Pamekasan yaitu sebanyak 24 ibu menyusui. SD 4 16,7 %
Cara pengambilan sampel menggunakan non SMP 6 25 %
probability sampling yaitu dengan teknik total SMA 8 33,3 %
Perguruan Tinggi 6 25 %
sampling yang cara pengambilannya semua anggota
populasi menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak Total 24 100%
24 ibu menyusui agar diperoleh hasil yang Sumber: data primer diolah peneliti
representatif.
Teknik pengumnpulan data dengan cara Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa
observasi ekperimental. Dalam observasi mayoritas di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel
ekperimental ini observer dicoba atau dimasukkan berpendidikan SMA sebanyak 8 orang ibu menyusui
ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Data (33,3 %) dan minoritas berpendidikan SD sebanyak
yang terkumpul dari observasi eksperimental yang 4 orang ibu menyusui (16,7 %).
telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
menggunakan teknik analisa univariat yang Tabel 3
menggunakan tabel distribusi frekuensi, kemudian Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu
dilanjutkan dengan analisa bevariat dengan menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada
menggunakan cross tab atau tabulasi silang. tahun 2009
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Pekerjaan Frekuensi Prosentasi
Puskesmas Kowel Kabupaten Pamekasan. IRT 18 75 %
Petani 3 12,5 %
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Swasta 2 8,3 %
PNS 1 4,2 %
Deskripsi Daerah Penelitian
Total 24 100%
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Sumber: data primer diolah peneliti
Puskesmas Kowel Pamekasan, dengan luas wilayah
+ 285,5 hektar dengan jumlah penduduk 6.440 jiwa Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa
yang terdiri dari 3.145 jiwa laki-laki dan 3.295 jiwa mayoritas di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel
perempuan. Mayoritas mata pencahariannya pekerjaannnya sebagai IRT sebanyak 18 orang (75
sebagai petani, dan pedagang. Adapun jumlah %) dan minoritas pekerjaannya sebagai PNS
sarana kesehatan yang ada di kelurahan Kowel sebanyak 1 orang (4,2 %).
Wilayah Kerja Puskesmas Kowel Pamekasan yaitu
puskesmas terdiri dari 1 buah, 42 buah posyandu, 7
66
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -66
70

Volume Produksi ASI mengkonsumsi daun katuk yaitu 12 orang, yang


Volume produksi ASI dalam penelitian ini memiliki volume produksi ASI 0 - 0,5 cc sebanyak 12
pertama responden diambil data yang tidak orang ibu menyusui (100 %). ASI merupakan
mengkonsumsi daun katuk, dan data responden sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
kelompok perlakuakn sebelum mengkonsumsi daun yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
katuk, kemudian responden kelompok perlakuakn pertumbuhan bayi. Pemberian ASI eksklusif yaitu
dilakukan perlakuan dengan cara pemberian daun bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan
katuk. Setelah meminum daun katuk kemudian cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
diambil data pengukuran lagi volume produksi air putih, dan tanpa makanan padat seperti pisang,
ASInya. pepaya, bubur, susu formula, biskuit, bubur nasi dan
tim (Roesli, 2000). Menyusui merupakan bagian
Tabel 4 terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
Distribusi frekuensi volume produksi ASI sebelum makanan bayi secara lokal dan alamiah, serta
mengkonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja merupakan dasar bilogik dan psikologik yang
Puskesmas Kowel pada tahun 2009. dibutuhkan untuk pertumbuhan. Memberikan susu
formula sebagai tambahan dengan dalih apapun
Volume Frekuensi Prosentase pada bayi baru lahir harus dihindarkan
Produksi ASI (Prawirohardjo, 2005).
0 - 0,5cc 12 100 % Faktor yang mempengaruhi volume
0,6 - 1 cc 0 0% produksi ASI yaitu faktor anatomi dan fisiologis,
>1 cc 0 0% faktor psikologis, faktor istirahat, faktor nutrisi, faktor
Total 12 100% hisapan bayi, serta faktor obat-obatan (Ladewig,
Sumber: data primer diolah peneliti 2006). Mayoritas ibu menyusui yang bekerja
memberikan susu formula pada bayinya karena ibu
Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa seluruh tidak mempunyai waktu untuk menyusui bayinya dan
responden (100%) sebelum mengkonsumsi daun kebisaan keluarga setelah lahir langsung memberi
katuk memiliki volume produksi ASI 0 - 0,5 cc. air gula, padahal faktor yang dapat mendukung
kelancaran ASInya salah satunya adalah hisapan
Tabel 5 bayi. Ibu yang tidak bekerja juga sering kali
Distribusi frekuensi volume produksi ASI setelah memberikan susu formula karena khawatir bayinya
mengkonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja tidak kenyang sehingga membuat bayi malas
Puskesmas Kowel pada tahun 2009 menyusu. Ibu menyusui yang mempunyai banyak
Volume Frekuensi Prosentase waktu untuk bayinya seharusnya lebih sering
Produksi ASI menyusui bayinya, namun kenyataannya banyak ibu
0 - 0,5 cc 0 0% tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya
0,6 - 1 cc 0 0% dikarenakan berbagai alasan diantaranya ASI tidak
>1 cc 12 100 % lancar.
Total 12 100% Pengetahuan merupakan wahana untuk
Sumber: data primer diolah peneliti mendasari seseorang untuk berperilaku secara
ilmiah sedangkan tingkatannya tergantung dari ilmu
Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan atau dasar pendidikan yang dimiliki
seluruh responden (100%) setelah mengkonsumsi (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan tabel 4.2 ibu
daun katuk memiliki volume produksi ASI >1 cc. menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel
Pamekasan mayoritas memiliki pendidikan terakhir
Tabel 6 SMA dan seharusnya mempunyai dasar tentang
Distribusi frekuensi volume produksi ASI yang tidak pentingnya memberikan ASI bagi bayi dan ibunya
mengkonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja sendiri. Sedangkan ibu menyusui yang
Puskesmas Kowel pada tahun 2009 pengetahuannya kurang belum sepenuhnya tau
Volume tentang ASI eksklusif dan perlu melakukan
Frekuensi Prosentase
Produksi ASI penyuluhan tentang manfaat ASI eksklusif. Namun
0 - 0,5 cc 12 permasalahan tentang pentingnya ASI eksklusif
100 %
0,6 - 1 cc 0 masih belum teratasi, padahal ASI eksklusif
0%
>1cc 0 0% mempunyai banyak manfaat bagi bayi diantaranya
Total 12 100% mengembangkan kecerdasan, meningkatkan daya
Sumber: data primer diolah peneliti tahan tubuh bayi, serta mencegah terjadinya diare
dan bagi ibu apabila sering menyusui bayinya dapat
Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa seluruh menghindari dari penyakit mastitis, abses dan
responden (100%) yang tidak mengkonsumsi daun bendungan payudara.
katuk memiliki volume produksi ASI 0 - 0,5 cc. Sedangkan berdasarkan tabel 5
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa ibu menyusui setelah
menunjukkan bahwa dari ibu menyusui sebelum mengkonsumsi daun katuk seluruh responden
mengkonsumsi daun katuk yaitu 12 orang, yang (100%) memiliki volume ASI >1 cc. Daun katuk kaya
memiliki volume produksi ASI 0 - 0,5 cc sebanyak 12 kandungan gizi dibandingkan daun pepaya dan daun
orang ibu menyusui (100%). Sedangkan singkong. Kandungan kalori, protein dan karbohidrat
berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 daun pepaya hampir setara dan bahkan kandungan
menunjukkan bahwa dari ibu menyusui yang tidak zat bezi daun katuk lebih unggul ketimbang daun
pepaya dan daun singkong. Selain itu, daun katuk
67
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -67
70

juga kaya vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C produksi ASI ibu menyusui tersebut lebih meningkat
(www.langit-langit.com, 2007). dibandingkan mengkonsumsi sayuran yang lainnya.
Disamping kaya protein, lemak, vitamin dan Faktor obat-obatan yaitu daun katuk
mineral daun katuk juga memiliki kandungan tanin, memang dapat mempengaruhi produksi ASI namun
saponin falvon/oid dan alkolid papaverin sehingga faktor ini tidak dapat dipastikan memperoleh hasil
sangat potensial untuk dijadikan bahan pengobatan yang maksimal tanpa dukungan dari faktor lain yaitu
alami. Salah satu manfaat daun katuk adalah untuk faktor anatomis dan faktor fisiologis, faktor
melancarkan produksi ASI karena mengandung psikologis, faktor hisapan bayi, faktor istirahat serta
senyawa seskuiterna (www.langit-langit.com, 2007). faktor nutrisi. Seperti halnya ibu menyusui yang
Kandungan Alkolid dan sterol dari daun katuk dapat payudaranya kecil dan puting tidak menonjol
meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak sehingga mempersulit bayi untuk menyusu
karena dapat meningkatkan metabolisme glukosa sedangkan faktor hisapan bayi juga sangat
untuk sintese laktosa sehingga produksi ASI mempengaruhi kelancaran ASI. Ibu yang kurang
meningkat (www.jamuborobudur, 2006). Manfaat istirahat dan stress karena belum terbiasa atau
lain dari daun katuk yaitu akar katuk dimanfaatkan beradaptasi menjadi seorang ibu juga dapat
dengan cara dikeringkan terlebih dahulu, air rebusan mempengaruhi produksi ASI. Begitu pula dengan ibu
akar katuk yang sudah kering dapat membantu yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi
melancarkan dan menurunkan demam. Daun katuk makanan yang dapat membantu kelancaran ASI
selain baik untuk kesehatan juga mengandung beta sehingga produksi ASI tidak ada peningkatan. Sama
karoten yang cukup tinggi sehingga dapat halnya saat penelitian banyak ibu yang memiliki
membantu kesehatan mata dan kulit. Kandungan payudara kecil ,puting tidak menonjol, ibu jarang
mineralnya cukup banyak terutama zat besi yang menyusui bayinya, ibu stress, ibu jarang
berguna untuk membantu produksi sel darah merah mengkonsumsi sayuran dan jarang istirahat
(Ganie, 2003). sehingga cakupan produksi ASI rendah.
Cara pemakaian daun katuk dalam sayuran
atau lalap tidak praktis, apalagi untuk masyarakat Perbandingan Volume Produksi ASI Sebelum
perkotaan yang sulit untuk mendapatkan bahan dan Sesudah Mengkonsumsi Daun Katuk
segar setiap saat, sehingga disediakan yang lebih
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
praktis penggunaannya yaitu dalam bentuk ekstrak
gambaran antara volume produksi ASI sebelum
atau pil. Bukan hanya daun katuk yang berkhasiat
mengkonsumsi daun katuk dengan setelah
sebagai pelancar ASI, pada prinsinya semua
mengkonsumsi daun katuk digunakan tabulasi silang
sayuran yang berwarna hijau tua bisa melancarkan
(Cross Tabulations) terhadap masing-masing
ASI misalnya daun pepaya, daun singkong, daun
variabel tersebut. Data tabulasi silang volume
kacang panjang dan bayam. Kenyataannya ibu
produksi ASI sebelum mengkonsumsi daun katuk
menyusui yang pernah mengkonsumsi daun katuk
dengan setelah mengkonsumsi daun katuk dapat
lebih mempercayai daun katuk sebagai pelancar ASI
dilihat pada tabel berikut :
dari pada sayuran yang lainnya karena telah terbukti

Tabel 7
Tabulasi silang antara volume produksi ASI sebelum mengkonsumsi daun katuk dengan setelah mengkonsumsi
daun katuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada tahun 2009
Perbandingan Produksi ASI Ibu Menyusui
Volume Produksi ASI Sebelum Mengkonsumsi Daun Katuk Setelah mengkonsumsi Daun Katuk
68
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -68
70

n % n %
0 - 0,5 cc 12 100% 0 0%
0,6 - 1 cc 0 0% 0 0%
>1 cc 0 0% 12 100%
Total 12 100% 12 100%
Dari data dibawah diuraikan bahwa mengkonsumsi daun katuk dengan setelah
sebelum mengkonsumsi daun katuk mayoritas mengkonsumsi daun katuk digunakan tabulasi silang
memiliki volume produksi ASI 0-0,5% sebanyak 12 (Cross Tabulations) terhadap masing-masing
orang ibu menyusui (100%) dan setelah variabel tersebut. Hasil penelitian tentang tabulasi
mengkonsumsi daun katuk mayoritas memiliki silang volume produksi ASI yang tidak
volume produksi ASI >1 cc sebanyak 12 orang ibu mengkonsumsi daun katuk dengan setelah
menyusui (100%). mengkonsumsi daun katuk dapat dilihat pada tabel
berikut :
Perbandingan Volume Produksi ASI Yang Tidak
Mengkonsumsi Daun Katuk dengan Setelah
Mengkonsumsi Daun Katuk
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
gambaran antara volume produksi ASI yang tidak
69
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -69
70

Tabel 8
Data tabulasi silang antara volume produksi ASI yang tidak mengkonsumsi daun katuk dengan setelah
mengkonsumsi daun katuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kowel pada tahun 2009
Perbandingan Produksi ASI Ibu Menyusui
Tidak Mengkonsumsi Mengkonsumsi Daun Total
Volume Produksi ASI
Daun Katuk Katuk
n % n % n %
0 - 0,5 cc 12 50% 0 0% 12 50%
0,6 - 1 cc 0 0% 0 0% 0 0%
>1 cc 0 0% 12 50% 12 50%
Total 12 50% 12 50% 24 100%
Dari tabel 8 di atas diuraikan bahwa yang 2003). Tetapi Cara pemakaian daun katuk dalam
tidak mengkonsumsi daun katuk mayoritas memiliki sayuran atau lalap tidak praktis, apalagi untuk
volume produksi ASI 0-0,5 cc sebanyak 12 orang ibu masyarakat perkotaan yang sulit untuk mendapatkan
menyusui (50%) dan yang mengkonsumsi daun bahan segar setiap saat. Oleh karena itu perlu
katuk mayoritas memiliki volume produksi ASI >1 cc dibuat sediaan yang lebih praktis penggunaannya
sebanyak 12 orang ibu menyusui (50%). Dengan yaitu dalam bentuk ekstrak
demikian dapat disimpulkan bahwa ternyata daun (www.litbangdepkes.go.id, 2004). Segala sesuatu
katuk secara per oral dapat meningkatkan kuantitas yang dikonsumsi ibu menyusui bisa mempengaruhi
produksi ASI karena alkolid dan sterol dari daun bayinya, Hal ini mengharuskan ibu menyusui untuk
katuk (www.jamuborobudur.com, 2006). ekstra waspada saat akan mengkonsumsi sesuatu
Berdasarkan tabel 7 dan 8 menunjukkan agar manfaat ASI itu sendiri tetap berfungsi
bahwa ibu sebelum dan yang tidak mengkonsumsi sebagaimana mestinya yaitu khususnya untuk
daun katuk memiliki volume produksi ASI lebih pertumbuhan dan perkembangan bayi
sedikit dari pada ibu menyusui yang mengkonsumsi (www.smallcrab.com, 2008).
daun katuk. Hal yang dapat dilakukan untuk Berbagai penelitian internasional memang
menolong ibu yang ASInya kurang adalah mencoba menentukan ASI eksklusif diberikan sampai bayi
menemukan faktor yang mempengaruhinya seperti usia 6 bulan, karena hingga masa itu ASI masih
faktor obat-obatan. Sedangkan kenyataannya hanya mencukupi kebutuhan bayi. Setelah 6 bulan baru
minoritas saja ibu menyusui yang mengkonsumsi
boleh diberi makanan tambahan, MP-ASI (makanan
ramuan atau obat-obatan untuk meningkatkan
pendamping ASI) secara bertahap, mulai dari yang
produksi ASI, sehingga ibu menyusui sering
halus sampai yang padat sesuai pencernaan bayi. Di
mengabaikan manfaat ASI eksklusif bagi bayinya.
Hal tersebut sangat berpengaruh bagi bayi terutama indonesia masih banyak ibu yang tidak memberikan
pertumbuhan dan perkembangannya. Melalui ASI eksklusif pada bayinya karena beberapa sebab
informasi tentang pentingnya pemberian ASI diantaranya banyak ibu yang bekerja, sehingga
eksklusif dan cara mengatasi ketidaklancaran ASI produksi ASI pun menurun lantaran kelelahan
seperti ramuan daun katuk sehingga membantu ibu (www.smallcrab.com, 2008). Selain itu, banyak
agar dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya. diantara mereka yang mengalami gangguan dalam
Seperti yang dikemukakan Djuniati Kustifah menyusui karena puting susu lecet atau mengalami
menunjukkan bahwa ternyata daun katuk dapat mastitis (www.smallcrab.com, 2008). Kebanyakan
meningkatkan kuantitas produksi air susu ibu karena puting susu lecet disebabkan oleh kesalahan dalam
kandungan alkolid dan sterol teknik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai
(www.jamuborobudur.com, 2006). Ibu menyusui kekalang payudara. Bila bayi menyusu pada puting
yang sejak hari kedua setelah melahirkan diberikan susu, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit
ekstrak daun katuk dengan dosis 3x300 mg/hari karena gusi bayi tidak menekan pada sinus
selama 15 hari terus-menerus, produksi ASI laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri
meningkat 50,7%. Daun katuk yang juga dikenal atau lecet pada puting susu (Soetjiningsih, 1997).
dengan nama katu, simani, karekur, atau cekop Padahal salah satu faktor yang dapat meningkatkan
manis sudah populer sebagai pelancar ASI sejak produksi ASI yaitu faktor hisapan bayi. Hisapan bayi
zaman nenek moyang. Akibatnya, daun yang merupakan rangsangan untuk reflek produksi dan
banyak dijual sebagai sayuran di pasar sampai pengeluaran ASI tersebut. Menyusukan dengan
supermarket ini sering dibeli ibu-ibu menyusui yang sering dapat membantu pengeluaran air susu yang
suka mengkonsumsi sayuran (www.smallcrab.com, lancar dan mencegah trauma puting dari gerakan
2008). pengisapan bayi yang terlampau kuat pada bayi
Demikian pula bahwa dari 24 ibu menyusui yang terlalu lapar, sehingga bila puting susu ibu
antara yang mengkonsumsi daun katuk baik lecet faktor tersebut tidak dapat lagi mendukung
sebelum maupun yang tidak mengkonsumsi daun manfaatnya. Dari sebab diatas dapat mempengaruhi
katuk, hanya yang mengkonsumsi daun katuk yang dalam pemberian ASI Eksklusif, sehingga volume
terjadi peningkatan produksi ASI. Terbukti bahwa produksi ASI akan menurun. Oleh karena itu ibu
faktor obat-obatan yaitu ramuan daun katuk menyusui sangat dianjurkan untuk menghindari hal-
mempengaruhi peningkatan produksi ASI pada ibu hal yang dapat menurunkan produksi ASI dan
menyusui. Daun katuk yang digunakan untuk ibu mencari solusi untuk mencegah hal tersebut
menyusui dianjurkan untuk campuran sayur benih, (Ladewig, 2006).
lalapan rebus atau campuran nasi tim (Ganie, Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa
ibu menyusui yang mengkonsumsi daun katuk
70
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -70
70

memiliki volume produksi ASI lebih banyak Departemen Kesehatan RI, (2006), Buku Kader
dibandingkan volume produksi ASI ibu menyusui Posyandu Dalam Usaha perbaikan Gizi
sebelum dan tidak mengkonsumsi daun katuk. Keluarga. Jakarta ; Departemen Kesehatan
RI
SIMPULAN DAN SARAN Ganie, Suryatini, (2003), Upaboga Di Indonesia.
Simpulan Jakarta; PT Grafika Multiwarna
Ghozali, Imam, (2008), Desain Penelitian
Pemberian daun katuk di Wilayah Kerja Eksperimental. Semarang;Universitas
Puskesmas Kowel Pamekasan adalah dari 24 Diponegoro
responden ibu menyusui (100%), 12 ibu menyusui Google, (2006), Katuk Melancarkan Air Susu Ibu.
diberi daun katuk (50%) dan 12 orang ibu menyusui Bersumber dari;
tidak diberi daun katuk (50%). http://www.jamuborobudur.com/jb/gb/mnem
Produksi ASI pada ibu menyusui di onic/HitmPutih Prd Knwldg Katuk.pdf,
Wilayah Kerja Puskesmas Kowel Pamekasan adalah (diakses tanggal 29 Nopember 2008)
ibu menyusui memiliki volume produksi ASI 0-0,5 cc Google, (2008), Kesadaran ASI Eksklusif Rendah.
sebanyak 24 orang ibu menyusui (100%). Bersumber dari:
Produksi ASI pada ibu menyusui hari ke 2-3 http://www.depkes.go.id/index.php, (diakses
yang tidak mengkonsumsi daun katuk di Wilayah tanggal 8 Nopember 2008)
Kerja Puskesmas Kowel Pamekasan adalah Google, (2008), PelancarASI Tidak Hanya Daun
sebanyak 0-0,5cc. Katuk. Bersumber dari:
Produksi ASI pada ibu menyusui hari ke 2-3 http://www.kapanlagi.com/h/html, (diakses
sebelum dan sesudah mengkonsumsi daun katuk di tangal 8 Nopember 2008)
Wilayah Kerja Puskesmas Kowel Pamekasan adalah Google, (2008), Masyarakat Peduli ASI. Bersumber
sebelum mengkonsumsi sebanyak 0-0,5 cc dan dari:
setelah mengkonsumsi sebanyakI >1 cc http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-
Terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu healthy, (diakses tangal 8 Nopember 2008)
menyusui yang mengkonsumsi daun katuk Hegar, Badrul, (2008), Bedah ASI. Jakarta; Balai
dibandingkan yang tidak mengkonsumsi daun katuk Penerbitan FKUI
Hubertin, Sri Purwanti, (2004), Konsep Pemberian
Saran ASI Eksklusif. Jakarta; ECG
Hidayat, A. Aziz alimul, (2007), Metode Penelitian
Bagi peneliti diharapkan untuk melakukan Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
penelitian lebih lanjut mengenai daun katuk yang Jakarta; Salemba Medika
dapat mempengaruhi produksi ASI pada ibu Kelly, Paula, (2002), Bayi Anda Tahun Pertama.
menyusui dengan sampel yang lebih besar sehingga Jakarta; ARCAN
mencapai hasil penelitian yang lebih sempurna. Ladewig, Patricia, (2006), Asuhan Ibu Dan Bayi Baru
Bagi ibu menyusui untuk mengkonsumsi Lahir. Jakarta; PT Rineka Cipta
daun katuk agar Produksi ASInya meningkat dan Media Indonesia.Com, (2008), Pemberian ASI
menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan Eksklusif Di Tanah Air. Bersumber dari:
rendahnya cakupan produksi ASI. http://www.indonesia.go.id/id/index.php,
Bagi profesi dapat meningkatkan mutu (diakses tanggal 8 Nopember 2008)
pelayanan kebidanan khususnya bagi ibu menyusui Nirmala, (2008), Pelancar ASI Tidak Hanya Katuk.
agar memberikan ASI secara eksklusif kepada Bersumber dari:
bayinya. http://www.smallcrab.com/kesehatan,
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan (diakses tanggal 8 Nopember 2008)
untuk tidak terpengaruh oleh promosi susu formula Notoatmodjo, Soekidjo, (2002), Metodologi
agar dapat memberikan contoh yang baik bagi ibu Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT Rineka
menyusui. Cipta
Prawirohardjo, Sarwono, (2005), Ilmu Kebidanan .
DAFTAR PUSTAKA Jakarta; YBPSP
Admin, (2007), Daun Katuk Gampang Ditanam, Putri, Mahanani, (2007), Kampanye ASI. Bersumber
dari; Webmaster@pitoyo.com copyright
Banyak Manfaatnya. Bersumber dari;
www.pitoyo.com, (diakses tanggal 7
Managed By Langit-langit.com-Supported
Desember 2008)
By Indonesia 8.3 Dan Indoglobal.Com, (di
Roesli, Utami, (2000), Mengenal ASI Eksklusif.
akses tanggal 29 Nopember 2008)
Jakarta; Trubus Agri Widya
Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian
Roesli, Utami, (2008), Inisiasi Menyusui Dini Plus
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka
ASI Eksklusif. Jakarta; Pustaka Bunda
Cipta Sadjimin, Tonny, (2004), Effectiveness Of The
Azis, Sriana, (2006), Studi Manfaat Daun Katuk
Sauropus androgynus (L) Merr Leaf Extract
(Sauropus Adrogynus). Bersumber dari;
IN increasing Mother` Brest Milk
http;//www.kalbefarma.com/calendar,
Production. Bersumber dari; http;//www
(diakses tanggal 29 Nopember 2008)
litbang.depkes.go.id/media/data/effectivene
Cholil, Abdullah, (2003), Buku Panduan manajemen
ss.pdf., (diakses tanggal 29 Nopember
Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
2008)
Bidan DI Rumah Sakit Rujukan Dasa .
Jakarta; IDAI
71
Produksi ASI Ibu Menyusui Yang Mengkonsumsi Daun Katuk Dengan
Jurnal
YangIlmiah
TidakIlmu
Mengkonsumsi
Kebidanan dan
Daun Katuk (Merlyna
Kandungan, Vol. 2,Suryaningsih
No. 2, September
) 2009 : 63 -71
70

Simkin, Penny, (2008), Panduan Lengkap Suririnah, (2008), Keuntungan ASI. Bersumber dari:
Kehamilan, Melahirkan Dan Bayi. Jakarta; http://ww.infoibu.com/mod.php, (diakses
ARCAN tanggal 8 Nopember 2008)
Soetjiningsih, (1997), ASI Petunjuk Untuk tenaga
Kesehatan. Jakarta;ECG
Studi Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan Dan Yang Melakukan Mobilisasi Dini (Nisfil Mufidah) 71
P E NE LI TI AN I L MI AH
Studi Komparasi Proses Involusi ABSTRACT

(Pengeluaran Lochea) Pada Ibu Post In the post partum mother involution process
is marked by the production of lochea. In order to know
that the production of lochea smooth and normal, the
Partum Yang Tidak Melakukan production of lochea is devided based on the time and
color, such as: lochea rubra (2 days after giving birth, the
Mobilisasi Dini Dan Yang Melakukan color is red), lochea sanguinolenta (3-7 days after giving
birth, the color is red yellow), lochea serosa (7-14 days
Mobilisasi Dini Di Desa Blumbungan after giving birth, the color is yellow) and lochea alba (2
weeks after giving birth, the color is white). A thing that
Wliayah Kerja Puskesmas Larangan can influence lochea production is early mobilization.
The purpose of this research is to know the difference of
lochea production between post partum mothers who do
Kabupaten Pamekasan not do early mobilization and post partum mothers who
do early mobilization. This research is a descriptive
research with prospective or longitudinal research
design. The independent variable is not doing early
mobilization and doing early mobilization. The
Comparison Study Of Involution Process dependent variable is lochea production. The population
(Lochea Production) Between Post in this research is 28 post partum mothers in
Blumbungan village in the work area of Larangan Public
Partum Mothers Who Do Not Do Early Health Center in Pamekasan city which is divided into
Mobilization And Post Partum Mothers two groups those are controlled group and conducted
group. Data is collected by observing post partum
Who Do Early Mobilization In mothers. Then the data is analyzed using t-test 2 free
Blumbungan Village Work Area Of samples with significant level α=0.05. The result of the
research is found that the total average lochea rubra
Larangan Public Health Center production, sanguinolenta and serosa from post partum
Pamekasan City mothers who do not do early mobilization 18 days,
meanwhile who do early mobilization 12 days. The result
of t-test 2 free sample is found count probability < α
(0,000 < 0,005). It can be concluded that involution
process (lochea production) on the post partum mothers
NISFIL MUFIDAH *) who do early mobilization is much faster than post
*) Program Studi Ilmu Keperawatan, partum mothers who do not do early mobilization. So
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudia Husada that it is ordered to the post partum mothers to do early
Madura mobilization.

Key words: Uteri Involution (lochea production), early


mobilization, Post Partum

Correcpondence : Nisfil Mufidah, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia


PENDAHULUAN vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis
Masa nifas (puerperium) dimulai dari (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lochea mengalami perubahan karena proses
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu involusi (Erlina, 2008). Untuk mengetahui
(Prawirorahardjo, 2002:N23). Pada setiap wanita pengeluaran lancar dan normal, perlu diketahui
pasca persalinan mengalami proses involusi. bahwa pengeluaran lochea dapat dibagi
Involusi yang terjadi pada masa nifas antara lain: berdasarkan waktu dan warna diantaranya: lochea
involusi uterus (proses kembalinya uterus pada rubra (waktu 2 hari pasca persalinan, berwarna
keadaan sebelum hamil), involusi tempat placenta merah segar), lochea sanguinolenta (waktu 3-7 hari
(proses penyembuhan luka bekas placenta), pasca persalinan, berwarna merah kuning), lochea
perubahan ligamen (ligamen-ligamen dan diafragma serosa (7-14 hari pasca persalinan, berwarna
pelvis berangsur-angsur menciut kembali seperti kuning) dan lochea alba (waktu 2 minggu, berwarna
sediakala), perubahan serviks (perubahan bentuk putih) (Mochtar, 1998:116).
serviks yang akan mengaga seperti corong), lochea Berdasarkan data yang diperoleh di
(eksresi cairan rahim selama masa nifas) (Varney’s, Polindes Blumbungan wilayah kerja Puskesmas
2008). Larangan, pada bulan Januari sampai Desember
Involusi uterus membuat lapisan luar 2008 terdapat 210 ibu post partum, dimana dari hasil
desidua yang mengelilingi situs placenta akan wawancara yang dilakukan peneliti dengan bidan
menjadi necrotic (layu atau mati). Desidua yang mati Blumbungan dari 210 ibu post partum terdapat 119
akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran (56%) ibu post partum yang mengalami
antara darah dan desidua tersebut dinamakan keterlambatan pengeluaran lochea yaitu lochea
lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau rubra (terjadi 1-5 hari post partum), lochea
putih pucat. Lochea mempunyai reaksi basa atau sanguinolenta (terjadi 5-9 hari post partum), lochea
alkis yang dapat membuat organisme berkembang serosa (terjadi 9-16 hari post partum), lochea alba
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada (lebih dari 16 hari post partum) sedangkan sisanya
72 Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan
Studi Jurnal IlmiahDan
Ilmu
Yang
Kebidanan
Melakukan
dan Mobilisasi
Kandungan, (Nisfil
DiniVol. Mufidah
2, No. 2, September
) 2009 : 71 -72
77

91 (44%) ibu post partum mengalami pengeluaran ibu post partum yang tidak melakukan mobilisasi dan
lochea secara normal. Dari data yang diperoleh yang melakukan mobilisasi dini di Desa Blumbungan
tersebut juga dikatakan bahwa ada beberapa ibu-ibu wilayah kerja Puskesmas Larangan tahun 2009.
yang melakukan mobilisasi maupun yang tidak
mobilisasi. TINJAUAN PUSTAKA
Pengeluaran lochea bisa lebih cepat dari 40
hari dan lebih lama dari 40 hari. Keterlambatan Konsep Dasar Post Partum
pengeluaran lochea terjadi karena rendahnya proses Post partum adalah sesudah melahirkan
involusi yang menyebabkan kontaksi rahim lemah, (Denise, 2003:370). Post partum dikenal juga
sedangkan kontraksi rahim lemah karena adanya dengan masa nifas (puerperium) dimulai setelah
benda asing dalam rahim, depresi masa nifas kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
(Kurniasih, 2008), tidak menyusui (Prawirohardjo, kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2002:130), tidak mobilisasi dini (Manuaba, Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
1998:193), umur (Notoatmodjo, 2003:15),
(Sarwono, 2002:122). Dalam masa nifas, alat-alat
pendidikan (Notoatmodjo, 2003:15), paritas
genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-
(Notoatmodjo, 2003:19), penggunaan obat (Hendry,
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
2009), dan pengaruh gisi (Fri, 2001). Sedangkan
hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetal ini
dampak yang akan terjadi jika mengalami
dalam keseluruhannya disebut involusi
keterlambatan pengeluaran lochea yaitu terjadi
(Prawiroharjo, 2005:237).
infeksi perpuralis (Sungkar, 2005) dan terjadinya
Menurut (Straigt, 2001) manfaat perawatan post
anemia (Taufik, 2008).
partum antara lain meningkatkan involusi uterus
Ada beberapa cara supaya pengeluaran
produksi lochea lancar dan normal antar lain: normal dan mengembalikan pada keadaan sebelum
mobilisasi dini (Manuaba, 1998:193), menyusui (Fri, hamil, mencegah atau meminimalkan komplikasi
2001), menjaga kebersihan alat genetalia (Rambey, post partum, meningkatkan kenyamanan dan
2008). Tapi di sini peneliti akan membahas penyembuhan pelvis perianal dan jaringan perianal,
perbedaan pengeluaran lochea pada ibu post membantu perbaikan fungsi tubuh yang normal,
partum yang tidak melakukan mobilisasi dini dan meningkatkan pemahaman perubahan fisiologis dan
yang melakukan mobilisasi dini. psiologi, memfalitasi perawatan bayi kedalam unit
Mobilisasi dini merupakan suatu upaya keluarga, dan mensupport keterampilan orang tua
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dan attacment ibu dan bayi.
dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis (Roper, 1996). Konsep Dasar Involusi
Menurut (Uswatun, 2006) manfaat mobilisasi dini Involusi adalah proses kembalinya uterus
pada ibu post partum yaitu dapat memperlancar ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
sirkulasi darah, membantu proses pemulihan, Proses ini dimulai dari setelah placenta lahir pada
mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena proses ini terjadi proses autolisis yaitu proses
gangguan pembuluh darah balik serta menjaga perusakan secara langsung terhadap jaringan
perdarahan lebih lanjut. Maka dari itu perawatan hipertropi (pembesaran sel yang ada) selama hamil.
puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk Involusi yang terjadi pada masa nifas
melakukan mobilisasi dini (early mobilization) karena antara lain: involusi uterus (proses kembalinya
mempunyai keuntungan memperlancar pengeluaran uterus pada keadaan sebelum hamil), involusi
lochea (Manuaba, 1998:193). Adapun tahapan- tempat placenta (proses penyembuhan luka bekas
tahapan mobilisasi dini selama 2 jam post partum placenta), perubahan ligamen (ligamen-ligamen dan
yaitu memutar pergelangan tangan, kaki, menekuk- diafragma pelvis berangsur-angsur menciut kembali
nekuk dan menggeser kedua kaki kemudian miring seperti sediakala), perubahan serviks (perubahan
kanan miring kiri, belajar duduk dan dilanjutkan bentuk serviks yang akan mengaga seperti corong),
dengan belajar berjalan (Kasdu, 2003). lochea (eksresi cairan rahim selama masa nifas)
Sedangkan menurut (Kasdu, 2003) dampak (Varney’s, 2008).
yang ditimbulkan jika ibu post partum tidak Dengan adanya involusi uterus, maka
melakukan mobilisasi dini yaitu: peningkatan suhu
lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs
tubuh, perdarahan abnormal, involusi uterus yang
placenta akan menjadi necrotik. Decidua yang mati
tidak baik. Untuk mencegah hal tersebut, salah satu
akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran
cara yang dapat dilakukan adalah melakukan
antara darah dan decidua tersebut dinamakan
mobilisasi dini pada ibu post partum karena akan
lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau
meningkatkan nada oto-otot, meningkatkan aliran
putih pucat. Lochea disekresikan dengan jumlah
darah melalui jaringan tubuhnya dan mempercepat
banyak pada awal jam post partum yang selanjutnya
pengeluaran lochea (Jones, 2005:267).
akan berkurang (Varney’s, 2008).
Melihat pentingnya dilakukan mobilisasi dini
Lochea adalah sekret dari kavum uteri dan
pada ibu post partum terhadap pengeluaran lochea,
vagina dalam masa nifas (Setiowulan, 2001:318).
maka perlu dilakukan penelitian tentang studi
Lochea mempunyai suatu karakteristik bau yang
komparasi pengeluaran lochea pada ibu post partum
tidak sama dengan sekret menstrual (Varney’s,
yang tidak melakukan mobilisasi dini dan yang 2008). Macam-macam lochea antara lain 1) lochea
melakukan mobilisasi dini di Desa Blumbungan rubra dengan ciri-ciri waktu pengeluaran 1 – 3 hari,
Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. warna merah kehitaman, dan terdiri dari sel desidua,
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
menganalisa perbedaan pengeluaran lochea pada sisa darah; 2) lochea sanguinolenta dengan ciri-ciri
73 Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan
Studi Jurnal IlmiahDan
Ilmu
Yang
Kebidanan
Melakukan
dan Mobilisasi
Kandungan, (Nisfil
DiniVol. Mufidah
2, No. 2, September
) 2009 : 71 -73
77

waktu pengeluaran 3 – 7 hari, warna putih METODE PENELITIAN


bercampur merah, dan sisa darah bercampur lendir;
3) lochea serosa dengan ciri-ciri waktu pengeluaran Penelitian ini merupakan penelitian
7 – 14 hari, warna kekuningan atau kecoklatan, dan deskriptif dengan menggunakan pendekatan
lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga prospektif atau longitudinal. Variabel dalam
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta; penelitian ini meliputi variabel dependen dan
dan 4) lochea alba dengan ciri-ciri waktu independen. Variabel independen dalam penelitian
pengeluaran diatas 14 hari, warna putih, dan ini adalah tidak mobilisasi dini dan mobilisasi dini.
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan Sedangkan variabel dependennya adalah
serabut jaringan yang mati (Erlina, 2008) pengeluaran lochea. Pada penelitian ini populasinya
adalah ibu hamil yang tafsiran HPL 23 Maret
Konsep Dasar Mobilisasi Dini sampai 25 April 2009 di Desa Blumbungan Wilayah
Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Pamekasan,
Mobilisasi dini merupakan suatu upaya , yaitu sebanyak 28 responden. Dari jumlah tersebut
mempertahankan kemandirian sedini mungkin sekaligus sebagai subyek penelitian, sehingga dari
dengan cara membimbing penderita untuk penelitian ini tidak menentukan sampel, besar
mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi sampel dan teknik sampling. Kritria inklusi dalam
berasal dari yang merupakan pengembalian secara penelitian ini antara lain ibu yang melahirkan secara
berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya normal pervaginam, dan ibu post partum yang
untuk mencegah komplikasi (Roper, 1996). bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria
Menurut Manuaba, manfaat mobilisasi dini ekslusi dalam penelitian ini antara lain ibu tidak
bagi post partum antara lain : 1) memperlancar menyusui, ibu dalam keadaan sakit, dan ibu post
pengeluaran lochea dan mengurangi infeksi
partum yang mempunyai riwayat penyakit koagulasi
puerperium; 2) mempercepat involusi alat
darah.
kandungan; 3) memperlancar fungsi alat Data dikumpulkan dengan cara observasi,
gastrointestinal dan alat perkemihan; dan 4) maksudnya setelah peneliti memberikan perlakuan
meningkatkan kelancaran peredaran darah, (mobilisasi), maka peneliti mengobservasi
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran pengeluaran lochea pada obyek penelitian sesuai
metabolisme. Sedangkan menurut Mochtar (1995) dengan jumlah hari dari hari pertama pengeluaran
kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini lochea rubra sampai hari terakhir lochea serosa.
bagi ibu post partum antara lain : peningkatan suhu Data yang telah terkumpul kemudian di analisis
tubuh, perdarahan yang tidak normal, dan involusi dengan menggunakan uji t 2 sampel bebas untuk
uterus yang tidak baik. mengetahui perbedaan total (∑ hari) proses involusi
Tahap-tahap melakukan mobilisasi dini (pengeluaran lochea) antara yang tidak melakukan
pada ibu post partum antara lain : 1) setelah mobilisasi dini dan yang melakukan mobilisasi dini
bersalin, pada 2 jam post partum harus tirah baring dengan menggunakan taraf signifikasinya 5% (0,05).
dulu; 2) Setelah itu dianjurkan itu post partum untuk Penelitian ini dilakukan di Desa
dapat mulai belajar untuk duduk; dan 3) Setelah ibu Blumbungan wilayah kerja Puskesmas Larangan
post partum dapat duduk, dianjurkan ibu belajar Kabupaten Pamekasan selama satu bulan dari
berjalan (Kasdu, 2003). Sedangkan hal-hal yang tanggal 23 Maret sampai 25 April 2009.
perlu diperhatikan pada ibu post partum dalam
melaksanakan mobilisasi dini antara lain : mobilisasi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa
menyebabkan ibu terjatuh, yakinkan ibu bisa Deskripsi Tempat Penelitian
melakukan gerakan-gerakan diatas secara bertahap, Penelitian ini dilakukan di Desa
dan kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu Blumbungan wilayah kerja Puskesmas Larangan
melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat, serta Kabupaten Pamekasan. Luas wilayah Desa
jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan Blumbungan 1.135.450 ha dengan jumlah penduduk
karena bisa membebani jantung (Sungkar, 2005). sebanyak 8.547 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 4.224 jiwa dan perempuan 4.323 jiwa.
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Pengeluaran
Lochea
Karakteristik Responden
Mobilisasi dini adalah suatu upaya Karaktersitik responden meliputi umur,
mempertahankan kemandirian sedini mungkin
tingkat pendidikan, dan paritas. Setelah dilakukan
dengan cara membimbing penderita untuk analisa data didapatkan bahwaberdasarkan umur,
mempertahankan fungsi fisiologi (Roper, 1996).
responden yang tidak melakukan mobilisasi dini
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila ibu post (kelompok kontrol) mayoritas berusia 30-33 tahun,
partum berada dalam posisi berbaring dari pada
yaitu sebesar 35,70%. Sedangkan responden yang
berdiri (Varney’s, 2008). Dengan melakukan melakukan mobilisasi dini (kelompok perlakuan)
mobilisasi dini pada ibu post partum maka akan
mayoritas berusia 22-25 tahun dan 26-29 tahun,
meningkatkan nada oto-otot, meningkatkan aliran yaitu sebesar 35,70%.
darah melalui jaringan tubuhnya dan mempercepat
Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan
pengeluaran lochea (Jones, 2005:267). Maka dari itu bahwa responden yang tidak mobilisasi dini
perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan
(kelompok kontrol) mayoritas berpendidikan SD dan
untuk melakukan mobilisasi dini (early mobilization) SMA, yaitu sebesar 28,60%. Sedangkan responden
karena mempunyai keuntungan memperlancar
yang melakukan mobilisasi dini (kelompok
pengeluaran lochea (Manuaba, 1998:193).
74 Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan
Studi Jurnal IlmiahDan
Ilmu
Yang
Kebidanan
Melakukan
dan Mobilisasi
Kandungan, (Nisfil
DiniVol. Mufidah
2, No. 2, September
) 2009 : 71 -74
77

perlakuan) mayoritas berpendidikan SMA, yaitu Dari tabel 2 di atas dapat dipelajari bahwa
sebesar 28,60%. pengeluaran lochea rubra responden yang
Sedangkan berdasarkan paritas didapatkan melakukan mobilisasi dini paling lama 3 hari sebesar
bahwa responden yang tidak ,melakukan mobilisasi 71,4%, dan paling cepat 2 hari sebesar 28,6%.
dini (kelompok kontrol) mayoritas mempunyai paritas Dilihat dari pengeluaran lochea
1 dan paritas 2 yaitu sebesar 35,70%, dan sanguinolenta untuk responden yang tidak
responden yang melakukan mobilisasi dini melakukan mobilisasi dini didapatkan hasil seperti
(kelompok perlakuan) mayoritas mempunyai paritas pada tabel berikut :
2 yaitu sebesar 42,90%.
Tabel 3
Produksi Lochea Pada Ibu Post Partum Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama
Pengeluaran lochea meliputi pengeluaran pengeluaran lochea sanguinolenta pada ibu post
lochea rubra, pengeluaran lochea sanguinolenta, partum yang tidak melakukan mobilisasi dini di Desa
dan pengeluaran lochea serosa. Hasil penelitian Blumbungan wilayah kerja puskesmas Larangan
tentang produksi lochea pada ibu post partum Kabupaten Pamekasan Tahun 2009
didapatkan bahwa untuk responden yang tidak Lama Pengeluaran Frekuensi Persentase
lochea Sanguinolenta (%)
melakukan mobilisasi dini (kelompok kontrol) 5 hari 4 28,6
menurut pengeluaran lochea dari rubra, 6 hari 6 42,8
sanguinolenta dan serosa paling lama 20 hari 7 hari 4 28,6
sebanyak 4 orang, sedangkan menurut pengeluaran Total 14 100
lochea dari rubra, sanguinolenta dan serosa paling Sumber: Perolehan data dari lapangan
cepat 17 hari sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk
responden yang melakukan mobilisasi dini Dari tabel di atas dapat dipelajari bahwa
(kelompok perlakuan) menurut pengeluaran lochea pengeluaran lochea sanguinolenta responden yang
dari rubra, sanguinolenta dan serosa paling lama 14 tidak melakukan mobilisasi dini paling lama 7 hari
hari sebanyak 2 orang, sedangkan menurut sebesar 28,6% dan paling cepat 5 hari sebesar
pengeluaran lochea dari rubra, sanguinolenta dan 28,6%.
serosa paling cepat 11 hari sebanyak 3 orang. Hasil penelitian tentang pengeluaran lochea
Pengeluaran lochea rubra untuk responden sanguinolenta responden yang melakukan mobilisasi
yang tidak melakukan mobilisasi dini dapat dilihat dini adalah sebagai berikut :
pada tabel berikut :
Tabel 4
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama pengeluaran lochea sanguinolenta pada ibu post
pengeluaran lochea rubra pada ibu post partum partum yang melakukan mobilisasi dini di Desa
yang tidak melakukan mobilisasi dini di Desa Blumbungan wilayah kerja Puskesmas Larangan
Blumbungan wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Pamekasan Tahun 2009
Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 Lama Pengeluaran Frekuensi Persentase
Lama Pengeluaran Frekuensi Persentase lochea Sanguinolenta (%)
Lochea Rubra (%) 2 hari 1 7,2
3 hari 2 14,2 3 hari 4 28,5
4 hari 6 42,9 4 hari 9 64,3
5 hari 6 42,9 Total 14 100
Total 14 100 Sumber: Perolehan data dari lapangan
Sumber: Perolehan data dari lapangan
Dari tabel di atas dapat dipelajari bahwa
Dari tabel di atas didapatkan bahwa pengeluaran lochea songuinolenta untuk responden
pengeluaran lochea rubra responden yang tidak yang melakukan mobilisasi dini paling lama 4 hari
melakukan mobilisasi dini paling lama 5 hari sebesar (64,3%) dan paling cepat 2 hari (7,2%).
42,9%, sedangkan pengeluaran lochea rubra paling Sedangkan bila dilihat dari pengeluaran
cepat 3 hari sebesar 14,2%. lochea serosa, responden yang tidak melakukan
Pengeluaran lochea rubra untuk responden mobilisasi dini didapatkan data sebagai berikut :
yang melakukan mobilisasi dini dapat dilihat pada
tabel berikut : Tabel 5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama
Tabel 2 pengeluaran lochea serosa pada ibu post partum
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama yang tidak melakukan mobilisasi dini di Desa
pengeluaran lochea rubra pada ibu post partum Blumbungan wilayah kerja Puskesmas Larangan
yang melakukan mobilisasi dini di Desa Blumbungan Kabupaten Pamekasan Tahun 2009
wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Lama Pengeluran Frekuensi Presentase (%)
Pamekasan Tahun 2009 Lochea Serosa
Lama Pengeluaran Frekuensi Persentase 7 hari 3 21,4
Lochea Rubra (%) 8 hari 6 42,8
2 hari 4 28,6 9 hari 2 14,4
3 hari 10 71,4 10 hari 3 21,4
Total 14 100 Total 14 100
Sumber: Perolehan data dari lapangan Sumber: Perolehan data dari lapangan
75 Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan
Studi Jurnal IlmiahDan
Ilmu
Yang
Kebidanan
Melakukan
dan Mobilisasi
Kandungan, (Nisfil
DiniVol. Mufidah
2, No. 2, September
) 2009 : 71 -75
77

Dari tabel 5 di atas dapat dipelajari bahwa tubuh otot yang menyebabkan sistem aliaran darah
pengeluaran lochea serosa untuk responden yang melalui jaringan tubuh menurun sehingga
tidak melakukan mobilisasi dini paling lama 10 hari memperlambat pengeluaran lochea pada ibu post
sebesar 21,4% dan paling cepat 7 hari sebesar partum.
21,4%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
Pengeluaran lochea serosa untuk pengeluaran lochea pada ibu post partum yang
responden yang melakukan mobilisasi dini melakukan mobilisasi dini (kelompok perlakuan)
didapatkan data sebagai berikut : didapatkan bahwa pengeluaran lochea (rubra,
sanguinolenta, serosa) lamanya 11 sampai 14 hari.
Tabel 6 Dengan spesifikasi masing-masing pengeluaran
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama lochea yaitu lochea rubra 2 sampai 3 hari, lochea
pengeluaran lochea serosa pada ibu post partum sanguinolenta 2 sampai 4 hari dan lochea serosa 5
yang melakukan mobilisasi dini di Desa Blumbungan sampai 7 hari. Secara teori pengeluaran lochea
wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten (rubra, sanguinolenta, serosa) lamanya 14 hari
Pamekasan Tahun 2009 dengan spesifikasi masing-masing poengeluaran
Lama Pengeluran Frekuensi Presentase lochea yaitu lochea rubra 2 hari, lochea
Lochea Serosa (%) sanguinolenta 5 hari sedangkan lochea serosa 7
5 hari 2 14,2 hari. Menurut Varney’s umumnya jumlah lochea
6 hari 6 42,9 lebih sedikit bila ibu post partum berada dalam posisi
7 hari 6 42,9 berbaring dari pada berdiri jadi mobilisasi dini disini
Total 14 100 sangat berpengaruh pada pengeluaran lochea.
Sumber: Perolehan data dari lapangan Karena dengan melakukan mobilisasi dini pada ibu
post partum akan meningkatkan nada oto-otot,
Dari tabel 6 di atas dapat dipelajari bahwa meningkatkan aliran darah melalui jaringan tubuhnya
pengeluaran lochea serosa untuk responden yang dan mempercepat pengeluaran lochea (Jones,
melakukan mobilisasi dini paling lama 7 hari sebesar 2005:267). Maka sangat jelas mobilisasi dini pada
42,9% dan paling cepat 5 hari sebesar 14,2%. ibu post partum dapat mempercepat pengeluaran
Berdasarkan hasil penelitian pengeluaran lochea karena dengan melakukan mobilisasi dini
lochea pada ibu post partum yang tidak melakukan pada ibu post partum akan mempengaruhi salah
mobilisasi dini (kelompok kontrol) didapatkan bahwa satu sistem tubuh pada otot sehingga otot dapat
pengeluaran lochea (rubra, sanguinolenta dan berfungsi dengan semestinya yang menyebabkan
serosa) lamanya 17 sampai 20 hari. Dengan sistem aliaran darah melalui jaringan tubuh
spesifikasi masing-masing pengeluaran lochea yaitu meningkat dan dapat mempercepat pengeluaran
lochea rubra 3 sampai 5 hari, lochea sanguinolenta lochea pada ibu post partum.
5 sampai 7 hari dan lochea serosa 7 sampai 10 hari. Perbandingan Pengeluaran Lochea Pada Ibu
Secara teori pengeluaran lochea (rubra, Post Partum Yang Tidak Melakukan Mobilisasi
sanguinolenta, serosa) lamanya 14 hari dengan Dini dengan Yang Melakukan Mobilisasi Dini
spesifikasi lochea rubra 2 hari, lochea sanguinolenta
5 hari sedangkan lochea serosa 7 hari. Pengeluaran Pada analisis untuk mengetahui ada atau
lochea pada ibu post partum yang tidak melakukan tidaknya perbedaan antara total (∑ hari) pengeluaran
mobilisasi dini pada pada umumnya pengeluaran lochea pada ibu post partum yang tidak melakukan
locheanya melebihi batas normal (Sungkar, 2005). mobilisasi dini dan yang melakukan mobilisasi dini
Karena dengan tidak melakukan mobilisasi dini pada digunakan tabulasi silang (Cross Tabulations)
ibu post partum maka akan terjadi penurunan nada terhadap masing-masing variabel tersebut. Hasil
oto-otot, menurunkan aliran darah melalui jaringan tabulasi silang total (∑ hari) pengeluaran lochea ibu
tubuhnya dan memperlambat pengeluaran lochea post partum yang tidak melakukan mobilisasi dini
(Jones, 2005:267). Sehingga sangat jelas mobilisasi dengan yang melakukan mobilisasi dini dapat dilihat
dini pada ibu post partum dapat mempengaruhi pada tabel berikut :
pengeluaran lochea, karena tanpa mobilisasi dini
salah satu sistem tubuh pada ibu post partum
kurang berfungsi baik yaitu khususnya pada sistem

Tabel 7
Tabulasi Silang Total jumlah hari Pengeluaran Lochea Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan Mobilisasi
Dini Dan Yang Melakukan Mobilisasi Dini Di Desa Blumbungan Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Tahun 2009
Total (∑ hari) Ibu Post Partum
Pengeluaran Lochea Tidak Melakukan Mobilisasi Dini Melakukan Mobi
n % n %
11 - 12 hari 0 0 7 50
13 - 14 hari 0 0 7 50
15 - 16 hari 0 0 0 0
17 - 18 hari 5 35,8 0 0
19 - 20 hari 9 64,2 0 0
Total 14 100 14 100
Uji statistik t 2 sampel bebas α = 0,05 dan Signifikansi (p) = 0,000
Sumber: Perolehan data dari lapangan
76 Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan
Studi Jurnal IlmiahDan
Ilmu
Yang
Kebidanan
Melakukan
dan Mobilisasi
Kandungan, (Nisfil
DiniVol. Mufidah
2, No. 2, September
) 2009 : 71 -76
77

Dari tabel 7 diatas bedasarkan uji statistik t Erlina. 2008. Perubahan Masa Nifas.
2 sampel bebas didapatkan bahwa hasil http://kuliahbidan.wordpress.com./.
signifikasinya lebih kecil dari derajat kesalahan yang (Diakses 20 Januari 2009).
ditetapkan peneliti yaitu signifikasinya 5% (0,05). Farrer, Hellen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta
Hasil perhitungan uji t 2 sampel bebas 0,000 < 0,05 : EGC.
yang berarti bahwa ada perbedaan total (∑ hari) Fri. 2001. Cairan Nifas. http://crybermman.cbn.id/.
pengeluaran lochea antara ibu post partum yang (Diakses 21 Januari 2009).
tidak melakukan mobilisasi dini dengan yang Hendry. 2007. Fisiologi Kardio Vaskular ibu.
melakukan mobilisasi dini. Selisih perbedaan rata- http://mangkutak.wordpres.com/. (Diakses
rata total (∑ hari) pengeluaran lochea antara ibu post 29 Januari 2009).
partum tidak melakukan mobilisasi dini dengan yang
melakukan mobilisasi dini dengan yang melakukan Kasdu. 2006. Hubungan Antara Karakteristik
mobilisasi dini adalah 6 hari, sehingga dapat Demografi Dengan Mobilisasi.
disimpulkan pengeluaran lochea pada ibu post http://www.addtoany.com/. (Diakses 03
partum yang melakukan mobilisasi dini jauh lebih Januari 2009).
cepat dari pada tidak melakukan mobilisasi dini. Kurniasih, Dedeh. 2008. Seputar Nifas.
Secara teori menurut Varney’s umumnya http://www.tabloid-nakita.com/. (Diakses 21
jumlah lochea lebih sedikit bila ibu post partum Januari 2009).
berada dalam posisi berbaring dari pada berdiri Liewellyn, Derek. 2005. Setiap Wanita : Delaprasa
sehingga mobilisasi dini sangat berpengaruh pada Publishing.
pengeluaran lochea. Karena dengan ibu post partum Manuaba, Ida, Bagus, Gde, Prof, dr. 1998. Ilmu
melakukan mobilisasi dini akan meningkatkan nada Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
otot-otot, meningkatkan aliran darah melalui jaringan keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
tubuh dan mempercepat pengeluaran lochea. Jika Masjuer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
ditinjau dari hasil penelitian dapat disimpulkan Jakarta : FKUI.
bahwa pengeluaran produksi lochea (rubra, Mochtar, Rustam, Prof, Dr. 1999. Sinopsis Obstetri
sanguinolenta dan serosa) pada ibu post partum Jilid 1. Jakarta : EGC.
yang melakukan mobilisasi dini jauh lebih cepat dari Mochtar. 2008. Perawatan Pada Ibu Post Partum.
pada ibu post partum yang tidak melakukan http://www.addtuany.com/. (Diakses 03
mobilisasi dini. Januari 2009 ).
Notoadmodjo, Soekidjo, Dr. 2002. Metodologi
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian Kesehatan Jakarta: Renika
Cipta.
Simpulan Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Pengeluaran lochea (rubra, sanguinolenta,
Salemba Medika.
serosa) ibu post partum yang tidak melakukan
Rambey, Reino, dr. 2008. Tetap Sehat Pasca
mobilisasi dini di Desa Blumbungan wilayah kerja
Bersalin.
Puskesmas Larangan Kabupaten Pamekasan
http://TetapSehatPascaBersalin<<Momo
berkisar antara 17 sampai 20 hari.
Nursing Wear.htm/. (Diakses 28 Januari
Pengeluaran lochea (rubra, sanguinolenta,
2009).
serosa) ibu post partum yang melakukan mobilisasi
Reiss,Uzzi. 2008. Menjadi Ibu Pasca Persalinan.
dini di Desa Blumbungan wilayah kerja Puskesmas
Jogjakarta.
Larangan Kabupaten Pamekasan berkisar antara 11
Roper. 2008. Perawatan Pada Ibu Post.
sampai 14 hari.
http:www,addtuany.com/. (Diakses 03
Ada perbedaan proses involusi
Januari 2009).
(pengeluaran lochea) pada ibu post partum yang
Saifuddin, Abdul, Bahari, Prof, dr. 2002. Buku
tidak melakukan mobilisasi dini dengan yang
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
melakukan mobilisasi dini yaitu pengeluaran lochea
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBS. SP.
pada ibu post partum yang melakukan mobilisasi dini
Sarwono, Prawiroharjo. 2005. Ilmu Kebidanan.
jauh lebih cepat dari pada tidak melakukan Jakarta : YBPSW.
mobilisasi dini. Soelaiman. 2008. Perawatan Masa Nifas.
http://www.addtually.com/. (Diakses 03
Saran Januari 2009).
Untuk ibu post partum hendaknya Straight. 2001. Kondas Post Partum.
melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat http.healthreference-Ilham.blogsot com.
pengeluaran lochea dan menghindari keterlambatan (Diakses 28 Januari 2009).
pengeluaran lochea. Sugiyono, prof, Dr. 2007. Statistika Untuk Penelitian.
Bidan sebagai motivator dalam melakukan Bandung : IKAPI.
asuhan kebidanan harus meningkatkan perannya Sungkar , Ali, dr. 2007. Fisiologi Kardio Vaskular.
dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya http://mail-archive.com/. (Diakses 29
mobilisasi dini sehingga pengeluaran lochea lancar. Januari 2009).
Taufik, Muhamad, dr. 2008. Tiga Proses Penting
Dimasa Nifas. http:www.tabloid-
DAFTAR PUSTAKA nakita.com/. (Diakses 21 Januari 2009).
Tiran, Denise. 2006. Kamus saku Bidan. Jakarta :
Danuatmaja, Bonny. 2003. 40 Hari Pasca EGC.
Persalinan. Jakarta : Puspa swara.
77 Komparasi Proses Involusi Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Melakukan
Studi Jurnal IlmiahDan
Ilmu
Yang
Kebidanan
Melakukan
dan Mobilisasi
Kandungan, (Nisfil
DiniVol. Mufidah
2, No. 2, September
) 2009 : 71 -77
77

Uswatun, Arina. 2008. Perawatan Pada Ibu Post Varney’s. 2008. Bidan Teladan.
Partum. http://www.addtoany.com/. http://Sekolahbidan.wordpress.com/.
(Diakses 03 Januari 2009). (Diakses 21 Januari 2009).
78 Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Vol. 2, No. 2, September 2009 : 78 - 84
P E NE LI TI AN I L MI AH
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ABSTRACT

Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Early Giving suck Initiation (IMD) which is
done by mother who has just born her baby helps the
baby in getting his/her first breastfeeding (ASI) and can
Post Partum Primapara Di Wilayah improve breastfeeding (ASI) production and can also
build love relationship between mother and the baby.
Kerja Puskesmas Kota Bangkalan The purpose of this research is to know the influence of
early giving suck initiation (IMD) to the smoothness of
breastfeeding (ASI) on the post partum mothers
Primipara in the work area of Public Health Center of
The Influence Of Early Giving Suck Bangkalan City. This research is survey analytical
Initiation (IMD) To The Smoothness Of research with cohort research design. The independent
variable of this research is the influences of early giving
Breastfeeding (ASI) On The Post Partum suck initiation, and the dependent variable is
Mothers Primipara In The Work Area Of breastfeeding (ASI) smoothness. The sample is 18 post
partum mothers primipara who give mother’s milk for
Public Health Center Of Bangkalan city babies 1-3 weeks age. The instruments used in the data
collection are observation and questionnaire. The result
of the research by using Fisher’s Exact Test is found that
the probability count α > p (0,001 > 0,05) that means
R. Santi Agustini *) there is influence between early giving suck initiation to
*) Akademi Kebidanan Ngudia Husada the smoothness of mother’s milk (ASI)on the post
Madura partum mothers primipara. Based on the result of the
research the involvement of medical workers is
suggested to improve the training to primipara mothers
in conducting early giving suck initiation (IMD).

Key words: Early Giving Suck Initiation (IMD),


breastfeeding Smoothness
Correcpondence : R. Santi Agustini, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia
PENDAHULUAN setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri
IMD atau Inisiasi Menyusui Dini yaitu bayi dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi
dengan naluri dan upaya sendiri dapat menetek setidaknya selama satu jam maka satu juta bayi ini
dalam waktu satu jam setelah lahir bersamaan dapat diselamatkan (Roesli, 2008: 7-8).
Di Indonesia, praktik inisiasi menyusui
dengan kontak dini kulit di dada ibu, bayi di biarkan
segara setelah persalinan dan pemberian ASI masih
setidaknya 60 menit di dada ibu sampai dia
rendah, tercatat angka kematian neonatal masih
menyusu. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki
sangat tinggi yaitu 35 tiap 1000 kelahiran hidup,
naluri untuk menyusu pada ibunya di 20-30 menit artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi
setelah ia lahir. Memisahkan bayi dari ibunya meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
sebelum hal tersebut dilakukan akan membuat bayi Mengacu pada penelitian itu, maka di perkirakan
kehilangan kesempatan besar. Bayi akan program inisiasi menyusui dini dapat
mengantuk dan kehilangan minatnya untuk menyusu menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi Indonesia
pada ibunya. Akibatnya proses inisiasi menyusui dini yang meninggal dalam bulan pertama, bayi akan
mengalami hambatan (Righard and alade 1990; mendapat zat-zat gizi penting dan mereka terlindung
Widsform etal 1990; Wang and wu 1994). Oleh dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang
karena itu, pastikan bahwa bayi mendapat paling rentan dalam kehidupannya. Berdasarkan
kesempatan untuk melakukan inisiasi menyusu dini hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
paling tidak satu jam pertama setelah ia lahir. Hal ini 2002-2003, hanya 4% bayi disusui pada satu jam
akan menunjang proses lancarnya ASI dikemudian pertama. Berdasarkan studi pendahaluan tentang
hari (Lisa marasco, Agar ASI lancar dalam masa pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang telah
menyusui diakses tanggal 18 januari 2008). dilakukan peneliti pada saat bulan Januari tahun
Pada tanggal 30 maret 2006, Dr. Karend 2009 dengan cara wawancara singkat dengan 5
Edmond melakukan penelitian terhadap 10.947 bayi bidan yang ada di kecamatan Bangkalan
di Ghana. Inisiasi dini berhasil menurunkan angka menunjukkan sekitar 8 orang (16%) melakukan
kematian bayi di bawah usia 28 hari. Inisiai Inisiasi Menyusu Dini dan sisanya 42 orang (84%)
menyusui dini pada jam pertama bisa menurunkan tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini.
Angka Kematian Neonatal sampai 22%, sedang Salah satu faktor yang mempengaruhi
pada 24 jam pertama bisa menurunkan kematian rendahnya inisiasi menyusui dini di Bangkalan
neonatal bisa menurun sampai 16%. Inisiasi dini adalah kepercayaan masyarakat yang sangat tidak
tidak hanya menyukseskan pemberian ASI eksklusif, mendukung adanya pelaksanaan inisiasi menyusui
tetapi juga menyelamatkan nyawa bayi. Resiko dini. Karena masyarakat beranggapan ASI yang
kematian bayi meningkat dengan semakin di pertama kali keluar berwarna kuning/keruh
tundanya inisiasi menyusu dini. Menyusu pada satu (kolostrum) harus dibuang karena dianggap basi.
jam pertama menyelamatkan satu juta nyawa bayi. Sehingga tidak mendukung adanya progaram
Faktanya dalam satu tahun, empat juta bayi berusia inisiasi menyusui dini di wilayah Kota Bangkalan.
28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera
79
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada
Jurnal
Ibu Ilmiah
Post Partum
Ilmu Kebidanan (R.Kandungan,
Primaparadan Santi Agustini
Vol.
) 2, No. 2, September 2009 : 78 -79
84

Rendahnya pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini kepada bayi. Selain itu sebagai dasar peneliti untuk
akibat adanya faktor sosial budaya, kurangnya penelitian yang akan datang mengkaji lebih dalam
pengetahuan ibu, fisik ibu, bayi, kepercayaan tentang inisiasi menyusui dini atau ASI.
masyarakat, dan peran petugas kesehatan, serta
peran rumah sakit dan pemerintah yang belum TINJAUAN PUSTAKA
sepenuhnya mendukung pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini. Pemberian ASI kepada bayi juga Konsep dasar Inisiasi Menyusui Dini
akan menjalin hubungan kedekatan batin antara ibu Inisiasi menyusui dini yaitu adalah bayi
dan anak. Berikut ini beberapa pendapat yang dengan naluri dan upaya sendiri dapat menetek
meghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan dalam waktu satu jam setelah lahir barsamaan
bayinya antara lain: bayi akan kedinginan, setelah dengan kontak dini kulit di dada ibu, bayi dibiarkan
melahirkan ibu terlalu lemah untuk segera menyusui setidaknya 60 menit di dada sampai ia menyusu
bayinya, tenaga kesehatan kurang tersedia, kamar (Lisa marasco, Agar ASI lancar dalam masa
bersalin atau kamar operasi sibuk, ibu harus dijahit, menyusui diakses tanggal 10 januari 2009).
suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah Manfaat Inisiasi Menyusui Dini bagi ibu
penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan antara lain : 1) membantu pengeluaran placenta
setelah lahir, bayi harus segera di bersihkan (sentuhan, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu
dimandikan ditimbang dan diukur, bayi kurang siaga, proses inisiasi menyusu dini) merangsangnya keluar
kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak oksitisin yang penting untuk menyebabkan rahim
memadai sehingga diperlukan cairan lain, kolostrum kontraksi sehingga membantu pengeluaran placenta
tidak baik bahkan berbahaya untuk bayi. dan mengurangi perdarahan; 2) dapat mengurangi
Sebenarnya banyak manfaat yang rasa sakit; dan 3) faktor psikologis ibu sangat
didapatkan bagi ibu sendiri maupun bayi dari inisiai berpengaruh, perasaan dan pikiran positif akan
menyusu dini, antara lain: mempertahankan suhu mendukung pengeluaran ASI yang baik, dan
tubuh bayi tetap hangat, menenangkan ibu dan bayi sebaliknya perasaan dan pikiran negatif seperti
serta meregulasi pernafasan dan detak jantung, khawatir, cemas, bingung dan sedih dapat
mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi menurunkan produksi ASI.
stress dan tenaga yang dipakai bayi, memungkinkan Sedangkan manfaat Inisiasi Menyusui Dini
bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk bagi bayi adalah : 1) nutrisi bayi terpenuhi; 2)
mulai menyusu, meningkatkan hubungan khusus ibu meningkatkan daya tahan tubuh mengecap dan
dan anak. Tindakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai
yang dilakukan ibu baru melahirkan membantu bayi menghisap puting adalah cara alami bayi
memperoleh Air Susu Ibu (ASI) pertamanya dan mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan
dapat meningkatkan produksi ASI serta membangun untuk membangun sistem kekebalan tubuh seperti
ikatan kasih antara ibu dan bayi. imunisasi; dan 3) merangsang hormon lainnya, bayi
Pemberian ASI kepada bayi juga akan jadi lebih tenang, nyaman. Jika dilakukan kontak
menjalin hubungan kedekatan batin antara ibu dan kulit antara ibu dan bayi maka hormon stres akan
anak. 30 menit pertama setelah bayi lahir, tanpa di kembali sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak
mandikan bayi baru lahir sebaiknya segera diberikan stres, pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
pada ibunya untuk disusui. Reflek isap bayi paling
kuat pada 30 menit setelah bayi di lahirkan. Isapan
Konsep Dasar ASI
bayi pada ibunya akan merangsang pengeluaran
hormon prolaktin (yang merangsang produki ASI) ASI adalah makanan alamiah untuk bayi
dan hormon oksitosin (yang merangsang reflek yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar elemen,
pengeluaran ASI). Kerja kedua hormon tersebut dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan. ASI
akan membuat kolostrum lebih cepat keluar. Cairan adalah sutu jenis makanan yang mencukupi seluruh
ini mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan tubuh unsur kebutuhan bayi baik dari fisik, psikologis,
(antibody) dalam jumlah yang jauh lebih banyak di sosial maupun spiritual (Hubertin, 2004). ASI
bandingkan ASI yang keluar pada hari-hari merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
berikutnya. Dan membuat bayi terlindung dari komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
penyakit infeksi dan memperoleh kekebalan tubuh. kebutuhan pertumbuhan bayi (Roesli, 2000).
Dalam acara puncak peringatan Pekan ASI Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi antara
2007 di istana negara,ibu negara menghimbau lain : sebagai nutrisi, meningkatkan daya tahan
bahwa dipenuhinya hak bayi untuk disusui ibunya
tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan,
dalam satu jam pertama setelah proses kelahiran.
meningkatkan jaringan kasih sayang, sebagai
Dimana di kota Bangkalan itu sendiri telah
makanan tunggal untuk memeuhi semua kebutuhan
melakukan berbagai macam program diantaranya,
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan, melindungi
penyuluhan pada masyarakat Bangkalan tentang
anak dari serangan alergi, untuk pertumbuhan otak
Inisiasi Menyusui dini dan cara yang tepat dalam
sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai,
menyusui.
meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian
Berdasarkan dari latar belakang di atas
bicara, membantu pembentukan rahang yang bagus,
maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
inisiasi menyusui terhadap kelancaran ASI pada ibu mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis
post partum primipara. Peneliti berharap hasil dan kanker, mengurangi kemungkinan menderita
penelitian ini bermanfaat untuk menambah penyakit jantung, menunjang perkembangan motorik
wawasan, serta pemahaman peneliti dalam sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih bisa cepat
menyusui dini untuk mengoptimalkan manfaat ASI jalan, dan menunjang perkembangan kepribadian,
80
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada
Jurnal
Ibu Ilmiah
Post Partum
Ilmu Kebidanan (R.Kandungan,
Primaparadan Santi Agustini
Vol.
) 2, No. 2, September 2009 : 78 -80
84

kecerdasan, emosional, kematangan spiritual dan Konsep Inisiasi Menyusui Dini Terhadap
hubungan sosial yang baik (Roesli, 2000). Kelancaran ASI
Sedangkan keuntungan Pemberian ASI
untuk ibu, antara lainn : mungurangi perdarahan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah bayi
setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia, lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu langsung
menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih diletakkan pada perut ibu, secara naluri bayi akan
cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan mencapai dan dapat menghisap puting ibu dalam 30
menderita kanker, lebih ekonomis (murah), tidak menit. Kolostrum atau ASI yang berwarna kekuning-
merepotkan dan hemat waktu, portable dan praktis, kuningan yang pertama kali keluar akan langsung
memberikan kepuasan bagi ibu, dan mengurangi dihisap oleh bayi. Kolostrum mengandung zat
risiko keropos tulang (osteoporosis) kekebalan yang lebih banyak dari Air Susu yang
keluar pada hari-hari berikut setelah kelahiran bayi.
Konsep Dasar Post Partum Bayi yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali
menyusu dikemudian hari, sehingga kegagalan
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah menyusui akan jauh lebih berkurang.
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat Berdasarkan penelitian Karen Edmond, jika
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. bayi baru lahir dipisahkan dengan ibunya maka akan
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu meningkatkan hormon stress 50%. Sehingga hal itu
(Sarwono, 2001: 122). Nifas atau puerperium adalah akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan
periode waktu atau masa dimana organ-organ tubuh bayi menurun. Jika dilakukan kontak kulit
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil antara kulit ibu dan kulit bayi maka hormon stress
(Helen Farrer, 2001: 225). akan kembali menurun sehingga bayi menjadi
Macam-macam masa nifas antara lain tenang, tidak stress, pernafasan dan detak jantung
peurperium dini, peurperium intermedial, dan lebih stabil. Sentuhan, emutan dan jilatan yang
remote puerperium. Perawatan masa nifas meliputi dilakukan bayi pada puting ibu selama proses
mobilisasi dan gizi atau nutrisi. Ibu menyusui harus inisiasi menyusui dini akan merangsang keluarnya
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari; makan oksitosin yang penting untuk merangsang pengaliran
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, ASI dari payudara. Inisiasi menyusui dini dapat
mineral, dan vitamin yang cukup; minum sedikitnya 3 membantu memunculkan refleks bayi untuk
liter air setiap hari; pil zat besi harus diminum untuk menyusui dan berperan penting untuk menjalankan
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca ASI eksklusif, sehingga jumlah air susu yang
persalinan; dan minum kapsul vitamin A (200.000 diproduksi umumnya dipengaruhi oleh frekuensi dan
unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada lamanya bayi menyusu. Makin sering bayi
bayinya melalui ASInya (Prawirohardjo, 2002: 128). menghisap payudara ibu, makin banyak air susu ibu
Selama ibu menyusui, maka ibu perlu yang diproduksi.
melakukan perawatan payudara. Adapun perawatan
Air Susu yang diproduksi adanya dua
payudara adalah sebagai berikut : menjaga
hormon yang bekerja. Yaitu prolaktin dan oksitosin
payudara tetap bersih dan kering, menggunakan BH
yang memegang peranan penting dalam produksi
yang menyokong payudara, apabila puting susu
dan pengeluaran Air Susu (pengaliran). Bayi yang
lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
mengisap payudara ibu juga merangsang kelenjar
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui,
hipofisis anteriar yang terletak di otak untuk
apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan
melepaskan prolaktin kedala aliran tubuh ibu.
selama 24 jam, ASI di keluarkan dan diminum
Prolaktin menyebabkan sel-sel pada alveoli menarik
dengan menggunakan sendok, dan untuk
air dan nutrien dari darah untuk memproduksi air
menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1
susu. Oksitosin dilepaskan kedalam aliran darah
tablet setiap 4-6 jam. (Prawihardjo, 2002: 128)
oleh kelenjar hipofisis posterior sebagai respon
terhadap isapan bayi dan tangisan maupun
Konsep Dasar Primipara
rengekan bayi, bahkan mendengar bayi terbangun
Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekalipun dapat membuat kelenjar melepas hormon
satu kali dan melahirkan anak yang dapat hidup tersebut. Oksitosin menyebabkan otot-otot kecil di
(kamus kedokteran, 2005). Perubahan permanen sekitar sel-sel penghasil susu berkontraksi dan
pada primipara adalah sebagai berikut : mengeluarkan susu (Simkin, 2007: 378).

Tabel 1 METODE PENELITIAN


Perubahan permanen pada primipara
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
Payudara Kencang, tidak tampak strie (kecuali bila
pernah mengalami obesitas atau penurunan dengan pendekatan cohort. Variabel yang digunakan
berat badan yang berarti) teriri dari variabel dependen dan independen.
Puting Merah muda Variabel dependen dari penelitian ini adalah
Abdomen Tidak tampak strie (kecuali pada keadaan pengaruh IMD, sedangkan variabel dependennya
seperti di atas) otot-otot biasanya kencang adalah kelancara ASI. Pada penelitian ini
Uterus Bentuknya ovoid populasinya adalah ibu-ibu yang telah melahirkan
Serviks Bundar, lubang kecil seperti mata jarum, anak pertamanya yang berada di Wilayah kerja
hanya bisa dimasuki oleh ujung jari tangan
Puskesmas Bangkalan pada bulan Desember 2008,
Vagina Orifisium kecil, himen terdapat atau terlihat
sebagian yaitu sebanyak 89 responden. Pengambilan sampel
Perineum Kencang dan tanpa parut dalam penelitian ini menggunakan Cluster sampling
Sumber : Hellen Farrer, 2001: 228 karena populasinya berupa gugusan atau kelompok
yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit
81
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada
Jurnal
Ibu Ilmiah
Post Partum
Ilmu Kebidanan (R.Kandungan,
Primaparadan Santi Agustini
Vol.
) 2, No. 2, September 2009 : 78 -81
84

geografis. Kriteria inklusi dari pengambilan sampel Tabel 3


adalah ibu post partum primipara yang mau diteliti, Distribusi Frekuensi Ibu Primipara menurut
ibu post partum primipara yang bisa membaca dan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
menulis, ibu post partum primipara yang Bangkalan Pada bulan Mei – Juni tahun 2009
melaksanakan inisiasi menyusui dini dan tidak Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
melaksanakan inisiasi dini, dan ibu post partum Sekolah Dasar 2 11,1
primipara yang menyusui bayi usia 1 minggu. SMP 8 44,4
Sedangkan
lain ibu postkriteria eksklusi
partum yang yang
primipara digunakan antara
mempunyai SMA
Perguruan tinggi 5
3 27,8
16,7
komplikasi saat kehamilan misalnya hepatitis, ibu Total 18 100%
post partum primipara ada komplikasi saat
Sumber: data primer penelitian
persalinan misalnya HPP (Hemorarge Post Partum),
ibu post partum primipara yang menolak menjadi
Dari tabel 3 di atas, dapat digambarkan
responden, dan ibu post partum primipara yang tidak
bahwa sebagian besar ibu primipara memiliki
bisa membaca dan menulis. Berdasarkan kriteria
tingkat pendidikan SMA sebanyak 8 orang (44,4%),
inklusi dan eksklusi didapatkan besar sampel dalam
sedangkan ibu primipara memiliki tingkat pendidikan
penelitian ini adalah sebanyak 18 responden dibagi
rendah Sekolah Dasar sebanyak 2 orang (11,1%).
dalam 14 desa yang ada di Kota Bangkalan,
sehingga tiap desa mendapat 1 responden ibu post
Tabel 4
partum primipara dan lebihnya dibagikan ke setiap
Distribusi Frekuensi Ibu Primipara menurut
desa yang jumlah ibu post partum primiparanya lebih
Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
banyak.
Bangkalan Pada bulan Mei – Juni tahun 2009
Teknik pengambilan data menggunakan
observasi dan kuesioner. Setelah data terkumpul Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
IRT 7 38,9
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji
Swasta 6 33,3
Fisher’s Exact test, dengan tingkat kepercayaan
yang digunakan 5%. Lokasi penelitian ini adalah di PNS 5 27,8
Wilayah kerja Puskesmas Kota Bangkalan. Total 18 100%
Penelitian ini dilakukan pada ibu post partum Sumber: data primer penelitian
primipara. Penelitian telah dilaksanakan selama dua
bulan mulai dari Juni sampai bulan Juli 2009. Dari tabel 4 di atas, dapat digambarkan
bahwa sebagian besar ibu primipara tidak memiliki
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pekerjaan yaitu sebagai ibu rumah tangga sebanyak
7 orang (38,9%), sedangkan Ibu primipara yang
Deskripsi Daerah Penelitian memiliki pekerjaan PNS sebanyak 5 orang (27,8%).
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota
Bangkalan dengan jumlah pendudukan 78.873 jiwa Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
dengan tenaga kesehatan sebanyak 24 bidan, 22 Hasil penelitian tentang pelaksanaan
perawat, 5 apoteker, 3 dokter umum dan 2 dokter inisiasi menyusui dini adalah seperti terlihat pada
gigi. Adapun ibu-ibu yang mempunyai bayi di tebl berikut :
wilayah kerja Puskesmas kota bangkalan yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi adalah Tabel 5
sbanyak 18 ibu post artum primapara. Distribusi Berdasarkan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Karakteristik responden Bangkalan pada bulan Mei – Juni tahun 2009
Karakteristik respoden dalam penelitian ini Pelaksanaan IMD Frekuensi Persentase (%)
meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan ibu Melaksanakan 7 38,8
post partum primapara. Hasil penelitian tentang Tidak melaksanakan 11 61,1
karakteristik respoden adalah sebagai berikut : Total 18 100 %
Sumber: data primer penelitian
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Ibu Primipara menurut umur di Berdasarkan penelitian pada tabel 5 di atas
Wilayah Kerja Puskesmas kota Bangkalan pada menujukkan bahwa dari 18 responden, yang
bulan Mei – Juni Tahun 2009 melaksanakan inisiasi menyusui dini sebanyak
Umur Frekuensi Persentase (%) 38,9% dan yang tidak melaksanakan inisiasi
17-20 5 27,8 menyusui dini sebanyak 61,1%. Rendahnya
21-24 10 55,5 pelaksanaan inisiasi menyusui dini di sebabkan oleh
25-28 3 16,6 karena pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Total 18 100% Kota Bangkalan lebih banyak berpendidikan SMP
Sumber: data primer penelitian (44,4%). Hal ini di kerenakan tingkat pendidikan
mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusui dini.
Dari tabel 2 di atas dapat digambarkan Ibu berpendidikan kurang biasanya disebabkan oleh
bahwa sebagaian besar ibu primipara berumur 21- banyak faktor diantaranya status sosial ekonomi
24 tahun sebanyak 10 orang (55,5%), dan paling mereka yang berada pada golongan menengah
sedikit ibu primipara berumur 25-28 tahun sebanyak kebawah, sehingga dengan rendahnya tingkat
3 orang (16,6%). pendidikan menyebabkan kurangnya pengetahuan.
82
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada
Jurnal
Ibu Ilmiah
Post Partum
Ilmu Kebidanan (R.Kandungan,
Primaparadan Santi Agustini
Vol.
) 2, No. 2, September 2009 : 78 -82
84

Menurut teori Notoatmodjo (2003: 16) (44,4%), sedangkan yang ASI tidak lancar sebanyak
pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan 10 orang (55,6%).
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, Berdasarkan penelitian pada tabel 5 di atas
kelompok atau masyarakat sehingga mereka menunjukkan bahwa dari 18 responden yang ASI
melakukan apa yang diharapakan oleh pelaku lancar 44,5% sedangkan ASI tidak lancar 55,6%.
pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang ASI tidak lancar disebabkan oleh kurangnya ibu
maka semakin mudah dalam menerima informasi melakukan perawatan payudara selama hamil, dan
sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki ibu juga belum berpengalaman dalam melakukan
demikian sebaliknya. Sedangkan pengetahuan perawatan payudara. Karena dilakukan perawatan
menurut Notoatmodjo (2003: 121) pengetahuan payudara dapat membantu produksi kelancaran ASI.
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah Menurut Simkin (2007: 378) air susu yang
orang melakukan penginderaan terhadap suatu diproduksi adanya dua hormon yang bekerja. Yaitu
objek tertentu. Ibu yang memiliki kedewasaan pola prolaktin dan oksitosin yang memegang peranan
fikir akan lebih mudah beradaptasi pada situasi dan penting dalam produksi dan pengeluaran Air Susu
kondisi dari aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan (pengaliran). Bayi menghisap payudara ibu juga
sehingga akan mempengaruhi ibu untuk berperan merangsang kelenjar hipofisis anterior yang terletak
aktif. di otak untuk melepaskan prolaktin kedalam aliran
Dari data yang diperoleh dari hasil tubuh ibu. Prolaktin yang menyebabkan sel-sel pada
penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan inisiasi alveoli menarik air dan nutrien dari darah untuk
menyusui dini rendah karena banyak ibu yang memproduksi air susu. Oksitosin dilepaskan
berpendidikan SMP, tidak hanya dipengaruhi oleh kedalam aliran darah oleh kelenjar hipofisis anterior
tingkat pendidikan dan pengetahuan, tetapi dapat sebagai respon isapan bayi dan tangisan maupun
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lain misalnya ibu rengekan bayi, bahkan mendengar bayi terbangun
belum berpengalaman dan dari faktor umur. Karena sekalipun dapat membuat kelenjar melepas hormon
pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau tersebut. Oksitosin menyebabkan otot-otot kecil
cara memperoleh kebenaran pengetahuan disekitar sel-sel penghasil susu berkontraksi dan
sedangkan umur yang masih muda berpengaruh mengeluarkan susu.
terhadap kematangan pemikiran seseorang Dlihat dari gambaran anatomi payudara ibu
terutama dalam suatu hal tentang pelaksanaan bahwa payudara, areola, dan puting normalnya
inisiasi menyusui dini sehingga ibu tidak mengetahui memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda dari
betapa pentingnya inisiasi menyusui dini pada satu wanita ke wanita lain. Ukuran payudara
bayinya serta kurangnya informasi tentang program- berhubungan dengan jumlah jaringan lemak yang
program kesehatan khususnya inisiasi menyusi dini mengelilingi struktur-struktur yang memproduksi air
dan ibu tidak dapat memutuskan yang terbaik bagi susu, ukuran payudara tidak ada hubungannya
diri ibu dan bayinya. dengan jumlah susu yang diproduksi. Semua
Untuk menanggapi kondisi tersebut payudara terlepas dari ukuran dan bentuknya
diperlukan penyuluhan pada ibu-ibu hamil tentang mempunyai kemampuan untuk memproduksi ASI.
inisiasi menyusui dini bahwasanya dengan adanya Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa
pelaksanaan inisiasi menyusui dini mempunyai banyak ASI yang tidak lancar dikarenakan sebagian
pengaruh penting yang berdampak positif pada ibu ibu memiliki puting rata atau melesak ke dalam jika
dan bayi serta akan menambah pengetahuan ibu ditekan, maka perlu mengatur bentuk puting
tentang inisiasi menyusui dini. Kita sebagai tenaga sedimikian rupa sehingga bayi dapat mengisap
kesehatan harus dapat membantu ibu untuk memiliki payudara ibu dengan efektif. Untuk menanggapi
informasi tentang kesehatan dengan membantu ibu kondisi tersebut diperlukan penyuluhan perawatan
untuk lebih aktif dalam menghadiri penyuluhan dan
payudara pada ibu hamil trimester III agar ibu dapat
memberikan informasi tentang inisiasi menyusui dini
menyusui bayinya setelah melahirkan.
untuk menambah wawasan ibu.
Jumlah air susu yang diproduksi umumnya
dipengaruhi oleh frekuensi dan lamanya bayi
Kelancaran ASI menyusu. Makin sering bayi menghisap payudara,
Hasil penelitian tentang kelancara ASI ibu makin banyak air susu yang diproduksi ibu. Ada dua
post partum primapara di puskesmas wilayah kerja hormon yang memegang peranan penting dalam
Kota Bangkalan adalah sebagai berikut : produksi dan pengeluaran ASI yaitu prolaktin dan
oksitosin. Bayi yang menghisap payudara ibu juga
Tabel 6 merangsang kelenjar hipofisis anterior yang terletak
Distribusi Berdasarkan kelancaran ASI di Wilayah di otak untuk melepaskan prolaktin ke dalam aliran
Kerja Puskesmas Kota Bangkalan pada bulan Mei – darah ibu dan oksitosin menyebabkan otot-otot kecil
Juni tahun 2009 di sekitar sel-sel penghasil susu berkontraksi dan
Kelancaran ASI Frekuensi Persentase (%) mengeluarkan susu. Sering menyusui untuk
memuaskan rasa lapar bayi dan membiarkan bayi
ASI lancar 8 44,4 menghisap selama bayi mau, akan membantu ibu
ASI tidak lancar 10 55,6 memproduksi pasokan air susu yang baik.
Total 18 100% Berdasarkan kodrat dan sifat alaminya, setiap ibu
Sumber: data primer penelitian yang habis melahirkan pasti mampu memproduksi
Air Susu Ibu (ASI).
Dari tabel 6 diatas, dapat digambarkan Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa
bahwa sebagian besar ASI lancar sebanyak 8 orang banyak ASI yang tidak lancar dikarenakan sebagian
ibu karena tidak memiliki kesiapan mental dan
83
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada
Jurnal
Ibu Ilmiah
Post Partum
Ilmu Kebidanan (R.Kandungan,
Primaparadan Santi Agustini
Vol.
) 2, No. 2, September 2009 : 78 -83
84

keinginan untuk menyusui, maka banyak yang melakukannya dengan ditemani anggota keluarga
mengeluhkan tidak dapat memproduksi ASI. Untuk atau suami. Mencari posisi yang nyaman dengan
menanggapi kondisi tersebut diperlukan penyuluhan punggung tersangga dengan baik, menggunakan
ASI eksklusif agar ibu mengetahui pentingnya bantal untuk menopang lengan dan bayi.
pemberian ASI, cara menyusui yang benar dan
menerapkan ASI eksklusif pada bayi. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap
Keterampilan menyusui ini akan membaik Kelancaran ASI
bersama dengan berlalunya waktu dan
bertambahnya pengalaman. Oleh karena itu Hasil analisis tentang pengaruh inisiasi
menyusui bayi anda segera mungkin setelah menyusui dini terhadap kelancaran ASI adalah
dilahirkan. Menyusui bayi baru lahir dalam seperti yang terlihat pada tabel berikut :
lingkungan yang tenang dan sepi karena akan
membantu anda merasa rileks dan memungkinkan
anda serta bayi memusatkan diri pada pemberian
ASI. Pada waktu pertama kali menyusui dapat

Tabel 7
Tabulasi silang antara insiasi menyususi dini terhadap kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bangkalan pada bulan Mei – Juni tahun 2009
Kelancaran ASI Total
Pelaksanaan IMD ASI tidak lancar ASI lancar
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Melaksanakan 0 0 7 38,9 7 38,9
Tidak melaksanakan 10 55,6 1 5,6 11 61,1
Uji statistik Fisher’s Exact test : p = 0,00 dengan α= 0,05
Berdasarkan penelitian pada tabel 7 di atas pengetahuan sedangkan umur yang masih muda
menunjukkan bahwa ibu yang tidak melaksanakan berpengaruh terhadap kematangan pemikiran
inisiasi menyusui dini yang ASI nya tidak lancar seseorang terutama dalam suatu hal tentang
sebesar 55,6% dan ibu yang tidak melaksanakan pelaksanaan inisiasi menyusui dini sehingga ibu
inisiasi menyusui dini ASInya lancar sebesar 5,6% tidak mengetahui betapa pentingnya inisiasi
sedangkan melaksanakan inisiasi menyusui dini menyusui dini pada bayinya serta kurangnya
yang ASInya tidak lancar sebesar 0% dan informasi tentang program-program kesehatan
melaksanakan inisiasi menyusui dini yang ASInya khususnya inisiasi menyusi dini. Serta sebagian
lancar sebesar 38,9%. Setelah dilakukan uji statistik besar ibu merasa risih, karena setelah melahirkan
Fisher’s Exact test diperoleh probabilitas hitung p = ibu merasa badan ibu kotor dan ibu ragu untuk
0,00 < α =0,05. Hal ini berarti ada pengaruh inisiasi memberikan ASInya pada satu jam pertama setelah
menyusui dini terhadap kelancaran ASI. bayi lahir.
Menurut Lisa Marasco (2008) bayi yang Untuk menanggapi kondisi tersebut
mendapat kesempatan inisiasi menyusui dini paling diperlukan penyuluhan pada ibu-ibu hamil tentang
tidak satu jam akan menunjang proses lancarnya inisiasi menyusui dini bahwasanya dengan adanya
ASI di kemudian hari. Karena reflek isap bayi paling pelaksanaan inisiasi menyusui dini mempunyai
kuat 30 menit setelah bayi lahir tanpa dimandikan. pengaruh penting yang berdampak positif pada ibu
Sentuhan, emutan dan jilatan yang dilakukan bayi dan bayi serta akan menambah pengetahuan ibu
pada puting ibu selama pelaksanaan inisiasi tentang inisiasi menyusui dini. Kita sebagai tenaga
menyusui dini akan merangsang keluarnya oksitosin kesehatan harus dapat membantu ibu untuk memiliki
yang penting untuk merangsang reflek pengaliran informasi tentang kesehatan dengan membantu ibu
ASI dari payudara dan keluarnya prolaktin yang untuk lebih aktif dalam menghadiri penyuluhan yang
merangsang produksi ASI. Karena kedua hormon itu dilakukan tenaga kesehatan.
bekerja membuat kolostrum lebih cepat keluar.
Cairan ini mengandung zat-zat gizi dan kekebalan SIMPULAN DAN SARAN
tubuh (antibody) dalam jumlah yang jauh lebih
banyak dibandingkan ASI yang keluar pada hari Simpulan
berikutnya. Jumlah air susu yang diproduksi Gambaran pelaksanaan inisiasi menyusui
umumnya dipengaruhi oleh frekuensi dan lamanya dini terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum
menyusu. Makin sering bayi menghisap payudara, di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan masih
makin banyak air susu yang diproduksi ibu. rendah (61,1%).
Dari data yang diperoleh dari hasil Gambaran kelancaran ASI pada ibu post
penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan inisiasi partum primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
menyusui dini rendah, tidak hanya dipengaruhi oleh Bangkalan sebagian besar ASI tidak lancar (55,6%).
tingkat pendidikan dan pengetahuan, tetapi dapat Ada pengaruh inisiasi menyusui dini
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lain misalnya ibu terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum
belum berpengalaman dan faktor umur. primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Pengalaman merupakan sumber Bangkalan.
pengetahuan atau cara memperoleh kebenaran
84
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada
Jurnal
Ibu Ilmiah
Post Partum
Ilmu Kebidanan (R.Kandungan,
Primaparadan Santi Agustini
Vol.
) 2, No. 2, September 2009 : 78 -84
84

Saran Hegar, Badrul, 2008, Bedah ASI. Jakarta; Balai


Penerbitan FKUI
Ibu-ibu hendaknya tidak hanya pasif dalam
mendapatkan informasi tentang inisiasi menyususi dini Hubertin, Sri Purwanti, 2004, Konsep Pemberian ASI
yaitu dengan adanya menunggu informasi dari media Eksklusif. Jakarta; ECG
elektronik seperti televisi dan penyuluhan petugas Lisa Marasco dkk, Agar ASI lancar dimasa
kesehatan tetapi juga perlu peran aktif ibu untuk menyusui. Diterjemahkan dari artikel (“How
mendapatkan informasi tentang inisiasi menyusui dini to get Your Milk Supplay Off to a Good
yaitu dengan membaca-baca buku- buku tentang Start”). From: NEW BEGINNINGS, Vol. 22
inisiasi menyusui dini serta majalah ibu dan anak No.4
sehingga pengetahuan dan wawasan ibu tentang http://www.lalecheleague.org/NB/NBJulAug
inisiasi menyusui dini semakin meningkat sehingga 05p142.html. (diakses tanggal 18-01-2009)
akan berimplikasi pada kesadaran ibu bahwa Maria, 2008. Inisiasi Menyusui Dini.
pelaksanaan inisiasi menyusui dini sangat penting bagi http://mariapjl.blogspot.com (diakses
bayi dan kelancaran ASI selanjutnya. tanggal 15-12-2008)
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis obstetri jilid 1.
Bidan sebagai motivator dalam jakarta: EGC
melaksanakan asuhan kebidanan harus Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi penelitian
meningkatkan perannya dalam memberikan kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
penyuluhan tentang pemberian inisiasi menyusui dini
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi penelitian
dan tentang ASI.
kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan
mengenai yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
menyusui dini dengan menggunakan uji statistik dan
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi
populasi yang lebih besar sehingga dicapai hasil
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
yang lebih sempurna.
Prawirohardjo, Sarwono, (2005) Ilmu Kebidanan .
Profesi bidan hendaknya meningkatkan
Jakarta; YBPSP
kualitas tentang inisiasi menyusui dini sehingga akan
Ramali, Ahmad, 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta:
meningkatkan kualitas komunikasi penyuluhan
Djambatan.
kepada ibu-ibu dan akan menambah keterampilan
Roesli, Utami, (2000), Mengenal ASI Eksklusif.
bidan dalam memberikan inisiasi menyusui dini.
Jakarta; Trubus Agri Widya.
Roesli, Utami, (2008), Inisiasi Menyusui Dini Plus
DAFTAR PUSTAKA ASI Eksklusif. Jakarta; Pustaka Bunda
Simkin, Penny, (2008), Panduan Lengkap
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur penelitian suatu Kehamilan, Melahirkan Dan Bayi. Jakarta;
pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka ARCAN
Cipta Soetjiningsih, (1997), ASI Petunjuk Untuk tenaga
Cholil, Abdullah, 2003. Buku Panduan manajemen Kesehatan. Jakarta;ECG
Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Sugiyono, 2007. Statistika untuk penelitian.
Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasa. Bandung: ALFABETA.
Jakarta :IDAI Tasya, Amanda. 2008. http://aimi-
Farrer, Hellen, RN RM. 1999. Perawatan maternitas. asi.org/2008/08/indonesia-dan-asi/.
Jakarta: EGC. (diakses 28-12-2008)
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak Dalam mengontrol BAB dan BAK (Dwi Wahyuningtyas ) 85
P E NE LI TI AN I L MI AH
Hubungan Stimulasi Orang Tua ABSTRACT

Tentang Toilet Training Dengan Toilet training is a kind of stimulation to train


children independence in defecating (BAB) and urinating
(BAK). The premier study which is conducted in the early
Kemandirian Anak Dalam mengontrol age children education (PAUD) in Mlajah area
kabupaten Bangkalan to the 10 children it was found that
BAB dan BAK Pada Usia 3 – 4 Tahun about 30 % children cannot control urinating (BAK) and
about 10% cannot control urinating (BAK). The purpose
of the research is to know the relationship between
parents’ stimulation about toilet training with children
independency in controlling defecating (BAB) and
The Relationship Between Parents’ urinating (BAK) in the age 3-4 years old. The population
of this research is the whole parents who have children
Stimulation About Toilet Training With age 3-4 years old in PAUD Mlajah area Kabupaten
Children Independency In Controlling Bangkalan about 63 children with the number of the
sample is 55 respondents. The sample is taken by using
Defecating (BAB) And Urinating (BAK) In simple random sampling. The independent variable is
The Age 3-4 Years Old parents’ stimulation about toilet training, and the
dependent variable is children independence in
controlling defecating (BAB) and urinating (BAK). The
data collection uses questionnaire with statistical test
DWI WAHYUNINGTYAS *) Spearman rank. The result of the research shows that
ULVA NOVIANA **) parents who give stimulation about toilet training is
*) Akademi Kebidanan Ngudia Husada Madura 41,8% and the children independence age 3-4 years old
**) Program Studi Ilmu in controlling defecating (BAB) and urinating (BAK) is
Keperawatan, 41,8 %. Based on the Spearman rank statistical test with
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudia Husada meaningful value (p) 0,000, by using α= 0,05 it is found
Madura that p is smaller than α [0,000 , 0,05] so that it can be
concluded that there is relationship between parents’
stimulation about toilet training with children
independency in controlling defecating (BAB) and
urinating (BAK) in the age 3-4 years old. Based on the
result of the research it is suggested to the medical
workers/ educational institution to give more information
about toilet training to the society by conducting training
or giving leaflet so that it can improve children
independence in controlling defecating (BAB) and
urinating (BAK).

Key words: toilet training stimulation, children


independency in controlling defecating (BAB) and
urinating (BAK)

Correcpondence : Dwi Wahyuningyyas, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia


PENDAHULUAN yang dilakukan oleh ibu dan keluarga sehingga
Pembangunan manusia masa depan dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal
dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. atau sesuai dengan yang diharapkan. Menurut
Untuk mempersiapkan SDM yang berkulitas dimasa penelitian yang dilakukan di Inggris, Irlandia,
yang akan datang maka anak perlu di didik agar Belanda dan New Zealand menunjukkan angka
menjadi anak yang mandiri serta tumbuh dan mengompol pada anak rata- rata yaitu 1 dari anak
berkembang seoptimal mungkin sesuai usia 6 tahun, 1 dari 7 anak usia 7 tahun, 1 dari 11
kemampuannya (IDAI, 2002). Kemandirian perlu anak usia 9 tahun, 1 dari 50-100 orang diatas usia
ditanamkan sejak masa batita, karena masa balita 15 tahun, termasuk orang dewasa. Riset lanjutan
merupakan dasar dari pembentukan kemandirian menunjukkan tingkat mengompol pada malam hari
seorang anak hingga berusia dewasa. Kemandirian diseluruh dunia bagi anak usia 4 tahun keatas
balita dapat dilihat dari keberhasilannya dalam berkisar antara 10-33 persen. Setengah juta anak di
melakukan latihan berkemih dan defekasi seperti Inggris dan diantara lima sampai tujuh juta anak di
anak mampu mengenal sinyal-sinyal saat buang air Amerika serikat sering mengompol (Gilbert, 2003).
dan menahannya sampai tiba di toilet, anak mampu Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
mengingat letak toilet dan berjalan kearahnya, PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten
mampu membuka celananya sendiri dan harus Bangkalan pada sekitar sepuluh anak didapatkan
menyelesaikan semuanya sebelum siap duduk di bahwa 3 diantaranya masih belum bisa mengontrol
toilet untuk buang air (Gilbert, 2003). Kemandirian BAK dan 1 diantaranya belum bisa mengontrol BAB.
anak dalam mengontrol BAB dan BAK tersebut Dari data tersebut ternyata masih ada anak usia 3-4
dapat dilatih mulai fase anal (1-3 tahun) melalui tahun yang tidak bisa mengontrol BAB dan BAK,
stimulasi toilet training. padahal seharusnya anak usia 1-3 tahun sudah
Stimulasi merupakan kegiatan untuk mulai bisa mengontrol BAB dan BAK.
merangsang kemampuan dan perkembangan anak Gangguan pengontrolan berkemih dan
defekasi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
86
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Jurnal Ilmiah Dalam
Ilmu mengontrol
Kebidanan BAB dan BAK
dan Kandungan, (Dwi
Vol. Wahyuningtyas
2, No. ) 2009 : 85 -86
2, September 91

faktor yaitu faktor internal (anatomi kandung kemih, misalnya tes IQ, tes psikomotorik, tes prestasi dan
jenis kelamin, umur, motivasi, status gizi, lain-lain. Terkait dalam upaya memberikan asuhan
kemampuan meniru, kecerdasan dan gangguan kesehatan pada balita, supaya dapat melakukan
perkembangan) dan faktor eksternal (pengetahuan deteksi perkembangan anak, seseorang lebih dahulu
orang tua, pendidikan orang tua, pola asuh orang harus memahami aspek-aspek dalam
tua, sosial ekonomi, stimulasi toilet training, perkembangan anak. Menurut Frankerburg terdapat
penghargaan dan dorongan keluarga, stabilitas empat aspek perkembangan anak balita yaitu : 1)
rumah tangga dan penolakan terhadap anak). Kepribadian/ tingkah laku sosial (personal social),
Manfaat apabila anak mampu mengontrol berkemih yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
dan defekasi yaitu dapat melatih anak untuk percaya untuk mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
pada kemampuan dirinya sekaligus menumbuhkan dengan lingkungan; 2) Motorik halus (fine motor
kemandiriannya, Selain itu Gerakan-gerakan yang adaptive), yaitu aspek yang berhubungan dengan
dilakukan anak saat melakukan latihan toilet ini kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan
sangat baik untuk melatih kemampuan motorik anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
sekaligus menstimulasi otak lewat gerakan-gerakan tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan
yang di lakukan pada saat melakukan latihan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan
berkemih dan defekasi. banyak tenaga, misalnya memasukkan manik-manik
Beberapa upaya pemerintah dalam ke dalam botol dan menggunting; 3) Motorik kasar
mengatasi masalah pengontrolan BAB dan BAK (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan
yaitu dengan PAUD (pendidikan anak usia dini) dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena
kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. PAUD dilakukan dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan berjalan dan berlari; dan 4) Bahasa (language), yaitu
dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik aspek yang behubungan dengan kemampuan untuk
dan kecerdasan: daya pikir, daya cipta, emosi, memberikan respon terhadap suara, mengikuti
spiritual, berbahasa atau komunikasi, sosial. Selain perintah, dan berbicara secara spontan (Nursalam,
itu program Early Stimulation program (program 2005).
stimulasi mental dini) mulai mendapat perhatian dan Kemandirian sebagai salah satu bentuk dari
digalakkan sebagai upaya pelengkap pada pencapaian perkembangan anak. Ciri- ciri anak
pelayanan kesehatan terhadap anak balita agar mandiri menurut Kurniasih (2008) adalah : 1)
perkembangan psikomotor anak terjamin dan Tampak dengan enggan dibantu dalam melakukan
persiapan anak balita untuk pendidikan formal sesuatu; 2) Terlihat berani menghadapi tantangan,
selanjutnya menjadi lebih baik (FKUI, 2002). sekaligus tidak mudah putus asa karena ia tahu
Dengan adanya permasalahan diatas, bagaimana cara mencari alternatif penyelesaian
maka perlu diteliti lebih jauh hubungan stimulasi masalah; 3) Lebih yakin dan berani mencoba hal-hal
orang tua tentang toilet training dengan kemandirian yang belum pernah dilakukannya. Ia juga berani
anak dalam mengontrol BAB dan BAK. Tujuan akhir bertanya secara kritis tentang hal-hal yang tidak
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sesuai dengan pemikirannya; dan 4) Biasanya
hubungan stimulasi orang tua tentang toilet training memiliki rasa tanggung jawab dan menunjukkannya
dengan kemandirian anak usia 3-4 tahun dalam melalui pelaksanaan aktivitas harian, seperti mandi,
mengontrol BAB dan BAK di PAUD Wilayah berpakaian, makan dan lainnya, serta mau
Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan. memberekan barang-barang yang telah
dipergunakan olehnya.
TINJAUAN PUSTAKA Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
Konsep dasar tentang perkembangan anak usia untuk melatih anak mandiri, yaitu : memberI
3-4 tahun kesempaan memilih; hargailah usahanya, hindari
banyak bertanya, jangan langsung menjawab
Perkembangan adalah bertambahnya pertanyaan, dan dorong untuk melihat alternative.
kemampuan dan struktur (fungsi) tubuh yang lebih Sedangkan beberapa hal yang menghambat
kompleks dalam pola yang teratur, dapat kemandirian adalah : orang tua yang terlalu
diperkirakan, dapat diramalkan sebagai hasil dari melindungi, orang tua yang selalu menolong, orang
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, tua sebagai model atau contoh yang tepat, konflik
dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2005). diantara orang tua dan sikap penolakan terhadap
Freud mengemukakan bahwa anak, dan kurang terpenuhinya kebutuhan psikis
perkembangan psikoseksual anak terdiri atas anak
beberapa fase yaitu fase oral (0 sampai 11 bulan),
fase anal (1 sampai 3 tahun), fase falik (3 sampai 6 Konsep dasar tentang stimulasi orang tua
tahun), fase laten (6 sampai 12 tahun), dan fase
genital (12 sampai 18 tahun). Tahapan akhir masa Stimulasi adalah perangsangan yang
perkembangan menurut Freud adalah tahapan datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi
genital ketika anak mulai masuk fase pubertas, yaitu merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh
dengan adanya proses kematangan organ kembang anak. Anak yang banyak mendapat
reproduksi dan produksi hormon seks. stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
Penilaian perkembangan anak memiliki di bandingkan dengan anak yang kurang atau
banyak model dan macamnya. Ada banyak tes bahkan tidak mendapat stimulasi (Nursalam, 2005).
parameter atau tes untuk perkembangan anak Menurut Walgito (2004), Stimulus dapat
87
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Jurnal Ilmiah Dalam
Ilmu mengontrol
Kebidanan BAB dan BAK
dan Kandungan, (Dwi
Vol. Wahyuningtyas
2, No. ) 2009 : 85 -87
2, September 91

menarik perhatian individu melalui beberapa cara 13) mencuci tangan dengan sabun; dan
yaitu: intensitas atau tekanan stimulus, ukuran 14) mengeringkan tangan dengan handuk.
stimulus, perubahan stimulus, ulangan dari stimulus, Prosedur Toilet training pada anak todler
dan pertentangan atau kontras dari stimulus dapat mengikuti langkah-langkah berikut : 1) orang
tua sebaiknya memimpin atau mengajak anak ke
Konsep dasar toilet training kamar mandi dengan mandiri, bukan
menggendongnya; 2) agar anak dapat melepaskan
Toilet Training merupakan cara untuk
dan mengenakan pakaiannya secara mandiri,
melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil
pergunakanlah celana yang mudah untuk di
maupun buang air besar. Latihan berkemih dan
lepaskan; 3) dudukanlah atau jongkokkan anak
defekasi adalah tugas perkembangan anak usia
diatas toilet, orang tua menemani duduk jongkok di
todler sehingga waktu yang tepat untuk melakukan
hadapannya dan mengajaknya bicara atau bacakan
toilet training yaitu pada fase anal (1-3 tahun).
cerita lucu; 4) memuji tindakan anak yang kooperatif;
Supaya buah hati berhasil melaksanakan toilet
5) jika menggunakan pispot, sebaiknya pispot
training, ia harus siap secara mental maupun fisik.
ditempatkan di kamar mandi, bukan ditempat tidur
Para ilmuwan telah mengidentifikasi beberapa
maupun di dapur; 6) bila anak tidak berhasil
tahapan yang akan dilalui anak ketika
berkemih atau defekasi dalam waktu lebih dari 5
mengembangkan fungsi kontrol terhadap kandung
menit, anak jangan dimarahi dan puji atas
kemih dan isi perutnya, yaitu : 1) anak akan
kerjasamanya bukan berhasil atau tidaknya anak,
menyadari bahwa popok maupun pakaiannya basah
Sedangkan bila anak berhasil melakukan buang air
atau kotor, dan hal ini dapat terjadi sejak umur 15
kecil atau buang air besar puji anak atas
bulan; anak tahu perbedaan antara buang air kecil
keberhasilannya; 7) biasakan anak pergi ke toilet
atau besar, dan dapat mempelajari kata-kata untuk
pada jam-jam tertentu, misalnya pagi hari setiap
memberi tahu kita bila ini terjadi. Umur 18 sampai 24
bangun tidur, siang dan malam hari sebelum tidur; 8)
bulan atau lebih adalah masa pengenalan pada
ajari anak untuk membersihkan sendiri, khususnya
tahap ini; 3) anak dapat memberi tahu terlebih
anak perempuan harus membersihkan dari depan ke
dahulu bahwa dia perlu membuang air, dengan
belakang untuk mencegah infeksi; 9) anjurkan untuk
peringatan yang cukup agar kita memiliki banyak
selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet;
waktu untuk mengantarnya dan rata-rata hal ini
dan 10) agar keterampilan tercapai sebaiknya orang
dapat terjadi antara usia 2,5 dan 3 tahun; dan 4)
tua bersikap santai.
anak cukup dapat melakukan kontrol atas kandung
kemihnya dan dapat menahan keinginan buang air
METODE PENELITIAN
selama beberapa waktu.Ini terjadi pada umur 3
tahun ke atas (Supartini, 2004). Penelitian ini merupakan penelitian analitik
Anak laki-laki cenderung lebih lambat korelasi dengan pendekatan retrospektif. Variabel
dalam penguasaan kontrol terhadap kandung desain penelitian ini adalah variabel bivariat yang
kemihnya dibandingkan anak perempuan. Suatu dibedakan menjadi 2 variabel yaitu variabel
studi menunjukkan bahwa rata-rata anak laki-laki dependen dan variabel independen. Variabel
memang memulai dan menguasai latihan toilet lebih independen dalam penelitian ini adalah stimulasi
lama dibanding anak perempuan. Perbedaan ini orang tua tentang toilet training. Sedangkan variabel
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: dependennya adalah kemandirian anak dalam
1) sistem saraf anak laki-laki berkembang lebih mengontrol BAB dan BAK pada usia 3-4 tahun.
lama. Anak perempuan dapat mulai menguasai Populasi dalam penelitian ini adalah orang
keinginan buang airnya pada umur 18 bulan, tua yang memiliki anak usia 3-4 tahun di PAUD
sementara anak laki-laki mungkin baru setelah Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan
berusia 22 bulan; 2) wanita cenderung menjadi sebanyak 63 anak. Sampel yang diambil
pengasuh utama sehingga anak laki-laki tidak berdasarkan criteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
memperhatikan sesama laki-laki yang menjadi figur inklusinya adalah ibu yang bersedia menjadi
panutan sesering anak perempuan; dan 3) anak laki- responden, anak usia 3-4 tahun, anak yang
laki sepertinya kurang sensitif dengan rasa basah di bersekolah di PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah,
kulit mereka (Gilbert, 2003). anak yang tidak menderita cacat fisik. Sedangkan
Tugas atau kemampuan anak todler yang kriteria eksklusinya adalah ibu yang tidak bersedia
di capai saat toilet training adalah sebagai berikut: menjadi responden, anak yang berusia kurang dari 3
1) duduk (jongkok) di toilet atau wc tanpa rewel, tahun atau lebih dari 4 tahun, dan anak yang
menangis, atau tiba-tiba pergi; 2) buang air kecil menderita cacat fisik. Dari kriteria di atas dan hasil
atau buang air besar secara teratur; 3) menunggu perhitungan didapatkan sampel dalam penelitian ini
sampai terjadi buang air kecil atau buang air besar; berjumlah 55 responden.
4) menunjukkan keinginan untuk buang air kecil atau Setelah semua data terkumpul dan
buang air besar baik secara verbal maupun diperiksa dengan selengkapnya kemudian dilakukan
nonverbal; 5) meminta ke toilet atau langsung ke analisa data dengan menggunakan uji statistik
toilet; 6) tetap kering dalam periode beberapa jam; Spearman Rank. Data penelitian ini dilakukan
7) naik ke toilet secara mandiri; 8) meminta bantuan pengambilan april – Juli 2009.
untuk melepaskan celananya sendiri sebelum ke
kamar mandi; 9) melepaskan pakaiannya sendiri
sebelum ke kamar mandi; 10) membersihkan daerah
genital sendiri; 11) menyiram toilet atau wc;
12) mengenakan pakaiannya sendiri secara mandiri;
88
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Jurnal Ilmiah Dalam
Ilmu mengontrol
Kebidanan BAB dan BAK
dan Kandungan, (Dwi
Vol. Wahyuningtyas
2, No. ) 2009 : 85 -88
2, September 91

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Stimulasi orang tua tentang toilet training pada
anak usia 3-4 tahun
Karaktersitik Responden
Hasil penelitian tentang stimulasi orang tua
Karakteristik responden dalam penelitian ini
tentang toilet training pada anak usia 3 – 4 tahun
meliputi tingkat pendidikan ibu, umur ibu, pekerjaan
dapat dilihat pada tabel berikut :
ibu. Hasil penelitian tentang karaktersitik responden
adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah
Tabel 1
ibu yang memberikan stimulasi tentang toilet training
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
anak usia 3-4 tahun di PAUD Wilayah Kelurahan
pendidikan ibu yang mempunyai anak usia 3-4 tahun
Mlajah Kabupaten Bangkalan tahun 2009
di PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten
Bangkalan tahun 2009 Stimulasi orang tua Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Baik 23 41,8
Tidak tamat SD 0 0
Cukup 20 36,4
SD 5 9,1 Kurang 12 21,8
SMP 7 12,7
Total 55 100
SMA 30 54,6
Perguruan Tinggi 13 23,6 Sumber: Perolehan data dari lapangan juni 2009
Total 55 100
Berdasarkan hasil penelitian yang
Sumber :Perolehan data dari lapangan juni 2009 ditunjukkan pada tabel 4 di atas bahwa dari 55
orang tua yang memiliki anak usia 3-4 tahun yang
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa memberikan stimulasi tentang toilet training dengan
mayoritas responden di Wilayah Kelurahan Mlajah baik yaitu sebanyak 23 orang (41,8 %). Hal ini bisa
Kabupaten Bangkalan berpendidikan SMA yaitu disebabkan oleh faktor pendidikan dari orang tua
sebanyak 30 orang (54,6 %). dalam memberikan stimulasi toilet training.
Berdasarkan tabel 4.1 mayoritas tingkat pendidikan
Tabel 2 responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 30
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu orang (54,6 %). Pendidikan orang tua dapat
yang mempunyai anak usia 3-4 tahun di PAUD mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan stimulasi tentang toilet training karena orang tua
tahun 2009
yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima
Umur Frekuensi Persentase (%) dan memahami informasi yang ada sehingga
16-20 4 7,4 pengetahuan orang tua tentang pemberian stimulasi
21-25 8 14,5 toilet training pada anaknya akan baik pula.
26-30 17 30,9 Pengetahuan merupakan hal yang mendasar bagi
31-35 18 32,7 seseorang untuk berperilaku secara ilmiah selain itu
>35 8 14,5 pengetahuan juga tergantung dari dasar pendidikan
Total 55 100 yang dimiliki dan informasi yang diperoleh baik dari
Sumber: Perolehan data dari lapangan juni berbagai media informasi, pengalaman pribadi
2009 maupun pengalaman orang lain. Menurut
Kuncoroningrat, 1997, “Makin tinggi pendidikan
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa seseorang makin mudah menerima informasi
mayoritas responden di Wilayah Kelurahan Mlajah sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
Kabupaten Bangkalan berusia 31-35 tahun yaitu dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
sebanyak 18 orang (32,7 %). menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan”
Tabel 3 (Mubarak, 2006).
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Selain itu umur dari orang tua sangat
pekerjaan ibu yang mempunyai anak usia 3-4 tahun mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
di PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten memberikan stimulasi tentang toilet training.
Bangkalan tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.2 mayoritas responden berusia
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 31-35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (32,7 %).
IRT 30 54,5 Semakin bertambah usia seseorang seharusnya
Petani 0 0 memiliki pengalaman yang lebih dalam memberikan
Swasta 14 25,5 stimulasi tentang toilet training dibandingkan dengan
PNS 11 20 orang tua yang baru belajar dalam memberikan
Total 55 100 stimulasi pada anaknya. Hal ini disebabkan karena
orang tua sudah belajar dari pengalaman
Sumber: Perolehan data dari lapangan juni 2009 65
sebelumnya dalam memberikan stimulasi tentang
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa toilet training pada anak. Hasil riset menunjukkan
mayoritas responden di Wilayah Kelurahan Mlajah bahwa orang tua yang telah mempunyai
Kabupaten Bangkalan pekerjaannya sebagai IRT pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan
yaitu sebanyak 30 orang (54,5 %). lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih
relaks dalam memberikan stimulasi tentang toilet
training (Supartini, 2004).
89
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Jurnal Ilmiah Dalam
Ilmu mengontrol
Kebidanan BAB dan BAK
dan Kandungan, (Dwi
Vol. Wahyuningtyas
2, No. ) 2009 : 85 -89
2, September 91

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 hasil kuesioner mayoritas anak sudah dapat
mayoritas responden bekerja sebagai IRT yaitu melepas dan memakai pakaiannya sendiri setelah
sebanyak 30 orang (54,5 %). Faktor pekerjaan dari BAB dan BAK, tidak mengompol dan BAB
orang tua juga berpengaruh terhadap keberhasilan sembarangan lagi dan anak sudah membiasakan diri
pemberian stimulasi tentang toilet training, semakin mencuci tangan setelah BAB dan BAK. Kebiasaaan
sibuk orang tua dengan pakerjaannya maka anak untuk melakukan sesuatunya sendiri tanpa di
kuantitas bertemu antara orang tua dan anak sangat bantu orang lain dan mencoba hal-hal baru
sedikit sehingga orang tua tidak optimal dalam merupakan hal yang bermanfaat bagi
memberikan stimulasi tentang toilet training pada perkembangan kemandiriannya dalam mengontrol
anaknya. Pekerjaan orang tua adalah sumber BAB dan BAK. Kebiasaan anak dalam mengontrol
penghasilan bagi keluarga yang dapat memenuhi BAB dan BAK dapat di peroleh dari dalam maupun
kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual keluarga. dari lingkungannya.
Akan tetapi, kebersamaan dalam keluarga juga Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa
merupakan hal yang penting dalam memenuhi mayoritas orang tua bekerja sebagai IRT yaitu
kebutuhan psikologis anggota keluarga dalam sebanyak 30 orang (54,5 %). Pekerjaan ibu sebagai
memberikan stimulasi tentang toilet training IRT akan meningkatkan interaksi timbal balik antara
(Supartini, 2004). Selain itu, Menurut hasil penelitian anak dan orang tua sehingga akan tercipta
seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting kedekatan dan hubungan kasih sayang yang erat
dan melakukan aktivitas yang tinggi akan cenderung antara ibu dan anak. Hubungan kasih sayang yang
melepas peranan dan tanggung jawab mengasuh erat akan menimbulkan rasa aman pada anak. Jika
dan melatih anak dalam mengontrol BAB dan BAK anak sudah merasa aman maka anak tidak akan
(Windayati, 2006). merasa khawatir ketika di tinggal dan dapat
melakukan kegiatan mengontrol BAB dan BAK
Kemandirian anak usia 3-4 tahun dalam secara mandiri (Kennedy, 2004).
mengontrol BAB dan BAK Menurut data hasil kuesioner mayoritas
Hasil penelitian tetang kemandirian anak anak sudah tidak mengompol dan BAB
usia 3 – 4 tahun dalam mengontrol BAB dan BAK di sembarangan lagi hal ini disebabkan anak mampu
PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten mengenal sinyal-sinyal saat ia buang air dan
Bangkalan adalah seperti pada tabel berikut : menahannya sampai tiba di toilet, selanjutnya anak
ingat letak toilet dan berjalan kearahnya serta
Tabel 5 membuka dan memakai celananya secara mandiri.
Distribusi frekuensi kemandirian anak dalam Keberhasilan anak tersebut dalam mengontrol BAB
mengontrol BAB dan BAK usia 3-4 tahun di PAUD dan BAK merupakan salah satu tanda kemandirian
Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan anak karena anak sudah mengetahui tempat yang
pada tahun 2009 tepat untuk BAB dan BAK.
Kemandirian anak usia 3- Frekuensi Persentase Hubungan Stimulasi Orang Tua tentang Toilet
4 tahun dalam mengontrol (%) Training dengan Kemandirian anak dalam
BAB ban BAK mengontol BAB dan BAK usia 3-4 tahun
Sangat mandiri 23 41,8
Cukup mandiri 19 34,5 Hasil analisis tentang hubungan antara
Kurang mandiri 13 23,7 stimulasi orang tua tentang toilet training dengan
Total 55 100 kemandirian anak dalam mengontol BAB dan BAK
Sumber: Perolehan data dari lapangan juni 2009 usia 3-4 tahun di PAUD wiilayah kerja Kelurahan
Mlajah Kabupaten Bangkalan adalah sebagai
Berdasarkan hasil penelitian yang berikut :
ditunjukkan pada tabel 5 di atas didapatkan bahwa
mayoritas responden memiliki anak yang sangat
mandiri dalam mengontrol BAB dan BAK yaitu
sebanyak 23 orang (41,8%). Berdasarkan data dari

Tabel 6
Tabulasi silang antara stimulasi orang tua tentang toilet training dengan kemandirian anak dalam mengontrol
BAB dan BAK di PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan pada tahun 2009
Stimulasi orang Kemandirian anak dalam mengontrol BAB dan BAK
tua tentang toilet Baik Cukup Kurang Total
training ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Baik 16 69,6 5 21,7 2 8,7 23 100
Cukup 5 25 11 55 4 20 20 100
Kurang 2 16,7 3 25 7 58,3 12 100
23 111,3 19 101,7 13 87 55 100
Uji statistik Spearman Rank p : 0,000 α 0,05
Berdasarkan hasil tabulasi silang yang mayoritas kemandirian anak dalam mengontrol
ditunjukkan pada tabel 6 didapat bahwa orang tua BAB dan BAK baik yaitu sebesar 29,1 % (16
yang memberikan stimulasi toilet training yang baik orang), orang tua yang memberikan stimulasi toilet
90
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Jurnal Ilmiah Dalam
Ilmu mengontrol
Kebidanan BAB dan BAK
dan Kandungan, (Dwi
Vol. Wahyuningtyas
2, No. ) 2009 : 85 -90
2, September 91

training yang cukup mayoritas kemandirian anaknya Bangkalan sebagian besar adalah baik sebesar 41,8
juga cukup yaitu sebesar 20 % (11 orang), orang tua %.
yang kurang dalam memberikan stimulasi toilet Kemandirian anak usia 3-4 tahun dalam
training mayoritas kemandirian anaknya juga kurang mengontrol BAB dan BAK di PAUD Wilayah
dalam mengontrol BAB dan BAK yaitu sebesar 12,7 Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan sebagian
% (7 orang). besar adalah baik sebesar 41,8 %.
Dari hasil uji statistik dengan Sperman Ada hubungan antara stimulasi orang tua
Rank dengan nilai kemaknaan (ρ) 0,000 pada tabel tentang toilet training dengan kemandirian anak usia
4.7 diperoleh p = 0,000 dengan α = 0,05 dengan 3-4 tahun dalam mengontrol BAB dan BAK di PAUD
demikian maka didapatkan nilai signifikansi (p) lebih Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten Bangkalan.
kecil dari α [0,000<0,05]. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara stimulasi orang tua Saran
tentang toilet training dengan kemandirian anak
dalam mengontrol BAB dan BAK. Orang tua dapat memperluas pengetahuan
Dari hasil diatas didapatkan gambaran tentang pemberian stimulasi toilet training sehingga
bahwa semakin baik orang tua memberikan anak dapat dilatih untuk bisa mengontrol BAB dan
stimulasi tentang toilet training maka semakin baik BAK secara mandiri misalnya membaca majalah
pula kamandirian anak dalam mengontrol BAB dan tentang anak.
BAK. Berdasarkan hasil kuesioner tentang Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan
pemberian stimulasi toilet training di dapatkan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya
dan dalam melakukan pengkajian diharapkan lebih
bahwa mayoritas orang tua telah memberikan pujian
saat anak berhasil melakukan latihan mengontrol luas dan lebih seksama sehingga hasil yang didapat
BAB dan BAK. Penghargaan dan dorongan keluarga menjadi lebih baik dan dapat melengkapi
terhadap keberhasilan anak dalam latihan berkemih kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini.
dan defekasi sangat membantu anak lebih
bersemangat, yakin dan lebih berani untuk DAFTAR PUSTAKA
melakukan hal baru dan mencoba kembali latihan
berkemih dan defekasinya. Penghargaan dapat Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
berupa pujian dari orang tua atas prestasi dan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
kemajuan anak, dengan pujian berarti orang tua Cipta.
telah memberikan penghargaan pada anak sebagai Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan Sejarah
dorongan untuk mempunyai rasa percaya diri dalam dan Metodologi. Jakarta: EGC.
menumbuhkan kemandirian anak (Supartini, 2004). Gilbert, Jane. 2003. Latihan Toilet. Jakarta:
Dari hasil kuesioner yang disebarkan Erlangga.
kepada responden didapatkan bahwa orang selalu Virgitha. 2002. Masalah Pelatihan Buang Air (Toilet
membiasakan anaknya pergi ke toilet pada jam-jam Training). Bersumber dari www.
tertentu misalnya pada pagi hari bangun dari tidur. Medicastore. Com diakses januari 2008.
Kebiasaan tersebut akan membantu anak untuk Kurniasih, Dedeh, dkk. 2008. Serial Buku Nakita
memperoleh pengalaman ketika berlatih mengontrol Panduan Tumbuh Kembang Anak Lima
BAB dan BAK. Semakin banyak pengalaman anak Tahun Pertama yang Luar Biasa.
Tangerang: Penerbitan Sarana Bobo.
dalam mengontrol BAB dan BAK akan membantu
Kennedy, Michelle.2004. Melatih Anak agar Mandiri
meningkatkan kemandirian anak dalam mengontrol
99 Tips Jitu bagi Orang Tua. Jakarta:
BAB dan BAK. Sejumlah pengalaman yang
Erlangga.
berpengaruh secara menguntungkan terhadap Mubarak, Wahit, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan
kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada
Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.
hubungannya dengan peningkatan kemandirian Musbir, Wastidar. 2006. 50 Tahun IBI Menyongsong
anak dalam mengontrol BAB dan BAK (Mubarak, Masa Depan. Jakarta: Pengurus Pusat
2006). Ikatan Bidan Indonesia.
Menurut Kurniasih dalam bukunya yang Mushoffa, Aziz. 2004. Mendidik Buah Hati dengan
berjudul “Lima Tahun Pertama yang Luar Biasa Cinta. Surabaya: Eureka.
(Perkembangan Balita)”, bahwa kemandirian bisa
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan
diperoleh melalui pelatihan yang tepat (stimulasi), Anak. Jakarta: Salemba Medika.
yaitu disesuaikan dengan tingkat kematangan dan Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
usia anak, serta stimulasi yang dilakukan secara Perilaku Kesehatan. Jakarta: Asdi
terus-menerus dengan konsisten. Antara lain Mahasatya.
dengan memberikan tugas-tugas sederhana dalam Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian
melatih mengontrol BAB dan BAK agar anak dapat Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
melakukan dengan mudah, sehingga dapat Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Jawa
membangun rasa percaya diri anak untuk Barat: Alfa Beta.
melakukan latihan pengontrolan BAB dan BAK Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak.
secara mandiri. Jakarta: EGC.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
SIMPULAN DAN SARAN Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.
Simpulan
Jakarta: EGC.
Stimulasi orang tua tentang toilet training di
PAUD Wilayah Kelurahan Mlajah Kabupaten
91
Hubungan Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet Training Dengan Kemandirian Anak
Jurnal Ilmiah Dalam
Ilmu mengontrol
Kebidanan BAB dan BAK
dan Kandungan, (Dwi
Vol. Wahyuningtyas
2, No. ) 2009 : 85 -91
2, September 91

Thompson, June. 2003. Toddlercare Pedoman Windayati, yoyi. 2006. KTI Hubungan Pengetahuan,
Untuk Merawat Balita. Jakarta: Erlangga. Pendidikan dan Pekerjaan ibu dengan
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Pemberian MP ASI Secara Dini pada Bayi
Yogyakarta: Andi. usia 0-6 bulan.
92 Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Vol. 2, No. 2, September 2009 : 92 - 99
P E NE LI TI AN I L MI AH
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan ABSTRACT

Pelayanan Antenatal Di Rumah Sakit Antenatal care is health service for pregnant
women during gestation period adherent to antenatal
service standard. Antenatal visit at Dr. Soctomo
Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya General Hospital (DSGH) decreased in contrast with
the condition at Surabaya Catholic Hospital (SCH). To
be able to improve antenatal care at DSGH, a
Effort To Increase Antenatal Sevice Visits: Functional Benchmarking study was excecuted at SCH.
The objective of this research is to formulate efforts for
A Study In Local Public Hospital Dr. increasing pregnant women's antenatal visit at DSGH.
Soetomo Surabaya This was an observational research using
Benchmarking study and cross sectional method.
Carried out in June 2003, the total respondents were
100 pregnant mother's characteristics, service quality
and the tariff of antenatal service. T test was used to
SUNARSIH*) analysis data. The difference showed at 1) Reliability
*) Program Studi Kebidanan Sutomo Dimension i.e. patient's satisfaction and satisfaction
Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya upon examination; 2) Assurance Dimension in particular
service's certainly, matched expectation; future
antenatal service; 3) Emphaty Dimension i.e. attentive
and patient during examination; 4) Responsiveness
Dimension i.e. waiting time for antenatal examination
and waiting time for lab test, and 5) Tariff information
i.e. tariffs difference and tariffs procedure. Based on the
result of Functional Benchmarking study, a
recommendation was formulated to increase antenalal
visit at DSGH.

Keywords ; Benchmarking, pregnant women, antenatal


visit

Correcpondence : Sunarsih, Jl. Prof. Dr. Moestopo, Surabaya, Indonesia


PENDAHULUAN kehamilan ibu sehingga bisa mengurangi kematian
ibu dan bayi.
Program Kesehatan ibu dan anak bertujuan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan
Soetomo Surabaya, yang merupakan rumah sakit
kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien.
rujukan untuk wilayah Indonesia bagian Timur
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan mempunyai visi sebagai Rumah Sakit Pendidikan
yang diberikan kepada ibu selama masa terbaik dan terpandang di Indonesia, dengan ciri-ciri
kehamilannya sesiiai dengan standar pelayanan keluaran seperti : aman, informatif, efektif, efisien,
antenatal yang sudah ditetapkan. mutu, manusiawi, memuaskan. Untuk mencapai visi
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tersebut, RSUD Dr. Soetomo Surabaya mempunyai
tahun 1986 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup misi sebagai berikut: pemuka dalam pelayanan,
dan pada tahun 1994 menjadi 390 per 100.000 pemuka dalam pendidikan dan pemuka dalam
kelahiran hidup (SDKI, 1.994). Hal tersebut penelitian.
menunjukkan bahwa derajat kesehatan ibu di RSUD Dr. Soetomo Surabaya memiliki 2
Indonesia masih cukup memprihatinkan, sedangkan poliklinik hamil yaitu Poliklinik Hamil I dan Poliklinik
penurunan angka kematian ibu sangat lambat. Data Hamil II. Poliklinik hamil I merupakan poliklinik
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun rujukan dari luar RSUD Dr Soetomo dan
1995 menyebutkan penyebab kematian ibu adalah keberadaannya juga lebih lama dibanding poliklinik
perdarahan (66,7%), eklampsi atau keracunan hamil II yang hanya digunakan untuk pemeriksaan
kehamilan (20,3%) dan infeksi (13,0%). Jenis kehamilan normal. Menyusun upaya peningkatan
perdarahan yang menjadi penyebab utama jumlah kunjungan pelayanan antenatal di poliklinik
kematian ibu bersalin adalah perdarahan pasca antenatal RSUD Dr. Soetomo Surabaya melalui
persalinan, yaitu 34% dari seluruh jenis kasus studi Benchmarking di Rumah Sakit Katolik Santo
perdarahan yang menyebabkan kematian ibu Vincentius A. Paulo Surabaya.
bersalin (Djoko, 1997).
Antenatal care (Pelayanan antenatal) TINJAUAN PUSTAKA
merupakan salah satu tindakan dalam menjaga
kesehatan serta mencegah terjadinya kesakitan dan Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan
kematian selama hamil, serta mempersiapkan Pelayanan Kesehatan
kondisi ibu sehingga dapat melalui proses Dari berbagai konsep tentang pemanfaatan
persalinan yang aman, selamat dan dapat pelayanan kesehatan mempunyai komponen yang
melahirkan bayi yang sehat (Rusiawati, Erwin dan hampir sama, namun penulis mengambil yang
Agus S, 1995). Pemeriksaan kehamilan perlu mencakup secara keseluruhan adalah rumusan
dilakukan oleh ibu selama hamil, mulai dari trimester menurut Green (1991), kerangka konseptual dalam
pertama sampai saat melahirkan. Tujuan penelitian ini menggunakan konsep Green 1991)
pemeriksaan kehamilan adalah mendeteksi risiko
93
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -93
99

tentang bagaimana seseorang memanfaatkan undangan dan peraturan baru yang dapat
pelayanan kesehatan yaitu : mendukung fungsi rumah sakit pemerintah
B = Behaviour (utility) sebagai suatu organisasi sosio ekonomi. (4)
f = function Menyempurnakan organisasi Rumah Sakit
P F = Presdiposing Factors sehingga dapat berfungsi sebagai unit sosio
E F = Enabling Factors ekonomi. (5) Menerapkan sistem akuntansi yang
RF .= Reinforcing Factors. berdasar "Actual-basis " (6) Menyempurnakan
Konsep tersebut menjelaskan bahwa perencanaan biaya. Dan (7) Meneliti dari
seseorang akan memanfaatkan pelayanan kepustakaan kemampuan dan kemauan masyarakat
kesehatan dipengaruhi oleh, yaitu: (1) Predisposing
untuk membayar biaya pelayanan kesehatan
Factors: pengetahuan, sikap, keyakinan, rumah sakit dan menyusun cara yang mudah dan
kepercayaan, nilai-niai yang terdapat dalam
sederhana untuk menentukan tarif.
diri/individu. (2) Enabling Factors: tersedianya
fasilitas kesehatan dan kemudahan untuk nencapai Definisi Benchmarking
menjadi faktor pendukung. (3) Reinforcing Factors:
bahwa keluarga, guru, karyawan, petugas Menurut Benchmarking for Competitive
kesehatan, pemuka masyarakat, pengambil Advantage dalam Tomy Bended, 1995
keputusan merupakan pendorong memanfaatkan benchmarking adalah merupakan model dari
fasilitas kesehatan. manajemen baik evaluasi maupun revolusi dalam
pola pemikiran bisnis.
Pemasaran Menurut Supriyanto (1998) Benchmarking
rumah sakit adalah suatu proses dan proaktif yang
Pemasaran adalah proses sosial dan dipakai rumah sakit untuk mengkaji bagaimana
manajerial yang membuat seseorang secara pribadi rumah sakit lain menjalankan fungsi tertentu guna
maupun kelompok memperoieh apa yang mengembangkan cara rumah sakit itu dalam
dibutuhkan dan inginkan melalui mencipta dan menjalankan yang sama atau serupa.
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan Menurut Koesoemo, (1995) Benchmarking
orang lain (Philip, 1997) Yang mendasari pemasaran rumah sakit adalah suatu usaha dari rumah sakit
adalah : (1) Kebutuhan adalah suatu keadaan akan untuk meningkatkan mutu rumah sakit dengan
sebagian dari kepuasan dasar yang dirasakan dan membandingkannya dengan rumah sakit lain baik
disadari (Supriyanto, 1998). (2) Keinginan adaiah input, proses dan output.
hasrat untuk memperoleh pemuas tertentu untuk
kebutuhan yang lebih mendalam. (3) Permintaan METODE PENELITIAN
adaiah jumlah keinginan terhadap
produk/jasa pelayanan tertentu yang didukung suatu Penelitian ini bersifat studi benchmarking
kemampuan dan kemauan untuk membeli atau dengan model benchmarking fungsional. Penelitian
memanfaatkan jasa tersebut (Supriyanto, 1998). dilakukan di Rumah Sakit Daerah Dr. Sutomo
Apabila pelayanan kesehatan dapat Surabaya dan Rumah Sakit Katholik Santo
dikatakan sebagai perusahaan, maka syarat yang Vincentius A Paulo Surabaya. Pengambilan
harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat dilakukan selama 2 (dua ) minggu. Menggunakan
sukses dan dapat menyampaikan barang dan jasa analisis data uji beda dengan T Tes dengan metode
sesuai yang diinginkan konsumen dengan harga cross sectional.
yang pantas (Levitt, 1987). Adapun variabel yang dievaluasi yaitu: (1)
Beberapa faktor yang prinsip bahwa jasa Karakteristik ibu hamil meliputi Umur, Pekerjaan,
yang harus diberikan dalam pelayanan kesehatan Pendidikan, Usia Kehamilan, Jumlah Kehamilan. (2)
memenuhi kriteria atau atribut (Parasuraman, et al), Variabel Mutu Pelayanan yang meliputi
1985). (1) Daya serap (responsiveness) (2) Jaminan Responsiveness, Assurance, Tangible, Empathy,
(assurance). (3) Bukti langsung (tangibles). (4) Reliability. (3) Variabel Tarip.Yang mencakup:
Kepedulian (empathy). (5) Keandalan (reliability). Informasi tarip, Perbedaan tarif, Penerapan tarif,
Keterjangkauan, dan Kesesuaian.
Pelayanan kesehatan rumah sakit
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dengan semakin meningkatnya
pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai Karakteristik Responden
penerima jasa pelanggan serta kemampuan
dibidang finansial, sehingga mampu memilih Responden terbesar pada usia 26 - 30 thn
berbagai alternatif pelayanan yang bemutu yang sejumlah 38% dari RSK, dan responcien terkecil
dapat memberikan kepuasan bagi dirinya maupun usia 18 - 20 tahun 2%, dan responden RSUD Dr.
maupun Keluarga. Dimasa mendatang Rumah Sakit Soetomo rata - rata responden berumur 30 thn.
akan berkompetisi secara global baik dalam maupun Yang memilih pelayanan antenatal di RSK St.
luar negeri. Tinggi rendahnya mutu Rumah Sakit Vincentius A Paulo dan RSUD Dr. Soetomo.
sangat dipengaruhi sumber daya rumah sakit yaitu Menurut Harlock (1998) semakin cukup umur tingkat
tenaga. pembiayaan, sarana dan tehnologi yang kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
digunakan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
Rumah Sakit. Secara berfahap dilakukan intervensi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
terhadap hal-hal: (1) Meningkatkan mutu rekam dewasa akan lebih dipercayai dari orang yang belum
medik Rumah Sakit, (2) Meningkatkan mutu sistem cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
inforrnasi Rumah Sakit, (3) Menyusun perundang- dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Makin
tua umur seseorang, makin konstruktif dalam
94
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -94
99

menghadapi masalah. Status pekerjaan responden pengetahuan yang dimiliki, mereka akan berpikir
di RSK St. Vincentius A Paulo Surabaya 60% tidak maju dan sanqat ingin mencoba hal - hal atau cara -
bekerja, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo 52%. cara yang baru. Dengan sifat yang demikian ini
Secara umum mayoritas responden tidak bekerja. mendorong mereka keluar dari Iingkungan dan
Dari hasil analisis bahwa tingkat pendidikan masuk ke lingkungan pergaulan yang lebih luas.
tidak ada perbedaannya, pendidikan responden Umur kehamilan responden terbanyak
yang terbanyak dari kedua rumah sakit adalah adalah tribulan I RSK dari RSUD Dr. Soetomo, hal
SLTA. Akan tetapi, tingkat pendidikan responden tersebut dikarenakan unttik pemeriksaaan kehamilan
RSUD Dr. Soetomo lebih tinggi dari tingkat di RSK sejak kehamilan minimal 8 minggu. Jumlah
pendidikan RSK St. Vincentius A Paulo. kehamilan responden terbanyak kehamilan pertama
Dikarenakan ada yang berpendidikan sarjana strata 48 % untuk RSK, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
satu. Tingkat pendidikan responden sebagian besar kehamilan kedua sebanyak 48%. Hal tersebut
memiliki pendidikan menengah intinya Sekolah dimungkinkan karena pada hari rabu merupakan hari
Menengah Umum 73% di RSUD Dr. Soetomo buka kunjungan baru baik primigravida maupun
sedangkan RSK 82%, secara umum pada dua multigravida pada RSK St. Vincentius A Paulo
rumah sakit tidak ada perbedaan. Hal ini disebabkan Surabaya.
karena tingkat pendidikan bukan merupakan
landasan seseorang dalam memutuskan pilihan Dimensi Reliability
pelayanan antenatal. Penelitian ini tidak sejalan Dari 8 (delapan) komponen penilaian
dengan M, Gagne, 1977 yang dikutip dari Thinni, R, dimensi Reliability, yaitu: Antrian cepat, Kepuasan
1994 mengatakan bahwa tingkat pendidikan formal pelayanan dari pasien datang sampai pulang,
merupakan landasan seseorang dalam berbuat Kepuasan tindakan pemeriksaan kehamilan,
sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami Kepercayaan penanganan, Waktu tanya jawab,
sesuatu, atau menerima dan menolak sesuatu. Pemeriksaan kehamilan lebih dari 1 orang, Informasi
Tetapi tingkat pendidikan formal juga memungkinkan pemeriksaan lanjutan, dan Kejelasan informasi, bisa
perbedaan pengetahuan dan pengambilan direkapitulasi dan disajikan dalam tabel 1 di bawah
keputusan. ini.
Menurut Mantra (1985) makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima informasi baik dari orang lain rmupun dari
rnedia massa. Sehingga makin banyak pula

Tabel 1
Hasil rekapitulasi penilaian dimensi Reliability di RS Katolik St. Vincentius A Paulo dan RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya Juni 2003
D imensi Reliability
Rumah Sakit Rata-Rata Total
Kurang baik Baik Sangat Baik
RSK 35 15 4,30 50
(70%) (30%) (50%)
RSUD Dr. Soetomo 4 39 7 4,06 50
(8%) (78%) (14%) (50%)
Total 4 74 22 - 100
(4%) (74%) (22%) (100%)
Analisis uji beda : p = 0,012
Dari hasil analisis bahwa dimensi reliability seseorang setelah membandingkan kinerja dan hasil
secara umum sama, tetapi setelah dirinci dari yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
responden RSK St. VincentiLrs A Paulo lebih tinggi
dalam hal kepuasan pelayanan dan kepuasan Dimensi Assurance
tindakan pelayanan antenatal. Hal ini disebabkan
karena seseorang untuk datang ke pelayanan Dari 6 (enam) komponen penilaian
antenatal mempunyai hak untuk memilih dan Dimensi Assurance, yaitu : Keyakinan, Kesesuaian,
menggunakan fasilitas kesehatan yang menjadi Penerimaan, Periksa yang akan datang, Pemeriksa
tujuannya untuk mencari kepuasan atas dirinya. terbaik, RS disukai bisa direkapitulasi dan disajikan
Menurut Kotler, et al (1996) menegaskan dalam Tabel 2 di bawah ini.
bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan
95
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -95
99

Tabel 2
Hasil rekapitulasi penilaian dimensi Assurance di RS
Di mensi Assu ranKatolik
e St. Vincentius A Paulo dan RSUD Dr. Soetomo,
Rumah Sakit Surabaya Juni Sangat
2003 Baik Rata-Rata Total
Kurang baik Baik
RSK c - 36 14 4,28 50
(72%) (28%) (50%)
RSUD Dr. Soetomo 1 37 12 4,22 50
(2%) (74%) (24%) (50%)
Total 1 73 26 - 100
(1%) (73%) (26%) (100%)
Analisis uji beda : p = 0,001

Pada sikap pemberi pelayanan terutama perbandingan maka seseorang menetapkan


dimensi Assurance ada perbedaan bermakna antara keputusan sesuai dengan hal yang dihadapi saja.
di RSK Santo Vincentius A Paulo Surabaya dengan Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
dimensi Assurance mean 4,28 dan di RSUD Dr. Surabaya petugas kesehatan pemberi pefayanan
Soatomo Surabaya dimensi Assurance mean 4,22. yang menetap adalah bidan, yang tidak memeriksa
Hasil uji T menunjukan ada perbedaan bermakna kehamilan langsung kepada pasien, sehingga
antara dimensi Assurance di RSK Santo Vincentius kurang kamunlkasl dan tidak terjadi hubungan
A Paulo Surabaya dan dimensi Assurance di RSUD interpersonal yang mendalam. Seseorang dapat
Dr. Soetomo Surabaya dengan nilai p = 0,001. Hal menyarnpaikan keluhan tersebut karena sudah
ini dimungkinkan di RSK Santo Vincentius A Paulo merasa percaya. Sehingga klien beium merasa
Surabaya, hubungan antar manusia menyangkut pemeriksaan kehamilan yang diberikan belum
hubungan interpersonal dengan menyampaikan memenuhi yang diinginkan, harapan seseorang satu
keluhan klien kepada petugas kesehatan yang dengan dendan ang lain tentu berbeda.
dipercaya maka membuat klien lepas masalah yang Petugas pemberi pelayanan antenatal
dihadapi dapat terkurangi beban pikirannya. (bidan, mahasiswa) yang satu dengan yang lain
Sejak datang sudah merasa mempunyai kemungkinan berbeda dalam cara memberi
pilihan yang sesuai dengan keinginan, sehingga sambutan. Dari apa yang diterima klien, maka klien
keseluruhan pemeriksaan kehamilan menurutnya mengambil sikap tidak mengulang pengalaman yang
sudah memenuhi keinginannya. kurang menarik, sehingga berpindah ke tempat
Dengan pengalarnan datang memeriksakan pelayanan antenatal yang lain. Oleh sebab itu
kehamilan ke poliklinik yang dipilih tentunya dapat akhirnya tidak menentukan poliklinik antenatal di
merasakan hasil pengalaman. Menurut Zeitham, et RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai Rurnah Sakit
al (1993), bahwa seseorang akan ke fasilitas yang terbaik.
pelayanan kesehatan berdasarkan pengalaman Dalam pelayanan kunjungan antenatal
masa lampau, dari mulut ke mulut. Faktor- faktor kesesuaian harapan, pemeriksaan kehamilan di
yang menentukan harapan pelanggan meliputi RSK St. Vincentius A Paulo sebagai rumah sakit
kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau, terbaik menurut analisis hasil penelitian. Hal ini
rekomendasi dari mulut ke mulut dan iklan (Tjiptono, kemungkinan dengan adanya petunjuk yang jelas
Fandi, 1997). dan tempat pelayanan antenatal yang dekat dengan
Word Of Mouth menurut Zeitham, et al lokasi loket sehingga sangat memudahkan untuk
(1993) merupakan pernyataan secara personal ditemukan.
maupun non personal yang disampaikan oleh orang Diatur dengan model pengambilan kartu
lain selain organisasi kepada pelanggan. Word Of nomor terlebih dahulu, kemudian setelah loket
Mouth ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan dibuka antrian sesuai nomor kartu. Menjadi suatu
karena yang menyampaikannya adalah mereka prosedur pefayanan bahwa setelah dari loket, lokasi
yang dapat dipercayainya seperti para ahli, teman, pemeriksaan sangat dekat karena menjadi satu
keluarga, dan publikasi dan media massa. Di lokasi.
samping itu World Of Mouth juga cepat diterima Cara pemanggilan tidak satu persatu, tapi
sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya dapaf Iangsung memanggil sepuluh klien. Dari
sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau sepuluh klien yang dipanggil diperiksa kehamilannya
belum dirasakan sendiri. Menurut Zeitham, et al sesuai kapasitas tempat tidur.
(1993) pengalaman masa lalu meliputi hal-hal yang Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
telah dipelajari atau diketahui pelanggan dari yang Surabaya, tentunya untuk mencari loket mudah
pernah diterima di masa lalu. Kesan seseorarig akan ditemukan karena petunjuk informasi yang jelas.
melekat dalarn rekaman, bila saat datang diterima Berkaitan dengan banyaknya loket karcis dan loket
oleh petugas kesehatan yang menyenangkan maka khusus untuk poliklinik rawat jalan tertentu sehingga
cenderung akan datang dan mengulang masih harus mencari loket khusus untuk periksa
perbuatannya. Sehingga pada keadaan yang sama hamil karena berbagai loket - loket tersebut menjadi
klien akan datang kembali di tempat yang sama. Ada satu lokasi maka tampaknya sangat padat untuk
kemungkinan apabila sudah mendapat perlakuan mencapai tempat tersebut memerlukan waktu.
yang nyaman seseorang mempunyai Sedangkan untuk menuju ke tempat
kecenderungan tidak mau kembali. Sehingga pemeriksaan memang tidak berada pada satu lantai.
apabila dihadapkan dengan suatu pilihan ataupun Sehingga klien harus berjalan, sehingga perlu waktu
96
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -96
99

lagi. Hal ini yang membuat klien menambah waktu kehamilan adalah bidannya sendiri, sedangkan jasa
menjadi lama. dokter sebagai konsultan apabila ada kelainan.
Pemeriksaan kehamilan akan menunggu Bidan memberi kesempatan konseling,
status yang dari loket (lantai satu), pemeriksaan karena adanya waktu untuk klien berkaitan dengan
kehamilan sampai di lantai dua, baru kemudian memeriksa, hingga saran, nasehat dan obat yang
mulai diperiksa kehamilannya. Di RSK Santo diperlukan klien adalah tanggung jawab bidan itu
Vincantlus A Paulo Surabaya melaksanakan tanya sendiri.
jawab tentang riwayat kehamilan dikerjakan oleh Hasil pemeriksaan segera dapat
satu orang tenaga hingga tuntas pemeriksaan. Dan diinformasikan, karena merupakan urutan langkah
untuk klien yang memerlukan waktu lama ditentukan kegiatan pemeriksaan kehamilan yang menjadi
hari buka tertentu, seperti hari rabu khusus untuk tanggung jawabnya.
kunjungan baru baik primigravida maupun Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
multigravida clan dibatasi jumlah kunjungannya, Surabaya kemungkinan karena yang melaksanakan
apabila lebih disarankan untuk hari buka rabu sebagian besar mahasiswa baik dari kebidanan
berikutnya. Apabila ada mahasiswa maka untuk maupun dari kedokteran sehingga memerlukan
pemantapan kompetensi dilakukan saat di waktu lebih lama. Juga hari buka poliklinik hari
laboratorium, sehingga bila sudah diperiksa sendiri sampai dengan jum'at, tanpa memberi hari
mahasiswa, tidak semua diperiksa tagi sehingga khusus untuk kunjungan baru yang perlu waktu lebih
tidak timbul kesan diperiksa oleh lebih satu orang.
lama untuk tanya jawab riwayat kehamilannya.
Meskipun sebenarnya terjadi juga pada kasus
pemeriksaan kehamilan yang letaknya meragukan
Dimensi Tangible
dan perlu didiagnosa yang tepat oleh bidan.
Lagi pula mahasiswa beridentitas banyak Dari 6 (enam) komponen penilaian dimensi
kesamaan dengan tenaga pemeriksa (bidan) Tangible, yaitu: mudah dijangkau, kebersihan
sehingga kurang adanya perbedaan. Kurang terjadi ruangan, kebersihan alat, kelengkapan alat,
menunggu lama berkaitan dengan yang memeriksa menemukan loket, dan jarak loket.

Tabel 3
Hasil rekapitulasi penilaian dimensi Tangible di RS Katolik St. Vincentius A Paulo dan RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya Juni 2003
Dimensi tangible
Rumah Sakit Rata-Rata Total
Baik Sangat Baik
RSK 16 34 4,68 50
(32%) (68%) (50%)
RSUD Dr. Soetomo 20 30 4,60 50
(40%) (60%) (50%)
Total 41 59 - 100
(41%) (59%) (100%)
Analisis uji beda : p = 0,410
Dari hasil analisis dimensi tangible secara Empathy, yaitu: Perhatian bidan, Kepedulian,
umum maupun khusus adalah sama, tidak ada Kesabaran memeriksa, Kesabaran mendengar,
perbedaan. Dimensi empathy bisa direkapitulasi dan disajikan
dalam tabel 5.28 di bawah ini:
Dimensi Empathy
Dari 5 (lima) komponen penilaian dimensi

Tabel 4
Hasil rekapitulasi penilaian dimensi Empathy di RS Katolik. St. Vincentius A Paulo dan RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya Juni 2003
Dimensi empathy
Rumah Sakit Rata-Rata Total
Baik Sangat Baik
RSK 28 22 4,44 50
(56%) (44%) (50%)
RSUD Dr. Soetomo 27 23 4,46 50
(54%) (46%) (50%)
Total 55 45 - 100
(55%) (45%) (100%)
Analisis uji beda : p = 0,943
Dari hasil analisis dimensi empathy secara Soetomo lebih tinggi, yang berarti lebih sabar. Ibu
umum sama. Setelah dirinci sesuai indikator hamil di RSK St. Vincentius merasa puas dengan
terdapat perbedaan lebih tinggi kepedulian pada kepedulian pada saat pemeriksaan kehamilan dan
saat pemeriksaan kehamilan RSK St. Vincentius A kesabaran dalam memeriksa. Hal ini disebabkan
Paulo dan kesabaran dalam memeriksa di RSUD Dr. karena dalam memberi pelayanan antenatal, faktor
97
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -97
99

individu pemberi pelayanan terpanggil atas rasa Dimensi Responsiveness


tanggung jawab dan berperan sebagai pelaksana
pelayanan antenatal yang didasari oleh religi. Dari 6 (enam) komponen penilaian dimensi
Menurut Engel, et al (1990) bahwa Responsiveness, yaitu: Kecepatan bidan mulai,
kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli Waktu tunggu pemeriksaan, Waktu tunggu
dimana alternatif yang dipilih sekurangkurangnya Pemeriksaan Laboratorium, Kemudahan informasi
sama atau melampui harapan pelanggan, hasil, Waktu antri loket, dan Waktu bisa
sedangkan ketidak puasan timbul apabila hasil tidak direkapitulasi dan disajikan dalam tabel 5 di bawah
memenuhi harapan. ini :

Tabel 5
Hasil rekapitulasi penilaian dimensi Responsiveness di RS Katolik St. Vincentius A Paulo dan RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya Juni 2003
e Dim nsi Responsiveness
Rumah Sakit Rata-Rata Total
Kurang baik Baik Sangat Baik
RSK - 35 15 4,30 50
(70%) (30%) (50%)
RSUD Dr. 3 35 12 4,18 50
Soetomo (6%) (70%) (24%) (50%)
Total 3 70 27 - 100
(3%) (70%) (27%) (100%)
Analisis uji beda : p = 0,227
Dari analisis data secara diskriptif pemeriksaan antenatal langkah-langkah dalam
responsiveness responden RSK St. Vincentius A mefayani ibu hamil merupakan suatu hal yang sudah
Paulo 70% menunjukkan cepat, sedangkan baku antara lain komunikasi dalam rangka hubungan
responden RSUD Dr. Soetomo sebesar 70% antar manusia dan berakhir dengan konseling.
menunjukkan rensponsiveness cepat. Informasi hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada antenatal dapat diperoleh di tempat yang dekat
perbedaan yang bermakna antara responsiveness dengan poliklinik antenatal sehingga memudahkan
RSK clan responsiveness RSUD Dr. Soetomo. Hal dan juga tidak perlu waktu lama untuk menunggu
ini dimungkinkan oleh karena pelayanan di RSK informasi hasil pemeriksaan dengan demikian klien
dilaksanakan dengan hubungan antar manusia yang merasa bahwa dimensi Responsiveness di RSK
bernuansa religius, petugas relatif homogen (hanya cukup baik.
bidan saja), sehingga layanan di poliklinik antenatal Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
memberikan respon yang positif terhadap klien yang merupakan Rumah Sakit pendidikan dan lebih-
datang untuk mendapatkan pelayanan antenatal bersifat umum, petugas cukup heterogen, (bidan,
Kecuali apabila ditemukan kelainan, maka DM, PPDS, Mahasiswa Kebidanan), pekarya
klien akan dikonsultasikan, sehingga klien tidak perlu kesehatan (Laborant). Hal tersebut memungkinkan
lama menunggu. Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo adanya perbedaan kepentingan dari masing-masing
dengan petugas yang heterogen, saling memiliki petugas, sehingga tidak jarang hubungan
tujuan berbeda, sehingga mempunyai kepentingan interpersonal antara petugas dan klien sering
yang berbeda dapat menciptakan kondisi yang terabaikan, tetapi model pelayanan sebagai berikut;
positip. Di RSK St. Vincentius A Paulo waktu tunggu tempat penyimpanan status pasien; tempat
pemeriksaan cepat, sehubungan dengan semua pendaftaran dan pelayanan informasi antenatal
langkah pemeriksaan kehamilan dilaksanakan oleh berada dilantai I sedangkan tempat pelayanan
bidan. Bidan sudah siap sejak pagi pukul 07.00, antenatal berada di lantai II, maka status data pasien
mengingat jumlah kunjungan yang cukup besar. tidak disertakan ketika klien naik ke lantai II tetapi
Di RSK St Vincentius A Paolo waktu tunggu menunggu kuota tertentu baru kemudian dibawa
pemeriksaan cepat, langkah pemeriksaan kehamilan oleh petugas ke lantai II tempat pemeriksaan
sudah siap sejak pagi pukul 07.00, mengingat antenatal dilakukan. Sehingga klien harus
jumlah kunjungan yang cukup besar. Sedangkan menunggu waktu yang cukup lama untuk
waktu jam kerja dimulai pukul 07.00 sampai pada mendapatkan pemeriksaan antenatal.
pukui 14.30 mengatur waktu yang tersedia dapat Untuk pemeriksaan terdapat petugas
diefektifkan dengan baik dan dapat menyelesaikan berpindah dan jauh dari poli antenatal sehingga
semua pekerjaan dengan baik. butuh waktu relatif lama untuk mendapatkan
Untuk pemeriksaan laboratorium tidak pemeriksaan laboratarium, sedangkan informasi
memerlukan waktu yang lama, karena lokasi hasil pemeriksaan diberikan dengan selang waktu
laboratorium dekat dengan tempat pemeriksaan yang cukup lama dan di lokasi tersendiri pula
antenatal dan pemeriksaan laboratorium dilakukan sehingga dirasakan Responsiveness RSUD dr.
oleh petugas di poliklinik antenatal (bidan). Dengan Soetomo kurang bailk daripada RSK.
demikian tidak lagi menggantungkan pekerjaan pada
pihak lain, semua kegiatan dalam peiayanan Pendapat Responden Mengenai Tarip
kunjungan antenatal dilaksanakan oleh bidan
sendiri. Dari 6 (enam) komponen penilaian tarip, yaitu:
Menurut pedoman penetapan standar (1) Informasi, (2) Perbedaan, (3) Prosedur, (4)
pelayanan (Anonim, 2000) bahwa dalam Keterjangkauan, (5) Kesesuaian, (6) Tarip, bisa
98
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -98
99

direkapitulasi dan disajikan dalam tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6
Distribusi Tarif RS Katolik St Vincentius A Paulo dan RSUD Dr. Soetomo Juni 2003
Rumah Sakit Tarif
Rata-Rata Total
Setuju Tidak Setuju
RSK 29 21 4,42 50
(58%) (42%) (50%)
RSUD Dr. Soetomo 26 24 4,48 50
(52%) (48%) (50%)
Total 55 45 - 100
(55%) (45%) (100%)
Analisis uji beda : p = 0,551
Dari hasil analisis tentang tarif, dengan pendek, menengah dan jangka panjang sesuai
menggunakan uji t, p = 0,551 ternyata terdapat proiritas rekomendasi. (2) Melaksanakan rencana
kesamaan antara ibu hamil yang pelayanan dan strategi kegiatan jangka pendek, menengah
antenatal di RSK St. Vincentius A Paulo dengan ibu dan jangka panjang sesuai prioritas rekomendasi.
hamil yang pelayanan antenatal di RSUD Dr. (3) Mengevaluasi kegiatan jangka pendek,
Soetomo. Namun setelah dirinci sesuai indikatornya menengah dan jangka panjang sesuai prioritas
untuk informasi tarip, perbedaan tarip dan prosedur rekomendasi.
keuangan tarip RSK St. Vincentius A Paulo, lebih
tinggi.
Hal ini disebabkan bahwa daya beii pasar DAFTAR PUSTAKA
RSK lebih dibanding dengan RSUD Dr. Soetomo.
Abadi (1988), Tak Ada Kehamilan Tanpa Resiko,
Kemampuan daya beli pelayanan antenatal sesuai
Harian Surya, 5 April Surabaya
hasil penelitian bahwa menentukan suatu pelayanan Anonim (1998) Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid I,
kesehatan ditentukan oleh faktor ekonomi, bila faktor Jakarta.
ekonomi tidak memungkinkan atau tidak terjangkau Anonim (2000), Pedoman Penetapan Standar
maka keputusan yang dibuat dalam memilih Pelayanan Minimal dalam bidang
pelayanan kesehatan dapat berubah. Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta.
Anonim (1993), Asuhan Kebidanan Pada Ibu
SIMPULAN DAN SARAN Hamil, Dalam Konteks Keluarga, Jakarta.
Simpulan Anonim (1994),Pedoman teknis terpadu Audit
Maternal Perinatal di Tingkat Dati II,
Dari uraian dan hasil temuan penelitian di Jakarta.
atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Mutu pelayanan Anonim (1995), Pedoman Pemantauan Wilayah
RSK yang perlu di-benchmarking sesuai dengan Setempat, Kesehatan ibu dan anak,
hasil peneiitian dari pada RSUD Dr. Soetomo, dapat Jakarta.
diuraikan secara rinci sebagai berikut: (a) Dimensi Arikunto, Suharsimi, (1997). Dasar-dasar Evaluasi
reliability RSK lebih baik, RSK lebih tinggi dari pada Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta
RSUD Dr. Soetomo yaitu kepuasan pelayanan sejak Azwar, Azrul (1996), Pengantar Administrasi
pasien datang sampai pulang, dan kepuasan Kesehatan. Binaputra Aksara, Jakarta
tindakan pemeriksaan kehamilan. (b) Dimensi Amirin, Tatang, (1992), Pokok - pokok Teori
assurance RSK dari pada RSUD Dr. Soetomo yaitu Sistem. Rajawali Press, Jakarta
: keyakinan terhadap pelayanan, kesesuaian Beck, D., Buffington, ST., Me Dermot, J. and
harapan, pemeriksaan terbaik, dan Rumah Sakit Berney, K. (1998). Healthy Mother and
yang disukai. (c) Dimensi tangible RSK dan RSUD Healthy Newborn Care. American Colege
Dr. Soetomo diantara kedua Rumah Sakit, sama. (d) of Nurse Midwifes, Washington, DC.
Dimensi empathy ada perbedaan secara bermakna Depkes Rl, (1977). Buku Pedoman Pelayanan Pre-
yaitu kepedulian terhadap pasien, dan kesabaran natal di Wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta.
memeriksa RSK lebih tinggi dari pada RSUD Dr. Green, Lawrence, Marshall W. Krenter, Sigrid. G.
Soetomo. (e) Dimensi responsiveness, ada Deeds, Koy. B. Partidge (1980). Health
pebedaan yaitu : waktu pemeriksaan kehamilan Education Planning A Diagnostic Approach.
dan waktu pemeriksaan laboratorium RSK Mayfield Pub. Co. USA.
lebih cepat dari pada RSUD Dr. Soetomo. (2) WHO (World Health Organization), Geneva.
Tarip pelayanan ada perbedaan yaitu informasi (Antenatal Care and Maternal Health : How
tarip RSK Iebih mudah diketahui, perbedaan tarip Effective is iti? "Intervention in Pregnancy
RSK tidak mahal dibandingkan dengan Related to Major Causes of Maternal
pemeriksaan yang diterima. Penerapan Morbility and Mortality" - Areview of the
prosedur keuangan RSK lebih tertata dari pada Evidence, WHO, 1992, pp. 16-34)
RSUD Dr. Soetomo. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
(2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan
Saran Kesehatan Material dan Neonatal. Penerbit
JNPKKR-POGI, Jakarta.
Penelitian ini menyarankan: (1) Menyusun
rencana dan strategi kegiatan jangka
99
Upaya Peningkatan Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal Di Rumah
Jurnal
Sakit
Ilmiah
UmumIlmuDaerah
Kebidanan
Dr. Soetomo
dan Kandungan, (Sunarsih
SurabayaVol. 2, No. )2, September 2009 : 92 -99
99

Zainuddin, M. (1999). Buku Panduan Penelitian Zeithaml Valarie A, Pasuraman A, Berry L.L, (1990).
Program Pasca Sarjana. MPPK. Unair Delivering Quality Service, The Free Press,
Surabaya. Mac Milan Inc.
100 Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Vol. 2, No. 2, September 2009 : 100 - 102
ARTI KE L KES EHAT AN

PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI


TERHADAP KECEPATAN INVOLUSI UTERI
M. HASINUDDIN
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudia Husada Madura

PENDAHULUAN
Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan proses membiarkan bayi mencari dan minum Asi
sendiri segera setelah lahir (farida, keajaiban menyusui dini, 2008). Berdasarkan studi
pendahuluan di kabupaten bangkalan menunjukan sekitar 8 orang (16%) persalinan yang di tolong
di lakukan inisiasi menyusui dini, dan sisanya 42 orang (84%) tidak dilakukan inisiasi menyusui
dini.
Faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di
Bangkalan adalah kepercayaan masyarakat dan kurangnya pengetahuan ibu yang sangat tidak
mendukung adanya pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini. Karena masyarakat menganggap bahwa
ASI yang keluar pertama kali yang berwarna kuning tersebut atau yag sering di sebut (kolostrum)
harus di buang karena di anggap Basi, dan jika bayi di lakukan kontak kulit dengan ibunya mereka
menganggap bayinya akan merasa kedinginan sangat membahayakan bagi bayi. Sehingga tidak
mendukung program insiasi menyusui dini di kota bangkalan
Proses involusi uterus di percepat pada ibu yang menyusui bayinya di satu jam pertama
karena oksitosin yang di keluarkan sebagai respon terhadap isapan bayi. Menyusui dini akan
menyebabkan adanya sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu, selama proses menyusu
akan merangsang keluarnya oksitosin yang menyebabakan rahim berkontraksi sehingga
membantu mengurangi perdarahan. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun
berat badannya dari berat badan yang bertambah semasa kehamilan (Pusdiknakes, 2003:25).

INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)


Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008,-3).
Ada lima tahapan yang dilalui bayi saat inisiasi menyusui dini, yaitu : 1) Dalam 30 menit
pertama, adalah stadium istirahat (diam) dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage) bayi diam
tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya, masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan;
2) Antara 30-40 menit, yaitu mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan
menjilat tangan, bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya, bau ini
sama dengan bau cairan yang di keluarkan payudara ibu dimana bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu; 3) Mengeluarkan air liur; 4)
Bayi mulai bergerak ke arah payudara, yaitu areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan
kaki menekan perut ibu. ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu,
menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya
dengan tangannya yang mungil; dan 4) menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut
lebar dan melekat dengan baik (Roesh, 2008:17).
Fungsi dan manfaat IMD antara lain : 1) ASI adalah cairan kehidupan, yang selain
mengandung makanan juga mengandung penyerap, susu formula tak diberi enzim sehingga
penyerapannya tergantung enzim di susu anak, sehingga Asi tidak “merebut” enzim anak (Dr.
Utami Roesli, ayah dan Bunda:2008); 2) memberikan kekebalan pertama kepada bayi karena bayi
langsung mendapatkan kolostrum dari Asi, dan bakteri yang baik dari kulit ibu; dan 3) merangsang
keluarnya oksitosin karena sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu yang menyebabkan
rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran placenta dan mengurangi perdarahan pada
ibu.
Tatalaksana inisiasi menyusui dini (IMD) meliputi tata laksana inisiasi menyusui dini
secara umum, dan inisiasi menyusui dini secara operasi caesar. Tatalaksana inisiasi menyusui dini
secara umum antara lain : 1) dianjurkan suami atau keluarga, mendampingi ibu saat persalinan; 2)
seluruh badan dan kepala bayi di keringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih
(vernik) yang menyamakan kulit bayi sebaiknya di biarkan; 3) bayi di tengkurapkan di dada atau di
perut ibu, biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu, posisi kontak kulit dengan kulit ini di pertahan
minimum satu jam atau setelah menyusui awal selesai, keduanya di selimuti, jika perlu gunakan
topi bayi; 4) bayi di biarkan mencari puting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu ibu; 5) biarkan kulit bayi tetap bersentuhan
dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama; dan 6) rawat gabung, selama 24 jam ibu-
bayi tetap tidak di pisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
101
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kecepatan Involusi Uteri
Jurnal Ilmiah Ilmu) Kebidanan dan Kandungan, Vol. 2, No. 2, September 2009 : 100 101
(M. Hasinuudin - 102

Sedangkan inisiasi menyusui dini secara operasi Caesar antara lain : 1) tenaga dan
pelayanan kesehatan yang suportif; 2) jika mungkin, di usahakan suhu ruangan 20-25°C di
sediakan selimut untuk menutupi bayi dan badan ibu, disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi
hilangnya panas dari kepala bayi; 3) tata laksana selanjutnya sama, dengan tatalaksana umum;
dan 4) jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus di pindah
sebelum satu jam maka bayi tetap di letakkan di dada ibu ketika di pindahkan ke kamar perawatan
atau pemulihan dan kemudian menyusui dini di lanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.
(Roesli, 2008:20-23).
Pentingnya kontak kulit bayi dengan ibu dan menyusu sendiri adalah : 1) dada ibu
menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara ini akan
menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermi ); 2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang,
pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga
mengurangi pemakaian energi; 3) saat merangkak mencari payudara bayi memindahkan bakteri
dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu menelan bakteri baik di kulit ibu, bakteri baik ini
akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari
lingkungan; 4) bonding (ikatan kasih sayang ) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam
pertama bayi dalam keadaaan siaga, Setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama; 5)
makanan awal non Asi mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia
misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan
alergi lebih awal.; 6) bayi yang di beri kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu ekslusif
dan akan lebih lama di susui; 7) hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting
susu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon
oksitosin; 8) bayi mendapatkan Asi kolostrum; dan 9) ibu dan ayah akan sangat bahagia bertamu
dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperi ini (Utami Roesli, 2008: 12-14).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu post partum primipara tidak
melaksanakan inisiasi menyusui dini 11 orang (61,1%). Yang di sebabkan karena salah satunya
adalah tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja puskesmas Bangkalan yang mayoritas
berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (44,4%). Dari 18 responden yang melaksanakan inisiasi
menyusui dini hanya sebanyak 7 orang (38,8 %) responden.

PROSES INVOLUSI UTERI


Hasil penelitian didapatkan bahwa proses involusi uteri yang masih teraba sebanyak 11
orang (61,1%) responden dan yang sudah tidak teraba sebanyak 7 orang (38.9%) responden. Hal
itu di sebabkan karena ibu primipara yang involusinya lambat atau TFU nya masih teraba
mayoritas tidak melaksanakan IMD dan ibu yang proses involusinya cepat atau TFU nya sudah
tidak teraba lagi sebagian besar melaksanakan IMD. Hal ini di sebabkan karena IMD dapat
menyebabkan dan merangsang keluarnya oksitosin yang mengakibatkan rahim berkontraksi
sehingga membantu mempercepat proses involusi uteri karena oksitosin sendiri merupakan
simultan kuat bagi otot uterus terutama bagi ibu post partum primipara.

PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAP INVOLUSI UTERI PADA IBU POST
PARTUM PRIMIPARA
Setelah persalinan, laktasi di pertahankan oleh dua hormon penting yaitu prolaktin yang
bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan oksitosin, yang menyebabkan
penyemprotan susu. Oksitosin mengacu pada ekspulsi paksa susu dari lumen alveolus melalui
duktus-duktus. Pengeluaran kedua hormon tersebut di rangsang oleh reflek neuroendokrin yang di
picu oleh rangsangan menghisap pada puting payudara, penghisapan puting oleh bayi
merangsang ujung-ujung saraf sensorik di puting, menimbulkan potensi aksi yang kemudian
menjalar ke atas ke kordaspinalis lalu ke hipotalamus, memicu pengeluran oksitosin dari hipofisis
posterior. Oksitosin pada gilirannya, merangsang kontraksi sel epitel di payudara sehingga menjadi
penyemprotan susu atau “milk letdown” (palmer, 2000)
Proses involusio dipercepat pada ibu yang menyusui bayinya karena oksitosin yang di
keluarkan sebagai respon terhadap isapan bayi, menyusui dini akan menyebabkan adanya
sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu selama proses menyusu akan merangsang
keluarnya oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu mengurangi
perdarahan. Oksitosin adalah simultan kuat bagi otot uterus (santoso, 2001).
Hasil uji statistik dengan uji t 2 sampel bebas menunjukkan bahwa taraf signifikasi lebih
kecil dari α (0,000<0,05) sehingga dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh inisiasi menyusui dini
terhadap involusi uteri pada ibu post partum primipara.
Hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa banyak ibu primipara yang tidak
melakukan inisiasi menyusui dini. Sehingga proses involusi uteri lebih lambat, hal ini akan
berdampak pada penyembuhan alat-alat kandungan. Kurangnya mobilisasi ibu juga dapat
mengakibatkan lamanya proses pengembalin alat kandungan seperti sebelum hamil, hal ini
berkaitan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini pada ibu post partum. Keyakinan
yang kurang juga menjadi penyebab ibu di wilayah kerja puskesmas Bangkalan kurang tertarik
untuk melakukan mobilisasi dini. Sehingga pada proses involusi nya mayoritas masih teraba.
102
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kecepatan Involusi Uteri
Jurnal Ilmiah Ilmu) Kebidanan dan Kandungan, Vol. 2, No. 2, September 2009 : 100 102
(M. Hasinuudin - 102

Pengaruh inisiasi menyusui dini terhadap involusi uteri pada ibu post partum primipara
sangat besar. Hal ini didukung o1eh pendapat Santoso (2001) Bahwa setelah persalinan proses
involusi di percepat pada ibu yang menyusui bayinya karena oksitosin yang dikeluarkan sebagai
respon terhadap isapan bayi. Menyusui dini akan menyebabkan adanya sentuhan, emutan dan
jilatan bayi pada puting ibu selama proses menyusui akan merangsang keluarnya oksitosin yang
menyebabkan rahim berkontraksi. Sehingga membantu mengurangi perdarahan dan mempercepat
proses involusi uteri. Karena oksitosin sendiri merupakan simultan kuat bagi otot uterus terutama
bagi ibu post partum primipara.

PENUTUP
Dari hasil análisis uji t 2 sampel bebas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh inisiasi
menyusui dini terhadap involusi uteri pada ibu post partum primipara..

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, prof. Dr.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Elky.2008.Inisiasi Menyusui Dini Cegah Potensi kematian.http: // www.Berita Jakarta.com / v_Ind /
Berita _23-01-08.
Hellen Farrer.2001.Perawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Ed_2: Jakarta: EGC
Nuhsan Umar.2000.Manfaat Pemakaian Asi Ekslusif.From http: // www.Manfaat Asi.com
Nursalam.(2008) Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Rineka
Cipta
Prawiroharjo, Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan. Jakarta; YBPSP
Palmer,Linda Falden.(2000).Baby Mattr,What Your Doktor May Not Tell You About Caring For
Your Baby. Retrived Agustus 2007, From http: // www.Baby mattr. Co.id ( di akses tgl 18-
01-2009)
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPS.
Rahadian.2007.Manfaat Inisiasi Menyusui Dini.From http: // www.ayahbunda.com (di akses tgl 6-
01-2009)
Roesli Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: pustaka bunda.
Ramali, Ahmad. 2005. Kamus kedokteran. Cet.26_Jakarta: Djambatan.
Senior, Farida.(2008).Keajaiban Inisiasi Menyusui Dini. From http: // www.blogspot.com (di akses
tgl 12-02-2009)
Soekidjo Notoatmodjo.(2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta
Soekidjo, Notoatmodjo.(2003). Pendidikan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Suprijadi.2003.Asuhan Kebidanan Post partum. Jakarta. PUSDIKNAKES – WHO _ JHPIEGO.
Sugiono. Prof.Dr.2007. Statistika untuk penelitian, Bandung.ALFABETA
Utami Roesli .2008.Ayah dan Bunda. http: // www.ayahdanbunda.com.(di akses tgl 12 januari)
UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi: Bandung. EGC
Majalah Parent Quit.3. Manfaat Lain Inisiasi Menyusui Dini.(Mei 2008)
Intrathecal Labour Analgesia (Dian Eka Januriwasti) 103
ART I KEL KE S E HATA
N
INTRATHEC
AL
LABOUR
ANALGESI
A (ILA)
DIAN EKA JA
Akademi Kebidan
Husada Ma

P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
N
y
e
r
i

s
e
l
a
m
a

p
e
r
s
a
l
i
n
a
n

a
d
a
l
a
h

s
e
s
u
a
t
u

y
a
n
g

n
o
r
mal, karena nyeri ini berasal dari kontraksi uterus. Kontraksi ritmik N
uterus dan dilatasi servik yang progresif pada kala I U
menyebabkan sensasi nyeri selama kala I persalinan. Impuls saraf T
aferen dari servik dan uterus ditransmisikan ke medula spinalis U
melalui segmen Thorakal 10 – Lumbal 1. Hal ini biasanya akan P
menyebabkan nyeri pada daerah perut bagian bawah dan daerah
pinggang serta sakrum. Namun kondisi ini tidak dapat lagi dikatakan I
sebagai kondisi fisiologis jika, nyeri disertai dengan perasaan takut L
dan tegang yang merupakan factor yang mempengaruhi persepsi A
nyeri. Dampak nyeri terhadap ibu yang akan bersalin yaitu
meningkatkan katekolamin yang menyebabkan takikardi, hypertensi a
dan gangguan konsumsi oksigen yang juga akan menimbulkan d
dampak negative terhadap janin. Karena gangguan konsumsi a
oksigen yang dialami oleh ibu akan menyebabkan gangguan utero l
placentair BF yang berlanjut dengan Hypoksia pada janin. a
h
PERSA
LINAN t
TANPA i
RASA n
NYERI d
a
Dewasa ini dikenal beberapa jenis metode persalinan tanpa k
rasa nyeri, baik metode nonfarmakologi hingga metode farmakologi. a
Beberapa metode persalinan yang dikenal antara lain Hypnotherapy, n
Waterbirth, pemberian pethidine, entomox, anastesi epidural dan
Transcutaneous Electrical Nerves Stimulation (TENS). masing- u
masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun belum n
ada metode yang memenuhi tiga hal penting yang perlu diperhatikan t
untuk menghilangkan rasa sakit persalinan adalah : Keamanan, u
kemudahan dan jaminan terhadap homeostasis janin. Hingga k
kemudian dikenal metode yang dinilai hampir tidak memiliki
efeksamping baik pada ibu maupun pada janin dibandingkan dengan
m
metode lainnya, metode ini disebut metode Intrathecal labour
e
Analgeesia (ILA). ILA baru dikenal di Indonesia sehingga masih
r
banyak yang belum mengetahui dan menggunakan metode ILA.
e
ILA adalah metode pengurang rasa sakit dengan system
d
penyuntikan anastesi melalui ruang intrathecal pada sumsum tulang
a
belakang ibu yang diberikan pada pembukaan di atas 4 cm.
Caranya hampir mirip dengan teknik anestesi regional (epidural), k
tapi ada perbedaan yang cukup a
mencolok antara ILA dan epidural. Epidural memakai dosis obat n
cukup tinggi dan disuntikkan ke ruangan sebelum mencapai selaput
otak. Kekurangannya otot-otot ibu terpengaruh obat bius sehingga n
saat mengejan, kekuatan ibu jadi lemah karena ada bagian saraf y
yang "diblok". Sedangkan dalam metode ILA, dosis obat bius yang e
digunakan hanya sepersepuluh obat epidural. Jarum suntiknya pun r
lebih lembut dan dimasukkan langsung ke dalam selaput otak. i
Kelebihannya di dalam selaput otak tidak ada pembuluh darah
sehingga obat bius tidak menyebar. ILA juga hanya memblok rasa p
nyeri saja tanpa memblok motorik ibu. Ini berarti obat bius tidak akan e
memengaruhi otot-otot tubuh ibu. Bahkan, setelah diberi ILA, ibu r
hamil tetap bebas berjalan-jalan. Kekuatan efek ILA pun lebih lama s
dari epidural. Jika masa kerja epidural hanya 1-2 jam, ILA antara a
10-12 jam. Efek epidural setiap 2 jam harus ditambah. Ini berarti l
volume dan dosis obat akan bertambah terus sehingga membuka i
peluang untuk masuk ke dalam sirkulasi darah dan pada n
akhirnya masuk ke dalam tubuh janin. Akibatnya, janin bisa a
terpengaruh, misalnya, saat lahir akan n
terlihat mengantuk. Sedangkan ILA hanya bekerja ,
di susunan saraf pusat ibunya.
Keuntungan ILA antara lain: efektif menghilangkan nyeri d
persalinan selama kala I dan II a
persalinan, memfasilitasi kooperasi (Kerjasama) pasien selama n
persalinan dan kelahiran, anestesi untuk tindakan episiotomi atau
Persalinan Pervagina dengan Tindakan Operatif (PPTO), dapat untuk p
anestesi operasi sesar (Time Related), tidak menyebabkan depresi r
nafas baik pada janin maupun ibu yang disebabkan oleh opioid. o
Ada beberapa kontraindikasi dari ILA yaitu : persangkaan s
Disproporsi Kepala Panggul (Resiko Ruptura Uteri). penolakan oleh e
pasien. perdarahan Aktif, Maternal Septicemia, Infeksi disekitar s
lokasi suntikan, dan kelainan pembekuan darah. Efek samping ILA
yang mungkin timbul namun dapat diatasi adalah perasaan mual, p
penurunan tekanan darah serta gatal-gatal ringan. e
r
P s
E
alinan berjalan seperti biasa. Tindakan hanya dilakukan bila
diagnosis persalinan telah ditegakkan dan pasien telah meminta
untuk dilakukan prosedur meredakan nyeri persalinan. Pemantauan
status umum dan kemajuan persalinan harus dilakukan dengan
baik selama tindakan ILA dilakukan. Komunikasi, informasi dan
Edukasi untik pasien sangat penting terutama dalam kerjasama
pimpinan persalinan. Walaupun memiliki beberapa resiko tampaknya
Intrathecal Labour Analgesia
104 Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Vol. 2, No. 2, September 2009 : 103 - 104

untuk Persalinan tanpa Rasa Sakit memiliki banyak keuntungan dan membawa kenyamanan
tersendiri bagi ibu melahirkan dengan keamanan yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Evariny. (2007). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. BIP. Jakarta
Arfian, Soffin. (2008). Persalinan Tanpa Rasa Sakit : Tren Baru Kenyamanan Bagi Ibu Melahirkan
http://pkusolo.wordpress.com/2008/01/12/persalinan-tanpa-rasa-sakit-tren-baru-
kenyamanan-bagi-ibu-melahirkan. diakses tanggal 08 Desember 2009.
Siagian, Sahat. (2009). Metode Modern atasi Rasa Nyeri Pada Persalinan. RS. Telogo Rejo.
Semarang
Tamsuri, Anas. (2007). Konsep dan penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta
Panduan Bagi Penulis Naskah Jurnal
OBSGIN (Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan
Kandungan) Akademi Kebidanan Ngudia Husada
Madura

1. Naskah yang dikirim ke redaksi adalah naskah teknik sampling, variabel dan parameter
yang belum pernah dipublikasikan di tempat lain yang diteliti, teknik pengumpulan data
baik dalam bentuk cetakan atau media lainnya serta teknik pengolahan dan analisa data
2. Dewan penyunting berhak mengedit naskah yang termasuk uji statistic yang digunakan
masuk untuk kesamaan format tanpa mengubah 6) HASIL DAN PEMBAHASAN, berisi hasil
substansi penelitian dan pembahasan ilmiah yang
3. Naskah di ketik dalam disket dengan jenis font arial didukung oleh teori yang digunakan
9. Naskah dicetak dalam kertas HVS ukuran A4 peneliti dan argumentasi peneliti sendiri
dengan jarak 2 spasi pada 1 sisi (tidak bolak-balik) 7) SIMPULAN DAN SARAN, simpulan
dengan panjang tulisan 12 – 15 halaman. memuat pernyataan singkat tentang hasil
4. Naskah artikel ilmiah, artikel kesehatan, critical penelitian yang dikaitkan dengan tujuan
apraisal dan new release diketik dalam satu kolom dan hipotesis penelitian (jika ada). Saran
sedang penelitian ilmiah diketik 2 kolom. berhubungan dengan pengembangan
5. Naskah diketik dalam bahasa indonesia atau penelitian selanjutnya
bahasa inggris dengan bahasa akademik 8) DAFTAR PUSTAKA, menggunakan
6. Sistematika penulisan : system Harvard (nama dan tahun) yang
a. ARTIKEL ILMIAH/KESEHATAN disusun menurut abjad serta
1) JUDUL, harus ringkas dan jelas (tidak mencamtumkan (a) untuk buku : nama
lebih dari 15 kata), dibawah judul harus penulis, tahun terbit, editor (bila ada),
tertulis nama penulis dan asal institusi judul buku, kota penerbit dan penerbit.
2) PENDAHULUAN, meliputi latar belakang (b) untuk terbitan berkala : nama penulis,
masalah yang dibahas dan manfaat dari tahun terbit, judul tulisan, judul terbitan,
artikel yang dibuat penulis bulan dan tahun terbit, volume, nomor
3) ISI MATERI, memuat materi, dan nomor halaman.
pembahasan ilmiah dan argumentasi c. CRITICAL APPRAISAL
penulis 1) JUDUL, harus ringkas dan jelas (tidak
4) PENUTUP, terdiri dari simpulan dan lebih dari 15 kata), dibawah judul harus
saran dari penulis tentang materi dan ditulis nama penulis dan asal institusi
masalah yang dibahas 2) ISI MATERI, berisi gambaran umum
5) DAFTAR PUSTAKA, menggunakan penelitian yang meliputi metode
sistem harvard penelitian, hasil penelitian, kritik dan
b. PENELITIAN ILMIAH saran terhadap penelitian tersebut
1) JUDUL, harus ringkas dan jelas (tidak d. NEW RELEASE
lebih dari 15 kata), dibawah judul ditulis 1) JUDUL, harus ringkas dan jelas (tidak
nama penulis (atau para penulis), asal lebih dari 15 kata), dibawah judul harus
institusi, alamat penulis untuk tertulis nama penulis dan asal institusi
korespondensi. Bila para penulis 2) PENDAHULUAN, meliputi latar belakang
memiliki alamat yang berbeda, maka masalah dan manfaat
harus diberi tanda yang dapat 3) ISI MATERI, berisi pembahasan dan
membedakan (seperti * atau **) dan argumentasi dari materi yang dibahas
masing-masing tanda diberi nama 4) PENUTUP, terdiri dari simpulan dan
institusinya saran dari materi yang dibahas
2) ABSTRAK, ditulis dalam bahasa inggris 5) DAFTAR PUSTAKA, menggunakan
tidak lebih dari 250 kata. Merupakan sistem harvard
intisari dari masalah, tujuan, manfaat, 7. Tabel dan gambar
metode, hasil, pembahasan, simpulan, Judul tabel harus singkat dan jelas (ditulis di atas
dan saran. Dibawah abstrak ditulis kata tabel) yang disertai keterangan dibawah tabel,
kuncinya sedangkan judul gambar ditempatkan di bawah
3) PENDAHULUAN, terdiri dari latar gambar
belakang masalah, rumusan masalah, 8. Semua pernyataan, data, argumentasi yang
tujuan dan manfaat penelitian terdapat di dalam naskah yang dikirim menjadi
4) TINJAUAN PUSTAKA, merupakan tanggung jawab penulis. Oleh karena itu penerbit,
landasan teori yang mendukung isi dewan penyunting, dan seluruh staf Jurnal
naskah penelitian baik dari penelitian OBSGIN tidak bertanggung jawab atau tidak
sebelumnya maupun teori yang sudah bersedia menerima kesulitan maupun masalah
ada apapun sehubungan dengan konsekuensi dari
5) METODE PENELITIAN, memuat tentang ketidakakuratan, kesalahan data, pendapat,
desain penelitian, populasi, sampel, maupaun pernyaaan tersebut.

-Penyunting-

Anda mungkin juga menyukai