1 (2012) 11-18
ISSN 2302 934X
Abstract – CV. Saqua Pasee merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) dengan merek produk IE RO. Perusahaan dalam menentukanpermintaan p ada
p e r i od e b e r i ku t n ya h an y a melakukan peramalan permintaan berdasarkan data penjualan periode-
periode sebelumnya. Sehinggaperusahaan tidak dapatmemenuhi permintaan pelanggan dengan tepat waktu
dan mengakibatkan penumpukan persediaan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan yang tinggi. Adapun
tujuan penelitian ini adalah merencanakan dan mengendalikan produksi Air Minum Dalam Kemasan, untuk
memenuhi permintaan yang akan datang dengan total biaya yang minima. Pendekatan yang dilakukan untuk
menentukan permintaan periode berikutnya pada CV. Saqua Pasee dilakukan dengan peramalan metode Time
Series, dan perencanaan pengendalian produksi dengan Metode Perencanaan Heuristik dan Optimasi. Hasil
yang diperoleh dari peramalan dengan bantuan Sofware Quantity System, metode terpilih yaitu pada metode
Simple Average dengan jumlah MAD terkecil sebesar 594,92. Biaya total produksi dengan menggunakan
Metode Perencanaan Heuristik adalah sebesar Rp.91.943.017 sedangkan Metode Perencanaan Optimasi
adalah sebesar Rp. 241.549.840, sehingga metode yang terpilih dalam perencanaan produksi adalah dengan
Metode Perencanaan Heuristik. Copyright ©2012 Department of industrial engineering. All rights reserved.
Manuscript received July 3, 2012; revised October 1, 2012 Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering. All rights reserved.
12
Perencanaan Pengendalian Produksi Air Minum Dalam Kemasan Menggunakan Metode Aggregate Planning
harapan semua permintaan dapat terpenuhi secara 2.1 Fungsi Perencanaan Agregat
tepat waktu dengan biaya yang minimal dan dapat
Beberapa fungsidari perencanaan agregat adalah
mengendalikan produksi sesuaidengansumberdayayang
[13]:
tersedia pada perusahaan. Perencanaan ini diusulkan
kepada bagian manajemen produksi sebagai upaya 1. Menemukan metode yang tepat untuk digunakan
menentukan cara terbaik dalam memenuhi permintaan sebagai strategi perusahaan dalam menghadapi
dengan menyesuaikan tingkat produksi, kebutuhan jumlah permintaan, sehingga ditemukan jumlah
tenaga kerja, persediaan, waktu lembur, sub kontrak biaya terkecil.
dan semua variabel yang dapat dikendalikan 2. Menjamin rencana penjualan dan rencana
perusahaan. produksi konsisten terhadap rencana strategi
perusahaan
1.2. Rumusan Masalah 3. Alat ukur performansi proses perencanaan
produksi
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
4. Menjamin kemampuan produksi konsisten
atas, maka perumusan masalah yang dilakukan dalam
terhadap rencana produksi dan membuat
penelitian ini adalah “Bagaimana merencanakan dan
penyesuaian
mengendalikan produksi untuk memenuhi permintaan
5. Memonitor hasil produk actual terhadap
yang akan datang dengan total biaya yang minimal ?
rencana produksi dan membuat penyesuaian
6. Mengatur persediaan produk jadi untuk
1.3 Tujuan Penelitian mencapai target dan membuat penyesuaian
7. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
jadwal induk produksi
merencanakan dan mengendalikan produksi Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) untuk memenuhi permintaan
2.2 Tujuan Perencanaan Agregat Planning
yang akan datang dengan total biaya yang minimal.
Perencanaan agregat bertujuan untuk [1]:
1. Mengembangkan perencanaan produksi
2. Tinjauan Pustaka yangfeasible pada tingkat menyeluruh yang
2.1 Definisi Agregat Planning akan mencapai keseimbangan antara
permintaan dan suplai dengan memperhatikan
Perencanaan agregat berarti menggabungkan biaya minimal rencana produksi yang dibuat,
sumberdaya-sumber daya yang sesuai ke dalam istilah- walaupun biaya bukan satu-satunya bahan
istilahyang lebih umum dan menyeluruh. Dengan pertimbangan.
adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, 2. Sebagai masukan perencanaan sumber
persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang dayasehingga perencanaan sumber daya
saling berkaitan., maka perencana harusmemilih tingkat dikembangkan untuk mendukung perencanaan
output untuk fasilitas selama tiga sampai delapan belas produksi
bulan ke depan. Perencanaan ini diantaranya bisa 3. Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja
diterapkan untuk perusahaan manufaktur, rumah sakit, terhadap fluktuasi permintaan
akademi serta, pernerbit buku [1].
Perencanaan agregat merupakan bagian dari 2.3 Input Perencanaan Agregat
sistemperencanaan produksi yang lebih besar, Informasi yang diperlukan untuk membuatperencanaan
sehinggapemahaman mengenai keterkaitan antara agregat yang efektif [3]:
rencana danbeberapa faktor internal dan eksternal
merupakansesuatu yang berguna. Di lingkungan 1. Sumber daya yang tersedia sepanjang
perusahaanmanufaktur, jadwal produksi utama yang perioderencana produksi harus diketahui
dihasilkanmemberikan input untuk sistem MRP 2. Data permintaan yang berasal dari peramalan dan
yangmengutamakan mengenai perolehan atau produksi pesanan yang kemudian diterjemahkan kedalam
komponen-komponen yang diperlukan. Jadwal kerja tingkat produksi
yang mendetil untuktenaga kerja dan penjadwalan 3. Memasukkan kebijakan perusahaan yang berkenaan
berprioritas untuk produk dihasilkan sebagai tahapan dengan perencanaan agregat, misalnya perubahan
terakhir sistemperencanaan produksi [6]. tingkat tenaga kerja, dan penentuan kebutuhan
sumber daya
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18
13
Amri, Trisna dan Efrida Nurhasanah Harahap
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering.All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18
14
Perencanaan Pengendalian Produksi Air Minum Dalam Kemasan Menggunakan Metode Aggregate Planning
berbentuk bilangan riil, sementara itu pada Tenaga kerja berlebih inikadang – kadang bisa
kenyataannya nilai variabel – variabel tersebut dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif
adalah bilangan bulat.Tujuan dari formulasi meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat
program linieradalah meminimasi ongkos dialokasikan yang efektif. Maka perusahaan
total yang berbentuk linier terhadap kendala dianggap menanggung ongkos menganggur yang
– kendala linier. besarnya merupakan perkalian antara jumlah
yangtidak terpakai dengan tingkat uaph dan
b) Model transportasi tunjangan lainnya.
Untuk kepentingan yang lebih efisien, 4. Inventory cost dan back order cost (ongkos
Bigelmengusulkan model perencanaan produksi persediaan dan ongkos kehabisan persediaan)
agregat dengan menggunakan teknik transport Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi
shipment problem (TSP).Model ini dilakukan dengan timbulnya kenaikan permintaan pada saat – saat
menggunakan bantuan tabel transportasi. tertentu. Konsekuensi dari kebijakakan perusahaan
Untukmemudahkan proses perencanaan agregat, adalah timbulnya ongkos penyimpanan (Inventory
metode ini dibantu dengan supply demand, dimana cost dan back order cost) yang berupa
barismenandakan alternatif kapasitas yang ada dan ongkostertahannya modal, pajak, asuransi,
kolom menunjukkan demand yang harus dipenuhi. kerusakanbahan, dan ongkos sewa gudang.
Pada setiap cell, terdapat biaya untuk masing – Kebalikan darikondisi diatas, kebijakkan tidak
masing alternative kapasitas. mengadaaan persediaan.Seolah - olah
menguntungkan tetapisebenarnya dapat
3. Biaya Perencanaan Agregat menimbulkan kerugian dalam bentuk ongkos
kehabisan persediaan.Ongkos kehabisan persediaan
Sebagian besar metode perencanana agregat ini dihitung berdasarkan berapa permintaan yang
menentukan suatu rencana yang minimasi biaya. Jika datang tetapi tidak dilayani karena barang yang
permintaan diketahui, maka biaya-biaya berikut harus diminta tidak tersedia.Kondisi ini pada sistem MTO.
dipertimbangkan [3]: Akan mengakibatkan jadwal penyerahan order
1. Haring cost (ongkos penambahan tenaga kerja) terlambat, sedangkan pada sistem MTS akan
Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos - mengakibatkan beralihnya pelanggan ke produk lain.
ongkos untuk iklan, proses seleksi, dan training. Kekecewaanpelanggan karena tidak tersedianya
Ongkos training merupakan ongkos yang besar barang yang dibutuhkan sehingga akan
apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan,
keja baru yang belum berpengalaman. dimana kerugian tersebut dikelompokan sebagai
2. Faring cost (ongkos pemberhentian tenaga keja) ongkos kehabisan persediaan. Ini samanilainya
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena dengan pemesanan kembali bilakonsumen masih
semakin rendahnya permintaan akan produk yang bersedia menungu.
dihasilkan, sehingga tingkat produksi akan menurun
secara drastis ataupun karena persoalan teknis 5. Sub-contract (ongkos SubKontrak)
seperti produktivitas yang menurun, serta factor Pada saat permintaan melebihi kemampuan
yang ada pada diri tenga kerja itu kapasitas reguler, biasanya perusahaan
sendiri.pemberhentian ini mengakibatkan menSubKontrak kelebihan permintaan yang tidak
perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain.
bagi karyawan yang di PHK, menurunkan moral kerja Konsekuensinya dari kebijakan ini adalah timbulnya
dan produktifitas karyawan yang masih bekerja, dan ongkos SubKontrak, dimana biasanya ongkos
tekanan yang bersifat sosial. menSubKontrak ini menjadi lebih mahal
3. Overtime cost dan undertime cost (ongkos dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya
lemburdan ongkos menganggur) Penggunaan waktu resiko terjadinya keterlambatan penyerahan dari
lembur bertujuan untuk meningkatkan output kontraktor [2].
produksi, tetapi konsekuensinya perusahaan harus
mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang 3. Metodologi Penelitian
biasanya 150% dari ongkos kerja regular. Disamping Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
ongkos tersebutadanya lembur biasanya akan terbagi menjadi beberapa tahap, Yaitu : Pendahuluan,
memperbesar tingkat absen karyawan dikarenakan Tinjauan Pustaka, Analisa Hasil, Kesimpulan dan saran
faktor kelelahan fisikpekerja. Kebalikan dari kondisi Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam
diatas adalah bilaperusahaan mempunyai kelebihan penelitian ini adalah sebagai berikut :
tenagakerja dibandingkan dengan jumlah tenaga a. Data Jumlah Permintaan Perusahaan
kerjayang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. b. Data Produksi
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18
15
Amri, Trisna dan Efrida Nurhasanah Harahap
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering.All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18
16
Perencanaan Pengendalian Produksi Air Minum Dalam Kemasan Menggunakan Metode Aggregate Planning
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18
17
Amri, Trisna dan Efrida Nurhasanah Harahap
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering.All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18
18
Perencanaan Pengendalian Produksi Air Minum Dalam Kemasan Menggunakan Metode Aggregate Planning
5 Kesimpulan
Perencanaan Agregat dapat dilakukan denganmetoda
Heuristik, antara lain : MetodaPengendalian tenaga
kerja, Metoda PengendalianSub Kontrak, dan Metoda
Campuran denganOvertime..
Penggunaan Metode Perencanaan Heuristik
memberikan solusi terbaik dengan besar biaya total
produksi yang lebih rendah yaitu Rp. 91.943.017
dibandingkan dengan metode optimasi,
6 Daftar Pustaka
[1] Sukendar, Irfan, (2008). Metode Aggregate Planning Heuristik
Sebagai Perencanaan Dan Pengendalian Produksi Untuk
Minimasi Biaya (Prosiding Seminar National Teknoin 2008
Universitas Islam Sultan Agung
[2] Nasir, Jamal, (2004). Penentuan Tenaga Kerja OptimalDengan
Aggregate Planning (Studi kasus pada PT Arjuna batu).
JurnalManajemen Fakultas Ekonomi Universitas Gajayana
Malang.
[3] Firdaus, Ahmad (2008). Analisis Perencanaan Persediaan Bahan
Baku (Studi Kasus PD Gunung Mas Jambi), Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, Vol. 8 No. 2.
[4] Assauri Sofyan (2000). Manajemen Produksi, penerbit BPFE
UGM, Jakarta.
[5] Kotler, P, (1986). Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan
dan Pengendalian), Edisi Kelima, Jakarta, Penerbit Erlannga.
[6] Rangkuti, Freddy, (1995). Manajemen Persediaan, Surabaya,
Grapindo Persada.
[7] Sofyan, Dianan Khairani, (2011) Perencanaa dan Pengendalian
Produksi (Bahan Ajar Kuliah PPIC) Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe
[8] http://kurniablogsport.com.Proposal Seminar 1 Perencanaan
Aggregate.html
Copyright ©2012 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2012) 11-18