0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
159 tayangan91 halaman
Berdasarkan dokumen tersebut, ringkasan singkatnya adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat.
2. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan berat badan yang lebih besar pada bayi yang dipijat dibandingkan yang tidak dipijat.
3. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan berat badan bayi usia 3
Berdasarkan dokumen tersebut, ringkasan singkatnya adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat.
2. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan berat badan yang lebih besar pada bayi yang dipijat dibandingkan yang tidak dipijat.
3. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan berat badan bayi usia 3
Berdasarkan dokumen tersebut, ringkasan singkatnya adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat.
2. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan berat badan yang lebih besar pada bayi yang dipijat dibandingkan yang tidak dipijat.
3. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan berat badan bayi usia 3
(Di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Tahun 2013)
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH AMELIA YULIANA NIM : P27824210001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN MAGETAN 2013
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 3-5 BULAN YANG DIPIJAT DAN TIDAK DIPIJAT (Di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Tahun 2013)
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III Kebidanan Kampus Magetan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
OLEH AMELIA YULIANA NIM : P27824210001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN MAGETAN 2013 i
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN PADA UJIAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH TANGGAL 10 JULI 2013
OLEH
Pembimbing I
AGUNG SUHARTO, APP.,S.Pd.,M.Kes NIP. 19691006 199003 1 002
Pembimbing II
TINUK ESTI HANDAYANI, SST.,M.Kes NIP. 19690317 198903 2 004
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM PENGUJI UJIAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN POLITEKTIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA PADA TANGGAL : 17 JULI 2013
MENGESAHKAN
TIM PENGUJI
TANDA TANGAN
Ketua : Budi Joko Santosa, SKM., M.Kes .......................
Anggota I : Tinuk Esti Handayani, SST., M.Kes ........................
Anggota II : Agung Suharto, APP., S.Pd., M.Kes ........................
Mengetahui , Ketua Program Studi D III Kebidanan Kampus Magetan
SULIKAH, SST., M.Kes NIP. 196806231988032001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat, rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan berjudul Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Yang Dipijat Dan Tidak Dipijat Di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2013 diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan Kampus Magetan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. H. Bambang Guruh Irianto, AIM., MM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Ibu Hj. Klanting Kasiati, S,Pd., AMd.Keb., M.Kes, selaku Ketua jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Ibu Sulikah, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kampus Magetan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas belajar. iv
4. Bapak Agung Suharto, APP., S.Pd., M.Kes, selaku pembimbing dan penguji I yang dengan penuh kesabaran, ketekunan, perhatian, bimbingan, dan pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 5. Ibu Tinuk Esti Handayani, SST., M.Kes, selaku pembimbing dan penguji II yang dengan penuh kesabaran, ketekunan, perhatian, bimbingan, dan pengarahan, serta saran-saran dalam penuyusunan Karya Tulis Ilmiah. 6. Bapak Budi Joko Santosa, SKM., M.Kes, selaku Ketua Penguji yang memberikan saran, koreksi serta masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 7. Bapak Mulyono, S.Sos, selaku Kepala Kelurahan Tawanganom yang telah memberikan izin penelitian, sehingga penelitian dapat dilaksanankan di Kelurahan Tawanganom. 8. Ibu Ima, Amd.Keb, selaku bidan desa yang berada di Kelurahan Tawanganom, yang telah memberikan ijin dan banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkannya. Magetan, Juli 2013
Peneliti
v
ABSTRAK
Pijat bayi merupakan stimulasi taktil yang memiliki keuntungan dalam proses tumbuh kembang bayi. Hasil studi pendahuluan di Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan tahun 2013 pada 10 ibu yang memiliki bayi usia 3-5 bulan terdapat 60% bayi yang sudah pernah dipijat, 40% bayi yang belum pernah dipijat ke ahli fisioterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan Quasy Experimental Design berupa Non equivalent control group design dengan populasi 20 bayi yang dipijat dan tidak dipijat. Penelitian ini menggunakan sampel total populasi. Variabel independent adalah pijat bayi, sedangkan variabel dependent adalah berat badan bayi, menggunakan skala rasio. Instrumen pengumpulan data menggunakan timbangan berat badan bayi dalam satuan gram. Uji statistik yang digunakan independent Samplet T-Test dengan probabilitas p=0,05. Kriteria penolakan H 0 jika p<0,005. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata berat badan bayi yang dipijat mengalami peningkatan yang lebih besar dari pada berat badan bayi yang tidak dipijat. Nilai rerata berat badan bayi sebelum dipijat 5840 g dan sesudah dipijat 6460 g, nilai rerata berat badan bayi awal 4 minggu yang tidak dipijat 5810 g dan akhir 4 minggu 6080 g. Hasil analisis statistik Independent T-Test didapat nilai p=0,000 (< 0,05), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat. Disarankan untuk para orangtua dan ibu yang memiliki bayi dapat memijat bayinya sendiri sehingga tumbuh kembang bayi bisa optimal. Bagi peneliti lain diharapkan menggunakan populasi yang lebih luas dan metode pijat bayi yang lebih baik.
Kata kunci: Pijat bayi, berat badan bayi
vi
DAFTAR ISI
Halaman: HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv ABSTRAK.......................................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 5 1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 6 1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 6 1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 9 2.2 Pijat Bayi ................................................................................................. 10 2.3 Berat Badan ............................................................................................. 30 2.4 Hubungan Antara Pijat Bayi dengan Kenaikan Berat Badan .................. 36 2.5 Kerangka Konsep .................................................................................... 36 2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 38 BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................... 39 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 39 3.2 Rancangan Penelitian .............................................................................. 39 vii
3.3 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................................... 41 3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.................................................. 43 3.5 Variabel Penelitian .................................................................................. 45 3.6 Definisi Operasional................................................................................ 45 3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 46 3.8 Instrumen dan Tehnik Pengumpulan Data .............................................. 46 3.9 Etika Penelitian ....................................................................................... 50 3.10 Keterbatasan ............................................................................................ 51 BAB 4 HASIL PENELITIAN........................................................................... 52 4.1 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat .......... 52 4.2 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu Yang Tidak Dipijat ................................................................. 53 4.3 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat Bayi ............................................................................................. 53 4.4 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu Tidak Dipijat ................................................................ 54 4.5 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan yang Dipijat dan Tidak Dipijat........................................................................................... 55 BAB 5 PEMBAHASAN.................................................................................... 57 5.1 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat .......... 57 5.2 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat .................................................................. 58 5.3 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat ...................................................................................... 59 5.4 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat........................................................ 61 5.5 Perbedaan Berat Badan Bayi 3-5 Bulan yang Dipijat dan Tidak Dipijat 62 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 64 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64 6.2 Saran ........................................................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66 LAMPIRAN ....................................................................................................... 68
viii
DAFTAR TABEL
Halaman: Tabel 2.1 Pertambahan Ukuran Tubuh Berdasarkan Umur Dengan Berat Badan Panjang Badan Dan Lingkar Kepala .............................. 35 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 46 Tabel 4.1 Hasil uji Paired Samples Correlations Pada Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum Dan Sesudah Dipijat Bayi........................... 54 Tabel 4.2 Hasil uji Paired Samples Correlations Pada Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat....................................................................................... 55 Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas........................................................................ 55 Tabel 4.4 Hasil Uji Independent Samples T-Test................................................ 56
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 37 Gambar 3.1 Rancangan penelitian non equivalent control group ...................... 40 Gambar 3.2 Kerangka Operasional ..................................................................... 42 Gambar 4.1 Rerata Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat............................................................................... 52 Gambar 4.2 Rerata Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat............................................... 53
ix x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman: Lampiran 1 Surat Keterangan Izin Pengambilan Data dan Penelitian ................ 68 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Dari Kelurahan Tawanganom......... 70 Lampiran 3 Informed Consent ............................................................................ 71 Lampiran 4 Pengumpulan Data ........................................................................... 72 Lampiran 5 Hasil Analisis Data......................................................................... 73 xi
DAFTAR SINGKATAN
AgRP : Agouti-Related Protein AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome AKB : Angka Kematian Bayi ASI : Air Susu Ibu EEG : Electro Encephalogram GH : Growth Hormone GHS-R : Growth Hormone Secretagogue Reseptor gr : Gram HIV : Human Immunodeficiency Virus Kg : Kilo Gram KMS : Kartu Menuju Sehat MDGs : Millenium Development goals NPY : Neuropeptida Y ODC : Ornithine Decarboxylase
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Millenium Development goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global yang memiliki beberapa tujuan yaitu, Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua, Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan, Menurunkan Angka Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya, Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan (Anonim, 2012). Salah satu tujuan MDGs yaitu menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015. Indikator Angka Kematian Balita yang paling penting adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai sejauh mana ketercapaian kesejahterahan rakyat sebagai hasil dari pelaksanann pembangunan bidang kesehatan. Departemen Kesehatan telah mematok target penurunan angka kematian bayi di Indonesia dari rata-rata 36 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015. Dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau dapat membantu penurunan angka kematian bayi. Salah satu cara tradisional yang sering dilakukan masyarakat Indonesia untuk memelihara kesehatan bayi yaitu dengan terapi sentuhan. Terapi ini cukup efektif, efisien, ekonomis, dan aman. 1
Apalagi kalau yang melakukan orang tua si bayi sendiri, karena merawat bayi sendiri merupakan kebahagian yang tidak ternilai. Sentuhan adalah bahasa pertama bagi ibu dan bayi. Sebagai alat komunikasi utama, sentuhan memainkan peran penting dalam pembentukan hubungan awal orangtua dan anak. Sentuhan dalam bentuk pijatan lembut mengungkapkan rasa kasih sayang ibu dan mampu memenuhi kebutuhan bayi akan kontak fisik. Setiap perubahan emosional menimbulkan reaksi otot. Dengan mengurangi ketegangan otot, pijat bayi menenangkan emosi dan membantu meringankan beberapa trauma dan kecemasan yang berhubungan dengan masa kelahiran, lingkungan yang baru, dan masa penyapihan. Kulit memasok informasi terus-menerus ke sistem saraf pusat tentang lingkungan sekitar tubuh, melalui sentuhan kulit yang berdampak luar biasa pada perkembangan fisik, emosi, dan tumbuh kembang anak (Walker, 2011: 1-2). Pijat merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan efek fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan secara benar dan teratur pada bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh kembang bayi. Pijat pada bayi oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan emosional antara orangtua dan bayi, juga diduga dapat meningkatkan berat badan bayi (Rosalina, 2007:23). Pijat bayi merupakan tradisi lama yang digali kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, saraf, dan psikologi anak (Riksani, 2012: 6)
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk membuktikan keuntunggan pijat bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Dieter et al. (2003) meneliti efek pijat yang dilakukan sebanyak 3 kali 15 menit tiap harinya selama 5 hari pada bayi kurang bulan. Hasilnya adalah terdapat rerata peningkatan berat badan perhari 53% lebih besar pada kelompok yang dipijat dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini tentunya mendukung penggunaan pijat atau stimulasi taktil sebagai terapi yang efektif untuk bayi kurang bulan dengan kondisi yang stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Dasuki (2003) juga mendapatkan hasil bahwa pada bayi usia 4 bulan yang dipijat 2 kali seminggu selama 4 minggu terdapat peningkatan berat badan yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan tahun 2013 pada 10 ibu yang memiliki bayi usia 3-5 bulan ditemukan 4 bayi (40%) yang belum pernah dipijat salah satu diantaranya by R berusia 5 bulan yang berada di RW 03 Kelurahan Tawanganom, pada bulan Februari 2013 dilakukan penimbangan di posyandu dengan berat badan 8600 gram dan pada bulan Maret 2013 di timbang mengalami peningkatan 200 gram menjadi 8800 gram, sedangkan 6 bayi (60%) yang sudah pernah dipijat ke ahli fisioterapi, salah satu diantaranya by N berusia 5 bulan yang berada di RW 03 Kelurahan Tawanganom, pada bulan Februari 2013 dilakukan penimbangan di posyandu dengan berat badan 7900 gram dan pada bulan Maret 2013 di timbang mengalami peningkatan 300 garam menjadi 8200 gram. Pada 10 bayi (0%) tersebut belum pernah dilakukan pijat bayi oleh orangtuanya.
Beberapa dampak menguntungkan setelah melakukan pijat bayi secara teratur diantaranya adalah dapat meningkatkan berat badan bayi, meningkatkan jumlah sistem imunitas, mengubah gelombang positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan, mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, kembung dan kolik, meningkatkan hubungan batin antara orangtua dan bayinya. Berdasarkan penelitian Cynthia Mersmann dalam Roesli (2011) ibu yang memijat bayinya mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak memijat bayinya. Pada saat ini sebagian besar masyarakat hanya melakukan pijat bayi dalam kondisi tidak sehat akan lebih baik lagi jika dilakukan pada saat kondisi bayi tersebut sehat dan dilakukan secara teratur. Dampak yang merugikan dalam pelaksanan pijat harus di ketahui orang tua, oleh karena itu pemijatan dilakukan secara hati-hati untuk bagian daerah dada dan perut. Jangan terlalu sampai menekan ke perut, karena bisa mengganggu organ dalam bayi. Pijat bayi yang dilakukan dengan cara pemijatan yang berlebihan pada perut dapat menyebabkan cedera dan dapat berbahaya bila mengenai tulang rusuk (Prasetyono, 2009:18). Untuk mendukung terlaksananya pijat bayi diharapkan bidan praktek mandiri mengajarkan pada ibu pijat bayi untuk dipraktekkan di rumah. Untuk para mahasiswa kebidanan diajarkan mengenai pijat bayi sehingga sebagai calon tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan pengertian yang mendalam mengenai manfaat dan dampak yang terjadi setelah dilakukan pemijatan, dan dihasilkan bayi yang tumbuh dan berkembang secara optimal.
Salah satu manfaat pijat bayi yaitu dapat meningkatkan berat badan bayi, mengenai perbedaan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat belum banyak diidentifikasi, oleh karena itu penting dilakukan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 3 sampai 5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan tahun 2013. 1.2.Identifikasi Faktor Penyebab Masalah Pijat bayi mempunyai manfaat-manfaat, yaitu bayi lebih sehat dengan pijatan, mengembangkan komunikasi, mengurangi stres dan tekanan, mengurangi gangguan sakit, mengurangi nyeri, memahami isyarat bayi, meningkatkan percaya diri, memahami kebutuhan si kecil (Prasetyono, 2009:32-35), membuat bayi semakin tenang, meningkatkan efektifitas (tidur) bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, membantu meringankan ketidaknyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu perkembangan otak syaraf, meningkatkan gerak peristaltik, untuk perncernaan, menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernafasan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kepercayan diri ibu, membina ikatan yang kuat antara orang tua dan anak (Subakti dan Anggraini, 2009:20-24), meningkatkan berat badan (Riksani, 2012:14). Ujung-ujung saraf pada permukaan kulit akan bereaksi terhadap setiap sentuhan. Bayi sebetulnya sudah bisa membedakan berbagai macam sentuhan. Reaksi kulit terhadap sentuhan tersebut selanjutnya akan mengirimkan pesan ke otak melalui jaringan saraf yang berbeda di sumsum tulang belakang. Sentuhan
juga akn merangsang peredaran darah sehingga oksigen akan lebih banyak dikirim ke otak dan ke seluruh tubuh, serta akan menambah energi (Riksani, 2012:5-6). 1.3. Batasan Masalah Pijat bayi memberi manfaat yang sangat banyak, sehubungan dengan banyaknya manfaat dari pijat bayi, maka penulis membatasi penelitian pada perbedan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat usia 3-5 bulan di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan tahun 2013. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian Apakah ada perbedan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan tahun 2013. 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya perbedan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan tahun 2013. 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat. 2. Mengidentifikasi berat badan bayi usia 3-5 bulan awal 4 minggu dan akhir 4 minggu yang tidak dipijat.
3. Menganalisis perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat. 4. Menganalisis perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan awal 4 minggu dan akhir 4 minggu yang tidak dipijat. 5. Menganalisis perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membuktikan teori tentang pijat bayi dan hasil penelitian dari T.Field dan Scafidi (1986 & 1990) tentang pengaruh pijat bayi terrhadap peningkatan berat badan bayi. Apabila terbukti, pijat bayi tersebut dapat disosialisaikan. Manfaat teoritis pada penelitian ini juga dapat di gunakan sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian pijat bayi dan berat badan sehingga dapat disajikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian dimasa yang akan datang. 1.6.2. Manfaat Praktis 1. Bagi masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pijat bayi, serta kemandirian masyarakat untuk melakukan pijat bayi sendiri sehingga masyarakat ikut berpartisipasi dalam meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia pada umumnya.
2. Bagi institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan untuk parapendidik memberikan demonstrasi gerakan-gerakan pijat bayi kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya di lahan praktek. 3. Bagi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kesehatan bayi dengan membekali ibu-ibu hamil untuk mengisi waktu luang tentang pijat bayi pada saat ANC sehingga ibu dapat mengaplikasikannya setelah bayi lahir. 4. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat digunakan peneliti lain sebagai dasar penelitian berikutnya tentang pijat bayi serta dapat membantu memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan dalam ilmu pengetahuan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu Di India, Mathai et al. (2003) dalam Dewi (2011:1) meneliti pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan fisik dan perilaku pada bayi kurang bulan . Hasilnya adalah bahwa pada kelompok bayi yang dipijat terdapat peningkatan berat badan 4,24 g/hari atau 21,9% lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Dieter et al. (2003) dalam Dewi (2011:1) meneliti efek pijat yang dilakukan sebanyak 3 kali 15 menit tiap harinya selama 5 hari pada bayi kurang bulan. Hasilnya adalah terdapat rerata peningkatan berat badan perhari 53% lebih besar pada kelompok yang dipijat dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini tentunya mendukung penggunaan pijat atau stimulasi taktil sebagai terapi yang efektif untuk bayi kurang bulan dengan kondisi yang stabil. Namun penelitian yang dilakukan oleh Blanchard et al. (1991) dalam Dewi (2011:1) pada bayi kurang bulan tidak menunjukkan perbedaan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala yang bermakna antara kelompok bayi yang dipijat dan yang tidak dipijat. Penelitian yang dilakukan oleh Rosalina et al. (1999) dalam Dewi (2011:1) pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI eksklusif didapatkan bahwa bayi yang mendapat pijatan sebanyak 2 kali per hari selama 12 minggu mengalami peningkatan 3 kali berat badan yang lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
9
Penelitian yang dilakukan oleh Dasuki (2003) dalam Dewi (2011:2) juga mendapatkan hasil bahwa pada bayi usia 4 bulan yang dipijat 2 kali seminggu selama 4 minggu terdapat peningkatan berat badan yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian pijat bayi cukup bulan oleh Serrano et al. (2010) dalam Dewi (2011:2) menunjukkan peningkatan berat badan bermakna saat berusia 2 bulan pada kelompok bayi yang dipijat, namun tidak didapatkan peningkatan berat badan bermakna saat bayi berusia 4 bulan dibandingkan kelompok kontrol. 2.2 Pijat Bayi 2.2.1 Pengertian pijat bayi Pijat merupakan terapi sentuh dan seni perawatan serta pengobatan tertua paling popular yang di kenal manusia serta telah dipraktekkan sejak berabad-abad silam. Pemijatan merupakan salah satu teknik yang mengkombinasikan manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat emosional seperti ikatan batin (bonding) (Roesli, 2011:2). Pijat bayi bisa disebut dengan stimulus touch dapat diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi. Pijat yang diberikan pada bayi diawali dengan sentuhan. Sentuhan ini secara bertahap ditingkatkan tekanannya sesuai dengan usia bayi (Roesli, 2011:2). 2.2.2 Mekanisme dasar pemijatan (Fisiologi pijat bayi) Fisiologi pijat bayi atau mekanisme dasar pemijatan memang belum banyak diketahui. Namun, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori yang
menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, menurut Roesli (2001:10-12) antara lain: 1. Betha endhorphin mempengaruhi mekanisme pertumbuhan Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Schanberg dari Duke University Medical School melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus dan ditemukan bahwa jika hubungan taktil (jilat-jilatan) ibu tikus kepada bayinya terganggu akan menyebabkan hal-hal berikut ini: a. Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase) suatu enzim yang menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan. b. Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan. c. Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon pertumbuhan. Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical betha-endorphine, yang akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC jaringan. 2. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan Makanan Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat.
3. Aktivitas Nervus Vagus Meningkatkan Volume ASI Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas Nervus Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI. 4. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glucocorticoid (adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress). Penurunan kadar hormon stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG. 5. Pijatan Dapat Mengubah Gelombang Otak Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (electro encephalogram). 2.2.3 Manfaat pijat bayi 1. Manfaat pijat bayi menurut Roesli (2011:5-8) adalah sebagai berikut : Setelah bertahun-tahun melakukan riset, para ilmuwan telah berhasil mem- buktikan secara ilmiah mengenai manfaat terapi sentuh dan pijat pada bayi. Pemijatan menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat
diukur secara ilmiah antara lain melalui pengukuran kadar kortisol ludah, kadar kortisol plasma secara radioimmunoassay, kadar hormon stres (cathecolamin) air seni, dan pemeriksaan EEG (electro encephalography, gambaran gelombang otak). Efek biokimia dan fisik yang positif dalam pijat bayi menurut Roesli (2011:5) adalah sebagai berikut: a. Efek biokimia yang positif dari pijat bayi, antara lain : 1) menurunkan kadar hormon stres (catecholamine), dan 2) meningkatkan kadar serotonin. b. Efek fisik/klinis dari pijat bayi, antara lain : 1) meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami), 2) mengubah gelombang otak secara positif, 3) memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan, 4) mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), 5) merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, 6) meningkatkan kenaikan berat badan, 7) mengurangi depresi dan ketegangan, 8) meningkatkan kesiagaan, 9) membuat tidur lebih lelap, 10) mengurangi rasa sakit, 11) meningkatkan hubungan batin antara orangtua dan bayinya (bonding), dan meningkatkan volume ASI. 2. Manfaat pijat bayi menurut Walker (2011:18) adalah sebagai berikut : Mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh, meningkatkan koordinasi dan kelenturan otot serta mengatasi kaku otot dan sendi, menghilangkan otot yang kaku atau tegang dan menyesuaikan persendian, meningkatkan kelenturan tulang belakang dan menguatkan otot-ptot pendukungnya, membantu pencernaan dan menenangkan tubuh dengan mempermudah
relaksasi perut, memaksimalkan volume pernapasan. peningkatan suplai oksigen dan sirkulasi yang baik akan membantu bayi berkembang, memantapkan kesatuan dan posisi persendian utama dan keselarasan otot-otot yang mengendalikan persendian tersebut, membersihkan kulit dan membuatnya terpapar cahaya dan oksigen. 3. Beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat pijat bayi dalam buku Pedoman Pijat Bayi oleh Roesli (2011:7-8), antara lain : a. Meningkatkan berat badan Penelitian yang dilakukan oleh prof. T. Field & scafidi (1986 & 1990) menunjukkan bahwa pada 20 bayi premature (berat badan 1.280 dan 1.176 gram), yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan per hari 20%-47% lebih banyak daripada yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1 3 bulan, yang dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dari control. b. Meningkatkan pertumbuhan Scanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan bahwa tanpa dilakukannya rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi penurunan hormone pertumbuhan. c. Meningkatkan daya tahan tubuh Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah dan toksisitas sel pembunuh alami (natural killer cells). Hal tersebut
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada penderita AIDS. d. Meningkatkan konsentrasi bayi & membuat bayi tidur lebih lelap Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal matematika. Setelah itu dilakukan pemijatan pad anak-anak tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya, pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat. e. Membina ikatan kasih sayang orang tua & anak (bonding) Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih antara keduanya. Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua adalah dasar perkrmbangan komunikasi yang akan memupuk cinta kasih secara timbal balik. Semua ini akan menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik yang percaya diri.
2.2.4 Kerugian 1. Pemijatan yang dilakukan pada leher jika dilakukan dengan tekan yang berlebih sampai menyentuh jakun, dapat mengakibatkan gangguan saluran pernafasan (Subakti dan Anggraini, 2009:56) 2. Pijat bayi yang dilakukan dengan cara pijatan yang berlebihan di perut dapat menyebabkan cedera dan dapat berbahaya bila mengenai tulang rusuk (Prasetyono, 2009:66) 2.2.5 Persiapan sebelum memijat 1. Langkah sebelum memulai pijat bayi menurut Walker (2011:22) Saat sesi pemijatan sebagai moment istimewa dan ciptakan suasana menyenangkan. Gunakan ruangan yang hening, hangat, dan bebas angin sehinnga ibu dan bayi terhindar dari gangguan selama proses pemijatan. Ibu dan bayi bisa lebih santai jika mendengarkan musik lembut. Letakkan cawan minyak pijat di dalam jangkauan, demikian pula popok dan handuk bersih karena bayi bisa saja pipis selama dipijat. Ibu harus tenang dan fokus,tidak merasa terganggu atau terburu-buru karena akan membuat bayi sulit merespon dengan baik. Langkah sebelum memulai pijat bayi antara lain : a. Cuci tangan dan pastikan tidak dingin b. Lepas semua perhiasan yang bisa menggores kulit bayi gunakan minyak di telapak tangan c. Lakukan sentuhan dengan berirama dan pusatkan pikiran pada apa yang sedang ibu lakukan
d. Bicara dan menyanyilah untuk sang buah hati serta pertahankan kontak mata e. Ibu harus berhenti memijat jika bayi menangis karena memijat adalah kegiatan yang ibu lukan bersama bayi bukan terhadap ibu. 2. Menurut Roesli (2001:14) & Maharani (2009:55) sebelum melakukan pemijatan harus memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Tangan bersih dan hangat b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi c. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap d. Bayi sudah selesai makan atau sedang tidak lapar e. Sediakan waktu untuk tidak diganggu minimal selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan f. Duduklah pada posisi nyaman dan tenang g. Baringkanlah bayi diatas permukaan kain yang rata, lembut, dan bersih h. Siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil atau lotion) i. Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara j. Akhiri dengan peregangan. Setelah melakukan persiapan itu, pemijatan bisa dimulai
3. Persiapan sebelum pijat bayi menurut Subakti dan Anggraini (2009:32) Ruangan yang nyaman untuk melakukan pemijatan pada bayi adalah: a. Ruangan yang hangat tetapi tidak panas Ruangan yang dinggin atau terlalu banyak angin menyebabkan bayi kedinginan dan masuk angin. Untuk menghangatkan ruangan dapat memasang lampu yang memberikan rasa hangat. b. Ruangan kering dan tidak pengap Ruangan yang pengap dan lembab menyebabkan bayi gerah. Selain itu, suasana seperti ini juga menyebabkan kulit bayi sensitif sehingga ia menjadi resah saat dipijat c. Ruangan tidak berisik Suara-suara berisik menggangu konsentrasi ibu dan bayi. Untuk menciptakan ketenagan, pastikan suara yang mengisi ruangan adalah suara ibu, ayah, dan iringan musik lembut. d. Ruangan yang penerangannya cukup Ini penting agar tidak terjadi kesalahan akurasi pada daerah yang dipijat. Penerangan yan remang-remang atau gelap menyulitkan ibu untuk membedakan warna kemerahan kulit bayi bekas pemijatan. Sebab, warna kemerahan mengindikasikan bahwa pemijatan telah cukup. e. Ruangan tanpa aroma menyengat dan menggangu Bila ingin menerapkan aroma terapi cukup dengan aroma yang muncul dari minyak saja. Tidak dianjurkan mengunakan pewangi ruangan aerosol atau benda bakar (dupa) karena membuat bayi alergi.
2.2.6 Peralatam Pijat bayi Peralatan yang dibutuhkan sebelum melakukan pijat bayi menurut Subakti dan Anggraini (2009:33) antara lain: 1. Alas yang empuk dan lembut. Misalnya kasur atau busa yang dilapisi dengan kain lembut. Luas alas ini sebesar ukuran bayi agar ibu dapat bergerak dengan bebas. Alas ini sebaiknya dalam posisi datar. 2. Handuk atau lap, popok dan baju ganti. Handuk atau lap digunakan untuk membersihkan sisa-sisa minyak yang menempel dikulit bayi. 3. Popok untuk menutup bagian tubuh bayi setelah dipijat. Menyiapkan popok hendaknya tidak terlambat (setelah dipijat baru disiapkan popok). 4. Baju ganti untuk mengganti baju lama usai pemijatan. 5. Minyak untuk memijat (baby oil, losion, dan minyak zaitun). Baby oil biasanya terbuat dari minyak alami yang terkandung dalam biji- bijian sehingga aman digunakan untuk memijat. Jika menggunakan losion, pilih yang aman dan tidak mengandung dahan kimia berbahaya. Minyak lainya yaitu minyak zaitun yang sangat baik dalam perawatan kulit, termasuk kulit bayi. Hal ini sifatnya yang lembut dan melembabkan. Tidak dianjurkan mengunakan minyak aroma terapi kecuali di bawah pengawasan dokter sepesialis anak. Sebab terlalu keras untuk kulit bayi. Menurut Walker (2009:21), Pemijatan teratur dengan minyak yang tepat akan membantu membersihkan pori-pori kulit dari sel-sel mati dan membuatnya sehat. Minyak yang diguanakan dapat berasal dari kacang-kacangan, biji- bijian, atau ampas dan sejenisnya. Bahan-bahan ini umumnya memiliki
kandungan zat berkhasiat. Minyak bunga matahari adalah jenis minyak yang bagus dan tidak berbau, sangat dianjurkan dan dapat digunakan untuk bayi prematur. Mengosokkan minyak pada kedua tangan juga membuat tangan terasa hangat. Lakukan kembali jika tangan kering tidak dapat lagi bergerak dengan mudah di permukaan kulit bayi. Jangan pernah menuang kembali sisa minyak ke dalam botol karena minyak itu bisa saja telah terkontaminasi. Langsung buang sisa minyak begitu setelah digunakan. 6. Air dan waslap Siapkan air hangat beserta handuk kecil dan washlap untuk menyeka bayi dari bekas minyak usai pemijatan. 2.2.7 Waktu pemijatan Pemijatan dapat dilakukan pada waktu pagi hari sebelum mandi, saat orangtua dan anak siap untuk mulai beraktifitas. Hal ini dilakukan agar mudah membersihkan minyak yang menempel di tubuh bayi. Waktu yang tepat untuk dilakukan pemijatan selanjutnya pada malam hari sebelum bayi tidur. Jika pijat dilakukan pada saat malam hari akan membantu tidur bayi agar lebih nyenyak (Santi, 2011:61). 2.2.8 Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijatan Menurut Roesli (2001:15-16) selama pemijatan dianjurkan melakukan hal-hal berikut: 1. Memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan berlangsung. 2. Bernyanyilah atau putarkanlah lagu-lagu yang tenang atau lembut, guna membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung.
3. Awalilah pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya apabila anda sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan. 4. Sebelum melakukan pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion yang lembut sesering mungkin dengan memastikan bayi tidak alergi terhadap minyak yang digunakan. 5. Sebaiknya, pemijatan dimulai dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Dengan demikian, akan memberi kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain dari badannya disentuh. Karenanya, urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung. 6. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi. Jika bayi menangis, cobalah untuk menenangkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikanlah pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sudah mengantuk dan sangat ingin tidur. 7. Memandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah terlumur minyak bayi (baby oil). Namun, kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak bayi. 8. Lakukan konsultasi pada dokter atau perawat untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang pemijatan bayi. 9. Hindarkan mata bayi dari baby oil.
2.2.9 Cara Pemijatan Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi. Bila bayi menangis cobalah untuk menenangkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Teknik memijat bayi, Setiap gerakan pada tahapan pemijatan bisa diulang sebanyak 6 kali. Berikut ini tahapan-tahapan pijat bayi menurut Roesli (2011:21-30) : 1. Kaki a. Perahan cara india Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang pemukul soft ball. Gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah susu. b. Peras dan putar Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara bersamaan. Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari pangkal paha kearah mata kaki. c. Telapak kaki Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jari-jari di seluruh telapak kaki. d. Tarikan lembut jari Pijatlah jari-jarinya satu persatu dengan gerakan memutar menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang lembut pada tiap ujung jari. e. Gerakan peregangan Dengan mempergunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak kaki mulai dari batas jari-jari ke arah tumit, kemudian ulangi lagi dari perbatasan jari
kearah tumit. Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut punggung kaki pada daerah pangkal kaki ke arah tumit. f. Titik tekanan Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari. g. Punggung kaki Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah punggung kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-jari secara bergantian. h. Peras & putar pergelangan kaki (ankle circles) Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari dan jari-jari lainnya di pergelangan kaki bayi. i. Perahan cara swedia Peganglah pergelangan kaki bayi. Gerakkan tangan anda secara bergantian dari pergelangan kaki ke pangkal paha. j. Gerakan menggulung Pegang pangkal paha dengan kedua tangan anda Buatlah gerakan menggulung dari pangkal paha menuju pergelangan kaki. k. Gerakan akhir Setelah gerakan a sampai k dilakukan pada kaki kanan dan kiri, rapatkan kedua kaki bayi. Letakkan kedua tangan anda secara bersamaan pada pantat dan pangkal paha. Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke arah pergelangan kaki. Ini merupakan gerakan akhir.
2. Perut Catatan : hindari pemijatan pada tulang rusuk atau ujung tulang rusuk. a. Mengayuh sepeda Lakukan gerakan memijat pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas ke bawah perut, bergantian dengan tangan kanan dan kiri. b. Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu tangan. Dengan tangan yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari-jari kaki c. Ibu jari kesamping Letakkan kedua ibu jari di samping kanan kiri pusar perut. Gerakkan kedua ibu jari ke arah tepi perut kanan dan kiri d. Bulan Matahari Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah membentuk gambar matahari {M}) beberapa kali. Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut bayi sampai bagian kiri peryt bayi (seolah membentuk gambar bulan {M}). Lakukan kedua gerakan ini bersama-sama. Tangan kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari), sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan setengah lingkaran (bulan).
e. Gerakan I Love You : I, Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan membentuk huruf I. LOVE, Pijatlah perut bayi membentuk huruf L terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah. YOU, Pijatlah perut bayi membentuk huruf U terbalik, mulai dari kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut kiri bawah. f. Gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers) Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan. Gerakkan jari-jari Anda pada perut bayi bagian kanan ke bagian kiri guna mengeluarkan gelambung-gelembung udara. 3. Dada a. Jantung besar Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan meletakkan ujung- ujung jari kedua telapak tangan Anda di tengah dada bayi/ulu hati. Buat gerakan ke atas sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas tulang selangka, lalu ke bawah membentuk bentuk jantung, dan kembali ke ulu hati. b. Kupu-kupu Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu, dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijatmenyilang dari tengah dada/ulu
hati ke arah bahu kanan, dan kembali ke ulu hati. Gerakan tangan kiri Anda ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati. 4. Tangan a. Memijat ketiak (armpits) Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah. Perlu diingat, kalau terdapat pembekakan kelenjar di daerah ketiak, sebaiknya gerakan ini tidak dilakukan. b. Perahan cara india Arah pijatan cara India ialah pijatan menjauhi tubuh. Guna pemijatan cara ini adalah untuk merelaksasi atau melemaskan otot. Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan tangan bayi. Gerakan tangan kanan mulai dari bagian pundak ke arah pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kiri dari pundak ke arah pergelangan tangan. Demikian seterusnya, gerakan tangan kanan dan kiri ke bawah secara bergantian dan berulang- ulang seolah memerah susu sapi. c. Peras dan putar (squeeze and twist) Cara lain adalah dangan menggunakan kedua tangan secara bersamaan. Peras dan putar lengan bayi denag lembut mulai dari pundak ke pergelangan tangan. d. Membuka tangan Pijat telapak tangan dengan ibu jari, dari pergelangan tangan ke arah jari- jari.
e. Putar jari-jari Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan gerakan memutar. Akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari. f. Punggung tangan Letakkan tangan bayi di antara kedua tangan anda. Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan ke arah jari-jari dengan lembut. g. Peras & putar pergelangan tangan (wrist circle) Peraslah sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk. h. Perahan cara Swedia Arah pijatan cara Swedia adalah dari pergelangan tangan ke arah badan,. Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan paru-paru. Gerakan tangan kanan dan kiri Anda secara bergantian mulai dari pergelangan tangan bayi ke arah pundak. Lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah pundak. i. Gerakan menggulung Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua telapak tangan. Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju kea rah pergelangan tangan/jari-jari.
5. Muka Umumnya tidak diperlukan minyak untuk daerah muka. a. Dahi : Menyeterika dahi (open book) Meletakkan jari-jari kedua tangan Anda pada pertengahan dahi. Tekankan jari-jari Anda dengan lembut mulai dari tengah dahi keluar ke samping kanan dan kiri seolah seolah menyeterika dahi atau membuka lembaran buku. Gerakan ke bawah ke daerah pelipis, kemudian gerakan ke dalam melalui daerah pipi di bawah mata. b. Alis: menyeterika alis Letakkan kedua ibu jari Anda antara kedua alis mata. Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan di atas kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyeterika alis. c. Hidung: Senyum I Letakkan kedua ibu jari Anda pada pertengahan alis. Tekankan ibu jari Anda dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi tepi hidung ke arah pipi dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum. d. Mulut bagian atas : Senyum II Letakkan kedua ibu jari Anda diatas mulut di bawah sekat hidung. Gerakkan kedua ibu jari Anda dari tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.
e. Mulut bagian bawah Letakkan kedua ibu jari Anda di tengah dagu. Letakkan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudia ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi tersenyum. Tekankan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi tersenyum. f. Lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw) Dengan jari kedua tangan, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah rahang bayi. g. Belakang telinga Dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri. Gerakan ke arah pertengahan dagu di bawah dagu. 6. Punggung a. Gerakan maju mundur (kursi goyang) Tengkurapkan bayi melintang di depan Anda dengan kepala di sebelah kiri dan kaki di sebelah kanan Anda. Tengkurapkan bayi melintang di depan Anda dengan kepala sebelah kiri dan kanan Anda. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.
b. Gerakan menyetrika Pegang pantat bayi dengan tangan kanan. Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah sampai bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah menyetrika punggung. c. Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki Dengan jari-jari kedua tangan Anda, buatlah gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah di sebelah kana dan kiri tulang punggung sampai ke pantat. Mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher, kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah pantat. d. Gerakan menggaruk Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan Anda pada punggung bayi. Buat gerakan ke bawah memanjang sampai ke pantat bayi. 2.3 Berat Badan 2.3.1 Pengertian Berat badan Berat badan merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan anak. Oleh karena itu, setiap bayi yang lahir pasti akan ditimbang. Berat badan akan menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan mulai dari kepala, leher, dada, perut, tangan, dan kaki. Berat badan bayi yang rendah sejak lahir menunjukan kondisi bayi yang kurang sehat. Sebaliknya, jika berat badan bayi menunjukan kisaran pola standar, dapat dipastikan bayi dalam keadan sehat (Widyastuti, 2008:15).
Jika berat badan bayi kurang dari kisaran pola standar, makan yang diberikan harus ditambah, baik jumlah maupun kandungan gizinya (untuk anak berumur 4 atau 6 bulan ke atas). Selain itu, orang tua harus waspada terhadap kondisi kesehatan buah hatinya. Dengan memantau perkembangan berat badan, diharapkan orang tua dapat mendeteksi sedini mungkin gangguan-gangguan yang mungkin diderita anak. Mengapa berat badan harus di timbang secara berkala? menurut Suparyanto dalam blognya (2010) karena Berat badan merupakan pilihan utama berbagi perhitungan, antara lain: 1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. 2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan gambaran tentang pertumbuhan. 3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru memerlukan penjelasan secara meluas. 4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur. 5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya. 6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
2.3.2 Alat Mengukur Berat Badan Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Menurut Suparyanto dalam blognya (2010), Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan antara lain: 1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain 2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya 3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg 4. Skalanya mudah dibaca 5. Cukup aman untuk menimbang anak balita. 2.3.3 Cara Menimbang Berat Badan Bayi Menurut Suryanah (1996:46-47), pengukuran Antropometri ialah pengukuran yang digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang. Agar memperoleh hasil yang tepat, diperlukan suatu patokan sebagai pedoman. Adapun pedoman antopometri bagi penentuan keadaan gizi merupakan parameter yang dipilih dan dianjurkan dan meliputi penilaian terhadao usia, berat badan, panjang badan/tinggi badan, lingkar lengan atas. Dan pengukuran ini menggunakan standar referensi untuk indonesia. Batasan usia yang digunakan tahun usia penuh (completed year) dan untuk anak usia 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (completed month). Penimbangan berat badan. Macam/jenis timbangan berat badan: timbangan injak otomatis/tidak otomatis, timbangan untuk bayi otomatis/tidak otomatis, timbangan gantung, Timbangan yang lengkap dengan pengukuran tinggi bandan. Pada penelitian ini
mengunakan timbangan untuk bayi tidak otomatis dalam satuan gram. Cara mengunakan timbangan adalah sebagai berikut : 1. Timbangan diletakan ditempat yang rata. 2. Timbangan disetel sampai menunjukan angka (0). 3. Timbangan untuk bayi diberi pengalas, dan ditimbang berapa beratnya, kemudian dicatat. 4. Bila bayi ditimbang usahakan dalam keadaan tidak berpakaian. Bila anak yang ditimbang sebaiknya memakai baju sesering mungkin, sandal/sepatu dibuka. 5. Waktu ditimbang bayi/anak dalam keadaan tenang (pada bayi jaga jangan sampai jatuh). Pada anak yang sulit ditimbang dapat dilakukan penimbangan ibunya terlebih dahulu, kemudian ibu bersama anaknya. 6. Bayi tidur terlentang di tengah-tengah timbangan tanpa menggengam atau menyentuh sesuatu. 7. Ketelitian penimbangan 0,1 Kg 8. Setelah diketahui beratnya kemudian dicatat. 2.3.4 Pengukuran berat badan Berat badan diukur dengan timbangan yang sesuai, yang mengukur berat badan sampai nilai yang terdekat dengan 10 gr atau 15 gr untuk bayi. Sebelum bayi ditimbang, timbangan diatur pada angka nol dan jarum timbangan tepat berada di bagian tengah tanda. Jika ujung jarum timbangan masih bergerak maka berta badan dapat lebih berat atau lebih ringan dari semestinya. Beberapa timbangan dirancang agar tidak perlu dikalibrasi, namun ada juga yang perlu
dikalibrasi ulang oleh pabriknya. Timbangan yang bervariasi dalam hal keakuratanya; timbangan bayi cenderung lebih akurat daripada timbangan orang dewasa, dan timbangan baru cenderung lebih akurat daripada timbangan lama, khususnya pada penimbangan yang lebih berat. Lakukan pengukuran dalam ruangan yang hangat dan nyaman (Wong, 2009:182). 2.3.5 Pertambahan Berat Badan Pada Bayi Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari berat badan lahir, pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap tahunya adalah 2-3 kg. Pada masa prasekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap tahunya kurang lebih 2-3 kg (Hidayat, 2008:15- 16). Indikator terbaik untuk kesehatan menyeluruh yang baik adalah peningkatan secara terus-menerus, terutama tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala serta dada, dengan perubahan fontanel yang normal. Berat badan antara usia 0 sampai 6 bulan berat badan bayi bertambah 682 g per bulan. Berat badan lahir bayi meningkat dua kali ketika usia 5 bulan. Berat badan rata-rata usia 6 bulan adalah 7,3 kg (Muscari, 2005:26).
Berat badan bayi dapat turun + 10% dari berat lahir dalam kurun waktu 1 minggu setelah lahir yang, disebabkan karena pengeluaran cairan dari tubuh dan masih kurangnya kemampuan minum. Berat badan ini akan kembali dan bertambah pada saat bayi berumur 2 minggu. Seiring dengan bertambahnya jumlah ASI, bayi mulai menghisap ASI dengan efisien (Nasar,dkk, 2005:7). Harus diingat bahwa beberapa saat setelah lahir bayi sudah siap untuk menghisap, sehingga ASI dapat segera diberikan. Dalam 1 bulan setelah lahir berat badan bayi harus naik kurang lebih 30 gram per hari. Kenaikan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala sampai bayi berumur 1 tahun dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Pertambahan ukuran tubuh berdasarkan umur dengan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
Sumber: Anonymous. The Nutribase Complete Book Of Food Counts edisi ke- 1 Avery, New York, 2001. Kenaikan berat badan bayi pada tahun pertama kehidupan, kalau anak mendapat gizi yang baik, adalah berkisar antara: 700-1000 gram/bulan pada triwulan1, 500-600 gram/bulan pada triwulan II, 350-450 gram pada triwulan III, 250-350 gram/bulan pada triwulan IV (Soetjiningsih, 1995:19).
Umur Kenaikan per hari Berat badan (g/hari) Panjang badan (cm/bulan) Lingkar kepala (cm) 0-3 bulan 30 3.5 2.0 3-6 bulan 20 2.0 1.0 6-9 bulan 15 1.5 0.5 9-12 bulan 12 1.2 0.5
Kenaikan Berat badan ideal (per bulanya) berdasarkan usia Bayi, Usia 0-3 bulan, kenaikan berat badan sebanyak + 750-1000 gram per bulan. Usia 3-6 bulan, kenaikan berta badan sebanyak + 500-600 gram per bulan. Usia 6-9 bulan, kenaikan berat badan sebanyak + 350-450 gram per bulan. Usia 9-12 bulan, kenaikan berat badan sebanyak + 150-250 gram perbulan (Anonim, 2011) 2.4 Hubungan Antara Pijat Bayi dengan Kenaikan Berat Badan 2.4.1 Aktivitas Nervus Vagus mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat (Roesli, 2011:11). 2.4.2 Aktifitas Nervus Vagus meningkatkan ASI Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sring menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI (Roesli, 2011:11). 2.5 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah : abstraksi dari suatu realitas agar dapat dokomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008:55). Kerangka konseptual pada penelitian ini dijelaskan pada gambar 2.1.
Keterangan : = Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian
Dari kerangka konseptual diatas dapat diuraikan bahwa pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Selain itu, pemberian pijat pada bayi dapat meningkatkan pertumbuhannya. Pijat bayi dapat membantu meningkatkan kerja kelenjar pituitari dan merangsang Growth Hormone (GH), sehingga meningkatkan pertumbuhan rangka dan otot. Selain itu pijat bayi dapat merangsang saraf Vagus pada saluran usus dan lambung, sehingga memperbaiki mobilitas saliran cerna. Keadaan ini menyebabkan absorbsi makanan menjadi lebih baik, bayi mudah lapar, sehingga meningkatkan berat badan.
Pijat Bayi Hormon GH Saraf Vagus Pertumbuhan bayi (Berat Badan) Faktor Genetik Faktor lingkungan
2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melakukan pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2005:72). Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008:56). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada perbedaan berat badan bayi usia 3 sampai 5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2010:19). 3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik eksperimen. Menurut Sukmadinata (2010:194), penelitian eksperimen merupakan pendekatan penelitian yang cukup khas, yang diperlihatkan oleh dua hal, pertama penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab akibat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang di pijat dan tidak dipijat. Peneliti mencatat berat badan sebelum dan sesudah pijat bayi selama 4 minggu dengan menggunakan lembar observasi. 3.2 Rancangan penelitian Bentuk rancangan penelitian ini adalah Quasy Experimental Design, berupa Non equivalent control group design. Menurut Sugiyono (2009) dalam Hidayat (2010:43) bentuk rancangan penelitian eksperimen ini mengunakan kelompok kontrol tetapi kelompok kontrolnya tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhinya, karena pembagian kelompok control dengan kelompok perlakuan tidak dilakukan secara random. Rancangan non equivalent control group, dalam penelitian lapangan biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan
39
dengan suatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama (Notoatmodjo, 2010:62). Bentuk rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pretest Perlakuan Posttest Kelompok Eksperimen 01 x
02 Kelompok Kontrol 01
02
Gambar 3.1 Rancangan penelitian quasy eksperimen jenis non equivalent control group
Keterangan: Kelompok eksperimen: Bayi yang dipijat 01 : Berat badan bayi sebelum pijat X : Dilakukan pijat bayi selama 4 minggu 02 : Berat badan bayi setelah dipijat selama 4 minggu Kelompok kontrol: Bayi yang tidak dipijat 01 : Berat badan bayi pada awal penelitian 02 : Berat badan bayi yang tidak dipijat selama 4 minggu Pada penelitian ini peneliti mencatat berat badan bayi yang dipijat selama 4 minggu kemudian menghitung kenaikan dan penurunan berat badan bayi. Peneliti juga mencatat berat badan bayi yang tidak dipijat selama 4 minggu, kemudian menghitung kenaikan dan penurunan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat, sehinga peneliti mengetahui perbedaan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat. 3.3 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka operasional (kerangka kerja) adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2008:55). Kerangka operasional penelitian ini diilustrasikan secara lengkap pada gambar 3.2.
Populasi (Bayi usia 3-5 bulan di Kelurahan Tawanganom, sejumlah 23 orang)
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Gambar 3.2 Kerangka Operasional Penarikan kesimpulan Penyusunan laporan Publikasi Penentuan subyek penelitian (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) Pengumpulan data Pretes (pengukuran BB seluruh populasi) Perlakuan pijat bayi (oleh ibu pada kelompok perlakuan) Pengumpulan data Pasca tes (pengukuran BB seluruh populasi)
Analisis data dengan Independen Sample T Test
Penyajian hasil penelitian Pembahasan
3.4.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 3 sampai 5 bulan di Kelurahan Tawanganom. Besar populasi adalah 20 bayi yang di bagi menjadi 2 kelompok yang dipijat orang dan tidak dipijat. 3.4.2 Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan ditentukanya sampel dalam penelitian adalah untuk mempelajari karakteristik suatu populasi, karena tidak dimungkinkannya peneliti melakukan penelitian di populasi, karena jumlah populasi yang sangat besar, keterbatasan waktu, biaya, atau hambatan lainya (Hidayat, 2010:51-52). Penelitian ini menggunakan total populasi, semua anggota populasi akan diteliti sehingga tidak menggunakan sampel berjumlah 20 bayi yang di bagi menjadi 2 kelompok yang dipijat orang dan tidak dipijat. Kriteria inklusi memiliki arti dimana subyek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sample (Hidayat, 2010:52). Pada penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi adalah bayi berusia 3 sampai 5 bulan, sehat, dilakukan pemijatan 2 x dalam seminggu selama 15 menit, bersedia dilakukan pijat bayi. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti
adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan dilakukan penelitian (Hidayat, 2010:52). Pada penelitian ini yang termasuk kriteria eksklusi adalah bayi usia kurang dari 3 bulan dan lebih dari 5 bulan, bayi dalam keadan sakit. 3.4.3 Teknik Sampling Teknik sampling menurut Hidayat (2010:68) merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada, secara umum ada dua jenis pengambilan sempel yakni probability dan non probability sampling. Pada penelitian ini mengunakan teknik non probability (Non Random) sampling merupakan pengambilan sampel dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap populasi, dengan tujuan tidak untuk generelisasi, yang berasal pada probabilitas yang tidak sama. Pada penelitian ini mengunakan teknik pengambilan sampling jenis sampling jenuh. Sampling jenuh merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi semua menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari tiga puluh maka diambil seluruhnya, dan dijadikan sampel penelitian. Pada penelitian ini mengunakan total populasi atau disebut juga sampling jenuh, semua anggota populasi akan diteliti sehingga tidak memnggunakan sampel. 3.5 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011:2). 3.5.1 Variabel bebas Variabel bebas atau Independent Variable, yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiono, 2011:4). Pada penelitian ini variabel independen adalah pijat bayi. 3.5.2 Variabel terikat Variabel terikat atau Dependent Variable, yaitu merupakan variabel yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Pada penelitian ini variabel dependen adalah berat badan bayi usia 3-5 bulan. 3.6 Definisi Operasional Agar variabel dapat diukur dengan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau definisi operasional variabel. Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain. Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa saja yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010:111-112). Definisi operasional pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala Data 1. Independent:
Pijat bayi
Pemberian pijat pada bayi usia 3 sampai 5 bulan oleh ibu selama 15 menit, 2 x seminggu kemudian dilakukan selama 4 minggu.
1. Dipijat 2. Tidak dipijat
Nominal 2. Dependent:
Berat badan bayi
Berat badan bayi yang ditimbang dengan timbangan bayi dalam satuan gram
Berat badan dalam gram
Rasio
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan diadakan di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Waktu penelitian, penyusunan Proposal dimulai dari bulan Maret 2013, sedangkan batas akhir pelaksanaan penelitian termasuk laporan adalah bulan Juli 2013. 3.8 Instrumen dan Tehnik Pengumpulan Data 3.8.1 Instrumen Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010:87). Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011:111). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan berat badan bayi dalam satuan gram.
3.8.2 Tehnik pengumpulan data
Di dalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data ini dikenal sebagai metode pengumpulan data (Arikunto, 2005:101). Penelitian ini menggunakan cara observasi (pengamatan), menurut Hidayat (2011:75) observasi merupakan cara melakukan pengumpulan data penelitian dengan observasi secara langsung kepada responden yang dilakukan penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini instrumen yang dapat digunakan antara lain lembar observasi, panduan pengamatan atau observasi atau cheklist. Metode pengumpulan data pada penelitian ini melakukan penimbangan/mengukur berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat setelah 8x pemijatan. 3.8.3 Tehnik analisis data (Editing, coding, tabulating, analizing) 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010:95). Pada penelitian ini data yang diperoleh sudah diteliti kembali data yang telah terkumpul atau melakukan pengecekan, hasilnya telah sesuai rencana atau tujuan yang ingin dicapai. 2. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (codebook) untuk memeudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2010:95). Hal ini untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data dengan
memberi kode pada lembar pengumpulan data. Pada penelitian ini tidak mengunakan coding karena merupakan skala rasio. 3. Tabulating Tabulating adalah kegiatan mengolah data (penyuntingan/penyaringan data) untuk dimasukan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan sehingga didapatkan angka atau data kuantitatif (Notoatmodjo, 2010:176). Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang. 4. Analisa Data Analisis data adalah proses pengolahan data dan penginterpretasian hasil pengolahan data (Priyanto, 2008:10). Dalam penelitian ini setelah data terkumpul selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel umum pada masingmasing kelompok. Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan komputer, statistik yang digunakan adalah Independent Samplet T-Test. Independent sample T-Test uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan manakah yang lebih tinggi. Data yang digunakan berskala interval atau rasio (Priyatno, 2008:92). Dalam penelitian ini digunakan untuk menguji perbedaan antara peningkatan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat. Sebelum dilakukan uji T-test dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan varian (homogenitas). Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan
pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar. Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji statistik normalitas. Karena belum tentu data yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal, untuk itu perlu suatu pembuktian. uji statistik normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi-Square, Kolmogorov Smirnov, Lilliefors, Shapiro Wilk. Pada penelitian ini mengunakan uji statistik normalitas Kolmogorov Smirnov. Uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (levenes Test), artinya jika varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda) (Priyanto, 2008:95). Kriteria pengujian uji F bedasarkan probalitas adalah H 0 diterima jika P value> 0,05 artinya kedua varian sama (varian kelompok bayi yang dipijat dan tidak dipijat adalah sama) maka uji t yang digunakan adalah equal variance assumed. H 0 ditolak jika p value< 0,05 artinya kedua varian berbeda (Varian kelompok bayi yang dipijat dan tidak dipijat adalah berbeda) uji t yang digunakan adalah equal variance not assumed. Kriteria uji t berdasarkan probabilitas dengan signifikansi 0,05 adalah H 0 diterima jika P value> 0,05 artinya tidak ada perbedaan antara peningkatan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat. H 0 ditolak jika P value < 0,05 artinya ada perbedaan
antara peningkatan berat badan bayi yang dipijat dan peningkatan berta badan bayi yang tidak dipijat. 3.9 Etika Penelitian 3.9.1 Ijin penelitian Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Kepala Desa setempat melalui Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Magetan untuk melakukan penelitian di Kelurahan Tawanganom. Setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian. 3.9.2 Lembar Persetujuan (Informed consent) Pada para ibu akan diberitahu, bahwa peneliti ini tidak disalahgunakan dan tidak disalahgunakan dan tidak merugikan ibu, jika ibu yang memiliki bayi usia 3 sampai 6 bulan bersedia bayinya untuk diteliti diminta untuk membaca dan menanda tangani surat informed consent dan bila tidak setuju maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. 3.9.3 Kerahasian nama atau Identitas (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak akan mencantumkan nama pada pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor pada masing- masing lembar tersebut (Nursalam, 2011:115). Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama bayi, cukup memberi nomor kode pada masing-masing lembar pengumpul data. 3.9.4 Kerahasian hasil (Confidentiality) Informasi yang telah dikumpulkan dari subyek, dijamin kerahasiannya oleh peneliti (Nursalam, 2011:115). Kerahasian informasi yang diberikan oleh ibu
dijamin sepenuhnya oleh peneliti. Data tersebut hanya disajikan dan dilaporkan kepada beberapa kelompok yang berhubungan dengan peneliti. 3.10 Keterbatasan Keterbatasan adalah hambatan dalam penelitian (Nurssalam, 2003: 185). Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi adalah tenaga dan waktu penelitian, dalam penelitian ini hanya diambil populasi berat badan bayi usia 3-5 bulan di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan pada bulan Mei-Juni Tahun 2013.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Setelah dilaksanakan penelitian di Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, selama 4 minggu mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2013 dengan bayi usia 3-5 bulan sejumlah 20 bayi dibagi dalam 2 kelompok subyek penelitian yaitu 10 bayi yang dipijat dan 10 bayi yang tidak dipijat. Bayi yang memenuhi kriteria populasi kemudian dilakukan pemijatan dengan frekuensi 2X seminggu, lama 15 menit maka pada bab ini di sajikan hasil penelitian sebagai berikut: 4.1 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat Setelah diadakan penelitian terhadap berat badan bayi yang dipijat selama 4 minggu di Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan didapatkan hasil rerata penimbangan berat badan bayi sebelum pemijatan 5840 g dan penimbangan berat badan bayi setelah pemijatan 6460 g. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Rerata Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat di Kelurahan Tawanganom pada Bulan Mei-Juni 2013 5840 6460 5400 5600 5800 6000 6200 6400 6600 Rerata Berat Badan Bayi (g) Sebelum Pijat Rerata Berat Badan Bayi (g) Sesudah Pijat B e r a t
B a d a n
( g )
52
4.2 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Pijat Hasil penelitian tentang berat badan bayi awal 4 minggu dan akhir 4 minggu yang tidak dipijat di Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan didapatkan hasil rerata penimbangan berat badan bayi awal 4 minggu yang tidak dipijat 5810 g dan hasil rerata penimbangan berat badan bayi akhir 4 minggu yang tidak dipijat 6080 g. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Rerata Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu Tidak Dipijat di Kelurahan Tawanganom pada Bulan Mei-Juni 2013
4.3 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat Bayi Perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat dapat diketahui dengan uji perbedaan antara sebelum dan sesudah, diawali dengan hasil Test of Normality Kolmogorov-Smimov untuk mengetahui apakah data 5810 6080 5650 5700 5750 5800 5850 5900 5950 6000 6050 6100 6150 Rerata Berat Badan Bayi (g) Awal 4 Minggu Rerata Berat Badan Bayi (g) Akhir 4 Minggu B e r a t
B a d a n
B a y i
( g )
berdistribusi normal atau tidak. Hasil Test of Normality Kolmogorov-Smimov terhadap hasil sebelum dan sesudah tes menunjukkan kedua kelompok data menghasilkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data variabel berat badan bayi terdistribusi normal. Dengan demikian dapat dilakukan Paired Sampel T-Test. Hasil Paired Sampel T-Test pada interval kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung -10.811 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), sehingga H 0
ditolak, artinya ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat bayi. Secara lengkap, hasil Paired Samples T-Test dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil uji Paired Samples Correlations Pada Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum Dan Sesudah Dipijat Bayi Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Berat badan bayi (g) Sebelum Pijat & Berat badan bayi (g) Sesudah Pijat 10 .963 .000
4.4 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu Tidak Dipijat Hasil Paired Sampel T-Test pada interval kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung ----12.650 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) sehingga H 0 ditolak, artinya ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan awal 4 minggu dan akhir 4 minggu yang tidak dipijat. Secara lengkap, hasil Paired Samples T-test dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil uji Paired Samples Correlations Pada Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Berat badan bayi (g) Tidak Pijat & Berat badan bayi (g) Tidak Pijat 10 .994 .000
4.5 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan yang Dipijat dan Tidak Dipijat Perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat dapat diketahui dengan uji perbedaan antara sebelum dan sesudah dengan diawali uji homogenitas untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi sama atau tidak, Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis Independent Sample T- Test. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances PIJAT DAN TIDAK PIJAT
Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.058 2 7 .397
Dari hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0,397. Karena signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat mempunyai varian sama. Angka Levene Statistic menunjukkan semakin kecil nilainya, maka semakin besar homogenitasnya. df1 = jumlah kelompok data-1 atau 3-1=2 sedangkan df2 = jumlah data jumlah kelompok data atau 20-3=17.
Sebelum dilakukan uji Independent T-Test dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan hasil uji F test nilai signifikansi equal variance assumed adalah 0,018 < 0,05, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, jadi dapat diasumsikan bahwa kedua varian berbeda. Dengan ini penggujian uji t menggunakan equal variance not assumed. Dari tabel Independent T-Test nilai t hitung equal variance not assumed adalah 5,330. Kemudia pada t tabel diperoleh data sebesar 2,101, Oleh karena t hitung > t tabel (5,330 > 2,101) dan signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima artinya ada perbedaan antara rerata berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat. Tabel 4.4 Hasil Uji Independent Samples T-Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2- tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference
Pada bab ini akan disajikan pembahasan dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 3- 5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat dilakukan pemijatan di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan pada bulan Mei-Juni 2013. 5.1 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat Hasil penelitian dapat dilihat bahwa berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat sejumlah 10 bayi yang dipijat pada bulan Mei sampai Juni Tahun 2013 didapatkan selisih peningkatan berat badan bayi yaitu 620 g. Hal ini sesuai dengan pendapat Walker (2009:18) tentang manfaat pijat bayi adalah sebagai berikut: mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh, meningkatkan koordinasi dan kelenturan otot serta mengatasi kaku otot dan sendi, menghilangkan otot yang kaku atau tegang dan menyesuaikan persendian, meningkatkan kelenturan tulang belakang dan menguatkan otot-otot pendukungnya, membantu pencemaan dan menenangkan tubuh dengan mempermudah relaksasi perut, memaksimalkan volume pemapasan. Peningkatan suplai oksigen dan sirkulasi yang baik akan membantu bayi berkembang, memantapkan kesatuan dan posisi persendian utama dan keselarasan otot-otot yang mengendalikan persendian tersebut, membersihkan kulit dan membuatnya terpapar cahaya dan oksigen. Melalui stimulasi pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi karena dapat membantu meningkatkan kerja kelenjar pituitari dan merangsang Growth Hormone (GH), sehingga meningkatkan pertumbuhan rangka dan otot. Selain itu 57
pijat bayi dapat merangsang saraf Vagus pada saluran usus dan lambung, sehingga memperbaiki mobilitas saliran cema. Keadaan ini menyebabkan absorbsi makanan menjadi lebih baik, bayi mudah lapar, sehingga meningkatkan berat badan bayi. Pijat bayi mempunyai banyak keuntungan, antara lain bayi yang dipijat selama 4 minggu secara berturut-turut dapat meningkatkan berat badan bayi usia 3-5 bulan di Kelurahan Tawanganom. Selain itu pijat bayi juga dapat mengurangi kebiasaan menangis, menaikkan berat badan bayi, membuat bayi mudah tidur, mengurangi level stres hormon bayi. Ibu yang memijat bayinya mampu memproduksi ASI lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Jadi, pijat bayi dapat meningkatkan volume ASI, maka periode waktu pemberian ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan, sehingga dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. 5.2 Berat Badan Bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat Hasil penelitian dapat dilihat bahwa rerata berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat sejumlah 10 bayi yang tidak dipijat pada bulan Mei- Juni Tahun 2013 didapatkan selisih peningkatan berat badan bayi yaitu 270 g. Pada dasarnya berat badan bayi yang tidak dipijat mengalami kenaikan berat badan bayi Menurut Hidayat (2008:15-16), pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan bayi akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badan bayinya akan menjadi dua kali berat badan
bayi lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan bayi lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan bayi sekitar empat kali lipat dari berat badan bayi lahir, pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan bayi setiap tahunnya adalah 2-3 kg. Pada masa prasekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan bayi setiap tahunnya kurang lebih 2-3 kg. Berat badan bayi yang tidak dipijat juga mengalami peningkatan berat badan bayi sesuai dengan usia akan tetapi bila bayi dipijat secara rutin dapat mengalami peningkatan berat badan bayi yang lebih besar dari pada yang tidak dipijat. Oleh karena itu, berat badan bayi merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan anak. Berat badan bayi akan menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan. 5.3 Perbedaan Berat badan bayi Usia 3-5 Bulan Sebelum dan Sesudah Dipijat Berdasarkan hasil penelitian berat badan bayi sesudah dilakukan pemijatan mengalami peningkatan. Hasil Paired Samples T-Test untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rerata antara dua kelompok sampel yang berhubungan, diketahui rerata berat badan bayi sesudah pijat selama 4 minggu didapat nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis penelitian diterima. Artinya ada perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah pijat bayi. Keadaan ini menujukkan bahwa Peningkatan Berat badan bayi ini terjadi karena pada saat pemijatan, sentuhan akan merangsang kulit sebagai reseptor untuk merangsang Hipotalamus. Hipotalamus akan merangsang nukleus arkuata
yaitu tempat dimana hormon-hormon berpusat untuk pengaturan pengambilan makanan untuk mensekresi hormon Gastrin di lambung melalui saraf Vagus. Hormon Gastrin berfungsi untuk mengeluarkan asam hidrolat dan mempercepat pergerakan dinding lambung sehingga pengosongan isi lambung berjalan dengan cepat. Saat lambung kosong, lambung akan mensekresi Ghrelin, yaitu Ligan Endogen untuk Growth Hormone Secretagogue Reseptor (GHS-R) yang bekerja sebagai peptida neuroenterik pertama penebawa sinyal lapar dari perifer. Ghrelin akan mengaktiftan neuropeptida Y (NPY) dan Agouti-Related Protein (AgRP) yang ditransmisikan melalui saraf vagus menuju ke nukleus traktus solitarius di hipotalamus. Umpan balik ini mengakibatkan bayi cepat merasa lapar, nafsu makan bayi menjadi meningkat sehingga bayi lebih sering menyusu ASI dan Berat badan bayi menjadi bertambah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soetjiningsih (1995) bahwa stimulasi bila diberikan teratur dapat mempercepat pertumbuhan anak. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari T.Field dan Scafidi (1936 & 1990) bayi usia 1-3 bulan yang dipijat 15 menit 2 kali seminggu selama 6 minggu mengalami peningkatan berat badan bayi. Peningkatan Berat badan bayi juga tergantung oleh faktor lain seperti faktor genetik antara lain jenis kelamin suku bangsa dan berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik. Faktor lingkungan pranatal yaitu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap janin saat kehamilan. Faktor lingkungan postnatal antara lain gizi ibu saat manyusui berpengaruh besar terhadap ASI yang
dihasilkan. Stress, baik dari ibu dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI yang dihasilkan maupun stress dari bayi dapat mempengaruhi nafsu makan bayi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa berat badan bayi selama 4 minggu mengalami peningkatan berat badan bayi lebih tinggi dari pada berat badan bayi sebelum dipijat karena adanya rangsangan dari luar tubuh yaitu rangsangan pijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glucocorticoid (adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress). Penurunan kadar hormon stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, yang berdampak meningkatkan berat badan bayi. 5.4 Perbedaan Berat badan bayi Usia 3-5 Bulan Awal 4 Minggu dan Akhir 4 Minggu yang Tidak Dipijat Berdasarkan hasil penelitian rerata berat badan bayi awal 4 minggu dan akhir 4 minggu yang tidak dilakukan pemijatan mengalami peningkatan. Hasil analisa statistik rerata berat badan bayi usia 3-5 bulan selama 4 minggu yang tidak dipijat dengan Paired Samples T-test didapat nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari pada 0,05. Artinya ada perbedaan berat badan bayi awal 4 minggu yang tidak dipijat dan berat badan bayi akhir 4 minggu yang tidak dipijat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada dasamya pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan bayi akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badan bayinya akan
menjadi dua kali berat badan bayi lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan bayi lahir (Hidayat, 2008:15-16). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa berat badan bayi yang tidak dipijat mengalami peningkatan karena pada dasamya secara teori berat badan bayi usia 0-6 bulan akan meningkat 140-200 g perbulan, berat badan bayi meningkat setiap bulannya sesuai dengan usia bayi dan dipengaruhi faktor-faktor yang lain. Oleh karena itu, penimbangan berat badan bayi rutin setiap bulan harus dilakukan untuk menunjukkan kisaran pola standart, dapat dipastikan bayi dalam keadaan sehat. 5.5 Perbedaan Berat badan bayi Usia 3-5 Bulan yang Dipijat dan Tidak Dipijat Berdasarkan hasil penelitian berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat, dapat diketahui rerata berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat. Dalam hal ini, berat badan bayi yang dipijat menunjukkan hasil berat badan bayi lebih tinggi dibanding berat badan bayi yang tidak dipijat 620:270, sedangkan hasil analisa statistik dengan Independent T-Test didapat nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Kesimpulan dari hipotesis yaitu ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat. Meningkatnya berat badan bayi pada bayi yang dipijat sesuai dengan teori tentang Aktivitas Nervus Vagus mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan. Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan
menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat (Roesli, 2011:11). Aktifitas Nervus Vagus meningkatkan ASI, Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar, sehingga akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI (Roesli, 2011:11). Dari teori dan kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian dapat di ketahui bahwa pijat bayi yang dilakukan secara rutin memiliki pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan berat badan bayi. Bayi yang dipijat selama 4 minggu memiliki peningkatan lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak dipijat, dikarenakan hormon stress pada bayi menurun, maka bayi dapat menghisap ASI lebih banyak, sehingga reproduksi ASI dan berat badan bayi akan meningkat.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian perbedaan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 6.1.1 Rerata berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dipijat 5840 g dan sesudah dipijat 6460 g. 6.1.2 Rerata berat badan bayi usia 3-5 bulan awal 4 minggu yang tidak dipijat 5810 g dan akhir 4 minggu yang tidak dipijat 6080 g. 6.1.3 Ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan sebelum dan sesudah dipijat. 6.1.4 Ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan awal 4 minggu dan akhir 4 minggu yang tidak dipijat. 6.1.5 Ada perbedaan berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat. 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti ingin memberikan saran kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:
64
6.2.1 Bagi masyarakat Diharapkan bagi masyarakat untuk melanjutkan pijat bayi secara rutin sampai bayi usia 2 tahun, karena pijat bayi terbukti memberikan efek yang baik bagi pertumbuhan bayi dan juga dapan menjaga kekebalan tubuh bayi. 6.2.2 Bagi institusi pendidikan Diharapkan pendidik dapat memberikan demontrasi gerakan-gerakan pijat bayi kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya di lahan praktek. 6.2.3 Bagi Bidan Diharapkan bidan membekali ibu-ibu hamil untuk mengisi waktu luang tentang pijat bayi pada saat ANC, sehingga ibu dapat mengaplikasikannya setelah bayi lahir. 6.2.4 Bagi peneliti berikutnya Diharapkan dilaksanakan penelitian lanjutan tentang pijat bayi yang lebih berkualitas, misalnya dengan mengunakan desain yang lebih baik berupa true exsperiment design, menggunakan populasi yang lebih luas dan sample yang lebih representatif, dengan metode pijat bayi yang lebih baik dan faktor-faktor lain yang belum sempat diteliti karena keterbatasan peneliti, mengingat pijat bayi sangat bermanfaat di bidang kesehatan yang terbukti dapat meningkatkan berat badan bayi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Apa itu MDGs. http://mdgsindonesia.org/official/. (diakses 4 April 2013)
Anonim. Memnatau Berta badan Bayi. http://www.jurnalkesehatan.info. (diakses 4 April 2013)
Dewi, N.Nyoman. 2011. Pengaruh Stimulasi Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Lahir Cukup Bulan. http://etd.ugm.ac.id (diakses 11 Maret 2013).
Hidayat, A. Aziz Alinul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
____________________. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Maharani, Sabrina. 2009. Pijat dan Senam Sehat Untuk Bayi. Jogjakarta: Kata Hati.
Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Nasar, Sri. 2005. Makanan Bayi & Ibu Menyusui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Notoatmojdo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Piyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.Yogyakarta: Mediakom.
Setelah mendapatkan penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini, yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : ..............................(diisi peneliti) Alamat : .............................. Nomor : ..............................(diisi peneliti) Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 3-6 Bulan Yang Dipijat Dan Tidak Dipijat Demikian persetujuan ini kami buat dengan kesadaran tanpa paksaan dari siapapun.
Magetan, Mei 2013
Responden
Lampiran 3
FORMAT PENGUMPULAN DATA No Berat badan (g) Pijat Tidak Pijat Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1 5000 5600 2 5500 6200 3 5500 6000 4 5000 5700 5 5900 6300 6 5600 6400 7 6100 6600 8 6300 6800 9 6700 7200 10 6800 7800 11 5840 6460 5300 5600 12 5100 5400 13 5000 5300 14 5300 5500 15 5700 5900 16 6500 6800 17 6300 6500 18 6500 6900 19 6000 6200 20 6400 6700
5810 6080
Lampiran 4 Hasil Analisis Data UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent PIJAT 10 100.0% 0 .0% 10 100.0% TIDAK PIJAT 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. PIJAT .246 10 .088 .894 10 .187 TIDAK PIJAT .254 10 .067 .833 10 .036 a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error PIJAT Mean 620.00 57.349 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 490.27
Upper Bound 749.73
5% Trimmed Mean 611.11
Median 550.00
Variance 3.289E4
Std. Deviation 181.353
Minimum 400
Maximum 1000
Range 600
Interquartile Range 225
Skewness 1.028 .687 Kurtosis .736 1.334 TIDAK PIJAT Mean 270.00 23.333 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 237.22
Upper Bound 342.78
5% Trimmed Mean 288.89
Median 300.00
Variance 5.444E3
Std. Deviation 73.786
Minimum 200
Maximum 400
Range 200
Interquartile Range 125
Skewness .166 .687 Kurtosis -.734 1.334
UJI HOMOGENITAS
Test of Homogeneity of Variances PIJAT BAYI
Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.058 2 7 .397
UJI PAIRED PIJAT
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Berat Badan Bayi (g) Sebelum Pijat 5840.00 10 636.309 201.219 Berat Badan Bayi (g) Sesudah Pijat 6460.00 10 675.278 213.542
ANOVA PIJAT BAYI
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 116333.333 2 58166.667 2.266 .174 Within Groups 179666.667 7 25666.667
Total 296000.000 9
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Berat Badan Bayi (g) Sebelum Pijat & Berat Badan Bayi (g) Sesudah Pijat 10 .963 .000
UJI PAIRED TIDAK PIJAT
Paired Samples Test
Paired Differences T df Sig. (2- tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Berat Badan Bayi (g) Sebelum Pijat - Berat Badan Bayi (g) Sesudah Pijat -620.000 181.353 57.349 -749.732 -490.268 -10.811 9 .000 Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Berat Badan Bayi (g) Tidak Pijat 5810.00 10 602.679 190.584 Berat Badan Bayi (g) Tidak Pijat 6080.00 10 617.882 195.391 Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Berat Badan Bayi (g) Tidak Pijat & Berat Badan Bayi (g) Tidak Pijat 10 .994 .000
Paired Samples Test
Paired Differences T df Sig. (2- tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Berat Badan Bayi (g) Tidak Pijat - Berat Badan Bayi (g) Tidak Pijat -270.000 67.495 21.344 -318.283 -221.717 -12.650 9 .000
INDEPENDENT T-TEST
Group Statistics
PIJAT N Mean Std. Deviation Std. Error Mean BB PIJAT 10 620.00 181.353 57.349 TIDAK PIJAT 10 270.00 73.786 23.333
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis