Roirike MB
Harun. A
Lestari Handayani
Penerbit
Balada Gubalan:
Budaya dan Fenomena Menikah Dini
Etnik Lampung di Kabupaten Mesuji
Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15Surabaya
Telp. 031 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 8288598
Email: unipress@unesa.ac.id
unipressunesa@yahoo.com
Bekerja sama dengan:
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Jl. Indrapura 17 Surabaya 60176
Tlp. 0313528748 Fax. 0313528749
xv, 232 hal., Illus, 15.5 x 23
ISBN : 978-979-028-956-7
ii
SUSUNAN TIM
Buku seri ini merupakan satu dari tiga puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan 2015 pada 30 etnik di Indonesia.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan Kepala
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/V.1/221/2015, tanggal 2 Pebruari 2015,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
iii
Koordinator Wilayah:
1. Prof. Dr. dr. Lestari Handayani, M.Med (PH): Kab. Mesuji, Kab.
Klaten, Kab. Barito Koala
2. dr. Tri Juni Angkasawati, M.Sc: Kab. Pandeglang, Kab. Gunung
Mas, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
3. Dr.drg. Niniek Lely Pratiwi, M.Kes: Kab. Luwu, Kab. Timor Tengah
Selatan
4. drs. Kasno Dihardjo: Kab. Pasaman Barat, Kab. Kep. Aru
5. Dr. Gurendro Putro, SKM. M.Kes: Kab. Aceh Utara, Kab. Sorong
Selatan
6. dra. Suharmiati, M.Si. Apt: Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Sumba
Barat
7. drs. Setia Pranata, M.Si: Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Kab.
Sumenep, Kab. Aceh Timur
8. drg. Made Asri Budisuari, M.Kes: Kab. Mandailing Natal, Kab.
Bantaeng
9. dra. Rachmalina Soerachman, M.Sc.PH: Kab. Cianjur, Kab.
Miangas Kep.Talaud, Kab. Merauke
10. dr. Wahyu Dwi Astuti, Sp.PK, M.Kes: Kab. Sekadau, Kab. Banjar
11. Agung Dwi Laksono, SKM. M.Kes: Kab. Kayong Utara, Kab. Sabu
Raijua, Kab. Tolikara
12. drs. F.X. Sri Sadewo, M.Si: Kab. Halmahera Selatan, Kab. Toli-toli,
Kab. Muna
iv
KATA PENGANTAR
Penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat
di Indonesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan logika dan
rasional, sehingga masalah kesehatan menjadi semakin kompleks.
Disaat pendekatan rasional yang sudah mentok dalam menangani
masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat
kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk menyelesaikannya. Untuk
itulah maka dilakukan riset etnografi sebagai salah satu alternatif
mengungkap berbagai fakta kehidupan sosial masyarakat terkait
kesehatan.
Dengan mempertemukan pandangan rasionalis dan kaum
humanis diharapkan akan menimbulkan kreatifitas dan inovasi untuk
mengembangkan cara-cara pemecahan masalah kesehatan
masyarakat. simbiose ini juga dapat menimbulkan rasa memiliki (sense
of belonging) dan rasa kebersamaan (sense of togetherness) dalam
menyelesaikan masalah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Tulisan dalam Buku Seri ini merupakan bagian dari 30 buku seri
hasil Riset Etnografi Kesehatan 2015 yang dilaksanakan di berbagai
provinsi di Indonesia. Buku seri sangat penting guna menyingkap
kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah tertimbun agar dapat diuji
dan dimanfaatkan bagi peningkatan upaya pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan kearifan lokal.
Kami mengucapkan terima kasih pada seluruh informan,
partisipan dan penulis yang berkontribusi dalam penyelesaian buku
seri ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan
kesempatan pada Pusat Humaniora untuk melaksanakan Riset
Etnografi Kesehatan 2015, sehingga dapat tersusun beberapa buku
seri dari hasil riset ini.
vi
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM ...............................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
iii
v
vii
ix
xi
1
1
6
8
8
9
10
11
11
13
13
14
21
24
27
29
30
31
42
56
64
70
72
78
79
83
83
90
vii
92
99
101
102
104
105
109
101
112
115
116
122
127
130
132
135
135
136
138
139
141
143
146
149
154
viii
156
164
167
184
190
203
206
218
218
219
222
227
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
Tabel 1.5
Tabel 1.6
Tabel 1.7
Tabel 1.8
Tabel 1.9
Tabel 1.10
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
26
27
43
45
46
49
51
52
54
58
111
158
168
210
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Gambar 22.
Gambar 23.
13
14
18
19
22
25
27
28
29
31
33
41
42
56
58
63
70
71
75
75
76
78
80
xiii
Gambar 24
Gambar 25.
Gambar 26.
Gambar 27.
Gambar 28.
Gambar 29.
Gambar 30.
Gambar 31.
Gambar 32.
Gambar 33.
Gambar 34.
Gambar 35.
Gambar 36.
Gambar 37.
Gambar 38.
Gambar 39.
Gambar 40.
Gambar 41.
xiv
91
93
96
96
98
99
103
105
106
107
109
110
112
113
114
115
117
121
Gambar 42.
Gambar 43.
Gambar 44.
Gambar 45.
Gambar 46.
Gambar 47.
Gambar 48.
Gambar 49.
Gambar 50.
Gambar 51.
Gambar 52.
Gambar 53.
Gambar 54.
Gambar 55.
Gambar 56.
Gambar 57.
Gambar 58.
122
123
124
125
127
129
129
131
133
134
138
140
142
155
159
161
205
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat suatu daerah. H.L Blum memandang
kompleksitas masalah ini dari empat sudut pandang yang berbeda
yaitu faktor genetik (keturunan), faktor lingkungan, faktor perilaku
(budaya), dan akses pelayanan kesehatan. Pemikiran generalistik ini
terlihat begitu usang bagi sebagian orang yang menganut paham
spesialistik. Para penganut paham ini justru menjastifikasi bahwa
masalah kesehatan itu hanya bisa diselesaikan dengan dominasi salah
satu faktor saja tanpa perlu memandang seriusbeberapafaktor
lainnya. Ada kecenderungan Pemerintah dan pelaku bidang kesehatan
menyederhanakan persoalan yang kompleks dan menutup jalan
simplifikatif untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang besar. Cara
tersebut menyebabkan beberapa masalah kesehatan tidak
mendapatkan solusi yang cukup baik.
Budaya sebagai elemen terluar sekaligus hasil karya dari
individu adalah bagian yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan
dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan. Pemikiran holistik,
dengan memasukan budaya sebagai bagian penting dari upaya
menyelesaikan masalah kesehatan adalah sebuah langkah yang sangat
tepat.
Semua orang di dunia ini memiliki kepercayaan dan perilaku
yang berbeda-beda dalam memahami kesehatan dan penyakit, atau
sering disebut dengan konsep sehat dan sakit. Akar kebudayaan,
pengalaman pribadi dan persepsi yang dilahirkan akan membentuk
konsepsi ini. Seorang antropolog sekaligus praktisi kesehatan, Paul B.D
dalam tulisannya mengatakan,
If you wish to help a community improve its health, you must learn
to think like the people of that community. Before asking a group of people
to assume new health habits, it is wise to ascertain the existing habits, how
these habits are linked to one another, what functions they perform, and
what they mean to those who practice them1
Adnan Ali Hyder and Richard H. Morrow, 2005. Culture, Behavior and Health. Page
41.
2
Loc.cit
3
Santrock, John. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja Sixth Edition.
University of Texas at Dallas; Erlangga
Ministry of Foreign Affairs Japan. Japan Fact Sheet : Tea Ceremony. Diakses dari
http://web-japan.org/factsheet/en/pdf/28TeaCeremony.pdf
10
Ramdhan, Doni Hikmat. 2014. Penelitian Genom dan Implikasinya dalam
Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.9
No.1, Agustus 2014.
11
Yuhandini, Diyah Sri, dkk. 2014. Buku Seri Etnografi Kesehatan 2014: Goyangan
Lembut Jemari Dukun Bayi Oyog, Etnik Jawa - Kabupaten Cirebon. Balitbangkes,
Kemenkes.
12
10
11
12
BAB 2
WIRALAGA, SEBUAH DESA DI PINGGIR SUNGAI
2.1 Sekilas Mesuji
Pencarian Mesuji dalam mesin pencari internet, maka kita
akan dibawa melihat wilayah Mesuji. Pembaca dibawa masuk pada
beberapa kabar Mesuji, diantaranya mengenai pemekaran wilayah
menjadi kabupaten yang baru dilakukan di tahun 2008 dan beberapa
peristiwa lain yang terjadi di wilayah ini. Diantara berita itu juga
terdapat berita tentang peristiwa Mesuji, yaitu terjadi peristiwa yang
melukai perikemanusiaan pada tahun sekitar 2012 di Mesuji dengan
beredarnya video kekerasan terhadap petani yang juga melibatkan
pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit dan aparat keamanan17.
Dampak pemberitaan itu membuat mereka yang berasal dari luar
Mesuji, akhirnya mempunyai pandangan tersendiri terhadap wilayah
ini. Beberapa diantaranya ada yang memandang sebagai wilayah
dengan orang-orang didalamnya yang memperjuangkan hak-hak
hidup di dalam masyarakat, sebagai wilayah yang rawan dengan
tindak kriminalitas, hingga melihat karakter budaya dan masyarakat.
Mereka dianggap berbeda dengan Provinsi Lampung ataupun Provinsi
Sumatera Selatan karena memang wilayah Mesuji berada di
perbatasan kedua provinsi tersebut.
http://news.okezone.com/read/2011/12/16/337/543280/kronologis-konfliklahan-di-mesuji-versi-walhi
13
18
19
14
20
15
atau
karena orang sini itu orang Palembang sebenernya bu. Aslinya.
Dari suku Sirapuluh Padang. Palembang sana. Jadi budaya budaya ya bahasa
sana bukan bahasa lampung. Pak AR (23/04/15)
16
muara sungai sekitar wilayah desa. Dia bernama Pak Kabung yang
mendiami rumah tersebut untuk memelihara tanaman disamping
mencari sumber penghidupan yang lain seperti menangkap ikan dan
lainnya.
Waktu terus berjalan, dengan memperhatikan luas tanah dan
kesuburan tanah alam desanya, Muhammad Ali pada tahun 1870
melanjutkan usahanya dengan memberikan informasi kepada rekanrekannya dan beberapa kepala keluarga dari Suku Ogan Komering Ilir
untuk sama-sama membangun lahan pertanian yang terletak di
sepanjang Sungai Mesuji.Merek adalah,
1. Suku Sirah Pulai Padang ( disebut Suku Seri Pulau)
2. Suku Sugih Waras/ Perawe ( disebut Suku Sugih Waras )
3. Suku Kayu Agung ( disebut Suku Kayu Agung)
4. Suku Palembang ( disebut Suku Palembang)
5. Suku Lampung Tulang Bawang( disebut Suku Lampung )
Adapun dari suku-suku tersebut ditentukan tempat lokasi
perladangan/ perkebunan antara lain sebagai berikut:
1. Suku Seri Pulau berlokasi di:
a) Sungai Badak
b) Sungai Kabung (Wiralaga)
c) Nipah Kuning
d) Sungai Cambai
2. Suku Sugih Waras berlokasi di
a) Sungai Sidang
b) Kota Rame (desa ini sudah musnah)
3. Suku Kayu Agung berlokasi di:
a) Karang Sia (ini termasuk daerah Mesuji Palembang)
4. Suku Palembang berlokasi di:
b) Desa Kagungan Dalam dan
c) Desa Sri Tanjung (dulu disebut Lubuk Beruk dan disini
bercampur dengan suku Sirah Pulau )
d) Dari Suku Lampung berlokasi di: Talang Batu (Ujung Sungai
Buaya, karena dekat hubungan dengan menggala) dan
Labuhan Batin.
17
Gambar 3. De Resident
der Lampongeche
Districtim, Surat
Pengangkatan
Muhammad Ali Menjadi
Kerio Dusun Sungai
Kabung
Sumber : Dokumentasi
Peneliti
18
Gambar 4.
MakamMuhammad Ali
(Pangeran Mad)
Sumber : Dokumentasi
Peneliti
19
20
21
berlangsung dari tahun 1983 s/d 1992 (lebih kurang 9 tahun). Pada
masa tersebut terdapat 3 orang camat yang menjabat yaitu:
1. Tahun 1983 s/d 1986: Camat M.SOFYAN
2. Tahun 1986 s/d 1988: Camat Suhaimi Permata
3. Tahun 1988 s/d 1992: Tantowi Jauhari
22
23
21
24
Gambar 6. Jalan
Garuda Hitam, Desa
Wiralaga
Sumber :
Dokumentasi Peneliti
Bapak YK
25
Desa Wiralaga
Tujuan
Brabasan
Simpang Pematang atau
Unit 2
Tarif
Rp 25.000
Rp 30.000 sampai dengan
Rp 40.000
(tergantung harga bensin
sedang naik atau sedang
turun)
26
Tujuan
Desa Wiralaga
Desa Sungai
Ceper
Desa Wiralaga
Desa Talang
Tarif
Rp 2.000 Rp 5.000 per orang
Rp 15.000 (borongan, memuat 3
sampai 4 orang)
Rp 50.000 ( borongan)
2.5 Rumah
Mayoritas rumah di wilayah desa Wiralaga menggunakan kayu
apalagi mereka yang tinggal kawasan persis di pinggiran sungai.
Rumah-rumah di pinggir sungai ini mengunakan kayu-kayu penahan
bangunan rumah sehingga bangunan rumah tetap dapat berdiri
walaupun pada saat air sedang pasang. Bentuk rumah kebanyakan
mengunakan bentuk rumah panggung kayu atau model Rumah Limas
seperti yang terdapat banyak di wilayah Lampung dan Sumatera
Selatan. Rumah ini terdiri dari ruang-ruang diantaranya telah memiliki
ruang keluarga, ruang kamar tidur dan ruang dapur.
27
28
29
30
31
32
33
29
30
34
35
dibuat dari tepung beras yang diberi air dan dipakai di kepala. Pada
usia kehamilan 9 bulan ibu hamil diberi boreh hangat yang dibalurkan
ke punggung, perut dan semua badan.
Terdapat acara sunatan bagi anak laki-laki. Keluarga yang
mampu biasa mengadakan acara sunatan berupa menyelenggarakan
hajatan. Saat ini praktek sunat untuk anak laki-laki banyak dilakukan
oleh tenga medis35.
Adat Mesuji mengenal ritual perkawinan dengan tata cara
yang harus dilakukan oleh pasangan dan keluarga yang bersangkutan.
Menurut adat Lampung perkawinan dapat terjadi melalui dua jalur,
dengan acara lamaran dari pihak orangtua lelaki kepada pihak
perempuan (rasan Tuha), atau dengan cara belarian
(sebambangan), dimana si gadis dibawa oleh pihak pemuda ke kepala
adat (rasan sanak), kemudian diselesaikan dengan perundingan damai
diantara dua pihak. Dalam acara belarian ini masih sering terjadi
perbuatan melarikan yaitu si gadis dipaksa lari bukan atas
persetujuannya, atau dirampas, ditipu hubungan dengan gadis
tersebut. Latar belakang kawin belarian ini adalah dikarenakan cinta
kasih yang melampaui batas, dan atau karena pihak pemuda tidak
mampu untuk memenuhi biaya adat perkawinan yang akan diminta
pihak gadis36.
Praktek budaya yang mirip dengan adat Lampung juga
dijumpai di desa Wiralaga. Terdapat dua jenis perkawinan, yaitu
perkawinan melalui tata cara adat dengan cara yang lebih dewasa
melalui proses melamar pihak perempuan baru kemudian menikah
secara Islam dan adat Mesuji dinamakan Rasan Tua; kedua, proses
perkawinan dengan cara kawin lari tanpa proses yang sesuai adat dan
mengikat janji di depan Perwatin37/rumah pemerintah/ aparat desa
setempat ini dinamakan Rasan Mude, sebelum akhirnya melakukan
pernikahan yang sah secara agama dan negara. Tata cara perkawinan
ini dalam Hukum Adat Mesuji Tahun 1971, diatur dalam Pasal 3,4 dan
538.
35
36
37
2.
41
wawancara pak IM
Op.cit Hilman Hadikusuma hal 162
42
38
39
Acara pembukaan
Testing kedua mempelai
Penyerahan mahar
Ijab kabul
Talik tala
Dua dan penutup
Acara sujudan (di Jawa: sungkeman)
40
41
52
42
43
44
54
45
Sebelah timur
Sebelah barat
WiralagA II
SG. Badak
Mesuji
Mesuji
46
keluarga
Kepadatan
Penduduk
K
64,2
p
er km
47
48
1
55
Or
ang
3
42
Or
ang
Or
ang
3
20
Pa
sangan
49
50
51
D2, 3 orang tamat D3, 13 orang tamat S1. Sarana pendidikan di desa
Wiralaga II adalah 1 TK swasta dengan jumlah siswa mencapai 25
orang; 1 SD Negeri dengan jumlah siswa mencapai 250 orang; 1 SMP
Negeri dengan jumlah siswa mencapai 212 orang; dan pondok
pesantren milik swasta dengan jumlah siswa mencapai 30 orang.
Angkatan kerja laki-laki mencapai 934 orang dan 985 orang
perempuan. Mata pencaharian pokok penduduk desa diantaranya
adalah petani, buruh tani, PNS, pengrajin industri rumah tangga,
montir, bidan swasta, perawat swasta, pembantu rumah tangga,
pensiunan PNS, dukun kampung terlatih, jasa pengobatan alternatif
dan karyawan perusahaan swasta.
Tabel 1.8 Angkatan Kerja & Pengangguran
1. Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56
tahun)
2. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih
sekolah dan tidak bekerja
3. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
menjadi ibu rumah tangga
4. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
bekerja penuh
5. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
bekerja tidak tentu
6. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat
dan tidak bekerja
7. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat
dan bekerja
Sumber : Profil Desa Wiralaga II
4
766
736
3
o
orang
3
o
orang
7
o
orang
o
orang
7
o
orang
3
o
orang
o
orang
52
53
orang
9
1
Jumlah perempuan usia subur 15 49 tahun
orang
4
27
Jumlah wanita kawin muda usia kurang dari 16
tahun
Jumlah pasangan usia subur (PUS)
orang
pasangan
3
89
Sumber : Profil Desa Wiralaga II
54
Ken adalah permainan tradisional yang kerap dimainkan wanita dan anak-anak
dengan menyanyikan angka-angka yang keluar dari toples dadu angka namun kerap
disalahgunakan untuk permainan judi. Dilakukan untuk mengisi waktu luang dan
dikerjakan setelah pekerjaan rumah selesai dikerjakan.
55
56
57
58
Kakek
Orangtua bapak/ibu
Keponakan
Laki-laki belum menikah
Perempuan belum
menikah
Yek
Gede
Nakan
Jang
Dis
59
60
61
62
63
2.11. Pengetahuan
2.11.1 Konsep tentang Sehat dan Sakit serta Penyebabnya
Pemahaman masyarakat desa Wiralaga terhadap konsep sehat
dan sakit serta penyebabnya terlihat dari keseharian warga memaknai
apa yang mereka rasakan. Ada informan yang memaknai sakit
sebagai kondisi tidak dapat bekerja dan hanya beristirahat di rumah;
merasa sehat berarti tidak ada pikiran menganggu. Informan lain
menyatakan bahwa sehat berarti gemuk. Pendapat seorang tokoh
agama bahwa kondisi sehat berarti sehat secara jasmani dan rohani.
Pandangan mengenai sumber penyakit atau asal penyakit, sebagian
masyarakat percaya adanya unsur roh halus dan pengunaan jimatjimat tertentu. Di sisi lain, masyarakat juga telah mengetahui
pengobatan modern.
A) Cara memperlakukan orang yang sakit
Masyarakat desa Wiralaga yang tinggal tidak jauh dari lokasi
Puskesmas dengan tenaga kesehatan yang tinggal tidak berjauhan,
ketika sakit dapat mencapai tempat pengobatan lebih cepat
dibandingkan mereka yang tinggal di wilayah hilir desa yang letaknya
lebih jauh dari tempat pengobatan. Masyarakat juga telah mengenal
beberapa obat yang dijual bebas di kios pedagang untuk mengobati
beberapa sakit ringan yang diderita seperti oskadon, bodrex, jamu
pegel linu dan sebagian mengenal jamu godok jawa yang dijual keliling
oleh warga dari wilayah transmigrasi. Mereka juga mengenal syrup
biolisin, vitcom, curcumin untuk menambah stamina anak dan
orangtua.
B) Derajat kesakitan
Derajat rasa sakit yang terasakan oleh warga desa Wiralaga
ketika terkena suatu penyakit dimulai dari gejala awal yang terasakan
oleh pasien/penderita. Bermula dari gejala awal, kemudian
pasien/penderita memutuskan berobat ke puskesmas atau ke petugas
kesehatan. Kasus tertentu, penderita merasa sakitnya tak kunjung
sembuh setelah berobat sehingga akhirnya mengunakan pengobatan
cara lain atau bahkan menghentikan konsumsi obat yang diterima dari
tenaga kesehatan setempat.
64
65
66
67
68
69
yang dapat mereka lakukan, hanya saja mereka kerap menjadi bagian
di posisi bersalah. Disisi lain hubungan warga dengan tenaga
kesehatan juga tidak selamanya buruk. Beberapa orang dokter dapat
membina hubungan baik dengan warga sehingga mereka masih
diingat warga meskipun sudah tidak lagi bertugas di Wiralaga, apalagi
dokter-dokter terdahulu itu pernah menolong salah satu anggota
keluarga dari pihak warga desa.
2.1.2 Bahasa
Dalam buku adat istiadat daerah Lampung di ambil dari
Encylopaedie Van Netherlands-Indie, bahasa Lampung adalah bahasa
yang digunakan di daerah Karesidenan Lampung, Komering yang
termasuk karesidenan Palembang dan Krui. Menurut Van der Tuuk,
bahasa Lampung dapat dibagi menjadi dua induk dialek yaitu dialek
Abung dan dialek Pubiyan. Namun Dr. Van Royen membaginya
menjadi dua dialek yaitu dialek Nya dan dialek Api. Dalam bahasa
sehari-hari dapat dibedakan antara dialek yang ucapannya banyak
memakai kata-kata a dan banyak memakai kata-kata o atau ou.
Dialek a dapat digolongkan dalam Belalau sedangkan dialeko
atau ou kita digolongkan dalam dialek Abung.
Kedua dialek itu sebenarny tidak begitu banyak terdapat
perbedaan. Dialek yang banyak dipakai adalah dialek A. Yang sedikit
agak lain dalam ucapan ialah percampuran antara dialek A dan O yang
70
71
72
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
73
74
e) Permainan Ken
Merupakan salah satu permainan perempuan dewasa yang ada di
desa Wiralaga untuk mengisi waktu luang selepas bekerja atau
mengurus anak. Permainan ini banyak disalahgunakan untuk judi
kecil-kecilan dengan mengunakan uang. Biasanya pemain
mengunakan papan yang mempunyai angka-angka yang telah
diberikan oleh bandarnya. Bandarnya akan bernyanyi/dilagukan
sambil menyebutkan angka yang keluar setelah kartu kayu
bertuliskan angka keluar dari tangan si bandar setelah dikocok tiga
kali. Apabila nomer yang disebut bandar ada di papan, maka
dicoretlah nomer yang disebutkan oleh si Bandar melalui lagunya
tadi.
75
g) Orgen Tunggal
Merupakan salah satu kesenian modern, campuran dari seni tari,
seni suara dan seni musik yang masuk ke desa Wiralaga. Sebelum
orgen tunggal masuk ke desa, masyarakat biasa dihibur dengan
Orkes Melayu yang menyajikan lagu dangdut atau lagu melayu
dengan iringan alat musik lengkap. Orkes Melayu kemudian
tergantikan oleh Orgen Tunggal yang memberikan hiburan yang
lebih meriah, menyajikan musik dengan irama bertempo lebih
cepat dengan personil yang lebih sedikit.
Orgen tunggal ini biasanya terdiri dari satu biduanita dan satu
orang pemain orgen dengan alat orgen lengkap dengan sound
system. Lagu-lagu yang biasa dimainkan pada saat hiburan ini
diadakan di resepsi pernikahan atau sunatan. Umumnya acara
resepsi diadakan di lapangan dengan menyajikan lagu dangdut
dengan irama cepat atau fullhouse music. Hiburan orgen tunggal
ini menjadi ajang pertemuan tua dan muda untuk berjoget diiringi
musik dangdut. Pada kesempatan ini juga para pemudi biasanya
76
67
77
3.
Mata Pencaharian
Desa Wiralaga sejak dahulu dikenal sebagai daerah pertanian,
hal ini terlihat dari sejarah desa Wiralaga dimana terdapat lahan
pertanian yang di kelola oleh Pangeran Mat dengan orang-orang yang
mengikutinya tinggal di Desa Sungai Kabung. Masyarakat desa pada
masa awal meramu hasil-hasil hutan (rotan, damar dan lain-lain),
melakukan bertani ladang berpindah-pindah (ume) dan menangkap
ikan di sungai. Hal ini dikarenakan lokasi desa Wiralaga dekat dengan
Sungai Mesuji dan memiliki daratan untuk bercocok tanam. Namun
seiring jaman, masyarakat desa Wiralaga tidak hanya mengandalkan
pertanian dengan bertani ladang berpindah namun juga memiliki
perkebunan, beternak, membuka sektor perikanan dan industri kecil
seperti pembuatan kerupuk dan pengasinan ikan gabus68.
78
Tajur: alat penangkap ikan mirip dengan jala hanya mempunyai tangkai terbuat
dari bambu atau kayu
79
70
71
80
81
fermentasi, baru dapat diolah baik itu melalui tumis atau goreng.
Masyarakat juga mengenal pengolahan makanan dengan cara
pengasapan pada beberapa jenis ikan.
Masyarakat Desa Wiralaga yang bekerja mencari ikan di
sungai. Cara yang saat banyak dilkukan adalah mengunakan sistem
setrum dengan bantuan mesin, sehingga bisa memperoleh ikan lebih
banyak. Para pencari ikan mengunakan perahu otok atau ketek
dengan mesin 24 PK atau 185 PK dalam kegiatannya.
82
BAB 3
LENSA BUDAYA KESEHATAN
3.1 Sehat, Sakit dan Tingkahlaku
Tidak ada yang salah ketika seseorang mengalami sakit
kemudian mereka memanggil ustad atau ahli agama. Dapat
dibenarkan pula pada kasus tertentu, medis sangat dominan
memberikan pengobatan. Atau bahkan kita memanggil dukun untuk
menolong menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
oleh pengobatan modern. Semua ini dapat terjadi karena variasi latar
belakang sosial budaya pada setiap tatanan masyarakat di semua
wilayah dunia. Peneliti lebih biasa menyebutnya dengan Indigenous
concept (pemahaman lokal). Penggunaaan istilah atau lebih tepatnya
menjabarkan definisi dari terminologi sehat dan sakit bukanlah
perkara yang mudah. Memahami definisi sehat dan sakit suatu etnik,
membutuhkan kerelaan untuk membiarkan rasionalitas tidak bermain
sempurna karena dapat dipastikan akal pikir akan bertentangan
dengan konsep sehat etnik suatu daerah, terlebih etnik terpencil dan
tertinggal.
Berbeda halnya jika kita merujuk pada konsep sehat
berdasarkan outsider perspective atau konsep sehat etik,WHO (1948)
mendefinisikan sehat sebagai berikut,
Health is a state of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity72
Definisi sehat oleh WHO menyatakan bahwa paling tidak ada
tiga hal yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dinyatakan sehat
yaitu sempurna secara fisik, mental, dan sosial. Selain itu, sehat juga
tidak hanya dikatakan terbebas dari penyakit atau terbebas dari
kelemahan saja. Namun sayang, tidak ada kata sepakat dan sangat
sulit untuk mengukur kesempurnaan sehat dari definisi yang
ditawarkan oleh WHO. Definisi kesehatan yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 terasa
72
83
84
85
74
Adnan Ali Hyder and Richard H. Morrow, 2005. Culture, Behavior and Health. Page
43
75
Adnan Ali Hyder and Richard H. Morrow, 2005. Culture, Behavior and Health. Page
45
86
tidak mau diperiksa lagi dan langsung meminta obat ke bagian apotik
Puskesmas Wiralaga. Berikut penjelasan EG,
kalau orang sini mas pinter semua, datang ke puskes ngga mau
lagi diperiksa langsung minta obat. Apa paracetamol, asmet,
methyl, langsung minta. Dia bilang ke bagian obat minta ini itu.
Kadang kita jadi jengkel sendiri. Padahal belum tentu
diagnosanya sama
87
78
88
kondisi turun berok (dalam ilmu medis dikenal dengan hernia). Pada
awalnya dia merasakan lelah dan sakit pada bagian perut. Istrinya
menyarankan untuk memeriksakan diri ke mantri setempat. Mantri
setempat menjelaskan kepada HT untuk segera melakukan
pengobatan. HT disarankan untuk segera melakukan operasi, namun
HT berpendapat bahwa kondisinya belum terlalu serius sehingga HT
lebih memilih mencari uang dulu untuk ongkos pengobatan nantinya.
HT memiliki kartu JAMKESMAS yang dapat digunakan untuk berobat
secara gratis, namun ia menyangsikan bahwa pengobatan penyakitnya
tidak akan mengeluarkan biaya sedikit pun. Menurut HT, ada biaya
yang belum diperhitungkan seperti biaya transportasi, konsumsi dan
sebagainya.
Kasus HT ini jika dilihat, sebenarnya HT sudah melakukan
peranan sakitnya. Peranan sakit dilakukan HT ketika dia menyadari
bahwa dia mengalami penurunan kesehatan dan HT mendapatkan
pengesahan sementara atas kondisi kesehatannya oleh orang-orang
disekitarnya seperti istrinya. Pada tahap awal mengenali gejala-gejala
penyakit, HT telah menyadari adanya perubahan kondisi yang
membuat dirinya tidak nyaman dan terbatas dalam bekerja.Kepastian
atau penegasan atas kondisi penyakit yang dialami HT dilakukan
dengan konfirmasi dengan mantri setempat. Pada tahap ini
sesungguhnya HT sudah berada pada tahap ketiga dalam 5 tahapan
Suchman yaitu tahap kontrak perawatan medis (keputusan untuk
mencari perawatan medis). Hanya saja keputusan untuk melanjutkan
rencana-rencana tindakan medis yang harus dilakukan tetap menjadi
otoritas pasien bersangkutan dan keluarganya. Keputusanakhir,HT
memutuskan untuk menunda pengobatan yang harusnya ia terima.
Berbeda halnya dengan kasus Ibu TS (60), seorang okupan
etnik Jawa Indramayu ini memiliki penyakit yang diduga adalah stroke.
Saat peneliti mengunjungi rumah sang ibu di Desa Wiralaga II Suku 9,
ia sedang terbaring lesu di teras rumah yang berkanopi atap anyaman
daun nipah. Rumah panggung itu tepat berada disamping kanal-kanal
yang membelah kiri dan kanan jalan menuju Dermaga Wiralaga. Ibu TS
mengalami gejala stroke berupa kelumpuhan anggota badan (tangan
dan kaki kanan) satu sisi, gangguan penglihatan, merasakan nyeri
kepala dan kelelahan. Beberapa hari sebelum kehadiran peneliti, Ibu
89
79
90
500
1000
1500
2000
Gambar.24
10 Penyakit Terbanyak Kunjungan Puskesmas Wiralaga
Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung Tahun 2014
(Sumber: Profil Puskesmas Wiralaga Tahun 2014)
91
Angka Konversi (Convertion Rate) adalah prosentase pasien baru TB paru BTA
positif yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa
pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil
pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat
dilakukan dengan benar.
81
Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah angka yang menunjukkan prosentase
pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan,
diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
92
93
94
95
Gambar 27.
Pasien TB Drop Out Desa
Wiralaga II, Mesuji
Lampung Tampak Kurus
dan Lemah
Sumber : Dokumentasi
Penelitian
96
97
khasiat jamu setelah dikonsumsi beberapa botol, tidak lagi dapat lagi
mengobati rasa ngilu yang dirasakan oleh Bu Rita baik pada punggung
maupun tungkainya. Dampak yang dirasakan setelah banyak
mengkonsumsi jamu tersebut adalah bu Rita menderita maag kronis
(hal inilah yang membawa masalah dalam pengobatan TB Bu Rita).
98
82
99
100
83
Ibid.
Dirjen P2&PL Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare. Jakarta
84
101
rumah tidak terlalu jauh dari puskesmas maka tidak sampai dirawat
inap.
Secara umum masyarakat Desa Wiralaga sudah mengetahui
tentang penyakit diare. Istilah yang sering digunakan oleh masyarakat
yang merujuk pada penyakit enterik ini adalah diare, muntaber,
kolera, penyakit kuat, dan mencret. Informan RS (58) menyebut
gejala-gejala diare ini sebagai penyakit kolera, begitu juga pengobat
alternatif JM (70) mengistilahkan penyakit diare adalah kolera. Upaya
pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan
memeriksakan diri ke Puskesmas dan melalui pengobatan alternatif
metode ae dan nyetrum sebagaimana yang disampaikan oleh
pengobat JM.
Peneliti mengobrol di warung dengan RS (48) dan ibu-ibu
lainnya, mereka mengatakan bahwa dahulu ketika musim
panas/kemarau banyak ibu-ibu yang melahirkan anak lalu bayinya
meninggal. Ibu harus memberi Bawang Putih, Jeringo, dan Bunglai
untuk melindungi si bayi dari pengaruh roh panas yang menyebabkan
kolera. Sampai saat ini, bahan-bahan itu masih digunakan oleh ibu-ibu
hamil di Wiralaga sebagai pelindung diri baik ketika musim kemarau
maupun tidak.
3.2.4 Hipertensi
Hipertensi saat ini kian menjadi beban bidang
kesehatan di Indonesia. Hipertensi selain sebagai penyakit, juga
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya penyakit-penyakit
lainnya. Prevalensi hipertensi tinggi di Indonesia menurut Riskesdas
2013 yaitu sebesar 25,8 % meskipun angka ini menurun dari angka
Riskesdas tahun 2007. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang85.
Hipertensi menempati urutan keenam dari 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas Wiralaga tahun 2014. Kenyataan ini berjalan
lurus dengan data yang peneliti terima dari Dinas Kesehatan Mesuji.
85
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2012. Hipertensi. Jakarta
Selatan.
102
103
World
Health
Organization.
Global
Burden
of
Stroke
Accesedonhttp://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_s
troke.pdf
104
105
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna,
serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
orang sebagai manusia (Undang-Undang Republik Indonesia No.18 tahun 2014)
106
107
World Health Organization. 1996. ICD-10 Guide For Mental Retardation. Geneva.
th
WHO. Accesed June 27 , 2015 on
http://www.who.int/mental_health/media/en/69.pdf
108
109
110
Desa
Wiralaga.I
Praktek (Dr/Bd/BP
Swasta)
3
Wiralaga.II
Tirtalaga
TanjungSerayan
5
6
Mulyasari
Sumber Makmur
1
1
1
1
1
1
1
1
Sukamaju
Jumlah
Pustu
Polindes
Poskesdes
4
5
5
Sumber: Profil Puskesmas Wiralaga, 2014
12
111
Gambar 36. Kelas Ibu di Posyandu Wiralaga II pada Tanggal 10 Mei 2015
Sumber: Dokumen. Peneliti
112
113
2. Metode Doa
Metode doa adalah metode penyembuhan penyakit dengan
menggunakan doa-doa yang dibacakan oleh pengobat tanpa
menggunakan perantara apapun. Penyakit panas pada bayi dapat
diobati dengan doa. Misalnya anak bayi yang rewel menangis
terus-menerus tanpa diketahui sebabnya, diduga karena diganggu
setan, bisa diupayakan diobati dengan doa. Ada pula orang
meminta doa kepada pengobat untuk keperluan tertentu selain
pengobatan. Misalnya seseorang ingin agar disenangi orang
sekitarnya. Syarat berupa amalan-amalan harus dilakukan yaitu
membaca doa-doa berasal dari Al Quran setelah sholat fardu.
3. Metode Ae
Metode Ae atau Air adalah metode penyembuhan penyakit
dengan menggunakan doa dengan media air. Ibu-ibu hamil
meminta jampi dengan air agar proses persalinan lancar. Menurut
pengobat, kondisi ibu yang susah untuk melahirkan dalam istilah
lokalnya adalah muni atau temuni yaitu bayi lengket tidak mau
keluar dari perut si ibu, sulit untuk melahirkan. Cara pengobatan
adalah dengan menggunakan air yang didoakan. Air dimasukkan
ke dalam gelas, kemudian rambut (jika panjang) dimasukkan ke
dalam gelas dan kemudian bagian rambut yang basah disedot
airnya (diminum).
114
4. Metode Nyetrum
Metode Nyetrum adalah metode penyembuhan penyakit dengan
menggunakan media deteksi setrum tangan. Pasien yang akan
berobat akan diperiksa
atau dideteksi terlebih dahulu
penyakitnya, setelah diketahui bagian mana yang mengalami sakit
maka pasien diminta untuk meminum air doa. Selanjutnya, pasien
akan disetrum dengan menggunakan tangan pengobat pada
bagian yang berlawanan dari daerah yang sakit. Misalnya yang
sakit pada tungkai atas kaki kiri, maka setrum akan dilakukan pada
tungkai bawah kaki kanan atau sebaliknya. Seorang pasien dengan
keluhan keseleo/ akan merasakan nyeri luar biasa saat di setrum
(dialiri listrik), bila tidak keseleo pasien tidak akan merasakan
nyetrum (seperti disengat listrik). Metode nyetrum ini didapatkan
oleh pengobat melalui pendidikan di Akademi Sumberwaras pada
tahun 1953. Beberapa penyakit seperti penyakit patah tulang,
keseleo, masuk angin, sawan (kejang) diakui oleh pengobat dapat
disembuhkan. Obat tambahan yang biasa digunakan adalah
minyak makan dan minyak fambo.
115
116
117
118
kecanduan rokok, bila tidak merokok satu hari saja ia merasa lemas
dan makan tidak bernafsu. Ia mengilustrasikan bahwa ia tidak akan
tergoda melihat orang makan saat dia berpuasa, namun ketika ada
orang merokok di depannya saat puasa, maka besar kemungkinan ia
akan batal puasa karena air liurnya akan keluar ketika melihat orang
merokok. Godaan tersebut membuat ia ingin merokok juga,
sebagaimana pernyataannya berikut ini.
apabila ada orang ingin menggoda kita saat puasa, mencoba
iman aku. Kamu Godalah aku dengan kue segala macem,dak
istilahnya insyaallah dak akan pecah puasa aku. Tapi kalau
kamu merokok depan aku, mungkin besak duso kau. Keluar
air liur aku ni. Keluar sendiri melihat orang ngerokok. Aku
kalau puase bebuke, sudah minum, abis minum air putih, air
kopi, terus ngerokok dulu setelah bungkus. Baru
sembahyang
Sehari semalam CK bisa menghabiskan sebungkus rokok yang
beli sendiri maupun diberi teman. Ia tidak pernah dan tidak bisa
berganti-ganti merk rokok seperti orang lain. Rokok pertama yang ia
konsumsi adalah rokok NIKO dan kemudian berganti NIKKI setelah
distribusi NIKO terhenti (rasanya sama menurut ibu CK). Satu bungkus
seharga Rp.12.500,-. Menurut Bu CK, ia pernah mencoba rokok merk
lain namun tidak ada rasa dan menggangu dia karena bisa membuat
batuk-batuk. Lebih anehnya lagi, pada tahun 2005 Ibu CK
menceritakan ia pernah ke Jambi untuk merantau. Selama 7 bulan di
rantau, ia tidak bisa menikmati rokok NIKKI, akhirnya ia memutuskan
untuk kembali lagi ke Mesuji hanya untuk mencari rokok NIKKI.
CK tidak memilih-milih tempat untuk merokok. Dia merokok
dimana saja baik di dalam dan di luar rumah. Ia pernah ditegur karena
merokok di dalam Rumah Sakit (RS) pada tahun 2011 saat mengantar
berobat saudara yang tertimpa kecelakaan. Ia menganggap rokok
sebagai teman. Perilaku yang sama juga ditunjukan saat di rumah,
baik di depan anak dan ibunya. CK mengetahui bahaya merokok,
namun menurutnya ia susah untuk berhenti. Menyadari adanya
bahaya rokok, CK berupaya meminimalisir zat-zat beracun dalam
rokok. Beberapa cara yang dilakukannya yaitu sering mengkonsumsi
nanas segar dan air kelapa muda; Saat merokok filter pada batang
119
rokok tidak melewati gigi saat menghisapnya dan setiap pagi minum
air putih.
Anak Ibu CK adalah Rani, siswa kelas 3 SD di Wiralaga I. Ia
membenarkan bahwa sang ibu adalah perokok, dalam informal
interview dengan gadis kecil hitam manis ini, ia mengatakan bahwa
ibunya adalah perokok berat. Ibuk perokok kak, perokok berat
mungkin. Setiap hari ngerokok terus ujarnya sambil tersenyum sipu.
Sulit memang lepas dari jeratan lintingan racun yang satu ini. Bahkan
untuk kasus Ibu CK, ia berada pada level yang sudah heavy addiction.
Menurut Rani, kebiasaan merokok bu CK tidak mengurangi rasa
sayangnya kepada ibu angkatnya.
Cerita Nyek Sur
Kebiasaan merokok di Desa Wiralaga sudah menjadi
sebuah kebiasaan yang lumrah. Dalam satu keluarga yang berisi satu
KK, terdapat 2-5 orang perokok di dalamnya. Perokok tidak mengenal
laki-laki atau perempuan. Nenek yang akrab dipanggil Nyek Sur ini
adalah salah satu dari sekian banyak perokok yang ada di Desa
Wiralaga, Mesuji. Lansia yang sudah berumur hampir 70 tahun ini
menjadi perokok sedari masih muda.
Pada saat memiliki anak pertama, Nyek Sur mulai terbiasa
merokok. Kebiasaan merokok bermula saat melihat teman-temannya
merokok pada waktu bekerja di ladang. Nenek yang biasa memakai
pelindung kepala ini mengatakan bahwa asap rokok bisa
menghilangkan nyamuk saat ia bekerja. Nye Sur bekerja sebagai
petani dan nelayan. Ia bertani di ladang yang berada di belakang
Puskesmas Wiralaga dan mencari ikan di Sungai Mesuji. Saat ditanya
berapa batang sehari rokok yang ia konsumsi, dengan wajah malumalu ia mengatakan 2 batang per hari, meskipun sang cucu yang tepat
berada di sampingnya mengatakan bahwa Nyse Sur bisa
mengkonsumsi rokok lebih dari itu. Rokok yang biasa dipakai oleh Nye
Sur adalah rokok merk NIKKI, merk yang sama dengan rokok yang
dikonsumsi Ibu CK.
Sebenarnya Nye Sur pernah berhenti merokok selama dua
tahun, namun karena faktor lingkungan sekitar, ia kembali
mengkonsumsi zat racun yang satu ini. Lingkungan pergaulan Nye Sur
rata-rata adalah perokok baik laki-laki terlebih lagi perempuan,
120
121
90
Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific (WSP-EAP). 2009.
Informasi Pilihan Jamban sehat. World Bank Office Jakarta.
122
123
124
125
126
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mesuji. Mesuji dalam Angka 2014.
127
idem
128
Sejak tahun 2012, produk air isi ulang dalam galon masuk ke
Desa Wiralaga dari daerah Pasir Intan Tanjung Raya. Harga per galon
untuk isi ulang adalah Rp. 5.000,-. Hasil pemantauan peneliti
setidaknya ada 3 toko yang menjual galon isi ulang yaitu 1 warung di
129
93
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Strategi Nasional
Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit
Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI.
94
Ngedolok adalah istilah mesuji yang merujuk pada kegiatan/pekerjaan memotong
kayu di hutan untuk dibawa pulang dan dijual pada pengumpul.
95
Ngehume adalah istilah mesuji untuk menyatakan pekerjaan berkebun atau
bertani.
96
Nyetrum adalah istilah mesuji yang merujuk pada kegiatan mencari ikan di sungai
dengan menggunakan setrum listrik.
130
131
98
132
133
Pseudo-Market Wiralaga
Pagi itu, peneliti berjalan-jalan, sekedar menghirup udara pagi
Desa Wiralaga dan menikmati keindahan sungai dan riuh randai suara
ibu-ibu yang tarik ulur harga dengan penjual di Pasar. Sepertinya
belum tepat dikatakan pasar, jika boleh dikatakan pseudo-market
mungkin lebih tepat. Tidak dijumpai konstruksi tetap layaknya pasarpasar yang ada. Pasar ini dinamakan warga setempat sebagai Pasar
Pagi Wiralaga. Artinya pasar ini hanya ada di pagi hari (subuh jam
05.00 WIB-08.00 WIB) dan berlokasi di Desa Wiralaga. Sebetulnya
sudah ada pasar permanen di Desa Wiralaga ini, namun karena akses
yang terlalu jauh dan belum terbukanya akses kesana membuat warga
enggan menggunakannya.
Di pasar Wiralaga, tentunya ada penjual, pembeli dan ada
transaksi disana. Ada yang menjual ikan (dominan gabus dan lele),
buah-buahan (lebih tepatnya buah karena hanya ada buah pisang),
rempah-rempah, makanan ringan, telur, ayam dan sebagainya. Banyak
jenis ikan yang dijual di pasar ini mulai dari ikan asli hasil tangkapan di
Sungai Mesuji dan anak sungainya hingga ikan dari laut dan tambak.
Ikan gabus, ikan seluang, ikan sepat, ikan lele merupakan ikan-ikan
sungai khas Mesuji. Sedangkan ikan asap seperti baung merupakan
ikan hasil tangkapan dari laut. Ikan patin juga ada di pasar ini yang
merupakan hasil budidaya tambak di SP99. Ikan-ikan ini selain dijual
dalam kondisi segar juga diolah menjadi berbagai produk seperti ikan
asin, kerupuk kemplang, ikan asap, terasi hingga bekasam.
134
135
dari dalam diri remaja (internal) yang bahkan menjadi kunci awal
apakah pengetahuan ini akan disikapi secara positif atau negatif.
Inilah yang akan peneliti coba jabarkan mengenai kehidupan
remaja perempuan, pengetahuan remaja, role model remaja,
pemakaian kosmetik berbahaya hingga pilihan-pilihan yang diambil
oleh sebagian besar remaja di Desa Wiralaga, Mesuji.
3.7.2 Pengetahuan Remaja Perempuan
Disadari atau tidak, perkembangan teknologi dan informasi
sudah menyentuh bibir daerah terluar di provinsi ini. Dua hal yang
selalu ditekankan dalam setiap isu perkembangan modern yaitu efek
negatif dan efek positif. Jika melihat dari kacamata moderenitas maka
teknologi dipandang sebagai kemajuan mutakhir yang akan membawa
keberkahan bagi orang banyak. Namun disamping itu, teknologi
selalu membawa efek mata uang yang membuat setiap sisi positifnya
selalu bergandengan dengan dampak negatifnya.
Hasil wawancara dengan beberapa informan remaja mengenai
pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi, pergaulan,
hingga kehidupan romantisme ala remaja yang mereka jalani,
menghasilkan informasi yang menarik.
Dua remaja putri SMP yang baru menginjak usia 12 tahun
ditemui peneliti di lapangan Puskesmas. Kedua anak remaja ini sedang
bermain di halaman Puskesmas. DN (12) dan SS (12) adalah siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang baru menginjak kelas satu.
Dengan tingkah malunya, mereka mau mengobrol dengan peneliti.
Menurut SS di sekolah mereka memiliki semacam kelompok bermain
(Geng) yang sama-sama duduk dalam satu kelas. Keduanya
menuturkan bahwa sehari-hari kegiatan mereka adalah sekolah dan
bermain dengan teman. Secara terpisah, SS menyebutkan kepada
peneliti jika dia dan teman-temannya sudah memiliki kesadaran diri
untuk meningkatkan self esteem mereka. Beberapa cara yang
dilakukan mereka adalah dengan mempercantik diri dengan
berdandan. DN menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk
berdandan adalah bedak, minyak wangi, dan salep pemutih. Ketika
ditanya mengapa mereka menggunakan produk tersebut, keduanya
sepakat mengatakan,
136
137
138
139
140
141
kite ngumpol di dermarge kak, biasenye kalu ade yang lek ulang
taon. Tapi kadeng tiap sore rame disini. Untok kumpol-kumpolah
sesame kite yang mude-mude. Akrab kate tu
142
BAB 4
BALADA GUBALAN
...Gadis sama bujang. Dulu masih takut-takut sekarang udah berani. Kecil-kecil sudah
berani itulah sama laki-laki. Karena sering terjadi kecil-kecil sudah punya suami. 13 tahun,
12 tahun Ya Allah. Kecil-kecil udah punya anak,
Ibu SJ, IRT, Pedagang makanan di acara orgen tunggal (05/05/15)
http://lampung.tribunnews.com/2014/06/10/pernikahan-usia-dini-tertinggi-dikecamatan-mesuji-dan-rawajitu-utara
103
http://lampung.tribunnews.com/2014/06/10/wow-ini-angka-pernikahan-usiadini-di-mesuji
143
Dalam UU No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan
hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun.
144
145
kadang nonton film porno itu rusaknya dari situ. Ibu AP, IRT (
06/05/15)
146
kalau dikatakan pelanggaran adat itu maka hati hati betul, bisa
nyawa itu. Umpamanya orangtua perempuan itu gak senang sama
si laki-laki atau keluarganya itu bisa terjadi pembunuhan. Jaman
dahulu. Tapi jaman sekarang ini sudah jaman kemajuan gak pernah
lagi terjadi, tapi sekarang orangtua si perempuan sering
menambah kesepakatan yang telah disepakati muda-mudi tadi.
Tambahan ini jujur yang sering nambah. Itu tujuannya supaya
pernikahan batal. Apabila orangtua si laki-laki tetap sanggup
berapa tambahan dari keluarga perempuan ya udah nikah. Tapi
jarang terjadi yang tidak nikah rata-rata semuanya nikah. Dulu
ketua adat merupakan orang-orang yang mempunyai pengaruh
besar. Sehingga bilamana terjadi pelanggaran adat gubalan.
mungkin ada sesuatu yang tidak diinginkan maka ketua adat inilah
yang mempunyai peranan. Walaupun tidak menikah tapi tidak
terjadi apa-apa. Kalau sekarang peran ketua adat lebih pada
mencari solusi yang terbaik. Umpama terjadi gubalan tidak setuju
dengan laki-laki diadakan penambahan, peranan ketua adat itu
memberi solusi memberi nasehat kepada pihak perempuan. Karena
orangtua si laki-laki tidak mampu ataupun jalan keluar lain,
misalnya pernikahannya ditunda sekian bulan. Agar pihak si lakilaki ini dapat menunda persyaratan dari pihak perempuan.
Tergantung kemampuan si laki-laki, mungkin saya setengah bulan
lagi saya insyaallah saya siap. Pak AP, penghulu desa (06/05/15).
147
106
148
149
150
serius. Jodonya sudah dekat. Banyak pacarnya itu. Tapi jodonya kali
sama suaminya. Banyak yang datang. Kita suka marahin. Ada
cowoknya duduk di situ, gak diajak masuk. Kita marahin. Kalau
Gono ada ganti anu. Gak disuruh masuk itu. Tapi suka tak marahin
dulu. Jodonya kali. Kalau gubalan itu pertama perempuan kan ada
cincin. Nah cincin itu sebagai tanda bukti. Dia sama suka. Ntar kan
kalau sudah kata orang sini kan Nyarape kami itu ya. Di kasihin lagi
ke orang tua. Kalau sudah nikah..akad nikah baru kasih mas kawin.
Tapi ditanyain berapa jujurnya? mas kawinnya berapa? Jadi kan itu
gubalan. Jadi kan orangtua gak tahu. Sama dianya itu. Nginap satu
malam (di Sungai Badak). Biasanya ada yang sampai 3 malam.
Kitanya kan gak enak. Orang perempuan. Nginap. Entar dia gak
ngapa ngapain kan. Enaknya satu malam sudah pulang. Ada
banyak yang 3 malam. Ibu SW, IRT, orangtua pelaku
gubalan(8/5/15)
151
lainnya. Seperti Pak AP, salah satu tokoh masyarakat desa yang
memandang pengaruh dari luar dan teknologi informasi yang
membuat adanya perubahan pergaulan remaja di masyarakat
desanya:
Pernikahan dini gak seberapa. Karena pengaruh semuanya ini
daripada pengaruh pengaruh luaran, terutama sekali dengan
kemajuan teknologi sekarang ini jaman HP. Disinilah orangtua
agak sulit cara mengontrol anak. Lain dengan jaman dahulu HP
belum ada ini untuk mengadakan pertemuan antara muda mudi
itu melalui surat. Saya mau malam ini datang bertandang ke
rumah kamu kemudian si cewek itu izin kepada orangtuanya. Pak
bahwa malam ini cowok saya mau ke rumah. Kata orangtuanya
silah-silahkan aja. Karena datang ke rumah ceweknya itukan
secara hormat. Jadi orangtuanya juga menyambut dengan secara
hormat. Tapi jaman sekarang ini kemajuan teknologi ini dengan
melalui HP, jadi kadang-kadang orang tua itu kurang kontrolan.
Jadi orangtua merasa anak saya itu masih dalam kamar di rumah
ini. Tapi mereka sudah melalui HP-nya itu ngobrollah segala
macam. Akhirnya dengan adanya ini mereka terpikatlah
mengadakan suatu janji. Akhirnya terjadilah hal-hal yang
melanggar adat. Dengan adanya pelanggaran adat ini terpaksa
orangtua turun tangan. Demi untuk menjaga nama baik keluarga.
Si laki-laki menjaga nama baik si keluarga perempuan. Datanglah
si keluarga pihak laki-laki itu kepada orangtua si perempuan.
Sehingga datangnya datang melamar. Dari pihak perempuan jadi
berpikir oh anak saya ini jadi tidak bisa dibina lagi. Terpaksa
dengan secara adat diterima laki-laki itu. Kita melaksanakan
sesuai dengan jalur hukum undang-undang pernikahan yang
dikeluarkan oleh Menteri Agama dan kita pertimbangkan lagi dari
Undang-Undang Agama keduanya ini kita lihat. Dimana bagi
wanita bila akan melaksanakan pernikahan harus berumur 17
tahun keatas bagi perempuan. Bagi laki-laki 19 tahun keatas
berlainan dengan hukum undang-undang agama kan. Undangundang agama kan umpamanya kalau si perempuan ini dia sudah
mens. Silah-silahkan aja. Disitu patokannya. Silaki-laki pun juga
jika bila sudah bermimpi sudah bisa melakukan pernikahan.
Bolehkan. Tapi kita tetap cenderung mengikuti peraturan Menteri
Agama. Jadi dikatakan pernikahan dibawah umur 17 tahun itu
gak ada. Rata-rata walaupun sehari dua hari umurnya lebih dari
152
109
153
154
155
Curhat JI di rumahnya
Wawancara dengan pak RL
156
157
114
158
159
160
konseling belum ada. Kalau sakit disuruh bawa buku dari sini
dibawa ke Puskesmas kalau sakit, Pak HR, Kepala sekolah
(08/05/15)
161
aturan yang dibuat oleh orangtua dalam keluarga. Salah satunya yang
dilakukan oleh keluarga Ibu SJ
Gak memperbolehkan gubalan dalam keluarga. Maunya kan
didatangin. Gubalan itu termasuk gak bagus. Bagus kan dateng
macam kita waktu itu ke orangtuanya bagus kan ya. Gak boleh
gubal-gubalan itu ya. Anak ibu dua kali datangin orangtuanya,
terus mau nikah. Yang bagus kan Rasan Tua itu. Kelewatan
jogetnya itu kan campur-campur, laki perempuan. Pesta itu kan.
Gadis sama bujang. Dulu masih takut-takut sekarang udah berani.
Kecil-kecil sudah berani itulah sama laki-laki. Karena sering terjadi
kecil-kecil sudah punya suami. 13 tahun, 12 tahun ya Allah. Kecilkecil udah punya anak. Boleh berteman tapi jangan kelewatan. Ibu
SJ, pedagang, Wiralaga 2 (05/05/15)
162
Kalau disini perguruan Tapak Suci. Ini dari luar masuk ke Wiralaga.
Dari Muhammadiyah. Cabang Bandar Lampung. Seminggu sekali
kadang dua kali. Terjadwal seminggu sekali. Hanya siswa MTS yang
boleh ikut, dari luar tidak bisa. Kejuaran belum ikuti. 2014/15 baru
tahun ini. Kalau diajarkan ya keagamaan cara bertahan hidup, cara
bergaul, tutur kata. Kalau dalam sisi silatnya pembelaan diri. Kalau
berantem dipanggil sekolahan. Nanti di hukum kecuali untuk bela
diri. Kalau berantem nian dipanggil. Peserta silat 11 silat. Lakilakinya 5 perempuannya 6 dari kelas 1, 2 dan 3. Baru putih
dasar.latihan seminggu dua kali kalau ada atraksi atau tampil
misalnya ulang tahun Mesuji, perpisahan. Diadakan untuk mengisi
kegiatan anak di rumah daripada keluyuran gak ada kerjaan, kedua
itu untuk membangun kebersamaannya, dan untuk pembekalan
jaga diri. Selain itu terdapat Muhadoroh, Pelatihan Dai, Pramuka,
ada drumband juga, Hadroh.. Terbanganlah Rebana. Terbangan
jarang latihan paling dua bulan sekali paling waktu tampil saja
perpisahan ini lah...di Wiralaga 2 juga ada silat asli sini. Ngajar silat
di tempatnya Kuyus. Dekat rumah pak Matjaya sana lagi terus.
Rumahnya tengah-tengah. Dekat rumah pak Jasmani. Latihannya
malam. Setengah 8 Lah, Pak PN, guru, pelatih silat,sekdes
(08/05/15)
http://www.lampungtoday.com/go/today-news/3670-bp2kb-mesuji-gencarsosialiasikan-genre.html,
http://www.harianlampung.com/m/index.php?ctn=1&k=kawasan&i=2897
163
ini belum masuk ke desa Wiralaga juga kegiatan untuk remaja seperti
konseling kesehatan dan kelompok diskusi untuk remaja mengenai
pernikahan di usia dini yang bekerja sama dengan sekolah belum
dilakukan.
4.5 Bentang Kespro Perempuan Indonesia Wiralaga
Pertumbuhan populasi penduduk dunia telah menjadi
perhatian komunitas internasional sejak akhir tahun 1950an.
Beberapa negara berkembang yang turut memberi perhatian kepada
permasalahan ini, kemudian membuat beberapa program terkait
dengan pengendalian terhadap pertumbuhan populasi penduduk yang
diawali pada tahun 1960an, diantaranya adalah program yang
dilakukan oleh pemerintahan Cina dengan kebijakan satu keluarga
satu anak, kebijakan pemerintah singapura dan kebijakan pemerintah
India di tahun 1970an untuk melakukan sterilisasi pada pasutri guna
pengendalian populasi
tersebut. Program- program tersebut,
dianggap kurang berperikemanusiaan karena lebih mementingkan
goal dari regulasi terhadap kelahiran, sehingga di tahun 1980an
terjadi perubahan.
Beberapa komunitas internasional seperti ford foundation, The
International Womens Health Coalition (IWHC), The Population
Council dan WHO melakukan konseptualisasi sebuah pendekatan
kesehatan reproduksi yang dapat mengantikan keterbatasan dan
tindakan kekerasan yang potensial dari pendekatan pengendalian
populasi.120 WHO juga menempatkan masalah kesehatan reproduksi
dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Ini dapat diartikan
bahwa masalah-masalah kependudukan kini dipusatkan pada
kesehatan dan kesejahteraan sosial individu dan keluarga. Tujuan
program keluarga berencana, misalnya tidak boleh terbatas pada
peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi, tetapi seharusnya juga
terpusat pada usaha meningkatkan kemampuan perempuan dalam
memelihara fertilitas mereka, mendidik dan memberi informasi
kepada perempuan maupun laki-laki mengenai segala aspek
120
164
121
165
166
strategic directions for improving adolescent health in south east asia region, who
searo 2011 hal. 1
132
www.psychologytoday.com
167
Laki-laki
1.
Pembesaran
testis
pada masa awal as 9-12
tahun
2.
Kemunculan rambut
pubis (usia10-15)
3.
Kesiapan sperma dan
kemunculan sperma pada
saat ejakulasi
4.
Pemanjangan pada alat
genital (11-14) pertumbuhan
yang cepat pada larynx,
pharynx, dan paru-paru, yang
mengakibatkan
perubahan
(termasuk suara pecah)
5.
Perubahan
pertumbuhan fisik (rata-rata
usia, 14), pertama terlihat di
tangan dan di kaki, diikuti di
daerah lengandan kaki, dan
wilayah sekitar dada.
6.
Kenaikan berat badan
dan masa tubuh serta masa
168
pertumbuhan
rahang
dan
perkembangan molars
8.
Perkembangan bau tubuh
dan jerawat
otot(11-16)
7.
Pembesaran
ukuran
jantung dan kapasitas vital
dari paru-paru, peningkatan
tekanan darah dan volume
darah.
8.
Pertumbuhan rambut
di wilayah muka dan tubuh,
yang
belum
tentu
terselesaikan
hingga
pertengahan usia 20an
9.
Perubahan pada gigi,
termasuk
diantaranya
perubahan
pertumbuhan
bentuk
rahang
dan
pertumbuhan gigi.
10. Perkembangan
bau
tubuh dan jerawat.
a) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan perkembangan fisik remaja yang paling banyak
mendapat perhatian selama ini adalah tinggi dan berat badan,
pertumbuhan kerangka tubuh, fungsi reproduktif dan perubahan
hormonal. Pertumbuhan itu sendiri didukung oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan di masa remaja diantaranya
adalah faktor mencari sasaran atau penstabilan diri (targetseeking factors atau self-stabilizing factors).
Pertumbuhan individu dapat terhambat penyakit atau nutrisi yang
buruk, namun seringkali dapat kembali mencapai kondisi
seharusnya setelah kondisi negatif tersebut diatasi. Kekuatan
pengaturan kembali ke kondisi semua ini diperkirakan memiliki
dasar genetik; kecepatan kematangan yang berbeda (maturity
gradients) diketahui terjadi pada bagian-bagian tubuh yang
berbeda, misalnya kepala selalu lebih cepat berkembang daripada
badan, dan badan selalu lebih cepat matang daripada anggota
badan; pengaturan berdasarkan umpan balik yang melibatkan
penyesuaian diri struktur biologis terhadap umpan balik, misalnya
sekresi kelenjar pituitari mempengaruhi berbagai kelenjar lain,
seperti kelenjar tiroid dan kelenjar seksual, sekresi pituitari
169
135
170
171
172
saling berhubungan (Allen, Bell & Boykin: 1994, Brown & Huang:
1995, Brown & Sim: 1994, Cooper: 1994, Ladd & Le Sieur: 1995,
Silberseisen: 1995, Taylor: 1994). Pilihan orangtua atas lingkungan
tetangga, gereja, sekolah dan teman-temannya mempengaruhi
perbendaharaan remaja dalam memilih teman-teman (Cooper&
Ayer-Lopez: 1985). Orangtua juga mengakui bahwa mereka
menyarankan beberapa strategi spesifik kepada anak remaja
mereka dengan tujuan menolong mereka membangun hubungan
teman sebaya yang lebih positif (Rubin & Sloman: 1984). Hasil
penelitian mengatakan bahwa remaja yang memiliki ikatan aman
dengan orangtuanya juga memiliki ikatan yang aman dengan
teman sebayanya, Sebaliknya, remaja yang tidak memiliki ikatan
yang aman dengan orang tuanya juga tidak memiliki ikatan yang
aman dengan teman sebayanya (Armsden & Greenberg: 1984).
Penelitian lain mengatakan bahwa remaja yang lebih tua yang
memiliki sejarah ikatan yang buruk dengan orangtuanya
melaporkan ketidakpuasan atas hubungan mereka dengan
sahabat mereka dibandingkan dengan rekan-rekan sebaya lain
yang memiliki ikatan yang baik (Fisher: 1990)143.
Di Desa Wiralaga ini, remaja dengan perubahan psikologis dari
seorang anak ke masa remaja, ingin membebaskan dirinya dari
kehidupan masa kanak-kanak menuju kemandirian. Mereka
mengalami beberapa dilema dalam kesehariannya, berupa
orangtua yang melarang anak perempuannya berpacaran, padahal
kebutuhan untuk mengenal lawan jenis telah tumbuh pada diri
remaja. Remaja pada usia akhir biasanya diperkenankan oleh
orangtua untuk mengenal lawan jenis lebih dekat karena dianggap
telah memiliki kemampuan bertanggung jawab.
Seperti yang dilakukan DI (13) dengan pacarnya RI (13). Keduanya
saling mengenal di sekolah dan berada di satu kelas yang sama. DI
sesungguhnya tidak diperbolehkan untuk berpacaran oleh
orangtuanya. DI melakukan pacaran ini tanpa sepengetahuan
orangtuanya. Keduanya saling mempunyai panggilan kepada
sesamanya. DI memanggil RI dengan kata Kakak sedangkan RI
143
173
174
175
Ibid hal.422
176
http://www.pbs.org/newshour/updates/spring-fever/
Op.cit Santrock hal 428
177
178
179
180
dan lipstick. Tuntutan untuk menjadi lebih ini bisa jadi oleh sebab
datang dari diri si remaja yang mencontoh tindakan orang dewasa
atau karena dorongan orang dewasa, agar si anak menjadi lebih
baik lagi, dan berada dalam proses kehidupan manusia yang
berbeda dari masa kanak-kanaknya.
DI (13) dan SU (13), remaja Wiralaga , ketika ada acara jalan-jalan
bersama teman-teman sekolah, acara perpisahan ataupun
bermain ke rumah teman, keduanya telah mengunakan minyak
wangi merek doraemon yang dibelinya di pasar oleh karena
melihat beberapa teman di genknya mengunakan merek yang
sama. Menurut keduanya hal itu dilakukannya agar tetap wangi di
sekolah. Keduanya juga mengenal bedak dari teman-teman
sepergaulannya. Sedangkan DI mengakui setelah memperhatikan
ibunya mengunakan lotion pemutih kulit, membuat dirinya ingin
mencoba agar nampak lebih putih seperti ibunya. Awalnya DI
mengunakan lotion SP milik ibunya, kemudian ia mulai
membelinya sendiri dengan menabung dari uang jajan yang
diberikan oleh orangtuanya.
Saat ini DI mengunakan lotion pemutih SP hampir setiap hari
setelah itu baru ia mengunakan bedak. Senada dengan DI, SU juga
mengunakan lotion SP karena ingin nampak cantik seperti temantemannya yang lain.
ZS (17), menggunakan krim pencerah wajah Tull Je untuk
perawatan wajah. Krim itu dibeli dengan harga Rp 140.000 per
box. ZS mengunakan krim pencerah wajah Tull je itu untuk 3
bulan. ZS terkadang dibelikan oleh orangtuanya atau pacarnya
untuk kebutuhan krim pencerah wajah itu.
ZS mengunakan Tull Je karena ia tidak ingin kulit putih wajahnya
seperti kulit putih beberapa orang teman baiknya di sekolah yang
terlihat putih pucat. Ia juga mengunakan Tull Je atas dasar
pengalaman orangtuanya yang telah membuktikan khasiat
pengunaan krim pencerah wajah tersebut. ZS diperbolehkan
orangtuanya berdandan ketika ia pergi ke kondangan pernikahan
atau ke pesta ulang tahun temannya. Seperti menggunakan bedak,
alis dan lipstik. Selebihnya ketika sekolah ia hanya mengunakan
181
182
Salap149 itu untuk mutihin dahi. Supaya halus muka. Denda150 perlu
bedak. Denda pakai pembersih muka, sabun pembersih. Paling
sabun mandi untuk membersihkan muka. Dulu pernah pakai sabun
pembersih muka tapi mahal. Denda terbeli, kata AT (09/05/2015).
Salap: salep pemutih kulit yang dijual di warung dengan harga 3 buah rp 10.000
dengan tube berwarna putih. Terdapat dua jenis salep pemutih, salep pemutih kulit
untuk mendapatkan hasil kulit berwarna putih dan salep pemutih kulit untuk
mendapatkan hasil kulit berwarna kuning.
150
Denda= tidak ( bahasa mesuji)
183
184
Purwoastuti, Th. Endang, dan Elisabeth Siwi Walyani, Panduan Materi Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana, PT. Pustaka Baru 2015, hal 69-70
152
Ibid hal. 71 -72
153
Ibid hal.75
185
Ibid hal. 74
Gubalan=kawin lari (bahasa mesuji)
156
Biting= peniti (bahasa mesuji)
155
186
pakaian dalamnya. Selain jimat ibu hamil yang kata Juli dapat
menjaga dirinya dari kuntilanak, ia juga dijaga dengan 4 buah daun
tomat yang berbulu yang ditempatkan di setiap bucu-bucu157
tempat tidurnya guna menangkal kekuatan jahat. Di bawah ruang
kamarnya yang berada di rumah panggung, tepat di bawah tempat
tidur, orangtuanya memasangkan batok kelapa dan kepala nenas
dan buah kundu158. Batok kelapa itu dipasang menjadi berbentuk
boneka diikat duri seperti jelangkung dan dipasang bersama
kepala nenas serta buah Kundu.
b. Masa Trimester II
Fase Timester II merupakan fase terbaik bagi ibu hamil. Ibu hamil
akan merasa lebih sehat, adanya peningkatan dorongan seks, dan
perubahan bentuk yang lebih berisi. Keluhan sakit perut atau
kembung serta sering buang gas juga banyak dirasakan pada fase
ini. Sesak napas, mulas, pembengkakan kaki juga mungkin menjadi
salah satu keluhan Ibu Hamil159.
Disaat ia mengalami masa hamil, Juli menyukai buah-buahan
seperti cermin (ceremai)160, kedondong, pelam161 dan jambu air
kecil. Ia tidak diperbolehkan untuk memakan ikan pari asin karena
khawatir dapat membuat temuni (ketuban)162nya bisa melekat
sehingga susah untuk melahirkan. Ia tidak diperbolehkan makan
batang tebu karena dapat mengakibatkan pendarahan. Suaminya
Gono dilarang menyembelih hewan baik itu ayam maupun burung
juga tidak diperbolehkan membunuh ular. Ia dilarang untuk
nyisik163 ikan hidup takut anaknya nanti lahir nyizir 164 . Karena
posisi ikan hidup ketika di sisik kulitnya biasanya sedang tegang,
maka untuk sehari hari masakan ditangani oleh Ibunya sedangkan
Juli biasanya hanya memasak nasi. Dia juga tidak diperbolehkan
oleh orangtuanya duduk di tengah antara pintu masuk karena
157
187
Ibid hal.75
Gede/Nye: nenek (bahasa mesuji)
166
188
189
190
keduanya; aliran cairan ketuban yang deras dari vagina; Leher rahim
membuka sebagai respons terhadap kontraksi berkembang167.
Proses persalinan juga terbagi menjadi proses persalinan
normal dan operasi atau Ceasar (C-section). Proses persalinan normal
adalah persalinan melalui jalan lahir yang diawali dengan rasa mulas
dan nyeri yang datang secara teratur, semakin lama semakin kuat dan
semakin nyeri, sampai anak berhasil dilahirkan. Proses kelahiran anak
diikuti oleh kelahiran ari-ari. Seringkali jalan lahir mengalam robekan
(ruptur perineum) dan butuh beberapa jahitan untuk
memperbaikinya168. Sedangkan persalinan dengan cara operasi atau
biasa disebut sebagai bedah cesar (bahasa Inggris: ceasarean section
atau cesarean section dalam Inggris-Amerika) atau bisa disebut Csection (disingkat CS) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan
rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar
umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina
tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis
lainnya. Proses pesalinan CS umumnya dilakukan oleh tim dokter yang
beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi
dan bidan. Jenis CS diantaranya adalah jenis klasik dengan sayatan
vertikal namun sudah jarang dilakukan karena beresiko komplikasi;
sayatan mendatar yang dapat meminimalkan risiko pendarahan dan
cepatnya penyembuhannya; histerektomi caesar yaitu bedah dengan
pengangkatan rahim yang hanya dilakukan pada kasus tertentu dan
bedah caesar bentuk lain seperti extraperitoneal CS atau Porro CS169.
Setelah bayi lahir, hubungan ibu-anak direkatkan melalui
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) oleh para tenaga kesehatan. Hubungan
ini tidak menjadi masalah pada zaman dulu. Namun seiring jala
hubungan ini berubah, misalnya di Srilanka perempuan perkotaan
bekerja pergi dari desa meninggalkan anak-anaknya. Padahal
pengunaan ASI membuat keduanya memperoleh keuntungan seperti
ibu akan merasa puas karena mengetahui bahwa ia dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayinya dalam beberapa kali sehari; ibu merasa
167
191
192
193
194
195
SW, ibu Juli yang masih keturunan orang Jawa mengatakan bahwa
bila dibandingkan dengan jamu di Jawa maka rasa dari Rujak
Kunyit ini hampir mirip dengan jamu Kunir Asem hanya saja
bertambah bumbu bawang merah dan bawang putih. Rujak Kunyit
juga menambah nafsu makan bagi Ibu habis melahirkan sehingga
kesehatan ibu kembali pulih sejak melahirkan bayi. Ibu mertua Juli
menganjurkan dirinya mengunakan pilis yang terbuat dari cakar
jeringo (akar jeringo), bunglai (bangle), kunyit, cabe jawe (cabe
rawit), kapur sirih yang diulek kemudian diberi air sedikit
kemudian di taruh di kening ibu yang telah selesai melahirkan.
Menurut mertuanya, pilis itu digunakan agar mata ibu yang lahiran
tidak terkena penyakit mata rabun. Walau tidak semua ia kerjakan
dan ia makan tetapi informasi itulah yang ia dapat dari beberapa
anggota keluarganya. Pada saat bayi IF sakit, biasanya langsung
dibawa ke Puskesmas karena jarak dengan puskesmas sangat
berdekatan. Bayi IF diberi petugas kesehatan parasetamol sirup
untuk menangani sakit pilek dan flu yang di derita.
Resep Rujak Kunyit untuk Ibu Pasca Bersalin
Bahan-bahan:
1 Ons Kunyit Kuning
3 siung Bawang merah
2 siung Bawang putih
Asam jawa secukupnya
Gula secukupnya
Garam secukupnya
Cara Membuat:
1. Kupas kulit kunyit lalu diiris tipis kemudian dicuci dengan air.
2. Kupas bawang merah dan putih lalu diiris tipis kemudian
dicuci dengan air.
196
197
Terkene atau sawan, adalah sakit yang diderita oleh bayi alm.kakak MAYA yang
meninggal oleh karena sakit panas tinggi lalu kejang. Usianya baru 6 hari. Sebagian
dari masyarakat menyebut penyakit ini juga sebagai penyakit budak, atau penyakit
yang biasa diderita oleh anak-anak (budak) namun dapat mengakibatkan meninggal.
198
199
200
201
202
203
204
179
205
Effective communication in Health and Social Care, BTEC Health and Social Care
rd
Level2, 3 edition, 2013 hal.58
181
Opcit. Communication in health and social care, hal 8
182
Opcit. Communiacation in health and social care hal 14
206
207
Nyerape: Meminta maaf oleh pihak laki-laki terhadap pihak perempuan dalam
adat mesuji ketika terjadi gubalan
208
209
2000 atau kadang hanya untuk keluarga saja. Penghasilan ayahnya itu
dipergunakan untuk biaya-biaya harian termasuk biaya rumah tangga
keluarga, listrik, cicilan motor, pendidikan adik Juli, makan Juli seharihari dan belanja susu serta kebutuhan bayi. Juli kadang merasa malu,
karena walaupun sudah bekeluarga masih meminta kepada
orangtuanya.
Tabel 4.3 Jadwal Harian Juli dan Bayi IF di Rumah
Pukul
Kegiatan
210
211
185
212
DI memanggil RI
RI memanggil DI
188
Ken: permainan judi angka untuk hiburan ibu-ibu rumah tangga di tempat
tinggalnya.
187
213
214
215
216
217
BAB 5
CATATAN AKHIR
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian Riset Etnografi Kesehatan 2015 yang telah
dilaksanakan di desa Wiralagadapat disimpulkan bahwa dalam
penanganan permasalahan yang ada diperlukan adanya jalan keluar
yang diharapkan dapat membantu penanggulangan terutama terkait
permasalahan tematik yang diambil dan permasalahan terkait dengan
pola hidup sehari-hari dari masyarakat desa Wiralaga. Dari data yang
didapatkan di lapangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pada dasarnya, masyarakat Desa Wiralaga I dan II, sudah
memahami akan pentingnya kesehatan sehingga upaya pencarian
pengobatan (Health Seeking Behavior) yang dilakukan sudah
memanfaatkan pelayanan kesehatan modern. Selain pelayanan
kesehatan modern beberapa pengobatan tradisional dan alternatif
tetap dilakukan oleh masyarakat setempat.
2. Kemitraan yang dilakukan antara Bidan Desa dan Dukun Bersalin
sudah sangat baik. Kesadaran akan pentingnya persalinan yang
aman dan diinisiasi oleh Program JAMPERSAL beberapa tahun
yang lalu, membuat masyarakat mempercayai keberadaan Bidan
Desa dan tetap menggunakan Dukun Bersalin sebagai mitra
persalinan.
3. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai sebagai early warning
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa
Wiralaga Mesuji diantaranya adalah penyakit TB Paru dan Stroke.
Penyebaran TB paru akan semakin tinggi di Desa ini karena tingkat
kepadatan hunian yang tinggi dan jarak antar rumah yang dekat.
Hipertensi dan stroke memainkan peranan yang tinggi dalam
angka mortalitas masyarakat Wiralaga.
4. Dua diantara Triad Substances yaitu rokok dan narkoba harus
menjadi perhatian oleh tenaga kesehatan. Penggunaan
narkobamasyarakat berpotensi meningkatkan risiko angka
kejadian ODGJ dan perilaku merokok perempuan Wiralaga
menjadi faktor risiko berbagai penyakit tidak menular.
218
219
lainnya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui acaraacara formal maupun informal.
3. Perlu dilakukan FGD dan Survey Cepat sebelum melakukan
pemberian bantuan besar-besaran mengenai WCUmum. FGD
dapat diarahkan untuk mencari solusi penyelesaian mengenai
keberlangsungan terus-menerus (sustainablity) program tersebut
seperti biaya operasional, petugas yang bertanggung jawab dan
sebagianya. Selain itu Metode Survey cepat akan mejawab secara
kuantitatif, seberapa besar kesiapan moral dan tanggungjawab
masyarakat Wiralaga untuk bersedia menggunakan WC Umum,
kemudian sebesara banyak masyarakat yang mau menjaga
kebersihan WC Umum, dan sebagainya sehingga dapat dikalkulasi
terlebih dahulu apakah program yang diberikan akan bisa berjalan
langgeng atau tidak seperti program-program pemerintah
sebelumnya.
4. Sebagai sebuah adat tradisi, gubalan sangat dekat dengan
kebudayaan masyarakat sehingga budaya ini jika tidak dapat
dihilangkan serta merta, perlu modifikasi dan pengawasan yang
lebih ekstra. Pada Undang-Undang Adat Mesuji dijelaskan
mengenai pergaulan antara muda-mudi yang begitu ketat namun
denda/sanksi adat terasa tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini.
Sehingga Dewan Adat disarankan untuk merevisi sekaligus
memodifikasi beberapa item mengenai pergaulan muda-mudi
seperti acara muda-mudi memotong kayu bersama diganti
menjadi acara muda-mudi yang lebih relevan dan produktif pada
zaman ini seperti Mengadakan Festival Adat. Festival Adat dapat
dilaksanakan sekali setahun dengan persiapan sepanjang tahun.
Selain mengisi waktu pemuda-pemudi di Wiralaga cara ini juga
menjadi daya tarik wisata untuk berkunjung ke Wiralaga.
5. Diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak, dalam
pemeberlakuan kebijakan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) di
dalam masyarakat tidak hanya terbatas pada level pemerintahan
desa, kecamatan, provinsi tetapi juga lingkup kalangan adat,
pendidik dan kaum agamawan. Di level desa dapat dilakukan
misalnya dengan penentuan usia yang boleh melakukan Gubalan,
dalam syarat-syarat Gubalan di desa yang didukung oleh kebijakan
220
221
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Ali Hyder and Richard H. Morrow, 2005. Culture, Behavior and
Health.
Arida, I Nyoman Sukma, dkk, 2005. Seks dan KehamilanPranikah:
Remaja Bali di Dua Dunia, Ford Foundation dan Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2012. Kajian
Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi Di Indonesia: Dampak
Overpopulation, Akar Masalah Dan Peran Kelembagaan Di Daerah.
Jakarta : BKKBN.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar
2013.Jakarta;Balitbangkes Kemenkes RI.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mesuji. Mesuji dalam Angka
2014.
Bonita R, Baeglehole R, Kjellstorm T, 2006. Basic of Epidemiology.
Switzerland: World Health Organization Press.
BTEC Health and Social Care Level2 (2013), Effective communication in
Health and Social Care, 3rd edition,-Departemen Keseharan/Direktorat Bina Gizi Masyarakat Unicef dan
Perdhaki (1981), Menyusui dan Kesehatan: Breast-Feeding and Health,
--Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011.
Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas
Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. Kementerian
Kesehatan RI.
Dirjen P2&PL Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Lintas
Diare. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Dirjen P2&PL Kementerian Kesehatan. 2012. Pedoman Pengendalian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
222
Adat
Wiralaga
Mesuji,1989.Sejarah
Singkat
Desa
223
224
Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific (WSP-EAP).
2009. Informasi Pilihan Jamban sehat. World Bank Office Jakarta.
World Health Organization (WHO), 2014. Medical Anthropology Study
of the Ebola Virus Disease (EVD) Outbreak in Liberia / West Africa.
Page 3.
World Health Organization (WHO), 2014. Working with communities
in Gueckedou for better understanding of Ebola. Accessed at May, 4th
2015 on http://www.who.int/features/2014/communities-gueckedou/en/
World Health Organization. 1996. ICD-10 Guide For Mental
Retardation. Geneva. WHO. Accesed June 27th, 2015 on
http://www.who.int/mental_health/media/en/69.pdf
225
226
Glossary
Bahasa Mesuji
Bahasa Indonesia
Yao/ Jao
Ya
Denda/Ndak gala
Tidak
Ngape/Ngapa
Kenapa
Kalu
Kalau
Ape Kabar
Apa Kabar
Kage
nanti
Lemak Nian
Enak sekali
Ladang
Ume
Laut
Sungai
Otok
Ketek
Dudok
duduk
Mising
Kemeh
Berape harganye
Berapa harganya
tampung1-2 orang
227
Malam
Malam
Pagi
Pagi
Siang
Siang
Petang
Sore
Ayah
Ayah
Uma/Ema
Ibu
Nye/Gedey
Nenek
Iyek
Kakek
Pedeh
Lapar
Peut
Perut
Cucung
Cucu
Keting
Kaki
Mate
Mata
Dahi
Muka
Burit
Pantat
Pukang
Paha
Ayek
Air
Mamang
Paman
Bibi
Bibi
Buri
Belakang
228
Jahat
Jelek
Jahat Nian
Jahat
Payo
Ayo
Nyelik
Lihat
Terima Kaseh
Terima kasih
Dikit
Sedikit
Senjong Kecil
Baskom kecil
Baskom berjaring-jaring
Dandang
Dandang
Pan pindangan
Panci
Koli
Pengorengan
Sok besi
Sodet
Sudu
Sendok
Serampang
Garpu
Cangker
Gelas
Bong
Ande
Bile
Jabe
Teras
229
Dapou
Dapur
Kersi
Kursi
Ayonan
Ayunan bayi/anak
Lawang
Jendela
Gubalan
Rasan
mude/Rasan
sanak
Suku
Belarian
Orang
Tobo/Wang tobo
230
Kepala Dusun.
Kuntilanak
Ngajiwang
Berewang
Nyizir
Bucu
Pojok/sudut.
dan tali
rumah.
dengan
itu bayi
beranak
Perwatin
Aparat desa.
Nyelundup
Datang
Kecil/Sirih Tanya
231
232