KELOMPOK 2 :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar
kita yakninya Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan
pada saat sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat mengenai “Tindakan Khusus pada Kegawatan Sistem Pernafasan:
Jalan Nafas Buatan”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan
Allah SWT.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korban gawat darurat dengan kesadaran menurun mempunyai resiko
tinggi untuk gangguan jalan nafas, dan kerap kali memerlukan jalan nafas
defenitif. Pada korban gawat darurat, jalan nafas defenitif ditujukan untuk :
memberikan jalan nafas yang adekuat, memberikan oksigenasi tambahan,
membantu ventilasi dan mencegah aspirasi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tindakan khusus pada kegawatan sistem pernafasn: jalan nafas
buatan ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui tindakan khusus pada kegawatan sistem pernafasn: jalan nafas
buatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep gangguan jalan nafas
b. Untuk mengetahui tindakan jalan nafas buatan :
1
1) Penekanan krikoid (sellick manuever)
2) Penanganan jalan nafas pada korban trauma
3) Laryngeal mask airway (lma)
4) Combitube
5) Needle krikotiroidotomi
6) Trakheostomi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
laring atau trakea atau karena pendarahan dalam jaringan lunak yang menekan
jaln nafas.
Penyebab utama jalan nafas pada korban tidak sadar adalah hilangnya
tonus otot tenggorokn sehingga pangkal lidah jatuh menyumbat faring dan
epiglottis menutup laring. Bila korban masih bernafas, berarti terjadi sumbatan
partial yang menyebabkan bunyi nafas saat inspirasi bertambah (stridor),
sianosis (pucat sebagai tanda lanjut) dan retraksi otot pernapasan tambahan.
Tanda ini akan hilang pada korban yang tidak bernapas.
4
Keuntungan pemasangan pipa endotrakeal:
Tepeliharanya jalan nafas
Dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi
Menjamin tercapainya volume tidal yang diiginkan
Mencegah terjadinya aspirasi
Mempermudah pengisapan lendir di trakea
Merupakan jalur masuk obat-obatan resusitasi
Karena kesalahan letak pipa endotrakeal dapat menyebabkan kematian maka
tindakana ini dilakukan oleh penolong yang terlatih.
Henti jantung
Korban sadar tidka mampu bernapas dengan baik seperti pada kasus:
edema paru, guillan-Bare syndrom, dan sumbatan jalan nafas
Perlindungan jalan nafas tidak memadai misalnya pada korban dengan
koma atau arefleksi
Penolong tidak mampu memberikan bantuan nafas dengan cara
konfensional
5
i. Plester dan gunting
j. Alat penghisap lendir
Teknik pemasangan
6
Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 10-12 liter/menit)
7
EET masuk kedalam oesopagus yang dapat menyebabkan hipoksia
Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringoskop dengan gigi
Gigi atah
Laselerasi pada faring dan trakea akibat stiller
Kerusakan pita suara
Perforasi pada faring dan esophagus
Muntah dan aspirasi
Pelepasan adrenalin dan noradrenalin akibat intubasi sehingga terjadi
hipertensi,takikardi dan aritmia
EET masuk kedalam salah satu bronkus. Umumnya masuk ke bronkus
kanan untuk mengatasinya tarik EET 1-2 cm sambil dilakukan inspeksi
gerakan dada
8
4. Laryngeal Mask Airway (LMA)
LMA merupakan sebuah pipa dengan ujung distal yang
menyerupai sungkup dengan tepi yang mempunyai balon sekelilingnya.
Pada terpasang bagian sungkup ini harus berada di daerah hipofaring
sehingga saat balon dikembangkan maka bagian terbuka dari sungkup
akan menghadap ke arah lubang trakhea membentuk bagian dari jalan
nafas.
5. Combitube
Alat ini merupakan gabungan ETT dan obturator oeshopageal. Pada
alat ini terdapat 2 daerah berlubang, satu lubang di distal dan beberapa di
tengah, lubang – lubang ini dihubungkan melalui 2 saluran yang terpisah
9
dengan 2 lubang di proksimal yang merupakan interface untuk alat bantu
nafas. Selain itu terdapat 2 buah balon, satu proksimal dari lubang distal dan
satu proksimal dari deretan lubang ditengah . Ventilasi melalui trakhea
dapat dilakukan melalui lubang distal (ETT) dan tengah (obtutator). Alat ini
dimasukkan tanpa laringoskopi, dari penelitian dengan cara memasukkan
seperti ini 80% kemungkinan masuk ke eosophagus.
Setelah alat ini masuk, kedua balon dikembangkan dan dilakukan
pemompaan, mula – mula pada obtutator seraya dilakukan inspeksi dan
auskultasi apabila ternyata dari pengamatan ini tidak tampak adanya
ventilasi paru pemompaan dipindahkan pada EET dan lakukan kembali
pemeriksaan klinis. Kinerja ventilasi, oksigenisasi dan perlindungan
terhadap aspirasi alat ini sepadan dengan EET dengan keunggulan lebih
mudah dipasang dibandingkan EET.
6. Needle Krikotiroidotomi
Tindakan ini dilakukan untuk membuka jalan nafas sementara
dengan cepat, apabila cara lain sulit dilakukan. Pada teknik ini membran
krikotiroid disayat kecil vertikal, dilebarkan dan dimasukkan EET.
7. Trakheostomi
Teknik ini bukan pilihan pada keadaan darurat (life saving).
Tindakan ini sebaiknya dilakukan di kamar bedah oleh seorang yang ahli.
Ada 2 jenis yang biasa dipakai:
Penghisap faring yang kaku, pada alat ini diperlukan tekanan negatif
yang rendah sekali
Penghisap trakheobronkhial yang lentur, alat ini mempunyai syarat :
o Ujung harus tumpul dan sebaiknya memiliki lubang di ujung dan
di samping
o Lebih panjang dari EET
o Licin
o Steril dan sekali pakai
Cara melakukan penghisapan lendir
10
Lakukan hiperventilasi dengan F1O2 100% selama 15-30detik
Gunakan kateter trakheobronkial dengan diameter tidak lebih dari 1 cm
diameter dalam EET. Lama penghisapan tidak lebih dari 10 detik
Bila setelah penghisapan selama 10 detik ternyata masih belum bersih
maka dapat dilakukan penghisapan kembali, di antara penghisapan harus
diselingi dengan ventilasi seperti di atas.
Setelah selesai penghisapan lakukan hiperventilasi dengan F1O2 100%
selama 15-30 detik.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jalan nafas dapat secara tiba-tiba dan lengkap, atau perlahan
dan parsial. Peristiwanya dapat progresif atau dan rekuren. Takipnea walaupun
dapat disebabkan nyeri atau ketakutan, namun harus selalu diingat
kemungkinan ganggunan jalan nafas yang dini. Karena itu penilaian jalan nafas
serta pernafasan sangat penting.
Jalan nafas buatan terdiri dari beberapa tindakan antara lain seperti
penekanan krikoid (sellick manuever), penanganan jalan nafas pada korban
trauma, laryngeal mask airway (LMA), combitube, needle krikotiroidotomi dan
trakheostomi
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber atau bahan bacaan bagi
mahasiswa khususnya dalam tindakan khusus pada kegawatan sistem
pernafasan : jalan nafas buatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sartono, Masudik dan Ade Eneh Suhaemi. 2014. Basic Trauma Cardiac Life
Support. Bekasi : GADAR Medik Indonesia
13