Anda di halaman 1dari 14

perlindungan hukum dalam peraktek keperawatan

Perlindungan Hukum dalam Praktik Keperawatan


Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok
masyarakat . dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur
semua anggota masyarakat.

Tujuan hukum dalam keperawatan


Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan,
perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan
masyarakat .perawat yang mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik
perawat serta standar asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman
dan kompeten.

Fungsi hukum dalam keperawatan


 Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan
yang sah dalam asuhan klien.
 Hokum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan
lain.
 Hokum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.

Sumber hukum
Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-undangan,
hukum peraturan, dan hukum umum.
1. Hukum Perundang-undangan
Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan menjelaskan
batasan legal praktek keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak
penyandang cacat di tempat kerja, institusi pendidikan, dan dalam masyarakat.
2. Hukum peraturan atau hukum administratif
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh
hukum peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang
tidak kompeten atau tidak etis.
3. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus
hukum individu diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak
klien untuk menolak pengobatan.

Tipe Hukum
1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam masyarakat
dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal. Contohnya antara lain
pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan
mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap


litigasi. Good Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk
melindungi perawat saat memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan
praktik yang kompeten dan aman yang sesuai dengan undang-undang dan standar
praktik merupakan landasan hukum utama terkait keamanan bagi perawat.
Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan komponen perlindungan hukum
yang penting bagi perawat.

Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi


diantaranya:
Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi
penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi kegawatan
terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi penyimpangan berat
dari standar asuhan normal atau kesalahan yang disengaja di pihak penyedia
layanan kesehatan.
Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik
terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi
tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi pertanggungan
bagi semua pegawai, termasuk semua perawat. Dokter atau rumah sakit dapat
dituntut karena tindak kelalaian yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat
dituntut dan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik.Rumah
sakit dapat menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit
mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus
sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang
disediakan oleh rumah sakit saja.
Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis
prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab
mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang meminta.
Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten adalah
upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya memberikan
asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka dan dalam batasan
kebijakan instansimaupun prosedur yang berlaku.penerapan proses keperawatan
merupakan aspek penting dalam memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.
Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat
digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
Laporan insiden adalah catatan instantsi mengenai kecelakaan atau kejadian luar
biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang dibutuhkan
kepada personel instansi.
Peran Perawat Berdasarkan Hukum
Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung,
masing-masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai penyedia
layanan, pegawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga
negara.

 Penyedia Layanan
Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten. Tersirat
dalam peran ini adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung wajib, standar
asuhan, dan kewajiban kontrak.
Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung jawab sesuai
hukum terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan pemberian ganti rugi secara
finansial atas tindak pelanggaran. Perawat, contohnya memiliki kewajiban untuk
berpraktik dan mengarahkan praktik yang dilakukan orang lain di bawah
pengawasan perawat tersebut sehingga bahaya atau cedera pada klien dapat
dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.
Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara hukum
dibatasi oloeh undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan tindakan yang
rasional dan bijaksana, yaitu tindakan yang dilakukan oleh tenaga profesional yang
rasional dan bijaksana, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
sama pada situasi yang sama.
Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan perawat, yaitu
tugas untuk memberikan asuhan, yang ditetapkan berdasarkan kontrak tersurat dan
tersirat.

 Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan


Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan
lembaga tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk kontrak
tersirat. Namun perawat yang diperkerjakan secara langsung oleh klien, contohnya
perawat pribadi, mungkin memiliki kontrak tertulis dengan klien tersebut berisi
persetujuan perawat untuk memberikan layanan profesional dengan biaya imbalan
tertentu. Perawat dapat tidak memenuhi ketentuan dalam kontrak bila ia sakit atau
meninggal dunia. Namun kendala dan masalah pribadi, seperti mobil perawat
mogok, bukan alasan yang diterima untuk melanggar kontrak
 Warga Negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap individu
yang berada di bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran melindungi klien
dari bahaya dan menjamin pemberian hak atas harta pribadi mereka, hak atas
privasi, kerahasian, dan hak-hak lain. Hak ini juga berlaku bagi perawat.

Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan


Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran
mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan
haknya untuk menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang
benar, serta mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian
terhadap pasien yang rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk
melaporkan perawat yang diduga melakukan penyalahgunaan zat kimia.

Standar Pelayanan
Standar pelayanan ( standard of care ) merupakan pedoman legal bagi praktik
keperawatan dan memberikan batasan minimum pelayanan keperawatan yang
dapat diterima. Standar tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi.
Dalam sebuah tuntutan malpraktek, standar pelayanan keperawatan mengukur
tindakan keperawatan dan menentukan apakah perawat melakukan tindakan yang
layak dan bijaksana seperti yang dilakukan perawat lainnya dalam situasi yang
sama. Pelanggaran terhadap standar pelayanan keperawatan merupakan salah satu
elemen yang harus dibuktikan dalam kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan.

Dalam tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli keperawatan


memberikan kesaksian kepada juri tentang standar pelayanan keperawatan. Juri
menggunakan standar pelayanan sebagai dasar untuk menentukan apakah perawat
telah melakukan tindakan yang sesuai.

Persetujuan
Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua
pengobatan rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa program
pengobatan seperti kemoterapi dan penelitian yang melibatkan pasien.

Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan,
seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan
lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan.
Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan
kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien
sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat
klien tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.

1. Pengertian malpraktek.

malpraktek didefinisikan merupakan “kelalaian dari seseorang dokter atau perawat


untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang
terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama” .

Untuk malpraktek hukum dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang
dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative
malpractice.

1.Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice


manakala perbuatan tersebut merupakan kesengajaan,kelalaian, kecerobohan.
Criminal malpractice yang bersifat sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal
344 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan
tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

Criminal malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan


luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat
melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice
adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada
orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

2. Civil malpractice

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang
telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan
civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan
prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga
kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala
tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan
profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban
tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang
bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

Dasar Perlindungan Hukum

1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan
pemerintah.
2. Pasal 54
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden
3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

4. Pasal 344 KUHP “Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum
penjara selama-lamanya duabelas tahun.”

5. Pasal 299 KUHP


(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan
pengobatan itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia
seorang dokter, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pekerjaannya, maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.
Nursing Advocacy
5:55 AM |

Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang ia buat.

Menurut para ahli perawat advokat ada 3 yaitu:

1. Ana pada tahun 1985


Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah
yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun.
2. Fry pada tahun 1987
Advokasi sebagai dukungan aktif tarhadap setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
3. Gondow pada tahun 1983
Advokasi merupakan dasar falsafat dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara
aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri.
Perawat sebagai advokat merupakan penghubung antara klien tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien,membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pedekatan tradisional maupun
profesional,narasumber dan fasilitator dalam tahap pengembalian keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani oleh klien.
Peran Advokat Keperawatan
1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum
2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan
3. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran nonaksi
Tanggung jawab perawat
Secara Umum: Mempunyai tanggung jawab dalam memberikan aspek,meningkatkan ilmu
pengetahuan dan menigkatkan diri sebagai profesi.
Secara khusus: Memberikan aspek kepada klien mencakup asapek bio-spiko-sosio-kultural-spiritual
yang kompehansif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Dalam menjalankan tugasnya perawat dilindungi oleh Undang-Undang no. 6 tahun 1960 UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga perawat termasuk dalam tenaga
bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,termasuk bidan dan asisten farmasi
dimana dalam menjalankan tugas di bawah pengawasan dokter,dokter gigi,dan apotek.
Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintahan membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan
bidang.Bidang seperti halnya dokter,diijinkan mengadakan praktik swasta,sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diijinkan.

A. Nursing Advocacy
Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang buat.

Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu klien,memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendeketan tradisional
maupun profesional.

Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:

1. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapa pun.
2. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap hal yang memiliki
penyebab atau dampak penting.
3. GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan
nasibnya sendiri.

Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan,meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.
Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasarnya.

Peran perawat sebagai advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat
bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien)
perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.

Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak klien
tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani
perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:

1. penyakit yang dideritanya;


2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya;
4. alternatif terapi lain beserta resikonya;
5. prognosis penyakitnya;
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/
tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent);
10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan
serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya;
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain;
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana
pelayanan kesehatan;
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second
opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang menangani;

B. Pengambilan Keputusan Legal Etis


Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi seorang
manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat dan
tepat pula.

Definisi pengambilan keputusan

1. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang
harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.

2. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.

3. Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara yang seharusnya


dengan yang terjadi.

Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:

 laporan anggaran
 laporan sensus pasien
 catatan medis
 catatan personil pegawai
 laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
 waktu libur

pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian tahapan
yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:

1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.


2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam
menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik inovatif untuk
perbaikan jalannya kelembagaan.
3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang dibuat
sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.

Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan manajemen dibagi
menjadi dua macam:

1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi masalah.
Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan
peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama. Misalnya keputusan
tentang cuti hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan bersifat
baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan
dengan pasien.

Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan menjadi
dua model:

1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam pemilihan
satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk mengenal dan
menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada pengamatan
dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.

Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan


Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan kelompok. Dalam pengambilan
keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya berpartisipasi dalam mengambil keputusan,
kecuali dalam menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam pengambilan keputusan kelompok,
kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan keputusan akhir.

Tipe Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)


2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

C. Metode Pemecahan Masalah

Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan yang dikehendaki.
Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah secara sistematis. Hal ini perlu untuk
mengatasi kesulitan pada waktu membuat keputusan, misalnya menghadapi situasi yang tidak
diduga (pada keputusan yang tidak terprogram atau tidak rutin).

Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:

 Masalah
 Desired state (keadaan yang diharapkan)
 Current state (keadaan saat ini)
 Pemecah masalah/manajer
 Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
 Solusi.

Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus mengetahui perbedaan
antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan oleh masalah. Kedua, masalah
menyebabkan gejala. Ketiga, ketika masalah dikoreksi maka gejala akan berhenti, bukan sebaliknya.
Masalah mempunyai beberapa struktur

1. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan antar
elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah. Pemecah masalah tersebut
adalah komputer. Karena komputer dapat memecahkan masalah tanpa perlu melibatkan
manajer.
2. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau hubungan antar
elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh
manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian besar tugas memecahkan masalah.
3. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau hubungan yang
dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh manajer dan
komputer, yang harus bisa bekerja sama memecahkan masalah.

Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University pada tahun 1970,
mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:

1. Mengenali kontroversi (masalah)


2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).

Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap pemecahan masalah
sebagai berikut:

1. Menyelidiki Situasi

Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek penentuan
masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.

1. Mengembangkan Alternative

Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan berbagai alternative


yang kreatif dan imajinatif.

1. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik


Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus mengevaluasinya untuk melihat
keefektifan setiap alternative melalui dua kriteria, yaitu seberapa realistis alternative itu dipandang
dari sumber daya organisasi yang dimiliki dan seberapa baik alternative itu akan membantu
memecahkan masalah.

1. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut

Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa langkah yang dapat
ditempuh :

1. Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti untuk mencari arti atau
penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan informasi baru dari
data yang ada.
2. Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya dari perwujudan
sasaran.
3. Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi beberapa bagian
masalah yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan secara sendiri-sendiri.
4. Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari bukti, pengertian dan
penghayatan.
5. Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.
6. Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran kepada data yang
ada.

Dalam pemecahan masalah yang menyangkut manusia, seringkali terdapat sisi yang terlupakan,
yaitu “perasaan”. Perasaan dapat menimbulkan hambatan mental yang menyebabkan proses
pemecahan masalah terganggu. Hambatan mental merupakan perasaan frustasi yang dapat
menghentikan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah, antara lain:

1. Aku (ego), yaitu yang menyangkut harga diri seseorang.


2. Kecemasan
3. Semantik, yaitu mempunyai makna ganda.
4. Ritual, yaitu peraturan, kebiasaan, atau prosedur yang harus dilalui.

Untuk menanggulangi hambatan mental dapat dilakukan dengan cara-cara:

1. Curah pendapat
2. Menggunakan suatu analogi
3. Menggunakan imajinasi untuk membentuk kreasi baru
4. Persepsi
5. Dengan komunikasi secara berkelompok.

Anda mungkin juga menyukai