KESEHATAN YG LAZIM
PADA ANAK
Anak dengan peningkatan suhu tubuh
Anak dengan gangguan cairan dan elektrolit
Anak –anak yang menjalani pembedahan
ANAK DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH
Kriteria hasil
Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan
keamanan lingkungan
Intervensi
Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang. Observasi keadaan umum,
sebelum, selama, dan sesudah kejang. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa
kali terjadi. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang. Lindungi
klien dari trauma atau kejang.
Berikan kenyamanan bagi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
anti compulsan
Diagnosa 2
Tujuan
Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
Kriteria hasil
Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas
vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR dalam batas
normal
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital, atur posisi tidur klien
fowler atau semi fowler. Lakukan penghisapan lendir,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Diagnosa 3
Kriteria hasil
Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal
Intervensi
Kaji factor pencetus kejang. Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien. Observasi tanda-
tanda vital. Lindungi anak dari trauma. Berikan
kompres dingin pda daerah dahi dan ketiak.
Diagnosa 4
Tujuan
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Kriteria hasil
Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan
klien teratasi
Intervensi
Kaji tingkat mobilisasi klien. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi
klien. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan. Latih klien
dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien. Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Diagnosa 5
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam,
keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan
kondisi klien.
Intervensi
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga klien. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit
kejang demam melalui penkes. Beri kesempatan pada keluarga
untuk menanyakan hal yang belum dimengerti. Libatkan keluarga
dalam setiap tindakan pada klien.
Evaluasi
DIARE
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cairan,
dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml
sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau
tanpa darah dan atau lendir dalam tinja
(Suharyono 1999:51)
KLASIFIKASI
Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat
dikelompokan atau diklasifikan menjadi :
1. Diare akut terbagi atas
a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau
lebih, terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dehidrasi
3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan
darah
PENYEBAB
Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Faktor Malabsorbsi
Faktor Makanan
Faktor Psikologis
PATOFISIOLOGIS
1. Gangguan osmotik
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik di dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan sirkulasi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus
Hyperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibakan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga
selanjutnya timbul diare pula.
GEJALA KLINIK
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, nafsu makan berkurang
2. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
setelah diare
3. Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan
dan elektrolit maka timbul dehidrasi
ASUHAN KEPERATAN PADA ANAK
DENGAN DIARE
Pengkajian
Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
< 4 kali sehari dan cair (diare tanpa dehidrasi),
BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang).
Atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat), apabila
diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut
adalah diare akut, sementara apabila berlangsung
selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
Riwayat kesehatan
1. Riwayat imunisasi
2. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antiboitik)
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak usia di bawah 2
tahun biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelum, selama atau setelah diare.
4. Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi :
Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi terjadinya diare dan infeksi yang serius.
Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak
dan diberikan dengan botol atau dot.
Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa
haus ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak
malas minum atau tidak bisa minum.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
Gelisah, rewel, (dehidrasi ringan/sedang)
Lesu lunglai, atau tidak sadar (dehisrasi berat)
2. Berat badan
Menurut S. Partono (1999) anak yang diare dengan dehidrasi bisa mengalami
penurunan berat badan.
3. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan
cara mancubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari.
Apabila turgor kembali dengan cepat (kurng dari 2 detik) berarti diare tersebut
tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam
waktu 2 detik) berarti diare dengan dehidrasi ringan / sedang, apabila turgor
kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik) termasuk dehisrasi
berat.
4. Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi ubun-ubunnya biasanya
cekung.
5. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal,
apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya
cekung (cowong), sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat
kelopak matanya sangat cekung.
6. Mulut dan lidah
• Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
• Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sedang)
• Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
7. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, bising usus
yang meningkat.
8. Anus, apakah ada iritasi di kulitnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Posisi stoma