Menginterpretasi hasil USG kehamilan pada tiap trimester dan USG kasus gangguan
reproduksi (kista/mioma/abortus) (HANI)
Pengertian
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) menggunakan gelombang suara pada frekuensi tertentu
yaitu frekuensi diatas 20.000 Hz pada usia kehamilan minimal 16-20 minggu. Transduser
adalah bagian yang sangat penting dari USG oleh karena transduser gelombang suara ultra
dihasilkan yang menghasilkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi lalu ditangkap oleh
penerima (receiver) kemudian memperkuat gelombang suara yang diterima dan mengubahnya
dalam bentuk gambar di layar monitor.
IUP
IUP dan Kehamilan ektopik
2. Menentukan usia kehamilan
Twin IUP
4. Deteksi Mola
5. Perdarahan vagina dan nyeri panggul
6. Aktivitas jantung
Aktivitas Jantung
7. Kelainan Uterus
TRIMESTER II
Skrining trimester kedua kehamilan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Memastikan kehamilan tunggal atau ganda
5. Pematangan Plasenta
6. Jenis Kelamin
7.
ANOMALI
MIOMA UTERI
KISTA
Referensi
Herlambang, H., 2021. Review Ultrasonografi Obsteri Dasar untuk Mahasiswa Kedokteran &
dokter Umum.
POIN 21
Menganalisis usia kehamilan, melalui metode HPHT, TFU, DJJ, dan gerakan janin (ILMY)
Tujuan : Mengetahui usia kehamilan ibu, mengetahui asuhan kebidanan yang akan
diberikan pada ibu dan bayi,
Indikasi : Semua ibu hamil
Kontraindikasi : -
Untuk menganalisis usia kehamilan dapat menggunakan beberapa cara, antara lain :
1. Metode HPHT
- Dengan rumus Naegele
Rumus ini berfokus pada hari pertama haid terakhir (HPHT). Cara menghitung usia
kehamilan dengan rumus ini baik dilakukan bagi ibu hamil yang punya siklus
menstruasi teratur 28 hari. Langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan tanggal HPHT dan tambahkan 40 minggu dari tanggal tersebut. Rumus
ini didasari dengan asumsi bahwa kehamilan dijalani selama 9 bulan (40 minggu)
atau 280 hari. Perkiraan angkat tersebut, maka usia kehamilan bisa diketahui.
b. Cara perhitungannya: setelah ditentukan HPHT; Lalu tambahkan satu tahun;
Kemudian, tambahkan tujuh hari; Terakhir, mundurkan tiga bulan.
c. Contohnya:
HPHT tanggal 17 Desember 2019, maka perhitungannya:
17 Desember 2019 + 1 tahun = 17 Desember 2020;
17 Desember 2020 + 7 hari = 24 Desember 2020;
24 Desember 2020 - 3 bulan = 24 September 2020.
Maka berdasarkan cara menghitung usia kehamilan dengan rumus Naegele,
maka hari kelahiran bayi diperkirakan tanggal 24 September 2020. Meskipun
rumus ini cukup akurat, tapi rumus Naegele tidak bisa diterapkan pada ibu hamil
yang siklus haidnya tidak teratur atau lupa mengenai HPHT-nya (Poerwaningsih,
2022).
Selain dengan perhitungan di atas, Naegele’s rules juga dapa dihitung dengan
cara (Tanggal Kunjungan – HPHT) x 4 1 /3 (Hani, 2011 dalam Utami, et al.,
2019).
2. TFU
Perkiraan Tinggi Fundus Uteri (TFU) juga dapat digunakan sebagai salah satu cara
menentukan usia kehamilan dan taksiran berat badan janin. Caranya adalah dengan
meraba puncak rahim yang terasa menonjol pada bagian perut, hitung jaraknya dari
tulang kemaluan hingga puncak rahim (Poerwaningsih, 2022). Dalam menentukan usia
kehamilan perkiraan TFU ini menggunakan 3 formula yaitu :
1. Formula 1 (Mc Donald) untuk menentukan usia kehamilan yaitu (TFU x 2)/ 7
memberikan umur kehamilan dalam bulan obstetrik, contohnya jika TFU : 30 cm
maka setelah dimasukkan ke rumus ini hasilnya 8,5 bulan. Rumus (TFU x 8)/ 7
memberikan umur kehamilan dalam minggu, contohnya jika TFU : 30 cm maka
setelah dimasukkan ke rumus ini hasilnya 34,2 minggu.
2. Formula 2 (+6, +4) untuk menentukan usia kehamilan apabila tinggi fundus uteri
dibawah pusat maka hasil pengukuran tinggi fundus uteri di tambah enam (+6),
dan apabila tinggi fundus uteri diatas pusat maka hasil pengukuran tinggi fundus
uteri di tambah empat.
3. Formula 3 (TFU = Usia Kehamilan) berapapun hasil pengukuran tinggi fundus
uteri dalam (cm) itu merupakan usia kehamilan dalam minggu (Hani, 2011 dalam
Utami, et al., 2019).
3. DJJ
Denyut Jantung janin dapat terdengar dengan fetoskop/ leanec pada usia kehamilan 20
minggu, dan menggunakan doppler pada usia kehamilan 12 minggu.
Hitung bunyi denyut jantung janin dengan cara 3x tiap 5 detik kemudian jumlahkan dan
dikalikan 4 atau hitung selama 1 menit penuh dan perhatikan iramanya, frekuensi DJJ
normal pada janin ialah 120- 160x/ menit.
Maka jika djj sudah mulai dapat didengarkan dengan laenec berarti usia kehamilan
adalah 20 minggu, namun jika mulai dapat didengarkan dengan doppler berarti usia
kehamilan adalah 12 minggu (Maulani, 2019)
4. Gerakan Janin
Cara menghitung usia kehamilan dengan mendeteksi gerakan janin merupakan cara
manual. Namun, hal yang perlu ditegaskan cara ini tidak 100 persen akurat.
Caranya: ibu hamil hanya perlu merasakan gerakan janin. Jika ibu hamil merasa bahwa
janin sudah mulai bergerak, diperkirakan usia kehamilan adalah 18-20 minggu. Perlu
diingat juga, hal ini hanya berlaku bagi wanita yang baru pertama kali hamil. Bagi wanita
yang sebelumnya sudah pernah hamil, jika sudah bisa merasakan gerakan janin, usia
kehamilan diperkirakan 16-18 minggu (Poerwaningsih, 2022)
Referensi :
Poerwaningsih, S. (2022). Penerapan standar asuhan kebidanan pada ibu hamil
fisiologis trimester I. (2022). Lombok Tengah : Penerbit P4I.
Utami, F. P., Wirakusumah, F. F., Wijayanegara, H., Rasyad, A. S., & Soepardan, S. (2019). UJI
KESESUAIAN ALAT DIGITALISASI TFU, PITA UKUR dan HPHT DALAM MENENTUKAN USIA
KEHAMILAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER DUA DAN TRIMESTER TIGA. Medika Respati:
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(4), 347-354.
POIN 22
Melakukan history taking kehamilan, persalinan, nifas, dan kesehatan reproduksi/WUS
(ILMY)
Pengertian : Anamnesis atau history taking Menurut Redhono dkk (2012) adalah suatu
kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya
yang berwenang untuk memperoleh keterangan- keterangan tentang keluhan dan riwayat
penyakit yang diderita pasien. Hal pertama yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah
identitas pasien.
Tujuan :
1. Mendapatkan data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau
dirasakan oleh pasien
2. Membantu menegakkan diagnosa sementara, ada beberapa kasus yang dapat
ditegakkan dengan anamnesis atau history taking
3. Menetapkan diagnosa banding dan Membantu menentukan penatalaksanaan
selanjutnya
4. Membentuk hubungan yang baik antara pemeriksa dengan pasien
Indikasi : Seluruh pasien yang melakukan kunjungan ulang atau memeriksakan dirinya kepada
tenaga kesehatan
Kontraindikasi :
Persiapan Alat :
● Meja Kursi
● Kartu Pemeriksaan, Kohort Ibu Hamil, Buku KIA, Surat Pengantar/ Rujukan
● Buku Catatan Pemeriksaan
● Alat Tulis lain sesuai kebutuhan
Persiapan Pasien :
● Menyapa klien dengan sopan dan rasa hormat dengan memperkenalkan diri dan
menawarkan klien duduk
● Siapkan Klien dan alat yang diperlukan Persiapan Lingkungan :
● Memastikan tempat bersih, nyaman dan tenang
● Menutup pintu, menutup tirai untuk menjaga privasi ibu
Informasi Pribadi (Kunjungan Pertama)
5* Menanyakan nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, dan
nomor telepon wanita (jika tersedia).
6* Tanyakan apakah alasan kunjungan klien dan keluhan utama datang ke bidan.
7* Menanyakan apakah dia telah menerima perawatan antenatal dari petugas lain
selama kehamilan ini
Umur
Usia < 16 tahun atau > 35 tahun, antisipasi sejumlah komplikasi
Gravida dan paritas
Identifikasi masalah potensial saat ini, pengaruh durasi persalinan, pengalaman dan
kesiapan (psikologis) persalinan
Kehamilan saat ini
Tafsiran persalinan, usia kehamilan, hasil pemeriksaan terakhir (USG jika ada)
Riwayat persalinan sebelumnya
Identifikasi lama persalinan, penolong, penyulit/ komplikasi, metode persalinan dan berat
janin
Gerakan janin
Kesejahteraan janin dapat dikaji dari gerakan janin (gerakan janin aktif, menurun dan
tidak bergerak). Apakah ada perubahan gerakan janin seiring dengan timbulnya
kontraksi
Kontraksi
Waktu timbulnya kontraksi, frekuensi, durasi dan intensitasnya. Bedakan Braxton
hick dan kontraksi sejati
2. Riwayat menstruasi
● Menarche
● Siklus Haid teratur/ tidak
● Lama menstruasi
● Perkiraan volume : berapa kali ganti pembalut (pembalut panjang/pendek)
● Warna
● Bau
● Keluhan terkait menstruasi
3. Riwayat Pernikahan
- sudah/ belum
- yang ke berapa
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan NIfas
- Jumlah kehamilan
- Jumlah anak yang lahir hidup
- Jumlah anak lahir aterm, premature
- Jumlah keguguran
- Tempat persalinan
- Berat badan anak
- Usia anak terkecil
- Persalinan dengan tindakan
- Adanya riwayat perdarahan pada persalinan, pasca persalinan atau
penyulit lainnya
5. Riwayat penyakit sekarang
6. Riwayat penyakit terdahulu
7. Riwayat penyakit IMS (infeksi menular seksual)
8. Riwayat penyakit sistemik
Jantung, ginjal, asma, hepatitis, DM, hipertensi
9. Riwayat penyakit keluarga
10. Riwayat operasi
Referensi :
Modul Panum Prodi Sarjana Kebidanan FKUB 2022
Pengertian
- Kesehatan Mental pada Kehamilan
Seiring dengan kehamilannya, seorang wanita hamil mengalami banyak perubahan fisik,
diikuti perubahan psikologi yang mengakibatkan kondisi emosi tidak stabil. Perubahan
emosi yang tidak stabil ini berdampak pada perkembangan janin, lahir prematur, berat
bayi lahir rendah dan menjadi emosional bayi setelah lahir (Zulaekah, 2021).
- Kesehatan Mental pada Ibu Nifas
Dalam minggu pertama setelah melahirkan banyak wanita menunjukan gejala-gejala
psikiatrik, terutama gejala depresi dari ringan sampai berat serta gejala-gejala neurosis
traumatik. Berikut beberapa faktor yang berperan antara lain, ketakutan yang berlebihan
dalam masa hamil, struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatri
abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetri (kandungan) abnormal, riwayat
kelahiran mati atau kelahiran cacat, riwayat penyakit lainnya. (Lail, 2019).
Tujuan
- Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
- Memberikan pendidikan serta nasihat kesehatan yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan, persalinan hingga nifas sehingga menghindari gangguan
kesehatan selama kehamilan salah satunya kecemasan dalam menghadapi persalinan
Indikasi
- Kesehatan Mental pada Kehamilan
1. Kehamilan pada usia remaja
2. Pengalaman mengalami trauma – fisik, emosi, ataupun kekerasan seksual
3. Riwayat ketergantungan obat, termasuk perilaku merokok
4. Kurangnya dukungan sosial
5. Menjadi orang tua tunggal saat hamil
6. Memiliki tingkat sosio-ekonomi rendah
7. Pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga
8. Pengobatan depresi yang tidak tuntas
9. Mengalami kesulitan finansial
10. Memiliki pemikiran yang bertentangan akan kehamilannya.
- Kesehatan Mental pada Ibu Nifas
1. Depresi atau perubahan suasana hati yang serius
2. Kesulitan merawat bayi
3. Kehilangan nafsu makan
4. Susah tidur
5. Sering menangis secara tiba-tiba
6. Merasa sangat lelah
7. Berkurangnya semangat atau ketertarikan pada aktivitas yang biasanya Anda sukai
8. Sangat mudah marah
9. Merasa belum menjadi ibu yang baik
10. Kemampuan untuk berpikir dengan jernih, berkonsentrasi, atau membuat keputusan
11. Kegelisahan parah
12. Mudah panik
13. Mencoba menyakiti diri sendiri maupun bayi
14. Merasa tak berharga dan tak memiliki harapan
Penatalaksanaan
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan skala untuk mendeteksi
depresi yang telah divalidasi untuk mendeteksi pada periode antenatal dan post-natal.
Daftar Pustaka:
Cox, J. 2019 ‘Thirty years with the Edinburgh Postnatal Depression Scale: Voices from the past and
recommendations for the future’, British Journal of Psychiatry, 214(3), pp. 127–129. doi:
10.1192/bjp.2018.245.
Cox, J.L., Holden, J.M. and Sagovsky, R. 1987. Detection of postnatal depression: Development of the
10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. British Journal of Psychiatry, 150, 782-786.
Gondo, H.K., 2022. Skrining Edinburgh postnatal depression scale (epds) pada post partum blues. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 1(2), pp.17-29.
Lail, N.H. 2019. Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jakarta Selatan: LPU-UNAS
Smith-Nielsen, J., Egmose, I., Wendelboe, K.I., Steinmejer, P., Lange, T. and Vaever, M.S., 2021. Can the
Edinburgh Postnatal Depression Scale-3A be used to screen for anxiety?. BMC psychology,
9(1), pp.1-11.
Zulaekah, S. and Kusumawati, Y., 2021. Kecemasan sebagai Penyebab Gangguan Kesehatan
Mental pada Kehamilan di Layanan Kesehatan Primer Kota Surakarta. Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 17(1).
POIN 24
MENGISI DAN MENGINTERPRETASIKAN BUKU KIA PADA BAGIAN KEHAMILAN, NIFAS,
DAN BALITA (RARA)
Pengertian
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah buku catatan dan informasi tentang
kesehatan ibu dan anak yang merupakan gabungan beberapa kartu kesehatan dan kumpulan
berbagai materi penyuluhan KIA.
Tujuan
Buku KIA digunakan oleh ibu dan kader untuk memantau kesehatan ibu dan anak serta
memperoleh informasi tentang pelayanan KIA. Bagi tenaga kesehatan buku ini dapat dipakai
sebagai standar pelayanan, penyuluhan, dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan pada
ibu dan anak dapat diberikan secara komprehensif (menyeluruh) dan berkesinambungan.
Indikasi
● Setiap ibu hamil yang terdata kohort dan tercatat dalam Kohort Iby
● Ibu dengan kehamilan ganda mendapat buku KIA sesuai dengan jumlah bayi yang
dilahirkan
● Bila ibu hamil lagi, maka ia akan mendapat satu buku baru
Persiapan Alat
● Buku KIA
● Alat Tulis
Penatalaksanaan
KARTU BAGIAN IBU
Identitas dan Latar Belakang Keluarga
1. Kolom identitas :
Nama : diisi nama ibu hamil dan suami/ keluarga
NIK : diisi NIK ibu hamil dan suami/keluarga
Pembiayaan : diisi di bagian kolom ibu. Pembiayaan (JKN/ Jampersal / Jamkesd/
Umum )
Goldar : jelas atau lakukan pemeriksaan bila belum diketahui
TTL : jelas
Pendidikan : jelas
Pekerjan : jelas
Alamat rumah : jelas
Telepon : jelas
2. No. registrasi : diisi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan pertama kali. Diisi
nomor urut masing-masing pelayanan
Pernyataan Ibu dan Keluarga Tentang Pelayanan Kesehatan Ibu Yang Sudah Diterima
(Ibu mengisi tanggal dan tempat pelayanan, petugas kesehatan membubuhkan paraf)
Kolom Ibu Hamil
1. Isi HPHT ibu hamil. HPHT : diisi tanggal hari pertama haid terakhir. Bila lupa, tanggal
HPHT diisi bulan, tahun
2. Isi BB, TB, IMT pada permeriksaan pertama
3. Isi pemeriksaan ke-berapa (1,2,3,4,5,6) pada kolom periksa
4. Tenaga kesehatan membubuhkan paraf pada pemeriksaan yang telah diperoleh ibu tiap
kunjungan kehamilan pada tiap trimester.
Kolom Ibu Bersalin
1. Isi HTP. Diisi tanggal perkiraan persalinan, bila lupa HPHT dihitung dengan Rumus
Konstante sebagai berikut :
● Tentukan umur kehamilan berdasarkan periksaan palpasi (perkiraan dalam bulan
kehamilan)
● Perkiraan umur kehamilan tersebut dikalikan 4 ⅓ = …. Minggu
● Pada kehamilan normal, mulai hamil sampai partus adalah 40 minggu
● Tentukan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dengan cara : 40 minggu - poin.2 = ….
Minggu
● Hasil no.4 adalah perkiraan berapa minggu lagi ibu akan melahirkan, lihat
penanggalan, berdasarkan hasil no.4, tentukan tanggal/ minggu dan bulan
perkiraan
2. Isi tempat dilakukan persalinan
3. Isi nama fasilitas kesehtan dan fasilitas rujukan
Kolom Inisiasi Menyusu Dini (IMD) :
1. Lingkari sesuai periode kunjungan nifas (KF1, KF2, KF3, KF4)
2. Tenaga kesehatan membubuhkan paraf pada pemeriksaan yang telah diperoleh ibu tiap
kunjungan nifas.
Kolom Neonatus (0-28 hari) :
1. Lingkari sesuai dengan periode kunjungan (KN1, KN2, KN3)
2. Pastikan pemeriksaan pada buku bagian anak
Pengisian Grafik BB :
1. Grafik evaluasi kehamilan harus diisi oleh bidan/dokter setiap melakukan pemeriksaan
2. Peningkatan berat badan ibu hamil diharapkan sesuai dengan rekomendasi IMT pada
awal kehamilan
Interpretasi :
1. Area diantara garis putus-putus besar : range kenaikan BB ibu hamil dengan KEK
2. Area grafik berwarna pink : range kenaikan BB ibu hamil dengan BB pra kehamilan
normal
3. Area diantara garis putus-putus kecil : range kenaikan BB ibu hamil dengan BB
prakehamilan gemuk
4. Area garis warna biru : range kenaikan BB ibu hamil dengan BB prakehamilan obesitas
5. Pada usia kehamilan sebelum 13 minggu : kenaikan BB tidak memperhatikan IMT
pra/awal kehamilan
6. Apabila kenaikan BB berada pada diluar rentang dalam plor : konsultasi dengan bagian
gizi.
7. Apabila dicurigai ketidak sesuaian kenaikan BB selama hamil akibat kelainan sistemik
seperti infeksi atau gangguan metabolik : lakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai
dan lakukan rujukan
Pelayanan SDIDTK
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
WHO Growth Chart
Cara Pegisian :
1. Memilih WHO Growth Chart sesuai dengan jenis kelamin balita (biru untuk laki-laki,
merah muda untuk perempuan)
2. Memilih WHO Growth Chart sesuai usia balita saat dilakukan pemeriksaan
3. Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan menggunakan WHO Growth Chart :
a. BB/U
b. TB/U
c. BB/TB
d. IMT/U
e. LIKA/U
f. LILA/U
g. Lipatan Kulit Subskalpular/U
4. Beri titik sesuai dengan hasil tarik garis antara pengukuran dan usia
5. Perhatikan hasil titik dengan garis warna dengan angka 0,1,2,3, -1, -2, -3 pada bagian
kanan
6. Semakin dekat titik temu dengan garis hijau atau garis 0, maka semakin ideal pula
pertumbuhan
Interpretasi :
Keterangan :
1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi
hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan
endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang
tua normal).
3. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria
diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk
menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB).
lnterpretasi:
a. Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran.
b. Catat dalam Buku KIA atau register SDIDTK, atau status/catatan medik anak.
TES DAYA LIHAT (TDL)
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36
sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
Cara Pemeriksaan :
a. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “ E”
d. Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.. Latih anak dalam mengarahkan kartu "E"
menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh
pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak
dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar.
f. Lalu, nak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
g. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai baris pertama
sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat.
h. Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya dengan huruf
"E" pada poster.
i. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
j. Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di sediakan :
Mata kanan : ............. Mata kiri : ...............
lnterpretasi:
● Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga pada
poster "E". Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster E atau tidak
dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah "E" pada baris ketiga
yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
Cara melakukan :
a. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada KMPE kepada orang tua/pengasuh anak.
b. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
lnterpretasi : Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah perilaku
emosional.
lntervensi :
a. Bila jawaban YA hanya 1 (satu) :
● Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh
Yang Mendukung Perkembangan Anak.
● Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan jiwa.
b. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih
● Rujuk ke Rumah Sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau
memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Rujukan harus disertai informasi
mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.
KMS
Langkah-langkah pengisian KMS ;
1. Memilih KMS sesuai dengan jenis kelamin balita (biru untuk laki-laki, merah muda untuk
perempuan)
2. Memastikan identitas balita sesuai dengan identitas pada halaman depan Buku KIA
3. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
a. Tulis tanggal, bulan dan tahun lahir anak pada kolom bulan penimbangan di
bawah umur 0 bulan. Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya,
tanyakan perkiraan umur anak tersebut.
b. Tulis kolom bulan berikutnya dengan tanggal penimbangan (tanggal hari
penimbangan, bulan, tahun) secara berurutan
c. Tulis semua kolom berikutnya secara berurutan
d. Tulis bulan dan tahun saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya. (tanggal
diisi pada saat hari penimbangan Posyandu)
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
a. Letakkan (ploting) titik berat badan hasil penimbangan
● Tulis berat badan hasil penimbangan di bawah kolom bulan penimbangan
● Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (bulan
penimbangan) dan garis datar (berat badan)
b. Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan sebelumnya
anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam
bentuk garis lurus. Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan
tidak dapat dihubungkan
5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak. Catat setiap kejadian kesakitan yang
dialami anak. Catatan dapat ditulis langsung di KMS
6. Menentukan status pertumbuhan anak. Status pertumbuhan anak dapat diketahui
dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung
kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum
(KBM). Penilaian status pertumbuhan anak tetap diutamakan berdasarkan kurva
pertumbuhan anak, KBM digunakan bila ada keraguan menginterpretasikan arah kurva
pertumbuhan.
Interpretasi :
a. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya;
kenaikan berat badan <KBM (<300 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan
berat badan >KBM (>300 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan
berat badan >KBM (>200 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan <KBM
(<200 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; kenaikan berat badan <KBM (<200
g)
Referensi
KEMENKES RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembnag Anak. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.
KEMENKES RI. 2021. Petunjuk Teknis Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita.
Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.
Pusponegoro, A. 2022. Cara Pengisian Buku KIA 2021. Direktorat Gizi dan KIA POGJA PAKI -
PP POGI.
TTD Preseptor
POIN 25
Melakukan evaluasi kemajuan persalinan pada kala I fase laten dan aktif (lembar
observasi dan partograf) (ARIN)
Pengertian
Lembar observasi merupakan catatan hasil pemantauan persalinan pada kala I fase
laten. Catatan pada lembar observasi ini dapat berbentuk narasi ataupun matrik. Partograf
merupakan catatan pemantauan persalinan berupa grafik yang dilakukan pada ibu bersalin
selama kala I persalinan. Pada partograf terdapat data pemantauan keadaan janin dan ibu
selama proses persalinan (Kartini, 2013).
Tujuan
Penggunaan lembar observasi dan partograf bertujuan untuk mendukung continuity of care dan
membantu deteksi dini kelainan persalinan. Partograf berfungsi sebagai "sistem peringatan dini"
(Asibong et al., 2014). Apabila terjadi penyimpangan data partograf dari yang seharusnya,
maka tindakan yang cepat dan tepat pada ibu dan janin dapat segera diberikan. Dengan
demikian dapat mengurangi atau mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
(Kartini, 2013).
Indikasi
Lembar observasi : seluruh ibu inpartu pada kala I fase laten yang merencanakan persalinan
pervaginam
Lembar partograf : seluruh ibu inpartu pada kala I fase aktif yang merencanakan persalinan
pervaginam
Persiapan alat
1. Lembar observasi
2. Partograf
3. Alat tulis
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah
kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan tiitk yang satu dengan titik lainnya dengan
garis yang tidak terputus. Penolong harus waspada bila DJJ dibawah 120 atau di atas 160
(Sarwono,2008:317).
Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Catat temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (Cephalo Pelvic
Disproportion – CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala
yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai
penyusupan kepala janin. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
(Sarwono,2008:319).
Pembukaan serviks
Saat ibu dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan setiap pemeriksaan.
Tanda “X” harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan servik.
Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali
selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau persentasi janin. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Namun kadang kala, turunnya bagian terbawah/presentasi
janin baru saja terjadi setelah pembukaan servik 7 cm. penurunan kepala janin di ukur
seberapa jauh dari tepi simphisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan symbol 5/5 samapi
0/5. Simbol 5/5 menyatakan bahwa kepala janin belum memasuki tepi atas simphisis pubis;
sedangkan symbol 0/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin sudah tidak dapat lagi
dipalpasi diatas simphisis pubis. Kata-kata “turunnya kepala” dan garis terputus dari 0-5,
tertera disis yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda (o) pada garis
waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda (o) di nomor
4. Hubungkan tanda (o) dari setiap pemeriksaan dengan garis terputus.
Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10
menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontrasksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada
kotak yang sesuai. Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
Beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari
20 detik.
Beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40
detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40
detik.
(Sarwono,2008:319).
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV.
Oksitoksin
Jika tetesan (drip) oksitoksin sudah mulai, dokumentasi setiap 30 menit jumlah unit oksitoksin
yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya. (JNPK-KR,2008:63)
Bagian terbawah jalur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga
adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
(JNPK-KR,2008:63).
Pencatatan hal – hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan –
tindakan yang di lakukan sejak pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Nilai
dan catat asuhan yang di berikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala
IV (UNIPA SURABAYA, 2015).
Referensi
Kartini, Farida. "Pengisian Partograf di Bidan Praktik Swasta." Media Ilmu Kesehatan 2.1 (2013): 10-15.
Asibong, Udeme, et al. "The use of the partograph in labor monitoring: a cross-sectional study among
obstetric caregivers in General Hospital, Calabar, Cross River State, Nigeria." International journal of
women's health (2014): 873-880.
Kebijakan Direktur RSUD Solok nomor 706/001/ TU-RS/ tahun 2014 tentang Standar Prosedur
Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Solok tahun 2014
Referensi :
Catur, Agustina.2018.Hipotermia Pada Bayi.Widyaswara.Bapelkes Semarang
POIN 27
Melakukan perencanaan kebutuhan alat dan bahan dengan rincian menyiapkan pemasangan
infus pada ibu hamil atau bersalin, menyiapkan pemasangan kateter pada ibu hamil, bersalin
atau nifas, persiapan pertolongan persalinan, dan persiapan kuretase (4 POIN)
Definisi : Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang
dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan/obat ke dalam pembuluh
darah melalui vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
Tujuan :
Indikasi :
- Pasien syok
- Intoksikasi berat
- Sebelum transfusi darah
- Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
- Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
Persiapan alat :
- Alat steril :
1. Bak instrumen berisi handscoon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum / wing needle / abocath dengan nomor yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tertutup berisi kapas alkohol / alkohol swab
- Alat tidak steril
1. Standar infus
2. Perlak dan alasnya
3. Torniquet
4. Plaster
5. Gunting verban
6. Bengkok
7. Sarung tangan bersih
- Obat-obatan
1. Alkohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter
2. Menyiapkan pemasangan kateter
Tujuan :
Persiapan alat :
Definisi : Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm yaitu 37-40
minggu, letak memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam
waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi
Tujuan : Tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu dan anak
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap, namun menggunakan intervensi seminimal
mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat
yang seoptimal mungkin
Persiapan alat :
Definisi : Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
Indikasi :
Peralatan :
Referensi :
- Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom SL, Spong, CY, Dashe IS. Abortion. William
Obstetrics. 24tj ed. New York;McGrow-Hill Education. 2014. p366-7
- Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium Keperawatan Dasar
POIN 28
POIN 29
Pengertian
Keputihan merupakan kondisi yang sering dialami oleh wanita sepanjang siklus
kehidupannya mulai dari masa remaja, masa reproduksi maupun masa menopause. Keputihan
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu keputihan normal atau fisiologis dan abnormal atau patologis.
Gejala keputihan yang normal adalah tidak berbau, jernih, tidak gatal, dan tidak perih.
Keputihan abnormal terjadi akibat infeksi dari berbagai mikro- organisme, antara lain bakteri,
jamur, dan parasit (Marhaeni, 2016). Keputihan yang tidak normal ditandai dengan perubahan
warna, konsistensi, volume, dan/atau bau dan mungkin berhubungan dengan gejala seperti
gatal, nyeri, disuria, panggul nyeri, atau perdarahan intermenstrual atau postcoital (Rao and
Mahmood, 2020).
Flek darah atau spotting menurut penelitian BKKBN (2012) adalah bercak darah yang
keluar dari jalan lahir setelah suntikan kontrasepsi, dan menurut Hartanto (2004) penyebab
bercak adalah berkurangnya hormon estrogen atau gangguan hormon (Rahayu,2017)
Blood Show adalah pengeluaran lendir bercampur darah karena robekan kecil pada
serviks. Sumbatan lendir berasal dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal
pada awal kehamilan yang berperan sebagai barrier protektif dan menutup servikal selama
kehamilan (Rohani, 2014).
Lokhea adalah keputihan yang berasal dari rahim, leher rahim, dan vagina pasca
melahirkan. Perubahan lochea pada ibu postpartum dimulai dari lochea rubra, sanguilenta,
serosa dan lochea alba. lokhea awalnya (hari ke- s.d ke-3) berwarna merah dan terdiri dari
darah dan fragmen desidua, jaringan endometrium, dan mukus, disebut lokhea rubra. lokhea
kemudian berubah warna menjadi kekuningan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke 3 sampai ke 7 pascapersalinan, disebut lochea Sanguilenta. Lochea
Serosa adalah lochea berikutnya, dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochea rubra.
Lochea ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke 7 sampai hari ke 14 pascapersalinan. Terakhir, lokhea berwarna
putih dan sebagian besar mengandung lendir, mulai dari hari ke-14. Lochia dapat bertahan
hingga 5 minggu postpartum. Lokhea yang tetap berwarna merah setelah satu minggu mungkin
merupakan indikator subinvolusi uterus. Adanya bau yang menyengat atau potongan besar
jaringan atau bekuan darah di lokhea atau tidak adanya lokhea mungkin merupakan tanda
infeksi (Chauhan et al., 2020).
Tujuan
Melakukan identifikasi pengeluaran vagina (keputihan, flek, blood show, lokhea) yang dialami
apakah tergolong normal/abnormal dan segera memberikan penanganan pengeluaran vagina
yang abnormal.
Identifikasi lokhea bertujuan untuk mengobservasi berjalannya proses involusi uterus dan
mendeteksi adanya infeksi.
Indikasi
Seluruh wanita dari masa remaja, masa reproduksi maupun masa menopause yang mengalami
keputihan.
Identifiksi lokhea dilakukan pada seluruh ibu post partum, baik SC maupun pervaginam.
Persiapan alat
1. Handscoon steril
2. Perlak
3. Kom tutup
4. Kapas DTT
5. Spekulum
6. Object glass
7. Alkohol (96%)
8. Lidi kapas
Anamnesis meliputi :
● Ciri-ciri keputihan yang akan ditimbulkan (meliputi: onsetnya, durasi, waktu yang
berhubungan dengan siklus menstruasi, bau, warna, konsistensi dan faktor apa saja yang
memperberat.)
● Gejala terkait termasuk gatal, ketidaknyamanan, nyeri, disuria, dispareunia dan perdarahan
tidak teratur
● Riwayat ginekologi rutin riwayat juga harus diperoleh termasuk paritas, riwayat smear,
riwayat seksual dan kontrasepsi saat ini.
● Riwayat seksual (kaji perlunya diskusi mengenai skrining IMS lengkap.)
Pemeriksaan, meliputi :
● Inspeksi eksternal umum vulva dan daerah perineum diikuti dengan pemeriksaan vagina
dan servix dengan bantuan spekulum (pada kehamilan tidak dilakukan)
● pemeriksaan bimanual untuk mendapatkan gambaran tentang posisi, ukuran dan mobilitas
rahim serta adanya massa adneksa.
● Swab vagina akan membantu dalam diagnosis patogen
Penanganan
Ibu nifas rentan terhadap infeksi, untuk itu personal hygiene harus dijaga, yaitu dengan :
1. Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan tubuh, pakaian, lingkungan,
tempat tidur harus slalu dijaga.
2. Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih
3. Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari
4. Menghindari menyentuh luka perineum
5. Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus
6. Tidak menyentuh luka perineum
7. Memberikan salep, betadine pada luka, (Sukma, 2017)
Referensi
Marhaeni, Gusti Ayu. "Keputihan pada wanita." Jurnal Skala Husada: The Journal of Health 13.1 (2016).
Rahayu, T. (2017). Efek Samping Akseptor KB Suntik DMPA Setelah 2 Tahun Pemakaian.Jurnal
Samudra ilmu, volume 8 halaman 32-38
Rao, Vanishree L., and Tahir Mahmood. "Vaginal discharge." Obstetrics, Gynaecology & Reproductive
Medicine 30.1 (2020): 11-18.
Rohani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta :Salemba Medika
Sukma, Febi. 2017. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah. Jakarta
POIN 30
Pengertian
Pemeriksaan ginekologi adalah prosedur klinik yang dilakukan secara bimanual untuk
menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita, berkaitan dengan upaya
pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada bagian tersebut.
Indikasi
● Pemeriksaan bentuk, arah, besar, dan konsistensi uterus
● Pemeriksaan adneksa dan parametrium
● Pemeriksaan ballotemen
● Kondismasi kehamilan intra atau ekstrauterin
● Konfirmasi peradangan atau infeksi
● Pemeriksaan flour albus, perdarahan, tumor pelvik
Persiapan Alat
● Kapas dan larutan antiseptic
● Tampon tang
● Spekulum
● Meja intrumen
● Ranjang ginekologi
● Lampu sorot
● Sarung tangan DTT
● Apron
● Sabun
● Handuk bersih dan kering
Penatalaksanaan
Anamnesis dan Persetujuan Pemeriksaan
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Melakukan anamnesis secara sistematis
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Perlangsungan penyakit
- Jumlah anak dan siklus haid
- Riwayat penyakit
- Riwayat berobat
3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
5. Memastikan pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan yang akan
dilakukan
6. Minta persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
Perisapan Pasien
1. Minta pasien unutuk mengosongkan kandung kemih dan melepaskan pakaian dalam
2. Minta pasien berbaring di ranjang ginekologi
3. Atur pasien dalam posisi litotomi
4. Hidupkan lampu sorot dan arahkan pada bagian yang akan diperiksa
Persiapan Petugas
1. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk bersih
2. Menggunakan sarung tangan DTT
Pemeriksaan
1. Duduk pada kursi menghadap ke aspekus genitalis
2. Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum
3. Mengambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah
vagina, vulva dan perineum.
4. Buka celah antara kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan introitus (bila
kandung kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan
air kemih)
5. Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar Bartolin)
dengan ibu jari dan ujung telunjuk (perhatikan dan catat kelainan-kelainan yang
ditemukan).
6. Melakukan pemeriksaan inspekulo :
- Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada
introitus (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
(yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke dalam
lumen vagina.
- Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga tangkainya
ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur
bilah atas bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan
bawah vagina).
- Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau forniks,
tidak ada tanda chadwick).
- Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.
7. Melakukan pemerisaan bimanual :
- Berdirilah untuk melakukan tuse vaginal, buka labium mayus kiri dan kanan
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan jari telunjuk dan tengah
tangan kanan ke dalam vagina (vaginal toucher)
- Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis, tentukan tinggi fundus
uteri (apabila besar kandungan memungkinkan untuk diraba dari luar).
a. Tangan dalam memeriksa dinding vagina, kemudian secara bimanual
tentukan besar uterus, konsistensi dan arahnya. Periksa konsistensi
serviks, keadaan parametrium dan kedua adneksa.
b. Pindahkan jari-jari tangan luar dan dalam ke bagian isthmus (tentukan
apakah ada tanda Hegar, dengan mencoba untuk mempertemukan kedua
ujung jari tangan luar dan dalam)
- Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis, keluarkan jari tengah dan
telunjuk tangan kanan.
8. Pemeriksaan rektovaginal :
- Lumuri jari tengah dengan pelumas dan masukkan perlahan ke arah rectum
- Saat jari tengah sudah masuk sebagian dari rectum, masukkan jari telunjuk ke
dalam vagina dengan hati-hati. Tangan yang satu diletakkan di suprapubik.
- Lakukan penilaian tonus muskulus sphingter abi, permukaan mukosa rectum,
penonjolan atau adanya massa pada rectum.
9. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil
tempat duduk.
10. Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan kemudian masukkan dalam
wadah yang berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
11. Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah disediakan (tempat
sampah medis). Seka bagian-bagian yang dicemari sekret/cairan tubuh dengan larutan
klorin 0,5%
12. Masukkan tangan ke dalam lauratan klorin 0,5%, bersihkan dari sekret/cairan tubuh,
kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
selama 10 menit.
13. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan handuk bersih
Referensi
Buku Panduan Keterampilan Klinik Sistem Reproduksi Fakultas Kedokteran Univertas
Hasanudin. 2017.
Pemeriksaan Obstetri dan ginekologi. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
TTD Preseptor
POIN 31
POIN 32
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk sosial dalam kehidupanya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa,
lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuanya tersebut
seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar (Sinaga, 2021).
Tujuan :
a. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan)
b. Mengembangkan perilaku positif, dan
c. Memelihara perilaku yang sudah positif (Notoatmodjo, 2010 dalam Sinaga, 2021).
Ruang Lingkup :
Menurut Notoatmodjo (2021), ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan
pendidikan kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan.
1. Aspek Kesehatan
a. Promosi (Promotif)
b. Pencegahan (Preventif)
c. Penyembuhan (Kuratif)
d. Pemulihan (Rehabilitatif)
a. Promosi kesehatan (Health Promotion) seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan
perbaikan sanitasi lingkungan
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis And Prampt Treatment)
d. Pembatasan cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatanya
sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan menjadi cacat
e. Rehabilitasi (pemulihan)
a. Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah hubungan klien yang berfokus
pada kebutuhan klien yang spesifik
d. Belajar mengajar yang interaktif, di mana proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang
dinamis dan interaktif, yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yg optimal
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan
konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian.
3. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami
apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada
mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat
guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Sinaga, 2021).
Referensi :
Sinaga, L. R., Sianturi, E., Maisyarah, M., Amir, N., Simamora, J. P., Ashriady, & Hardayati.
(2021). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Medan : Yayasan Kita Menulis.
POIN 33
Ketika memasuki usia kehamilan trimester III, sering kencing terjadi karena kepala janin mulai
turun ke pintu atas panggul dan kandung kemih tertekan. Pelvis ginjal sebelah kanan dan ureter
lebih berdilatasi pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat adanya
kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Edema sering terjadi karena penurunan aliran renal (aliran
darah ke ginjal) pada trimester ketiga. Hal ini juga dapat menyebabkan seringnya ibu hamil
terbangun dari tidur karena keinginan untuk berkemih (Kuswanti, 2014).
Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.
Situasi ini menyebabkan jamur tumbuh subur sehingga ibu hamil mengeluh gatal dan
keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga sering digaruk dan menyebabkan saat
berkemih sering sisa (residu) yang memudahkan terjadinya 13 infeksi. Sehingga diperlukan
menjaga kebersihan daerah kewanitaan dan lebih banyak minum air untuk menghindari
dehidrasi pada ibu hamil. Masalah buang air besar pada ibu hamil sering terjadi obstipasi.
Obstipasi ini kemungkinan terjadi disebabkan oleh kurang gerak badan, hamil muda sering
terjadi muntah dan kurang makan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormone, tekanan
pada rektum oleh kepala. Terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi dengan
rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka dapat menimbulkan bendungan di
dalam panggul yang memudahkan timbulnya hemoroid. Hal tersebut dapat dikurangi dengan
minum banyak air putih, gerak badan cukup, makan-makanan yang berserat seperti sayuran
dan buah-buahan (Tyastuti and Wahyuningsih, 2016).
Kala 2
- Kala 1
Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama proses
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu merasa
ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh.
- Kala 2
Menganjurkan ibu untuk mengosong kandung kemih setiap dua jam atau lebih sering
jika kandung kemih selalu terasa penuh. Jika ibu tak dapat berjalan ke kamar mandi bisa
dilakukan pemasangan kateter untuk membantu pengeluaran urine.
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24
jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih bagian 48 sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Dinding kandung kemih
memperlihatkan odem dan hyperemia, kadangkadang odem trigonum yang menimbulkan
alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas
menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal
urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung
kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi, (sulistyawati, 2009).
a. Melakukan KIE untuk berkenan melakukan Bladder Training dengan tahap tahap
sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi kepada klien tentang pentingnya eliminasi BAK spontan
setelah melahirkan pada 2 jam pertam setelah melahirkan
2. Memberikan air minum. Hal ini dimungkinkan dengan adanya asupan cairan
dapat menstimulasi kerja ginjal, sehingga dapat timbul keinginan ibu postpartum
untuk berkemih.
3. Mempercepat pemulihan kondisi setelah melahirkan diperlukannya ambulasi dini
dan berkemih 2 jam setelah postpartum untuk menghindari terjadinya
perdarahan postpartum. Hal ini dikarenakan perlu kondisi yang stabil untuk bisa
turun dari tempat tidur dan mengikuti program bladder training.
4. Membawa klien ke toilet untuk BAK dengan posisi duduk dan meminta klien
menyiram perineum dengan air hangat . Hal ini dimungkinkan untuk merelakskan
kandung kemih, sehingga ibu postpartum dapat bisa berkemih dengan nyaman.
Bidan dapat membantu klien untuk belajar rileks dan menstimulasi refleks
berkemih dengan mengajarkan posisi yang normal saat berkemih. Posisi ini
meningkatkan kontraksi otot-otot panggul dan otototot intra abdomen yang
membantu mengontrol sfingter serta membantu kontraksi kandung kemih.
5. Membuka kran air maksimal 15 menit dimulai semenjak klien berada di toilet. Hal
ini merupakan salah satu stimulus yang dapat mempercepat berkemih.
Menyelupkan tangan ibu ke air hangat atau memberikan banyak minum, akan
menstimulasi saraf sensorik yang akhirnya akan menstimulasi refleks urinasi.
6. Mengobservasi apakah sudah BAK atau belum. Hal ini dimungkinkan untuk
mengetahui kemampuan ibu berkemih setelah melahirkan, dalam batas normal
atau terdapat masalah setelah melahirkan.
7. Mengulang baldder training setiap 2 jam bila belum bisa BAK. Hal ini
dimungkinkan untuk melihat perkembangan kemampuan berkemih dalam setiap
2 jam.
b. Kegel exercise atau latihan otot pelvik merupakan teknik untuk menguatkan otot-otot
yang mendukung dinding pelvik. Latihan dilaksanakan teratur dengan mengencangkan
dan mengendurkan otot-otot yang mendukung kandung kemih dan uretra.
POIN 34
Volume urin yang dibutuhkan untuk urinalisis antara 10-15 mL. Setelah urin dikumpulkan dalam
wadah penampung harus segera dikirim ke laboratorium dalam waktu 1-2 jam, untuk mencegah
perubahan komponen urin, apabila akan dilakukan penundaan pemeriksaan sebaiknya sampel
urin disimpan dalam lemari es suhu 2-8o C. Apabila urin dibiarkan > 2 jam dalam suhu ruang
dapat terjadi perubahan komponen urin yang dapat mengacaukan hasil urinalisis
Pengertian
Penyembuhan luka adalah suatu proses perbaikan jaringan kulit atau organ lainnya setelah
terjadi luka. Terdapat tiga fase penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi atau
fibroplasia, dan fase remodelling atau maturasi.
1. Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadinya luka sampai hari kelima. Proses kontriksi
dan retriksi pembuluh darah yang putus disertai dengan reaksi hemostasis berupa agregasi
trombosit dan jala fibrin yang melakukan pembekuan darah untuk mencegah kehilangan
darah. Karakteristik fase inflamasi yaitu tumor, rubor, dolor, color, dan functio lesa.
2. Fase proliferasi atau fibroplasia berlangsung selama tiga minggu. Fase ini disebut juga
sebagai fase granulasi karena terdapat pembentukan jaringan granulasi sehingga luka
tampak berwarna merah segar dan mengkilat. Jaringan granulasi terdiri dari fibroblas, sel
inflamasi, pembuluh darah baru, fibronektin, dan asam hialuronat. Fibroblas berproliferasi
dan menyintesis kolagen yang menyatukan tepi luka. Matriks fibrin digantikan oleh jaringan
granulasi yang terdiri dari sel fibroblast, makrofag, dan endotel. Fibroblas memproduksi
matriks ekstraseluler, komponen utama pembentukan parut, yang menyebabkan pergerakan
keratinosit melalui pengisian luka. Makrofag menghasilkan growth factor yang merangsang
proliferasi, migrasi, dan pembentukan matriks ekstraseluler oleh fibroblast. Selanjutnya,
terjadi epitelialisasi berupa migrasi keratinosit dari jaringan sekitar epitel untuk menutupi
permukaan luka.
3. Fase remodelling atau maturasi yang berlangsung dari beberapa minggu sampai dua tahun
berupaya memulihkan struktur jaringan normal. Pada fase ini, tanda inflamasi menghilang,
terjadi penyerapan sel radang, pematangan sel muda, serta penutupan dan penyerapan
kembali kapiler baru. Terbentuknya kolagen baru mengubah bentuk luka serta
meningkatkan kekuatan jaringan (tensile strength). Remodelling kolagen, pembentukan
parut yang matang, keseimbangan sintesis dan degradasi kolagen terjadi pada fase ini.
Proses penyembuhan luka diakhiri oleh terbentuknya parut (scar tissue) 50-80% memiliki
kekuatan yang sama dengan jaringan sebelumnya (Wintoko, Risal, dan Yadika, 2020).
Tujuan
Perawatan luka bertujuan untuk menjaga luka tetap bersih sehingga dapat mencegah infeksi,
memberikan rasa aman dan nyaman untuk pasien, mempercepat proses penyembuhan luka,
mencegah bertambahnya kerusakan jaringan, membersihkan luka dari benda asing/kotoran,
memudahkan pengeluaran cairan yang keluar dari luka, mencegah masuknya kuman dan
kotoran ke dalam luka, serta mencegah perdarahan maupun munculnya jaringan parut sekitar
luka (Cahyono dkk., 2021).
Indikasi
Ibu postpartum normal, SC, setelah tindakan bedah, atau yang mengalami luka.
Persiapan alat
Perawatan luka SC
Penatalaksanaan
● Berikan salam dengan ramah dan kenalkan bahwa anda petugas kesehatan yang diberikan
wewenang untuk melakukan suatu tindakan.
● Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
● Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih
● Gunakan sarung tangan steril
● Nilai kondisi luka : kering/basah, adakah tanda infeksi, darah/pus, tingkat penyembuhan
luka, bau
● Jika luka kering : berikan KIE perawatan luka sehari-hari
● Luka kotor / terdapat tanda-tanda infeksi : bersihkan dengan NS dan keringkan. Jika luka
basah dan terdapat pus dapat berikan antibiotik tabur/salep sesuai advice dokter
● Pastikan luka tetap bersih dan kering
● Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan pada tempatnya
● Merapikan pasien
● Memberi tahu pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan dan KIE personal
higient genetalia.
● Mencuci tangan.
● Berikan salam dengan ramah dan kenalkan bahwa anda petugas kesehatan yang diberikan
wewenang untuk melakukan tindakan.
● Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
● Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih
● Gunakan sarung tangan steril
● Nilai kondisi luka : adakah tanda-tanda infeksi, darah/pus dan tingkat penyembuhan luka
● Buka dan bersihkan luka jahitan dengan NS satu arah
● Jika luka basah : lakukan penekanan luka untuk mengeluarkan pus yang ada dalam
jaringan, pastikan sampai tidak ada pus
● Bersihkan ulang dengan NS dan keringkan. Jika luka basah dan terdapat pus dapat berikan
antibiotik tabur/ salep sesuai advice dokter
● Luka ditutup secukupnya dengan kain kasa steril / penutup anti air (oppsite)
● Peralatan dibersihkan, diberekan dan dikembalikan pada tempatnya
● Sesudah selesai pasien dirapikan
● Memberi tahu pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan dan mengucapkan
salam.
● Mencuci tangan
● Melakukan pencatatan dan pelaporan
Referensi
Wintoko, Risal, and Adilla Dwi Nur Yadika. "Manajemen terkini perawatan luka." Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung 4.2 (2020): 183-189.
Cahyono, Aris Dwi, Anas Tamsuri, and Bambang Wiseno. "Wound Care dan Health Education
Pada Masyarakat Kurang Mampu Yang Mengalami Skin Integrity Disorders di Desa
Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri." Journal of Community Engagement in
Health 4.2 (2021): 424-431.