Proses Manajemen
Kelompok 14
Pertanyaan:
Anne Hare dan suaminya membuat keputusan besar tiga tahun yang lalu. Mereka
tidak akan mempunyai anak. Bukan berarti mereka tidak suka dengan anak kecil,
tapi mereka tidak mau mengubah gaya hidup yang mereka nikmati. “Dengan anak,
terutama anak kecil, balita, dan bayi, kamu tidak bisa melakukan kegiatan aktif yang
suka kami lakukan,” kata Hare, 43, seorang koordinator program fitness dari
Gainesville, Ga. Hare, seseorang di antara 26.7 juta perempuan di dunia dalam
kelompok umur 15 hingga 44 yang tidak mempunyai anak, menurut sensus dari
badan statistik. Jumlah orang yang memutuskan untuk menunda, atau tidak
mempunyai anak—sekitar 44 persen—telah bertambah 10 persen dari 1990, saat
24.3 juta orang berada dalam kelompok tersebut (Armas, 2003, p. 8A).
1. Bagaimana pendapat anda terkait keputusan tidak memiliki anak dalam
kasus di atas?
2. Menurut anda jika banyak keluarga yang mengambil keputusan tidak memiliki
anak apa dampaknya terhadap keberlangsungan keluarga
3. Bagaimana dengan anda, apakah anda juga akan melakukan hal yang sama
di masa akan datang? Jika ya mengapa, dan jika tidak mengapa. Jelaskan
4. Jika hal seperti ini semakin banyak terjadi, apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah?
Jawaban:
Jawaban:
1. Memilih untuk tidak memiliki anak setelah menikah adalah pilihan dari
pasangan itu masing-masing. Dalam kasus diatas dikatakan bahwa pasangan
itu tidak ingin memiliki anak karena mereka ingin gaya hidup mereka berjalan
dengan apa yang mereka mau dan itu adalah sebuah pilihan, dan pastinya
pasangan itu sudah memikirkan untuk tidak memiliki anak dari jauh-jauh hari
dan mereka pastinya sudah tau apa dampak dari itu semua dan mereka pasti
sudah siap akan dampak itu. Childfree bukanlah suatu kesalahan tapi sebuah
pilihan, maka dari itu kita harus dapat menerima setiap keputusan orang lain
apapun itu.
2. Ketika keluarga memutuskan untuk tidak memiliki keturunan maka pasti ada
dampak yang di rasakan di kemudian hari. Di kemudian hari pastinya
keluarga itu tidak punya seseorang untuk meneruskan atau mewarisi sesuatu
dari mereka lalu jika pasangan suami istri sudah lansia tidak ada yang
mengurusi pasangan suami istri itu. Lalu ketika keluarga memutuskan tidak
memiliki keturunan maka peran tidak sempurna, yang ada hanya sebatas
peran suami istri bukan peran orang tua.
4. Jika hal ini terus terjadi pastinya akan sangat merugikan bagi negara, maka
dari itu pemerintah bisa memberikan banyak edukasi untuk para pasangan
suami istri yang baru menikah tentang pentingnya mempunyai keturunan.
Jawaban:
Beberapa orang memilih childfree karena ingin fokus pada karir, gaya hidup,
atau minat pribadi. Sementara itu, yang lain mungkin memiliki pertimbangan
lingkungan, ekonomi, atau kesehatan yang membuat mereka memilih untuk
tidak memiliki anak.
Kita harus menghormati dan memahami keputusan ini, karena setiap individu
memiliki hak untuk menentukan jalan hidup yang sesuai dengan nilai dan
tujuan mereka. Asalkan, keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan
matang dan tanggung jawab.
Selain itu, kebahagiaan dan kesuksesan juga berubah. Yang awalnya hanya
untuk keluarga (anak) menjadi hal lain.
Di sisi lain, Childfree juga berdampak pada sektor ekonomi yang terkait
kebutuhan anak², seperti pendidikan, kesehatan, dsb
3. Saya sendiri tidak akan melakukan childfree, karena mempunyai anak itu juga
merupakan ibadah.
Namun, jika ada kendala yang memengaruhi itu, lebih baik menunda sampai
kita benar² siap dan bertanggung jawab memiliki anak.
Jawaban:
1. Menjadi childfree itu pilihan. Mempunyai anak itu tanggung jawab yang berat. Perlu
berbagai kesiapan agar tumbuh kembang anak bisa optimal dan anak bisa menjadi
individu berperilaku baik. Salah pola asuh bisa berakibat fatal. Saya yakin mereka yang
memutuskan untuk childfree punya alasan tersendiri, dan keputusan itu sudah mereka
pikirkan dengan matang. Saya hargai keputusan mereka apapun alasannya, itu hak
mereka. Tidak ada masalah dengan childfree, yang jadi masalah adalah orang orang yang
suka nyinyir ke orang lain yang berkomitmen untuk childfree, Kalo ada perbedaan
prinsip ya sudah biarin aja, saling menghargai mbok ya jangan nyinyir. Kebanyakan yang
teriak childfree sudah mengetahui kapasitas mereka, dari segi mental dan finansial. Justru
kebalikannya, yang hampir tiap tahun bereproduksi malah gak kepikiran soal hal hal
tersebut. Taunya ya cuman seggs, enak, nikmat, eh tau tau hamil. Alesannya yaudah mau
gimana lagi kan rejeki ~
2. Jika banyak keluarga yang mengambil keputusan untuk childfree, Seiring berjalannya
waktu dan usia dampaknya terhadap keluarga yang memutuskan untuk child free pasti
akan merasa kesepian, hanya ada suami/istri di rumah dan lambat laun ketika sudah tua
pada akhirnya mereka tidak memiliki orang yang dapat diandalkan untuk merawatnya.
3. Saya sendiri tidak akan melakukan childfree di masa yang akan datang, karena saya
anak tunggal, dan saya tidak ingin garis keturunan orang tua saya berhenti di saya, saya
ingin memiliki anak yang dapat saya banggakan ke semua orang, namun sempat
terfikirkan di benak saya untuk menunda memiliki anak sesudah menikah, tentunya
karena biaya yang dikeluarkan untuk resepsi dll, perlu waktu untuk memulihkan finansial
keluarga kami.
4. Pemerintah dapat memberi insentif kepada wanita yang baru melahirkan seperti yang
terjadi di Jepang, Jepang akan memberikan uang sebesar Rp. 57 Juta kepada wanita yang
baru melahirkan. Langkah tersebut diambil Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Jepang untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya akibat resesi
seks. Selain itu, pemerintah juga dapat mensubsidi biaya sekolah anak yang kurang
mampu, memberikan asuransi kesehatan kepada anak, dan memberikan tempat tinggal
layak huni dengan biaya yang terjangkau.
Nama : Arini Sabilah Al Mustaqimah
Jawaban:
1. Menurut saya, setiap individu memiliki hak untuk memutuskan apakah ingin
memiliki anak atau tidak, yang mana sangat penting bagi kita untuk
menghormati pilihan hidup setiap orang berdasarkan pertimbangan dan
nilai-nilai pribadi mereka sendiri tanpa menjudge atau menghakiminya. Anne
Hare dan suaminya telah dengan sadar membuat keputusan untuk tidak
memiliki anak agar dapat tetap menikmati gaya hidup aktif yang mereka sukai
dan hal itu adalah sah sah saja karena melihat keputusan yang sudah
disepakati bersama oleh mereka. Terlebih di era sekarang yang mana semua
serba mahal, termasuk membesarkan dan mengasuh anak dengan baik dan
benar untuk menjadikan pribadi sang anak yang kompeten. Selain kesiapan
material, diperlukan kesiapan mental untuk itu, jadi tidak heran banyak yang
memutuskan untuk childfree di zaman sekarang dengan mempertimbangkan
berbagai aspek yang ada.
3. Saya pribadi saya tidak akan melakukan childfree di masa yang akan datang
dikarenakan saya hidup di lingkungan dengan saudara yang mempunyai anak
yang lebih dari 3, dan saya menikmati ikatan keluarga, merawat anak, dan
menyaksikan perkembangan mereka. Dari segi agama sendiri, saya meyakini
bahwa memiliki keturunan adalah tugas yang diberikan oleh Allah dan
memiliki nilai penting. Namun, mempertimbangkan aspek kesiapan finansial
dan mental, saya lebih melakukan penundaan memiliki anak dibandingkan
melakukan childfree.
4. Pemerintah dapat merancang kebijakan yang mendorong kelahiran, seperti
tunjangan keluarga, kredit pajak, atau insentif finansial lainnya bagi pasangan
yang memilih untuk memiliki anak. Ini dapat membantu mengurangi beban
finansial dan meningkatkan daya tarik untuk memiliki anak. Hal ini juga yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang guna mencegah resesi seks dan
meningkatkan populasi penduduk yang sudah tidak sama antara anak anak,
orang dewasa yang produktif dengan orang lanjut usia. Orang tua baru di
Jepang akan menerima insentif sebesar 420 ribu yen atau sekitar Rp 48 juta
setelah kelahiran anaknya. Pemerintah Jepang bahkan berencana menaikkan
insentif tersebut menjadi 500 ribu yen atau sekitar Rp 57 juta.
3. Berdasarkan hasil diskusi kami, Keputusan untuk childfree adalah pilihan pribadi
masing2. Kami sendiri tidak menerapkan keputusan childfree. Ada yang
berpendapat, terutama yang suka dengan ikatan keluarga, merasa bangga bisa
melanjutkan garis keturunan. Bagi mereka, jadi orang tua itu seperti diberi
kesempatan spesial buat merawat dan lihat perkembangan anak. Di samping itu,
urusan agama juga ngaruh kuat. Tapi yang nggak bisa diabaikan adalah soal
kesiapan finansial dan mental. Meskipun faktor nilai dan agama punya tempatnya,
banyak yang sadar bahwa jadi orang tua perlu punya kesiapan matang, baik dari
segi duit maupun kesiapan mental. Makanya, banyak yang lebih suka
menunda-nunda atau nyiapin diri sebelum siap punya anak.
Penting banget juga untuk menyiapkan diri dan ngebayangin tanggung jawab punya
anak. Menjadi orang tua itu kayak komitmen seumur hidup yang butuh perencanaan
dan pengertian yang dalam tentang semua tanggung jawab itu. Selain itu, faktor
lingkungan sosial juga nggak bisa dianggap remeh. Ada desakan dari lingkungan
tentang berapa anak yang ideal atau pandangan tentang keluarga, dan ini bisa
ngaruh pada cara kita pandang soal punya anak. Ada yang melihat pilihan untuk
childfree sebagai cara buat menangani masalah sosial atau menaikkan
kesejahteraan keluarga.
4. Berdasarkan hasil diskusi kami, jika banyak pasangan memilih untuk tidak
memiliki anak, hal yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :