Anda di halaman 1dari 10

Lembar kerja Minggu 3.

Proses Manajemen

Kelompok 14

Nama 1. Az Zahrah Nabiyla NIM:


H1401221094

2. Nengah Callista Amelia NIM:H1401221104


Agatha

3. Fashya Halepi Sahasika NIM: H1401221105

4. Muhammad Kevin Naufal NIM: H4401211088

5. Arini Sabilah Al NIM: X1004231031


Mustaqimah

Pertanyaan:

Anne Hare dan suaminya membuat keputusan besar tiga tahun yang lalu. Mereka
tidak akan mempunyai anak. Bukan berarti mereka tidak suka dengan anak kecil,
tapi mereka tidak mau mengubah gaya hidup yang mereka nikmati. “Dengan anak,
terutama anak kecil, balita, dan bayi, kamu tidak bisa melakukan kegiatan aktif yang
suka kami lakukan,” kata Hare, 43, seorang koordinator program fitness dari
Gainesville, Ga. Hare, seseorang di antara 26.7 juta perempuan di dunia dalam
kelompok umur 15 hingga 44 yang tidak mempunyai anak, menurut sensus dari
badan statistik. Jumlah orang yang memutuskan untuk menunda, atau tidak
mempunyai anak—sekitar 44 persen—telah bertambah 10 persen dari 1990, saat
24.3 juta orang berada dalam kelompok tersebut (Armas, 2003, p. 8A).
1. Bagaimana pendapat anda terkait keputusan tidak memiliki anak dalam
kasus di atas?

2. Menurut anda jika banyak keluarga yang mengambil keputusan tidak memiliki
anak apa dampaknya terhadap keberlangsungan keluarga

3. Bagaimana dengan anda, apakah anda juga akan melakukan hal yang sama
di masa akan datang? Jika ya mengapa, dan jika tidak mengapa. Jelaskan

4. Jika hal seperti ini semakin banyak terjadi, apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah?

Nama : Az Zahrah Nabiyla

Jawaban:

1. Setiap pasangan memiliki keputusan yang berbeda beda sejak mereka


menikah. Salah satunya yaitu memilih untuk childfree. Keputusan yang dibuat
oleh pasangan tersebut pastinya atas segala pertimbangan, mungkin dari
lingkungan mereka, kesiapan mereka untuk melahirkan seorang anak,
ataupun trauma yang mereka dapatkan saat mereka menjadi seorang anak.
Menurut saya, keputusan yang mereka ambil pastinya sudah yang paling baik
dengan keadaan mereka sekarang, jadi kita perlu menghargai segala
keputusan yang dibuat oleh pasangan untuk keberlangsungan hubungan
mereka.
2. Menurut saya jika banyak keluarga yang memiliki pemikiran yang sama untuk
mengambil keputusan childfree akan berdampak pada pertumbuhan
penduduk di suatu negara. Tak hanya itu, didalam suatu keluarga pasti akan
terputus generasi selanjutnya. Seperti contohnya negara jepang yang
memiliki pertumbuhan penduduk negatif karena banyaknya tekanan yang
harus dijalankan sehingga memilih untuk childfree. Setiap keputusan pasti
ada dampak positif dan juga negatif, sehingga kita tetap perlu menghargai
segala keputusan yang diambil setiap pasangan.
3. Untuk sekarang, mungkin saya sedikit setuju dengan memilih keputusan
untuk childfree, melihat lingkungan saya masih banyak anak anak yang tidak
mendapatkan hak dengan sepenuhnya. Namun, saya lebih memilih untuk
menunda memiliki anak 3-5 tahun setelah pernikahan, karena saya rasa
untuk memiliki seorang anak perlu kesiapan yang lebih matang. Memutuskan
untuk memiliki anak berarti memutuskan untuk memberikan kehidupan yang
layak pada seorang manusia. Ibaratnya, seorang pemain sepak bola ketika
ingin memasukkan bola nya ke gawang perlu suatu persiapan dan rencana,
apalagi memiliki seorang anak yang tanggung jawabnya seumur hidup.
4. Jika hal ini terus terjadi, pemerintah sebaiknya memperbaiki hal hal yang
diperlukan untuk tumbuh kembang anak sehingga menghasilkan generasi
yang berkualitas. Contohnya seperti memberi edukasi tentang persiapan
memiliki anak, memberikan dukungan kepada pasangan dengan memberikan
keringanan biaya rumah sakit ataupun hari libur saat melahirkan, dan masih
banyak lagi. Yang terpenting dari lahirnya seorang anak yaitu kualitas
kehidupan yang anak dapatkan saat dia lahir.

Nama : Nengah Callista Amelia Agatha

Jawaban:

1. Memilih untuk tidak memiliki anak setelah menikah adalah pilihan dari
pasangan itu masing-masing. Dalam kasus diatas dikatakan bahwa pasangan
itu tidak ingin memiliki anak karena mereka ingin gaya hidup mereka berjalan
dengan apa yang mereka mau dan itu adalah sebuah pilihan, dan pastinya
pasangan itu sudah memikirkan untuk tidak memiliki anak dari jauh-jauh hari
dan mereka pastinya sudah tau apa dampak dari itu semua dan mereka pasti
sudah siap akan dampak itu. Childfree bukanlah suatu kesalahan tapi sebuah
pilihan, maka dari itu kita harus dapat menerima setiap keputusan orang lain
apapun itu.

2. Ketika keluarga memutuskan untuk tidak memiliki keturunan maka pasti ada
dampak yang di rasakan di kemudian hari. Di kemudian hari pastinya
keluarga itu tidak punya seseorang untuk meneruskan atau mewarisi sesuatu
dari mereka lalu jika pasangan suami istri sudah lansia tidak ada yang
mengurusi pasangan suami istri itu. Lalu ketika keluarga memutuskan tidak
memiliki keturunan maka peran tidak sempurna, yang ada hanya sebatas
peran suami istri bukan peran orang tua.

3. Dimasa depan saya tidak akan menerapkan childfree ketiak berkeluarga,


karena saya masih menginginkan anak yang dapat meneruskan apa yang
sudah saya berikan kepada mereka dan juga saya tidak ingin hidup saya
ketika tua tidak berwarna karena saya hanya sendiri.

4. Jika hal ini terus terjadi pastinya akan sangat merugikan bagi negara, maka
dari itu pemerintah bisa memberikan banyak edukasi untuk para pasangan
suami istri yang baru menikah tentang pentingnya mempunyai keturunan.

Nama : Fashya Halepi Sahasika

Jawaban:

1. Keputusan childfree adalah pilihan masing² pasangan dan tentunya ada


beberapa faktor yang menyebabkan mereka memilih keputusan itu.

Beberapa orang memilih childfree karena ingin fokus pada karir, gaya hidup,
atau minat pribadi. Sementara itu, yang lain mungkin memiliki pertimbangan
lingkungan, ekonomi, atau kesehatan yang membuat mereka memilih untuk
tidak memiliki anak.

Kita harus menghormati dan memahami keputusan ini, karena setiap individu
memiliki hak untuk menentukan jalan hidup yang sesuai dengan nilai dan
tujuan mereka. Asalkan, keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan
matang dan tanggung jawab.

2. jika banyak keluarga yang mengambil keputusan tidak memiliki anak,


tentunya menurunkan jumlah kelahiran (sama seperti kasus di jepang) dan
garis keturunan kita akan berakhir begitu saja.

Selain itu, kebahagiaan dan kesuksesan juga berubah. Yang awalnya hanya
untuk keluarga (anak) menjadi hal lain.

Di sisi lain, Childfree juga berdampak pada sektor ekonomi yang terkait
kebutuhan anak², seperti pendidikan, kesehatan, dsb
3. Saya sendiri tidak akan melakukan childfree, karena mempunyai anak itu juga
merupakan ibadah.

Saya juga ingin merasakan kehangatan keluarga, menghabiskan waktu


bersama, dll.

Namun, jika ada kendala yang memengaruhi itu, lebih baik menunda sampai
kita benar² siap dan bertanggung jawab memiliki anak.

4. Pemerintah harus memberikan edukasi tentang konsekuensi keputusan


childfree, mendukung keluarga dan mendorong kelahiran anak, dan memberi
dukungan emosional dan sosial.

Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang berimbang dan


memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat dalam mengatasi
fenomena childfree. Meskipun keputusan untuk tidak memiliki anak adalah
hak individu, dampak sosial dan ekonomi dari tren ini perlu diatasi dengan
bijaksana.

Nama : Muhammad Kevin Naufal

Jawaban:

1. Menjadi childfree itu pilihan. Mempunyai anak itu tanggung jawab yang berat. Perlu
berbagai kesiapan agar tumbuh kembang anak bisa optimal dan anak bisa menjadi
individu berperilaku baik. Salah pola asuh bisa berakibat fatal. Saya yakin mereka yang
memutuskan untuk childfree punya alasan tersendiri, dan keputusan itu sudah mereka
pikirkan dengan matang. Saya hargai keputusan mereka apapun alasannya, itu hak
mereka. Tidak ada masalah dengan childfree, yang jadi masalah adalah orang orang yang
suka nyinyir ke orang lain yang berkomitmen untuk childfree, Kalo ada perbedaan
prinsip ya sudah biarin aja, saling menghargai mbok ya jangan nyinyir. Kebanyakan yang
teriak childfree sudah mengetahui kapasitas mereka, dari segi mental dan finansial. Justru
kebalikannya, yang hampir tiap tahun bereproduksi malah gak kepikiran soal hal hal
tersebut. Taunya ya cuman seggs, enak, nikmat, eh tau tau hamil. Alesannya yaudah mau
gimana lagi kan rejeki ~

2. Jika banyak keluarga yang mengambil keputusan untuk childfree, Seiring berjalannya
waktu dan usia dampaknya terhadap keluarga yang memutuskan untuk child free pasti
akan merasa kesepian, hanya ada suami/istri di rumah dan lambat laun ketika sudah tua
pada akhirnya mereka tidak memiliki orang yang dapat diandalkan untuk merawatnya.

3. Saya sendiri tidak akan melakukan childfree di masa yang akan datang, karena saya
anak tunggal, dan saya tidak ingin garis keturunan orang tua saya berhenti di saya, saya
ingin memiliki anak yang dapat saya banggakan ke semua orang, namun sempat
terfikirkan di benak saya untuk menunda memiliki anak sesudah menikah, tentunya
karena biaya yang dikeluarkan untuk resepsi dll, perlu waktu untuk memulihkan finansial
keluarga kami.

4. Pemerintah dapat memberi insentif kepada wanita yang baru melahirkan seperti yang
terjadi di Jepang, Jepang akan memberikan uang sebesar Rp. 57 Juta kepada wanita yang
baru melahirkan. Langkah tersebut diambil Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Jepang untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya akibat resesi
seks. Selain itu, pemerintah juga dapat mensubsidi biaya sekolah anak yang kurang
mampu, memberikan asuransi kesehatan kepada anak, dan memberikan tempat tinggal
layak huni dengan biaya yang terjangkau.
Nama : Arini Sabilah Al Mustaqimah

Jawaban:

1. Menurut saya, setiap individu memiliki hak untuk memutuskan apakah ingin
memiliki anak atau tidak, yang mana sangat penting bagi kita untuk
menghormati pilihan hidup setiap orang berdasarkan pertimbangan dan
nilai-nilai pribadi mereka sendiri tanpa menjudge atau menghakiminya. Anne
Hare dan suaminya telah dengan sadar membuat keputusan untuk tidak
memiliki anak agar dapat tetap menikmati gaya hidup aktif yang mereka sukai
dan hal itu adalah sah sah saja karena melihat keputusan yang sudah
disepakati bersama oleh mereka. Terlebih di era sekarang yang mana semua
serba mahal, termasuk membesarkan dan mengasuh anak dengan baik dan
benar untuk menjadikan pribadi sang anak yang kompeten. Selain kesiapan
material, diperlukan kesiapan mental untuk itu, jadi tidak heran banyak yang
memutuskan untuk childfree di zaman sekarang dengan mempertimbangkan
berbagai aspek yang ada.

2. Menurut saya, jika banyak keluarga mengambil keputusan untuk tidak


memiliki anak, hal itu dapat memiliki dampak terhadap mereka sendiri. Seperti
tidak adanya anak ataupun cucu yang dapat menemani dan merawat mereka
di hari tua dan merasa kesepian. Pasangan childfree juga akan menghadapi
tekanan dari lingkungan sosial sekitar yang mengharapkan mereka memiliki
anak. Mereka harus tegas dan yakin dalam keputusan mereka. Namun,
pasangan yang memilih childfree dapat lebih fokus pada pengembangan diri
mereka sendiri, mencari hobi, pendidikan lanjutan, atau karir yang mungkin
sulit dicapai jika memiliki tanggung jawab orangtua. Mereka memiliki
kebebasan dan fleksibilitas yang lebih banyak dibandingkan pasangan yang
memutuskan untuk memiliki anak.

3. Saya pribadi saya tidak akan melakukan childfree di masa yang akan datang
dikarenakan saya hidup di lingkungan dengan saudara yang mempunyai anak
yang lebih dari 3, dan saya menikmati ikatan keluarga, merawat anak, dan
menyaksikan perkembangan mereka. Dari segi agama sendiri, saya meyakini
bahwa memiliki keturunan adalah tugas yang diberikan oleh Allah dan
memiliki nilai penting. Namun, mempertimbangkan aspek kesiapan finansial
dan mental, saya lebih melakukan penundaan memiliki anak dibandingkan
melakukan childfree.
4. Pemerintah dapat merancang kebijakan yang mendorong kelahiran, seperti
tunjangan keluarga, kredit pajak, atau insentif finansial lainnya bagi pasangan
yang memilih untuk memiliki anak. Ini dapat membantu mengurangi beban
finansial dan meningkatkan daya tarik untuk memiliki anak. Hal ini juga yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang guna mencegah resesi seks dan
meningkatkan populasi penduduk yang sudah tidak sama antara anak anak,
orang dewasa yang produktif dengan orang lanjut usia. Orang tua baru di
Jepang akan menerima insentif sebesar 420 ribu yen atau sekitar Rp 48 juta
setelah kelahiran anaknya. Pemerintah Jepang bahkan berencana menaikkan
insentif tersebut menjadi 500 ribu yen atau sekitar Rp 57 juta.

HASIL DISKUSI KELOMPOK


1. Berdasarkan hasil diskusi kami, Keputusan untuk Childfree adalah pilihan pribadi
pasangan. Keputusan ini dibuat berdasarkan berbagai pertimbangan seperti gaya
hidup, kesiapan finansial dan mental, nilai-nilai pribadi, dan faktor lingkungan.
Meskipun alasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini beragam,
penting untuk menghormati dan memahami pilihan setiap individu. Keputusan
childfree bukanlah suatu kesalahan, melainkan merupakan hak individu untuk
menentukan arah hidup mereka. Masing-masing pasangan yang memilih jalur ini
telah mempertimbangkan konsekuensi dan tanggung jawab yang ada, sehingga
menghakimi atau mencampuri keputusan mereka tidaklah tepat. Terlebih lagi,
perbedaan prinsip dalam hal ini harus dihormati, dan saling pengertian antara
individu-individu dengan pilihan hidup yang berbeda adalah hal yang penting.

2. Berdasarkan hasil diskusi kami, keputusan childfree memiliki dampak yang


kompleks pada individu, keluarga, dan masyarakat. Meskipun keputusan ini adalah
hak pribadi setiap pasangan, konsekuensi positif dan negatif harus dipertimbangkan
dengan matang. Keputusan ini dapat berdampak pada pertumbuhan penduduk
suatu negara, garis keturunan dalam keluarga, serta peran dan kesejahteraan
keluarga itu sendiri. Dampak positif termasuk lebih banyak waktu dan fleksibilitas
bagi pasangan childfree untuk pengembangan pribadi, hobi, dan karir. Namun, ada
juga dampak negatif seperti potensi kesepian di masa tua karena tidak memiliki
keturunan yang merawat, tekanan sosial, dan perubahan dalam persepsi mengenai
kebahagiaan dan kesuksesan. Selain itu, keputusan childfree juga dapat berdampak
pada sektor ekonomi terkait kebutuhan anak-anak seperti pendidikan dan
kesehatan. Juga, jika banyak pasangan mengambil keputusan ini, dapat
mengakibatkan penurunan kelahiran dan berdampak pada pertumbuhan penduduk
suatu negara, seperti yang terjadi di Jepang.

3. Berdasarkan hasil diskusi kami, Keputusan untuk childfree adalah pilihan pribadi
masing2. Kami sendiri tidak menerapkan keputusan childfree. Ada yang
berpendapat, terutama yang suka dengan ikatan keluarga, merasa bangga bisa
melanjutkan garis keturunan. Bagi mereka, jadi orang tua itu seperti diberi
kesempatan spesial buat merawat dan lihat perkembangan anak. Di samping itu,
urusan agama juga ngaruh kuat. Tapi yang nggak bisa diabaikan adalah soal
kesiapan finansial dan mental. Meskipun faktor nilai dan agama punya tempatnya,
banyak yang sadar bahwa jadi orang tua perlu punya kesiapan matang, baik dari
segi duit maupun kesiapan mental. Makanya, banyak yang lebih suka
menunda-nunda atau nyiapin diri sebelum siap punya anak.

Penting banget juga untuk menyiapkan diri dan ngebayangin tanggung jawab punya
anak. Menjadi orang tua itu kayak komitmen seumur hidup yang butuh perencanaan
dan pengertian yang dalam tentang semua tanggung jawab itu. Selain itu, faktor
lingkungan sosial juga nggak bisa dianggap remeh. Ada desakan dari lingkungan
tentang berapa anak yang ideal atau pandangan tentang keluarga, dan ini bisa
ngaruh pada cara kita pandang soal punya anak. Ada yang melihat pilihan untuk
childfree sebagai cara buat menangani masalah sosial atau menaikkan
kesejahteraan keluarga.

4. Berdasarkan hasil diskusi kami, jika banyak pasangan memilih untuk tidak
memiliki anak, hal yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :

- Memberikan dukungan dan fasilitas untuk memudahkan peran orang tua,


seperti cuti orang tua yang memadai, akses penitipan anak yang terjangkau,
meningkatkan kualitas tempat kerja yang ramah untuk mengasuh anak,
maupun program dukungan keluarga.
- Pemerintah bisa memberikan intensif kepada para pasangan yang
mempunyai anak seperti pemotongan pajak atau tunjangan kepada anak
dengan harapan dapat meringankan beban keuangan yang terkait dengan
membesarkan anak.
- Pemerintah dapat melakukan program penyuluhan terkait edukasi dan
kesadaran tentang pentingnya berkeluarga dan memiliki anak, tanpa
menekan atau menjudge pasangan yang memilih jalan childfree.
- Program tunjangan bagi orang tua yang memilih memiliki anak, seperti yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk mencegah terjadinya penurunan
populasi penduduk dengan memberikan sekitar 500 ribu yen atau Rp 57 juta.

Anda mungkin juga menyukai