Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH STUDI ISLAM

“KARAKTERISTIK DAN PRINSIP-PRINSIP AJARAN ISLAM”

Disusun Oleh :
1. Daniyah Putri Aliyah (11230960000036)
2. Jihan Azzahra (11230960000037)
3. Sinta Nabila Afra (11230960000038)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wa Syukurulillah penyusun panjatkan atas segala


rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
segala limpahan rahmat serta karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Shalawat beserta salam tak lupa penyusun
haturkan kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan juga pengikutnya sampai akhir zaman.

Selain itu ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak
Dra. Abdul Haris, M.Ag . Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Studi
Islam.

Makalah ini dibuat dan disusun berisi tentang "Karakteristik dan


Prinsip-prinsip Ajaran Islam". Kemudian, makalah ini disusun sebagai
bentuk pelaksanaan tugas yang diembankan kepada penyusun khususnya
sebagai bentuk kewajiban serta sebagai sarana dalam mengembangkan
gagasan, serta fakta-fakta yang terdapat pada sumber penulisan makalah
ini.

Walaupun kami, tim penyusun telah berusaha mempersembahkan


makalah ini dengan semaksimal dan seoptimal mungkin. Namun, kami
sebagai tim penyusun menyadari bahwa kesalahan sekecil apapun pasti
ada, mungkin kesalahan dari penggunaan bahasa, struktur makalah, isi
yang mungkin dinilai kurang konkrit, dan sebagainya. Maka dari itu, kami
sebagai tim penyusun mengharapkan kritik serta saran yang membangun
sebagai bahan perbaikan pada penulisan karya tulis berikutnya.
Demikian kiranya beberapa patah kata yang dapat kami sampaikan,
semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengambil manfaat
serta wawasan dari apa yang telah kami persembahkan.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian prinsip ajaran islam dan persamaan serta perbedaannya dengan
asas, prinsip,dasar………………………………………………….................... 2
2.2 Macam-macam prinsip ajaran islam……………………………………...... 3
2.3 Persamaan prinsip ajaran islam dengan agama lain………………………. 15
2.4 Perbedaan prinsip ajaran islam dengan agama lslam……………………... 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………... 24
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara etimologi, islam berasal dari bahasa Arab, yang diambil dari kata salima
yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama
yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula
berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Kemudian, dari kata asalama ini dibentuk kata
islam (aslama yuslimu islaman), yang mengandung arti sebagaimana terkandung
dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah diri dan taat.
Islam dari segi istilah adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW yang isinya bukan hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
alam jagat raya. Islam dari segi istilah juga berarti agama wahyu terakhir yang
menyempurnakan agama yang sudah dibawa oleh para nabi sebelumnya, yang isinya
membahas berbagai aspek kehidupan manusia agar terwujud sebuah kehidupan
manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Karakteristik berasal dari bahasa Inggris “character” yang berarti watak,
karakter dan sifat. Selanjutnya, kata ini menjadi characteristic yang berarti sifat yang
khas yang membedakan antara satu dan lainnya. Dalam bahasa Indonesia, character
yang berarti sifat yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda atau kata
yang menyatakan keadaan sesuatu yang panjang, keras dan besar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud prinsip ajaran islam?
2. Apa saja macam-macam prinsip ajaran islam?
3. Bagaimana persamaan prinsip ajaran islam dengan agama lain?
4. Bagaimana perbedaan prinsip ajaran islam dengan agama lain?
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan prinsip ajaran islam.
2. Mendeskripsikan macam-macam prinsip ajaran islam.
3. Mendeskripsikan persamaan ajaran islam dengan agama lain.
4. Mendeskripsikan perbedaan prinsip ajaran islam dengan agama lain.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRINSIP AJARAN ISLAM DAN PERBEDAAN DAN


PERSAMAANNYA DENGAN ASAS, PRINSIP DAN DASAR

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kata prinsip artinya adalah asas,
kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya.

Dalam bahasa Inggris terdapat kata principle yang berarti asas, dasar, prinsip
dan pendirian. Dalam bahas arab kata prinsip merupakan terjemahan dari kata asas,
jamaknya usus yang berarti foundation (dasar bangunan), fundamental (yang
utama), groundwork (landasan kerja), ground (terowongan), basis (tiang utama),
keynote (kata kunci).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kata prinsip mengandung arti dasar,
sumber dan asas dan sumber bagi umat islam adalah Al-Qur’an.

Kesamaan antara satu agama


dengan agama lain secara
umum adalah adanya
kepercayaan atau ketuhanan
yang dianutnya. Karena
manusia yang tak bertuhan
dan
tak beragama tidak memiliki
kepercayaan atas Tuhan.
Sosok Tuhan yang menjadi
kepercayaan tiap agama
pun berbada-beda. Dalam
islam Tuhan yang dianut
oleh
seluruh umat muslim hanya
satu yakni Allah SWT yang
Esa, tidak beranak dan tidak
diperanakan. Selanjutnya
ialah pedoman. Setiap agama
pasti memiliki pedoman atau
landasan beribadah yang
dianutnya. Dengan adanya
landasan atau pedoman
tersebut,
Kesamaan antara satu agama
dengan agama lain secara
umum adalah adanya
kepercayaan atau ketuhanan
yang dianutnya. Karena
manusia yang tak bertuhan
dan
tak beragama tidak memiliki
kepercayaan atas Tuhan.
Sosok Tuhan yang menjadi
kepercayaan tiap agama
pun berbada-beda. Dalam
islam Tuhan yang dianut
oleh
seluruh umat muslim hanya
satu yakni Allah SWT yang
Esa, tidak beranak dan tidak
diperanakan. Selanjutnya
ialah pedoman. Setiap agama
pasti memiliki pedoman atau
landasan beribadah yang
dianutnya. Dengan adanya
landasan atau pedoman
tersebut,
Kesamaan antara satu agama dengan agama lain secara umum adalah adanya
kepercayaan atau ketuhanan yang dianutnya. Sosok Tuhan yang menjadi
kepercayaan tiap agama pun berbada-beda. Dalam islam Tuhan yang
dianut oleh seluruh umat muslim hanya satu yakni Allah SWT yang Esa, tidak
beranak dan tidak diperanakan.

Selanjutnya ialah pedoman. Setiap agama pasti memiliki pedoman atau


landasan beribadah yang dianutnya. Dengan adanya landasan atau pedoman
tersebut, mereka memiliki peraturan yang telah diperintahkan oleh Tuhannya
kepada umatnya. Landasan atau pendoman ini bertujuan agar umat manusia
tidak terjerumus kedalam maksiat dan larangan Tuhannya. Pedoman dan
dasar bagi umat muslim atau umat islam sendiri adalah Alqur’an. Al-qur’an
tak hanya menjadi pedoman, hukum dan akhlak bagi umat islam saja, namun dalam
ajarannya Alqur’an dapat digunakan sebagai pedoman seluruh umat manusia.

Perbedaan dari ajaran agama islam dengan agama lain terlihat dari ketuhanan,
kitab pendoman hidup, isi ajaran dan jenis ibadahnya. Kepercayaan umat muslim
tentang adanya tempat setelah mati yakni surga dan neraka juga merupakan
perbedaan antara ajaran agama islam dan agama lainnya. Islam tidak memaksakan
urusan keimanan karena sejatinya iman adalah at-tasdīqu bil-qalb wal iqrār bil
lisan wal ‘amalu bil jawārih (meyakininya dengan hati, mengucapkanya dengan
lisan, dan mengamalkannya dengan anggota badan) sehingga harus diikuti dengan
perasaan tunduk dan taat. Dan tentunya kedua hal tersebut tidak akan terwujud
dengan paksaan. Agaknya ayat tersebut juga bisa menjadi hujjah bagimuslim
kepada orang-orang yang mengatakan bahwa Islam tersebar karena perang,pedang,
dan kekerasan.

B. MACAM – MACAM PRINSIP AJARAN ISLAM

Dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip ajaran Islam antara lain: sesuai dengan
fithrah manusia, sesuai dengan perkembangan zaman, manusiawi, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbasis pada penelitian,
berorientasi pada masa depan, kesederajatan manusia, musyawarah, persaudaraan,
keterbukaan, dan komitmen pada kebenaran.

(1) Sesuai dengan fitrah manusia ( Muthabaqah Li Fithrah )

Kata fithrah secara harfiah berarti keadaan suci, dan berbuka. Selain itu, fithrah
adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya kekuasaan yang
menguasai dirinya dan alam jagat raya, yang disebut Tuhan. Hal ini sejalan
dengan hadist sebagai berikut:

‫ُيَنِّصَر اِنِه َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه َأْو ُيَهِّو َد اِنِه َفَأَبَو اُه اْلِفْطَرِةَع َلى ُيْو َل ُد‬
‫َم ْو ُلْو ٍد ُك ُّل‬
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orangtuanyalah
yang menyebabkan anak tersebut menjadi yahudi,nasrani, atau majusi
(HR.Bukhari-Muslim).

Sebagaimana yang terdapat dalam konsep maqashid al-syar’iyah ( tujuan


agama ) yaitu melindungi jiwa (hifdz al-nafs), melindungi agama (hifdz al-din),
melindungi akal (hifdz al-aql), melindungi harta benda (hifdz al-maal), dan
melindungi keturunan (hifdz al-nasl). Dengan prinsip sesuai dengan fithrah ini,
maka agama Islam selain harus melindungi fithrah tersebut, Untuk itu jika ada
ajaran Islam yang jelas-jelas melarang seseorang memiliki pasangan hidup
(suami istri), melarang mencari nafkah, dan hanya mengurusi fithrah beragama
saja, maka pandangan keagamaan yang demikian ini dapat dipandang keliru dan
harus segera diluruskan.

(2) Keseimbangan ( Al-Tawazun )

Kehidupan yang seimbang berkaitan dengan usaha manusia dalam


mempersiapkan bekal untuk hidup di dunia dan akhirat. Kehidupan di dunia selain
untuk dinikmati dan disyukuri, juga harus dipandang sebagai kesempatan untuk
menyiapkan bekal hidup di akhirat, yakni dalam bentuk melakukan amal saleh, ibadah,
sedekah. Pandangan adanya kehidupan di akhirat bukan untuk dipikirkan tentang
berbagai kesulitan atau kesengsaraan yang akan terjadi, melainkan harus dijadikan
motivasi untuk melakukan amal kebajikan.

Dengan prinsip yang dikemukakan diatas, maka tidaklah dibenarkan, jika


seseorang membiarkan dirinya secara sengaja berada dalam keterbelakangan,
kemiskinan, penderitaan, dan lain sebagainya.Orang yang hanya terus-menerus ibadah
dan tidak mau berjuang mencari kehidupan dunia, sebagaimana yang diperlihatkan oleh
sekelompok masyarakat jamaah tabligh dan lainnya tidaklah dapat dibenarkan, karena
hal yang demikian tidak sesuai dengan prinsip hidup yang seimbang dalam Islam.Dalam
Islam tidak ada satu hari pun yang membolehkan seseorang berpangku tangan tanpa
mau bekerja.

(3) Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat (Shalihun Li Kulli Zaman wa
Makan)
Prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan perkembangan zaman ini,
sesungguhnya dapat dipahami dari usaha yang dilakukan oleh Rasulullah SAW yang
membawa hal-hal baru bagi masyarakat jahiliah yang semula memiliki mindset, pola
pikir dan tindakan yang bersifat materialistis hedonistik, menjadi masyarakat yang
memiliki visi transendental dan kemanusiaan. Masyarakat Arab yang semula
memuliakan hal-hal yang bersifat temporer, seperti harta, takhta dan kasta, diubah
dengan hal-hal yang bersifat permanen, yaitu visi transendental, akhlak mulia,
kemanusiaan, keadilan, kesederajatan, persaudaraan.

Selanjutnya, Mahmud Syaltout berpendapat, bahwa Islam adalah agama yang


sesuai dengan waktu dan tempat (al-Islam shalihun li kulli Zaman wa Makan. Dengan
demikian, walaupun sumber utama ajaran Islam itu sama, yaitu Al-Qur'an dan Al-
Sunah, namun dalam pemahaman dan implementasinya mengalami penyesuaian dan
perbedaan yang disesuaikan dengan keadaan perkembangan masyarakat. Namun
demikian, perbedaan ini tidak sampai mengubah teks Al-Qur'an dan Al-Hadis.

(4) Tidak menyusahkan manusia ( La Tu’assir )

Ajaran Islam memiliki prinsip tidak mempersulit manusia, karena jika ajaran
Islam mempersulit manusia, maka hal ini bertentangan dengan visi, misi dan tujuan
ajaran Islam tersebut, yakni untuk memelihara jiwa, agama, akal, harta, dan keturunan.
Oleh karena itu, jika terdapat paham yang mempersulit dalam menjalankan agama
Islam, hal ini menunjukkan masih terbatasnya atau masih dangkalnya paham Islam
tersebut, dan karenanya uraian ini sangat penting untuk dijadikan prinsip. Prinsip ajaran
Islam tentang tidak adanya kesulitan dalam beragama ini dijelaskan lebih lanjut dalam
firman Allah SWT:

‫اَل ُيَك ِّلُف ُهّٰللا َنۡف ًس ا ِااَّل ُو ۡس َعَها‬


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (OS. al-

Baqarah (2):286)
Namun demikian, adanya prinsip kemudahan atau tidak memberatkan manusia
dalam Islam sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak dapat dipahami, bahwa
seseorang yang dalam keadaan normal boleh melalaikan mengerjakan perintah Allah,
atau mengerjakan asal-asalan.

Seseorang yang dalam keadaan normal, yakni tidak sakit, tidak dalam
perjalanan, tidak dalam kesulitan dan sebagainya, wajib mengerjakan perintah Allah
dengan sempurna dan sesuai jadwal waktu yang ditetapkan. Orang yang menunda-
nunda dalam melaksanakan perintah Allah SW'T dapat dikategorikan sebagai orang
yang lalai (sahun) yang diancam dengan siksaan di akhirat

(5) Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Muthabaqah


Li Tanmiyah Al ilm wa tekcnologiya )

Pertama, bahwa ayat yang pertama kali turun yaitu;

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah
menciptakann manusia dari segumpal darah (2).Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah(3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4). Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (QS. al 'Alaq (96): 1-5)

Di dalam ayat tersebut terdapat 5 komponen pokok pendidikan,yaitu;

a.komponen proses, yaitu dengan membaca dalam arti seluas-luasnya,yakni bukan


kegiatan yang mengumpulkan informasi, mengobservasi, mengklasifikasi,
membandingkan, menyimpulkan, dan memverifikasi.

b. Komponen ideologi, yakni humanisme teosentris. Hal ini dapat dipahami

dari kalimat bismirabbika (dengan menyebut nama Tuhanmu).


c. Komponen peserta didik, yaitu al-insan, yakni manusia.

d. Komponen sarana, yaitu bi al-galam, dengan pena.

e. Komponen kurikulum, yaitu maa lam ya'lam, segala sesuatu yang belum di-

ketahui manusia.

Namun demikian, Islam bukan saja sejalan dengan ilmu pengetahuan, melainkan
memberikan arah tentang ilmu pengetahuan tersebut. H.M. Quraish Shihab dalam hal
ini berpendapat, bahwa tujuan pemaparan ayat-ayat Al-Qur'an tentang kebenaran ilmiah
adalah untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan keesaannya, serta mendorong manusia
seluruhnya untuk mengadakan observasi dan penelitian guna menguatkan iman dan
kepercayaan kepada-Nya.

(6) Berbasis pada penelitian ( Muwaqif ‘ala al-hashil al-tabayyun )

Penelitian pada intinya mengumpulkan data dan fakta untuk membuktikan


keberadaan tentang sesuatu yang disusun secara sistematis dalam bentuk teori. Namun
penelitian dalam arti luas adalah sikap kehati-hatian dalam menentukan sebuah
kebijakan, sehingga kebijakan ini tidak cukup hanya didasarkan pada dugaan tanpa
mengetahui sebabnya. Tindakan atau perbuatan yang didasarkan pada penelitian adalah
perbuatan yang memiliki landasan yang kukuh. Islam memiliki prinsip bahwa seseorang
tidak dapat diterima argumentasinya apabila ia tidak memilki data yang akurat dan
memadai. Allah SWT berfirman;
‫ٰۤل‬
‫َم ْسُٔـْو اًل َع ْنُهَك اَن ُاو ِٕىَك ُك ُّل َو اْلُفَؤاَد َو اْلَبَص َر الَّس ْمَع ۗ ِاَّن ِع ْلٌم ِبٖه َلَك َلْيَس َم اَتْقُف َو اَل‬

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya . Sesungguhnya pendengaran, pengihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya. (OS.al-lsra'(17):36)

(7) Berorientasi pada masa depan (Muwajjih ala al-waqt al-atiyah)

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada penganutnya agar masa depan
keadaannya lebih baik dari masa lalu dan masa sekarang. Dengan prinsip ini, maka
seorang Muslim akan menjadi orang yang dinamis dan pogressif, melalui berbagai
kajian, stubi banding, penelitian dan lain sebagainya guna menyiapkan hari esok yang
lebih baik. Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (OS.al-
Hasyr (59): 18)

Prinsip berorientasi ke masa depan ini penting dilakukan, karena beberapa

alasan sebagai berikut:

a. Dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan lebih kreatif, optimis, dinamis,
dan tidak menganggung-agungkan masa lalu hanya untuk menghibur diri atau menutupi
kemalasan di masa sekarang, serta tidak akan terus-menerus berada dalam kesedihan
atas masa lalu yang sudah terjadi.

b. Dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan berusaha meningkatkan mutu


hasil kerjanya, sehingga akan tetap berguna dan mampu bersaing secara sehat
(fastabiqul khairat) dengan orang lain.

c. Dengan memiliki pandangan yang berorintasi ke masa depan, seseorang akan


berusaha sungguh-sungguh membekali dirinya dengan pendidikan dan pengajaran,
yakni dengan berusaha mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi, wawasan,
keterampilan, mental spiritual, dan kepribadian yang unggul.

(8) Kesederajatan ( Al- Musawah )

Prinsip kesederajatan dalam Islam diarahkan pada upaya pemberian kesempatan


yang sama kepada semua orang untuk mengakses berbagai peluang yang tersedia.
Namun pada saat yang sama kepada setiap orang tersebut diberikan hadiah dan sanksi
yang ukurannya bukan hal-hal yang bersifat sementara, melainkan sesuatu yang bersifat
permanen dan mengandung aspek pendidikan dan pembelajaran. Pemberian reward
dalam Islam didasarkan pada prestasi ketakwaan dan amal salehnya. Adapun pemberian
punishment juga didasarkan pada kedurhakaan dan keburukan perbuatannya, dan bukan
karena latar belakang hal-hal yang bersifat duniawi.

Dengan prinsip kesederajatan ini, setiap manusia akan saling menghargai dan
menghormati atas dasar prestasi iman, ketakwaan, dan amal shalihnya. Atas dasar ini,
maka setiap orang akan berlomba-lomba meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
amal shalihnya

Dengan prinsip kesederajatan ini, seseorang yang memiliki kekayaan yang


berlimpah akan berkata, bahwa kekayaan ini adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan dan digunakan untuk pelaksanaan iman dan takwa serta amal
saleh. Selanjutnya ia berkata pula, bahwa kekayaan yang dimilikinya ini terjadi karena
bantuan dan kerja keras dari orang lain, dan untuk itu ia berpandangan bahwa pada
hartanya ini terdapat harta milik orang lain. Dengan demikian, ia akan menjadi orang
kaya yang rendah dan murah hati, dan menggunakan hartanya untuk investasi
kehidupan akhirat yang lebih baik.

(9) Keadilan

Prinsip keadilan dalam Islam ini merupakan perekat, pemersatu, dan


penyeimbang antara berbagai tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia yang
memungkinkan setiap orang akan dapat menerimanya dengan rasa puas. Sebaliknya,
ketiadaan prinsip keadilan ini merupakan pangkal utama timbulnya ketidakpuasan yang
memicu tindakan unjuk rasa, demo, dan perlawanan yang disertai dengan tindakan
anarkis. Karena demikian sentralnya prinsip keadilan ini, maka prinsip ini berlaku pada
seluruh bidang kehidupan manusia, bahkan 'Tuhan sendiri juga wajib berbuat adil,
misalnya dengan memasukkan orang jahat ke dalam neraka, dan menempatkan orang
yang saleh ke dalam surga

Dalam Asma' al-Husna yang didasarkan pada Hadis disebutkan, bahwa Allah
SWT memiliki 99 sifat. Di antara sifat-sifat ini ada yang termasuk sifat yang lembut
seperti ar-rahman (maha pengasih), ar-rahim (maha penyayang), al-lathif (maha santun),
al-wadu (maha lembut), al-halim (maha belas kasih); dan ada pula sifat-sifat yang
termasuk sifat yang keras, seperti al-qohhar (maha gagah) al-jabbar (maha memaksa),
al-mu-takabbir (maha sombong). Namun dengan adanya sifat keadilan, sifat-sifat ini
tidak akan saling bertentangan. Sifat keadilan akan menjadi penyeimbang, pendialog,
pengelola, dan koordinatornya. Yakni dengan menerapkan sifat-sifat tersebut secara pas,
seimbang, proporsional, dan seterusnya. Terhadap orang yang jahat tentu Allah akan
menggunakan sifat-sifat kerasnya; dan terhadap orang yang saleh, Allah akan
menggunakan sifat-sifat lembutnya.

(10) Musyawarah

Di dalam Al-Qur’an , masalah musyawarah sangat dianjurkan. Firman Allah


SWT;

Maka karena disebabkan rahmat dari Allah, engkau bersilkap lemah lembut terhadap
mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Maka, maafheanlah mereka, dan mohonkanlah ampunan bagi
mereka, dan bermusyarahlah dengan mereka dalam esuatu urusan. Maka apabila kamu
telah membulatkan tekad, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
oraung-orung yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. Ali Imran (3):159)

Ayat tersebut turun berkenaan dengan peristiwa kekalahan umat Islam dalam
Perang Uhud yang terjadi pada abad ke-3 H. Berkenaan dengan kekalahan perang ini,
maka terjadi konflik dan perpecahan serta saling menyalahkan antara yang
menganjurkan perang terbuka dan perang kota. Namun Nabi Muhammad SAW tidak
menyalahkan siapa pun, dan mengajak mereka untuk bermusyawarah, dan tidak ada
satu pun yang dipersalahkan oleh Rasulullah SAW, melainkan semuanya dirangkul, dan
dimanfaatkan, dan semua masalah dipecahkan dengan cara musyawarah.

(11) Persaudaraan (Ukhuwah)

Prinsip persaudaraan dalam Islam didasarkan pada pandangan, walaupun


manusia memiliki latar belakang agama, kebangsaan, etnis, jenis kelamin, budaya,
tradisi yang berbeda-beda, namun mereka memiliki unsur persamaan dari segi asal usul,
proses, kebutuhan hidup, tempat kembali, dan nenek moyang.Demikian pula dalam hal
fithrah dan instink semua manusia adalah sama. Mereka butuh makan, minum, tempat
tinggal, berkeluarga, teman bergaul, keamanan,kedamaian, hiburan, dan hal-hal lain
yang bersifat manusia. Semua hal ini merupakan dasar atau landasan bagi terbangunnya
konsep persaudaraan di antara manusia.

Dengan demikian, maka terdapat konsep persaudaraan (ukhuwah) yang bersifat


basyariyah (kemanusiaan). Konsep persaudaraan ini pada tahap selanjutnya akan
melahirkan sikap gotong royong, tolong-menolong, toleransi, dan kasih sayang di antara
sesama manusia.

(12) Keterbukaan

Prinsip keterbukaan itu penting dilakukan, karena dalam rangka pengembangan


ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban terjadi proses dialektika antara hal yang
sudah ada dengan hal-hal masa depan yang diinginkan, atau sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Fakta menunjukkan, bahwa tidak ada sesuatu yang muncul dari ruang yang
hampa. Seseorang yang ingin menulis atau menghasilkan sebuah karya, maka terlebih
dahulu ia harus memiliki memori atau konsep yang berasal dari bacaan, penglihatan,
observasi, dan lain sebagainya.

Berkenaan dengan prinsip keterbukaan tersebut, maka seseorang harus bersikap


baik sangka yang kritis, yaitu sikap yang menganggap bahwa apa pun yang datang dari
luar harus dilihat sebagai yang mengandung manfaat, namun tetap harus teliti. Sesuatu
yang datang dari Barat misalnya terdapat unsur yang baik dan buruknya. Yang baik dari
Barat misalnya berkaitan dengan disiplin, kerja keras, menghargai waktu, dan kerja
dengan perencanaan. Adapun yang tidak baik dari Barat misalnya, berkaitan dengan
pandangan hidupnya yang materialistis, hedonistik, sekularistik, dan positivistik.
Selanjutnya, yang baik dari Timur misalnya aspek akhlak dan spiritualitasnya. Adapun
yang kurang baik, antara lain berkaitan dengan sikapnya yang kurang disiplin, kurang
menghargai waktu, dan kerja kurang disertai perencanaan yang matang.

Prinsip keterbukaan ini ditegaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut.


Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat, tetapi
kebaikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberilkan harta yang dicintainya kepada para kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (orang yang terlantar) dalam perjalanan,
orang-orang yang meminta-minta dan membebaskan perbudakan (memerdekalkann)
hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesengsaraan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya),
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(QS. al-Baqarah (2): 177)

Pada ayat tersebut terdapat pandangan dan prinsip keterbukaan terhadap Timur
dan Barat. Yakni baik yang datang dari Timur atau Barat dapat diterima apabila sesuai
dengan nilai keimanan, kepedulian sosial, hubungan vertikal dengan Tuhan, akhlak
mulia, sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berat.

C. PERSAMAAN PRINSIP AJARAN ISLAM DENGAN AGAMA LAIN

i. Islam dengan Yahudi

ISLAM YAHUDI
Islam hanya mengimani kepada satu Pada dasarnya Yahudi mengimani
Tuhan Yang Maha Esa Tuhan yang paling utama yaitu
Yahuan [10]
Dalam Islam berkhitan adalah syariat Dalam Yahudi ada berkhitan
Islam, dan itu merupakan kesehatan di (bersunat), bertujuan untuk
dunia medis mendekatkan diri kepada Tuhan agar
keinginan terkabul [11]
Islam memiliki kitab suci Agama Yahudi memiliki kitab suci
pula
Agama Islam adalah agama samawi Agama Yahudi adalah agama samawi
(agama langit) (agama langit)

ii. Islam dengan agama masehi

ISLAM MASEHI
Agama Islam meyakini keesaan Allah Sejatinya agama Masehi meyakini
agama tauhid mutlak atau esa[20]
Agama Islam adalah agama langit atau Agama Masehi adalah agama langit
samawi atau Samawi
Agama Islam adalah agama bagi Agama Masehi bukan hanya untuk
seluruh umat kaum Yahudi tapi untuk seluruh umat
Islam mengajarkan umat nya untuk Dalam ajaran agama masehi (Isa A.S)
tidak memakan daging babi dan sejatinya melarang umatnya untuk
disyariatkan untuk berkhitan memakan daging babi dan disyariatkan
untuk berkhitan

iii. Islam dengan Hindu

ISLAM HINDU
Islam mengimani hanya kepada satu Hindu yang terpelajar percaya pada
Tuhan satu Tuhan
Konsep ketuhanan dalam islam dalam Konsep ketuhanan dalam
QS. Al-Ikhlas : 1 “Katakanlah (wahai HinduChandogya Upahishad Chapter 6
Muhammad) bahwa Allah yang Maha Sec.2 Vors 1 “Tuhan hanya satu tidak
Esa.” ada sekutunya”
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam Konsep ketuhanan dalam
QS. Al-Ikhlas : 2 “Allah merupakan HinduBhagavad Gita Ch.10 V.3 “Dia
tempat atau Tuhan untuk bergantung adalah Tuhan semesta Alam”
dari segala sesuatu yang ada di alam
semesta”
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam Konsep ketuhanan dalam
QS. Al-Ikhlas : 3 “Dia (Allah) tidak HinduShvetashvatara Upanishad Ch.6
beranak dan juga tidak diperanakkan” V.9 “Allah itu tidak punya Ibu, tidak
punya Bapak.”
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam Konsep ketuhanan dalam
QS. Al-Ikhlas : 4 “bahwa tidak ada HinduShvetashvatara Upanishad Ch.4
seorang (atau makhluk) pun yang V.19, Yajurveda Ch.32 V.3 “ bagi Dia
setara (sebanding) dengan-Nya” tak ada yang seupa, taka da yang
menyerupai Tuhan
Dalam rukun iman yang kedua iman Dalam Hindu ada konsep manusia
kepada malaikat, malaikat diciptakan super yang bekerja diluar kebiasaan
oleh Allah dan selalu tunduk (taat) manusia (sama dengan pandangan
kepada Allah Islam)
Islam mempunyai kitab suci yang Dalam Hindu ada dua kitab yaitu Sruti
diwahyukan oleh Allah kepada Nabi (sesuatu yang diturunkan atau
Muhammad selain itu ada hadist diwahyukan) dan Smiriti (sesuatu yang
(sabda) Rasulullah ditulis)
Islam memiliki rukun iman Hindu memiliki rukun iman:
1. Iman kepada Allah 1. Mengimani adanya Sanghyang
2. Iman kepada Malaikat Widhi (Yang Maha Kuasa)
3. Iman kepada kitab-kitab Allah 2. Mengimani adanya Atma/n (yang
4. Iman kepada para Rosul menghidupkan manusia itu sendiri)
5. Iman kepada hari kiamat 3. Mengimani adanya Karma Phala
6. Iman kepada Qodho dan Qodhar (perbuatan baik/buruk akan
membuatkan hasil)
4. Mengimani adanya Purna Bhawa
(reingkarnasi)
5. Mengimani adanya Moksa
(kebebasan dari ikatan keduniawian)
Konsep ketuhanan dalam Islam ialah Hindu menganut monotheisme
Monotheisme (satu Tuhan)
Allah juga disebut dengan istilah lain Begitu pula dengan agama Hindu,
seperti Yang Maha Esa, Yang Maha sebutan Hyang Widhi antara lain Yang
Kuasa, Yang Maha pelindung, Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Yang
Maha Pencipta, dll Maha pelindung, Yang Maha Pencipta,
dll
iv. Islam dengan Buddha

ISLAM BUDDHA
Dalam Islam kita diajarkan untuk Dalam ajaran Buddha pun kita harus
memandang suatu hal dengan benar, memandang suatu hal dengan benar,
meyakini dengan benar, berbicara meyakini dengan benar, berbicara
dengan benar, bertindak dengan benar, dengan benar, bertindak dengan benar,
harus berpikir lurus, dll harus berpikir lurus, dll
Islam mengajarkan bahwa kita tidak Dalam ajaran Buddha kita tidak boleh
boleh berbohong, tidak boleh berbicara berbohong, tidak boleh berbicara
kasar, dan tidak boleh bergosip kasar, dan tidak boleh bergosip
Islam mengajarkan bahwa kita tidak Dalam ajaran Buddha kita tidak boleh
boleh menyakiti/membunuh, tidak menyakiti/membunuh, tidak boleh
boleh mencuri, tidak boleh menipu, dll mencuri, tidak boleh menipu, dll

D. PERBEDAAN PRINSIP AJARAN ISLAM DENGAN AGAMA LAIN

i. Islam dengan Yahudi

ISLAM YAHUDI
Sumber-sumber agama Islam dari Sumber-sumber agama Yahudi dari
kitab suci al-Qur’an dan hadist kitab Taurat (The Old Statement),
kitab Talmud (kitab agama Yahudi),
dan protocol-protokol pendeta Zionis
Tujuan dakwah Islam untuk Tujuan dakwah kaum Yahudi bukan
kepentingan kehidupan dunia dan karena kepentingan agama, tapi karena
akhirat sebagai agama yang damai faktor dunia
Islam menetapkan konsep ketuhanan Yahudi tidak menetapkan konsep
monotheisme (satu Tuhan) monotheisme
Agama Islam adalah agama untuk Agama Yahudi hanya untuk gen-gen
seluruh umat manusia dibumi ini mereka, bukan untuk seluruh umat
manusia
Fitrah manusia ialah beragama tauhid Kepercayaan kaum Yahudi bahwa
atau Islam.[16] Maka Allah adalah setiap umat mempunyai Tuhan
Tuhan bagi seluruh manusia (yang masing-masing
mengimani nya)
Agama Islam adalah akidah atau Bagi kaum Yahudi agama itu cara
kepercayaan selain sebagai cara hidup hidup bukan akidah atau kepercayaan
Islam meyakini adanya surga dan Kaum Yahudi tidak meyakini adanya
neraka surga dan neraka

ii. Islam dengan Masehi

ISLAM MASEHI
Islam mengimani bahwa Isa A.S Kristen meyakini bahwa Isa Almasih
adalah Nabi utusan Allah SWT adalah Tuhan
Islam meyakini bahwa Isa A.S terlahir Kristen meyakini bahwa Isa Almasih
secara mukjizat tanpa ayah. adalah anak Tuhan
Islam meyakini konsep ketuhanan Kristen meyakini trinitas atau Allah
monotheisme (satu Tuhan) adalah tiga pribadi (Tuhan Bapa,
Yesus Kristus dan Roh Kudus)
Islam meyakini bahwa Isa A.S bisa Kristen meyakini bahwa Isa Almasih
menghidupkan orang mati, bisa menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta sejak lahir menyembuhkan orang buta sejak lahir
dan menyembuhkan kusta atas izin dan menyembuhkan kusta karena
Allah. sebagai Tuhan.
Ajaran Islam mencangkup seluruh Dalam agama Masehi ajaran nya hanya
pokok-pokok kehidupan tentang zuhud, patuh, merendah, dan
tidak membalas dendam kepada yang
menyakiti kita
Agama Islam untuk seluruh manusia Sejatinya agama Masehi hanya untuk
kaum bani Israil
Dalam Islam meyakini bahwa Nabi Isa Dalam pandangan sari ajaran Paulus
A.S tidak disalib tapi diangkat oleh Isa disalib dan bangkit dari alam mati
Allah ke surga. Dan yang disalib lalu naik ke langit untuk duduk
adalah pengikut Nabi Isa A.S yang dikanan ayah nya memerintah manusia
berkhianat yaitu Yudas Iskariot
Islam meyakini bahwa Isa A.S adalah Al-Masih adalah Tuhan yang
utusanNya (bukan Tuhan) menjelma menjadi seorang manusia
Mukjizat dalam pandangan Islam ialah Dalam pemahaman orang-orang
yang menentukan kenabian, untuk masehi mengenai mukjizat Isa ialah
membuktikan kepada suatu -umat agar yang dimatikan oleh Allah -
percaya tentang kenabian nya dihidupkan oleh Isa,
Allah mentakdirkan seorang buta
maka Isa memberi penglihatan kepada
yang buta
Islam mengajarkan umat nya untuk Dalam sari ajaran Paulus tidak
tidak memakan daging babi dan mensyariatkan berkhitan dan boleh
disyariatkan untuk berkhitan memakan daging babi

iii. Islam dengan Hindu

ISLAM HINDU
Islam mengimani hanya kepada satu Hindu yang menganut filsafat
Tuhan Fantaisme mempercayai segala sesuatu
sebagai Tuhan
Dalam Islam tidak ada reingkarnasi Dalam pandangan Hindu setelah mati
atau lahir kembali setelah mati hanya badan yang rusak sedangkan
jiwa nya akan mengalami kelahiran
yang berulang (reingkarnasi)
Islam tidak memanifestasikan atau Umat Hindu mewujudkan
mewujudkan Dzat Allah (manifestasi) Tuhan dengan banyak
bentuk Dewa Dewi Bhatara/Bhatari

iv. Islam dengan Buddha

ISLAM HINDU
Dalam Islam melahirkan anak itu suatu Dalam pandangan agama Buddha
pengorbanan yang apabila meninggal melahirkan anak itu derita
ketika melahirkan maka akan mati
syahid
Dalam Islam sakit yang diberikan Dalam pandangan Buddha sakit itu
Allah itu suatu nikmat atau adalah kesengsaraan
ujian(cobaan) agar kita lebih
bersyukur dengan nikmat sehat yang
diberikan Allah SWT
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip adalah nilai-nilai yang jadi pandangan hidup, pedoman dan pegangan utama
dalam melakukan berbagai aktivitas ini memiliki arah, makna dan tujuan yang lurus ,
dan sekaligus memiliki karakter yang berbeda aktivitas lainnya yang tidak di dasarkan
pada prinsip-prinsip tersebut.

Prinsip – prinsip dalam pengamalan ajaran islam yang utama yaitu :

a. Sesuai dengan fitrah manusia (muthabaqah li al-fithrah al-nas);

b. Keseimbangan (al-tawazun);

c. Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat (shalihun li kulli zaman wa makan);

d. Tidak menyusahkan manusia (la tu’shshir al-naas);

e. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (muthabaqah li ilm wa


technologiya);

f. Berbasis pada penelitian (muwaqqaf li hashil al-tabayyun);

g. Berorientasi pada masa depan (muwajjihun li al-zaman al-atiyah);

h. Kesederajatan (al-musawwa);

i. Keadilan (al-‘adl);
j. Musyawarah

k. Persaudaraan (al-ukhuwah);

l. Keterbukaan (iftatiyah).

DAFTAR PUSTAKA

Choirul,anwar.2018.Islam dan kebhinekaan di Indonesia : peran agama dalam

merawat perbedaan.Zawiyah: jurnal pemikiran islam.vol 4 no 2 desember 2018

Amelia,Erika.Modul 01 Prinsip dasar Islam.Eksa4101 edisi 1

Studi Islam Komprehensif, Prof. DR. H. Abudin Nata, MA

Perbandingan Agama: Agama Islam Prof. Dr. Ahmad Salaby hal.19 dan hal.22

Perbandingan Agama: Agama islam bab. Agama Masehi

Agama Masehi Prof. Dr. Ahmad Shalaby hal.20

Perbandingan Agama: Agama Islam Prof. Dr. Ahmad Salaby hal.19

Anda mungkin juga menyukai