Anda di halaman 1dari 18

KATALOGISASI NASKAH

Makalah ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Filologi


Dosen Pengampu:
Muhammad Nida Fadhlan, M. Pd.

Disusun oleh
Kelompok 6

Andriansyah Nur Hidayat 1112013000024


Ika Farhana 1112013000039
Intan Ramadyla Eka Putri 1112013000004
Rizki Dwi Putri 1112013000028
Syarifah Aliya 1112013000013

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala kemudahannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah pada mata kuliah Filologi yang berjudul “Katalogisasi Naskah”.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW. Dalam
penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun, penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan maklah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan dosen kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Muhammad Nida
Fadhlan, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Filologi yang telah memberikan tugas dan
petunjuk yang sangat membantu sehingga penulis termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Semoga makalah yang penulis sajikan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

Jakarta, 18 September 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah 1


B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
D. Metode penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Katalogisasi Naskah 3


B. Definisi Naskah dan Teks 4
C. Katalog dan Daftar Naskah 5
D. Katalognya Katalog 6
E. Fungsi Katalog Naskah dalam Penelitian Filologi 8
F. Katalogisasi dan Pencatatan Naskah Nusantara 12

BAB III PENUTUP


A. Simpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Naskah kuno tulisan tangan (manuskrip) belum banyak diketahui oleh banyak orang
selain seorang ahli filolog. Padahal, melalui manuskrip naskah kuno dapat membantu kita
dalam menapaki dan mengungkapkan kebenaran menyelami sejarah, tradisi, peradaban,
dan ilmu pengetahuan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai naskah
manuskrip kuno terbanyak. Sayangnya, tidak keseluruhan naskah dapat diperoleh begitu
mudah oleh peneliti karena eksistensi naskah manuskrip sebenarnya berada pada kajian
masa lampau yang jika dikaji pada masa sekarang itu membutuhkan penelusuran dan
penyelaman sejarah lebih jauh dan detail agar objek yang diteliti benar-benar sahih.
Koleksi naskah yang diterbitkan di Indonesia jumlahnya sudah mencapai ratusan akan
tetapi, tidak diketahui oleh kalangan umum, sehingga naskah-naskah itu menjadi sesuatu
yang asing dan enggan diperhatikan oleh masyarakat umum. Inilah, yang menjadi
penghambat bagi seorang yang ingin meeneliti sebuah naskah manuskrip kuno.
Naskah manuskrip kuno yang menjadi objek penelitian dalam ilmu Filologi
mengalami perkembangan yang signifikan dengan bantuan sebuah katalog yang diberi
nama katalog naskah. Berbicara mengenai apa itu katalog naskah? apa fungsi dari katalog
naskah dan bagaimana pencatatan katalog naskah yang ada di Nusantara akan dipaparkan
lebih terperinci dalam tulisan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi katalogisasi naskah?
2. Bagaimana definisi naskah dan teks?
3. Bagaimana bentuk katalog dan daftar naskah?
4. Bagaimana bentuk katalognya katalog?
5. Bagaimana fungsi katalog naskah?
6. Bagaimana katalogisasi dan pencatatan naskah Nusantara?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan definisi katalogisasi naskah.

1
2. Untukmendeskripsikan definisi naskah dan teks.
3. Untuk mendeskripsikan bentuk katalog dan daftar naskah.
4. Untuk mendeskripsikan bentuk katalognya katalog.
5. Untuk mengetahui fungsi katalog naskah.
6. Untuk mendeskripsikan katalogisasi dan pencatatan naskah Nusantara.

D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ini menggunakan metode
pustaka, yaitu dengan cara mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan dengan
materi pembahasan katalogisasi naskah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Katalog dan Katalogisasi


Katalog atau katalogus dalam pengertian umum adalah daftar nama-nama, tempat,
dan barang. Katalog dalam pengertian khusus yakni yang dikenal dalam dunia
perpustakaan, adalah daftar bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki satu atau beberapa
perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu.
Katalogisasi adalah proses pembuatan katalog. Ssecara luas kegiatan tersebut dibagi
menjadi dua bagian yaitu: katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subyek. Katalogisasi
deskriptif adalah kegiatan merekam dan mengidentifikasi data bibliografi, yakni data
mengenai pengarang, judul, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, edisi terbitan, dan data
buku lainnya yang diperlukan. Katalogisasi subyek adalah proses menentukan tajuk
subyek dan nomor klasifikasi. Dalam hal ini, proses terakhirnya disebut klasifikasi.
Agar bahan pustaka dapat didayagunakan secara efektif dan efisien, perlu adanya
pengolahan  bahan pustaka (proses kartalogisasi tersebut). Lebih-lebih dengan
berkembangnya teknik produksi buku yang mengakibatkan koleksi buku berkembang
menjadi besar, maka seamakin terasa perlunya katalog. Tanpa diadakan katalogisasi,
mencari buku-buku yang diperlukan akan sulit.  Oleh karena itu pustakawan mencari
sarana atau alat yang dapat memberikan gambaran  tentang suatu buku atau bahan
pustaka  dalam bentuk catatan serta mengatur buku-buku di rak untuk memudahkan
menemukan kembali jika diperlukan. Alat itulah yang kemudian disebut katalog atau
katalogus. Untuk memudahkhan proses pertukaran informasi antar perpustakaan atau
pusat-pusat informasi lainnya, perlu adanya keseragaman dalam katalogisasi. Maka
kemudian pada tahun 1967 diterbitkanlah suatu peraturan atau pedoman katalogisasi
internasional, yaitu Anglo American Cataloging Rules (AACR2). Dan dalam konteks
Indonesia, disusun pula Peraturan Katalogisasi Indonesia, yang diterbitkan oleh
Perpustakaan Nasional.1

1
Adi Pustakawan, Katalog, Katalogisasi, Bentuk, dan Fungsi, dalam
http://adipustakawan.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-katalog-dan-katalogisasi_4235.html diunduh pada
tanggal 20 September 2015 pada pukul 10.44 WIB.

3
B. Definisi Naskah dan Teks
Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Semua bahan tulisan
tangan itu disebut naskah ‘handschrif’ dengan singkatan hs untujk tunggal, dan hs untuk
jamak; manuscrift dengan singkatan ms untuk tunggal, mss untuk jamak. Dengan
demikian, naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Sedanhkan
yang dimaksud dengan teks adalah kandungn atau isi dari naskah yang bersifat abstrak
yang hanya dapat dibayangkan saja. Perbedaan antara naskah dan teks menjadi jelas
apabila terdapat naskah yang muda tetapi terdapat teks yang tua. Teks terdiri dari isi yaitu
ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, dan bentuk
yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan
melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.2
Ada perbedaan antara naskah dan prasasti. Baik naskah maupun prasasti, keduanya
ditulis dengan tangan. Akan tetapi, antara keduanya dapat dicatat beberapa perbedaan
sebagai berikut:
1. Naskah pada umumnya berupa bukuatau bahan tulisan tangan sedangkan prasasti
berupa tulisan tangan pada batu.
2. Naskah pada umumnya panjang, karena memuat cerita lengkap sedangkan prasasti
pada umumnya pendek, karena hanya memuat soal-soal yang ringkas saja, misalnya
pemberitahuan resmi mengenai pendirian bangunan suci, doa-doa suci penolak
rintangan karmadan segala kejahatan ketentuan, penyelesaian hukum, asal-usul dari
raja Dewa, asal-usul suatu dinasti.
3. Naskah pada umumnya anonim dan tidak berangka tahun, sedangkan prasasti sering
menyebut nama penulisnya dan ada kalanya juga memuat angka tahun yang ditulis
dengan angka atau sengkalan (candrasangkala)
4. Naskah berjumlah banyak karena disalin, sedanhkan prasasti tidak disalin-salin,
sehingga jumlahnya relatif sedikit atau kurang lebih hanya sekitar 500 prasasti
5. Naskah yang paling tua Tjandra Kirana (dalam bahasa Jawa Kuna) berasal kira-kira
dari abad ke-8, sedangkan prasasti yang paling tua berasal dari abad ke-4 (prasasti
Kutai).3

2
Elis Suryani NS, Filologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 47.

3
Ibid., hlm. 48.

4
C. Katalog dan Daftar Naskah
Dalam penelitian filologi, katalog manuskrip merupakan kebutuhan yang mendasar.
Pada kurun waktu tujuh puluhan, perhatian pemerintah terhadap warisan budaya kita yang
berupa tulisan sudah mulai diwujudkan dalam berbagai proyek pengumpulan dan
pendaftaran naskah di berbagai tempat di Nusantara, yang diharapkan masih menyimpan
naskah diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam usaha
menyebarkan bacaan dari khazanah sastra lama. Meskipun pekerjaan ini termasuk
kegiatan di bidang sastra lama, peran filologi disini sedikit saja karena tidak disertai
penelitian naskah atau teksnya. Namun, kegiatan ini disebut di sini untuk menunjukan
bahwa kesadaran akan adanya warisan budaya sudah berkembang. Pantas disayangkan
bahwa daftar-daftar naskah yang dikumpulkan oleh para peneliti tidak pernah diterbitkan,
sehingga tidak dapat dimanfaatkan dalam penelitian filologi yang sesungguhnya.
Perlu dicatat pengumpulan yang diadakan oleh Dr. Mukhlis mengenai naskah Bugis.
Katalog tentang sebagian hasil pengumpulan yang meliputi kurang lebih 1.500 naskah,
mudah-mudahan akan terbit secepatnya, sehingga lebih membuka peluang penelitian.
Tersebarnya koleksi-koleksi naskah telah melahirkan banyak seklai katalog atau daftar
naskah yang diterbitkan oleh sejumlah besar ahli di tempat-tempat yang tersebar pula.
Untuk menemukan tempat penyimpanan manuskrip-masukrip dari satu teks tertentu saja
menuntut tahap kerja filologi tersendiri. Maka, muncullah suatu penolong dalam bentuk
“Katalog Tentang Katalog” yang pertama disusun oleh Henri Chambert-Loir dan terbit di
dalam Archipel No. 20 (1980). “Katalog Tentang Katalog” ini mendaftarkan semua daftar
yang mencantumkan manuskrip Melayu. Dapatlah dibayangkan betapa pekerjaan seorang
peniliti diringankan oleh karya Chambert-Loir yang njilimet ini. Dalam kurun waktu 50
tahun ini, sejumlah besar daftar dan katalog bermunculan, tetapi nampaknya partisipasi
pihak Indonesia dalam kegiatan ini khususnya katalog besar terbatas pada penyumbang
deskripsi. Pemrakarsa dan pembiayaan biasanya pihak asing. Mengingat bahwa
penyusunan katalog merupakan pekerjaan yang padat biaya dan padat karya, hal ini dapat
dipahami, karena sampai sekarang ntuk bidang budaya tidak tersedia biaya dalam jumlah
sebanyak itu, meskipun sumber daya manusia yang dapat menanganinya cukup ada.
Di sini hanya akan disebut katalog deskriptif yang terpenting yang terbit dalam 50
tahun terakhir, mengingat jumlahnya yang cukup besar. Katalog tentang prasasti Jawa
Kuno naskah Jawa, Melayu dan Lampung disusun oleh Van Naerssen, Pigeaud dan
Voorhoeve dengan judul Catalogue of Indonesia Manuscripts (1977). Ada beberapa usaha

5
yang memberikan perhatian khusus kepada koleksi-koleksi keraton yang dianggap belum
dikatalogkan secara sistematis. Mujanattistomo dalam Katalogus Manuskrip Kraton
Yogyakarta (1971) memulai pekerjaan ini, kemudian Girardet menyusun dengan katalog
tentang manuskrip dan buku cetakan Jawa di perpustkaan terpenting di Surakarta dan
Yogyakarta (1983).4

D. Katalognya Katalog
Beberapa usaha pernah dilakukan untuk mendaftarkan semua katalog yang pernah
tersusun dalam bidang tertentu. Diantara yang terpenting, untuk katalog naskah Melayu,
dapat disebut Henri Chambert-Loir (1980), ‘Catalogue des catalogues de manuscrits
malais’, Archipel 20: 45-69, Ibrahim bin Ismail (1986), The Bibiliographical Control of
MSS in Southeast Asian Languages; A Review of Sources of Information, tesis untuk
fellowship pf the Library Association, tidak terbit, Joseph H. Howard (1966), Malay MSS:
A Bibiliographical Guide, Kuala Lumpur: University of Malay Library; untuk katalog
naskah Jawa, Willem van der Molen (1984), ‘A Catalogue of catalogues of Javanese
MSS’, Caraka No. 4, April; 12-49; dan untuk naskah Bugis, Roger Tol (1993), ‘A Royal
Collection of Bugis MSS’, BKI 149 (3); 612:629.
Di samping itu beberapa penulis lain pernah berusaha mendaftarkan semua naskah
di satu negeri, misalnya J.D. Pearson (1954), Oriental MS Collections in the Libraries of
Great Britain and Ireland, London: The Royal Asiatic Society, dan (1971), Oriental MSS
in Europe and North America; A survey, Zug; Inter Documentation Company, sedangkan
beberapa bibilografi, terutama Herman. C. Kemp (1990), Annotated Bibiliographies on
Southeast Asia, Leiden : KITLV, dan (1998) Bibiliographies on Southeast Asia, Leiden,
KITLV, juga menyajikan sejumlah rujukan katalog naskah.
Namun, buku yang untuk pertama kalinya mendaftarkan semua katalog naskah
dalam semua bahasa Nusantara sekaligus, adalah yang ditulis oleh Henri Chambert-Loir
dan Fathurahman (1999) berjudul Khanzanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia
se-Dunia, Jakarta: EFEO dan YOI. Buku ini berhasil mengidentifikasi semua lembaga
yang mempunyai koleksi naskah, mengevaluasi koleksi tersebut, dan mengemukakan
semua katalog atau deskripsi yang pernah tersusun tentang koleksi tersebut.
Dengan demikian, melalui Khazanah Naskah, seorang peneliti dapat mengetahui
serta menelusuri keberadaan naskah dalam berbagai bahasa yang mungkin akan berguna

4
Achadiati Ikram, Filologia Nusantara, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997), hlm. 5-7.

6
sebagai bahan penelitiannya. Buku yang merupakan catalogue of catalogues ini jelas
menjadi sumber terpenting, karena menjadi pintu utama untuk mengetahui dan menelusuri
ratusan katalog, daftar, atau sekadar informasi keberadaan naskah Nusantara di seluruh
dunia.
Akan tetapi, dalam beberapa tahu terakhir setelah buku Khazanah Naskah itu terbit,
ternyata sejumlah katalog, dan beberapa diantaranya memberikan koleksi yang baru
diketahui, juga telah ditulis oleh para sarjana pengkaji naskah Nusantara, di dalam dan di
luar negeri. Beberapa yang teridentifikasi adalah Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul
Mulku Zahari, oleh Achadiati Ikram dkk (2002), Katalog Naskah Palembang, oleh
achadiati Ikram (ed.) 2004, Katalog naskah-naskah perpustakaan Para Pakaulaman, oleh
Sri Ratna Saktimulya (ed.) (2005), Katalog Manuskrip dan Skriptorium Minangkabau,
oleh M.Yusuf (ed.) (2006), Katalog Naskah Ali Hasjmy Aceh, oleh Oman Fathurahman
dan Munawar Holil (eds.) (2007), Catalogue of Malay and Minangkabau manuscripts in
the Library of Leiden University and other collections in The Netherlands. Volume Two,
comprising the H.N van der Tuuk bequest acquired by the Leiden University in 1896, oleh
Edwin Wieringa (2007), Katalog Naskah Bima Koleksi Museum Kebudayaan Samparaja,
oleh Siti Maryam R. Salahuddin dan Muchlis (2007), Katalog Naskah Koleksi Masyarakat
Keturunan Indonesia di Afrika Selatan, oleh Ahmad Rahman dan Syahrial (2008), Katalog
Naskah Tanoh Abee, Aceh Besar oleh Oman Fathurahman dkk. (2010), Katalog Naskah
Pecenongan Koleksi Perpustakaan Nasional : Sastra Betawi Akhir Abad ke-19 yang
disunting oleh Henri Chambert-Loir dan Dewaki Kramadibrata (2014).
Daftar tersebut belum termasuk di dalamnya katalog-katalognya yang diterbitkan
dalam skala terbatas, tetapi sesungguhnya juga sangat penting, seperti yang dilakukan oleh
Perpustakaan Negara Malaysia (PNM) di Kuala Lumpur.5
Terselenggaranya penerbitan berbagai katalog tersebut tentu saja juga tidak lepas
dari upaya kerja sama sejumlah penggiat pernaskahan Nusantara, baik sebagai pribadi
maupun lembaga, dengan lembaga-lembaga donor internasional. Beberapa katalog di atas
misalnya (Ikram dkk 2004, Yusuf Dkk. 2006, Oman Fathurahman dan Holil dkk. 2007,
Oman Fathurahman dkk. 2010), terbit atas kerja sama Masyarakat Pernaskahan Nusantara
(Manassa), Yayasan Naskah Nusantara UIN Jakarta, Pusat Kajian, Pendidikan dan
Masyarakat (PKPM) Aceh, dan Dayah Tanoh Abee Aceh, dengan dukungan penuh dari C-

5
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia; Teori dan Metode, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2015),
hlm.144.

7
DATS (Centre for Documentation & Area-Transcultural Studies) di Tokyo University of
Foreign Studies (TUFS) dibawah koordinasi Prof. Dr. Aoyama Toru, Prof. Dr. Miya-zaki
Koji, Dr. Sugahara Yumi, dan Dr. Arai Kazuhiro. Khusus untuk Koleksi Dayah Tanoh
Abee, yang merupakan salah satu koleksi terbesar untuk ukuran sebuah koleksi
masyarakat, dan sekaligus salah satu yang terpenting di Indonesia, Katalog yang terbit
Mutakhir tersebut dapat dianggap sebagai penyempurnaan dua daftar naskah sebelumnya.6
Perkembangan katalogisasi tersebut tentu saja merupakan hal yang sangat
menggembirakan, karena akan semakin menambah kemungkinan akses terhadap berbagai
koleksi naskah Nusantara, dan pada gilirannyta memudahkan dilakukannya penelitian atas
naskah tersebut.

E. Fungsi Katalog Naskah dalam Penelitian Filologi


Ada beberapa fungsi katalog antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai ringkasan dari dokumen atau bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan;
2. Sebagai sarana untuk menemukan buku yang terdapat dalam koleksi perpustakaan;
3. Memberikan informasi tentang ada tidaknya suatu buku dalam koleksi perpustakaan;
4. Membedakan suatu karya dari karya lainnya yang mempunyai ciri yang sama, dan
5. Memudahkan pemakai jasa perpustakaan menemukan informasi yang diinginkan baik
dengan pendekatan pengarang, judu atau subjeknya.7

Studi naskah, bidang ilmu yang khusus meneliti naskah berkenaan dengan tempat
penyimpanan dan penyusunan katalog disebut kodikologi. Hermans & Huisman
(1979/1980:6) menjelaskan bahwa istilah kodikologi diusulkan oleh seorang ahli bahasa
Yunani bernama Alphonse Dain. Istilah ini baru dikenal secara luas ketika karya Dain
yang berjudul Les Manuscrits terbit pada tahun 1949.
Dain sendiri mengatakan kodikologi adalah ilmu tentang naskah-naskah dan bukan
ilmu yang mempelajari apa yang terkandung di dalam naskahnya. Selanjutnya, dikatakan
bahwa ruang lingkup dan tugas kodikologi adalah penelitian sejarah naskah, sejarah
koleksi naskah, tempat-tempat penyimpanan naskah, penyusunan katalog, dan daftar
katalog naskah, perdagangan dan persewaan naskah, serta penggunaan naskah (Dain,

6
Ibid., hlm.145.

7
Adi Pustakawan, Katalog, Katalogisasi, Bentuk, dan Fungsi, dalam
http://adipustakawan.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-katalog-dan-katalogisasi_4235.html diunduh pada
tanggal 20 September 2015 pada pukul 10.44 WIB.

8
1975:76-77). Dalam penyusunan katalog naskah, untuk memudahkan penandaan sekaligus
menunjukkan asal naskah, maka kode naskah di dasarkan atas singkatan nama-nama atau
tempat sumber naskahnya. Penyebutan kode naskah tersebut adalah sebagai berikut :
koleksi Pigeaud disingkat KP, koleksi PT Caltex disingkat Kcal, koleksi Dina
Nawaningrum disingkat KDN, koleksi R. Tanojo disingkat KT, koleksi Amir Rochyatmo
disingkat KAR, koleksi Soemarasaid disingkat KSS, koleksi Titik Pudjiastuti KTP, koleksi
Achdiati Ikram disingkat KAI, koleksi Sastra Daerah, karena naskah-naskahnya hibah dari
A. Damais, maka penyebutannya adalah KAD, naskah-naskah yang dibeli dari Maduran
disingkat KM, naskah-naskah yang dibeli dari Cirebon disingkat KC/KB, dan naskah-
naskah yang dibeli dari RM Sajid disingkat KS.
Ditinjau dari jenis teksnya (genre) naskah-naskah tersebut dapat dipilih ke dalam 24
kategori. Berikut ini adalah rincian keduapuluhempat kelompok naskah tersebut disertai
dengan jumlah nasa=kah yang tergabung di dalam masing-masing kelompoknya:
1. Bahasa, ditandai dengan kode ‘BA’, jumlahnya cukup banyak, mencapai 17 naskah.
Teks-teks yang dimasukkan dalam kelompok ini adalah teks yang isinya mengenai
paramasastra, daftar kata dan dialek bahasa daerah tertentu.
2. Cerita Historis, diberi kode ‘CH’. Jumlahnya ada 9 naskah. Termasuk dalam kategori
ini adalah teks-teks sastra yang isinya menceritakan peristiwa sejarah, seperti
Pranacitra, Pustakaraja dan sebagainya.
3. Cerita islam ditandai dengan kode “CI”, jumlahnya cukup banyak, 21 naskah.
Termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks sastra yang bernuansa islam, seperti
cerita: Ahmad Muhammad, Amhiya, Tajusalatin, Jaka Mursada, Jaka Semangun,
Yusup, Rengganis, dan lain sebagainya.
4. Cerita kepahlawanan. Diberi kode “CP”, jumlahnya tidak terlalu banyak, hanya 11
naskah. Tergolong ke dalam kelompok ini adalah teks-teks yang isinya mengenai
saduran cerita Ramayana atau siklus cerita panji, seperti: Serat Rama, Raden Mantri,
dan sebagainya.
5. Cerita santri (Lelana). Diberi kode “CS”, jumlah hanya 5 naskah. Termasuk dalam
kategori ini adalah cerita Centini, Amongraga, Jatiswara, dan sebagainya.
6. Cerita Wayang. Diberi kode “CW”, jumlahnya tidak terlalu banyak hanya 8 naskah.
Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks sastra yang merupakan
saduran dari pakem wayang yang digubah dalam tembang macapat, seperti: Serat
Mintaraga, Serat Jayapurusa, dan lain sebagainya.

9
7. Hukum. Ditandai dengan kode “HU”, jumlahnya hanya 4 naskah. Termasuk dalam
kelompok ini adalah teks yang isinya tentang Undang-Undang, Pranata, dan
Peraturan.
8. Islam. Diberi kode “IS”, jumlahnya cukup banyak ada 14 naskah. Teks-teks yang
termsuk dalam kelompok ini adalah teks yang berisi tentang doa-doa, pelajaran shalat,
Al Quran, Tasawuf, dan sebagainya.
9. Kelompok melayu. Ditandai dengan kode “KM”, jumlahnya 13 naskah. Teks-teks yang
termasuk dalam kategori ini adalah teks sastra yang merupakan cerita melayu, seperti:
Syair Burung Nuri, Hikayat Raja Jumjumah, Hikayat Banjar, dan sebagainya,
10. Keris, kerajjinan dan keterampilan lain. ditandai dengan kode “KR”, jumlahnya hanya
4 naskah. Digolongkan dalam kelompok ini adalah teks-teks yang isinya bukan sastra
melainkan pengetahuan tentang keris, keterampilan lain.
11. Lain-lain. diberi kode “LL”, jumlahnya ada 2 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam
kelompok ini adalah teks-teks yang tidak dapat dimasukkan dalam kelompok yang ada.
Termasuk di dalamnya adalah Leksara Yanjana, Dolanan Anak, dan sebagainya.
12. Legenda Setempat. Ditandai dengan kode “LS”, jumlahnya 9 naskah. Teks-teks yang
tergolong dalam kelompok ini adalah yang isinya menceritakan legenda daerah tertentu,
seperti Raden Sagara dan Ajisaka.
13. Majalah Jawa. Diberi kode “MJ”, jumlahnya 8 naskah. Termasuk dalam kelompok ini
adalah artikel, koran, dan majalah dalam cetakan jawa.
14. Primbon. Diberi kode “PR”, jumlahnya cukup banyak, m3ncapai 20 naskah.
Termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks yang berisi mengenai keberuntungan,
hari baik dan buruk berdasarkan angka perhitungan Jawa.
15. Piwulang. Ditandai dengan kode “PW”, jumlahnya mencapai 27 naskah. Teks-teks
yang masuk dalam kelompok ini adalah yang isnya mengenai ajaran dari orang suci
atau salih, diantaranya adalah: Sana Sunu, Wulangreh, Suluk Wujil, dan sebagainya.
16. Sastra Bali. Ditandai dengan kode “SB”, jumlahnya hanya 1 naskah. Teks yang
digolongkan dalam kelompok ini adalah teks sastra yang bernuansa Bali.
17. Sejarah. Ditandai dengan kode “SJ”, jumlahnya cukup banyak, mencapai 27 naskah.
Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah segala macam babad yang
menceritakan peristiwa sejarah suatu daerah atau tokoh legendaris, seperti: Babad
Tanah Jawi, Babad Mataram, Babad Pengging, dan lain-lain.

10
18. Silsilah. Ditandai dengan kode “SL”, jumlahnya hanya 1 naskah. Meskipun teks
sejarah juga banyak yang mengandung silsilah, tetapi yang dimaksud dengan ‘SL’
adalah teks yang secara eksplisit memaparkan silsilah.
19. Seni suara. Ditandai dengan kode “SS”, jumlahnya tidak terlalu banyak, ada 5 naskah
ternasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks yang isinya tentang notasi gendhing,
catatan musik gamelan dan sindhenan.
20. Seni Tari. Diberi kode “ST”, jumlahnya juga tidak terlalu banyak, hanya 8 naskah.
Termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks tari Jawa, seperti Lagendriyan,
Pratelan, Wireng Bugis, dan lain sebagainya.
21. Upacara dan adat istiadat Keraton. Ditandai dengan kode “UK”, jumlahnya juga
hanya 5 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang isinya
mengenai masalah upacar dan perlengkapan serta adat istiadat yang berlaku di keraton.
22. Upacara dan adat istiadat Rakyat. Ditandai dengan “UR”, jumlahnya hanya 2 naskah.
Tergolong dalam kelompok ini adalah teks-teks yang isinya mengenai upacara dan adat
istiadat yang berlaku di kalangan rakyat.
23. Warna warni. Diberi tanda dengan kode “WW”, jumlahnya cukup banyak ada 11
naskah. Dimasukkan dalam kelompok ini adalah teks-teks yang judulnya menyertakan
kata warna-warni dan isinya bermcam-macam.
24. Wayang. Ditandai dengan kode “WY”, jumlahnya cukup banyak mencapai 21 naskah
termasuk dalam kelompok ini adalah pakem wayang untuk lakon-lakon wayang purwa,
madya, seperti Pakem Bima Bungkus. Selain itu, juga teks-teks yang memuat sejarah
wayang, topeng, ketoprak, dan sebagainya.
Selanjutnya, setiap naskah di atas diambil datanya. Data yang dipetik adalah judul,
ukuran naskah, ukuran teks, jumlah halaman, jumlah baris perhalaman, bahasa, aksara
yang digunakan untuk menulis teks, bentuk penyajian teks, bahan naskah, warna tinta
yang digunakan untuk menulis dan rubrikasi, nomor halaman, uraian atau penjelasan
mengenai keadaan naskah, penulis, pengarang, pemrakarsa penulisan teks, kolofonn
(penanggalan), korpus naskah, versi cetak (kalau ada), karangan-karangan yang pernah
membicarakan teks tersebut, uraian singkat mengenai isi teksnya dan daftar pupuh atau
petikan awal dan akhir teksnya.
Selain itu, dapat pula diketahui bahwa bahan naskah yang paling banyak digunakan
adalah kertas polos, jumlahnya mencapai 141 naskah. Naskah dengan kertas bergaris,
jumlahnya 50 naskah, kertas Eropa 30 naskah, kertas buku kas 3 naskah, dan karton tipis 3

11
naskah. Adapun naskah yang memakai bahan tradisional tidak terlalu banyak jumlahnya,
dluwang hanya 15 naskah dan naskah dengan bahan lontar hanya 5 naskah.
Ditinjau dari bahasanya, naskah-naskah tersebut juga cukup beragam. Bahasa yang
terbanyak digunakan dalam naskah adalah bahasa Jawa, jumlahnya mencapai 216 naskah,
kemudian bahasa Melayu 15 naskah, bahasa Madura hanya 5 naskah, dan bahasa Bali 1
naskah. Selain itu, ada juga naskah-naskah yang teksnya ditulis dengan dua bahasa, seperti
bahasa Jawa dengan Belanda dan bahasa Jawa dengan Arab.
Ditilik dari aksaranya, naskah yang ditulis dengan aksara Jawa merupakan yang
terbanyak, jumlahnya mencapai 139 naskah, sedangkan yang ditulis dengan aksara Pegon
(aksara Arab untuk teks Jawa) jumlahnya 12 naskah dan dengan aksara Jawi (aksara Arab
untuk aksara Melayu) jumlahnya 13 naskah. Adapun naskah yang ditulis dengan aksara
Latin, jumlahnya juga cukup banyak, yaitu 64 naskah yang ditulis dengan carakan Madura
4 naskah, naskah yang ditulis dengan aksara Bali 1 naskah dan naskah yang ditulis dengan
huruf Arab jumlahnya 11 naskah. Selain itu, dijumpai juga naskah-naskah yang teksnya
ditulis dengan kombinasi dua aksara, seperti aksara Jawa dan latin atau Arab dan Pegon.
Berkenaan dengan bentuk penyajiannya, yang paling banyak digunakan adalah
prosa, jumlahnya mencapai 148 naskah. Adapun naskah yang teksnya disusun dalam
tembang, jumlahnya 93 naskah, yang berupa gambar 4 naskah dan yang berupa daftar kata
7 naskah. Selain itu, beberapa naskah ada yang teksnya disajikan dalam bentuk gabungan
antara prosa dan tembang, juga tembang dan kamus.8

F. Katalogisasi dan Pencatatan Naskah Nusantara


Sejumlah penelitian berkaitan dengan dunia pernaskahan Nusantara, seperti
inventarisasi dan katalogisasi, yang dilakukan belakangan ini menunjukan bahwa naskah
tulisan tangan (manuscripts) Nusantara terdapat dalam jumlah besar, dan mengandung
kekayaan informasi yang berlimpah. Isinya tidak terbatas pada kesusastraan belaka,
melainkan mencakup juga berbagai bidang lain seperti agama, sejarah, hukum, adat, obat-
obatan, dan teknik. Tidak berlebihan kiranya jika disebutkan bahwa data yang terpendam
dalam koleksi naskah sesungguhnya dapat digunakan oleh para ahli di berbagai bidang apa
saja. Sewajarnya khususnya sudah lama menyadari hal tersebut, namun mereka biasa
mempergunakan teks yang telah disunting dan diterbitkan pun masih sangat besar

8
Titik Pudjiastuti, Katalogisasi, Mikrofilmisasi, dan Penerbitan naskah Nusantara Koleksi Perpustakaan
Fakultas Sastra Universitas Indonesia, (Depok : Pusat Kajian Humaniora, 2001), hlm. 4-10.

12
jumlahnya. Memang, akses langsung terhadap koleksi naskah lama yang berjumlah
puluhan ribu itu tidak selalu mudah dilakukan, karena persebarannya yang sangat luas.
Oleh karenanya, diperlukan sebuah katalog naskah yang dapat memandu serta merupakan
alat bibiliografis yang bertujuan memberikan akses pada semua koleksi naskah tersebut.
Masalahnya, katalog naskah yang pernah diterbitkan pun jumlahnya sudah mencapai
ratusan, dan tidak selalu diketahui khalayak umum, sehingga diperlukan sebuah
katalognya katalog (catalogue of catalogues) yang dapat memandu para peneliti untuk
menjelajahi dan mengorganisasi pembacaan semua katalog naskah tersebut.9

9
Fathurahman, Op.Cit., hlm.141.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari data keseluruhan data yang diperoleh dapat disimpulkan beberapa simpulan
berdasarkan rumusan masalah.
1. Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Naskah merupakan
benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Sedangkan yang dimaksud dengan
teks adalah kandungan atau isi dari naskah yang bersifat abstrak yang hanya dapat
dibayangkan saja.
2. Melalui Khazanah Naskah, seorang peneliti dapat mengetahui serta menelusuri
keberadaan naskah dalam berbagai bahasa yang mungkin akan berguna sebagai bahan
penelitiannya. Buku yang merupakan catalogue of catalogues ini jelas menjadi sumber
terpenting, karena menjadi pintu utama untuk mengetahui dan menelusuri ratusan
katalog, daftar, atau sekadar informasi keberadaan naskah Nusantara di seluruh dunia.
3. Katalog naskah yang pernah diterbitkan pun jumlahnya sudah mencapai ratusan, dan
tidak selalu diketahui khalayak umum, sehingga diperlukan sebuah katalognya katalog
(catalogue of catalogues) yang dapat memandu para peneliti untuk menjelajahi dan
mengorganisasi pembacaan semua katalog naskah tersebut.

B. Saran
Ada beberapa saran yang penulis kemukakan berdasarkan simpulan yang telah
disebutkan di atas.

1. Hendaknya para pembaca memahami secara baik isi materi makalah ini, sehingga dapat
membantu pembaca menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan katalog naskah.
2. Seyogyanya para pembaca melengkapi hal-hal yang kurang dalam makalah ini
sehingga dapat memberikan informasi baru bagi pembaca mengenai katalog naskah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fathurahman, Oman. Filologi Indonesia; Teori dan Metode. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Grup. 2015.

Ikram, Achadiati. Filologia Nusantara. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1997.

Pudjiastuti, Titik. Katalogisasi, Mikrofilmisasi, dan Penerbitan naskah Nusantara Koleksi

Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Depok : Pusat Kajian

Humaniora. 2001.

Pustakawan, Adi. Katalog, Katalogisasi, Bentuk, dan Fungsi, dalam

http://adipustakawan.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-katalog-dan-

katalogisasi_4235.html diunduh pada tanggal 20 September 2015 pada pukul 10.44

WIB.

Suryani NS, Elis. Filologi. Bogor: Ghalia Indonesia. 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai