Anda di halaman 1dari 16

MICROLEARNING PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERTEMUAN PERTAMA

1. PENGANTAR PERTEMUAN
Assalamualaikum Wr Wb.
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang
telah memberikan berjuta-juta kenikmatan, baik nikman Iman dan Islam atau nikmat
sehat wal-afiat. Sholawat dan salam semoga tercurahkan pada junjungan nabi besar
kita Muhammad Saw. Alhamdulilah pada saat ini kita masuk pada Pembelajaran
Online Pendidikan agama Islam pertemuan pertama. Semoga kita senantiasa dalam
kondisi sehat, sehingga mampu menuntaskan pertemuan sesi kesatu ini dengan
berkah. Saudara mahasiswa Anda telah berada di awal perkuliahan. Untuk itu
pastikan saudara mempersiapkan segala hal tentang perkuliahan MKU Pendidikan
Agama dengan baik dengan membaca materi serta menyelesaikan tagihan tugas,
diskusi, dan kuis. Pada pertemuan sesi awal ini saudara akan mempelajari tentang
BAB agama islam pada sesi Ini akan menjelaskan makna dan ruang lingkup agama
isam diantara kegiatannya:
a. Kontrak Perkuliahan
b. Makna dan Ruang Lingkup Agama Islam

2. MATERI PEMBELAJARAN
BAB I
AGAMA ISLAM
A. Makna dan Ruang Lingkup Agama Islam
Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada
kehendak Allah Swt. Kepatuhan dan ketundukan kepada Allah Swt. tersebut
melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama
manusia dan lingkungannya.
Firman Allah Swt.
“(Tidak demikian) bahwa barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah
sedang ia berbuat kebajikan maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”. (Q.S. 2: 112).
Secara terminologis, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan oleh Allah
Swt. kepada masyarakat manusia melalui para utusan- Nya. Jadi Islam adalah agama
yang dibawa oleh para nabi pada setiap zamannya yang berakhir dengan kenabian
Muhammad saw.
Secara garis besar ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok, yaitu:
1. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, aspek credial atau keimanan terhadap Allah
Swt. dan semua ayat-ayat-Nya untuk diimani.
2. Aspek norma atau hukum yang disebut syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan dengan sesama manusia
maupun hubungannya dengan alam semesta.
3. Aspek perilaku yang disebut akhlaq, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang nampak dari
pengejawantahan aqidah dan syari’ah.
Islam adalah sebuah agama suci dari Allah Swt. untuk seluruh ummat manusia
yang memiliki tugas sebagai berikut :
a. Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekian
agama di dunia,
b. Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama-agama sebelumnya,
c. Membetulkan kesalahan-kesalahan dalam agama, menyaring mana yang benar dan
mana yang palsu,
d. Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tidak pernah diajarkan, berhubung
keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tahap permulaan dari tingkat
perkembangan mereka dan
e. Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu
bergerak maju.
Terdapat beberapa peranan Agama Islam dalam Kehidupan
1) Menentramkan batin
Sesuai dengan asal katanya (salima), Islam berarti sejahtera. Dengan demikian orang
yang menjalankan Islam dengan sebenarnya akan dapat menikmati kesejahteraan,
akan mendapatkan ketentraman batin serta jauh dari ketakutan dan kekhawatiran
dalam menjalani kehidupan.
2) Sebagai landasan peradaban abadi
Islam datang memberikan landasan bagi terbentuknya sebuah peradaban dengan
semangat persatuan dan penghargaan kepada orang lain yang dilandasi dengan
keimanan sepenuhnya kepada Allah Swt. Dengan landasan inilah sebuah peradaban
bisa ditegakkan dan bisa berdiri kokoh di tengah perubahan zaman yang selalu
bergerak maju.
3) Sebagai kekuatan pemersatu.
Islam sebagai agama ‘rahmatan lil‘alamin’ bukan saja menciptaka kesatuan antar
bangsa-bangsa dalam batas wilayah tertentu saja melainkan merupakan sebuah
kekuatan yang mempersatukan seluruh bangsa tanpa adanya batasan wilayah.
4) Sebagai kekuatan rohani
Islam adalah kekuatan rohani yang amat besar, karena telah mampu membebaskan
manusia dari kekuatan dirinya yang bersumber dari hawa nafsunya.
5) Menjawab segala problem kehidupan
Islam menjadi pusat perhatian kaum ahli fikir, karena Islam bukan saja merupakan
kekuatan rohani terbesar dan yang memperadabkan manusia di dunia, melainkan pula
Islam memecahkan banyak persoalan yang rumit-rumit yang pada dewasa ini
dihadapi oleh manusia

3. KUIS
1. Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada
kehendak Allah Swt. Kepatuhan dan ketundukan kepada Allah Swt. tersebut
melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama
manusia dan lingkungannya.
a. True
b. False
Jawaban = True
2. Secara garis besar ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok, yaitu:
Aspek keyakinan, Aspek Norma, dan Aspek kemaslahatan umat manusia.
a. True
b. False
Jawaban = False

3. Islam merupakan agama yang dibawa oleh para nabi pada setiap zamannya yang
berakhir dengan kenabian Musa AS.
a. True
b. False
Jawaban = False
4. Islam sebagai agama ‘rahmatan lil‘alamin’ bukan saja menciptaka kesatuan antar
bangsa-bangsa dalam batas wilayah tertentu saja melainkan merupakan sebuah
kekuatan yang mempersatukan seluruh bangsa tanpa adanya batasan wilayah.
a. True
b. False
Jawaban = True
5. Sesuai dengan asal katanya (salima), Islam berarti sejahtera. Dengan demikian
orang yang menjalankan Islam dengan sebenarnya akan dapat menikmati
kesejahteraan, akan mendapatkan ketentraman batin serta jauh dari ketakutan dan
kekhawatiran dalam menjalani kehidupan di alam kubur
a. True
b. False
Jawaban = False

PERTEMUAN KE 2
1. PENGANTAR PERTEMUAN
Assalamu alaikum wr wb
Alhamdulillahirobil alamin .
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
pertemuan sesi kedua. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga
mampu menuntaskan pertemuan sesi kedua ini. Setelah mengikuti pembelajaran
ini mahasiswa diharapkan dapat memahami Sumber ajaran Islam berikut dibawah
ini materi saya lampirkan.
2. MATERI PEMBELAJARAN
BAB I
AGAMA ISLAM
B. Sumber Ajaran Islam
Pada hakikatnya, ajaran Islam itu hanya mempunyai satu sumber hukum,
yakni wahyu Ilahi. Selanjutnya wahyu Ilahi itu dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu: pertama, wahyu yang berupa Alquran, dan kedua, berupa sunnah.
Kedua sumber itu disebut sumber pokok.
Seiring dengan meluasnya daerah kekuasaan Islam serta kompleksitasnya
persoalan yang dihadapi umat mengakibatkan banyak persoalan baru yang secara
eksplisit belum ditetapkan oleh Alquran dan As- Sunnah, maka lahirlah sumber
hukum tambahan berupa hasil Ijtihad.
1. Alquran
a. Pengertian Alquran
Alquran berarti kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. dengan bahasa Arab melalui malaikat Jibril, sebagai mu’jizat dan
argumentasi dalam mendakwahkan kerasulannya dan sebagai pedoman hidup
untuk mencapai kedamaian dunia akhirat. Definisi di atas mengandung
beberapa kekhususan sebagai berikut.
1. Alquran sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Alquran adalah wahyu
Allah, tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran
Nabi Muhammad saw.
2. Alquran terhimpun dalam mushaf, artinya Alquran tidak mencakup wahyu
Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang
kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri.
3. Alquran dinukil secara mutawatir, artinya Alquran disampaikan kepada
orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak
mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan
berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
b. Nama – nama Alquran
Selain disebut Alquran, wahyu Allah ini juga diberi nama-nama lain
oleh Allah Swt. sebagai berikut :
1) Alkitab, berarti sesuatu yang ditulis yaitu kitab yang ditulis dalam
mushaf. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt.
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-
Kitab (Alquran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya”
(Q.S. Al- Kahfi : 1)
2) Al-Furqon, artinya sebagai pemisah (Al-Furqon: 1). Sebagai pedoman
hihup dan kehidupan manusia, Alquran menyajikan norma dan etika
secara jelas, tegas dan tuntas terutama dalam masalah kebaikan dan
keburukan, yang hak dengan yang batil.
3) Ar-Rahmah, yang berarti karunia (An-Naml: 77). Segala pemberian dari
Tuhan akan menjadi rahmat di dunia dan akhirat, ketika pemberian itu
diterima, dijalani, dan dikembangkan dengan landasan Alquran.
4) An-Nur, yang artinya cahaya (An-Nisa’: 174). Alquran memantulkan
cahaya Tuhan dan karenanya ia mampu menembus bungkus jasad manusia
dan menyinari rongga dadanya sehingga kegelapan menjadi sirna.
Pantulan cahaya Alquran ini terjadi jika manusia itu sendiri sanggup
merespons Alquran dengan baik.
5) Al-Huda, berarti petunjuk. (At-Taubah: 33). Nama ini menunjukkan
fungsi Alquran sebagai petunjuk yang hanya dengannya manusia dapat
memperoleh keridloannya.
6) Adz-Dzikra, artinya peringatan (Al-Hijr: 9). Yaitu kitab yang berisi
peringata Allah kepada manusia.
c. Cara Alquran Diturunkan
Alquran itu diturunkan sedikit demi sedikit, berangsur-angsur, bukan
sekaligus dalam satu`keseluruhannya. Hikmah diturunkannya Alquran secara
berangsur-angsur adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt.
“Sedemikianlah (Kami menurunkan dia berangsur-angsur) untuk Kami
kuatkan dengan dia hati engkau” (Q.S. 25 : 32). Dari ayat tersebut bisa
dipahami bahwa yang demikian itu akan meneguhkan hati bagi si penerima
(Nabi saw.) karena diturunkan sesuai dengan kejadian tertentu. Di samping itu
agar Muhammad dapat menghafalnya.
d. Priode Turunnya Alquran
Pertama, Masa Nabi bermukim di Makkah, (Makiyah). Ayat-ayat yang
diturunkan di Makkah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. ayatnya pendek-pendek
b. mengandung soal tauhid, soal kepercayaan, adanya Allah, hal-hal
‘adzab dan nikmat dihari kemudian serta urusan-urusan kebaikan.
Kedua, Yang diturunkan sesudah di Madinah. Semua yang turun di
Madinah dinamai surat Madaniyyah. Ayat-ayat Madaniyyah memiliki ciri
diantaranya :
a. ayat-ayatnya panjang-panjang
b. berisi mengenai hukum yang jelas dan tegas kandungannya
c. kebanyakan permulaan firman Allah dimulai dengan : “Wahai orang yang
beriman”
f. Pokok – Pokok Kandungan Alquran
a. Prinsip-prinsip keimanan,
b. Prinsip-prinsip syari’ah.
c. Janji dan ancaman.
d. Sejarah atau kisah-kisah masa lalu.
e. Ilmu pengetahuan.
g. Fungsi dan Peran Alquran
1) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia
2) Alquran memberikan penjelasan terhadap segala sesuatu
3) Alquran Sebagai Penawar Jiwa yang Haus (Syifa)
Menurut Quraisy Shihab tujuan diturunkannya Alquran bisa disarikan
antara lain sebagai berikut.
a. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik
serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan
seru sekalian alam, keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu
konsep teologis, tetapi falsafah hidup dan kehidupan manusia.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa
umat manusia merupakan suatu umat yang seharusnya dapat bekerja sama
dalam pengabdian kepada Allah Swt. dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
c. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan dan
penderitaan hidup serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang
sosial, ekonomi, politik dan juga agama.
d. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan satu
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia, dengan panduan dan
paduan nur Ilahi. Demikianlah kehadiran Alquran suci yang kalau
kandungannya diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, dijamin oleh
Allah Swt. kedamaian dunia akan terwujud dan kebahagiaan akhirat akan
tercapai.

h. Penulisan Mushaf Alquran


Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat turun, Nabi saw. lalu
memanggil para sahabat yang dikenal pandai menulis untuk menulis ayat-ayat
yang baru saja diterimanya sambil menyampaikan tempat dan urutan setiap
ayat dalam suratnya.
Setelah Rasulullah saw., wafat maka amanat pembukuan Alquran
diserahkan kepada Zaid bin Tsabit.
i. Penafsiran Alquran
Pada saat Alquran diturunkan, Rasul saw. yang berfungsi sebagai
mubayyin (pemberi penjelasan), mengenai kandungan ayat-ayat Alquran,
terutama tentang ayat-ayat yang samar artinya. Turunnya Alquran secara
berangsur-angsur menunjukkan bukti bahwa ayat-ayatnya begitu komunikatif
dengan sasarannya, dan kalaupun para sahabat menemukan kesulitan biasanya
langsung bertanya kepada Rasul saw. Keadaan demikian berlangsung sampai
dengan wafatnya Rasul saw. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua
penjelasan tersebut kita ketahui, karena dua kemungkinan, yaitu akibat tidak
sampainya riwayat-riwayat tentangnya, atau karena Rasul saw. sendiri tidak
menjelaskan semua kandungan Alquran.
j. Metode – metode dalam penafsiran Alquran
1) Tafsir bil ma’tsur
Metode ini menafsirkan ayat-ayat berdasarkan ayat Alquran dan riwayat,
baik hadis nabi maupun atsar sahabat. Penafsiran semacam ini dilakukan
oleh para ahli tafsir pada masa-masa awal penafsiran Alquran.
2) Tafsir bil ma’qul
Metode ini disebut juga tafsir bil-ra’yi, yaitu menafsirkan ayat berdasarkan
akal (rasio) atau dengan cara ijtihad.
3) Tafsir ijdiwad (campuran)
Yaitu sebuag metode penafsiran Alquran dengan memadukan antara
tafsir bil ma’tsur dengan tafsir bil ma’qul.
4) Tafsir Tahlili
Metode ini adalah menafsirkan ayat secara berurutan dari surat pertama,
ayat pertama sampai surat terakhir, ayat yang terakhir. Pesan dan
kandungan ayat dijelaskan secara rinci dan luas mencakup aneka macam
persoalan yang muncul dalam pemikiran penafsir, baik yang berhubungan
secara langsung maupun tidak langsung dengan ayat yang ditafsirkannya.
5) Tafsir maudlu’i
Yaitu menafsirkan ayat berdasarkan tema yang telah ditetapkan. Tafsir ini
juga disebut tafsir tematik atau tauhidi. Dalam metode ini ayat Alquran
tidak ditafsirkan secara berurutan dari ayat ke ayat, melainkan dicari ayat-
ayat yang berkaitan dengan tema yang sedang dibahas.
6) Tafsir bil ilmi
Yaitu menafsirkan ayat dengan menggunakan pendekatan ilmu
pengetahuan. Ilmu dijadikan sudut pandang dalam menafsirkan Alquran
dan biasanya bersifat tematik. Misalnya menafsirkan ayat-ayat yang
berkaitan dengan proses kejadian manusia di dalam rahim (Q.S. Al-
Mukminun : 21-22) dengan sudut pandang ilmu kedokteran
2. Sunnah dan Hadis
Dalam makna aslinya, sunnah berarti perbuatan nabi, sedangkan hadis
berarti laporan atau reportase dari kegiatan sunnah tersebut.
a. Kedudukan Hadis
Alquran menjelaskan pada diri nabi Muhammad terdapat uswah
hasanah (suri tauladan yang baik) yang berlaku sepanjang masa (Q.S Al-
Ahzab : 31). Pernyataan Quran ini jelas-jelas menyiratkan arti bahwa
kaum muslimin sejak awal telah memandang perilaku nabi sebagai suatu
konsep prilaku. Dengan demikian maka hadis menjadi prioritas kedua
dalam pengambilan hukum dan prilaku setelah Alquran
b. Fungsi Hadis terhadap Alquran
1) Menjelaskan Alquran
a) Memberikan rincian, yakni as-sunnah memberikan rincian terhadap
ayat Alquran yang masih bersifat global, seperti rincian tentang
pelaksanaan ibadah shalat, yang meliputi cara, sarat rukunnya,
waktunya, jumlahnya dan sebagainya.
b) Membatasi kemutlakan, yakni sunnah memberi penjelasan dengan
membatasi kemutlakan pengertian yang terkandung dalam redaksi
ayat, misalnya ketetapan Alquran mengenai wasiat : “Diwajibkan
kepada kamu apabila seorang diantara kamu telah kedatangan tanda-
tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah
kepada bapak, ibu dan karib kerabatnya secara ma’ruf, sebagai suatu
hak atas orang yang bertaqwa” (Qs.2: 180).
Dalam ayat tersebut wasiat itu diungkapkan secara mutlak
(tanpa ada batasan jumlahnya). As-sunnah membatasi banyaknya
wasiat agar tidak melampaui sepertiga dari harta yang ditinggalkan.
Hal ini terdapat dalam sebuah hadis, ketika Sa’ad bin Abi Waqas ingin
berwasiat dengan 2/3 dari kekayaannya, oleh Rasulullah dilarang,
kemudian mengajukan lagi ½-nya, tapi rasul juga menolak dan
akhirnya dibolehkan 1/3-nya saja (Bukhari dan Muslim).
c) Memberikan pengecualian terhadap pernyataan Qur’an yang masih
umum, misalnya Alquran mengharamkan bangkai dan darah dengan
firman-Nya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
binatang yang disembelih atas nama selain Allah, yang dicekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang dimakan binatang buas,
kecuali kamu sempat menyembelihnya, dan yang disembelih untuk
berhala. Dan diharamkan pula bagimu mengundi nasib dengan anak
panah, karena itu sebagai bentuk kefasikan” (QS. 5 : 3). As-Sunnah
memberikan pengecualian dengan membolehkan memakan jenis
bangkai tertentu, bangkai ikan, belalang dan darah tertentu (hati dan
limpa) sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, As-Syafi’I, Ibnu
Majah, Baihaqi dan Daruquthni).
d) As-sunnah menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh
Alquran, misalnya : “Rasulullah saw. melarang semua yang
mempunyai taring dari binatang dan dari semua burung yang
bercakar” (HR. Muslim dari Ibnu Abbas).

2) Macam - Macam Hadist


a) Hadis Mutawatir
Hadis mutwatir adalah hadis yang diriwayatkan sejumlah orang yang
secara terus menerus tanpa putus danc secara adat para perawinya
tidak mungkin berbohong.
b) Hadis masyhur
Hadis masyhur adalah sebuah hadis yang diriwayatkan sejumlah orang
tetapi tidak mencapai derajat mutawatir
c) Hadis ahad
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang, dua orang atau lebih,
tetapi tidak mencapai syarat masyhur dan mutawatir

Dari segi kualitasnya hadis terbagi menjadi :


a) Hadis Shahih, yaitu hadis yang sanadnya tidak terputus, diriwayatkan
oleh orang-orang yang adil, sempurna ingatannya, kuat hafalannya,
tidak cacad, dan tidak betentangan dengan dalil atau periwayatan
yang lebih kuat.
b) Hadis hasan, yaitu hadis yang memenuhi sarat hadis shahih tetapi
perawinya tidak kuat ingatannya atau kurang baik hafalannya.
c) Hadis dhaif, yaitu hadis yang tidak lengkap syaratnya, atau tidak
memenuhi persaratan sebagai hadis shshih dan hasan

3) Kehujahan hadis
Para ulama sepakat bahwa hadis dha’if tidak boleh digunakan
sebagai dalil dalam menentukan hukum. Imam Bukhari dan Muslim
sependapat untuk tidak menggunakan hadis dha’if dalam bidang
apapun: Nabi bersabda “Barang siapa menceritakan sesuatu hal dari
aku, padahal ia tahu bahwa itu bukan hadisku, maka orang itu
termasuk golongan pendusta (HR. Bukhari Muslim).
Kriteria hadis palsu:
a. Jika hadis itu bertentangan dengan fakta sejarah
b. Jika sifat hadis itu mewajibkan kepada semua orang untuk
mengetahuinya dan mengamalkannya dan hadis itu diriwayatkan
oleh satu orang
c. Jika saat dan keadaan diriwayatkannya hadis itu membuktikan
bahwa hadis itu dibikin-bikin
d. Jika hadis itu bertentangan dengan akal, atau bertentangan dengan
ajaran-ajaran Islam yang terang
e. Jika hadis itu menguraikan sebuah peristiwa, yang jika peristiwa
itu sungguh-sungguh terjadi, niscaya peristiwa itu diketahui dan
diceritakan oleh orang banyak, padahal nyatanya, peristiwa itu tak
diriwayatkan oleh satu orang pun selain orang yang meriwayatkan
hadis itu.
f. Jika masalahnya atau kata-katanya rakik (artinya, tak sehat atau
tak benar); misalnya kata-katanya tak cocok dengan idiom bahasa
Arab, atau masalah yang dibicarakan tak pantas bagi martabat
rasulullah.
g. Jika hadis itu berisi ancaman hukuman berat bagi perbuatan dosa
biasa, atau menjanjikan pahala besar bagi perbuatan baik yang tak
seberapa.
h. Jika hadis itu menerangkan pemberian ganjaran oleh Nabi saw.
dan Rasul kepada orang yang berbuat baik.
i. Jika yang meriwayatkan hadis itu mengaku bahwa ia membuat-
buat hadis.
3. Ijtihad
a. Pengertian
Ijtihad berarti mengerahkan segala kemampuan secara maksimal
dalam mengungkapkan kejelasan hukum Islam atau untuk menjawab dan
menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul.
Obyek ijtihad adalah perbuatan yang secara eksplisit tidak terdapat
dalam Alquran dan As-sunnah. Ijtihad dipandang sebagai aktivitas
penelitian ilmiah karena itu bersifat relatif. Relatifitas ijtihad ini
menjadikannya sebagai sumber nilai yang bersifat dinamis. Pemutlakan
terhadap produk ijtihad pada haikatnya merupakanpengingkaran terhadap
kemutlakan Allah, karena yang sesungguhnya mutlak hanyalah Allah Swt.
Satu hal yang telah disepakati para ulama adalah bahwa ijtihad tidak boleh
merambah dimensi ibadah mahdlah.
b. .Posisi Ijtihad dalam Syari’at Islam
Ijtihad menggunakan pertimbangan akal secara jelas diundangkan dalam
sebuah hadis, sebagai alat untuk mencapai keputusan, apabila tidak ada
petunjuk dalam Alquran maupun Al-Hadis. Hadis berikut dianggap
sebagai basis ijtihad dalam Islam. “Pada waktu Mu’adz bi Jabal ditetapkan
sebagai gubernur di Yaman, beliau ditanya oleh Nabi saw: ‘Bagaimana
engkasu akan mengadili, jika suatu perkara diajukan kepadamu, Mu’adz
bin Jabal menjawab : “Aku akan mengadili dengan undang-undang
Qur’an”, tetapi jika engkau tidak mnemukan suatu petunjuk dalam
Alquran ? tanya Nabi saw. “maka aku akan mengadili menurut sunnah
Nabi, jawabnya Tetapi jika engkau tidak menemukan petunjuk dalam
sunnah nabi? tanya nabi, “maka aku akan menggunakan pertimbangan
akalku (ajtahidu) dan mengadili menurut itu”, jawabnya. Nabi saw. lalu
menepuk lengan beliau sambil berkata, “Maha suci kepunyaan Allah, yang
telah memberi petunjuk kepada utusannya, seperti yang Ia kehendaki”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
c. Syarat – Syarat Mujtahid
a Memiliki integritas keimanan yang kuat terhadap syariah Ilahiyah,
berkeyakinan teguh kepada kebenaran Islam dan mempunyai
ketulusan hati untuk merealisasikan tanpa mencampurasdukkan
dengan sumber yang selain Qur’an dan sunnah.
b Mengetahui isi Alquran dan Hadis yang berkenaan dengan hukum. c
Mengetahui bahasa Arab dengan berbagai keilmuannya
d Mengetahui kaidah-kaidah ushuliyah yang luas, karena ilmu ini
menjadi dasar berijtihad
e Mengetahui produk-produk ijtihad (hukum) yang diwariskan oleh para
ahli terdahulu untuk melihat kesinambungan hukum, sebab munculnya
ijtihad baru bukan saja dimaksudkan untuk menghapus produk hukum
lama untuk diganti dengan yang baru.
f Mengetahui ilmu riwayah yang berkenaan dengan kaedah-kedah
kesahihan hadis
g Mengetahui rahasia-rahasia tasyri’, yaitu kaedah yang menerangkan
tujuan syara’ dalam meletakkan beban taklif kepada mukallaf.
Ijtihad pada masa sekarang tidak hanya dilakukan oleh ahli-ahli agama
yang memiliki syarat-syarat di atas melainkan melibatkan juga pakar yang
ahli dalam masalah yang sedang dibahas, sehingga persoalannya (produk
hukumnya) menjadi utuh dan menyeluruh baik dari aspek Qur’ani maupun
kauninya.

4. DISKUSI
Setelah mengikuti perkuliahan pada sesi ini yaitu mengenai sumber ajaran
agama islam.
Coba anda kemukakan proses turunnya kitab suci Al- qur’an dan kita sebagai
umat islam jelaskan apa saja sumber – sumber dalam mengamalkan ajaran
agama islam.

PERTEMUAN KETIGA

1. PENGANTAR PERTEMUAN
Assalamu alaikum wr wb
Alhamdulillahirobil alamin. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
sehingga kita dapat bertemu lagi pada perkulihan kali ini.
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
pertemuan sesi ketiga. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi ketiga ini. Setelah mengikuti pembelajaran ini
mahasiswa diharapkan dapat memahami hakikat manusia menurut Islam berikut
dibawah ini materi saya lampirkan mohon dipelajari dengan benar.
2. MATERI PEMBELAJARAN

Anda mungkin juga menyukai