Masyhudi Muqorobin
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Telp/Fax. 0274-387656 psw 184, 387646
E-mail: masmuqorobin@umy.ac.id
Abstract
This article report research result to qawa'id fiqhiyyah and the implication in
economic behavior and idea in public. In this case, understanding to qawa'id
fiqhiyyah is absolute is needed to do "ijtihad" or reconditional of idea. Some
moslem scholars and fuqaha are former, since end century second Hijriyyah have
blazed the way stone of situating of qawa'id through their grands masterpieces,
what up this moment until now still seen the benefit for implementations in
modern lives, inclusion is economic. Some moslem scholars/fuqaha from are
fourth fiqh madzhab compile qawa'id in number which so much, part of it same or
similar, so that hard in order to be known the numbers surely. This research focus
at 99 (ninety nine) qawa'id which compiled by moslem scholars at Dynasties
Turki, Usmani, that is al-majallah al-Ahkaam al-‘Adliyyah at about early century
thirteenth Hijriyah or precisely around year of 1286 H.
Keywords: perilaku ekonomi, qawa’id fiqhiyyah, qa’idah asasiyyah,
Qa’idah
Fiqh Qanun
Fiqhiyyah
200 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
yang telah ada, kemudian ketentuan-ketentuan )ﺑﺎﻟﺸﻚ atau sesuatu yang pasti tidak dapat
hukumnya menjadi hasil akhir dari proses berubah disebabkan oleh keraguan;
tersebut. c. Artikel -17 Al-musyaqqah tajlibut taysiir
( )اﻟﻤﺸﻘﺔ ﺗﺠﻠﺐ اﻟﺘﻴﺴﻴﺮatau kesulitan itu
2. Posisi Qawa’id Fiqhiyyah dalam Syari’ah
mendatangkan kemudahan;
Islam
d. Artikel -21 Adh-dhararu yuzaalu ( اﻟﻀﺮر
Proses penerapan aturan syar’i dalam qa’idah
)ﻳﺰالatau kemadharatan hendaknya diha-
menurut Mahmassani (1980) sama dengan
puskan; dan
penerapan metodologi qiyas dalam memilih
aturan yang tepat dalam ushul fiqh. Apabila e. Artikel -36 Al-‘aadah muhakkamah ( اﻟﻌﺎدة
aturan rinci sebagaimana dijumpai pada al- )ﻣﺤﻜﻤﺔatau adat kebiasaan dapat menjadi
Asybah wan-Nazhair muncul dari kasus yang sumber hukum.
serupa, maka qa’idah dengan sendirinya dapat Sementara itu Ibnu Nujaim menambah satu
diterapkan. Nadwi (1991) dan Mahmassani lagi qa’idah asas sehingga menjadi enam, yaitu
berpendapat bahwa tulisan tentang qawa’id laa tsawaaba illaa bin-niyyah
fiqhiyyah tersusun sejak mulai abad ke delapan
Hijriyah, melalui karya Ibnul Wakil as-Syafi’i ﻻ ﺛﻮاب اﻻ ﺑﺎﻟﻨﻴﺔ
(716 H), Tajuddin as-Subki (771 H), Ibnul
Mulaqqin (804 H), dan yang lebih monumental atau tidak ada pahala bagi perbuatan yang tidak
lagi karya Jalaluddin as-Suyuti (911 H). Satu disertai dengan niat, yang kemudian menjadi
karya yang juga tak kalah pentingnya adalah qa’idah asas yang berlaku di kalangan madzhab
berasal dari madzhab Hanafi yaitu karya Ibnu Hanafi. Sementara itu di kalangan madzhab
Nujaim (970 H). Maliki, qa’idah ini menjadi ‘abang dari qa’idah
al-umuur bimaqaasidihaa.
Dalam ketiga kitab al-Asybah wan-Nazhair
karya Tajuddin as-Subki, Jalaluddin as-Suyuti Dalam penerapannya, Jazuli mengklasifi-
maupun Ibnu Nujaim (970 H), pembedaan kasikan qawa’id dalam enam bidang, yaitu
antara qa’idah umum atau asas dengan qa’idah ibadah mahdhah (khusus), ahwal as-Syahshiy-
khusus atau rinci (detail) dijelaskan secara yah (hal-ikhwal pribadi dan keluarga), mu’ama-
memadai. As-Subki dan as-Suyuti merumuskan lah (transaksi ekonomi), jinayah (kriminalitas),
Lima qa’idah asasiyyah yang dikenal dengan siyasah (politik), dan fiqh qadha (hukum acara
al-Asasiyyatul-Khamsah, yang kemudian dan peradilan). Namun demikian penerapan
disusun dalam al-Majallah yang dikeluarkan qa’idah untuk bidang mu’amalah tidak banyak
pada jaman pemerintahan Turki Usmani, yaitu: menyinggung masalah penerapan untuk
perekonomian modern secara umum. Di sini
a. Artikel-2 Al-umuur bimaqaasidihaa
keberadaan qawa’id fiqhiyyah menjadi lebih
( )اﻷﻣﻮرﺑﻤﻘﺎﺻﺪهﺎatau setiap perkara itu
jelas maknanya.
ditentukan berdasarkan niatnya;
b. Artikel -4 Al-yaqiin laa yuzaalu bisy- 3. Qawa’id Fiqhiyyah dalam Masalah
syakk ( )اﻟﻴﻘﻴﻦ ﻻ ﻳﺰال ﺑﺎﻟﺸﻚyaitu sesuatu Ekonomi
yang pasti tidak dapat dihapus oleh kera- Beberapa qa’idah fiqhiyyah memberi ruang
guan. Dalam hal lain disebutkan Al-yaqiin kepada pemikiran ataupun praktek-praktek
laa yazuulu bisy-syakk ( اﻟﻴﻘﻴﻦ ﻻ ﻳﺰول ekonomi, sebagaimana yang juga diklasifikasi-
kan oleh Jazuli (2006). Dalam karyanya, al-
202 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
1. Tanwiir al-Bashaa’ir ‘alal-Asybaah wan- Qawaa’id al-Madzhab (912 H), dan dikomen-
Nazhaa’ir (1005 H) oleh ‘Abdul-Qadir tari oleh Ahmad ibn ‘Ali al-Fasi al-Maghribi.
Sharif uddin al-Ghazzi;
Sementara itu madzhab Syafii paling
‘
2. Ghamzu Uyuun al-Bashaa’ir Syarh al-Asy- banyak memberikan kontribusi qawa’id fiqhiy-
baah wan-Nazhaa’ir (1098 H) oleh Ahmad yah dalam khazanah fiqh Islam. Pengaruhnya di
ibn Muhammad al-Hamawi; Indonesia juga cukup meluas, utamanya karya
‘
3. Umdatu dzawil-Basyaa’ir li-Halli Mu- salah seorang faqih besar seperti Jalaludin as-
htamaati al-Asybaah wan-Nazhaa’ir (1099 Suyuti yang menulis al-Asybaah wan-
H.) karya Ibrahim ibn Hussain, yang lebih Nazhaa’ir dalam beberapa jilid. Jilid 1 berisi
dikenal sebagai Ibnu Biri al-Makkati. tentang qawa’id dasar (asas) sebanyak lima
4. ‘
Umdatu an-Naadzir ‘ala al-Asybaah wan- buah sebagaimana yang disebutkan dalam al-
Nazhaa’ir oleh Abu Su ‘ud al-Husaini. Majallah di atas. Qawa’id ini juga cukup
populer, bukan saja di Indonesia melainkan
Qawa’id dalam Pemikiran Madzhab juga di wilayah negeri-negeri Muslim lainnya,
Maliki termasuk Malaysia dan juga di Timur Tengah.
Di kalangan madzhab Syafii, kelima qawa’id
Dari mahdzhab Maliki, beberapa ulama juga ini dianggap sebagai qawa’id yang utama.
menyumbangkan tulisan tentang qawa’id Kitab 2 al-Asybaah wan-Nazhaa’ir berisi
fiqhiyyah. Karya dari kalangan madzhab Maliki tentang qawa’id umum (‘amm) sebanyak 40
tidak sebanyak dari madzhab Hanafi dan Syafii. qawa’id, sedang 20 qawa’id lagi masuk dalam
Karya-karya tersebut antara lain adalah: kategori diperselisihkan kedudukannya, termuat
1. Anwaar al-Buruuq fi Anwaar al-Furuuq dalam Jilid 3 – 7.
atau lebih dikenal juga sebagai: Al-Furuuq;
Kitab al-Anwaar wal-Anwaa’; atau Kitab
Qawa’id dalam Pemikiran Madzhab
al-Anwaar wal-Qawaa’id as-Sunniyyah
Syafi’i
oleh al-Imam Syihabudin ‘Abdul-Abbas
Secara lengkap, karya-karya tentang qawa’id
Ahmad as-Sonhaji al-Qarafi (260-340 H);
fiqhiyyah di kalangan madzhab Syafii berda-
2. Al-Qawaa’id oleh Muhammad ibn Mu- sarkan urutan sejarahnya antara lain adalah:
hammad ibn Ahmad al-Muqarri (758 H);
1. Qawaa’id al-Ahkaam fi Masaadir al-
3. Iidhaah al- Masaalik ilaa Qawaa’id al-
‘Anaam oleh ‘Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz ibn
Imaam Maalik hasil karya Ahmad ibn ‘
Abdus Salam ( 577 - 660 H);
Yahya ibn Muhammad at-Tilmisani al-
2. Kitaab Al-Asybaah wan-Nazhaa’ir karya
Winsyarinsi (914 H);
Sadraddin Abi ‘Abdullah ibn Murahhil, Ibn
4. Al-Is’aaf bit-Thalab Mukhtasar Sharh al-
Wakil al-Syafi ‘i (716 H);
Manhaj al-Muntakhab ‘alaa Qawaa’id al-
3. Majmuu’ al-Mudzhab fil-Qawaa’id al-
Madzhab karya as-Syaikh Abul-Qasim ibn
Madzhab oleh Salahuddin Abi Sa ‘id al-
Muhammad at-Tiwani ( 995 H) ’
Ala’i as-Syafi ‘i (761 H);
Karya terakhir, at-Tiwani, al-Is’aaf, diulas
4. Al-Asybaah wa al-Nazhaa’ir oleh ‘Abdul-
dengan sajian ringkas oleh setidaknya Abul-
Wahhab ibn ‘Ali Tajuddin as-Subki (771
Hasan ‘Ali ibn Qasim al-Zaqqaq, al-Fasi, at-
H);
Tujibi dalam al-Manhaj al-Muntakhab ‘alaa
204 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
Tabel 1. Qawa’id dalam Karya Empat Madzhab Fiqh
1) Hanafi
a) Usuul al-Karkhi al-Karkhi 260-340 36 (asl)
b) Ta’siis an-Nadzr Abi Zaid al-Dabusi 430 86
c) Al-Asybaah wan-Nazhaa’ir Ibn Nujaim 6 Asas
19 Furu’
d) Majaami’ al-Haqaa’iq al-Khadimi 1176 154
e) Majallah al-Ahkaam al- ‘Adliyyah Daulah al- ‘Usmaniyyah 1286 99
f) Al-Faraa’id al-Bahiyyah fil-Qawaa’id Ibn Hamzah al-Husaini 1305 30
al-Fawaa’id al-Fiqhiyyah
2) Maliki
a) Al-Furuuq; Kitab al-Anwaar wal- Syihabuddin al-Qarafi 260-340 548
Anwaa’; or Kitab al-Anwaar wal-
Qawaa’id as-Sunniyyah
b) Al-Qawaa’id al-Muqarri 758 100
c) Iidhaah al- Masaalik ilaa Qawaa’id al- Ahmad al-Winsyarinsi 914 118
Imaam Maalik
d) Al-Is’aaf bit-Talab Mukhtasar Syarhul- at-Tiwani 912
Manhaj al-Muntakhab ‘alaa Qawaa’id
al-Madzhab
3) Syafii
a) Qawaa’id al-Ahkaam fi Masaadir al- ‘
Izzuddin ‘Abd as-Salam 577-660 -
‘Anaam
1 Apabila sesuatu itu batal maka batallah apa yang ada di إذا ﺑﻄﻞ اﻟﺸﻲء ﺑﻄﻞ ﻣﺎ ﻓﻰ ﺽﻤﻨﻪ
dalammnya
2 Tidaklah sempurna ‘aqad tabarru’ (pemberian) kecuali ﻻ ﻳﺘﻢ اﻟﺘﺒﺮع إﻻ ﺑﻘﺒﺾ
setelah diserahkan, (sebelum diminta sudah diberi)
3 Hak mendapat hasil itu sebagai ganti kerugian (yang اﻟﺨﺮاج ﺑﺎﻟﻀﻤﺎن
ditanggung)
4 Pendapatan/upah dengan jaminan itu tidak datang اﻷﺝﺮ واﻟﻀﻤﺎن ﻻ ﻳﺠﺘﻤﻌﺎن
secara bersamaan
5 Risiko itu sejalan dengan keuntungan اﻟﻐﺮم ﺑﺎﻟﻐﻨﻢ
6 Hal yang dibolehkan syariat tidak dapat dijadikan اﻟﺠﻮاز اﻟﺸﺮﻋﻲ ﻳﻨﺎﻓﻲ اﻟﻀﻤﺎن
beban/tanggungan
7 Perintah menasarufkan (memanfaatkan) barang orang اﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﺘﺼﺮف ﻓﻰ ﻣﻠﻚ اﻟﻐﻴﺮ
lain (tanpa ijin pemiliknya) adalah batal
ﺑﺎﻃﻞ
8 Tidak boleh bagi seorang pun merubah /mengganti ﻻ ﻳﺠﻮز ﻷﺡﺪ أن ﻳﺘﺼﺮف ﻓﻰ
milik orang lain tampa izin pemiliknya.
ﻣﻠﻚ اﻟﻐﻴﺮ ﺑﻼ إذﻥﻪ
206 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
Ini memberitahukan kepada kita betapa awal abad ke-13 Hijriyah atau tepatnya sekitar
jumlah qawa’id yang disusun para ulama/ tahun 1286 H. Dari keseluruhannya, terdapat
fuqaha terdahulu jumlahnya cukup banyak dan lebih dari 70 (tujuh puluh) qawa’id yang dapat
susah ditentukan secara pasti. Pada sisi lain, ia dijadikan rujukan untuk diturunkan ke dalam
juga memberi gambaran betapa keseriusan pemikiran dan perilaku ekonomi modern.
mereka benar-benar luar biasa, sehingga gene-
Namun dikarenakan keterbatasan waktu
rasi terkemudian dapat memanfaatkannya
dan finansial, penelitian ini tidak dapat
dengan lebih mudah.
meneruskan pada masalah implikasi pemikiran
dan perilaku ekonomi secara sektoral. Selain
KESIMPULAN itu, kebanyakan materi qawa’id juga berlaku
sangat umum, sehingga hampir dapat diber-
Qawa’id fiqhiyyah merupakan landasan umum lakukan secara keseluruhan bagi semua sektor
dalam pemikiran dan perilaku sosial memberi- dalam ekonomi. Akan tetapi, apabila dilacak
kan panduan bagi masyarakat untuk melakukan karya-karya di luar al-Majallah, ada kemung-
interaksi dengan sesamanya. Panduan yang kinan beberapa qawa’id yang dapat diinterpre-
diberikan menyangkut beberapa aspek tasikan secara khas untuk setiap masalah atau
kehidupan seperti hukum, ekonomi, sosial, sektor dalam ekonomi. Untuk itulah penelitian
politik dan kenegaraan, budaya, dan sebagainya secara lebih detail untuk setiap aspek perlu
sampai pada masalah pernikahan. dilakukan secara terpisah.
Penelitian ini memfokuskan pada qawa’id
Persantunan
dalam karya-karya para ulama/fuqaha dari
kalangan empat madzhab fiqh, dan implikasi- Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.
nya dalam pemikiran dan perilaku ekonomi Dr. Ismail Mat dari University Brunei
dalam masyarakat. Darussalam atas komentar yang diberikan pada
draft terdahulu; dan kepada Sdr.Samsul Bahri
Dalam hal ini, pemahaman terhadap
atas bantuan editorialnya sampai naskah ini
qawa’id fiqhiyyah adalah mutlak diperlukan
diterbitkan.
untuk melakukan suatu “ijtihad” atau pemba-
haruan pemikiran. Para ulama dan fuqaha
DAFTAR PUSTAKA
terdahulu, sejak akhir abad ke-2 Hijriyyah telah
merintis batu peletakan qawa’id melalui karya-
karya agung mereka, yang sampai kini masih Alwani, Taha Jabir al-. 1994. Source Method-
ology in Islamic Jurispruden’e: Usul al-
terlihat manfaatnya untuk diimplementasikan
Fiqh al-Islami, Revised English Ed. By
dalam kehidupan modern, termasuk ekonomi.
Yusuf Talal DeLorenzo and Anas S. Al-
Para ulama/fuqaha dari keempat madzhab fiqh
Shaikh-Ali. Herndon. Virginia: Interna-
tersebut menyusun qawa’id dalam jumlah yang tional Institute of Islami’ Thought. 1415.
begitu banyak, sebagiannya sama atau serupa,
Djazuli, H.A. 2006. Kaidah-kaidah Fikih:
sehingga susah untuk diketahui jumlahnya
Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
secara pasti.
Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis.
Fokus penelitian ini pada 99 (sembilan Jakarta: Kencana Prenada Media Group
puluh sembilan) qawa’id yang disusun para Kamali, Muhammad, Hashim. 1989. Principles
ulama pada Dinasti Turki Usmani, yaitu al- of Islamic Jurisprudence. Petaling Jaya.
majallah al-Ahkaam al-’Adliyyah pada sekitar
208 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
LAMPIRAN
QAWA’ID FIQHIYYAH DALAM
AL-MAJALLAH AL-AHKAAM AL-‘ADLIYYAH
Artikel.1…Para peneliti dari ahli fiqh mengembalikan إن اﻟﻤﺤﻘﻘﻴﻦ ﻣﻦ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻗﺪ.... -1 اﻟﻤﺎدة
Artikel No. 1
3 Patokan dalam akad (Ibrah) diambil dari maksud/ tujuan اﻟﻌﺒﺮة ﻓﻰ اﻟﻌﻘﻮد ﻟﻠﻤﻘﺎﺻﺪ واﻟﻤﻌﺎﻥﻲ ﻻ
dan maknanya bukan dari ungkapan dan bentuknya
ﻟﻸﻟﻔﺎظ واﻟﻤﺒﺎﻥﻲ
4 Sesuatu yang sudah diyakini tidak dapat dihapus oleh اﻟﻴﻘﻴﻦ ﻻ ﻳﺰال ﺑﺎﻟﺸﻚ
keragu-raguan
()اﻟﻴﻘﻴﻦ ﻻ ﻳﺰول ﺑﺎﻟﺸﻚ
5 Yang menjadi patokan adalah tetapnya sesuatu menurut اﻷﺻﻞ ﺑﻘﺎء ﻣﺎ آﺎن ﻋﻠﻰ ﻣﺎ آﺎن
keadaan semula
6 Sesuatu yang lama akan ditinggalkan sebagaimana اﻟﻘﺪﻳﻢ ﻳﺘﺮك ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻪ
asalnya
10 Sesuatu yang tetap pada zamannya akan dinilai kekal وﻣﺎ ﺛﺒﺖ ﺑﺰﻣﺎن ﻣﺤﻜﻢ ﺑﺒﻘﺎﺋﻪ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻮﺝﺪ
kecuali terdapat dalil yang membuktikan penolakannya.
دﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺥﻼﻓﻪ
11 Asal suatu perubahan peristiwa baru dianggap sebagai اﻷﺻﻞ إﺽﺎﻓﺔ اﻟﺤﺎدث إﻟﻰ أﻗﺮب أوﻗﺎﺗﻪ
peristiwa yang berlangsung dalam waktu terdekat (dari
sekarang)
12 Asal dalam perkataan itu adalah hakikat. (Artinya jika اﻷﺻﻞ ﻓﻰ اﻟﻜﻼم اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ
ada perkataan yang bisa diartikan secara hakiki dan
majasi, maka perkataan mesti diartikan secara hakiki)
13 Tidak perlu ambil perhatian terhadap dalil apabila ada ﻻ ﻋﺒﺮة ﻟﻠﺪﻻﻟﺔ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ اﻟﺘﺼﺮﻳﺦ
pernyataan yang jelas
15 Sesuatu yang tetap atas penolakan terhadap qiyas maka ﻣﺎ ﺛﺒﺖ ﻋﻠﻰ ﺥﻼف اﻟﻘﻴﺎس ﻓﻐﻴﺮﻩ ﻻ ﻳﻘﺎس
tidak (boleh dipakai) untuk menetapkan qiyas yang lain.
ﻋﻠﻴﻪ
16 Sebuah ijtihad tidak dapat membatalkan yang semisal- اﻻﺝﺘﻬﺎد ﻻ ﻳﻨﻘﺾ ﺑﻤﺜﻠﻪ
nya (ijtihad yang lain)
23 Sesuatu yang dibolehkan karena uzur, maka batallah ﻣﺎ ﺝﺎز ﻟﻌﺬر ﺑﻄﻞ ﺑﺰواﻟﻪ
sebab hilangnya uzur tersebut
24 Apa bila hilang penyebab yang melarang sesuatu maka إذا زال اﻟﻤﺎﻥﻊ ﻋﺎد اﻟﻤﻤﻨﻮع
yang dilarang itu boleh dilakukan
26 Menanggung suatu Kemadharatan khusus untuk ﻳﺤﺘﻤﻞ اﻟﻀﺮر اﻟﺨﺎص ﻟﻤﻨﻊ اﻟﻀﺮر اﻟﻌﺎم
menolak Kemadharatan umum.
27 Kemadharatan yang lebih besar/ berat dihilangkan اﻟﻀﺮر اﻷﺵﺪ ﻳﺰال ﺑﺎﻟﻀﺮر اﻷﺥﻒ
dengan Kemadharatan yang lebih ringan
28 Apabila dua kerusakan bertabrakan maka dilihat/ dipilih إذا ﺗﻌﺎرض ﻣﻔﺴﺪﺗﺎن روﻋﻲ أﻋﻈﻤﻬﻤﺎ
yang lebih ringan
ﺽﺮرا ﺑﺎرﺗﻜﺎب أﺥﻔﻬﻤﺎ
29 Memilih yang lebih kecil dari dua keburukan ﻳﺨﺘﺎر أهﻮن اﻟﺸﺮﻳﻦ
30 Menolak suatu kerusakan didahulukan dari pada mena- درء اﻟﻤﻔﺎﺱﺪ أوﻟﻰ ﻣﻦ ﺝﻠﺐ اﻟﻤﻨﺎﻓﻊ
rik kemaslahatan.
31 Kemadharatan itu sedapat mungkin harus ditangkis اﻟﻀﺮر ﻳﺪﻓﻊ ﺑﻘﺪر اﻹﻣﻜﺎن
32 Kebutuhan bisa menjadi sesuatu kepentingan اﻟﺤﺎﺝﺔ ﺗﻨﺰل ﻣﻨﺰﻟﺔ اﻟﻀﺮورة
33 Sesungguhnya sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar إن اﻹﺽﻄﺮار ﻻ ﻳﺒﻄﻞ ﺡﻖ اﻟﻐﻴﺮ
lagi tidak membatalkan hak bagi yang lain
210 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
34 Sesuatu yang diharamkan mengambilnya maka diha- ﻣﺎ ﺡﺮم أﺥﺬﻩ ﺡﺮم اﻋﻄﺎؤﻩ
ramkan juga memberikannya
35 Sesuatu yang haram mengerjakannya maka haram juga ﻣﺎ ﺡﺮم ﻓﻌﻠﻪ ﺡﺮم ﻃﻠﺒﻪ
meminta mengerjakannya
38 Larangan adat adalah menjadi larangan sebenarnya اﻟﻤﻤﺘﻨﻊ ﻋﺎدة آﺎﻟﻤﻤﺘﻨﻊ ﺡﻘﻴﻘﺔ
(secara hakikat)
39 Tidak dipungkri perubahan hukum dengan adanya ﻻ ﻳﻨﻜﺮ ﺗﻐﻴﺮ اﻷﺡﻜﺎم ﺑﺘﻐﻴﺮ اﻷزﻣﺎن
perubahan zaman
40 Suatu kenyataan akan ditinggalkan berdasarkan adat اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺗﺘﺮك ﺑﺪﻻﻟﺔ اﻟﻌﺎدة
41 Hanya akan dianggap sebagai suatu adat jika apa bila إﻥﻤﺎ ﺗﻌﺘﺒﺮ اﻟﻌﺎدة إذا اﺽﻄﺮدت أو ﻏﻠﺒﺖ
menjadi suatu mayoritas dalam masyarakat
42 Perhatian lebih diberikan pada kejadian yang sering اﻟﻌﺒﺮة ﻟﻠﻐﺎﻟﺐ اﻟﺸﺎﺋﻊ ﻻ ﻟﻠﻨﺎدر
(mayoritas), bukannya yang jarang (minoritas)
43 Sesuatu yang dikenal akan menjadi adat seperti yang اﻟﻤﻌﺮوف ﻋﺮﻓﺎ آﺎﻟﻤﺸﺮوط ﺵﺮﻃﺎ
disyaratkan menjadi syarat
44 Sesuatu yang dikenal diantara masyarakat itu seperti اﻟﻤﻌﺮوف ﺑﻴﻦ اﻟﺘﺠﺎر آﺎﻟﻤﺸﺮوط ﺑﻴﻨﻬﻢ
menjadi syarat dikalangan mereka
45 Penetapan secara adat seperti penetapan secara nash اﻟﺘﻌﻴﻴﻦ ﺑﺎﻟﻌﺮف آﺎﻟﺘﻌﻴﻴﻦ ﺑﺎﻟﻨﺺ
(teks)
46 Apa bila bercampur suatu larangan dengan perintah إذا ﺗﻌﺎرض اﻟﻤﺎﻥﻊ واﻟﻤﻘﺘﻀﻰ ﻳﻘﺪم اﻟﻤﺎﻥﻊ
maka didahulukan larangan
48 Sesuatu yang terkait dengan sebuah obyek tidak اﻟﺘﺎﺑﻊ ﻻﻳﻔﺮد ﺑﺎﻟﺤﻜﻢ
dihukumi secara terpisah.
49 Seseorang yang memiliki sesuatu maka ia juga memiliki ﻣﻦ ﻣﻠﻚ ﺵﻴﺌﺎ ﻣﻠﻚ ﻣﺎ هﻮ ﻣﻦ ﺽﺮوراﺗﻪ
segala kepentingan atasnya
50 Apabila terputus sesuatu yang dasar maka terputus pula إذا ﺱﻘﻂ اﻷﺻﻞ ﺱﻘﻂ اﻟﻔﺮع
suatu cabangnya
51 Sesuatu yang terputus itu tidak akan kembali seperti اﻟﺴﺎﻗﻂ ﻻ ﻳﻌﻮد آﻤﺎ أن اﻟﻤﻌﺪوم ﻻ ﻳﻌﻮد
sesuatu yang hilang tidak kembali
52 Apabila sesuatu itu batal maka batallah apa yang ada إذا ﺑﻄﻞ اﻟﺸﻲء ﺑﻄﻞ ﻣﺎ ﻓﻰ ﺽﻤﻨﻪ
didalammnya
53 Apa bila batal suatu yang dasar /asal maka ia merubah إذا ﺑﻄﻞ اﻷﺻﻞ ﻳﺼﺎر اﻟﻰ اﻟﺒﺪل
menjadi perubahan,maka asal itu menjadi berubah
55 Sesuatu yang dilarang dengan cara yang baru, mungkin ﻳﻐﺘﻔﺮ ﻓﻰ اﻟﺒﻘﺎء ﻣﺎ ﻻ ﻳﻐﺘﻔﺮ ﻓﻰ اﻻﺑﺘﺪاء
diperbolehkan dengan cara melanjutkan.
56 Meneruskan sesuatu lebih mudah dari pada memulainya اﻟﺒﻘﺎء أﺱﻬﻞ ﻣﻦ اﻻﺑﺘﺪاء
57 Tidaklah sempurna ‘aqad tabarru’ (pemberian) kecuali ﻻ ﻳﺘﻢ اﻟﺘﺒﺮع إﻻ ﺑﻘﺒﺾ
diberikan/diserahkan, (sebelum diminta sudah diberi)
58 Tasharruf (tindakan –pemimpin-) terhadap rakyat harus اﻟﺘﺼﺮف ﻋﻠﻰ اﻟﺮﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮط ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ
dihubungkan dengan kemashlahatan -kepentingan
umum-.
59 Kewenangan khusus (pribadi) lebih kuat dari pada اﻟﻮﻻﻳﺔ اﻟﺨﺎﺻﺔ أﻗﻮى ﻣﻦ اﻟﻮﻻﻳﺔ اﻟﻌﺎﻣﺔ
kewenangan umum (publik)
60 Mengamalkan maksud suatu kalimat, lebih utama dari إﻋﻤﺎل اﻟﻜﻼم أوﻟﻰ ﻣﻦ إهﻤﺎﻟﻪ
pada mengabaikannya (menyia-nyiakannya)
61 Apabila maksud hakiki tidak dapat ditangkap, maka إذا ﺗﻌﺬرت اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻳﺼﺎر إﻟﻰ اﻟﻤﺠﺎز
pengertian majazi (metaforis) dapat dipakai
62 Apabila perkataan itu lemah dalam pelaksanaan maka إذا ﺗﻌﺬر إﻋﻤﺎل اﻟﻜﻼم ﻳﻬﻤﻞ
abaikan saja
63 Hubungan terhadap bagian-bagian yang takterpisahkan ذآﺮ ﺑﻌﺾ ﻣﺎﻻ ﻳﺘﺠﺰأ آﺬآﺮ آﻠﻪ
dinilai seperti hubungan terhadap keseluruhan
64 Sesuatu yang mutlaq berjalan dengan kemutlakannya اﻟﻤﻄﻠﻖ ﻳﺠﺮي ﻋﻠﻰ إﻃﻼﻗﻪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻘﻢ دﻟﻴﻞ
selama tidak ada nash atau dalil yang mengikatnya
اﻟﺘﻘﻴﻴﺪ ﻥﺼﺎ أو دﻻﻟﻪ
65 Sifat yang tampak tidak memiliki nilai kebenaran, اﻟﻮﺻﻒ ﻓﻰ اﻟﺤﺎﺽﺮ ﻟﻐﻮ وﻓﻰ اﻟﻐﺎﺋﺐ
maka sifat yang tidak tampak dapat dipakai
ﻣﻌﺘﺒﺮ
66 Pertanyaan itu diulangi di dalam jawaban اﻟﺴﺆال ﻣﻌﺎد ﻓﻰ اﻟﺠﻮاب
67 Perkataan tidak dapat dinisbatkan kepada orang yang ﻟﻜﻦ اﻟﺴﻜﻮت،ﻻ ﻳﻨﺴﺐ إﻟﻰ ﺱﺎآﺖ ﻗﻮل
diam, tetapi diam adalah sama dengan pernyataan,
ketika bicara diperlukan. (Artinya orang yang diam ﻓﻰ ﻣﻌﺮض اﻟﺤﺎﺝﺔ ﺑﻴﺎن
ketika berbicara itu menjadi keharusan, maka ia
dianggap membuat pernyataan (menyetujui/menolak).
68 Bukti atas sesuatu yang tidak jelas dikembalikan pada دﻟﻴﻞ اﻟﺸﻴﺊ ﻓﻰ اﻷﻣﻮر اﻟﺒﺎﻃﻨﺔ ﻳﻘﻮم ﻣﻘﺎﻣﻪ
kedudukannya
212 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214
72 Tidak dipegangi sesuatu (hukum) yang berdasarkan ﻻ ﻋﺒﺮة ﻟﻠﻈﻦ اﻟﺒﻴﻦ ﺥﻄﺆﻩ
pada Dhon -persangkaan yang kuat- yang jelas salah-
nya.
73 Tidak dijadikan hujjah sesuatu yang berdasarkan ﻻ ﺡﺠﺔ ﻣﻊ اﻻﺡﺘﻤﺎل اﻟﻨﺎﺵﺊ ﻋﻦ دﻟﻴﻞ
kemungkinan yang berlawanan dengan dalil
75 Keputusan dengan bukti yang otentik seperti kepastian اﻟﺜﺎﺑﺖ ﺑﺎﻟﺒﺮهﺎن آﺎﻟﺜﺎﺑﺖ ﺑﺎﻟﻌﻴﺎن
melihat dengan mata kepala sendiri
76 Bukti dituntut atas orang yang menggugat/menuduh, اﻟﺒﻴﻨﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺪﻋﻲ واﻟﻴﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ أﻥﻜﺮ
sedangkan sumpah atas yang menolak/ mengingkarinya
77 Bukti adalah untuk memastikan sesuatu yang berlawan- اﻟﺒﻴﻨﺔ ﻹﺛﺒﺎت ﺥﻼف اﻟﻈﺎهﺮ واﻟﻴﻤﻴﻦ
an secara lahiriyah, sedang sumpah untuk memastikan
sesuatu yang asal ﻹﺑﻘﺎء اﻷﺻﻞ
78 Bukti adalah kepastian mutlak (bagi fihak ketiga), اﻟﺒﻴﻨﺔ ﺡﺠﺔ ﻣﺘﻌﺪﻳﺔ واﻹﻗﺮار ﺡﺠﺔ ﻗﺎﺻﺮة
sedang ikrar (pengakuan) hanyalah bukti relatif bagi
yang menyatakannya.
82 Fihak yang dibebani oleh syarat wajib memenuhinya اﻟﻤﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﺸﺮط ﻳﺠﺐ ﺛﺒﻮﺗﻪ ﻋﻨﺪ ﺛﺒﻮت
ketika syarat disebutkan.
اﻟﺸﺮط
83 Lazimnya pemenuhan syarat itu sesuai kemampuan ﻳﻠﺰم ﻣﺮاﻋﺔ اﻟﺸﺮط ﺑﻘﺪر اﻹﻣﻜﺎن
yang memungkinkan
84 Janji yang diiringi persyaratan adalah lazim اﻟﻤﻮاﻋﻴﺪ ﺑﺎآﺘﺴﺎء ﺻﻮر اﻟﺘﻌﺎﻟﻴﻖ ﺗﻜﻮن
ﻻزﻣﺔ
85 Hak mendapat hasil itu sebagai ganti kerugian (yang اﻟﺨﺮاج ﺑﺎﻟﻀﻤﺎن
ditanggung)
86 Pendapatan/upah dengan jaminan itu tidak datang seca- اﻷﺝﺮ واﻟﻀﻤﺎن ﻻ ﻳﺠﺘﻤﻌﺎن
ra bersamaan
87 Risiko itu sejalan dengan keuntungan (yakni orang yang ) ﻳﻌﻨﻲ إن ﻣﻦ ﻳﻨﺎل ﻥﻔﻊ- اﻟﻐﺮم ﺑﺎﻟﻐﻨﻢ
memperoleh manfaat atas sesuatu, pada saat yang sama
ia harus mau berkorban). ( ﺵﻴﺊ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺽﺮرﻩ
88 Kenikmatan itu setaraf dengan pengorbanan dan اﻟﻨﻌﻤﺔ ﺑﻘﺪر اﻟﻨﻘﻤﺔ واﻟﻨﻘﻤﺔ ﺑﻘﺪر اﻟﻨﻌﻤﺔ
pengorbanan setaraf dengan kenikmatan
91 Hal yang dibolehkan syariat tidak dapat dijadikan اﻟﺠﻮاز اﻟﺸﺮﻋﻲ ﻳﻨﺎﻓﻲ اﻟﻀﻤﺎن
beban/tanggungan
92 Orang yang berbuat sesuatu, meskipun tanpa sengaja, اﻟﻤﺒﺎﺵﺮ ﺽﺎﻣﻦ وان ﻟﻢ ﻳﺘﻌﻤﺪ
tetap harus menanggung beban
93 Tidak dikenai beban orang yang terlibat dalam sebab اﻟﻤﺘﺴﺒﺐ ﻻ ﻳﻀﻤﻦ ءاﻻ ﺑﺎﻟﺘﻌﻤﺪ
suatu kejadian kecuali dengan sengaja ia hendak
melakukannya
94 Tidak ada beban yang terkait dengan kecelakaan ﺝﻨﺎﻳﺔ اﻟﻌﺠﻤﺎء ﺝﺒﺎر
disebabkan oleh binatang atas kemauanya sendiri.
95 Perintah menasarufkan (memanfaatkan) barang orang اﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﺘﺼﺮف ﻓﻰ ﻣﻠﻚ اﻟﻐﻴﺮ ﺑﺎﻃﻞ
lain (tanpa ijin pemiliknya) adalah batal
96 Tidak boleh bagi seorang pun merubah /mengganti ﻻ ﻳﺠﻮز ﻷﺡﺪ أن ﻳﺘﺼﺮف ﻓﻰ ﻣﻠﻚ اﻟﻐﻴﺮ
milik orang lain tampa izin pemiliknya.
ﺑﻼ إذﻥﻪ
97 Tidak boleh bagi seseorang mengambil milik orang lain ﻻ ﻳﺠﻮز ﻷﺡﺪ أن ﻳﺄﺥﺬ ﻣﺎل أﺡﺪ ﺑﻼ ﺱﺒﺐ
tanpa sebab syar’i
ﺵﺮﻋﻲ
98 Perubahan sebab kepemilikan barang adalah setara ﺗﺒﺪل ﺱﺒﺐ اﻟﻤﻠﻚ ﻗﺎﺋﻢ ﻣﻘﺎم ﺗﺒﺪل اﻟﺬات
dengan perubahan pada barang itu sendiri
99 Barang siapa yang mendahulukan sesuatu sebelum ﻣﻦ اﺱﺘﻌﺠﻞ اﻟﺸﻴﺊ ﻗﺒﻞ أواﻥﻪ ﻋﻮﻗﺐ
waktunya, maka ia dibebani atas larangan yang ada
didalamnya ﺑﺤﺮﻣﺎﻥﻪ
100 Barang siapa berusaha menyanggah perbuatannya ،ﻣﻦ ﺱﻌﻰ ﻓﻰ ﻥﻘﺾ ﻣﺎ ﺗﻢ ﻣﻦ ﺝﻬﺘﻪ
sendiri, maka usahanya itu tertolak
ﻓﺴﻌﻴﻪ ﻣﺮدود ﻋﻠﻴﻪ
214 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 198 - 214