Anda di halaman 1dari 10

KEASWAJAAN

Konsep Tawasul, Jimat dan Suwuk

KELOMPOK 10
SITI MUAWANAH (2286230016)
WIDIANA (2286230030)
MUHAMMAD ADI ANSYAH (2286230055)
Tawasul

Pengertian Tawassul

Tinjauan Etimologi
Dari kacamata bahasa, tawassul berawal dari fi’il madhiwassala, menurut arti etimologi
(bahasa-lughoh) mempunyai arti al-qurbah atau al-taqarrub ‫ب‬ ( ‫ )ا لتقر‬artinya mendekatkan diri
dengan suatu perataraan. (wasilah).Wasilah bermaksud “perantara”, dalam bahasa Arab
adalah isim dari kata kerja “wasala ilahi bikadza, yasilu, wasilatan fahuwa wasilun” artinya,
mendekatkan diri dan mengharapkan. Dan dari kata itu terbentuk kata “ma yutaqarrabu bihi
ila alghairi” artinya, sesuatu yang bisa mendekatkan diri pada hal yang lain. Maka dari kata
wasilah itulah masyarakat kita lebih mengenal dengan kata tawassul. Jadi tawassul adalah
mendekatkan diri dengan suatu perantaraan (wasilah)
atau menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat dan kedudukan yang
tinggi, untuk dijadikan sebagai perantaraan (wasilah) agar doa dapat dikabulkan.2Sedangkan
untuk orang yang melakukan tawassul disebut dengan mutawassil bentuk plural dari kata
wasil.Dari kata-kata itulah kemudian praktek tentang wasilah biasa pula dikenal dengan
istilah tawassul. Jadi, jika kata tawassul disebutkan, maka ia jelas memiliki hubungan yang
sangat erat dengan kata wasilah, karena ia merupakan bentuk isim masdar dari kata
tawassala.
Tinjauan Terminologi

Tawassul adalah mewujudkan perantaraan bagi


menyampaikan kepada sesuatu maksud dan tidak mungkin
seseorang sampai kepada maksud yang hendak ditujuinya
kecuali melalui perantara atau wasilah yang sesuai dengannya.
Dalam hal tawassul kepada Allah swt.bermaksud
menggunakan peraturan yang boleh mencapai keredhaan dan
pahala daripada Allah swt. Ia merupakan antara perkara yang
diusahakan untuk melakukannya oleh setiap orang yang
beriman kepada Allah swt. dengan menggunakan cara-cara
dan sebabsebab yang sesuai yang boleh menyampaikan kepada
Allah swt.
Sebagaimana  
firman Allah swt:  
 
ِ ‫واٱللَّھَ َو ۡٱبتَ ُغ ٓو ْاِإلَ ۡی ِھ ۡٱل َو‬
َ‫سیلَة‬ ْ ُ‫واٱتَّق‬ َ ‫ٰیََٓأیُّھَاٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ین َءا َمن‬
“ Wahai orang-orang yang beriman,bertakwalah
kepada Allah,dan carilah wasilah (perantara) untuk
mendekat kan diri kepada -Nya

Wasilah yang disebutkan di dalam ayat di atas


membawa maksud jalan yang boleh mendekatkan
diri kepada Allah swt.dengan melakukan perkara
yang dicintai dan diredhai-Nya, sama ada berbentuk
perkataan, perbuatan, amalan maupun niat.  
Dasar hukum tawasul

Tawasul adalah upaya seorang muslim dalam


mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tawasul
dilakukan dengan melaksanakan ketaatan, ibadah,
mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan
seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya.
Tawasul adalah upaya agar doa kita dapat diterima
oleh Allah SWT.
Jenis–jenis dan cara melakukan tawasul

Tawasul dengan Amal Saleh


Tawasul dengan Orang yang Kedudukannya Tinggi
di Sisi Allah SWT
Tawasul di Masa Hidup Nabi
Tawasul dengan Nabi Usai Beliau Wafat
Tawasul dengan Orang Saleh yang Masih Hidup
Tawasul dengan Orang Saleh yang Sudah Meninggal
Tawasul dengan Kemuliaan
Jimat

Pengertian Jimat Secara Umum

Jimat berasal dari bahasa Arab ‘Azimat yang berarti


“keagungan”. Jimat atau tawiz menurut lampu Islam
adalah perhiasan (mengandung kertas bertuliskan
sesuatu) yang dianggap melindungi dari kejahatan,
bahaya, atau penyakit. Sementara menurut Ki Sabrang
Alam, seorang pakar Mistik Nusantara, jimat versi
orang jawa merupakan kepanjangan dari barang siji
seng kudu keramat (suatu barang yang harus terjaga).
Macam-macam jimat

Macam-Macam Jimat Secara Umum


Jimat terbagi menjadi dua macam yaitu :

Pertama, yang tidak bersumber dari Al-Qur’an, sebab dari larangan menggunakan Al-Qur’an sebagai jimat yaitu sebagai
berikut :

1.Dalil yang melarang bersifat umum. Hadis-hadis yang membicarakannya tidak memberikat pengecualian.
2.Dibolehkannya jimat dari ayat Al-Qur’an akan berdampak pada pelecehan atau penghinaan Al-Qur’an, pemakainya
bisa membawanya ke tempat –tempat najis atau semacamnya.
3. Dibolehkannya jimat dari ayat Al-Qur’an akan berdampak pada pengecilan dan penurunan nilai Al-Qur’an dari
tujuan diturunkannya. Sedangkan Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk
manusia kepada sesuatu yang lebih lurus dan untuk mengeluarkan mereka dari berbagai macam kegelapan, bukan
untuk dijadikan sebagai jimat maupun kalung wanita dan anak-anak.
4.Jika dibolehkannya jimat dari ayat Al-Qur’an maka akan membuka jalan bagi gelang/ kalung jimat dan
semacamnya. Karena apabila pintu keburukannya dibuka, sulit untuk ditutup lagi. Kedua, yang bersumber dari Al-
Qur’an. Kaum salaf berbeda dalam dua pendapat; sebagian membolehkan, sebagian mengharamkannya. Karena dalil
yang mengharamkannya jimat menyatakan sebagai perbuatan syirik dan tidak membedakan apakah jimat berasal
dari Al-Qur’an atau bukan, dengan membolehkan jimat dari jenis kedua ini, sebenarnya kita telah membuka peluang
penyebaran jimat jenis pertama nyang jelasjelas haram. Maka sarana yang dapat menghantarkan kepada perbuatan
haram yang juga mempunyai hukum haram yang sama dengan perbuatan haram sendiri. Itu juga menyebabkan
ketergantungan hati kepadanya, sehingga pelakunya akan ditinggalkan oleh Allah SWT dan diserahkan pada jimat
tersebut untuk menyelasaikan masalah.
Dalil tentang Jimat

Suatu hari, serombongan orang datang menemui Rasulullah


saw. Kemudian Rasulullah membaiat 9 orang dan tersisa 1
orang. Mereka berkata : “Ya Rasulallah, Anda membaiat 9 orang
di antara kami dan tidak pada orang ini”. Rasulullah bersabda :
“Padanya terdapat “tamimah (jimat)”. Lalu Rasulullah
memasukkan tangan beliau dan memotong jimat itu, baru
kemudian beliau membaiatnya. Beliau bersabda : “Barang siapa
yang mengalungkan tamīmah, maka ia menyekutukan (syirik)
Allah”. (Musnad Ahmad bin Hambal 4/156)
ٌ ْ‫“ِإ َّن الرُّ قَى َوالتَّ َماِئ َم َوالتِّ َولَةَ ِشر‬Sesungguhnya Ruqyah (suwuk),Tamīmah
‫ك‬
(jimat) dan Tiwālah (pengasihan) adalah syirik”. (Sunan Abi
Dawud 4/10).
Suwuk

Suwuk atau mantra dalam dunia islam adalah bacaan yang dibacakan pada sesuatu bisa
air atau benda lainnya, yang diyakini bisa menjadi wasilah terkabulnya permohonan
atau doa kepada Allah. Suwuk atau mantra dalam islam biasa dari bacaan Al-Qur’an
maupun hadist, bisa berupa dzikir, ayat ayat khusus Al-Qur’an, doa doa. Bahkan yang
masyhur dikalangan umat adalah seperti hizib, asma dan lai lain.
Banyak sejarah dan kisah yang menceritakan tentang hikmah dari suwuk, lebih khas lagi
di tanah Jawa, sering sekali kita melihat ulama ulama di tanah jawa, kyai kyai,
dimintai doa yang kemudian ditiupkan ke air lalu diminum peminta. Hal tersebut
sudah turun temurun mulai ulama ulama terdahulu hingga saat ini, dan masih
menjadi salah satu cara untuk mencari berkah doa.
perkara suwuk atau mantra nilainya tetap sebuah doa namun diwasilahkan berkahnya
lewat air atau benda lain, bisa juga langsung ditujukan sesuai permohonan kita.
Namun kita harus tau batas batas suwuk atau mantra yang boleh dilakukan, yaitu tidak
berbau kemusyrikan seperti halnya memohon kepada selain Allah, meyakini yang
memberi atau mengabulkan dari bendanya (bukan dari Allah), dan dengan tujuan yang
jelek.  

Anda mungkin juga menyukai