Anda di halaman 1dari 22

MODUL

PELATIHAN PENGURUSAN JENAZAH

MUSTAMIN MUSARUDDIN MAHMUD


MAKASSAR

2022
I. Pendahuluan
1. Kesempurnaan dan kemuliaan ajaran Islam yang meliputi
seluruh aspek kehidupan.
2. Petunjuk Rasululllah yang berkaitan dengan jenazah dan
hikmahnya.
3. Yang menyebabkan sebagian manusia meninggalkan ajaran
Rasulullah tentang jenazah dan bahayanya.
4. Kewajiban bersyukur atas nikmat hidayah kepada Islam
dan sunnah.

2
II. Pengurusan Jenazah

1. Hukum mengurus jenazah.


2. Langkah-langkah yang pertama kali dilakukan.
3. Syarat-syarat orang yang mengurus (memandikan dan
mengafani) jenazah.
4. Mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan dalam mengafani
dan memandikan.
5. Menyiapkan kafan, tempat serta peralatan mandi.
6. Memandikan jenazah (sebanyak 3x).
7. Mengafani jenazah.
8. Mengusung dan mengikuti jenazah.
9. Menyalati.
10. Menguburkan.

3
1. Hukum Mengurus Jenazah.
Mengurus jenazah dengan memandikan, mengafani, menyalati dan
menguburkannnya, hukumnya fardhu kifayah.

* Dalil-dalil wajib memandikan, perintah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa


sallam dalam beberapa hadits, antara lain:

- Sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang seorang yang


sedang berihram yang meninggal karena terjatuh dari untanya,
“Mandikan dia dengan air dan bidara.”

- Sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk putrinya, Zainab


radhiyallahu ‘anha, “Mandikanlah dia tiga kali, lima kali, tujuh kali
atau lebih dari itu kalau kalian memandangnya (perlu).” * Dalil-dali
wajibnya mengafani.

Perintah Nabi untuk mengafani jenazah seorang muhrim (yang


sedang berihram) yang terjatuh dari untanya, “Kafanilah dia.”
Muttafaqun ‘Ilaihi.

* Dalil wajibnya menyalatkan jenazah.

Perintah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadits. Di


antaranya hadits Zaid bin Khalid Al-Juhany, bahwasanya ada
seorang laki-laki dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang meninggal pada hari (perang) Khaibar. Hal itu
disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
beliau bersabda, “Kalian shalatilah teman kalian ...”

(HR. Malik dalam Al-Muwaththa`, Abu Daud, An-Nasa`i, Ibnu


Majah, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan Ahmad)

4
Adapun menguburkan jenazah wajib hukumnya, bahkan meskipun
mayat orang kafir, karena dengan menguburkannya di dalam
kuburan akan menjaganya dari binatang buas dan termasuk
penjagaan terhadap kehormatan seorang muslim meskipun dia telah
meninggal.

Adapun membawa/menyusun/serta mengikuti jenazah dari tempat


dikafani ke tempat dishalati dan dari tempat dishalati ke pekuburan,
maka hukum wajibnya adalah karena dia adalah amalan yang harus
dikerjakan sehingga jenazah dapat sampai di tempat shalat, dan
dapat sampai di pekuburan.

‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬

“Suatu pekerjaan yang tidak akan terpenuhi suatu kewajiban kecuali


dengannya maka pekerjaan tersebut (juga) wajib (hukumnya).”

Disyariatkan untuk menyegerakan pengurusan jenazah berdasarkan


hadits Abu Hurairah. (HR. Bukhary, Muslim, dan Ashhabus Sunnah
Arba’ah).

َ َ ‫ن َيكُِ س َِوى ذَلِكَِ فَشَرِ ت‬


ُ‫ض ُعونَ ِه‬ ِْ ‫صا ِل َحةِ فَ َخي ِْر تُقَ ِد ُمونَ َهِا َو ِإ‬ ِْ ِ‫أَس ِْرعُوا ِبا ْل ِجنَازَ ِِة فَإ‬
ُِ ‫ن ت‬
َ ‫َك‬
‫ن ِرقَا ِب ُك ِْم‬
ِْ ‫ع‬
َ

“Segerakanlah (pengurusan) jenazah, sebab kalau dia adalah (orang)


shalih maka kebaikanlah yang akan kalian segera sodorkan
kepadanya. Adapun kalau dia bukan seperti itu (shalih), maka kalian
bersegera meletakkan kejelekan dari (beban) pundak-pundak
kalian.”

5
Tidak ada perbedaan antara istilah mayyit dan jenazah. Karena kedua
kata tersebut sinonim. Sebagaimana dalam kitab-kitab bahasa
(mu’jam dan kamus).

6
2. Langkah-Langkah yang Pertama Kali Dilakukan Terhadap
Jenazah.

1. Identifikasi jenazah dari:


a. Jenis kelamin untuk menentukan siapa yang memandikan
dan untuk persiapan kafan.
b. Mengukur tinggi jenazah, untuk menyiapkan kafan dan
menggali kuburan.
c. Memeriksa kondisi jenazah kalau ada luka yang harus
ditutup atau luka bakar, dan lain-lain.
2. Menyiapkan perlengkapan peralatan dan bahan-
bahan memandikan jenazah.
3. Menyiapkan perlengkapan dan bahan mengafani.
4. Menghubungi kendaraan pengantar jenazah (ambulance/mobil
jenazah) kalau pekuburan jauh.
5. Menentukan tempat memandikan dan menyiapkannya, untuk
mengetahui persiapan hijab/tabir yang diperlukan.

7
3. Syarat-Syarat Orang yang Mengurus Jenazah (Memandikan
dan Mengafani)

Orang yang mengurus jenazah haruslah:

1. Muslim yang bertaqwa, amanah, dan mengetahui sunnah


memandikan. Diutamakan dari kerabat mayyit sendiri.
2. Ikhlas, mengharapkan wajah Allah Ta’âlâ semata. Bukan
menginginkan dunia dan perhiasannya.
3. Menjaga rahasia mayyit dan tidak menceritakan kepada
siapapun apa yang mungkin terlihat olehnya ketika
mengurusnya.
4. Laki-laki bagi mayyit laki-laki, perempuan bagi mayyit
perempuan. Kecuali antara pasangan suami istri.
5. Tidak menyentuh langsung aurat mayyit
melainkan menggunakan pengalas dari perca kain atau sarung
tangan.

8
4. Peralatan dan Bahan yang Harus Disiapkan

A. Peralatan dan Bahan Mandi:

1. Alat/Tempat Memandikan (berbentuk tempat tidur yang


didesain khusus).
2. 2 buah ember/baskom (minimal 1 buah).
3. Gayung.
4. Air bersih.
5. Kapur barus (3 bungkus kecil).
6. Daun bidara yang sudah diblender/ditumbuk halus dan
disaring.
7. Kapas secukupnya (untuk menutupi lubang hidung mayyit
Ketika dimandikan)
8. Kain/sarung untuk menutup aurat.
9. Handuk.
10. Hijab/tirai/tabir.
11. 5 pasang sarung tangan.
12. 5 buah masker.
13. Sabun dan shampoo (shampoo sebagai pengganti daun
bidara)
14. 1 buah kain panjang.
15. Gunting kain.
16. Gunting kuku (bila perlu)
17. Misik/parfum.
9
Memandikan jenazah harus dilakukan di bawah atap, tidak di tempat
terbuka.

B. Peralatan dan Bahan Mengafani.

1. Kain kafan dengan ukuran:


a. Mayyit laki-laki: 3 x (Tinggi badan + 90 cm) + 50 cm atau ±
8,5 meter.
b. Mayyit perempuan: 450 cm + 2 (Tinggi badan + 90 cm) +
50 cm atau ± 10 meter.
2. Tikar atau plastik panjang 2,5 meter.
3. 1 gulung kecil tali rafia.
4. Gunting.
5. Bukhur/gaharu dan tempat membakarnya kalau ada.
6. Parfum cair atau padat.
7. 0,25 Kg kapas.

10
5. Menyiapkan Kafan, Tempat serta Peralatan Mandi

A. Menyiapkan kafan

1. Memotong kafan berdasarkan ukuran panjang/tinggi badan


mayyit. Dengan rincian sebagai berikut:

a. Untuk laki-laki: 3 lembar kain yang sama panjangnya dengan


ukuran masing-masing. Tinggi mayyit ditambah 90 cm.

b. Untuk perempuan: 2 lembar kain yang sama panjangnya


dengan ukuran tinggi mayyit ditambah 90 cm dan 3 lembar
(potong) kain yang terdiri dari: kerudung sampai menutup
dada, baju kurung sampai ke lutut dan sarung. 3 lembar ini
adalah lapisan paling atas (yang bersentuhan dengan kulit
mayyit).
2. Memotong tali pengikat dari kain kafan sebanyak 5 atau 7 utas.
Untuk anak-anak cukup 3 utas.
3. Mengasapi lembar demi lembar kain-kain yang telah dipotong
tersebut dengan asap kayu gaharu atau yang sejenisnya jika hal
ini memungkinkan, dengan masing-masing lembaran kain tiga
kali.
4. Menyusun kafan sebagai berikut:
a. Paling bawah: 3 utas tali rapiah.
b. Tikar atau plastik.
- Penggunaan tali rafia dan plastik tergantung situasi dan
kondisi serta ketersediaan bahan. Boleh menggunakan
bahan lain yang sejenis kain tebal sebagai pengganti
plastik. Tali rafia hanya digunakan ketika menggunakan
plastik.

c. 5 utas pengikat kafan.

11
d. 3 lapis kain kafan yang terdiri dari:
1) Laki-laki: 3 lembar kain yang sama ukurannya.
2) Perempuan:

- 2 lembar paling bawah adalah kain kafan panjang


sebagai selimut yang berukuran sama, yaitu tinggi
badan mayyit ditambah ± 90cm.

- 3 lembar/potong kain yang terdiri dari kerudung, baju


kurung dan sarung yang menutup lapisan paling atas.
Cara membuat baju kurung dengan lubang pada
bagian leher dicontohkan pada praktek (dipraktekan)

- Kapas di atas lembar yang paling atas pada bagian


kepala dan dudukan.

- Menaburkan parfum cair atau menggosokkan parfum


padat pada setiap lembar. (jika sudah diasapi oleh
gaharu maka sudah mencukupi)

5. Melipatnya untuk mengamankan supaya terjaga kebersihannya


(tidak terinjak).

B. Menyiapkan Tempat, Peralatan, dan Bahan Mandi.

1. Memastikan tempat memandikan jenazah di bawah atap.

2. Memasang tirai/hijab/tabir.

3. Mengatur posisi alat tempat memandikan dengan


mempertimbangkan posisi orang yang memandikan/menggosok,
arah sumber air dan arah saluran pembuangan disertai dengan
mengupayakan lancarnya saluran keluar air mandi dari tempat
12
mandi dengan cara merendahkan bagian/sisi tempat lubang
pembuangan sedikit lebih rendah dari sisi lainnya.

4. Menyiapkan 1 ember air daun bidara, yang cara menyiapkannya:

- Memblender daun bidara dengan mencampur air secukupnya


atau menumbuk daun bidara sampai halus lalu dicampurkan
air. Setelah itu campuran daun bidara dengan air bersih tadi
disaring supaya tidak ada ampasnya.

5. Memasukkan 2 bungkus kecil kapur barus yang telah ditumbuk


halus ke dalam 1 ember berisi air.

6. Menyiapakan 1 ember atau lebih air biasa untuk digunakan pada


pembersihan umum.

7. Menyiapkan sarung tangan, masker, sarung mandi, kain panjang,


dan handuk serta peralatan lain yang sekiranya diperlukan seperti
gunting kain dan gunting kuku.

13
6. Memandikan Jenazah (Petugasnya sudah memakai sarung
tangan dan masker)

A. Pembersihan Umum.

Sebelum memandikan, maka dilakukan permbersihan umum


terhadap jenazah:

1. Memotong kuku kalau panjang.

2. Merapikan kumis, kalau terlalu lebat dan melewati bibir atas.

3. Melepaskan pakaian yang masih melekat di bawah penutup aurat.

4. Mengeluarkan dan membersihkan kotoran yang siap keluar pada


dubur mayyit dengan cara menaikkan kepala mayyit mendekati
perutnya sampai kemiringan ±45 derajat, sambil menekan-nekan
perutnya. Dan menyiram sekaligus membersihkan duburnya
dengan air dan sabun sampai tidak ada lagi yang terasa berwarna
atau berlendir yang keluar dari dubur. Hal ini tidak dilakukan pada
wanita yang meninggal dalam keadaan hamil.

5. Luka terbuka yang harus ditutupi dengan cara dijahit, maka dijahit
terlebih dahulu.

Luka yang terbuka dan masih mengeluarkan darah atau luka karena
penyakit yang memungkinkan untuk dicuci, lalu dibalut lagi, dapat
dicuci pada tahapan ini. Setelah itu dibalut kembali dengan pembalut
yang baru hingga darahnya tidak keluar lagi. B. Memandikannya 3
Kali.

14
Setelah tahapan pembersihan umum selesai, maka memandikan
jenazah dapat dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca basmalah.

2. Memulai dengan anggota wudhu atau mewudhukan mayyit,


sebagaimana kita berwudhu, hanya untuk berkumur-kumur dan
istinsyaq dan istinsyar digantikan dengan membersihkan rongga
hidung bagian luar dengan perca kain/sarung tangan yang sudah
dibasahi dan menggosokkan rongga mulut dengan perca kain
atau kapas yang sudah dibasahi.

3. Menyiram mayyit dengan air daun bidara sambil menggosok


anggota badan sebelah kanan (dari bagian kepala sampai telapak
kaki bagian depan dan belakang) sambil agak memiringkan
mayyit ke arah kiri.

4. Melakukan hal yang sama (menyiram sambil menggosok anggota


badan sebelah kiri dari atas kepala sampai ke telapak kaki kiri,
depan dan belakang). Kalau hal ini sudah selesai maka sudah
dihitung 1 kali mandi.

5. Mandi yang kedua adalah melakukan hal yang sama seperti pada
mandi pertama yaitu menyiram sambil menggosok seluruh
anggota badan dari atas kepala sampai ke ujung kaki/telapak kaki
yang dimulai dari bagian badan sebelah kanan lalu sebelah kiri,
jika tidak ada daun bidara, maka mandi yang pertama dan kedua
menggunakan sabun dan shampo. Jadi sabun dan shampo hanya
sebagai pengganti daun bidara.

6. Mandi yang ketiga dan terakhir adalah melakukan hal yang sama
yaitu menyiram sambil menggosok seluruh anggota badan dari
atas kepala sampai telapak kaki. Dimulai dari bagian badan

15
sebelah kanan lalu sebelah kiri, dengan air yang telah
dicampurkan dengan kapur barus. Kalau hal ini sudah tuntas
maka selesailah sudah mandi yang ketiga.

7. Mengeringkan badan mayyit dengan handuk.

8. Mengganti sarung mandi/penutup aurat mayyit dengan kain


sarung yang kering.

9. Memakaikan parfum pada mayyit sesuai jenis kelamin. Parfum


untuk mayyit laki-laki lebih tajam, parfum untuk mayyit
perempuan agak lembut.

10. Menutup mayyit dengan kain sarung panjang.

11. Memindahkan ke tempat mengafani.

16
7. Mengafani Jenazah

1. Meletakkan mayyit di atas kafan yang telah disusun 3 lapis di atas


tikar/plastik. Dengan menjaga agar orang-orang yang
mengangkat tidak menginjak dan mengotori kafan. Paling aman
kalau pengafanan dilakukan di atas dipan/tempat tidur/tandu
dorong.

2. Membuka kain panjang dan menyisakan sarung menutup aurat.


Yang telah dilonggarkan pada bagian belakangnya (bagian yang
tertindih oleh mayyit)

3. Jenazah laki-laki: Memiringkan badannya sedikit ke kiri (kalau


kain kafannya sangat lebar) lalu mengambil bagian sisi kafan
sebelah kiri untuk dibungkuskan melalui bagian atas dan sisi
kanan mayyit sampai ke belakangnya. Membalasnya dengan
memiringkan ke jenazah ke arah kanan dan mengambil sisi kafan
sebelah kanan untuk diselimutkan ke arah kirinya.

Untuk jenazah perempuan: memasangkan kain sarung baju kurung


dan kerudungnya.

4. Menarik kain/sarung penutup aurat dari arah telapak kaki mayyit.

5. Menyelimutkan kafan lapir kedua dengan cara yang sama yang


dilakukan pada lapis pertama untuk mayyit laki-laki.

6. Menyelimutkan kafan lapis ketiga dengan cara yang sama seperti


di atas.

7. Mengikatkan pengikat kafan pada sisi sebelah kiri mayyit dengan


ikatan simpul hidup (ikatan tali sepatu).

17
8. Ketika mayyit siap diangkat ke mobil, maka plastik/tikar
dibungkuskan pada jenazah dan diikat dengan tali penyikat (tali
rapia).

9. Jenazah siap diangkat ke tandu.

18
8. Mengusung dan Mengikuti Jenazah

Disunnahkan untuk mengusung jenazah dengan menggunakan


keranda/tandu yang dipikul/diusung pada empat sisi: depan kanan
dan kiri serta belakang kanan dan kiri, dengan berjalan cepat tetapi
tidak sampai berlari kecil.

19
9. Menyalati Jenazah

Shalat jenazah terdiri dari 4 kali takbir termasuk takbiratul ihram.

- Setelah takbir pertama, membaca surah Al-Fatihah.

- Setelah takbir kedua membaca shalawat dan taslim kepada Nabi.


Shalawat terbaik adalah shalawat ibrahimiyyah.

- Setelah takbir ketiga membaca doa untuk mayyit.

- Setelah takbir keempat boleh langsung salam, boleh pula membaca


doa.

- Boleh salam satu kali (ke kanan saja) dan boleh dua kali (ke kanan
dan ke kiri).

- Salam dilafazhkan dengan lembut (sirr) tidak keras.

- Mengangkat kedua tangan pada setiap kali takbir sebagaimana


dilakukan oleh Ibnu Umar.

- Tidak ada doa lagi setelah salam.

20
10. Menguburkan

-Menurunkan mayyit dari arah kaki atau dari arah kiblat. - Ketika

menurunkan ke liang lahad membaca, ‫بسم اﷲ وعىل سنة رسول‬

‫اﷲ‬
“Dengan nama Allah dan di atas sunnah Rasulullah.”

- Menghadapkan mayyit ke arah kiblat dengan posisi miring ke


kanan.

- Mengganjalkan gumpalan tanah agar mayyit tidak terjengkang ke


belakang.

- Membuka tali pengikat kafan.

- Menutupkan labinah/bata atau papan penutup liang lahad.

- Menguruk liang kubur.

- Mengawali dengan masing-masing orang mengambil minimal 3


genggam tanah untuk diturunkan.

- Selanjutnya dengan menggunakan alat untuk mempercepat


pengurukan.

- Disunnahkan memberikan taushiyyah ketika kuburan sedang


diuruk, bukan setelah selesai diuruk.

- Disunnahkan untuk mengingatkan hadirin agar memohonkan


maghfirah dan tsabat/kekokohan bagi mayyit.

21
Demikian tuntunan pengurusan jenazah secara ringkas mulai dari
memandikan hingga penguburannya dengan menitik beratkan pada
tahapan memandikan dan mengafani.

Semoga bermanfaat.

22

Anda mungkin juga menyukai