Anda di halaman 1dari 2

Fungsi Metodologi Dalam Pengembangan Ilmu

Dakwah
Januari 01, 2018
Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang
untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak
Islam. Sedangkan Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan
untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyutujui atau
melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau persetujuan tertentu.

Untuk mengembangkan suatu ilmu agar bisa diterima dan difahami oleh pendengar
(mad’u) diperlukanlah suatu metodologi.

Metodologi merupakan seperangkat sistem metode, prinsip dan aturan untuk


memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam
menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.

Oleh karena itu, metodologi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengembangan suatu ilmu, termasuk dalam ilmu dakwah.

Fungsi metodologi dalam pengembangan ilmu dakwah diantaranya sebagai berikut

1.    Sarana untuk mempertimbangkan metode dakwah apa yang akan digunakan pada
saat menghadapi karakter mad’u.

Dalam proses penyampaian dakwah tentunya tidak semua mad’u bisa memahami pesan
dakwah dengan baik. Dikarenakan mad’u mempunyai karakter yang berbeda, baik itu
laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia. Semua mempunyai
perbedaan karakter dalam memahami pesan dakwah. Apalagi jika dilihat dari sisi
keilmuan, ada orang biasa, orang berilmu, dan bahkan orang yang ahli. Oleh karena itu,
dalam hal ini metode yang digunakan bisa dengan cara Hikmah yakni dengan
kebijaksanaan, Mau’izhoh Hasanah yakni dengan pelajaran yang baik, atau dengan
Mujadallah yakni dengan diskusi atau dialog dengan cara yang baik pula.

2.    Tidak semua dakwah dilakukan dengan ceramah.


Untuk menyampaikan sebuah pesan dakwah, tidak semuanya dilakukan dengan
ceramah atau hal serupa. Karena dalam kehidupan sehari-hari seorang da’I harus bisa
menjadi tauladan yang baik bagi mad’u, agar bisa dicontoh dilingkungannya.  Hal ini
tidak mungkin dilakukan dengan dakwah ceramah, namun dilakukan dengan cara
dakwah bi al haal yakni berupa tindakan yang mengarah pada pengembangan
masyarakat Islam. Adapun metode yang digunakan bisa dengan cara Dakwah Kultural
yakni dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat
setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat
setempat tanpa keluar dari syari’at Islam. Atau dengan cara Dakwah Struktural yakni
gerakan dakwah yang berada dalam jalur kekuasaan yang bergerak mendakwahkan
ajaran Islam dengan memanfaatkan struktur politik, agar nilai-nilai agama dapat
dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3.    Memahami cara penyampaian dakwah berdasarkan tuntutan zaman.

Seiring dengan berjalannya waktu, kehidupan manusia terus berkembang dan zaman
pun sudah dikuasai oleh dunia teknologi dan media massa. Oleh karena itu dalam
kegiatan dakwah pun mengalami perkembangan yang serupa. Karena pada zaman
sekarang ini manusia lebih cendrung dekat dengan media. Hal ini yang perlu dijadikan
siasat agar dakwah bisa diterima dizaman sekarang ini. Metode yang bisa dilakukan
yakni dengan cyber dakwah yang berarti menyampaikan pesan dakwah  melalui
penguasaan teknologi informasi. Melalui teknologi informasi, dakwah Islam diharapkan
mampu menjangkau pelosok bumi dengan cepat dan dapat diakses dengan mudah.
Kegiatan ini bisa dilakukan baik dengan berupa tulisan keagamaan ataupun hal lain yang
menyangkut tentang keIslaman. Oleh karena itu, dizaman sekarang banyak para ustadz,
mubaligh ataupun da’I yang sering muncul di media massa dengan kutipan-kutipan
pesan dakwahnya. Hal ini mungkin bertujuan agar pesan dakwah mudah diterima oleh
masyarakat luas.

Semua ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya metodologi dalam penyampaian


pesan dakwah agar Ilmu dakwah bisa berkembang sesuai dengan masalah yang
dihadapi oleh para da’I atau muballigh dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

Anda mungkin juga menyukai