Anda di halaman 1dari 8

SISTEMATIKA KUHP

OLEH:
1. Nyoman Mutiara Putri Rida Setyawati (14/ 2115654029)

2. Ni Made Devi Purwaningsih (27/ 2115654075)

3. Ni Komang Ayu Sari Nadi Gayatri (31/ 2115654085)

4. Putu Resvititah Benny Simayanti (32/ 2115654094)

KELAS 1C
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI PERPAJAKAN
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
JIMBARAN
2021/2022
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP)
KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia. KUHP yang sekarang
diberlakukan adalah KUHP yang bersumber dari hukum kolonial Belanda, yakni Wetboek van
Strafrecht voor Nederlands-Indië. Pengesahannya dilakukan melalui Staatsblad Tahun 1915
nomor 732 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1918. Setelah kemerdekaan, KUHP tetap
diberlakukan disertai penyelarasan kondisi berupa pencabutan pasal-pasal yang tidak lagi
relevan. Hal ini berdasarkan pada Ketentuan Peralihan Pasal II UUD 1945 yang menyatakan
bahwa: "Segala badan negara dan peraturan yang masih ada langsung diberlakukan selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini." Ketentuan tersebutlah yang
kemudian menjadi dasar hukum pemberlakuan semua peraturan perundang-undangan pada
masa kolonial pada masa kemerdekaan.

Untuk menegaskan kembali pemberlakuan hukum pidana pada masa kolonial tersebut, pada
tanggal 26 Februari 1946, pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Undang-undang inilah yang kemudian dijadikan dasar
hukum perubahan Wetboek van Strafrecht voor Netherlands Indie menjadi Wetboek van
Strafrecht (WvS), yang kemudian dikenal dengan nama Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Meskipun demikian, dalam Pasal XVII UU Nomor 1 Tahun 1946 juga terdapat ketentuan yang
menyatakan bahwa: “Undang-undang ini mulai berlaku buat pulau Jawa dan Madura pada hari
diumumkannya dan buat daerah lain pada hari yang akan ditetapkan oleh Presiden.” Dengan
demikian, pemberlakuan Wetboek van Strafrecht voor Netherlands Indie menjadi Wetboek van
Strafrecht hanya terbatas pada wilayah jawa dan Madura. Pemberlakuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana di seluruh wilayah Republik Indonesia baru dilakukan pada tanggal 20
September 1958, dengan diundangkannya UU No. 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan
Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang  Peraturan
Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1958
yang berbunyi: “Undang-Undang No. 1 tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan
Hukum Pidana dinyatakan berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia.” Jadi, per tanggal
1 Januari 2013, KUHP tersebut sudah berlaku selama 95 (sembilan puluh lima) tahun.
 SISTEMATIKA KUHP

Sistematika KUHP terdiri dari 3 buku dan 569 pasal. Perinciannya terdiri dari:

 BUKU I
Memuat tentang Aturan Umum yang terdiri dari 9 bab 103 pasal (pasal 1-10)
 BUKU II
Memuat tentang kejahatan yang terdiri dari 31 bab 385 pasal (pasal 104-488)
 BUKU III
Memuat tentang pelanggaran yang terdiri dari 9 bab 81 pasal (pasal 489-569)

Aturan Umum yang disebut dalam Buku pertama Bab I sampai Bab VII berlaku bagi
Buku kedua (Kejahatan), Buku ketiga (Pelanggaran) dan aturan hukum pidana diluar
KUHP tersebut menentukan lain (lihat pasal 103 KUHP)
KUHP
Buku Kesatu Aturan Umum
Bab Isi/Materi

I Batas-batas Berlakunya Aturan Pidana dalam Perundang-undangan


(Pasal 1-9)
II Pidana (Pasal 10-43)

III Hal-hal yang Menghapuskan, Mengurangi atau Memberatkan Pidana


(Pasal 44-52a)
IV Percobaan (Pasal 53-54)

V Penyertaan dalam Tindak Pidana (Pasal 55-62)


VI Perbarengan Tindak Pidana (Pasal 63-71)
VII Mengajukan dan Menarik Kembali Pengaduan dalam Hal Kejahatan-
kejahatan yang Hanya Dituntut atas Pengaduan (Pasal 72-75)

VIII Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana dan Menjalankan Pidana


(Pasal 76-85)
IX Arti Beberapa Istilah yang Dipakai dalam Kitab Undang-undang (Pasal
86-101)
Aturan Penutup (Pasal 103)
Buku Kedua Kejahatan
I Kejahatan terhadap Keamanan Negara (Pasal 104-129)

II Kejahatan-kejahatan terhadap Martabat Presiden dan Wakil Presiden


(Pasal 130-139)
III Kejahatan-kejahatan terhadap Negara Sahabat dan terhadap Kepala
Negara Sahabat serta Wakilnya (Pasal 139a- 145)

IV Kejahatan terhadap Melakukan Kewajiban dan Hak Kenegaraan


(Pasal 146-153)
V Kejahatan terhadap Ketertiban Umum (Pasal 154-181)
VI Perkelahian Tanding (Pasal 182-186)

VII Kejahatan yang Membahayakan Keamanan Umum bagi Orang atau


Barang (Pasal 187-206)
VIII Kejahatan terhadap Penguasa Umum (Pasal 207-241)

IX Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu (Pasal 242)


X Pemalsuan Mata Uang dan Uang Kertas (Pasal 244-252)
XI Pemalsuan Materai dan Merk (Pasal 253-262)
XII Pemalsuan Surat (Pasal 263-276)
XIII Kejahatan terhadap Asal-usul dan Perkawinan (Pasal 277-280)
XIV Kejahatan terhadap Kesusilaan (Pasal 281-303 bis)
XV Meninggalkan Orang yang Perlu Ditolong (Pasal 304-309)
XVI Penghinaan (Pasal 310-321)
XVII Membuka Rahasia (Pasal 322-323)
XVIII Kejahatan terhadap Kemerdekaan Orang (Pasal 324-337)
XIX Kejahatan terhadap Nyawa (Pasal 338-350)
XX Penganiayaan (Pasal 351-358)
XXI Menyebabkan Mati atau Luka-luka Karena Kealpaan (Pasal 359-361)
XXII Pencurian (Pasal 362-367)
XXIII Pemerasan dan Pengancaman (Pasal 368-371)
XXIV Penggelapan (Pasal 372-377)
XXV Perbuatan Curang (Pasal 378-395)
XXVI Perbuatan Merugikan Pemihutang atau Orang yang Mempunyai Hak
(Pasal 396-405)
XXVII Menghancurkan atau Merusakkan Barang (Pasal 406-412)
XXVIII Kejahatan Jabatan (Pasal 413-437)
XXIX Kejahatan Pelayaran (Pasal 438-479)
XXIXA Kejahatan Penerbangan dan Kejahatan Terhadap Sarana/Prasarana
Penerbangan (Pasal 479a-479r)
XXX Penadahan Penerbitan dan Percetakan (Pasal 480-485)
XXXI Aturan tentang Pengulangan Kejahatan yang Bersangkutan dengan
Berbagai-bagai Bab (Pasal 486-488)
Buku Ketiga Pelanggaran
I Tentang Pelanggaran Keamanan Umum bagi Orang atau Barang dan
Kesehatan (Pasal 489-502)
II Pelanggaran Ketertiban Umum (Pasal 503-520)
III Pelanggaran terhadap Penguasa Umum (Pasal 521-528)
IV Pelanggaran Mengenai Asal-usul dan Perkawinan (Pasal 529-530)
V Pelanggaran terhadap Orang yang Memerlukan Pertolongan (Pasal 531)
VI Pelanggaran Kesusilaan (Pasal 532- 547)
VII Pelanggaran mengenai Tanah, Tanaman, dan Pekarangan (Pasal
548-551)
VIII Pelanggaran Jabatan (Pasal 552-559)
IX Pelanggaran Pelayaran (Pasal 560- 569)

Anda mungkin juga menyukai