Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“KOMUNIKASI DAN INFORMASI KESEHATAN”

Kelompok 3 :
1. Anggita Sekarningrum 10. Muhammad Haikal
2. Avi ApsariPuspita Dewi 11. Muhammad Zidni
3. Bryan Tegar Laksamana 12. Oktya Vingried Jelio
4. Frais Nanda 13. Roihan Ghifari
5. Habibulloh Hekmatyar 14. Unita Tanowati
6. Holip Kurniawan 15. Yupensius
7. Ikram Taufik Moh Saleh 16. Zainal Abidin
8. M. Abrar Fairuzzaky 17. Muhammad Rizky Salahudin
9. Muhammad Ichsan Aldion

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEMARANG


DIII TEKNIK ELEKTROMEDIK
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/ 2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................................I
Daftar Isi..........................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II ISI........................................................................................................................................3
A. Prinsip Dasar Komunikasi..........................................................................................................3
B. Persepsi, Faktor, Variabel dan Hambatan dalam Komunikasi....................................................7
C. Bentuk Komunikasi Kesehatan.................................................................................................12
D. Tingkatan Komunikasi..............................................................................................................13
E. Penerapan Komunikasi Interpersonal........................................................................................15
F. Komunikasi Saat Konseling......................................................................................................17
G. Pemberitahuan Berita Buruk.....................................................................................................18
H. Komunikasi Pada Pasien Khusus .............................................................................................21
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................25
REFERENSI..................................................................................................................................26

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan kehadiran manusia


lain.Pernyataan ini berlaku bagi semua manusia tanpa terkecuali karena tanpa adanya
manusialain, maka akan sangat sulit bagi seorang manusia untuk dapat bertahan hidup. Untuk
menjaga kelangsungan hidup tersebut, interaksi antar manusia adalah hal yang tidak dapat
dihindari, interaksi tersebut memiliki beragam tujuan dan bentuk yang berbeda-beda. Salah satu
tujuan tersebut adalah untuk melakukan pertukaran informasi dari satu manusia kemanusia
lainnya.

Pertukaran informasi juga merupakan hal yang sangatlah luas, mulai dari informasi mengenai
diri sendiri, lingkungan sekitar atau mengenai pendapat pribadi, hal inilah yang disebut
komunikasi. Hasrat untuk melakukan komunikasi adalah hal yang sangat dasar dimiliki oleh
manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk beragi informasi dan
mengetahui informasi. Aspek utama dari komunikasi adalah, komunikasi sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia secara sosial. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi
kesehatan.Secara sederhana komunikasi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk
komunikasi. Hal yang membuat komunikasi kesehatan berbeda adalah dari segi tujuan dan pesan
yang disampaikan.

Karena merupakan komunikasi kesehatan, maka pesan utama yang disampaikan adalah
mengenai kesehatan dan bagaimana meningkatkan kualitas hidup seseorang. Selain dari tujuan
dan pesan yang disampaikan, komunikasi kesehatan adalah hal yang sangat luas untuk dibahas,
dimulai dari bentuk komunikasi kesehatan, komponen hingga bagaimana cara menangani
karakter pasien yang berbeda-beda. Kemampuan berkomunikasi yang baik, sangatlah diperlukan
khusunya oleh para tenaga yang bekerja di bidang kesehatan seperti dokter, perawat dan
kesehatan masyarakat. Karena bidang bidang tersebut akan bersinggungan dengan sangat banyak
masyarakat dan para tenaga medis di bidang tersebut dituntut untuk dapat memenuhi ekspektasi
pasien dan memberikan layanan yang prima. Untuk itu, makalah ini akan menjelaskan berbagai
hal mengenai komunikasi kesehatan.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dalam makalah ini antara lain :

1. Bagaimana definisi serta ruang lingkup informasi dan komunikasi kesehatan?


2. Bagaimana konsep serta proses komunikasi?
3. Bagaimana konteks dalam komunikasi kesehatan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk memahami definisi serta ruang lingkup informasi dan komunikasi kesehatan.
2. Untuk memahami konsep serta proses komunikasi.
3. Untuk memahami konteks dalam komunikasi kesehatan.

2
BAB II

ISI

A. Prinsip Dasar Komunikasi


1. Pengertian

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” yang artinya


pemberitahuan atau berasal dari kata “communicare” yang berarti menjadikan milik
bersama (Wijono,1997). Komunikasi adalah suatu system penyampaian pesan dan
penerimaan pesan dan berbentuk hubungan diantara sumber pesan dan penerima
pesan(Craven & Hirnle, 2000). Mc Cubin dan Dahl (1985) mendefinisikan komunikasi
sebagaisuatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat.

2. Jenis Komunikasi

Stuart dan Sundeen (1998) dan Potter dan Perry (2005) membagi dua jenis
komunikasi yaitu komunikasi verbal (termasuk di dalamnya komunikasi tertulis) dan
komunikasi non verbal.

a. Komunikasi verbal

Menurut Potterdan Perry (2005), komunikasi verbal terkait dengan


penggunaan kata-kata atau tulisan.

b. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah bahasa tubuh yang tidak diucapkan dan
tidakditulis tetapi dikomunikasikan dengan kuat melalui gerakan tubuh (Potter &
Perry,2005). Stuart dan Sundeen (1998) menyatakan ada lima kategori komunikasi
nonverbal, yaitu :

1) Isyarat vocal (isyarat paralinguistic), termasuk semua kualitas bicara non verbal.
2) Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh, termasuk semua ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
3) Isyarat objek, yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak oleh
seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.

3
4) Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang.
5) Sentuhan, yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal paling personal.

3. Model Komunikasi
 Satu arah >
̶ Linear ̶> Bersifat persuasif ̶> lebih efektif di media cetak/elektronik
 Dua arah ̶> ada interaksi antar individu ̶> tujuan untuk menyamakan persepsi
 Transaksional ̶> lebih personal (antar 2 orang) ̶> contoh komunikasi dokter
dengan pasien

4. Fungsi Komunikasi

 Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui oleh


penerima
 Sumber menyebarluskan pesan dalam rangka mendidik penerima
 Sumber memberikan instruksi agar dilaksanakan oleh penerima
 Sumber mempengaruhi konsumen untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku
penerima
 Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur dan mempengaruhi
penerima

5. Tujuan Komunikasi

a. Relay Information: melanjutkan suatu informasi yang berkaitan dengan kesehatan


dari suatu sumber pada sumber lain dengan cara berangkai.
b. Informed decision making : Memberikan informasi dengan sebenar-benarnya agar
dapat mengambil suatu keputusan berdasarkan informasi tersebut
c. Promote Healthy Behaviour: mempromosikan/informasikan mengenai bagaimana
cara gaya hidup sehat yang benar.

4
d. Promote Peer Information Exchange & Emotional Support: memastikan
sampainya informasi pada pihak pertama dan memastikan terjadinya pertukaran
informasi kesehatan secara emosional.
e. Promote self care: memberi pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan
pribadi.
f. Manage demand for health services: mencukupkan permintaan layanan kesehatan.

Sedangkan menurut Taibi-Kahler (Kahler Communication) Washington,


D.C.Courses Process Communication Model, 2003 tujuan praktis komunikasi
kesehatanadalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan
dan pendidikan, agar mampu untuk memahami dan menerapkan tujuan praktis
sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia

 Menjadi seorang komunikator yang dapat berinteraksi dengan baik (etos,


patos,logos, kredibilitas dll)
 Merangkai pesan dalam bentuk verbal maupun non-verbal dalam
bidangkesehatan.
 Mampu menentukan mana jenis media yang sesuai dengan konteks kesehatan.
 Menemukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks
komunikasikesehatan.
 Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai
dengankehendak komunikator dan komunikan.
 Mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi kesehatan.
 Memegang teguh prinsip prinsip riset.

2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan komunikasi efektif:

 Praktis wawancara, seperti saat diskusi, negosiasi, menyelesaikan konflik dan


lain-lain
3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi
 Komunikasi dengan menyenangkan, empati.

5
 Komunikasi dengan kepercayaan diri.
 Komunikasi dengan membentuk kepercayaan publik dan pemberdayaan
publik.
 Membuat pertukaran informasi dan gagasan semakin menyenangkan.
 Apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of the liberal
artsand scienes Task Force, Truman State University 1994).

6. Proses Komunikasi

Proses komunikasi melibatkan empat komponen sesuai dengan teori Borle atau
biasa disebut dengan teori SMRC. Empat komponen tersebut adalah sumber
pesan(source), pesan tersebut (message), saluran atau media(channel), dan penerima
pesan (receiver). Berikut adalah skema proses komunikasi.

Komunikasi berawal dari sumber yang mengirimkan pesan ke penerima.


Proses ini dinamakan encoding. Penyampaian pesan ini melalui saluran atau media
tertentu. Dalam penyampaian ini ada gangguan baik dari sumber dan penerima pesan
ataupun juga dari media penyampaian pesan. Gangguan juga dapat berasal dari pesan
itu sendiri. Setelah menerima gangguan, penerima menerima pesan yang
disampaikan oleh sumber, proses ini disebut dekoding. Setelah proses penerimaan
pesan, komunikasi yang baik seharusnya terdapat proses umpan balik.

6
7. Unsur Komunikasi

1. Pengirim(sender) atau sumber (source)


2. Encoding-adalah pengalihan gagasan menjadi pesan
3. Pesan(Message) gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain
4. Saluran (Media)- tempat dimana sumber menyalurkan informasi kepada
penerima
5. Decoding- pengalihan pesan ke dalam gagasan
6. Penerima (Receiver) individu atau kelompok yang menerima pesan
7. Umpan balik (Feedback) reaksi terhadap pesan
8. Gangguan (Noise) efek internal atau eksternal akibat dari peralihan pesan
9. Bidang pengalaman-bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi
dari pengirim maupun penerima.

8. Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan proses penyampaian pesan


kesehatan.Komunikasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusiamelalui pelatihan dan pendidikan, menyebarluaskan informasi pada
individu ataukelompok guna meningkatakan kesadaran akan kesehatan.

B. Persepsi, Faktor, Variabel dan Hambatan dalam Komunikasi

1. Persepsi

Persepsi merupakan proses aktif dalam menilai informasi di sekitar. Seorang


akan menanggapi, menginterpretasi, dan memahami informasi yang ada secara berbeda.
Persepsi dapat terbentuk dari adanya pengalaman dan peran di masa lalu, budaya,
perasaan saat ini, kepentingan, ekspektasi, peran sosial, pengetahuan, empati, dan
konsep pribadi. Dalam komunikasi, persepsi mempengaruhi cara kita melihat,
merasakan dan mendengar sebelum kita melakukan kegiatan komunikasi.

7
2. Faktor

a. Sumber atau pengirim pesan (komunikator)

Sumber atau pengirim pesan ini sering disebut sebagai komunikator, yaitu
orang yang menjadi subjek dalam berlangsungnya proses komunikasi dan
merupakan penyampai dari informasi. Sumber ini dapat berasal dari perorangan,
kelompok, dan institusi atau organisasi tertentu. Komunikator harus dapat
merumuskan isi pesan yang disampaikan dengan baik. Selain itu, komunikator juga
diharapkan dapat memiliki sikap empati dan menempatkan dirinya pada
komunikan atau pasien dalam konteks dunia kesehatan.

b. Pesan

Pesan merupakan hal yang dikirimkan oleh komunikator kepada komunikan


atau penerima pesan. Pesan ini berupa pertanyaan yang didukung oleh lambang,
yang dapat berupa lisan maupun tulisan. Lambang yang digunakan dalam
komunikasi tersebut misalnya, lambang suara dalam komunikasi lisan yang berupa
intonasi suara dalam penyampaian pesan, lambang gerak berupa ekspresi muka dan
gerak tubuh yang di gunakan komunikator sebagai pendukung untuk memudahkan
pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, atau pun lambang-lambang lain
seperti kode-kode yang di sepakati oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Komunikasi dengan lambang lisan maupun tulisan yang merupakan simbol bahasa
merupakan komunikasi verbal, sedangkan komunikasi melalui ekspresi dan gerak
tubuh merupakan komunikasi nonverbal. Isi simbol dari pesan disebut informasi.

c. Media

Media adalah saluran atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media ini bisa berupa media cetak,
audio, visual, maupun audio visual. Media tersebut di bedakan menjadi dua, yaitu
media komunikasi massa, dan media komunikasi pribadi. Media komunikasi massa
adalah media yang dapat di akses oleh umum, seperti TV, radio, surat kabar,
internet,dan majalah. Sementara itu, media komunikasi pribadi adalah media yang

8
menghubungkan komunikasi yang bersifat interpersonal, seperti telepon,
surat,maupun jenis pembicaraan lainnya.

d. Sasaran atau penerima (komunikan)

Penerima informasi dari komunikator disebut juga komunikan. Seperti


halnya sumber atau komunikator, komunikan bisa berupa perorangan, kelompok,
maupun institusi atau organisasi. Seorang komunikan harus peka dan tanggap
terhadap penyampaian pesan dari komunikator. Agar pesan dapat tersampaikan
dengan baik dan menimbulkan umpan balik yang diinginkan, maka komunikan
harus memiliki pengertian dan pemahaman yang sama dengan komunikator.

e. Umpan balik ( feedback )

Komunikasi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus.


Umpan balik merupakan dampak atau pengaruh dari informasi yang di berikan
komunikator kepada komunikan. Umpan balik yang berupa respons komunikan ini
di bedakan menjadi umpan balik langsung dan umpan balik tidak langsung. Umpan
balik langsung di komunikasikan oleh penerima pesan baik secara verbal
menggunakan kalimat secara langsung maupun secara nonverbal melalui ekspresi
wajah dan gerak tubuh. Sedangkan umpan balik tidak langsung dapat berupa
perubahan sikap dari komunikan yang bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat
maupun dalam jangka waktu yang lama. Pada beberapa buku, umpan balik secara
tidak langsung merupakan suatu bentuk akibat. Suatu proses komunikasi dapat di
katakan berhasil jika komunikan memberikan umpan balik yang tepat kepada
komunikator.

f. Akibat ( Impact )

Akibat atau impact ini merupakan hasil akhir komunikasi yang bisa berupa
perubahan pada diri komunikan. Perubahan ini bisa berupa perubahan pada
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Keenam faktor tersebut harus dipenuhi dalam
komunikasi agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari
komunikasi tersebut dapat tercapai.

9
3. Variabel dalam Komunikasi

Terdapat beberapa variabel dalam komunikasi, yaitu empati, kontrol, trust, self-
disclosure dan confirmation.

Empati adalah suatu proses melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
Empati bisa di bilang sebagai variabel terpenting dalam komunikasi karena melalui
empati kita bisa mengetahui apa yang lawan bicara kita rasakan. Dalam hubungannya
dengan komunikasi kesehatan, empati di perlukan agar lawan bicara atau pasien kita
merasa di mengerti dan tidak ragu untuk menjelaskan kondisinya. Empati juga
memperkecil kemungkinan adanya salah pengertian atau miss komunikasi antara kita
dan pasien dan mengefektifkan komunikasi antara kita dan pasien.

Variabel yang kedua adalah kontrol. Ada dua macam kontrol yaitu kontrol
personal dan relasional. Individu yang merasa bisa mempengaruhi keadaan hidup
mereka adalah orang yang memiliki kontrol personal. Pada kasus kesehatan, pasien
merasa tidak memiliki kontrol akan diri mereka dan merasa sangat membutuhkan
kontrol tersebut. Kontrol relasional berbeda dengan kontrol personal. Kontrol relasional
lebih berfokus pada hubungan antar orang atau ciri-ciri antar orang, sedangkan kontrol
personal berfokus pada ciri-ciri individu.

Variabel yang ketiga adalah trust atau rasa percaya. Rasa percaya termasuk
salah satu variabel yang paling penting selain empati. Rasa percaya muncul jika seorang
individu merasa bisa bergantung kepada individu lainnya.

Yang keempat adalah self-disclosure. Self-disclosure adalah suatu proses


dimana seorang individu mengatakan informasi pribadi, pikiran, dan perasaan kepada
orang lain. Jika ada dalam jumlah yang tepat, self-disclosure memiliki banyak manfaat
bagi kita dan pasien.

Yang terakhir adalah confirmation, yang artinya sebuah komunikasi dimana kita
bisa menghargai orang lain sebagai seorang manusia. Dengan berkomunikasi dengan
cara ini, kita bisa membantu pasien menghadapi perasaan di tolak dan di asingkan.

10
4. Hambatan dalam Komunikasi.

a. Etnis dan Budaya

Hambatan atau rintangan budaya merupakan rintangan yang terjadi di


sebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut
oleh pihak- pihak yang terlibat dalam komunikasi. Hal-hal tersebut sering di
jumpai saat orang yang berbeda suku ber interaksi dan bahkan orang yang sama
suku bangsanya. Masing-masing etnis yang ada di dunia ini pastinya memiliki
aturan tertentu dalam proses komunikasi antar sesama.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang berbeda antara satu orang dengan yang lain
adalah salah satu faktor yang dapat menghambat komunikasi. Tingkat
pendidikan berbanding lurus dengan kemampuan seseorang untuk menyerap atau
menyampaikan informasi (berkomunikasi).

c. Sosial Ekonomi

Komunikasi yang berlangsung di antara dua pihak yang memiliki status


social dan ekonomi yang berbeda sangat sulit untuk di jalin. Tingkat kesamaan
yang kecil dalam kondisi sosial ekonomi antara dua pihak dapat menyebabkan
mereka mengalami hambatan dalam menyampaikan informasi.

d. .Usia

Pengalaman dan pengetahuan sangat di butuhkan oleh seseorang untuk


dapat berkomunikasi dengan baik. Tak jarang di Indonesia terdapat orang - orang
yang memiliki variasi usia yang tidak sama antara satu orang dengan yang lain.
Menurut Data Statistik Indonesia, terdapat sekitar 19 juta orang yang berusia 0
tahun sampai dengan 4 tahun sedangkan orang yang berumur 75 tahun ke atas
jumlahnya jauh lebih kecil yaitu sekitar 3 juta. Orang yang berusia 0 samapai
dengan 4 tahun tentu belum dapat berkomunikasi dengan baik. Orang yang masih
berumur 0 sampai 4 tahun masih dalam tahap belajar untuk dapat memnghasilkan
kalimat dari pikirannya. Oleh karena itu, usia adalah factor yang berperan dalam

11
komunikasi. Pada tingkat usia tertentu seseorang mempunyai cara pikir yang tidak
sama dengan cara pikir pada tingkat usia yang lainnya. Pada tingkat usia yang
tidak terlalu jauh berbeda komunikasi dapat berjalan baik.

C. Bentuk Komunikasi Kesehatan

1. Komunikasi Linier

Komunikasi linier maksudnya adalah proses komunikasi yang berlaku satu


arah. Komunikasi linier memanfaatkan media atau saluran untuk menyampaikan
pesan. Ini adalah proses di mana seorang komunikator memberikan suatu stimulus
yang diharapkan dapat dimengerti oleh sasaran orang itu. Kemudian sasaran
memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Namun proses pemahaman
pesan dapat terhambat oleh physical noise (mislanya komunikasi yang di lakukan
di pasar yang bising), psychological noise (misalnya sasaran sedang fokus pada
hal lain), dan physiological noise (misalnya kondisi orang yang menerima pesan
sedang lelah). Sehingga yang menjadi elemen kunci pada komunikasi ini hanya
terbatas padasumber (source), pesan (message), penerima (receiver ), media,
noise, stimulus, dan respon.

2. Komunikasi interaksional

Komunikasi yang selain melibatkan elemen pada komunikasi linier,


jugaterdapat elemen lain yaitu umpan balik dan keadaan. Umpan balik (feedback)
maksdunya adalah seorang penerima pesan memberikan tanggapan kepada
pemberi pesan baik itu verbal maupun nonverbal sebagai bukti bahwa pesan
sampai kepada penerima. Jadi dapat di katakan komunikasi ini berlaku dua arah.
Sedangkan keadaan (context) maksudnya adalah kondisi ketika kita
menyampaikan pesan, baik kondisi secara fisik maupun secara psikologi.
Misalnya kondisi komunikasi yang formal, privasi, dan sebagainya.

3. Komunikasi transaksional

Komunikasi transaksional adalah komunikasi yang tidak membedakan


antara sumber dan penerima karena proses memberikan dan menerima pesan di

12
lakukan secara bersamaan. Komunikator yang terlibat juga memegang kedua
peranan itu dengan kategori pesan baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi ini berlangsung secara terus menerus. Komunikasi ini tidak hanya di
pengaruhi oleh keadaan fisik dan psikologi lingkungan melainkan juga budaya,
pengalaman, status sosial, dan bahkan hubungan antara orang yang melakukan
komunikasi.

D. Tingkatan Komunikasi

1. Komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal tidak semata-mata hanya melibatkan diri sendiri. Justru


komunikasi intrapersonal merupakan salah satu kunci kita dalam melakukan komunikasi
dengan orang lain. Karena pada intinya bagaimana kita menangkap danmemahami
maksud orang yang berkomunikasi dengan kita tergantung oleh pengetahuan dan
pengalaman yang kita miliki. Komunikasi intrapersonal memiliki 4 elemen yaitu:

a. The core of self

Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita memahami tentang penilaian orang
terhadap diri kita. Aspek yang di lihat dapat dari segi fisik, intelektual, dan emosional.
Dengan kita mengetahui hal itu, berpengaruh terhadap sejauh mana kita percaya diri
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Namun semua penilaian itu bukan sesuatu yang
statis artinya masih dapat dirubah.

b. Needs and motivation

Kebutuhan dan motivasi yang dimaksud ialah bagaimana kita mau dinilai dan
dipandang oleh orang lain. Sehingga menimbulkan proses interaksi antara diri kita
dengan orang lain dalam rangka menunjukkan diri kita.

c. Cognitions

Ini adalah bagaimana kita menginterpretasikan suatu komunikasi berdasarkan


pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai yang kita pegang. Terdiri atas 5 bagian yaitu:
decoding , integrasi, memori, skema, dan encoding.

13
d. Monitoring the reactions of others

Maksudnya adalah bagaiamana kita mengontrol reaksi orang lain terhadap


kemampuan komunikasi yang kita miliki. Ini melibatkan kontrol pada cara komunikasi
baik secara verbal dan non verbal karena keduanya harus memiliki kesesuaian. Sehingga
kita mengetahui apa yang orang lain rasakan terhadap diri kita dan sebagai petunjuk
perilaku untuk masa mendatang sekiranya sikap yang kita miliki sudah tepat.

2. Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung tatap mukaantara


dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.
Komunkasi ini adalah berupa penyampaian pesan dari satu orang dan respon atau
tanggapan dari satu orang atau kelompok kecil yang menerima pesan.

3. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelmpok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang


dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi, dan sebagainya.
Pada komunikasi ini kita lebih memperhatikan bagaimana peran kita dan karakteristik
setiap anggota kelompok dalam proses komunikasi ini. Tujuankomunikasi ini adalah
untuk berbagi informasi, pemecahan masalah dan lain sebagainya.

4. Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi yaitu komunikasi berupa pengiriman dan penerimaan


pesan organisasi baik dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya fokus pada kepentingan organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secara sosial dan fokus pada anggotanya secara individual.

5. Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah suatu jenis komunikasi yang di tujukan kepada jumlah
audiens yang banyak dan heterogen. Misalnya dalam rangka promosi dankampanye
kesehatan. Komunikasi ini dilakukan melalui media seperti pamflet, poster,surat kabar,

14
televisi, dan sebagainya. Komunikasi ini diharapkan dapat mengubah perilaku suatu
kelompok masyarakat dengan cakupan yang lebih luas.

E. Penerapan Komunikasi Interpersonal

a. Dokter dengan Pasien

Komunikasi interpersonal antara dokter dengan pasien dapat di pengaruhi


oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain perbedaan karakter antara dokter
dengan pasien, jenis kelamin, status, pendidikan, keyakinan, hingga faktor
situasional lainnya seperti beban hidup. Sehingga dapat menyebabkan kurang
baiknya komunikasi yang terjadi. Selain itu, banyak pasien yang merasa cemas
dan takut ketika masuk rumah sakit di karenakan lingkungan yang asing, terpisah
dari keluarga dan teman-teman,serta merasa tidak pasti tentang masalah kesehatan
dan pengobatan mereka. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi dan menghambat
komunikasi dokter dengan pasien. Untuk itu seorang dokter harus mampu
berkomunikasi dengan baik, memahami keadaan psikologis, dan sosial pasien.
Dengan begitu dokter bisa memperoleh data yang lengkap tentang gejala dan efek
samping sehingga bisa memutuskan tindakan dan pengobatan yang tepat untuk
kesembuhan pasien.

b. Tenaga Kerja Kesehatan dengan Pasien

Komunikasi interpersonal antara tenaga kerja kesehatan selain dokter


dengan pasien, walaupun hampir sama tetapi terdapat perbedaan dalam cara
interaksi dan berkomunikasi. Contohnya pasien cenderung lebih mudah untuk
membuka informasitentang perasaan, penyakit, dan masalah lain kepada perawat.
Hal ini karena perbedaan fokus yang diemban tenaga kerja kesehatan. Dokter
yang mempunyai kemampuan lebih dalam bidang anatomi dan fisiologi akan
lebih fokus pada gejala,diagnosis, dan pengobatan yang akan dijalani, sedangkan
perawat lebih menekankan pada perawatan dan dampak penyakit pada pasien
serta keluarga. Hal ini bisa disebabkan karena perbedaan kemampuan dan
pengalaman.

15
c. Penyedia Layanan Kesehatan dengan Keluarga

Komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dengan keluarga memiliki


peran penting dalam kaitannya mendukung pasien dan meningkatkan
kemungkinan untuk kesehatan yang positif bagi pasien. Anggota keluarga dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat dan mendukung perawatan yang
di lakukan. Namun begitu komunikasi ini memiliki faktor penghambat yang bisa
di perparah oleh kedua belah pihak, yaitu kontak yang terbatas dengan tenaga
kerja kesehatan dan akses informasi yang terbatas. Biasanya tenaga kerja
kesehatan mengalami kesulitan dalam menerangkan informasi kepada keluarga
karena kurangnya pengetahuan dalam masalah kesehatan. Untuk itu informasi
yang diberikan harus di saring dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

d. Komunikasi Antar Petugas Tenaga Kerja Kesehatan

Komunikasi antar petugas tenaga kerja kesehatan memiliki peran penting


untuk berkolaborasi dan bekerja sama satu sama lain untuk kesehatan pasien.
Karena berbeda dalam bidang pekerjaan, maka akan terdapat perbedaan dalam
kemampuan dan pengalaman antar petugas tenaga kerja. Hal yang biasa menjadi
hambatan adalah kurangnya pemahaman mengenai peran antar tenaga kerja
kesehatan sehingga menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi. Untuk itu,
harus terdapat sikap saling menghormati dan memahami peran antar tenaga kerja
kesehatan.

e. Komunikasi dalam Kelompok Tenaga Kerja Kesehatan

Selain itu, komunikasi interpersonal dapat di lakukan dalam kelompok-


kelompok kecil yang melakukan perawatan kesehatan. Tenaga kerja kesehatan
dalam kelompok ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan saling
membantu untuk membahas pengobatan dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan kesehatan pasien maupun perspektif keluarga.

16
F. Komunikasi Saat Konseling

Konseling tidak hanya sekedar kemampuan, proses dan prosedur. Konseling


juga lebih dari sekedar perkataan, perencanaan, dan aksi. Konseling adalah keyakinan,
yakin dan percaya terhadap orang lain dan kemampuan menolong orang lain untuk
menceritakan masalah mereka. Faktor kepercayaan dan keyakinan menjadi penting
karena semua ahli kesehatan bekerja di bidang di mana mereka harus dapat membuat
orang lain percaya. Selain itu, karena kedekatan hubungan yang dapat terjadi pada saat
sesi konseling, sangat perlu bagi seorang konselor untuk menjaga keprofesionalan
mereka karena seseorang yang dirancang untuk menjadi seorang profesional di
harapkan mampu bersikap profesional, handal, dan dapat dipercaya.

a. Jenis-Jenis Konseling

1. Supportive counseling

Bentuk konseling yang paling umum ketika kita diminta untuk memberikan
dukungan kepada orang lain.

2. Informative counseling

Memberikan informasi berupa pengetahuan dan pengalaman yang sudah


dimilikikepada klien.

3. Educational counseling

Memberikan pelatihan melalui kegiatan pelatihan magang yang dimasukkan


melalui kurikulum akademis.

4. Counseling in crisis

Tipe konseling ini adalah bagaimana cara kita membantu klien yang tiba-
tibamenghadapi kemelut permasalahan.

5. Post-trauma counseling

Digunakan untuk membantu mereka yang mengalami trauma berat dan panjang
seperti trauma karena bencana, perang, tragedi pribadi seperti berduka. n”.

17
G. Pemberitahuan Berita Buruk

a. Komunikasi Dengan Pasien Sekarat

Dalam menyampaikan berita bahwa penyakit yang di derita pasien sudah


mencapai titik puncak, pasien harus di kondisikan dalam keadaan siap untuk menerima
informasi tersebut. Tenaga kerja yang menyampaikan juga harus menyampaikan berita
tersebut menggunakan istilah semudah mungkin. Selain itu, tenaga kerja harus
menunjukkan rasa empati dalam menyampaikan berita tersebut, tetapi harus tetap
bersikap rasional dan tidak melibatkan perasaan. Tenaga kesehatan tersebut juga harus
menyampaikan bahwa kematian bukanlah hal yang menakutkan. Ada lima fase yang
biasanya ditampilkan oleh pasien setelah mendengar berita ini.

1. Yang pertama adalah fase penolakan, yaitu fase dimana pasien tidak mau
menerima kenyataan.

2. Fase kedua adalah kemarahan, yaitu fase dimana pasien akan menyalahkan
semua orang atas keadaan bahwa ia akan mati.

3. Yang ketiga adalah fase penawaran, yaitu fase dimana pasien mulai bersikap
baik dengan harapan bahwa dirinya akan membaik.

4. Yang keempat adalah fase depresi, yaitu fase dimana pasien merasa depresi
dengan berita tersebut.

5. Dan yang terakhir adalah fase penerimaan,yaitu fase dimana pasien akhirnya
menerima bahwa ia kemungkinan besar akan meninggal.

Para tenaga kesehatan harus selalu mendukung pasien yang sekarat secara moral, salah
satunya adalah dengan cara mengabulkan permintaan khusus mereka setelah mati.

b. Komunikasi Dengan Pasien Penderita Kanker

Tenaga kesehatan harus mendapatkan kepercayaan dari penderita dan keluarga


dengan cara menyampaikan dengan tulus mengenai penyakit yang di derita. Hal ini tidak
mudah karena kanker merupakan penyakit yang kompleks dengan tingkatan yang begitu
banyak, perkembangan penyakit berjangka waktu lama, serta pengobatan yang lumayan

18
banyak. Para tenaga kesehatan juga harus meyakinkan bahwa kita adalah tenaga ahli
yang akan menangani penderita dengan baik. Di karenakan prosedur pengobatan yang
lumayan banyak dan membingungkan,tenaga kesehatan juga harus mampu memancing
penderita untuk bertanya sebanyakmungkin. Kemungkinan besar penderita cenderung
diam karena takut dengan fakta bahwa ia menderita kanker. Sebagai tenaga kerja yang
baik, kita harus menjelaskan prosedur penyembuhan dengan sejelas mungkin dan
meyakinkan bahwa kanker bukan berarti berakhir dengan kematian.

c. Pemberhentian Life Support

Tenaga kerja sebaiknya menyampaikan bahwa pemberhentian penunjang hidup


dari pasien dilakukan karena penunjang tersebut tidak lagi member manfaat.
Pemberhentian penggunaan penunjang ini bukanlah karena pihak rumah sakit“menyerah”
, namun karena ada penanganan yang lebih baik lagi dilakukan. Untuk pemberhentian
penunjang hidup bagi pasien di ICU ,biasanya di lakukan tanpa memberitahukan pihak
keluarga. Namun pihak keluarga harus di beritahu bahwa segala hal sudah di
pertimbangkan dengan matang.

d. Penghentian Perlakuan Medis

Penghentian perlakuan medis terhadap seorang pasien dapat di sebabkan oleh


tidak adanya perubahan yang akan terjadi jika perlakuan medis tersebut di
teruskan.Penghentian perlakuan medis tersebut dapat berbentuk peralihan kepada
perlakuan medis yang lain. Ketika seorang pasien sudah dalam keadaan sekarat, terdapat
saatnya ketika perlakuan medis untuk mempertahankan hidupnya hanya akan
memperpanjang masa sekaratnya. Di saat itulah seorang dokter harus memutuskan untuk
pemberhentian perlakuan medis terhadap pasien tersebut. Akan tetapi, perlu di ketahui
bahwa pemberhentian perlakuan medis bukanlah menyerah dan meninggalkan pasien
tersebut begitu saja. Perlakuan medis dengan tujuan kenyamanan pasien, seperti untuk
menahan rasa sakit, akan di berikan jika memang diperlukan.

e. Kematian Mendadak

Ketika seseorang menderita sakit yang serius, umumnya pasien dan keluarganya
sudah terinformasikan mengenai kemungkinan terburuk yang ada. Akan tetapi,

19
haltersebut tidak berlaku jika seseorang meninggal karena serangan jantung,
stroke,ataupun kecelakaan. Tenaga kerja kesehatan bertugas untuk menolong keluarga
sang pasien dalam mengatasi kedukaan akan kehilangan dari kematian orang tercintanya.
Penyampaian berita menyedihkan tersebut sebaiknya secara serius disampaikan di
ruangan yang memiliki privasai, tenang, sepi, serta penuh perhatian dari tenaga
kerjakesehatan yang menyampaikan. Penting pula untuk menekankan kata kunci penting
mengenai kematian sang pasien berulang kali, pelan-pelan, serta hati-hati. Kebanyakan
keluarga menginginkan tenaga kerja kesehatan yang terlibat dan di sekitar sang pasien
ketika kematian tersebut terjadi untuk menjelaskan bagaimana haltersebut dapat terjadi.
Akan tetapi, sebagian keluarga ada juga yang memilih untuk tidak mengetahui banyak
dan menyendiri untuk meratapi berita duka tersebut.

Hal lain yang dapat dilakukan seorang dokter ketika memberitahukan kematian
seorang pasien kepada keluarganya adalah dengan berhati-hati menanyakan kesediaan
pendonoran organ sang pasien kepada orang yang membutuhkan. Menurut Mac Donalad
(2004), 50-70% keluarga setuju untuk memberikan manfaat kepada orang lain melalui
organ sang pasien yang sudah meninggal. Akan tetapi, terdapat pula keluarga yang
menolak dengan pengecualian jika memang donor organ adalah yang diinginkan sang
pasien tersebut. Pemberitahuan hal ini adalah hal yang sangat sensitif dan membutuhkan
kehati-hatian dalam penyampaiannya.

a. Permintaan Maaf atas Kesalahan

Kesalahan tentunya adalah sebuah hal sensitif bagi orang-orang yang merasa
dirugikan. Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan, termasuk seorang dokter dan
tenaga kerja kesehatan lainnya. Seorang dokter harus bersikap terbuka kepada pasiennya,
baik dalam berita baik maupun buruk. Jika seorang tenaga kerja Kesehatan melakukan
kesalahan dalam tahap manapun dalam proses penyembuhan seorang pasien, wajib bagi
seorang tenaga kerja kesehatan untuk mengaku dan meminta maaf kepada sang pasien
tersebut.

Ketika kematian atau kerusakan permanen serta akibat serius lainnya terjadi,solusi
terbaik untuk rumah sakit adalah untuk mengaku dan tidak menutup-nutupi fakta
kesalahan dari pihak rumah sakit. Berdasarkan University of Michigan Health System,

20
hasil mengatakan bahwa pada tahun 1995 hingga 2007, tuntutan yang diajukan kepada
rumah sakit yang terbuka atas kesalahan mereka lebih sedikit dan penanganan kasus
berlangsung lebih cepat daripada rumah sakit yang menangani kesalahan tersebut secara
tertutup.

H. Komunikasi Pada Pasien Khusus

1. Komunikasi Kepada Pasien Depresi

Depresi adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan dangkal
(lowmood) sebagai akibat dari pengaruh peristiwa yang tidak diharapkan, dimana
manifestasi gejalanya dapat bersifat ringan hingga pada tingkat yang berat (Rosenbaum,
2000). Depresi juga didefinisikan sebagai suatu status emosional seseorang yang ditandai
dengan kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, menarik diri dari lingkungan,
gangguan tidur, anoreksia, kehilangan gairah seksual, kehilangan ketertarikan pada
aktivitas-aktivitas yang biasanya menyenangkan. (Davison & Neale, 1994). Faktor-faktor
penyebab depresi dapat dibagi menurut asalnya sebagai berikut (Pennel & Creed, 1987)
bersumber darifisik, bersumber dari psikis, dan bersumber dari sosial.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pasien khusus yang depresif:

 Memberikan dukungan sosial


 Mempererat kekerabatan
 Mendekatkan diri dengan kehidupan religious
 Beradaptasi dengan lingkungan
 Pola hidup sehat, gizi seimbang, olah raga, dan hidup teratur
 Terapi Individual Konseling: membantu pasien mengenali dan mengekspresikan
perasaannya, mengembangkan kemampuan pasien beradaptasi terhadap masalah
(3R=Rekonsiliasi, Reintegrasi, Rekreasi), Terapi Kognitif & Perilaku
(CBT):mengembangkan pola pikir dan perilaku positif, menumbuhkan sikap optimis
dan percaya diri
 Terapi Kelompok bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial,
mengembangkan sikap asertif, juga sebagai media untuk saling berbagi cerita
(reminescene). Konseling Keluarga bertujuan mengembangkan partisipasi keluarga

21
dalam proses terapi. Menurunkan faktor ekspresi emosi dalam keluarga.
Memperbaiki pola adaptasi keluarga dalam menghadapi perubahan perilaku pasien.
 Memberikan obat antidepressant untuk memberikan ketenangan.

2. Komunikasi Kepada Pasien Pasif

Pasien yang pasif dapat membuat kesulitan bagi petugas kesehatan karena lebih
menutup diri dan kesulitan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Hal ini dapat
menyebabkan terganggunya proses diagnosis dari pasien tersebut. Untuk itu, petugas
kesehatan harus memiliki kemampuan interpersonal yang baik untuk dapat meraih
komunikasi yang baik kepada pasien. Kemampuan interpersonal tersebut meliputi
keinginan untuk mengenal pasien bukan hanya sebagai benda yang harus diobati, namun
sebagai manusia yang memiliki perasaan untuk dimengerti. Konsep dasar dari semua
aplikasi yang dijelaskan di atas merupakan bentuk dari “empati”. Dengan Empati kepada
pasien kita, kita dapat mengerti dari mana sumber dari kekhawatiran dan ketakutan yang
dialami oleh pasien. Dengan begitu, kita bisa memberikan ketenangan kepada pasien yang
tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh pasien.

3. Komunikasi dengan Pasien Marah/Agresif

Lloyd and Bor (1996) menyarankan petugas kesehatan untuk melakukan:

 Jaga jarak, jangan menyentuh, jangan memotong pembicaraan,


memahamikemarahannya, memberi solusi, jika sudah berhenti marah segera
ambil alih pembicaraan,
 Mengetahui penyebab kemarahannya dan menunjukan kemauan untuk berbicara
danmendengarkan pasien
 Menanyakan pertanyaan yang sifatnya terbuka
 Tidak menganggu atau mengancam pasien atau keluarganya dalam cara apapun
 Tidak menyetujui atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati
 Membantu pasien merasa bahwa mereka mempunyai berbagai pilihan
 Jangan membicarakan orang yang marah atau agresif tanpa sepengetahuan
merekakarena mereka dapat menganggapnya sebagai tindakan yang mengancam
mereka

22
 Coba untuk tidak tersinggung atau terlibat terlalu dalam secara emosional
 Menjaga jarak yang aman jika pasien mulai menunjuka tanda-tanda agresif
 Jika keadaan yang ada menjadi terlalu membahayakan, panggilah bantuan
namun coba juga untuk mengawasi pasien jika sedang menghadapi masalah dan
pertahankan situasi jika memungkinkan.

5. Komunikasi dengan Anak-Anak dan Orang Tua


Ada banyak hambatan untuk berkomunikasi dengan anak-anak dan cara
mengobati apabila mereka sakit. Anak-anak kecil mungkin takut dengan lingkungan
asing, terutama medis asing. Mereka mungkin berteriak dan meronta saat menjalani
pemerikasaan fisik,dan dokter pun mungkin khawatir akan menyakiti mereka. Dalam
situasi seperti ini, orangtua akan cemas dan dapat menyebabkan beban tambahan untuk
berinteraksi.
Bibace dan Walsh (1981) berpendapat bahwa konseptualisasi anak-anak dari
penyakit terletak pada sebuah tingkatan:
1. Pre-logical (2-6 tahun), dimana anak-anak tidak benar-benar memahami konsep
penyakit
2. Concrete-logical (7-10 tahun), dimana anak-anak percaya bahwa penyakit
terjadimelalui kontaminasi dan ditularkan melalui kontak fisik
3. Formal-logical (11 tahun ke atas), dimana anak-anak memahami bahwa konsep
penyakit sebagai fenomena fisiologis dan dipengaruhi oleh faktor eksternal

Hal hal yang dapat dilakukan ketika berkomunikasi dengan anak:

a. Berikan kesempatan pada anak untuk merasa nyaman


b. Hindari posisi maju yang tiba-tiba dan cepat, tersenyum lebar, kontak mata
yang lama, atau gerakan tubuh lain yang dapat dilihat sebagai tindakan
mengancam
c. Bicara pada orang tua jika pada awalnya merasa malu
d. Berkomunikasi dengan objek transisi, seperti boneka, boneka hewan, sebelum
memberikan, pertanyaan langsung pada anak

23
e. Atur posisi yang berada sejajar dengan mata anak
f. Bicara dengan suasana yang tenang, tidak tergesa-gesa , dan percaya diri
g. Bicara yang jelas dan spesifik dengan menggunakan kata-kata sederhana dan
kalimat yang pendek
h. Nyatakan petunjuk dan saran secara positif
i. Tawarkan pilihan jika ada
j. Jujur pada anak
k. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalah ketakutan
mereka
l. Gunakan berbagai teknik komunikasi

6. Komunikasi dengan Pasien Geriatri

Ciri-ciri pasien geriatrik adalah sebagai berikut, antara lain :

 Pasien Usia Lanjut (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas.


 Lansia yang menderita lebih dari 1 penyakit kronis atau degeneratif dengan/atau tanpa
disertai penyakit akut.
 Lansia yang menghadapi kesulitan untuk berjalan, mengalami jatuh, atau imobilisasi.
 Lansia yang menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri, seperti kesulitan makan
atau berpakaian.
 Lansia yang mengalami penurunan daya ingat dini atau gangguan tingkah laku dini.
 Lansia dengan masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson,artritis,
gangguan berkemih (Inkontinensia urin), atau gangguan buang air besar.

Hal-hal yang dapat dilakukan ketika berkomunikasi dengan pasien geriatri:


 Memposisikan diri dengan jarak 3 hingga 6 kaki dari pasien.
 Tidak berbicara persis di telinga pasien (pesan dapat terdistorsi).
 Menggunakan sentuhan (untuk mendapatkan perhatian) bila perlu.
 Memberitahukan dengan kalimat yang singkat dan mudah dipahami.

24
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kerjasama lembaga kesehatan dan elemen masyarakat sangat mempengaruhi


ketercapaian penyampaian informasi kesehatan. Komunikasi kesehatan hendaknya memenuhi
unsur komunikasi itu sendiri, seperti lembaga kesehatan sebagai komunikator, masyarakat
sebagai komunikan, internet maupun media cetak dan elektronik sebagai media dalam
penyampaian pesan, pesan yang ingin disampaikan dan perubahan setelah disampaikan pesan
sebagai efek positif. Komunikasi dalam kesehatan hendaknya selalu mengalami perubahan
seiring perubahan lingkungan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan pelaku atau
komunikator hendaknya lebih variatif dan inovatif dalam penyampaian pesan informasi
kesehatan.

B. Saran

Menurut kami, kita sebagai tenaga medis yang professional, kita harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Kemampuan ini dapat membantu banyak pihak
untuk memahami informasi yang hendak disampaikan, juga memudahkan kita untuk
menjalankan prosedur kesehatan. Oleh sebab itu, tenaga medis diharapkan mempelajari tahapan
dan strategi dalam berkomunikasi.

25
REFERENSI

1.Adler, Ronald B.; Rodman,George. Understanding Human Communication. 9th ed.

New York: Oxford University Press. 20062.

2.Ando S, Rejaki. Komunikasi Antara Tutur Besan Pada Suku Simalungun. Medan:

USU Institutional Repositry. 2014 (diakses: 15 September 2014).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40589/5/Chapter%20I.pdf

3.Anugrah D. Hambatan dalam Komunikasi antar Budaya.

http://mercubuana.ac.id/files/DADAN%20ANUGRAH%20-%20KOMUNIKASI%20ANTAR
%20BUDAYA%20----OK15---Ganjil%200809/MODUL%20KAB%2012.pdf (diakses pada 17
September 2014)

4.Arfina O. Analisis Perbedaan Persepsi Siswa Berdasarkan Usia, Gender, Jenis Pekerjaan,
dan Lama Kursus terhadap Komunikasi Word of Mouth.

http://eprints.undip.ac.id/37376/1/ARFINA.pdf (diakses pada 17 September 2014)

5.Berry D. Health Communication: Theory and Practice. USA : Open University Press. 2007

6.Burnard, Philip. 2005.Counseling Skill for Health Professional 4th Edition. Nelson Thornes
Ltd

7.BPS. Indeks Pembangunan Manusia.

http://bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=28 (diakses pada 17September 2014)

8.Fanani A, Putri T. Komunikasi Kesehatan : Komunikasi efektif untuk perubahan perilaku


kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press; 2013.

9.Floyd K. Interpersonal Communication: The Whole Story. USA: McGraw-Hill.2009

10.Hasan, Direktorat Jendral Pajak. Demo Buruh dan Penerimaan Pajak.

http://www.pajak.go.id/content/article/demo-buruh-dan-penerimaan-pajak (diakses pada 17


September 2014 )

26
11.Maulana H D. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.

27

Anda mungkin juga menyukai