Kelompok 3 :
1. Anggita Sekarningrum 10. Muhammad Haikal
2. Avi ApsariPuspita Dewi 11. Muhammad Zidni
3. Bryan Tegar Laksamana 12. Oktya Vingried Jelio
4. Frais Nanda 13. Roihan Ghifari
5. Habibulloh Hekmatyar 14. Unita Tanowati
6. Holip Kurniawan 15. Yupensius
7. Ikram Taufik Moh Saleh 16. Zainal Abidin
8. M. Abrar Fairuzzaky 17. Muhammad Rizky Salahudin
9. Muhammad Ichsan Aldion
Halaman Judul..................................................................................................................................I
Daftar Isi..........................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II ISI........................................................................................................................................3
A. Prinsip Dasar Komunikasi..........................................................................................................3
B. Persepsi, Faktor, Variabel dan Hambatan dalam Komunikasi....................................................7
C. Bentuk Komunikasi Kesehatan.................................................................................................12
D. Tingkatan Komunikasi..............................................................................................................13
E. Penerapan Komunikasi Interpersonal........................................................................................15
F. Komunikasi Saat Konseling......................................................................................................17
G. Pemberitahuan Berita Buruk.....................................................................................................18
H. Komunikasi Pada Pasien Khusus .............................................................................................21
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................25
REFERENSI..................................................................................................................................26
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertukaran informasi juga merupakan hal yang sangatlah luas, mulai dari informasi mengenai
diri sendiri, lingkungan sekitar atau mengenai pendapat pribadi, hal inilah yang disebut
komunikasi. Hasrat untuk melakukan komunikasi adalah hal yang sangat dasar dimiliki oleh
manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk beragi informasi dan
mengetahui informasi. Aspek utama dari komunikasi adalah, komunikasi sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia secara sosial. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi
kesehatan.Secara sederhana komunikasi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk
komunikasi. Hal yang membuat komunikasi kesehatan berbeda adalah dari segi tujuan dan pesan
yang disampaikan.
Karena merupakan komunikasi kesehatan, maka pesan utama yang disampaikan adalah
mengenai kesehatan dan bagaimana meningkatkan kualitas hidup seseorang. Selain dari tujuan
dan pesan yang disampaikan, komunikasi kesehatan adalah hal yang sangat luas untuk dibahas,
dimulai dari bentuk komunikasi kesehatan, komponen hingga bagaimana cara menangani
karakter pasien yang berbeda-beda. Kemampuan berkomunikasi yang baik, sangatlah diperlukan
khusunya oleh para tenaga yang bekerja di bidang kesehatan seperti dokter, perawat dan
kesehatan masyarakat. Karena bidang bidang tersebut akan bersinggungan dengan sangat banyak
masyarakat dan para tenaga medis di bidang tersebut dituntut untuk dapat memenuhi ekspektasi
pasien dan memberikan layanan yang prima. Untuk itu, makalah ini akan menjelaskan berbagai
hal mengenai komunikasi kesehatan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami definisi serta ruang lingkup informasi dan komunikasi kesehatan.
2. Untuk memahami konsep serta proses komunikasi.
3. Untuk memahami konteks dalam komunikasi kesehatan.
2
BAB II
ISI
2. Jenis Komunikasi
Stuart dan Sundeen (1998) dan Potter dan Perry (2005) membagi dua jenis
komunikasi yaitu komunikasi verbal (termasuk di dalamnya komunikasi tertulis) dan
komunikasi non verbal.
a. Komunikasi verbal
Komunikasi non verbal adalah bahasa tubuh yang tidak diucapkan dan
tidakditulis tetapi dikomunikasikan dengan kuat melalui gerakan tubuh (Potter &
Perry,2005). Stuart dan Sundeen (1998) menyatakan ada lima kategori komunikasi
nonverbal, yaitu :
1) Isyarat vocal (isyarat paralinguistic), termasuk semua kualitas bicara non verbal.
2) Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh, termasuk semua ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
3) Isyarat objek, yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak oleh
seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
3
4) Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang.
5) Sentuhan, yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal paling personal.
3. Model Komunikasi
Satu arah >
̶ Linear ̶> Bersifat persuasif ̶> lebih efektif di media cetak/elektronik
Dua arah ̶> ada interaksi antar individu ̶> tujuan untuk menyamakan persepsi
Transaksional ̶> lebih personal (antar 2 orang) ̶> contoh komunikasi dokter
dengan pasien
4. Fungsi Komunikasi
5. Tujuan Komunikasi
4
d. Promote Peer Information Exchange & Emotional Support: memastikan
sampainya informasi pada pihak pertama dan memastikan terjadinya pertukaran
informasi kesehatan secara emosional.
e. Promote self care: memberi pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan
pribadi.
f. Manage demand for health services: mencukupkan permintaan layanan kesehatan.
5
Komunikasi dengan kepercayaan diri.
Komunikasi dengan membentuk kepercayaan publik dan pemberdayaan
publik.
Membuat pertukaran informasi dan gagasan semakin menyenangkan.
Apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of the liberal
artsand scienes Task Force, Truman State University 1994).
6. Proses Komunikasi
Proses komunikasi melibatkan empat komponen sesuai dengan teori Borle atau
biasa disebut dengan teori SMRC. Empat komponen tersebut adalah sumber
pesan(source), pesan tersebut (message), saluran atau media(channel), dan penerima
pesan (receiver). Berikut adalah skema proses komunikasi.
6
7. Unsur Komunikasi
8. Komunikasi Kesehatan
1. Persepsi
7
2. Faktor
Sumber atau pengirim pesan ini sering disebut sebagai komunikator, yaitu
orang yang menjadi subjek dalam berlangsungnya proses komunikasi dan
merupakan penyampai dari informasi. Sumber ini dapat berasal dari perorangan,
kelompok, dan institusi atau organisasi tertentu. Komunikator harus dapat
merumuskan isi pesan yang disampaikan dengan baik. Selain itu, komunikator juga
diharapkan dapat memiliki sikap empati dan menempatkan dirinya pada
komunikan atau pasien dalam konteks dunia kesehatan.
b. Pesan
c. Media
Media adalah saluran atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media ini bisa berupa media cetak,
audio, visual, maupun audio visual. Media tersebut di bedakan menjadi dua, yaitu
media komunikasi massa, dan media komunikasi pribadi. Media komunikasi massa
adalah media yang dapat di akses oleh umum, seperti TV, radio, surat kabar,
internet,dan majalah. Sementara itu, media komunikasi pribadi adalah media yang
8
menghubungkan komunikasi yang bersifat interpersonal, seperti telepon,
surat,maupun jenis pembicaraan lainnya.
f. Akibat ( Impact )
Akibat atau impact ini merupakan hasil akhir komunikasi yang bisa berupa
perubahan pada diri komunikan. Perubahan ini bisa berupa perubahan pada
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Keenam faktor tersebut harus dipenuhi dalam
komunikasi agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari
komunikasi tersebut dapat tercapai.
9
3. Variabel dalam Komunikasi
Terdapat beberapa variabel dalam komunikasi, yaitu empati, kontrol, trust, self-
disclosure dan confirmation.
Empati adalah suatu proses melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
Empati bisa di bilang sebagai variabel terpenting dalam komunikasi karena melalui
empati kita bisa mengetahui apa yang lawan bicara kita rasakan. Dalam hubungannya
dengan komunikasi kesehatan, empati di perlukan agar lawan bicara atau pasien kita
merasa di mengerti dan tidak ragu untuk menjelaskan kondisinya. Empati juga
memperkecil kemungkinan adanya salah pengertian atau miss komunikasi antara kita
dan pasien dan mengefektifkan komunikasi antara kita dan pasien.
Variabel yang kedua adalah kontrol. Ada dua macam kontrol yaitu kontrol
personal dan relasional. Individu yang merasa bisa mempengaruhi keadaan hidup
mereka adalah orang yang memiliki kontrol personal. Pada kasus kesehatan, pasien
merasa tidak memiliki kontrol akan diri mereka dan merasa sangat membutuhkan
kontrol tersebut. Kontrol relasional berbeda dengan kontrol personal. Kontrol relasional
lebih berfokus pada hubungan antar orang atau ciri-ciri antar orang, sedangkan kontrol
personal berfokus pada ciri-ciri individu.
Variabel yang ketiga adalah trust atau rasa percaya. Rasa percaya termasuk
salah satu variabel yang paling penting selain empati. Rasa percaya muncul jika seorang
individu merasa bisa bergantung kepada individu lainnya.
Yang terakhir adalah confirmation, yang artinya sebuah komunikasi dimana kita
bisa menghargai orang lain sebagai seorang manusia. Dengan berkomunikasi dengan
cara ini, kita bisa membantu pasien menghadapi perasaan di tolak dan di asingkan.
10
4. Hambatan dalam Komunikasi.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang berbeda antara satu orang dengan yang lain
adalah salah satu faktor yang dapat menghambat komunikasi. Tingkat
pendidikan berbanding lurus dengan kemampuan seseorang untuk menyerap atau
menyampaikan informasi (berkomunikasi).
c. Sosial Ekonomi
d. .Usia
11
komunikasi. Pada tingkat usia tertentu seseorang mempunyai cara pikir yang tidak
sama dengan cara pikir pada tingkat usia yang lainnya. Pada tingkat usia yang
tidak terlalu jauh berbeda komunikasi dapat berjalan baik.
1. Komunikasi Linier
2. Komunikasi interaksional
3. Komunikasi transaksional
12
lakukan secara bersamaan. Komunikator yang terlibat juga memegang kedua
peranan itu dengan kategori pesan baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi ini berlangsung secara terus menerus. Komunikasi ini tidak hanya di
pengaruhi oleh keadaan fisik dan psikologi lingkungan melainkan juga budaya,
pengalaman, status sosial, dan bahkan hubungan antara orang yang melakukan
komunikasi.
D. Tingkatan Komunikasi
1. Komunikasi intrapersonal
Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita memahami tentang penilaian orang
terhadap diri kita. Aspek yang di lihat dapat dari segi fisik, intelektual, dan emosional.
Dengan kita mengetahui hal itu, berpengaruh terhadap sejauh mana kita percaya diri
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Namun semua penilaian itu bukan sesuatu yang
statis artinya masih dapat dirubah.
Kebutuhan dan motivasi yang dimaksud ialah bagaimana kita mau dinilai dan
dipandang oleh orang lain. Sehingga menimbulkan proses interaksi antara diri kita
dengan orang lain dalam rangka menunjukkan diri kita.
c. Cognitions
13
d. Monitoring the reactions of others
2. Komunikasi interpersonal
3. Komunikasi kelompok
4. Komunikasi organisasi
5. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah suatu jenis komunikasi yang di tujukan kepada jumlah
audiens yang banyak dan heterogen. Misalnya dalam rangka promosi dankampanye
kesehatan. Komunikasi ini dilakukan melalui media seperti pamflet, poster,surat kabar,
14
televisi, dan sebagainya. Komunikasi ini diharapkan dapat mengubah perilaku suatu
kelompok masyarakat dengan cakupan yang lebih luas.
15
c. Penyedia Layanan Kesehatan dengan Keluarga
16
F. Komunikasi Saat Konseling
a. Jenis-Jenis Konseling
1. Supportive counseling
Bentuk konseling yang paling umum ketika kita diminta untuk memberikan
dukungan kepada orang lain.
2. Informative counseling
3. Educational counseling
4. Counseling in crisis
Tipe konseling ini adalah bagaimana cara kita membantu klien yang tiba-
tibamenghadapi kemelut permasalahan.
5. Post-trauma counseling
Digunakan untuk membantu mereka yang mengalami trauma berat dan panjang
seperti trauma karena bencana, perang, tragedi pribadi seperti berduka. n”.
17
G. Pemberitahuan Berita Buruk
1. Yang pertama adalah fase penolakan, yaitu fase dimana pasien tidak mau
menerima kenyataan.
2. Fase kedua adalah kemarahan, yaitu fase dimana pasien akan menyalahkan
semua orang atas keadaan bahwa ia akan mati.
3. Yang ketiga adalah fase penawaran, yaitu fase dimana pasien mulai bersikap
baik dengan harapan bahwa dirinya akan membaik.
4. Yang keempat adalah fase depresi, yaitu fase dimana pasien merasa depresi
dengan berita tersebut.
5. Dan yang terakhir adalah fase penerimaan,yaitu fase dimana pasien akhirnya
menerima bahwa ia kemungkinan besar akan meninggal.
Para tenaga kesehatan harus selalu mendukung pasien yang sekarat secara moral, salah
satunya adalah dengan cara mengabulkan permintaan khusus mereka setelah mati.
18
banyak. Para tenaga kesehatan juga harus meyakinkan bahwa kita adalah tenaga ahli
yang akan menangani penderita dengan baik. Di karenakan prosedur pengobatan yang
lumayan banyak dan membingungkan,tenaga kesehatan juga harus mampu memancing
penderita untuk bertanya sebanyakmungkin. Kemungkinan besar penderita cenderung
diam karena takut dengan fakta bahwa ia menderita kanker. Sebagai tenaga kerja yang
baik, kita harus menjelaskan prosedur penyembuhan dengan sejelas mungkin dan
meyakinkan bahwa kanker bukan berarti berakhir dengan kematian.
e. Kematian Mendadak
Ketika seseorang menderita sakit yang serius, umumnya pasien dan keluarganya
sudah terinformasikan mengenai kemungkinan terburuk yang ada. Akan tetapi,
19
haltersebut tidak berlaku jika seseorang meninggal karena serangan jantung,
stroke,ataupun kecelakaan. Tenaga kerja kesehatan bertugas untuk menolong keluarga
sang pasien dalam mengatasi kedukaan akan kehilangan dari kematian orang tercintanya.
Penyampaian berita menyedihkan tersebut sebaiknya secara serius disampaikan di
ruangan yang memiliki privasai, tenang, sepi, serta penuh perhatian dari tenaga
kerjakesehatan yang menyampaikan. Penting pula untuk menekankan kata kunci penting
mengenai kematian sang pasien berulang kali, pelan-pelan, serta hati-hati. Kebanyakan
keluarga menginginkan tenaga kerja kesehatan yang terlibat dan di sekitar sang pasien
ketika kematian tersebut terjadi untuk menjelaskan bagaimana haltersebut dapat terjadi.
Akan tetapi, sebagian keluarga ada juga yang memilih untuk tidak mengetahui banyak
dan menyendiri untuk meratapi berita duka tersebut.
Hal lain yang dapat dilakukan seorang dokter ketika memberitahukan kematian
seorang pasien kepada keluarganya adalah dengan berhati-hati menanyakan kesediaan
pendonoran organ sang pasien kepada orang yang membutuhkan. Menurut Mac Donalad
(2004), 50-70% keluarga setuju untuk memberikan manfaat kepada orang lain melalui
organ sang pasien yang sudah meninggal. Akan tetapi, terdapat pula keluarga yang
menolak dengan pengecualian jika memang donor organ adalah yang diinginkan sang
pasien tersebut. Pemberitahuan hal ini adalah hal yang sangat sensitif dan membutuhkan
kehati-hatian dalam penyampaiannya.
Kesalahan tentunya adalah sebuah hal sensitif bagi orang-orang yang merasa
dirugikan. Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan, termasuk seorang dokter dan
tenaga kerja kesehatan lainnya. Seorang dokter harus bersikap terbuka kepada pasiennya,
baik dalam berita baik maupun buruk. Jika seorang tenaga kerja Kesehatan melakukan
kesalahan dalam tahap manapun dalam proses penyembuhan seorang pasien, wajib bagi
seorang tenaga kerja kesehatan untuk mengaku dan meminta maaf kepada sang pasien
tersebut.
Ketika kematian atau kerusakan permanen serta akibat serius lainnya terjadi,solusi
terbaik untuk rumah sakit adalah untuk mengaku dan tidak menutup-nutupi fakta
kesalahan dari pihak rumah sakit. Berdasarkan University of Michigan Health System,
20
hasil mengatakan bahwa pada tahun 1995 hingga 2007, tuntutan yang diajukan kepada
rumah sakit yang terbuka atas kesalahan mereka lebih sedikit dan penanganan kasus
berlangsung lebih cepat daripada rumah sakit yang menangani kesalahan tersebut secara
tertutup.
Depresi adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan dangkal
(lowmood) sebagai akibat dari pengaruh peristiwa yang tidak diharapkan, dimana
manifestasi gejalanya dapat bersifat ringan hingga pada tingkat yang berat (Rosenbaum,
2000). Depresi juga didefinisikan sebagai suatu status emosional seseorang yang ditandai
dengan kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, menarik diri dari lingkungan,
gangguan tidur, anoreksia, kehilangan gairah seksual, kehilangan ketertarikan pada
aktivitas-aktivitas yang biasanya menyenangkan. (Davison & Neale, 1994). Faktor-faktor
penyebab depresi dapat dibagi menurut asalnya sebagai berikut (Pennel & Creed, 1987)
bersumber darifisik, bersumber dari psikis, dan bersumber dari sosial.
21
dalam proses terapi. Menurunkan faktor ekspresi emosi dalam keluarga.
Memperbaiki pola adaptasi keluarga dalam menghadapi perubahan perilaku pasien.
Memberikan obat antidepressant untuk memberikan ketenangan.
Pasien yang pasif dapat membuat kesulitan bagi petugas kesehatan karena lebih
menutup diri dan kesulitan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Hal ini dapat
menyebabkan terganggunya proses diagnosis dari pasien tersebut. Untuk itu, petugas
kesehatan harus memiliki kemampuan interpersonal yang baik untuk dapat meraih
komunikasi yang baik kepada pasien. Kemampuan interpersonal tersebut meliputi
keinginan untuk mengenal pasien bukan hanya sebagai benda yang harus diobati, namun
sebagai manusia yang memiliki perasaan untuk dimengerti. Konsep dasar dari semua
aplikasi yang dijelaskan di atas merupakan bentuk dari “empati”. Dengan Empati kepada
pasien kita, kita dapat mengerti dari mana sumber dari kekhawatiran dan ketakutan yang
dialami oleh pasien. Dengan begitu, kita bisa memberikan ketenangan kepada pasien yang
tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh pasien.
22
Coba untuk tidak tersinggung atau terlibat terlalu dalam secara emosional
Menjaga jarak yang aman jika pasien mulai menunjuka tanda-tanda agresif
Jika keadaan yang ada menjadi terlalu membahayakan, panggilah bantuan
namun coba juga untuk mengawasi pasien jika sedang menghadapi masalah dan
pertahankan situasi jika memungkinkan.
23
e. Atur posisi yang berada sejajar dengan mata anak
f. Bicara dengan suasana yang tenang, tidak tergesa-gesa , dan percaya diri
g. Bicara yang jelas dan spesifik dengan menggunakan kata-kata sederhana dan
kalimat yang pendek
h. Nyatakan petunjuk dan saran secara positif
i. Tawarkan pilihan jika ada
j. Jujur pada anak
k. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalah ketakutan
mereka
l. Gunakan berbagai teknik komunikasi
24
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
Menurut kami, kita sebagai tenaga medis yang professional, kita harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Kemampuan ini dapat membantu banyak pihak
untuk memahami informasi yang hendak disampaikan, juga memudahkan kita untuk
menjalankan prosedur kesehatan. Oleh sebab itu, tenaga medis diharapkan mempelajari tahapan
dan strategi dalam berkomunikasi.
25
REFERENSI
2.Ando S, Rejaki. Komunikasi Antara Tutur Besan Pada Suku Simalungun. Medan:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40589/5/Chapter%20I.pdf
http://mercubuana.ac.id/files/DADAN%20ANUGRAH%20-%20KOMUNIKASI%20ANTAR
%20BUDAYA%20----OK15---Ganjil%200809/MODUL%20KAB%2012.pdf (diakses pada 17
September 2014)
4.Arfina O. Analisis Perbedaan Persepsi Siswa Berdasarkan Usia, Gender, Jenis Pekerjaan,
dan Lama Kursus terhadap Komunikasi Word of Mouth.
5.Berry D. Health Communication: Theory and Practice. USA : Open University Press. 2007
6.Burnard, Philip. 2005.Counseling Skill for Health Professional 4th Edition. Nelson Thornes
Ltd
26
11.Maulana H D. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
27