Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MOTIVASI BELAJAR DALAM AL-QUR’AN”

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi)

Dosen Pengampu:
H. Awaludin Abdul Gaffar, Lc., M.A.

Disusun Oleh:

1. Anisah Rahmawati (221105011443)


2. Tiya Angraeni (221105011489)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat beriring salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW.

Kami bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Tafsir Tarbawi dengan materi “Motivasi Belajar
dalam Al-Qur’an”. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dan
sangat di perlukan untuk menyempurnakan di kemudian hari dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
kami yang mana telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

a. Latar Belakang ...........................................................................................1


b. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
c. Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

A. Pengertian Motivasi Belajar.......................................................................2


B. Motivasi Belajar Dalam Al-Qur’an..............................................................2
1. QS. Al-An’am: 50 dan 160...........................................................................3
2. QS. Az-Zumar: 9 .........................................................................................5
3. QS. Al-Mujadilah: 11 ..................................................................................6
4. QS. Al-Isra: 39 ............................................................................................ 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................................9

C. Kesimpulan .................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Memiliki motivasi di setiap hal yang kita kerjakan tentu akan sangat membantu
dalam mencapai target. Sebab, motivasi dapat membuat kita lebih bersemangat dan
fokus pada tujuan. Terlebih untuk belajar, yang mungkin membuat sejumlah orang
tidak bergairah melakukannya. Inilah mengapa banyak orang butuh mendengar
kata-kata motivasi belajar.

Belajar sangat erat kaitannya dengan motivasi siswa. Motivasi memegang


peranan penting dalam mempengaruhi aspek belajar. Siswa melaksanakan kegiatan
belajar dengan menumbuhkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan belajar secara
optimal dalam memahami tujuan dalam pembelajaran. sehingga motivasi menjadi
salah satu penentu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran

Ketika motivasi siswa kuat, siswa akan meningkatkan seluruh perhatian dan
intensitas belajarnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi belajar pada
setiap individu dapat berbeda, sehingga ada siswa yang orientasinya hanya untuk
memperoleh nilai yang tinggi, namun ada pula siswa yang benar-benar ingin
mengembangkan wawasan dan pengetahuan.

Al-Quran sebagai pedoman dan sebagai petunjuk bagi manusia, Sehingga Al-
Quran sebagai sumber pengetahuan. Mari kita pelajari bagaimana Motivasi Belajar
dalam Prespektif Al-Qur’an?

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu Motivasi Belajar?
2. Bagaimana Motivasi Belajar dalam Prespektif Al-Qur’an?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dari Motivasi Belajar
2. Untuk Memahami bagaimana Motivasi Belajar dalam Prespektif Al-Qur’an

1
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motivasi diambil dari bahasa latin, movere yang artinya dorongan dari diri
sendiri untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki. Motivasi belajar artinya dorongan
dari diri siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya pemahaman materi atau
pengembangan belajar. Dengan adanya motivasi, siswa akan senantiasa semangat
untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Cara menumbuhkannya tentu bukan perkara mudah karena setiap siswa


memiliki karakter dan keinginan berbeda-beda. Hal ini tentu tidak sepenuhnya
menjadi tanggung jawab guru, namun orangtua tetap memegang peranan penting di
dalamnya. Motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua jenis; Pertama, Motivasi Belajar
Intrinsik (motivasi yang berasal dari diri sendiri). Kedua Motivasi Belajar Ekstrinsik
(motivasi yang berasal dari luar).1

B. Motivasi Belajar dalam Al-Qur’an

Berikut Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai Motivasi Belajar:

1. QS. Al-An’am: 50 dan 160

‫ُقْل ۤاَّل َاُقْو ُل َلـُك ْم ِع ْن ِد ْي َخ َز ٓاِئُن ِهّٰللا َو ۤاَل َاْع َلُم اْلَغ ْيَب َو ۤاَل َاُقْو ُل َلـُك ْم ِاِّن ْي َم َلٌكۚ  ِاْن َاَّت ِبُع ِااَّل َم ا ُيْو ٰۤح ى ِاَلَّي ۗ  ُقْل َه ْل َيْس َت ِو ى اَاْل‬
‫ْع ٰم ى َو ا ْل َب ِص ْيُر ۗ  َاَفاَل َتَت َفَّك ُرْو َن‬

"Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa


perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku
tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa
yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama antara orang yang buta
dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An'am:
50)

Mufradaat Lughawiyyah
1
Motivasi Belajar Siswa: Jenis & Cara meningkatkannya Quipper.com. Diakses pada Desember 8,
2020

2
‫ َخ َز ٓاِئُن‬adalah jamak dari kata ‫ خزينة‬tempat untuk menyimpan barang yang ingin
disimpan dan dilarang untuk dipergunakan. Adapun ‫ َخ َز ٓاِئُن ِهّٰللا‬sumber rezeki,
maksudnya adalah rezeki-rezeki hamba tidak ada di tanganku.

Tafsir dan penjelasan

Orang-orang musyrik meminta Nabi Saw, untuk menunjukkan mukjizat materi


yang hebat. Hal ini disebabkan ketidaktahuan mereka atas risalah rasul dan misi
kerasulannya. Allah SWT berkata, “Katakanlah wahai Rasul kepada mereka, ‘Aku
tidak mengetahui rahasia rezeki dari Allah. Hanya Allah yang memberikan sumber
rezeki tersebut kepada hamba-hamba Nya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya dan
sesuai dengan sebab-sebab yang mendatangkan hasil maupun yang
mempengaruhinya. Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa Aku mengetahui
hal-hal gaib karena itu hanya lah milik Allah SWT. Aku tidak mengetahuinya kecuali
apa yang ia beritahukan padaku. Aku juga tidak mengklaim sebagai malaikat, namun
aku adalah manusia biasa yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT sehingga aku
tidak bisa mendatangkan sesuatu diluar batas kemampuan manusia.”

Makna dari tiga perkara ini adalah bahwa Nabi Muhammad Saw, tidak
mengaku sebagai Tuhan, tidak mengetahui hal-hal gaib, serta bukanlah malaikat
yang dapat diminta sesuatu yang diluar kemampuan dan kekuasaannya. Adapun
tugas Rasul adalah mengikuti wahyu. Inilah yang dimaksud dari firman Allah SWT ‫ِاْن‬
‫ٰۤح‬
‫ َاَّت ِبُع ِااَّل َم ا ُيْو ى ِاَلَّي‬yakni sedikit pun aku tidaklah keluar dari batasan tugasku sebagai
rasul walau hanya sejengkal.

Kemudian, Allah SWT menghina mereka atas kesesatannya seraya


menjelaskan bahwa kesesatan dan hidayah tidaklah sama. Lalu Allah SWT
berfirman, ‫ ُقْل َه ْل َيْس َت ِو ى اَاْل ْع ٰم ى َو ا ْل َب ِص ْيُر‬katakanlah kepada orang-orang musyrik yang
dusta, “Apakah sama orang yang mengikuti kebenaran dan diberikan hidayah
dengan orang sesat dan menyimpang dari kebenaran?”.2

QS. Al-An’am: 160

‫ٰۤز‬
‫َم ْن َج ٓاَء ِبا ْلَح َس َن ِة َفَلٗه َع ْش ُر َاْم َث ا ِلَه اۚ  َو َم ْن َج ٓاَء ِبا لَّس ِّي َئ ِة َفاَل ُيْج ى ِااَّل ِم ْثَلَه ا َو ُه ْم اَل ُيْظ َلُمْو َن‬

2
Tafsir Al-Munir jilid 4 (Juz 7-8) Hlm. 195

3
"Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan
barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka
sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)." (QS. Al-An'am: 160)

Tafsir dan Penjelasan

Barangsiapa yang pada hari kiamat membawa perkara baik dan perbuatan
mulia berupa ketaatan-ketaatan, dia mendapatkan balasan sepuluh kali lipat yang
setimpal. Ini dari sisi keadilan dan keutamaan yang terbatas. Namun, kebaikan
kadang-kadang dilipatgandakan menjadi tujuh ratus kali sampai berlipat-lipat.
Pembagian besaran pahala sesuai kehendak Allah SWT dan juga hal-hal yang
dapat meningkatkan pahalanya disisi Allah, seperti Ikhlas dalam niat, melakukan
perbuatan baik, menuntut ilmu, memberikan manfaat bagi ummat dan lain
sebagainya.

Orang yang melakukan kejelekan (kejahatan) atau berbuat dosa, dia


mendapatkan balasan kejelekan yang setimpal. Ayat ‫ ِم ْثَلَه ا َو ُه ْم اَل ُيْظ َلُمْو َن‬Setiap orang
yang melakukan kebaikan dan kejelekan amalnya tidak dikurangi sama sekali.
Pahala orang-orang yang berbuat kebaikan tidak dikurangi dan siksa orang-orang
yang berbuat kejelekan tidak ditambahi. 3

2. QS. Az-Zumar: 9

‫َاَّم ْن ُه َو َقا ِنٌت ٰا َن ٓاَء اَّلْي ِل َس ا ِجًدا َّو َقٓاِئًم ا َّيْح َذ ُر اٰاْل ِخَر َة َو َيْر ُجْو ا َر ْح َم َة َر ِّبٖه ۗ  ُقْل َه ْل َيْس َت ِو ى اَّلِذ ْي َن َيْع َلُمْو َن َو ا َّلِذ ْي َن اَل‬
‫َيْع َلُمْو َن ۗ  ِاَّن َم ا َي َت َذ َّك ُر ُاوُلوا اَاْل ْلَب ا ِب‬

"(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah
pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya
orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar: 9)

Tafsir dan Penjelasan

3
Tafsir Al-Munir Jilid 4 (Juz 7-8) Hlm.386

4
Apakah orang kafir seperti itu lebih baik keadaan dan nasibnya kelak atau
orang yang beriman kepada Allah SWT, taat, khusyuk, shalat menghadap Allah
SWT saat malam hari. Kekhusyukannya senantiasa terjaga ketika sujud dan berdiri,
ia takut pada akhirat dan senantiasa mengharap rahmat-Nya, sehingga ia
mengombinasikan antara takut dan pengharapan, dan itulah ibadah sempurna yang
karenanya seseorang memperoleh keberuntungan.

Apakah orang-orang yang berilmu sama seperti mereka yang bodoh? Hanya
orang-orang berakal sehatlah yang bisa memetik pelajaran darinya dan
menadaburinya, bukan orang-orang bodoh. Maksud yang dikehendaki dari ayat ini
(menafikan persamaan antara dua golongan menggunakan kalimat pertanyaan)
adalah untuk mempertegas penafian persamaan antara dua golongan manusia
sebelumnya; orang kafir yang inkonsisten dan memiliki perilaku kontradiktif dengan
orang mukmin yang taat dan khusyuk.

Sebagaimana tidak sama antara orang berilmu dengan orang bodoh, tidak
sama pula orang mukmin dengan orang musyrik yang menyekutukan Allah SWT dan
menyesatkan orang lain dari jalan Allah SWT. Orang pertama berada dipuncak
tertinggi kebaikan dan ilmu, sedangkan yang kedua berada dititik nadir keburukan
dan kebodohan.

Abu Hayyan mengatakan, ayat ini menunjukan bahwa kesempurnaan


seseorang terdapat pada dua syarat tersebut; ilmu dan amal. Sebagaimana tidak
sama antara orang yang tahu dan yang tidak tahu, demikian pula tidak sama antara
orang taat dan orang durhaka. Maksud ilmu disini adalah ilmu yang bisa
mendatangkan makrifatullah (mengenal Allah) dan keselamatan dari murka-Nya.4

3. QS. Al-Mujadilah: 11

‫ٰۤي َا ُّيَه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْۤو ا ِاَذ ا ِقْي َل َلـُك ْم َت َفَّس ُحْو ا ِفى اْل َم ٰج ِلِس َفا ْف َس ُحْو ا َي ْف َس ِح ُهّٰللا َلـُك ْم ۚ  َو ِا َذ ا ِقْي َل اْنُشُز ْو ا َفا ْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهّٰللا اَّلِذ ْي َن‬
ٌ‫ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْم ۙ  َو ا َّلِذ ْي َن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍتۗ  َو ا ُهّٰلل ِبَم ا َت ْع َم ُلْو َن َخ ِبْي ر‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka
4
Tafsir Al-Munir Jilid 12 (Juz 23-24) Hlm. 227

5
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Asbabun Nuzul Ayat: Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari Qatadah, ia


berkata, “ Ketika mereka berada dalam majelis Rasulullah sa., lalu mereka melihat
ada orang yang dating, mereka enggan memberikan tempat kepadanya di mejelis
Rasulullah saw.,kemudian, turunlah ayat ini.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqatil bahwa ayat ini turun pada hari
jum’at. Waktu itu, ada beberapa orang dari ahli badar {orang yang ikut dalam perang
badar} datang, sementara tempat yang ada sempit, lalu orang-orang itu tidak diberi
tempat duduk, sehingga mereka terpaksa berdiri. Lalu Rasulullah saw meminta
beberapa orang dengan jumlah ahli badar yang datang itu untuk berdiri supaya
tempat mereka ditempati oleh orang-orang dari ahli badar. Lalu orang-orang diminta
berdiri, itu pun merasa tidak suka akan hal itu, lalu turunlah ayat ini.

Tafsir dan penjelasan

Ayat ini bersifat umum mencangkup setiap majelis dimana kaum muslimin
berkumpul untuk kebaikan dan ganjaran, baik itu adalah majelis pertempuran,
majelis zikir, majelis ilmu, majelis hari jum’at atau hari raya. Setiap orang lebih
berhak atas tempat duduknya yang ia lebih dahulu sampai pada di tempat duduk itu.
Akan tetapi ia mesti bersikap toleran dengan memberi ruang dan tempat bagi
saudaranya yang lain.

Ar-Razi menjelaskan kalimat ‫ َي ْف َس ِح ُهّٰللا َلـُك ْم‬adalah bersifat mutlak untuk setiap hal
yang mana manusia meminta kelapangan didalamnya, berupa tempat, rezeki, dada,
kubur, dan surga. Ayat ini menunjukan bahwa setiap orang yang mau memberikan
keluasan, kelapangan, dan membuka lebar pintu-pintu kebaikan dan kenyamanan
kepada para hamba Allah SWT, Allah SWT juga berkenan membuka lebar-lebar
kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat untuknya.

“niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu


dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” Allah SWT mengangkat dan
meninggikan derajat orang-orang mukmin dan ulama dalam hal derajat pahala di

6
akhirat, dan dalam hal derajat kehormatan dan kemuliaan di dunia. Ayat ‫َو ا َّلِذْيَن ُاْو ُتوا‬
‫ اْل ِع ْلَم‬juga menunjukkan bahwa kemuliaan disisi Allah SWT adalah dengan iman dan
ilmu. Pertama-tama, Allah SWT meluhurkan seorang mukmin dengan keimanannya,
kemudian dengan ilmunya.5

4. QS. Al-Isra: 39

‫ٰذ ِلَك ِم َّم ۤا َاْو ٰۤح ى ِاَلْي َك َر ُّب َك ِمَن اْلِحْك َم ِةۗ  َو اَل َت ْج َع ْل َمَع ِهّٰللا ِاٰل ًه ا ٰا َخ َر َفُتْلٰق ى ِفْي َج َه َّن َم َم ُلْو ًم ا َّم ْد ُحْو ًر ا‬

"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu (Muhammad). Dan


janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari rahmat
Allah)." (QS. Al-Isra': 39)

Tafsir dan Penjelasan

‫ ٰذ ِل َك ِم َّم ۤا َاْو ٰۤح ى ِاَلْي َك َر ُّب َك ِمَن اْلِحْك َم ِة‬Artinya, akhlak-akhlak mulia yang kami perintahkan
kepadamu dan sifat-sifat buruk yang kami larang adalah termasuk dasar-dasar
syari’at dan agama yang kami wahyukan kepadamu, wahai Muhammad, untuk kamu
perintahkan kepada orang-orang. Dan maksud dari hikmah adalah taklif-
taklif(hukum-hukum) yang disebutkan. ‫ َو اَل َت ْج َع ْل َم َع ِهّٰللا ِاٰل ًه ا ٰا َخ َر‬Janganlah kamu
menjadikan Tuhan lain sebagai sekutu Allah, kamu akan dihukum dengan
dilemparkan ke dalam neraka Jahannam dalam kondisi dicela. Artinya dicela oleh
dirimu sendiri, oleh Allah, dan oleh seluruh makhluk. ‫ َّم ْد ُحْو ًر ا‬artinya terusir dan
dijauhkan dari rahmat Allah SWT dan dari semua kebaikan.

Ayat ini ditunjukan kepada ummat ini melalui perantara Rasulullah Saw. Karena
sesungguhnya beliau terjaga dari dosa. Dengan demikian, yang dimaksud ayat
diatas adalah semua manusia mendengar ayat tersebut.

Allah SWT memulai hal-hal yang dibebankan kepada manusia dalam ayat-
ayat diatas dengan perintah untuk mengesakan Allah dan larangan menyekutukan-
Nya, lalu ditutup dengan perintah dan larangan yang semakna. Ini maksudnya untuk
mengingatkan bahwa awal dan akhir semua perbuatan, ucapan, pikiran dan dzikir,
wajib dimulai dan disertai dengan tauhid. Dan tujuan dari semua taklif adalah
mengetahui dan mendalami tauhid.
5
Tafsir Al-Munir Jilid 14 (JUz 27-28) Hlm. 412

7
Motivasi Belajar pada ayat ini yakni; “Dengan ilmu kita dapat melakukan
perbuatan yang baik dan berakhlak mulia, serta menjauhkan diri dari melakukan
perbuatan yang buruk dan berakhlak hina”. Dan “ Dengan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat lalu mengamalkannya dengan niat yang ikhlas, merupakan suatu upaya
agar mendapatkan rahmat-Nya dan terhindar dari api neraka”.6

6
Tafsir Al-Munir JIlid 8 (Juz 15-16) Hlm.95

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan:
1. Motivasi belajar artinya dorongan dari diri siswa untuk mencapai tujuan
belajar, misalnya pemahaman materi atau pengembangan belajar.
2. QS. Al-An’am: 50 dan 160
Motivasi belajar pada ayat 50 yakni “ Dengan menuntut ilmu/belajar agar kita
menempuh jalan kebenaran dan terhindar dari kesesatan”
Motivasi belajar pada ayat 160 yakni “‫ َم ْن َج ٓاَء ِبا ْلَح َس َن ِة َفَلٗه َع ْش ُر َاْم َث ا ِلَه ا‬Menuntut
ilmu/Belajar merupakan suatu perbuatan mulia, belajarnya saja sudah
mendapatkan balasan sepuluh kali lipat atau lebih, apalagi mengamalkannya
dan mengajarinya kepada orang lain.”
3. QS. Az-Zumar: 9
Motivasi belajar pada ayat ini yakni “Dengan ilmu kita dapat makrifatullah
(mengenal Allah) dan mendapatkan keselamatan dari murka-Nya.”
4. QS. Al-Mujadilah: 11
Motivasi belajar pada ayat ini yakni “ Dengan iman dan ilmu, Allah akan
mengangkat derajatnya baik didunia maupun diakhirat”
5. QS. Al-Isra: 39
Motivasi belajar pada ayat ini yakni “Dengan ilmu kita dapat melakukan
perbuatan yang baik dan berakhlak mulia, serta menjauhkan diri dari
melakukan perbuatan yang buruk dan berakhlak hina”. Dan “ Dengan
mendapatkan ilmu yang bermanfaat lalu mengamalkannya dengan niat yang
ikhlas, merupakan suatu upaya agar mendapatkan rahmat-Nya dan terhindar
dari api neraka.”

9
DAFTAR PUSTAKA

Viandari.Eka. Motivasi Belajar Siswa: Jenis & Cara meningkatkannya. (2020).


Quipper.com. https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/motivasi-belajar-siswa/

Tafsir Al-Munir Jilid 4 (Juz 7-8); Penulis, Wahbah az-Zuhaili; Penerjemah:


Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Penyunting, Fahmi Bahreisy; Cet. 1-Jakarta : Gema
Insani, 2016

Tafsir Al-Munir Jilid 8 (Juz 15-16); Penulis, Wahbah az-Zuhaili; Penerjemah:


Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Penyunting, Naillunniam; Cet. 1-Jakarta : Gema
Insani, 2016

Tafsir Al-Munir Jilid 12 (Juz 23-24); Penulis, Wahbah az-Zuhaili; Penerjemah:


Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Penyunting, Achmad Yazid Ichsan; Cet. 1-Jakarta :
Gema Insani, 2016

Tafsir Al-Munir Jilid 14 (Juz 27-28) ); Penulis, Wahbah az-Zuhaili;


Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Penyunting, Fahmi Faisal Bahreisy; Cet.
1-Jakarta : Gema Insani, 2014

10

Anda mungkin juga menyukai