Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

“MOTIVASI BELAJAR DALAM AL-QURAN”

[QS. Al Mujadilah :11, QS. Az Zumar:9]

DOSEN PENGAMPU: NAHRIM AJMAIN, MA.

DISUSUN OLEH:

DEVI ANGGRAINI (201491)

NUR TRISNA (201423)

JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SULTAN ABDURRAHMAN KEPRI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai motivasi
belajar dalam Al-Qur’an khususnya QS. Al-Mujadilah ayat 11 dan QS. Az-Zumar ayat 9.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya sendiri
dan umumnya bagi para pembaca makalah ini.

Terimakasih, Wassalamu’alaikum,

Tanjungpinang, 2 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................3

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................4
3. Tujuan Pembahasan...............................................................................4
PEMBAHASAN
A. Motivasi..................................................................................................5
B. Belajar....................................................................................................6
C. Motivasi Belajar.....................................................................................6
D. Surah Mujadilah Ayat 11.......................................................................7
E. Surah Az-Zumar Ayat 9.........................................................................8
F. Konsep Tarbiyah Dalam Al-Qur’an dan Hadis....................................10
PENUTUP
1. Kesimpulan..........................................................................................14
2. Saran.....................................................................................................14
Daftar Pustaka..........................................................................................15

3
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi
setiap muslim, al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara
sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami
kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara
sungguh-sungguh dan konsisten.

Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap muslim dalam
menghadapi berbagai macam masalah yang timbul dari zaman ke zaman, didalam Al-
Qur’an banyak ayat yang bisa kita petik untuk menghadapi kesulitan kehidupan manusia
karna didalamnya memuat begitu banyak nilai serta kandungannya yang luas, seperti
halnya ketika al’Qur’an menerangkan tentang masalah sosiologi, anstronomi, biologi,
sejarah, dan psikologi. Hal tersebut hanya sebagian kecil diantara ilmu-ilmu yang
disinggung dalam al-Qur’an. Sehingga, kehadiran al-Qur’an telah memberi pengaruh
yang luar biasa bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam berbagai
bidang kehidupan. Akan sangat amat berguna dalam setiap segi kehidupan secara
menyeluruh, berbagai persoalan yang timbul adapun itu bersifat duniawi maupun
ukhrowi jika kita mempelajari dan memahami isi kandungan al-Qur’an pasti akan
menemukan solusi untuk menyelesaikannya.

2. Rumusan Masalah
a. Apakah didalam Al-Qur’an surah Al Mujadilah ayat 11 terdapat motivasi
belajar?
b. Motivasi belajar yang seperti apa yang terkandung dalam surah Al Mujadilah
ayat 11?
c. Apakah didalam Al-Qur’an surah Az Zumar ayat 9 terdapat motivasi belajar?
d. Motivasi belajar yang seperti apa yang terkandung dalam surah Az Zumar
ayat 9?

3. Tujuan Pembahasan
a. Apakah didalam Al-Qur’an surah Al Mujadilah ayat 11 terdapat motivasi
belajar?
b. Motivasi belajar yang seperti apa yang terkandung dalam surah Al Mujadilah
ayat 11?
c. Apakah didalam Al-Qur’an surah Az Zumar ayat 9 terdapat motivasi belajar?
d. Motivasi belajar yang seperti apa yang terkandung dalam surah Az Zumar
ayat 9?

4
PEMBAHASAN

A. MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Dalam membahas tentang motivasi, sering kita temukan beberapa istilah
yang mengandung relevansi dengan makna motivasi. Diantara istilah yang
penulis maksudkan adalah motif. Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan
dengan istilah motivasi. Sebab-sebab motif itu tidak selamanya aktif. Motif-
motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata “motif” diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahwa motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif.

Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan,


menjelaskan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Tidak jauh berbeda dengan apa yang
dikatakan M. Alisuf Sabri, bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi
pendorong timbulnya suatu tingkah laku.

2. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Sardiman M, motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu
intrinsik dan ekstrinsik:
a) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena
tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik,
atau mendapatkan hadiah. Jadi, apabila dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukannya tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa
yang dilakukannya itu. Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi
ekstrinsik, yang penting adalah: ganjaran-ganjaran yang menjadi
pendorong bagi seseorang untuk belajar lebih baik, hukuman-hukuman
yang akan didapat karena kelalaian, serta persaingan atau kompetisi.

b) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau
fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya

5
seseorang yang senang membaca tidak perlu disuruh atau mendorongnya,
karena ia sudah rajin membaca buku. Jadi motivasi intrinsic ialah
motivasi yang berasal dari seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari
luar.
B. BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya menggiat, akan tetapi juga mengalami. Artinya, hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Ada juga yang
mengatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-
latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan,
menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan
dengan pengalaman (experience).

Syaiful Bahri Djamarah berpendapat, bahwa belajar adalah proses perubahan


perilaku, berkat pengalaman dan latihan. Selain itu, menurut Hamalik, belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sementara, Daryanto
mengemukakan pendapat yang hampir sama dengan defenisi tersebut yaitu belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Ciri-Ciri Belajar
a) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada individu
yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik actual maupun
potensial
b) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relative lama
c) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha

C. MOTIVASI BELAJAR
Motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga dalam diri siswa,
yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Melihat hal tersebut semakin
menegaskan betapa pentingnya motivasi dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar ini
menjadikan seseorang bersedia melakukan kegiatan belajar dan berupaya mengatasi
kesulitan-kesulitan yang ditemui untuk mencapai tujuannya.
6
D. SURAH AL MUJADILAH AYAT 11
Al Mujadilah ayat 11 menceritakan tentang adab menghadiri majelis. Ayat ini
juga menunjukkan pentingnya ilmu. Dalam situs Kementerian Agama Kantor Wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara disebutkan surah Al Mujadilah ayat 11 menjelaskan adab
menghadiri majelis yakni hendaklah setiap orang berlapang-lapang dalam majelis. Jangan
sampai seorang muslim mengambil tempat duduk yang tidak perlu dan hendaklah
mempersilahkan orang lain agar bisa turut duduk di majelis.

Cerita turunnya surah Al Mujadilah ayat 11 yakni berkenaan dengan majelis


Rasulullah di serambi Masjid Nabawi pada hari Jumat. Waktu itu datang sejumlah
sahabat ahli bada

Maka Rasulullah pun memerintahkan sahabat lainnya untuk bangkit dan memberi
tempat duduk bagi ahli badar tersebut. Orang-orang munafik yang mengetahui peristiwa
ini kemudian menuduh Rasulullah tidak adil. Rasulullah lantas menjelaskan bahwa
mereka yang berlapang-lapang dalam majelis dan bangkit untuk memberi tempat duduk
ahlli badar, akan diberkahi Allah. Allah pun lantas menurunkan surat Al Mujadilah ayat
11.

‫ش ُز ْوا َيرْ َف ِع هّٰللا ُ الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذي َْن‬ ُ ‫ِس َفا ْف َسح ُْوا َي ْف َس ِح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َوا َِذا قِ ْي َل ا ْن‬
ُ ‫ش ُز ْوا َفا ْن‬ ِ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا ا َِذا قِ ْي َل لَ ُك ْم َت َف َّسح ُْوا فِى ْال َم ٰجل‬
‫ت َو ُ ِب َما َتعْ َملُ ْو َن َخ ِب ْي ٌر‬ ‫هّٰللا‬ ٍ ۗ ‫ا ُ ْو ُتوا ْالع ِْل َم َد َر ٰج‬

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Al Mujadilah ayat 11 juga menyebutkan pentingnya ilmu. Dalam buku ‘Islam


Disiplin Ilmu’ oleh Amrah Husna, ilmu dalam pandangan Islam adalah suatu kebutuhan
yang harus diraih oleh setiap muslim. Karena dari ilmu manusia dapat mengetahui
hakikat kebenaran.

Oleh sebab itu kedudukan ilmu dalam pandangan Islam menurut ulama
berdasarkan Al-Qur’an dan hadits adalah wajib.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah bersabda:

َ ‫طَلَبُ ْا ِلع ْل ْم فَ ِر ْث‬


‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim”

7
Keutamaan orang berilmu dan penuntut ilmu:
1. Dimuliakan dan diangkat derajatnya oleh Allah sesuai surah Al Mujadilah ayat 11
2. Ilmu dapat sebagai sarana untuk mendekatkan diri dan takut kepada Allah.
3. Pahalanya sama dengan jihad fisabilillah
4. Dimudahkan baginya jalan menuju surge
5. Lebih mulia dari ahli ibadah
Orang yang beribadah dengan dasar ilmu yang benar, lebih dimuliakan oleh Allah
daripada ahli ibadah tanpa ilmu. Hal ini sesuai dengan HR Muslim :
“Apabila kalian bergegas berangkat menuntut ilmu (mempelajari ayat-ayat Allah) itu
lebih tinggi nilainya daripada sholat sunnah seratus rakaat”
6. Dimohon ampunan oleh penduduk langit dan bumi.

Motivasi belajar yang terkandung dalam surah al mujadilah ayat 11 yaitu jenis
belajar pembiasaan yang dapat dilakukan melalui pendekatan kognitif dan stimulus-
respon. Dengan hal tersebut motivasi belajar dalam diri seseorang akan tumbuh.

Surah al-Mujadilah ayat 11 mengandung motivasi belajar yang menyentuh aspek


ekstrinsik seseorang yaitu pertama seseorang akan mendapatkan derajat dengan cara
beriman kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, kedua adalah mereka yang diberi ilmu pengetahuan, artinya derajatnya
tinggi disisi Allah, bisa didapatlan dengan menjadi orang yang berilmu, ketiga, yaitu
menjadi keduanya (beriman dan berilmu), ilmu dan imannya selalu beriringan.

E. SURAH AZ ZUMAR AYAT 9

‫ َذ َّك ُر‬a َ‫ا يَت‬aa‫ت ٰان َۤا َء الَّي ِْل َسا ِجدًا َّوقَ ۤا ِٕى ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ ا َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َم‬
ٌ ِ‫اَ َّم ْن ه َُو قَان‬
‫ب‬ ْ َ
ِ ‫اولوا ا لبَا‬ ‫اْل‬ ُ ُ

Artinya : (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, karna takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Apakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran
Ma’nal Mufrodat
1. ‫اَ َّم ْن‬ : Apakah orang
ٌ
2. ‫قَانِت‬ : Ketekunan
َ
3. َ‫يَ ْعل ُموْ ن‬ : Orang-orang yang mengetahui
َّ َ
4. ‫يَتَذك ُر‬ : Yang dapat menerima pelajaran
5. ‫ب‬ ْ ‫اْل‬
ِ ‫اولوا ا َلبَا‬ ُ ُ : Orang-orang yang berakal sehat

Tafsir QS. Az-Zumar ayat 9

8
QS. Az Zumar ayat 9 ini menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan antara orang
kafir dengan orang yang bertaqwa yang selalu menjalankan ibadah kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, serta takut akan adzab Allah di akhirat, dan yang selalu
mengharap Rahmat Allah (surge). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa yang
dimaksud pada awal kata “amman huwa qanitun” dalam surah Az-Zumar : 9 ini adalah
Utsman bin Affan (yang selalu bersujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di waktu
malam).

Kata (‫ت‬ٌ ِ‫ان‬aaَ‫ )ق‬qaanit terambil dari kata qunuut yaitu ketekunan dalam ketaatan
disertai dengan ketundukan hati dan ketulusannya. Ayat tersebut menggambarkan sikap
lahir dan batin. Sikap lahir digambarkan oleh kata-kata saajidan/sujud dan
qaa’iman/berdiri sedang sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat takut kepada akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya. Penggalan ayat tersebut menggarisbawahi tentang
rahmat yang mencakup rahmat di dunia dan rahmat di akhirat, sedangkan rasa takut
hanya pada akhirat semata. Dijelaskan bahwa, sebaiknya seorang mukmin tidak merasa
takut dalam menghadapi kehidupan duniawi, dikarenakan segala yang terjadi pada
dirinya di dunia, selama manusia tersebut bertaqwa, maka hal tersebut tidak jadi masalah,
bahkan hal yang demikian itu dapat menyebabkan manusia tersebut ditinggikan
derajatnya di akhirat kelak. Lain halnya dengan rahmat, rahmat yang dimaksud adalah
rahmat yang menyeluruh, rahmat di dunia dan rahmat di akhirat.

Kata ya’lamuun sama halnya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah


pengetahuan yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu
lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu.

Ayat “‫ ةَ َرب ٖ ِّۗه‬a‫وْ ا َرحْ َم‬aa‫ت ٰان َۤا َء الَّي ِْل َسا ِجدًا َّوقَ ۤا ِٕى ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ ُج‬
ٌ ِ‫ ”اَ َّم ْن هُ َو قَان‬menegaskan bahwa
terdapat ketidaksamaan antara keduanya (seseorang yang taat dengan seseorang yang
bermaksiat) dan menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan beramal
berdasarkan ilmu yang dimilikinya. FirmanNya dalam ayat selanjutnya yakni “‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى‬
َ‫وْ ن‬aa‫وْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُم‬aa‫ ”الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُم‬perkataan tersebut dinyatakan dengan susunan pertanyaan
(istifham) untuk menjelaskan seseorang yang pertama kali dalam pencapaian derajat
tertinggi, sedangkan yang lainnya jatuh ke dalam keburukan. Hal yang demikian tersebut
sangatlah mudah untuk dipahami orang-orang sabar dan orang-orang suka menerima
masukan. Selanjutnya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan hal tersebut
hanya dapat dipahami oleh setiap orang yang mempunyai akal. Orang-orang yang tidak
memiliki aql adalah orang-orang yang tidak tau, karena dalam hatinya terdapat penutup
sehingga mereka tidak memahami akan suatu nasihat. Kemudian penutup ayat ini adalah
“‫ب‬ ِ ‫ ”اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬Orang yang memiliki akal pikiran yang sehat, dan dipergunakannya
untuk berfikir akan mengetahui perbedaan antara orang yang tau dan orang yang tidak
tau.

9
Tujuan pendidikan Islam dalam QS. Az-Zumar ayat 9, berorentasi pada empat
tujuan. Pertama, menjadi orang yang taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
RasulNya kapan saja dan dimana saja, walaupun di tengah malam sekalipun ( ‫ت ٰان َۤا َء‬ ٌ ِ‫قَان‬
‫)الَّي ِْل‬. Kedua, adanya perubahan, tentunya perubahan yang dimaksud adalah perubahan kea
rah yang lebih baik dalam pribadi seseorang yang menuntut ilmu. Hal ini ditujukan dalam
penggalan ayatnya ‫اجدًا َّوقَ ۤا ِٕى ًما‬
ِ ‫ َس‬. Ketiga, sangat takut akan adzab di akhirat (َ‫)يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرة‬,
setiap tingkah lakunya di kehidupan dunia ini selalu mengarah kepada akhirat. Keempat,
mengharap rahmat Allah , tatkala seseorang memperbanyak amal sholeh yang bersifat
dhahir seperti shalat, haji, shodaqoh, ukhuwah islamiyah dan amal-amal shaleh lainnya,
ia mengkorelasikannya dengan amal batin (suasana hati), yakni semata-mata mengharap
rahmat Allah.

F. KONSEP TARBIYAH DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS DENGAN TUJUAN


PENDIDIKAN
Sebelum membahas tentang tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadits
maka perlunya kita mengetahui tentang arti pendidikan itu sendiri. Terdapat banyak
definisi tentang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan manusia dalam
penumbuhan dan pengembangan segala potensi yang dimiliki, baik yang sifatnya jasmani
maupun rohani yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan nilai-nilai kebudayaan.
Tujuan pendidikan secara umum adalah suatu proses pendidikan yang diusahakan dapat
mengalami suatu perubahan perilaku peserta didik maupun perubahan pada
kehidupannya di lingkungan masyarakat.

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-
tarbiyah, al-ta’lim dan al’ta’dib. Kata al-Tarbiyah dalam bahasa Arab, “Rabba, yarbu”
tarbiyah: memiliki makna “tumbuh” dan “berkembang”. Tumbuh (nasya’a) dan menjadi
besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya, dengan pendidikan (tarbiyah), fisik, psikis, sosial,
maupun spiritual dari peserta didik akan tumbuh dan menjadikannya peserta didik
tersebut menjadi lebih dewasa. Kata “Rabb” merupakan gambaran perbandingan antara
Allah dengan manusia. Allah sebagai pendidik dan manusia sebagai peserta didik.
Kebutuhan-kebutuhan peserta didik pasti diketahui dengan baik oleh Allah, sebab Allah
adalah pencipta mereka. Segala ciptaan-Nya diperhatikan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, Dia tidak hanya memperhatikan dan memelihara kelompok tertentu saja. Karena
itulah Dia disebut Rabb al-Alamin.

Kata Tarbiyah dapat juga dimaknai dengan transfer of knowledge dari pendidik
(rabbani) kepada para muridnya agar mereka (peserta didik) dan semangat yang tinggi
dalam memahami kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan
kepribadian yang luhur.

10
Selain Tarbiyah, kata juga dimaknai dengan kata ta’lim. Ta’lim merupakan kata
mashdr yang asal katanya adalah ‘allama. Sebagian para ahli mengartikan kata tarbiyah
dengan pendidikan, sedangkan Ta’lim diartikan dengan pengerjaan. Ta’lim dalam
konteks ini diartikan sebagai proses pengajaran secara rutin yang terdiri dari seorang guru
dan siswa. Oleh karena itu, proses pengajaran harus mampu mengubah pengetahuan dari
seorang murid. Perubahan pengetahuan atau intelektual tersebut tidak hanya sebatas pada
materi yang telah diajarkan oleh guru, perilaku peserta didik juga dapat berubah,
perubahan dari pemalas menjadi rajin.

Kata pendidikan juga dapat diambil dari kata Ta’dib. Istilah ta’dib berasal
dariakar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti antara lain: membuatkan
makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santaun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu
yang baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga muallim,
merupakan sebutan bagi seorang pendidik dan pengajar anak yang sedang tumbuh dan
berkembang. Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun. Ta’dib
yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan, peradaban atau kebudayaan. Artinya
orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban. Sebaliknya, peradaban yang
berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.

Pendidikan Islam itu sendiri merupakan pendidikan manusia yang seutuhnya; akal
dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Pendapat lain
mengatakan bahwa pendidikan Islam merupakan segala usaha pemeliharaan dan
pengembangan fitrah manusia seutuhnya (insan kamil) yang berdasarkan pada norma-
norma Islam. Pendidikan Islam juga segala usaha untuk membimbing jasmani dan rohani
dalam pengembangan fitrah manusia berlandaskan hukum Islam menuju terbentuknya
manusia yang berkepribadian muslim.

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan nilai-nilai Islami


dalam diri seorang murid yang diusahakan oleh guru melalui proses pendidikan guna
mencapai terbentuknya manusia seutuhnya yang memiliki keimanan, ketaqwaan, dan
berilmu, dimana sanggup untuk menjadi ‘Abdullah’ yang taat.

Tujuan akhir pendidikan adalah perubahan perilaku dan sikap seorang muslim
sehingga dapat terbentuk dan terpelihara seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga
nantinya dapat menunaikan kewajibannya sebagai pemimpin di muka bumi
(khalifahfilardh) dalam rangka hanya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Dalam proses menuju kearah tersebut diperlukan adanya upaya pengajaran.
Dengan kata lain pengajaran adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan akhir dari pendidikan Islam perspekif QS Az Zumar ayat 9 adalah menjadikan
peserta didik pribadi berintelektual dan bertaqwa (Ulul Albab).

11
Ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam sangat erat kaitannya dengan iman;
keimanan dibangun atas dasar ilmu pengetahuan, maka bertambahnya ilmu pengetahuan
identic dengan bertambahnya keimanan seseorang. Dalam surah Ali-Imrah ayat 190-191,
ditegaskan bahwa:
َ ‫ذ ُكر‬8ْ 8‫ِين َي‬
‫و ًدا‬88‫ُون هَّللا َ قِ َيامًا َوقُ ُع‬ َ ‫) الَّذ‬190( ‫ب‬ ِ ‫ا‬88‫ت ُأِلولِي اَأْل ْل َب‬ ِ ‫اخ ِتاَل فِ اللَّي ِْل َوال َّن َه‬
ٍ ‫ا‬88‫ار آَل َي‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ِإنَّ فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬
َ ‫ك َفقِ َنا َع َذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
َ ‫ض َر َّب َنا َما َخلَ ْقتَ ٰ َه َذا بَاطِ اًل ُسب َْحا َن‬ ِ ‫ُون فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬ ِ ‫َو َعلَ ٰى ُج ُن‬
َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َف َّكر‬

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan dumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190) (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharallah kami dari siksa neraka (191). (QS. Ali-Imran : 190-191).

Ditegaskan dalam QS. Ali-Imran : 190-191 bahwa ulul albab adalah seseorang
yang luas wawasannya dan tajam pikirannya dalam memcahkam dan menganalisis suatu
masalah, serta selalu terbuka pada masukan-masukan orang lain, bahkan mereka
menggunakan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya untuk selalu berdzikir dan berfikir
akan keindahaan ciptaan Allah agar dapat lebih dekat kepada Allah sehingga ketaqwaan
yang kuat tumbuh pada dirinya.

Ketaqwaan dan keshalehan semata-mata hanya mengharap ridho Allah yang


ditandai dengan kemapanan iman pada diri seorang muslim akan membentuk dirinya
pada insan kamil (manusia sempurna). Sehingga ia akan bahagia dunia dan akhirat.
Bahagia di dunia dan akhirat inilah merupakan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam Firman Allah ditegaskan:
َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّقُوْ ُل َربَّنَٓا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َّوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬
Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kkami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungi kami dari siksa neraka. (QS. Al-
Baqarah 201).

Penafsiran ayat diatas ‫وْ ُل‬aaُ‫ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّق‬adalah sebagian mereka berkata: Ya Tuhan
kami, berikanlah ilmu kepada kami, kemampuan beribadah, pembebasan diri dari dosa,
kesaksian malaikan dan keuntungan di dunia. Kata ً‫نَة‬a ‫ َر ِة َح َس‬a‫ َّوفِى ااْل ٰ ِخ‬yaitu surge dengan
kenikmatan didalamnya. Dan kata ‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫ َّوقِنَا َع َذ‬yaitu hindarkan kami dari siksa kubur dan
siksa neraka. Dalam hadis juga ditegaskan :
Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami
Isma’il bin ‘Ulayyah dari Abdul Aziz yaitu Ibnu Shuhaib dia berkata; “Pada suatu ketika,
Qatadah pernah bertanya kepada Anas; ‘Hai Anas, doa apa yang sering diucapkan
Rasulullah?’ Anas menjawab : ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam

12
sering membaca doa yang berbunyi: “Ya Allah, berilah kami berikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.” (HR. Muslim)

Asbabul wurud hadis diatas, Anas menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu


Alaihi Wassalam mengunjungi seorang laki-laki muslim yang demikian kurusnya,
saringan telur (ibaratnya). Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bertanya kepadanya:
“adakah pernah engkau mendoakan sesuatu kepada Allah atau meminta kepadanya? Dia
menjawab : Ya aku selalu berdoa demikian “Ya Allah, apa yang hendak engkau timpakan
kepadaku berupa siksaan di akhirat, hendaklah engkau segerakan (menyiksaku) di dunia
ini juga (sehingga aku luput dari siksaan itu nanti di akhirat). Maka Rasulullah
membetulkannya : Tidaklah kita kuat dan tidak pula sanggup (menanggung siksaan itu)
Apakah kita sebaiknya engkau berdoa : Ya Allah kami…”dan seterusnya bunyi hadis
diatas.

Ada dua hal yang ditangkap dari hadis diatas. Pertama, Islam adalah agama yang
mengajarkan keselarasan antara kehidupan dunia yang fana dan kehidupan akhirat yang
baka. Dalam kehidupan seorang muslim, dunia-akhirat merupakan dua dunia yang tidak
dapat dipisahkan. Seorang muslim melakukan kebaikan di dunia yang fana ini karena
dunia adalah tempat lading beramal dan berjuang, yang suatu saat nanti seorang muslim
akan memetik hasilnya kelak di akhirat yang baka. Perlu diketahui bahwa semua amal
perbuatan seorang muslim di dunia merupakan tanaman yang akan dipetik hasilnya kelak
di kehidupan akhirat. Adapun perbedaan kehidupan di dunia dan akhirat, yaitu:
1. Kehidupan dunia bersifat fana (sementara), sedangkan kehidupan akhirat
bersifat baka (selamanya)
2. Dunia tempat beramal dan berjuang, sedangkan akhirat tempat memetik hasil
dari amalan seorang muslim
3. Dunia sebagai tempat ujian dan cobaan, sedangkan akhirat tempat pahala dan
ganjaran
4. Kehidupan dunia bersifat semu, sedangkan kehidupan akhirat bersifat hakiki

Kedua, bahwa dalam Islam, usaha dalam bentuk proses kegiatan terencana dan
sistematis dengan usaha dalam bentuk berdoa merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Untuk mengejar kebahagian hidup di dunia dan di akhirat diperlukannya dua
bentuk usaha tersebut. Dan pendidikan saja tidak cukup jika tidak disertai dengan berdoa,
selalu memohon kepada Tuhan. Keterampilan berdoa ini dapat dimiliki peserta didik
berkat pendidikan yang dia usahakan.

PENUTUP

1. Kesimpulan

13
Tujuan pendidikan Islam dalam QS. Az-Zumar ayat 9 berorentasi pada empat
tujuan. Pertama, menjadi orang yang taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
RasulNya kapan saja dan dimana saja, walaupun ditengah malam sekalipun. Kedua,
adanya perubahan, tentunya perubahan yang dimaksud adalah perubahan kea rah yang
lebih baik dalam pribadi seseorang yang menuntut ilmu. Ketiga, sangat takut akan adzab
di akhirat setiap tingkah lakunya di kehidupan dunia ini selalu mengarah kepada akhirat.
Karena menurutnya, kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat. Ia akan
meninggalkan segala aktivitas yang dapat mengorbankan kebahagiannya di akhirat.
Keempat, mengharap rahmat Allah, tatkala seseorang memperbanyak amal sholeh yang
bersifat dhahir seperti shalat, haji, shadaqoh, ukhuwah islamiyah dan amal-amal shaleh
lainnya, ia mengkorelasikannya dengan amal batin (suasana hati), yakni semata-mata
mengharap rahmat Allah.

Tujuan akhir dari pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku peserta
didik agar menjadi muslim yang terbina segala potensinya, sehingga nantinya dapat
menunaikan kewajibannya sebagai khalifahfilardh dalam rangka hanya beribadah kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akan tetapi dalam proses perubahan tersebut diperlukan
juga suatu usaha pengajaran. Tujuan akhir dari pendidikan Islam perspektif QS. Az-
Zumar ayat 9 adalah menjadikan peserta didik pribadi yang berintelektual dan bertaqwa
(Ulul Albab). Relevansi QS. Az-Zumar ayat 9 yaitu dengan QS. Ali-Imran : 190-191, QS.
Al-Baqarah : 201 dan hadis yang diriwayatkan oleh As-Syaikhan dari Anas bin Malik.

Sementara itu, motivasi belajar yang terkandung dalam surah al mujadilah ayat 11
yaitu jenis belajar pembiasaan yang dapat dilakukan melalui pendekatan kognitif dan
stimulus-respon. Dengan hal tersebut motivasi belajar dalam diri seseorang akan tumbuh.
Surah al-Mujadilah ayat 11 mengandung motivasi belajar yang menyentuh aspek
ekstrinsik seseorang yaitu pertama seseorang akan mendapatkan derajat dengan cara
beriman kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, kedua adalah mereka yang diberi ilmu pengetahuan, artinya derajatnya
tinggi disisi Allah, bisa didapatlan dengan menjadi orang yang berilmu, ketiga, yaitu
menjadi keduanya (beriman dan berilmu), ilmu dan imannya selalu beriringan.

2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan,
metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang
adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun
sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

14
Rusdiansyah, Muhammad. Motivasi Belajar yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah Al
Mujadilah Ayat 11.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45374/1/Mohamad
%20Rusdiansyah.pdf . Accessed 1 Okt. 2021

Wahidah, Finadatul. Konsep Tarbiyah Dalam Perspektif Surat Az-Zumar. Jurnal Qolamuna. 5(1). 2019.
https://ejournal.stismu.ac.id . Accessed 1 Okt. 2021

Tim Himah detikcom. 2020. Al Mujadilah Ayat 11 dan Pentingnya Ilmu. detikNews.
https://news.detik.com/berita/d-5184447/al-mujadalah-ayat-11-dan-pentingnya-ilmu

15

Anda mungkin juga menyukai