Anda di halaman 1dari 10

MOTIVASI BELAJAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Rutin Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Dra. Rosdiana, M.Pd

Oleh:
Kelompok 7
Desy Tamia Amanda Br. Sinuhaji (2213311051)
Ela Emayusnita Sirait (2233111035)
Filomena Nova Julianti Sinurat (2233111021)
Nabila Agustina Batubara (2233111025)
Priska Uli Sihombing (2233111010)
Stela Parta Siagian (2233111012)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas rutin ini dengan tepat waktu. Terima kasih kami
sampaikan kepada Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah memberikan arahan dalam pembuatan tugas ini.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
berjudul Motivasi Belajar. Penulis menyadari terdapat berbagai kesalahan dalam penulisan
makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Medan, Maret 2024

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1 Definisi .........................................................................................................................
2.2 Komponen Motivasi .....................................................................................................
2.3 Teori Motivasi Belajar ..................................................................................................
2.4 Memotivasi Dalam Pembelajaran .................................................................................
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi
para pelajar atau mahasiswa kata " belajar" merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut
ilmu. di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai
dengan keinginan. Ental malam hari, siang hari, sore hari atau pagi hari.Motivasi belajar
adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil
belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat (Sardiman, 2006; 75).
Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran
sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi untuk belajar kemungkinan akan memperoleh hasil
belajar yang tinggi, oleh karena itu dalam proses, dalam proses pengajaran sangat
diperlukan adanya motivasi. Hal ini yang melatarbelakangi disusunya makalah mengenai
"Motivasi Belajar" ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu definisi motivasi belajar
2. Bagaimana komponen motivasi belajar
3. Apa saja teori motivasi belajar
4. Bagaimana memotivasi dalam pembelajaran

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi motivasi belajar
2. Untuk mengetahui bagaimana komponen motivasi belajar
3. Untuk mengetahui apa saja teori motivasi belajar
4. Untuk mengetahui bagaimana memotivasi dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi Motivasi Belajar


Motivasi belajar siswa menurut Sardiman (2003:75) adalah "Keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek pelajar itu dapat tercapai. Siswa yang
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi dalam kegiatan belajar". Motivasi
belajar menurut Djamarah (2008:149), motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi
seseorang disebut "motivasi intrinsik", yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Hal ini dikarenakan di dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi yang berasal
dari luar diri seseorang disebut "motivasi ekstrinsik", yaitu motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa (intrinsik) dan
dari luar diri siswa (ekstrinsik) untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik meliputi hasrat
dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan untuk belajar, dan harapan akan cita-cita
siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik yang meliputi adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif, kegiatan belajar yang menarik, dan adanya upaya guru dalam
membelajarkan siswa. Menurut Mulyadi bahwa definisi atau pengertian motivasi belajar
adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu
melakukan perbuatan belajar. Menurut Tadjab pengertian motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkankegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan..
Menurut Sardiman (1988:75) mengatakan bahwa: "Definisi atau pengertian motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai." Menurut Bophy
(1987:15) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah sebagai a general state dan
sebagai a situation-specific state. Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu
watak yang permanen yang mendorong seseorang untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi
belajar muncul karena keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh
tujuan memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.
Menurut McCombs (1991:134) pengertian motivasi belajar adalah kemampuan
internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui
kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan,
memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas
belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi. Menurut Afifudin dalam
Ridwan (2008:125) pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar.

2. Untuk mengetahui bagaimana komponen motivasi belajar

3. Teori Motivasi Belajar


3.1 Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar
sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan
dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting:
1. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
4. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

3.2 Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)


Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik),
2. Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang
termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan,
dsb (faktor intrinsik).

3.3 Teori Motivasi DOUGLAS Mc GREGOR


Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori y (positif),
Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer.
1. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
2. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan
dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
1. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan
bermain.
2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit
pada sasaran.
3. Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab.
4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

3.4 Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )


Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom,
tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
1. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
3. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan.
Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

3.5 Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal
penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
1. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
2. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
3. Need for Power (dorongan untuk mengatur).

3.6 Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)


Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada
kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan
(growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan
bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan
kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari
situasi ke situasi.

3.7 Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni:
1. tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
2. tujuan-tujuan mengatur upaya
3. tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
4. tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

4. Bagaimana memotivasi dalam pembelajaran


A. Upaya guru dalam memotivasi belajar siswa
Guru yang pintar mempunyai suatu upaya dalam melaksanakan visi dalam terwujudnya
penerapan pembelajaran yang tepat dengan prinsip profesionalitas dalam menyebarkan ilmu
pada setiap anak bangsa dengan kualitas belajar yang baik dengan keadaan seorang pendidik
yang bertanggung jawab. Guru memecahkan masalah di dalam kelas seperti kejenuhan saat
belajar. Siswa yang telah mengalami kejenuhan tidak dapat menangkap pembelajaran yang
diharapkan seorang guru baik mengolah informasi yang baru maupun pengalaman baru,
seolah-olah kemajuan belajar yang telah diberikan tidak membuahkan hasil. Sebab
terjadinya kejenuhan pada peserta didik yaitu hilangnya sebuah motivasi dalam belajar atau
disebabkan
karena memilih metode yang kurang tepat. menggunakan metode ceramah tanpa diimbangi
umpan balik pada peserta didik. Terjadinya kejenuhan dalam belajar tidak hanya disebabkan
karena tidak memiliki motivasi dalam belajar akan tetapi karena lingkungan berdampak
mempengaruhi. Lingkungan sangat mempengaruhi baik lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, maupun lingkungan sosialnya (Hanina, Faiz, dan Yuningsih, 2021).
Dalam pembelajaran agar memperoleh suasana belajar yang hidup dan mengasikkan,
harus ada sebuah prinsip yang mendasari seperti fokus pembelajaran pada murid,
menumbuh kembangkan imajinasi murid, menghidupkan suasana mengasikkan dan
bersemangat, menggali skill yang bermuatan nilai, dan meninggalkan kesan belajar yang
bermacam-macam (Achadah, 2019).
Menurut Sardiman, terdapat beberapa cara dalam meningkatkan movitasi belajar.
1. Memberi angka-angka yang menjadikan lambang dari nilai dalam pembelajaran. Nilai-
nilai yang peserta didik dapatkan dengan baik menjadikannya sebagai motivasi yang
kuat.
2. Hadiah sebagai motivasi yang efektif, karena murid tertarik pada hal yang baru.
3. Kompetisi persaingan baik secara perorangan maupun perkelompok, dengan adanya
persaingan peserta didik termotivasi mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
4. Ego-involvement berfungsi memberikan kesadaran kepada anak didik arti pentingnya
tugas dan menerima tugas sebagai tantangan yang mengharuskan peserta didik untuk
bekerja keras sebagai bentuk motivasi yang cukup penting.
5. Memberikan ulangan kepada para peserta didik.
6. Mengetahui hasil belajar yang dapat memotivasi siswa giat dalam belajar untuk
mempertahankan hasil atau meningkatkan hasil dari pembelajaran.
7. Memberikan pujian waktu peserta didik menyelesaikan latihan dengan sempurna.
8. Memberikan hukuman yang berbentuk reinforcement yang negatif, memberikan
hukuman dengan bijaksana menjadikannya pendorong motivasi (Suprihatin, 2015).

B. Peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa,


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, diantaranya sebagai berikut:
a) Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar orang tua dapat
menyediakan. berbagai perlengkapan maupun permainan. yang dapat mendukung anak
untuk belajar, misalnya: komputer, buku-buku, puzzle, dan sebagainya.
b) Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak. Selain
menciptakan iklim rumah yang dapat mendukung anak untuk belajar, interaksi orang tua
dengan anak ternyata juga dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Hal ini dapat
dilakukan dengan menemani anak belajar, menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar
anak, memberikan bantuan ketika anak menghadapi kesulitan, dan sebagainya. Sebagai
partner anak dalam belajar, orangtua sebaiknya menunjukkan sikap yang hangat dan positif
terhadap anak, misalnya dengan tidak memarahi anak ketika anak tidak dapat mengerjakan
PR-nya dengan baik.
c) Memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan memberikan hadiah atau pujian. Dengan
demikian, anak merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai