Anda di halaman 1dari 18

Sikap Ilmuwan

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas pada Mata Kuliah Filsafat
Ilmu Program Studi Pendidikan Agama Islam
Program Pasca Sarjana IAIN Bone

Oleh :

AHMAD RIDHA AMIN


NIM. 861082021038

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan

meskipun dalam bentuk sederhana. Shalawat dan salam atas junjungan nabi besar

Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam yang diutus Allah Subhanahu wata’ala

sebagai rahmat bagi alam semesta. Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas

dari berbagai hambatan disebabkan pengetahuan dan kemampuan berfikir yang

terbatas namun berkat keteguhan hati untuk menyelesaikan masalah ini kami

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dari apa

yang dipaparkan.

Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikan untuk pembuatan

makalah selanjutnya dan penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat

berguna bagi pembaca. Semoga Allah Subhanahu wata’ala memberikan rahmat

kepada kita. Amin.

Watampone, 21 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Pembahasan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Ilmuwan 3

B. Pengertian Sikap Ilmiah 6

C. Ciri Ilmuwan 11

D. Syarat-Syarat Yang Harus Dipatuhi Ilmuwan 12

E. Peran dan Fungsi Ilmuwan 12

BAB III PENUTUP 14

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelaahan keilmuan dimulai dengan permasalahan. Singkatnya, terdapat

banyak sekali masalah dalam ilmu. Hal ini memang tak aneh bila diingat betapa

rumitnya hakikat manusia dan kehidupan. Akibat dari kerumitan ini maka tiap
masalah keilmuan sudah harus merupakan seleksi dari data yang diberikan oleh

penghidupan kepada kita. Ini juga berarti bahwa tak seorang pun, memecahkan suatu

masalah, dapat memilih seluruh fakta. Dalam permasalahan keilmuan ini, kita

dikenalkan dengan nama ilmuwan yang merupakan ahli atau pakar dalam bidang

keilmuan.

Kata ilmuwan ini muncul kira-kira tahun 1840 untuk membedakan mereka

dengan para filsuf, kaum terpelajar dan cendekiawan dan lain sebagainya. Ilmuwan di

sini mempunyai beberapa arti, peran, ciri serta tanggung jawab dalam ilmu atau hasil

penemuannya. Maka dari itu, ilmuwan tidaklah lain orang yang mencari keajengan

dalam alam yang bersifat kognitif, rasional dan teoritis yang nantinya akan

menghasilkan sebuah ilmu. Karena ilmu yang di perkembangkan oleh para ilmuwan

untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahun. Oleh sebab itu, dalam

makalah ini penulis mencoba mengkaji tentang ilmuwan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ilmuwan?

2. Apa pengertian dari sikap ilmiah?

3. Apa saja ciri ilmuwan?

4. Apa saja syarat-syarat yang harus dipatuhi seorang ilmuwan?

1
5. Apa saja peran dan fungsi ilmuwan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmuwan.

2. Untuk mengetahui pengertian dari sikap ilmiah.

3. Untuk mengetahui ciri seorang ilmuwan.

4. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipatuhi seorang ilmuwan

5. Untuk mengetahui peran dan fungsi ilmuwan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmuwan

Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini

tampak nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan

sesuatu yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang

membentuk suatu proses. Seorang yang melakukan rangkaian aktivitas yang disebut

ilmu itu kini lazim dinamakan ilmuwan (scientist). Kata ilmuwan sekarang tentu

bukanlah hal yang asing. Secara sederhana ia diberi makna ahli atau pakar. Dalam

kamus Indinesia, kata ilmuwan bermakna orang yang ahli atau banyak

pengetahuannya mengenai suatu ilmu, atau orang yang berkecimpung dalam ilmu

pengetahuan. Pengertian ilmuwan sebagai berikut:

1. Ilmuwan dalam pandangan McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and

Technical Terms, seorang yang mempunyai latihan, kemampuan, dan hasrat

untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam

suatu bidang ilmu.

2. Devinisi ilmuwan yang dikemukakan oleh Maurice Richer, Jr.

mengemukakan pendapat yang berikut yaitu, mereka yang ikut serta dalam

ilmu, dalam cara-cara yang secara relatif langsung dan kreatif.

Adapun ilmuwan juga diartikan orang yang ahli dan banyak pengetahuannya

dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.

Dari beberapa pemaparan pokok di atas dapat kami simpulkan bahwa

ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktifitas dalam kaitannya

bidang keilmuwan. Pada zaman orde baru para ahli dikatakan ilmuwan karena untuk

3
membedakan dirinya dengan para ahli-ahli lainnya seperti filsuf, cendekiawan atau

intelektual, dan lain sebagainya. Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas

seseorang untuk menggali permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan

mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagi bukti hasil kerja mereka kepada

dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada masyarakat awam,

karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu ada di pundaknya. Adapun filsuf

dipakai untuk menyebutkan aktivitas seseorang yang berkaitan dengan filsafat atau

ahli fikir saja.

Secara sekilas, ilmuwan dan filsuf serupa tapi tak sama, yang berbeda hanya

media yang digunakan dalam keilmuwan. Dalam ilmuwan media yang digunakan tak

lain adalah permasalahan, yang mana permasalahan ini merupakan objek dalam ilmu

pengetahuan. Di dalam objek ini ada dua kategori objek material dan objek formal.

Objek material dalam ilmuwan adalah sasaran material suatu penyelidikan,

pemikiran atau penelitian ilmu. Objek Material yang diselidiki baik yang bersifat

konkrit, abstrak, material, dan non material. Adapun objek formalnya adalah

pendekatan secara cermat dan bertahanp menurut segi-segi yang dimiliki objek materi

dan menurut kemampuan seseorang. Pada objek formal ini, sudut pandang yang

ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atas sudut

pandang dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya

memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-

bidang lain. Suatu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga

menghasilkan ilmu yang berbeda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu

pengetahuan mengenai suatu hal menurut segi-segi tertentu. Dengan kata lain, ”

tujuan pengetahuan sudah ditentukan.” Dalam kajian ini juga, objek formal,adanya

4
permasalahan – permasalahan mendasar ilmu dalam teorinya harus memenuhi tiga

hal:

- Ontologis

- Epistimologi

- Aksiologis

Dengan demikian keutuhan dan kevarisiasian ilmu akan tetap terjaga,

sehingga tujuan yang sudah dikembangkan akan terlaksana atau tersusun sesuai

prosedur yang sudah ditantukan. Ilmu Pengetahuan dibangun atas dasar kepercayaan.

Ilmuwan percaya bahwa karya tulis rekannya memuat ketentuan ilmiah yang dapat

dipercayainya serta telah diperoleh dengan tata cara yang dapat dipercaya sebagai

obyektif, cermat dan jujur. Karena pada dasarnya kita sudah tahu bahwa ilmu

pengatahuan itu sifatnya sistematis, kognitif dan teoritis, sehingga dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sementara objek material filsuf adalah apa

yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala ”

manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat.” Dalam gejala ini jelas ada tiga

hal menonjol, manusia, dunia dan akhirat. Sedangkan objek formalnya adalah cara

pendekatan yang dipatuhi atas objek material yang sedemikian khas sehingga

mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara

pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkan system filsafat. Jadi pada

intinya, dalam filsuf itu sifatnya khusus dan ilmuwan sifatnya umum.

Intelektual atau Cendekiawan pada dasarnya merupakan bagian dari ilmuwan

pada umumnya hal yang membedakan antara intelektual atau cendekiawan dan

ilmuwan terletak pada produk ragam masalah yang dihasilkan. Jika ilmuwan

menghasilkan ilmu atas pemasalahan dan mencari tujuan praktis serta moralis yang

5
sesuai dengan realisme maka intelektual atau cendekiawan sebaliknya, ia menaruh

perhatian yang tulus, mendalam dan luas terhadap masalah-masalah sosial-budaya

masyarakat dimana ia berada. Di sini perlu diberi penekanan terhadap kata ” tulus”,

karena tidak semua orang yang menaruh perhatian terhadap masalah-masalah sosial-

budaya masyarakat boleh dikategorikan sebagai intelektual atau cendekiawan. Ada

ilmuwan yang bisa dikategorikan sebagai intelektul atau cendekiawan, tapi

sebaliknya seorang intelektual atau cendekiawan tidak bisa dikategorikan sebagai

ilmuwan Jadi ilmuwan bukanlah sekedar untuk melakukan kegiatan ilmiah atau

mencari permasalahan yang akhirnya kebenaran, akan tetapi seorang ilmuwan juga

mengemban suatu tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan keilmuwan

serta mempertanggung jawabkan hasil temuannya dan mempublikasikan keseluruh

dunia.

B. Sikap Ilmiah

Sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang dalam bertindak atau

bertingkah laku terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupannya sehari- hari yang

diikuti dengan perasaan positif ataupun negatif. Seorang ilmuwan dalam mencari atau

mengembangkan pengetahuan baru harus diikuti dengan sikap yang positif. Sikap

yang harus ada pada diri seorang ilmuwan ketika menghadapi persoalan-persoalan

ilmiah disebut dengan sikap ilmiah.

Menurut Baharuddin yang dikutip oleh Hidayat, sikap ilmiah adalah sikap

yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai

seorang ilmuwan atau kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku

dalam memecahkan masalah sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.1 Sejalan

1
Ara Hidayat, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hal. 18

6
dengan pendapat tersebut, Hidayat menjelaskan bahwa sikap ilmiah adalah suatu

kecenderungan pribadi seorang ilmuwan untuk berperilaku atau memberi tanggapan

dalam hal-hal tertentu yang sesuai dengan pemikiran ilmiahnya dan tidak

bertentangan dengan cita keilmuwan pada umumnya.2 Dari kedua pendapat tersebut

dapat diketahui bahwa sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki seorang

ilmuwan dalam memecahkan masalah atau melakukan penelitian melalui serangkaian

langkah-langkah ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan.

Sedangkan menurut Sumaji, sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini,

dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika

mencari atau mengembangkan pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab, rasa

ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. 3 Dalam

melakukan penelitian, sikap ini harus senantiasa melekat pada setiap ilmuwan sebagai

usaha dalam memecahkan masalah. Dengan menerapkan sikap ilmiah pada setiap

langkah penelitian, maka akan membantu seorang peneliti tersebut mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Untuk lebih mudahnya, Harlen mengelompokkan sikap ilmiah tersebut

sebagai komponen sikap yang dapat dikembangkan pada siswa sekolah dasar sebagai

berikut:

1. Sikap ingin tahu Menurut Hidayat, sikap ingin tahu ditandai dengan selalu

bertanya-tanya tentang berbagai hal. Jika menghadapi suatu masalah yang

baru diketahuinya maka ia akan berusaha untuk mengetahuinya dan banyak

mengajukan pertanyaan tentang objek dan peristiwa yang terjadi. 4 Siswa

2
Ibid., hal. 13
3
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal. 134
4
Ara Hidayat, Op. Cit., hal. 18

7
sekolah dasar mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan cara bertanya

kepada guru, teman atau dirinya sendiri dan akan antusias dalam mencari

jawaban.

2. Sikap respek terhadap data/fakta Sikap respek terhadap data berarti bersikap

objektif atau jujur, tidak memanipulasi data, dan tidak mencampur fakta

dengan pendapat. Siswa yang memiliki sikap respek terhadap data/fakta akan

jujur dalam membuat hasil laporan percobaan. Ia tidak akan menambah-

nambahkan atau mengurang-ngurangi data yang telah didapatkannya serta

mengambil keputusan sesuai fakta atau sesuai dengan data yang telah

didapatkannya pada saat percobaan.

3. Sikap berpikir kritis Menurut Johnson, Berpikir kritis adalah sebuah proses

terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika,

dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. 5 Siswa yang berpikir kritis

akan menanyakan setiap perubahan atau hal-hal baru, siswa akan meragukan

temuan teman bila data yang dipaparkan kurang mendukung gagasan yang

disampaikan.

4. Sikap penemuan dan kreativitas Johnson mengemukakan bahwa berpikir

kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-

pemahaman baru.6 Siswa yang memiliki sikap kreatif biasanya suka mencoba

sesuatu yang baru untuk memperoleh penemuan, menyarakan percobaan-

percobaan baru dan juga dapat membuat karya yang berbeda dari orang lain.

5
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2014), hal. 185
6
Ibid., hal. 183

8
5. Sikap berpikiran terbuka dan kerja sama Menurut Jasin, seseorang yang

mempunyai sikap ilmiah tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah

pikirannya atas dasar prasangka.7 Sikap berpikiran terbuka berarti mempunyai

pandangan yang sangat luas dan bebas dari praduga. Ia tidak akan

meremehkan suatu gagasan baru dan menghargai setiap gagasan baru. Selalu

bersedia mendengarkan pendapat dan argumentasi dari orang lain. Seorang

siswa yang berpikiran terbuka akan menghargai pendapat temannya, tidak

merasa paling benar sehingga mau merubah pendapat jika data kurang.

Sedangkan sikap kerja sama artinya siswa mau berpartisipasi aktif dalam

kelompok, baik dalam menyumbangkan pemikiran maupun dalam melakukan

tindakan dan juga mampu berkomunikasi dengan baik dalam kelompok.

6. Sikap ketekunan Dalam menggali pengetahuan, biasanya ada saja hambatan

yang terjadi atau dapat mengalami kegagalan. Siswa yang memiliki sikap

tekun tidak akan berhenti melakukan percobaan-percobaan sebelum selesai

dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan suatu kegiatan.

7. Sikap peka terhadap lingkungan sekitar Sikap ini ditandai dengan adanya

perhatian siswa pada lingkungan sekitarnya, siswa mampu memanfaatkan

alam sekitarnya dalam proses pembelajaran tetapi juga tetap menjaganya

dengan baik.

Burhanudin Salam menjelaskan bahwa sikap ilmiah merupakan suatu

pandangan seseorang terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan,

sehingga menimbulkan kecenderungan untuk menerima atau menolak cara berfikir

yang sesuai dengan keilmuan tersebut. Seorang ilmuan haruslah memiliki sikap

7
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 47

9
positif atau kecenderungan menerima cara berfikir yang sesuai dengan metode

keilmuan, kemudian dimanifestasikan di dalam kognisinya, emosi atau perasaannya,

serta di dalam perilakunya.8

Maskoeri Jasin Mengemukakan pula bahwa sikap ilmiah merupakan sikap

yang perlu dimiliki oleh ilmuwan, yang mencangkup:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar

2. Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti

3. Jujur

4. Terbuka

5. Toleran

6. Skeptik

7. Optimis

8. Pemberani

9. Kreatif atau swadaya.

Sikap-sikap yang dimiliki ilmuwan tersebut diperoleh dengan usaha yang

sungguh-sungguh. Beberapa percobaan yang mereka lakukan menumbuhkan sikap

ilmiah tersebut.9

Tini Gantini menyebutkan delapan ciri dari sikap ilmiah yaitu:10

1. Mempunyai rasa ingin tahu yang mendorong untuk meneliti fakta-fakta baru

2. Tidak berat sebelah (adil) dan berpandangan luas terhadap kebenaran

3. Terdapat kesesuaian antara apa yang diobservasi dengan laporannya

4. Keras hati dan rajin mencari kebenaran

8
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat., (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 38
9
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, rev.ed., (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal.
45-49.
10
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Puskata Setia, 2011), hal. 150.

10
5. Mempunyai sifat ragu sehingga terus mendorong upaya pencarian kebenaran

atau tidak pesimis

6. Rendah hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan tidak diketahui

7. Kurang mempunyai ketakutan, dan

8. Berpikiran tebuka terhadap kebenaran-kebenaran baru.

Dari kedelapan ciri sikap ilmiah tersebut, dapat diketahui beberapa pokok

sikap ilmiah yaitu objektif, terbuka, rajin, sabar, tidak sombong, dan tidak

memutlakkan suatu kebenaran ilmiah. Hal ini menandakan bahwa ilmuwan perlu

memupuk sikap tersebut terus menerus apabila berhadapan dengan ilmu karena selalu

terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar saat ini (misalnya teori),

suatu saat akan digantikan oleh teori lain yang menunjukkan kebenaran baru.

C. Ciri Ilmuwan

Dalam catatan sejarah, bahwasanya ilmuwan memiliki beberapa ciri yang

ditunjukkan oleh cara berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan.

Mereka memilih bidang keilmuan sebagai profesi. Untuk itu yang bersangkutan harus

tunduk di bawah wibawa ilmu. Karena ilmu merupakan alat yang paling mampu

dalam mencari dan mengetahui kebenaran. Ini dapat dikenali lewat paradigma

maupun pola sikap senyatanya dalam kehidupan sosial, yang merupakan penjelmaan

prinsip-prinsip ilmiah. Seorang ilmuwan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya

kritis tinggi atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar dalam

mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua

itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan

itu harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan utama.

11
D. Syarat-Syarat yang Harus Dipatuhi Seorang Ilmuwan

Seorang ilmuwan sudah tentu bukan hanya sekedar memapankan namanya

saja, akan tetapi ia harus bisa mempopulerkan karya ilmiahnya agar bisa diterima

masyarakat dan sekiranya karya ilmiahnya baik. Oleh karena itu seorang ilmuwan

harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya:

a. Prosedur ilmiah

b. Metode ilmiah

c. Adanya suatu gelar yang berdasar pendidikan formalnya yang ditempuh

d. Kejujuran ilmuwan, yakni suatu kemauan yang besar, ketertarikan pada

perkembangan Ilmu Pengetahuan terbaru dalam rangka profesionalitas

keilmuannya.

E. Peran dan Fungsi Ilmuwan

Ilmuwan merupakan orang yang menemukan masalah spesifik dalam ilmu.

Salah satu syarat utama dalam hubungan antara ilmuwan dengan masalah keilmuan

tidak lain hanyalah, seorang ilmuwan harus memiliki ciri, sikap dan tanggung jawab.

Akan tetapi di sini seorang ilmuwa harus juga memiliki peran atau pun fungsi.

Tiga peran ilmuwan dalam segi kegiatan:

1) Sebagai Intelektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap mempertahankan

dialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan

yang intensif dan sensitif.

2) Sebagai Ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan

keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang

keahliannya.

12
3) Sebagai Teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument

yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya.

Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan

peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat manusia. Karena kita

semua tahu bahwa ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan

dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Maka dari itu, fungsi seorang ilmuwan

tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga

bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat luas.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmuwan bermakna orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai

suatu ilmu, atau orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan.

Maskoeri Jasin Mengemukakan pula bahwa sikap ilmiah merupakan sikap

yang perlu dimiliki oleh ilmuwan, yang mencangkup:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar

2. Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti

3. Jujur

4. Terbuka

5. Toleran

6. Skeptik

7. Optimis

8. Pemberani

9. Kreatif atau swadaya.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka

demikian penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan

tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan, maka dari itu penulis menginginkan

agar pembaca dapat mencari tahu kebenaran suatu ilmu yang kami paparkan jika

yang ada dalam makalah ini didapati suatu kesalahan. Dengan begitu pembaca akan

mengatehui kebenaran dan dapat memberikan kritik atas kesalahan, serta menambah

wawasan bagi penulis maupun pembaca

14
Daftar Pustaka

Jasin, Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010

Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bina Aksara, 1988)

Jasin, Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rajawali Pers, 2008

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa, 2014

Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius, 2009

Hidayat, Ara, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik Indonesia, 2009

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Puskata Setia, 2011

15

Anda mungkin juga menyukai